• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN RISMA JT (REMAJA ISLAM MASJID AGUNG JAWA TENGAH) SEBAGAI LEMBAGA DAKWAH MASJID AGUNG JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN RISMA JT (REMAJA ISLAM MASJID AGUNG JAWA TENGAH) SEBAGAI LEMBAGA DAKWAH MASJID AGUNG JAWA TENGAH"

Copied!
181
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERANAN RISMA JT

(REMAJA ISLAM MASJID AGUNG JAWA TENGAH)

SEBAGAI LEMBAGA DAKWAH MASJID AGUNG

JAWA TENGAH

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Jurusan Manajemen Dakwah ( MD )

Lukman Hakim 1104076

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

(2)

ii

NOTA PEMBIMBING

Lamp. : 5 (lima) eksemplar

Hal : Persetujuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Bapak Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana mestinya, maka kami menyatakan bahwa naskah skripsi Saudara:

Nama : Lukman Hakim

NIM : 1104076

Fak./Jur. : DAKWAH / MD

Judul Skripsi : PERANAN RISMA JT (REMAJA ISLAM MASJID AGUNG JAWA TENGAH) SEBAGAI LEMBAGA DAKWAH MASJID AGUNG JAWA TENGAH

Dengan ini telah saya setujui dan mohon segera diujikan. Atas perhatiannya diucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Semarang, 27 Juni 2011 Pembimbing,

Bidang Subtansi Materi, Bidang Metodologi & Tatatulis,

Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag Suprihatiningsih, S.Ag, M.Si

(3)

iii

PENGESAHAN SKRIPSI

PERANAN RISMA JT

(REMAJA ISLAM MASJID AGUNG JAWA TENGAH) SEBAGAI LEMBAGA DAKWAH MASJID AGUNG JAWA TENGAH

Disusun oleh Lukman Hakim

1104076

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 30 Juni 2011

dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Ketua Dewan Penguji Penguji I

Drs. H. Nurbini, MSI Ariana Suryorini, SE, MSI

NIP.19680918199303 NIP.197709302005012002

Sekretaris Dewan Penguji/ Penguji II Pembimbing,

Suprihatiningsih, S.Ag, M.Si Thohir Yuli Kusmanto, M.Si NIP. 1976051020055012001 NIP. 197307101999031004

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag Suprihatiningsih, S.Ag, M.Si

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari penerbitan maupun yang belum/tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, 27 Juni 2011 Tanda tangan

Lukman Hakim NIM: 1104076

(5)

v MOTTO

















































“Hanyalah yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang-orang-orang yang mendapat petunjuk”(QS. At-Taubah:18).

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah

Dengan segala kerendahan hati

karya ini hasil perjuangan yang melelahkan, pergaulan pikiranku

bersama-sama dengan kesabaran, ketakutan dan do’a.

Setiap tetes tinta yang tertulis

Dalam lembaran karya ini adalah

Dukungan dan do’a dua orang tercinta

karya sederhana ini ku persembahkan untuk;

Almarhum Bapak H. Kalkum Yusuf

Ibunda Hj. Sukiyah

Terima kasih atas perhatian, motivasi dan materi yang tulus kepada penulis

Hormat dan baktiku kan selalu tertuju untukmu.

(7)

vii ABSTRAKSI

Lukmah Hakim, 2011. Peranan RISMA JT (Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah) Sebagai Lembaga Dakwah Masjid Agung Jawa Tengah. Skripsi Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.

Remaja masjid memiliki kedudukan dan peranan yang sangat strategis dalam kerangka pemberdayaan dan pembinaan remaja Islam di sekitarnya, sekaligus memiliki peran dalam memakmurkan masjid. Remaja masjid semakin terasa diperlukan terutama untuk mengorganisir kegiatan dakwah yang memiliki keterikatan dengan masjid. Keberadaannya dapat memberikan warna tersendiri bagi pengembangan masjid. Dan tentunya, diharapkan remaja masjid dapat menjadi penggerak pengembangan dakwah Islam yaitu dengan menjadikan masjid sebagai pusat aktivitasnya. Saat ini, Remaja Masjid telah menjadi salah satu wadah favorit kegiatan remaja muslim dan umumnya dapat dijumpai di daerah kota-kota besar. Meskipun keberadaannya masih ada hambatan, namun secara umum masyarakat sudah bisa menerima atas kehadirannya. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya peranan Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA JT) sangat diperlukan dalam rangka memakmurkan Masjid Agung Jawa Tengah, pada khsusunya serta untuk mengorganisir potensi remaja Islam yang ada di sekitar dalam meningkatkan kualitas keislaman, kemasjidan, keremajan, ketrampilan dan keilmuan.

Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui; a) sejaumana peranan Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah(RISMA JT) Sebagai Lembaga Dakwah Masjid Agung Jawa Tengah, b) bagaimana factor-faktor pendorong dan penghambat Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA JT) di Masjid Agung Jawa Tengah.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan metode interview, observasi, dan dokumentasi. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan yang dipakai adalah pendekatan sosiologis, yang dilakukan sesuatu itu di peroleh dengan cara mendatangi objek penelitian atau terlibat langsung dalam kegiatan objek penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA JT) sudah melaksanakan peranannya sesuai dengan kedudukannya sebagai lembaga dakwah Masjid Agung Jawa Tengah, antara lain; a) pembinaan generasi muda Islam yang bertaqwa kepada Allah SWT, seperti kajian ahad pagi, pengajian dan dialog bersama Habib Umar Muthohar, kajian annisa, dzikir akbar sukses ujian nasional, pelatihan kewirausahaan, b) kaderisasi anggota, seperti rekruitmen, pelatihan kader dasar (PKD), pelatihan kader lanjutan (PKL), dan Musyawarah konsolidasi (MUSDASI), c) kegiatan bersama dengan Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah, seperti mengadakan acara bersama menjelang moment peringatan hari besar Islam , d) kegiatan social dakwah kemasyarakatan, seperti

santunan anak yatim, bakti social, safari silaturahmi, ziarah makam wali e) partisipasi dalam memakmurkan masjid, f) sebagai pusat informasi dan konseling

remaja, kegiatannya layanan konseling, buletin, seminar, pelatihan dan siaran RISMA JT di Radio DAIS 107,9 FM.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah kepada setiap ciptaan-Nya. Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, inspirator kebaikan yang tiada pernah kering untuk digali.

Skripsi dengan judul Peranan RISMA JT (Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah) Sebagai Lembaga Dakwah Masjid Agung Jawa Tengah, tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Banyak orang yang berada di sekitar penulis, baik secara langsung maupun tidak, telah memberi dorongan yang berharga bagi penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang terkait dan berperan serta dalam penyusunan skripsi ini :

1. Prof. Dr. H.Muhibin., selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.

2. Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.

3. Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag, dan Suprihatiningsih,S.Ag, M.si, selaku pembimbing I dan pembimbing II yang selalu siap untuk berdiskusi, memberikan arahan, dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Saerozi, S. Ag, M.Pd, selaku wali studi dan ketua Jurusan Manajemen

Dakwah yang telah meluangkan waktu dan dan tenaganya untuk mengarahkan dan membimbing kuliah penulis.

5. Para Civitas Akademika di lingkungan Fakultas Da’wah IAIN Walisongo Semarang.

6. Ibunda Hj. Sukiyah tercinta yang telah mendoakan dan memberikan suport moral dan material dengan tulus dan ikhlas.

7. Kakak - kakaku sekeluarga yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat kepada penulis.

(9)

ix

8. Adik – adik ku sepupu (Dwi, Pipit, Charis, Uswatun, Fauzi, Intan, Lala, Rifal,Udin, Fajrul) yang selalu menanti Penulis.

9. Buat Mas Ali Maskur terima kasih atas bantuan dan sarannya kepada penulis. 10. Sahabat ku seperjuangan (Amrodin, Ahsan, Usman, Ismail, Setiawan, Dian,

Tika, Eni, Nikmah dan Diva ) yang selalu memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Segenap Pengurus RISMA JT (Mas Zuhri, Ahsan, Benny, Imam, Didik, Eko, mbak Eva, mbak Maya) terima kasih atas bantuan dan kebersamaannya selama penelitian.

12. Teman temanku senasib seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan, motivasi dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Almamaterku Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.

Penulis hanya dapat mendo’akan semoga bantuan, arahan, bimbingan, dorongan, kebaikan dan keikhlasan dari semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, mendapat balasan amal baik dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih atas saran dan kritik yang diberikan dalam rangka perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dicatat sebagai amal kebajikan di hadapan Allah SWT.

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

ABSTRAKSI... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4. Tinjauan Pustaka ... 5

1.5. Metodologi Penelitian ... 9

1.6. Sistematika Penulisan... 15

BAB II PERANAN REMAJA MASJID SEBAGAI LEMBAGA DAKWAH 2.1. Pengertian Peranan 2.1.1. Pengertian Peranan ... 18

2.1.2. Jenis – Jenis Peranan ... 20

2.1.3. Konflik Peranan ... 21

2.2. Remaja Masjid 2.2.1. Pengertian Organisasi Remaja Masjid ... 21

2.2.2. Dasar, Tujuan dan Kedudukan Remaja Masjid ... 25

2.2.3. Jenis Organisasi Remaja Masjid ... 27

(11)

xi

2.2.5. Kiprah Remaja Masjid ... 37

2.2.6. Tanggung Jawab Remaja Masjid Masa Depan Islam 38

2.3. Lembaga Dakwah... 42

2.3.1. Pengertian Lembaga Dakwah ... 44

2.3.2. Fungsi Lembaga Dakwah ... 46

2.3.3. Tujuan Lembaga Dakwah ... 48

2.3.4. Klasifikasi Lembaga Dakwah ... 49

2.4. Masjid 2.4.1. Pengertian Masjid ... 51

2.4.2. Fungsi Masjid ... 51

2.4.3. Klasifikasi Masjid ... 53

BAB III TINJAUAN UMUM REMAJA ISLAM MASJID AGUNG JAWA TENGAH (RISMA JT) DAN MASJID AGUNG JAWA TENGAH 3.1. Sejarah Masjid Agung Jawa Tengah ... 59

3.2. Deskripsi tentang Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah 3.2.1. Sejarah Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA JT) ... 66

3.2.2. Periodesasi dan Perkembangan ... 68

3.2.3. Tujuan dan Arah Kegiatan ... 70

3.2.4. Kedudukan RISMA JT ... 71

3.2.5. Syarat – Syarat Keanggotaan RISMA JT ... 72

3.2.6. Nama dan Lambang... 72

3.2.7. Struktur Organisasi dan Job Discription ... 73

3.2.8. Program Kerja ... 81

3.2.9. Realisasi Program Kerja ... 75

3.2.10. Sarana dan Prasarana ... 88

(12)

xii

BAB IV ANALISIS PERANAN REMAJA ISLAM MASJID AGUNG (RISMA JT) SEBAGAI LEMBAGA DAKWAH MASJID AGUNG JAWA TENGAH

4.1. Analisis Peranan Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA JT) Sebagai Lembaga Dakwah Masjid

Agung Jawa Tengah ... 94 4.2. Faktor-Fakor Pendorong dan Penghambat Remaja Islam

Masjid Agung Jawa Tengah di Masjid Agung Jawa

Tengah ... 137 BAB V PENUTUP 1.1. Kesimpulan ... 141 1.2. Saran-saran ... 142 1.3. Penutup ... 143 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Remaja masjid adalah suatu organisasi atau wadah perkumpulan remaja muslim yang menggunakan masjid sebagai pusat aktivitasnya. Remaja masjid merupakan salah satu alternative pembinaan remaja yang terbaik. Melalui organisasi tersebut, mereka memperoleh lingkungan yang Islami serta dapat mengembangakan kreativitas. Kehadirannya remaja masjid tidak muncul begitu saja. Akan tetapi timbul melalui usaha-usaha penyelenggaraan kegiatan kemasjidan dan akhirnya dibentuklah organisasi remaja masjid.

Keberadaan Remaja Masjid saat ini telah menjadi salah satu wadah favorit kegiatan remaja muslim dan umumnya dapat dijumpai di daerah kota-kota besar. Meskipun keberadaannya masih terdapat hambatan, baik dari segi pola pengkaderan, program kerja maupun pengelolaan organisasi. Namun hambatan tersebut, secara umum masyarakat sudah dapat menerima atas kehadirannya.

Remaja masjid kini telah menjadi suatu fenomena bagi kegairahan para remaja muslim dalam mengkaji dan mendakwahkan Islam di Indonesia. Pada dasarnya dakwah Islam yang dilakukan oleh generasi muda Islam bukan merupakan suatu hal yang baru. Remaja masjid dapat membina para anggotanya agar beriman, berilmu,dan beramal shaleh dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT untuk mencapai keridhaan-Nya. Pembinaan remaja muslim dilakukan

(14)

2

dengan menyusun aneka program kemudian di follow up (tindak lanjut) dengan berbagai aktivitas yang berorientasi pada keislaman, kemasjidan, keremajaan,dan keilmuan (Siswanto, 2006: 48-50).

Pada masa sekarang, Remaja Masjid semakin terasa diperlukan terutama untuk mengorganisir kegiatan dakwah yang memiliki keterikatan dengan masjid. Keberadaannya dapat memberikan warna tersendiri bagi pengembangan masjid. Dan tentunya, diharapkan remaja masjid dapat menjadi penggerak pengembangan dakwah Islam yaitu dengan menjadikan masjid sebagai pusat aktivitasnya.

Sebagai organisasi yang terikat dengan masjid maka peran utamanya tidak lain adalah memakmurkan masjid. Memakmurkan masjid merupakan bagian dari dakwah bil hal (dakwah pembangunan). Dakwah bil hal adalah kegiatan dakwah yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup umat, baik rohani maupun jasmani (Ayub, 1996: 9). Selain itu, memakmurkan masjid juga merupakan salah satu bentuk

taqarrub (upaya mendekatkan diri) kepada Allah yang paling utama.

Rasulullah SAW bersabda, “barangsiapa membangun untuk Allah sebuah

masjid, meskipun hanya sebesar sarang burung, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di syurga”. (Mustofa, 2007: 18).

Dalam menjalankan peranannya, aktivitas Remaja masjid tidak hanya terbatas pada bidang keremajaan saja, melainkan bidang kemasjidan perlu difungsikan, diperluas jangkauan aktivitas dan pelayanannya dalam

(15)

3

mencapai kemakmuran masjid yang dicita-citakan. Sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah QS. At-Taubat ayat 18 :

















































Artinya: “Hanyalah yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Ayat tersebut diatas menunjukan bahwa setiap muslim memiliki tugas untuk memakmurkan masjid dalam melakukan peran dan fungsinya, baik secara individu maupun secara lembaga.

Adapun peran dan fungsi remaja masjid menurut Siswanto adalah sebagai berikut:

a. Memakmurkan masjid b. Pembinaan Remaja Muslim c. Kaderisasi Umat

d. Pendukung kegiatan Ta’mir Masjid e. Dakwah dan Sosial (2005 : 69-71).

(16)

4

Multifungsi tersebut telah diaktualisasikan dengan kegiatan operasional yang sejalan dengan program pembangunan. Umat Islam bersyukur bahwa dalam dekade akhir-akhir ini masjid semakin tumbuh dan berkembang,baik dari segi jumlahnya maupun keindahan arsitekturnya. Hal ini menunjukkkan adanya peningkatan kehidupan ekonomi umat, peningkatan gairah, dan semaraknya kehidupan beragama.

Sesungguhnya umat Islam memang memiliki semangat yang tinggi dalam membangun Masjid, namun banyak yang kurang ditindaklanjuti dengan aktivitas memakmurkannya secara sungguh-sungguh. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan sekaligus menjadi tantangan bagi remaja masjid untuk menggairahkan umat dalam memakmurkan masjid.

Bagi remaja masjid, mengaktualkan kembali peran dan fungsi masjid sebagai tempat ibadah dan pusat kebudayaan merupakan sikap kembali kepada sunnah Rasul yang semakin terasa diperlukan pada era modern ini. Aktualisasi ini pada gilirannya akan membawa umat pada kondisi yang lebih baik dan lebih Islami. Dengan mengaktualkan fungsi dan perannya, masjid akan menjadi pusat kehidupan umat. Artinya, umat Islam menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas jama’ah–jama’ah serta sosialisasi kebudayaan dan nilai-nilai Islam.

Remaja masjid sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah dan wadah bagi remaja muslim, diharapkan dapat mengaktualisasikan fungsi dan peranannya sebagai lembaga kemasjidan. Sehingga aktivitas remaja

(17)

5

masjid yang diselenggarakan dapat memenuhi kebutuhan umat serta berlangsung secara berdaya guna (efektif) dan berhasil guna (efisien).

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Peranan Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA JT) Sebagai Lembaga Dakwah Masjid Agung Jawa Tengah” 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

a. Bagaimana Peranan RISMA JT sebagai Lembaga Dakwah Masjid Agung Jawa Tengah?

b. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat peranan RISMA JT di Masjid Agung Jawa Tengah?

1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui Peranan RISMA JT sebagai Lembaga Dakwah Masjid Agung Jawa Tengah.

2) Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat peranan RISMA JT di Masjid Agung Jawa Tengah.

b. Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1) Secara Teoritis

(18)

6

Di harapkan dapat menambah khasanah keilmuan dakwah, dan sumbangan pemikiran dengan harapan dapat di jadikan bahan studi banding oleh peneliti lainnya.

2) Secara Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para pengelola lembaga dakwah, khususnya aktifis masjid dalam mengoptimalkan peran dan fungsi organisasi remaja masjid.

1.4.

Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari kesamaan penulisan dan plagiat, maka penulis mencantumkan beberapa hasil penelitian yang ada relevansinya dengan rencana penelitian penulis. Di antara penelitian-penelitian tersebut adalah :

Pertama; ; skripsi Hanis Farida (2006) dengan judulnya “Organisasi

Bina Wanita Yayasan Masjid Raya Baitur Rahman Semarang (Tinjauan Manajemen Dakwah)”. Dalam skripsinya dijelaskan bahwa suatu lembaga atau organisasi yang berorientasi pengembangan yang baik memerlukan pengelolaan atau manajemen yang bertujuan untuk mengembangkan lembaga organisasi menjadi lebih sempurna. Sehingga lembaga tersebut dapat bermanfaat terhadap lingkungannya, dan para anggota pada khususnya Organisasi Bina Wanita yang merupakan sebuah lembaga dakwah yang sangat diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitarnya, sehingga harus dikelola dengan sebaik-baiknya.

(19)

7

Dalam pengelolaan Organisasi Bina Wanita tentunya tidak terlepas dari beberapa hal yang berkaitan dengan fungsi manajemen yang sudah ada. Di antara beberapa fungsi manajemen yang ada antara lain adalah perencanaan. Fungsi perencanaan diperlukan sebagai dasar dalam melakukan pengelolaan setiap manajemen yang berlaku. Demikian pula dalam pengorganisasian harus dilaksanakan secara sistematis sehingga dapat dihasilkan suatu kekuatan yang tangguh dalam pengelolaan sebuah organisasi. Selain itu juga sebagai motor penggerak dalam setiap organisasi yang berfungsi sebagai mobilisator dan dinamisator harus dapat dilakukan dengan sangat cermat, dan yang tidak kalah penting adalah pengendalian sehingga didapat sebuah organisasi yang rapi dan terstruktur secara baik.

Kedua; skripsi Eko setiawati (2007) dengan judulnya “Peran

Manajemen Masjid dalam meningkatkan Fungsi sosial Masjid di masyarakat (Studi Kasus Peran Sosial Masjid Agung Pemalang)”. Dalam skripsinya di jelaskan bahwa peran manajemen masjid dalam meningkatkan fungsi sosial dimasyarakat tidak lepas dari program kegiatan masjid yang bisa membantu meringankan problematika sosial di masyarakat serta menerapkan manajemen masjid secara baik dan profesional agar dapat membantu pelaksanaan dan kelancaran kegiatan masjid.

Ketiga; skripsi Farida Ulfa (1996) yang berjudul “Kegiatan

Keagamaan Remaja Masjid Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”. Isi dari skripsinya membahas tentang kelebihan dan kekurangan dari kegiatan

(20)

8

keagamaan remaja masjid kecamatan jati kabupaten kudus. Adapun hasil penelitiannya adalah sebuah bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh para remaja yaitu berupa pengajian tahlil dan yasin pada hari kamis malam jum’at, dimana dalam pelaksanaannya dilakukan secara serempak diseluruh masjid kecamatan Jati. Kegiatan itu dilakukan dengan tujuan untuk menyatukan mereka dalam sebuah organisasi, sehingga mereka terangkum dalam kegiatan yang bermanfaat dan untuk memakmurkan masjid.

Keempat: skripsi Ali Mubarok (2003) yang berjudul “Peranan

Remaja Masjid Dalam Mengantisipasi Budaya Asing (Studi Kasus Pada Remaja Masjid Al-Falah Tlogowaru Malang). Dalam penelitiannya mengkaji sekelompok remaja yang disebut sebagai remaja masjid, dimana mereka berupaya untuk berperan sebagai suatu organisasi yang dapat mengantisipasi budaya asing yang pada umumnya bertentangan dengan ajaran Islam. Meskipun dalam pelaksanaan kegiatannya menghadapi beberapa rintangan.

Kelima : Skripsi Mahtum Afiati (1997) yang berjudul “Fungsi

Masjid Sebagai Sarana Pembentukan Akhlak Remaja (Study Kasus di Kodya Semarang). Dalam skripsinya membahas tentang bahwa masjid merupakan tempat ibadah umat Islam yang baik yang bersifat horisontal dan vertikal. Oleh karena itu, berfungsi atau tidaknya masjid sebagai tempat kegiatan umat Islam menjadi kewajiban dan tanggung jawab umat Islam

(21)

9

terutama remaja sebagai generasi penerus. Upaya untuk mengoptimalkan fungsi masjid sudah dilakukan oleh para pembina masjid, yaitu dengan cara menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan seluruh unsur masyarakat termasuk remaja. Kegiatan tersebut antara lain: khutbah jum’at, peringatan hari besar Islam (PHBI), bhakti sosial, kuliah ahad pagi, pemberian beasiswa dan wisata dakwah.

Dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan remaja, para pembina juga berupaya mengadakan kursus-kursus dan training dengan tujuan agar menambah bekal kemampuan para remaja sehingga dapat mewarisi pendahulunya untuk bisa menjadi pembina bagi generasinya. Selain itu juga diberikan fasilitas perpustakaan masjid, yang pengelolaannya di serahkan pada remaja masjid dengan maksud agar remaja masjid semakin gemar membaca buku keagamaan dan sekaligus dalam jiwanya ada ikatan dengan masjid.

Berdasarkan tinjauan pustaka diatas dapat dipahami bahwa penelitian penulis memiliki sudut pandang yang berbeda dan belum ada penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain. Perbedaan tersebut dalam penelitian penulis terletak bagaimana tugas dan kewajiban yang harus dijalankan sebagai lembaga kemasjidan dalam hal ini adalah remaja masjid.

(22)

10 1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penulisan

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu penulisan yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan status fenomena secara sistematik dan rasional (logika) (Arikunto, 1992: 245) yang terdapat pada RISMA JT (Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah) sebagai Lembaga Dakwah Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan sosiologis, yang dilakukan sesuatu itu di peroleh dengan cara mendatangi objek penelitian atau terlibat langsung dalam kegiatan objek penelitian.

1.5.2. Definisi Operasional

Untuk memberi kejelasan wilayah penelitian skripsi ini, maka perlu adanya batasan definisi dari judul “ Peranan Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (R ISMA JT) sebagai Lembaga Dakwah”.

Adapun batasan operasional dalam penelitian ini meliputi: a. Peranan

Peranan adalah suatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa) (Poerwadarminta, 1976 : 735).

Sedangkan menurut Munir dan Wahyu Ilaihi dalam bukunya manajemen dakwah bahwa Peranan dimaksudkan

(23)

11

sebagai suatu rangkaian perilaku yang teratur, yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu (2006: 239).

b. Remaja Masjid

Remaja masjid merupakan suatu organisasi atau wadah perkumpulan remaja muslim yang menggunakan masjid sebagai pusat aktivitasnya (Siswanto, 2005: 48).

c. Lembaga Dakwah

Lembaga dakwah atau organisasi dakwah adalah kumpulan sekelompok manusia berserikat yang memiliki tujuan bersama untuk mengajarkan dan menyampaikan ajaran islam secara komprehensif kepada seluruh umat agar mereka memahami dan meyakini kebenarannya yang mutlak, sehingga ajaran islam mampu mempengaruhi pandangan hidup, sikap batin, dan tingkah lakunya (Munir dan Wahyu Ilaihi, 2006 : 83).

d. Masjid

Masjid berasal dari bahasa arab sajada yang berarti tempat bersujud atau tempat menyembah allah SWT. Selain itu, masjid juga merupakan tempat orang berkumpul dan melaksanakan shalat secara berjama’ah dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturrahmi dikalangan kaum

(24)

12

muslimin, dan di masjid pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat jum’at (Ayub, 2001:1)

1.5.3. Sumber Data dan Jenis Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 1992: 102). Menurut sumbernya data penelitian digolongkan sebagai data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 1998: 91). Adapun dalam penulisan ini sumber primernya adalah Pengurus RISMA JT dan Pengurus Ta’mir MAJT yang diperoleh melalui wawancara dan dokumentasi. b. Data Sekunder

Data sekunder atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Azwar, 1998: 91). Data sekunder ini dapat diperoleh dari sumber data langsung biasanya berupa artikel, surat kabar, buletin, AD/ART Lembaga dan catatan-catatan lainnya sebagai penunjang dari sumber primer, juga disertai karya-karya tulis yang sesuai dengan judul penulisan.

(25)

13

Selain itu buku-buku maupun karya tulis, media cetak dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan judul penulisan. 1.5.4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penulisan ini, peneliti menggunakan beberapa metode, yakni:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis mengenai fenomena-fenomena sosial dengan gejala-gejala untuk kemudian dilakukan pencatatan (Subagyo, 1991: 63).

Metode ini digunakan untuk mencari data dengan cara datang langsung ke objek penelitian dengan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan-keadaan sebenarnya, dalam hal ini peneliti berperan dengan cara terlibat langsung dalam aktivitas Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA JT).

b. Interview (Wawancara)

Interview atau wawancara adalah suatu kajian yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada responden secara lisan (Subagyo, 1991: 39). Dalam hal ini instrument

(26)

14

wawancara penulis adalah menggunakan interview bebas terpimpin yaitu dalam melaksanakan interview, pewancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan di tanyakan (Arikunto, 2002 : 132).

Dan sebagai pendekatannya penulis menggunakan wawancara terbuka, yang mana para subjeknya mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara itu. Dengan metode wawancara terbuka penulis akan memperoleh informasi secara langsung mengenai semua hal yang relevan dengan penelitian ini melalui informan, yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2009: 132). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah pengurus RISMA JT dan Pengurus Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002: 206). Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data yang ada RISMA JT yakni sejarah, visi misi, AD/ART lembaga, surat

(27)

15

kabar, buku-buku, arsip atau dokumen-dokumen, notulen, foto kegiatan RISMA JT dan lain lain sebagainya yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

d. Teknik Analisis Data

Setelah proses memperoleh data-data dari hasil observasi, Interview dan juga dokumentasi, langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikannya sesuai dengan permasalahan yang diteliti untuk kemudian data tersebut di susun dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Dalam teknis penerapannya penulis menggunakan metode analisis SWOT yang merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, berdasarkan faktor internal yakni Strengths (kekuatan), Weakness (kelemahan) dan faktor eksternal (luar) yaitu, Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman). Dengan metode tersebut dapat di ketahui Peranan Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah (RISMA JT) sebagai Lembaga Dakwah Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

(28)

16 1.6. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah pemahaman dalam mencerna masalah yang akan di bahas, maka diperlukan format penulisan kerangka skripsi agar memperoleh gambaran komprehensif dalam penelitian.

Secara sistematis, penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Sedangkan secara garis besarnya, penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab pertama, pendahuluan. Pendahuluan ini menguraikan tentang

Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi.

Bab kedua, Berisi tentang landasan teori dan gambaran umum obyek

penelitian yang mendasari penulisan dalam pembahasan skripsi. Adapun landasan teori tersebut meliputi, a) Konsep Peranan yang meliputi; Pengertian Peranan, Jenis- Jenis Peranan, Konflik peranan, b) Konsep Remaja Masjid yang meliputi; Pengertian Remaja Masjid, Dasar, tujuan dan kududukan Remaja Masjid, Jenis Organisasi Remaja Masjid, Peran dan Fungsi Remaja Masjid, Kiprah Remaja Masjid, Tanggung Jawab Remaja Masjid, c) Pengertian Lembaga Dakwah, Fungsi Lembaga Dakwah, Tujuan Lembaga Dakwah, Klasifikasi Lembaga Dakwah, d) Masjid yang meliputi; Pengertian Masjid, Fungsi Masjid, dan Klasifikasi Masjid.

Bab ketiga, Gambaran umum tentang objek penelitian yang terdiri

(29)

17

Agung Jawa Tengah (RISMA JT), Periodesasi dan Perkembangan, Tujuan dan Arah Kegiatan, Kedudukan RISMA JT, Nama dan Lambang, Struktur Organisasi dan Job Description, Program Kerja, Realisasi Program Kerja, Sarana dan Prasarana, Sumber Dana dan Pengelolaannya.

Bab keempat, Analisis Data. Pada bab ini akan menjelaskan tentang;

a) Analisis tentang Peranan Remaja Islam Masjid Agung Jawa Tengah sebagai Lembaga Dakwah Masjid Agung Jawa Tengah b) Faktor – Faktor Pendukung dan Penghambat peranan RISMA JT di Masjid Agung Jawa Tengah.

Bab kelima, Penutup. Merupakan akhir dari pembahasan skripsi

(30)

18

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

.2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,

Jakarta: Rineka Cipta.

Ayub, Moh. 1996. Manajemen Masjid Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus. Jakarta: Gema Insani.

Azwar, Saefudin. 1998. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, Lexy J.2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda Karya, edisi 26.

Muhtarom, Zaini. 1997. Dasar-Dasar Manajemen Dakwah. Yogyakarta: Al-Amin.

Munir, M dan Wahyu Ilahi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Prenada Media Mustofa, Budiman. 2007. Manajemen Masjid Gerakan Meraih Kembali Kekuatan

Masjid dan Potensi Masjid. Solo: Ziyad Visi Media.

Siswanto, Ir. 2005. Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid. Jakarta : Pustaka Al-Kautsar.

Soekanto, Soerjono. 1982. Pengantar Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali.

Subagyo, Djoko. 1991. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus

(31)

18 BAB II

LANDASAN TEORI

PERANAN REMAJA MASJID SEBAGAI LEMBAGA DAKWAH

2.1. Pengertian Peranan

2.1.1. Pengertian Peranan

Peranan berasal dari kata “peran” yang berarti seperangkat alat yang diharapkan oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Pengertian kata “orang” di sini meliputi “orang” dalam pengertian manusia, dan lembaga, badan hukum (Kamus Bahasa Indonesia, 1990 : 5).

Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain. Kalau peran ibu digabungkan dengan peran ayah maka keduanya menjadi peran orang tua dan menjadi lebih luas sehingga perilaku-perilaku yang diharapkan juga menjadi lebih beraneka ragam (Sarwono, 2000: 224-225).

Pengertian lain menurut Soekanto bahwa peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status) seseorang. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya maka ia menjalankan suatu

(32)

19

peranan (Soekanto, 1982: 268). Peranan dimaksudkan sebagai suatu rangkaian perilaku yang teratur, yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu (Munir dan Ilaihi, 2006: 239).

Peranan tidak lepas hubungannya dengan kedudukan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan. Karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan – perbuatan orang lain. Orang yang bersangkutan akan menyesuaikan perilaku sendiri dengan perilaku orang – orang sekelompoknya. Hubungan-hubungan sosial yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan antara peranan-peranan individu dalam masyarakat (1990: 268).

Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (social-position) merupakan unsur statis yang menunjukkan

(33)

20

tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu:

a) Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

b) Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

c) Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. (Soekanto, 1990: 269)

Berdasarkan ketiga hal diatas, maka dalam peran perlu adanya fasilitas-fasilitas bagi seseorang atau kelompok untuk menjalankan peranannya. Lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada merupakan bagian dari masyarakat yang dapat memberikan peluang – peluang untuk pelaksanaan peranan seseorang atau kelompok.

2.1.2. Jenis – Jenis Peranan

Peranan berdasarkan jenis-jenisnya dapat diklasifikasikan beberapa macam, antara lain:

(34)

21

a) Peranan yang diharapkan (Expected Roles ) dan Peranan yang disesuaikan (Aktual Roles)

b) Peranan Bawaan (Ascribed Roles) dan Peranan Pilihan

(Achieved Roles)

c) Peranan Kunci (Key Roles) dan Peranan Tambahan

(Suplementary Roles)

d) Peranan Golongan dan Peranan Bagian

e) Peranan Tinggi, Peranan Menengah, Peranan Rendah (Sucipto, 1989: 185-189).

2.1.3. Konflik Peranan

Sejalan dengan adanya konflik kedudukan (status conflict), juga ada konflik peran (conflict roles), hal itu timbul disebabkan oleh adanya suatu pemisahan antara individu dengan peranan yang sesungguhnya harus dilaksanakan atau istilah lain di namakan dengan

role – distance. Gejala ini timbul apabila individu merasakan dirinya

tertekan. Karena dia merasa dirinya tidak sesuai untuk melaksanakan peranan yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Dengan demikian dia tidak dapat melaksanakan peranannya dengan sempurna atau bahkan menyembunyikan dirinya, apabila dia berada dalam lingkungan sosial yang berbeda (Soekanto, 1990: 270).

(35)

22

Menurut Biddle & Thomas konflik peran terjadi karena adanya disensus yang terpolarisasi yang menyangkut peran. Dua macam konflik peran antara lain:

a. Konflik antar-peran (inter – role conflict), contoh seorang mahasiswi yang telah menikah dimana ia harus membagi waktu antara melakukan tuntutan peran sebagai mahasiswi selain itu juga harus memenuhi tugas-tugas sebagai istri

b. Konflik dalam peran (intra – role conflict), contoh guru wali kelas harus disiplin, tegas, tapi di pihak lain ia juga harus mempunyai pengertian yang mendalam terhadap persoalan – persoalan muridnya, dan harus toleran dan sebagainya (Sarwono, 1995: 221).

Hal lain juga dikatakan menurut Dyer (1960), bahwa konflik peran terjadi karena beberapa faktor, yaitu:

a. "Conflict lying", merupakan konflik yang terjadi dalam disparitas antara permintaan dua peran yang harus dimainkan oleh seseorang. b. Konflik timbul manakala seseorang menganggap bahwa dirinya

terlalu banyak diberikan peran yang tidak mungkin dia penuhi atau dia kerjakan.

c. Konflik internal yang merupakan konflik yang sudah ada, misalnya terjadi :

(36)

23

 Ketika seseorang menerima sebuah peran, namun dia tidak dapat melaksanakan peran tersebut, dia juga tidak dapat menghindari diri dari masalah itu.

 Ketika seseorang menerima sebuah peranan, meskipun dia mempunyai waktu untuk itu, namun dia merasa tak mampu memainkan peranan itu.

d. Konflik sering kali muncul karena ada harapan orang lain yang terlalu tinggi terhadap suatu peran, namun orang itu tidak bisa melaksanakan tugas itu dengan sempurna (Alo Liliweri, 1997: 159). Dengan demikian, Getzels dan Guba (1954) mengatakan bahwa apabila seseorang merasa dirinya kurang efektif memainkan peranan maka semakin intensif konflik peran yang dia alami. Untuk mencegah hal itu terjadi, maka setiap organisasi di harapkan agar lebih mengefektifkan peranan setiap individu atau kelompok sesuai dengan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepadanya (Alo Liliweri, 1997: 159).

2.2. Remaja Masjid

2.2.1. Pengertian Organisasi Remaja Masjid

Menurut Drs. EK Imam Munawir, organisasi adalah merupakan kerja sama di antara beberapa orang untuk mencapai

(37)

24

suatu tujuan dengan mengadakan pembagian dan peraturan kerja. Yang menjadi ikatan kerja sama dalam organisasi adalah tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Dari definisi tersebut dapat diambil pengertian, bahwa Remaja Masjid adalah wadah kerja sama yang dilakukan oleh dua orang remaja muslim atau lebih yang memiliki keterkaitan dengan Masjid untuk mencapai tujuan bersama (2005: 80). Sebagai wadah aktivitas kerja sama remaja muslim, maka Remaja Masjid perlu merekrut mereka sebagai anggota. Dipilih remaja muslim yang berusia antara l5 sampai 25 tahun. Pemilihan ini berdasarkan pertimbangan tingkat pemikiran dan kedewasaan mereka. Usia di bawah 15 tahun adalah terlalu muda, sehingga tingkat pemikiran mereka masih belum berkembang dengan baik. Sedang usia di atas 25 tahun, sepertinya sudah kurang layak lagi untuk disebut remaja. Namun, pendapat ini tidak menutup kemungkinan adanya gagasan yang berbeda.

Tingkat usia anggota perlu dipertimbangkan dengan baik, karena berkaitan dengan pembinaan mereka. Anggota yang memiliki tingkat usia, pemikiran dan latar belakang yang relatif homogen lebih mudah dibina bila dibandingkan dengan yang heterogen. Disamping itu, dengan usia yang sebaya, mereka akan lebih mudah untuk

(38)

25

bekerjasama dalam melaksanakan program-program yang telah direncanakan, sehingga akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan (Siswanto, 2005: 81).

2.2.2. Dasar, Tujuan, dan Kedudukan Remaja Masjid a. Dasar Remaja Masjid

Remaja masjid merupakan organisasi dakwah Islam anak organisasi (underbouw) takmir masjid, yang mengambil spesialisasi pembinaan remaja muslim melalui masjid. Upaya untuk melaksanakan organisasi dakwahnya hendaknya diselenggarakan dengan terencana, terarah, terus menerus dan bijaksana. Karena hal itu perlu dilakukan secara kolektif dan terorganisir dan profesional.

Artinya: “Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS 3:104, Al-Imran).

b. Tujuan Remaja Masjid

Remaja Masjid sebagai salah satu bentuk organisasi kemasjidan yang dilakukan para remaja muslim yang memiliki

(39)

26

komitmen da’wah. Organisasi ini dibentuk bertujuan untuk mengorganisir kegiatan - kegiatan memakmurkan Masjid. Remaja Masjid sangat diperlukan sebagai alat untuk mencapai tujuan da'wah dan wadah bagi remaja muslim dalam beraktivitas di Masjid (Siswanto, 2005: 71).

Keberadaan remaja masjid sangat penting karena di pandang memiliki posisi yang cukup strategis dalam kerangka pembinaan dan pemberdayaan remaja muslim di sekitarnya. Itu sebabnya Remaja Masjid merupakan kelompok usia yang sangat professional juga sebagai generasi harapan, baik harapan bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa, dan Negara. Dalam konteks kemasjidan, generasi muda juga menjadi tulang punggung dan harapan besar bagi proses kemakmuran masjid pada masa kini dan mendatang (Ahmad Yani, 1999 : 83).

Sebab, mereka adalah kader-kader umat Islam yang perlu di persiapkan untuk menjadi pemimpin masa depan. Hal ini bukan berarti dalam masa pubertas (remaja) mereka tidak bisa melakukan yang berguna. Bagi mereka yang sangat penting adalah pembinaan, sehingga mereka dapat memahami Islam dengan benar, dan pada

(40)

27

akhirnya bisa turut berperan dalam gerakan dakwah Islam iyah (Siswanto, 2005: 42).

c. Kedudukan Remaja Masjid

Sebagaimana diketahui bahwa Remaja Masjid merupakan anak organisasi (anderbouw) Takmir Masjid. Meskipun demikian, kedudukan Remaja Masjid adalah sebagai organisasi otonom yang relatif independen dalam membina anggotanya. Remaja masjid dapat menyusun program, menentukan bagan dan struktur organisasi serta memilih pengurusnya sendiri. Karena itu aktivis Remaja Masjid memiliki kesempatan untuk berkreasi, mengembangkan potensi dan kemampuannya serta beraktivitas secara mandiri (Siswanto, 2005: 42). 2.2.3. Jenis Organisasi Remaja Masjid

Jenis organisasi apabila ditinjau dari segi wewenang, tanggung jawab maupun hubungan kerjanya dapat dibedakan dalam berbagai macam. Jenis-jenis organisasi dapat kita jumpai dalam buku-buku yang membahas tentang organisasi, baik dibicarakan sebagian atau keseluruhan. Disini tidak kita kaji semuanya, hanya yang ada kesesuaian dengan remaja masjid.

Menurut Siswanto, jenis organisasi yang paling sesuai untuk remaja masjid adalah jenis lini-staf. Yang merupakan perpaduan

(41)

28

(kombinasi) antara organisasi lini dan staf. Dengan menerapkan jenis organisasi ini, akan memperoleh beberapa keuntungan, antara lain: a) Adanya pembagian kerja yang jelas dari masing-masing personil

pengurus, baik sebagai pimpinan, staf maupun pelaksana.

b) Upaya kaderisasi dapat langsung dengan baik, karena adanya kesempatan bagi para pengurus untuk mengembangkan diri.

c) Menumbuhkan suasana kerjasama yang baik dengan Pengurus. d) Prinsip penempatan ahlinya pada bidangnya atau the right man on

the right place dapat lebih mudah dilakukan.

e) Menumbuhkan sikap disiplin, etos kerja, spesialisasi serta profesionalisme masing-masing Pengurus.

f) Koordinasi dapat dilakukan dengan baik, karena adanya pembidangan kerja yang jelas.

g) Pengambilan keputusan dpat dilakukan dengan sehat dan cepat, karena melibatkan banyak pengurus dan bermusyawarah, dan hasil keputusannya lekas diketahui oleh seluruh pengurus.

h) Memiliki fleksibilitas yang baik, sehingga mampu menyahuti kebutuhan efektifitas dan efesiensi organisasi dalam mencapai tujuannya.

(42)

29

i) Dapat dipergunakan oleh Remaja Masjid yang relative masih sederhana sampai yang besar dan komplek aktivitasnya.

Organisasi lini-staf merupakan suatu organisasi dengan wewenang dilimpahkan dari pimpinan atas kepada satuan-satuan organisasi dibawahnya dalam semua bidang, baik pekerjaan pokok maupun bantuan.

Yang dimaksud dengan lini (line) dalam struktur Pengurus Remaja Masjid adalah pengurus-pengurus yang secara langsung terlibat dalam usaha melaksanakan tercapainya tujuan organisasi. Pengurus-pengurus lini berhak untuk mengeluarkan perintah, membuat keputusan, menetapkan dan menafsirkan kebijakan (policy) organisasi, memberikan laporan pertanggungjwaban dan lain sebagainya, sesuai wewenang dan tugasnya.

Sedang yang dimaksud dengan staf (staff) adalah pengurus-pengurus yang secara tidak langsung terlibat dalam usaha melaksanakan tercapainya tujuan organisasi. Adapun fungsi utama staf adalah melakukan usaha-usaha penunjang yang berkaitan dengan penelitian, analisa data, dan informasi, rekomendasi, perencanaan, pengontrolan, koordinasi, pelayanan dan nasehat. Tentu saja harus disesuaikan dengan kedudukan dari masing-masing staf tersebut, abik secara staf umum

(43)

30

(general staff), staf ahli (special staff), staf pembantu (auxiliary staff)

maupun staf pribadi (personal staff). Keberadaan staf tersebut tergantung dari besar kecilnya organisasi Remaja Masjid yang bersangkutan (Siswanto, 2005: 94-96).

2.2.4. Peran dan Fungsi Remaja Masjid

Sebagaimana telah diketahui, bahwa remaja masjid merupakan organisasi dakwah yang menghimpun remaja muslim. Karena keterikatannya dengan masjid, maka peran utamanya adalah memakmurkan masjid (Siswanto, 2005: 64).

Memakmurkan masjid merupakan salah satu bentuk taqarrub (upaya mendekatkan diri) kepada Allah yang paling utama. Rasulullah SAW bersabda, “barangsiapa membangun untuk Allah sebuah masjid,

meskipun hanya sebesar sarang burung, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di syurga”. (Mustofa, 2007: 18).

Kemakmuran masjid mempunyai arti yang sangat luas, yaitu penyelenggaraan berbagai kegiatan yang bersifat ibadah mahdloh hubungan dengan Allah (hablum minallah), maupun ibadah muamalah hubungan sesama manusia (hablum minan nass) yang bertujuan untuk meningkatkan iman dan taqwa kecerdasan dan kesejahteraan jasmani, rohani, ekonomi maupun sosial (Ahmad Muhsin, 2010: 16).

(44)

31

Sebagaimana yang tersirat dalam firman Allah QS. At-Taubat ayat 18 :

















































Artinya: “Hanyalah yang memakmurkan Masjid-Masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”

(Depag RI :180).

Berdasarkan ayat tersebut diatas bahwa makna memakmurkan masjid adalah untuk :

1. Pembinaan iman

2. Menegakkan shalat atau pembinaan taqwa 3. Menunaikan zakat (infaq dan shadaqoh)

4. Membina kebersihan jiwa, raga dan harta dan kemandirian (fungsi kemasyarakatan) (Ahmad Muhsin, 2010: 16).

(45)

32

Dengan demikian, makna tersebut menunjukan bahwa setiap muslim memiliki tugas untuk memakmurkan masjid dalam melakukan peran dan fungsinya, baik secara individu maupun secara lembaga. Remaja masjid sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah dan wadah bagi remaja muslim, diharapkan dapat menjalankan fungsi dan peranannya sebagai lembaga kemasjidan. Sehingga aktifitas remaja masjid yang diselenggarakan dapat memenuhi kebutuhan umat serta berlangsung secara berdaya guna (efektif) dan berhasil guna (efesien). Adapun Peran dan Fungsi Remaja Masjid antara lain:

a) Memakmurkan masjid

Remaja masjid adalah organisasi yang memiliki keterkaitan dengan masjid. Di harapkan anggotanya aktif datang ke masjid, untuk melaksanakan shalat berjama’ah bersama dengan umat Islam yang lain. Karena, shalat berjama’ah adalah merupakan indikator utama dalam memakmurkan masjid. Selain itu, kedatangan mereka ke masjid akan memudahkan pengurus dalam memberikan informasi, melakukan koordinasi dan mengatur strategi organisasi untuk melaksanakan aktivitas yang telah diprogramkan. Dalam mengajak anggota untuk memakmurkan masjid tentu diperlukan kesabaran, misalnya:

(46)

33

1) Pengurus memberi contoh dengan sering datang ke masjid 2) Menyelenggarakan kegiatan dengan menggunakan masjid

sebagai tempat pelaksanaannya

3) Dalam menyelenggarakan kegiatan diselipkan acara shalat berjamaah

4) Pengurus menyusun piket jaga kantor kesekretariat dimasjid 5) Melakukan anjuran-anjuran untuk datang ke masjid.

b) Pembinaan Remaja Muslim

Remaja muslim disekitar lingkungan masjid merupakan sumber daya manusia (SDM) yang sangat mendukung bagi kegiatan organisasi, sekaligus juga merupakan objek dakwah (mad’u) yang paling utama. Oleh karena itu, mereka harus dibina secara bertahap dan berkesinambungan, agar mampu beriman, berilmu, dan beramal shalih dengan baik. Selain itu, juga mendidik mereka untuk berilmu pengetahuan yang luas serta memiliki ketrampilan yang dapat diandalkan. Dengan pengajian remaja, mentoring, malam bina iman dan taqwa (MABIT), bimbingan membaca dan tafsir Al-Qur’an, kajian buku, pelatihan (training), ceramah umum, ketrampilan berorganisasi dan lain sebagainya (2005: 69).

(47)

34 c) Kaderisasi Umat

Pengkaderan adalah suatu proses pembentukan kader yang dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh kader yang siap mengemban amanah organisasi. Pengkaderan anggota Remaja Masjid dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengkaderan langsung dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan yang terstruktur, sedang secara tidak langsung dapat dilakukan melalui kepengurusan, kepanitiaan dan aktivitas organisasi lainnya.

Sebagai wadah generasi muda Islam, Remaja Masjid berusaha untuk mengkader anggotanya dengan membekali mereka dengan berbagai kemampuan yang memadai, baik kemampuan teknis operasional (technical skill), kemampuan mengatur orang

(human skill), maupun dalam menyusun konsep (conseptional skill).

Sehingga manfaat yang diperoleh dari pengkaderan tersebut dapat menjadi kader-kader organisasi Remaja Masjid yang “siap pakai” yaitu kader-kader yang beriman, professional, aktivis Islam yang terampil, anggota yang bermotivasi tinggi, memiliki kader yang berpengetahuan dan tingkat intelektualitas yang baik serta

(48)

35

menghadirkan calon pemimpin yang memiliki kemauan dan kemampuan dalam meneruskan misi organisasi.

d) Pendukung kegiatan Ta’mir Masjid

Sebagai anak organisasi (underbouw) Ta’mir Masjid, Remaja Masjid harus mendukung program dan kegiatan induknya. Dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan tertentu, seperti shalat jum’at, penyelenggaraan kegiatan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha dan lain sebagainya. Disamping bersifat membantu, kegiatan tersebut juga merupakan aktivitas yang sangat diperlukan dalam bermasyarakat secara nyata.

Secara umum, Remaja Masjid dapat memberi dukungan dalam berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawab Ta’mir Masjid, diantaranya :

1. Mempersiapkan sarana shalat berjama’ah dan shalat –shalat khusus, seperti: shalat gerhana matahari, gerhana bulan, minta hujan, Idul Fitri dan Idul Adha

2. Menyusun jadwal dan menghubungi khatib Jum’at, Idul Fitri, dan Idul Adha

3. Menjadi Panitia kegiatan-kegiatan kemasjidan 4. Melaksanakan pengumpulan dan pembagian zakat

(49)

36

5. Menjadi pelaksana penggalangan dana

6. Memberikan masukan yang dipandang perlu kepada Takmir Masjid dan lain sebagainya (2005: 70).

e) Dakwah dan Sosial

Remaja masjid adalah organisasi dakwah Islam yang mengambil spesialisasi remaja muslim melalui masjid. Organisasi ini berpartisipasi secara aktif dalam mendakwahkan Islam secara luas, disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melingkupinya. Aktivitas dakwah bil lisan, bil hal, bil qalam dan lain sebagainya dapat diselenggarakan dengan baik oleh pengurus maupun anggotanya.

Meskipun diselenggarakan oleh remaja masjid, akan tetapi aktifitas tersebut tidak hanya membatasi pada bidang keremajaan saja tetapi juga melaksanakan aktifitas yang menyentuh masyarakat luas, seperti bhakti sosial, kebersihan lingkungan, membantu korban bencana alam dan lain-lain, semuanya adalah merupakan contoh dari aktivitas dakwah yang dilakukan oleh remaja masjid dan mereka dapat bekerja sama dengan ta’mir masjid dalam merealisasikan kegiatan kemasyarakatan tersebut (Siswanto, 2005 : 71).

(50)

37 2.2.5. Kiprah Remaja Masjid

Remaja masjid merupakan suatu komunitas tersendiri di dalam masjid. Mereka adalah kader, yang juga berupaya membentengi remaja agar tidak terjerumus ke dalam tindakan kenakalan yang meresahkan orang banyak. Kehadiran mereka menambah makmurnya masjid dan meringankan tugas pengurus masjid. Misalnya dalam pelaksanaan shalat jum’at; pengurus masjid dapat melibatkan remaja masjid sebagai muadzin, penjaga sepatu, sandal, dan barang milik jama’ah, pengedar tromol atau kotak amal, pembaca pengumuman masjid, dan lain sebagainya.

Kegiatan – kegiatan mereka bermanfaat tidak hanya untuk kepentingan mereka sendiri, tetapi juga untuk kepentingan remaja umumnya dan masyarakat luas. Di dalam masyarakat, remaja masjid mempunyai kedudukan yang khas, berbeda dengan remaja kebanyakan. Mereka menyandang nama masjid; tempat suci, tempat ibadah, rumah Allah. Sebuah imbuhan status dengan harapan mereka mampu menjaga citra masjid dan nama baik umat Islam. Mereka hendaklah menjadi teladan bagi remaja-remaja lainnya, dan ikut membantu memecahkan berbagai problematika remaja di lingkungan masyarakatnya.

(51)

38

Ketika para remaja menghadapi problem, dari tingkat kenakalan hingga dekadensi moral sekalipun, remaja masjid dapat menunjukkan kiprahnya melalui berbagai kegiatan. Jika paket kegiatan yang di tawarkan menarik perhatian dan simpatik, mereka bisa di ajak mendatangi masjid, mengikuti kegiatan-kegiatan di masjid. Dan jika perlu mengajak mereka menjadi anggota remaja masjid.

Dengan demikian, kiprah remaja masjid akan dirasakan manfaat dan hasil-hasilnya manakala mereka bersungguh-sungguh dan aktif dalam melakukan berbagai kegiatan, baik dimasjid maupun di dalam masyarakatnya. Hal ini membuktikan bahwa remaja masjid tidak pasif dan eksklusif, peka terhadap problematika masyarakatnya. Sehingga keberadaannya benar-benar memberi arti dan manfaat bagi dirinya sendiri, kelompoknya, dan masyarakat. Di samping itu, citra

masjid pun akan menjadi baik dan akan semakin makmur (Ayub, 1996: 156 – 157).

2.2.6. Tangung Jawab Remaja Masjid Masa Depan Islam

Organisasi remaja masjid banyak digemari para remaja atau pemuda yang jiwa dan hatinya gandrung meningkatkan aktivitas agamanya lewat masjid. Generasi muda Islam, baik remaja putra maupun putri, belakangan ini berbondong-bondong memasuki organisasi. Di

(52)

39

dalam wadah itu mereka mendapatkan sejumlah manfaat: bertambahnya wawasan keagamaan, wawasan ilmu keIslam an, memperbanyak kawan seiman dan seperjuangan, mempererat rasa ukhuwah Islam iyah yang tidak akan mereka dapatkan dari organisasi lain.

Eksistensi remaja masjid tentunya berbeda dari kebanyakan pemuda atau remaja secara umum. Remaja masjid mampu mengelakkan diri dari bentuk pergaulan huru-hara, dansa, disko, dan perilaku amburadul lainnya. Hal ini merupakan dampak positif yang dapat dirasakan langsung, tak heran jika sebagian mereka begitu semangat mengikuti kegiatan – kegiatan di masjid. Input yang positif tersebut hendaknya menjadikan masukan untuk memacu diri agar mereka lebih serius dan sungguh-sungguh di dalam memajukan organisasi masjid. Sebab di pundak remaja masjid inilah sebagian performance masa depan Islam di tentukan. Salah satu tiang penyangganya adalah organisasi remaja masjid, tempat para remaja dan pemuda membuktikan diri bahwa kehadiran mereka mempunyai motivasi yang tinggi dan dedikasi yang luhur dalam rangka membela dan menegakkan ajaran Allah di muka bumi, bersama kaum muslimin lainnya.

Tentunya tidak layak, bila remaja masjid mengisi kegiatan dan aktivitas keagamaannya hanya pada hari-hari besar atau pada acara

(53)

40

peringatan – peringatan. Mereka dapat memakmurkan masjid dalam banyak cara, mulai dari menyempurnakan shalat rawatib; menghidupkan pengajian kitab suci Al-Qur’an sehabis shalat Asyar, Magrib dan Isyak bagi anak-anak kecil; memikirkan cara agar para remaja lain dapat direkrut menjadi anggota remaja masjid; menjadikan masjid sebagai tempat berteduh bagi batin-batin yang gersang; tempat yang syahdu untuk bermunajad kepada Allah SWT. Ini merupakan serangkaian peran yang menantang bagi remaja masjid (2006: 153).

Syiar syari’at Islam di hari ini, besok, dan lusa senantiasa menuntut seluruh keterlibatan umat Islam dalam menjujungnya tinggi- tinggi. Kebesaran agama Allah, keagungan syariatnya akan semakin gagah apabila seluruh umat Islam bertekad memperjuangkannya dan menjaga kesuciannya. Secara khas, syiar ini pula pada pundak para remaja masjid.

Sebagai contoh jilbab sebagai pakaian muslimah, yang pada kenyataannya tidak luput dari penghinaan dan pelecehan manusia yang berakidah dangkal. Pemakaian jilbab dikalangan remaja putri Islam merupakan salah satu manifestasi dari pengalaman ajaran Islam. Di dalam interaksi sosial, ada kasus jilbab yang diperkarakan di pengadilan dan banyak mulut yang usil yang kurang toleran terhadap remaja putri yang berjilbab.

(54)

41

Hal – hal di atas merupakan sebagian kecil tantangan yang datang dari luar yang ingin memadamkan sinar terang syiar Islam . Para remaja masjid, sebagai elemen umat Islam yang bertanggung jawab mengibarkan panji-panji Islam tidak boleh tinggal diam. Mereka hendaknya mampu mempertahankan syiar Islam, ketika Islam digerogoti oleh pihak-pihak yang tidak menyukai Islam semarak di bumi. Selain itu, contoh lain misalnya para remaja masjid harus jeli mewaspadai menyangkut genjarnya gerakan kaum misionaris Kristen di daerah pemukiman umat Islam , khususnya yang bertaraf ekonomi lemah, kelompok muslim dhuafa. Misionaris itu beroperasi dengan dalih memenuhi pelayanan sosial, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan sebagainya, yang pada intinya “membantu” meringankan beban kelompok sasaran mereka. Setelah kaum muslim dhuafa banyak berhutang budi, kaum misionaris Kristen itu menyodori kelompok yang mereka mau “membantu” kitab Injil. Dhuafa yang lemah iman tersebut dengan mudah “menjual” akidah dan masuk pengikut ajaran kristiani.

Praktek semacam ini sungguh tidak sehat dan bertentangan dengan prinsip kerukunan hidup beragama di alam pancasila. Para remaja masjid diharapkan peka dan ikut serta membentengi praktek-praktek kotor yang dilakukan kalangan non Islam. Sebab sekecil apapun

(55)

42

peran serta kelompok remaja masjid, tetap akan memiliki arti dalam konteks ijtihad di bawah panji – panji Islam (1996: 154).

Kiranya tidak berlebihan bila seluruh umat Islam, yang mencintai semaraknya masjid, makmurnya kegiatan masjid, mendambakan peran remaja masjid sebagai organisasi remaja Islam yang aspiratif dan representatif. Aspiratif dalam arti mereka mampu mengemban amanat hati nurani umat, norma-norma al-Qur’an dan kebajikan Sunnah Rasullulah SAW, dan representatif dalam pengertian mewakili generasinya sebagai sebuah pilar yang membela tegaknya ajaran Ilahi di Nusantara. Remaja Masjid yang memahami potensi dirinya akan ikut serta memikirkan masa depan Islam, ikut bertanggung jawab terhadap prospek dari perkembangan syiar Islam dimasa yang akan datang (Ayub, 1996: 155).

2.3. Lembaga Dakwah

Lembaga Dakwah adalah terminologi yang terdiri dari dua kata, yakni “Lembaga” dan “Dakwah”. Kedua kata ini berangkat dari dua displin ilmu yang berbeda. Beberapa ahli mengenai istilah tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Menurut Wursanto, lembaga atau institusi adalah suatu kelompok yang menampung aspirasi masyarakat, baik yang mempunyai aturan secara

Gambar

Tabel   Analisis
FOTO PENGURUS RISMA JT
Foto Masjid Agung Jawa Tengah

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis matrik SWOT, maka dapat diajukan beberapa strategi untuk mengembangkan produk pariwisata pada obyek wisata Masjid Agung Jawa Tengah, yaitu

Sehingga berdasarkan kesimpulan pada poin (3) menerangkan bahwa Masjid Agung Jawa Tengah dalam memberikan upah sudah sesuai dengan Hukum Islam, yaitu memberikan

Dari hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan pada aplikasi Visualisasi 3D Interaktif Masjid Agung Jawa Tengah dapat diberikan beberapa saran

adalah untuk merencanakan struktur payung elektrik Masjid Agung Jawa

Dari hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan pada aplikasi Visualisasi 3D Interaktif Masjid Agung Jawa Tengah dapat diberikan beberapa saran

Peran Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI Jawa Tengah Dalam Dakwah Islam ( Studi Kasus Program Acara Jalan-Jalan Islami TVRI Jawa Tengah Episode Masjid Gede Sendang

Dari hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan pada aplikasi Visualisasi 3D Interaktif Masjid Agung Jawa Tengah dapat diberikan beberapa saran

Hasil penelitian menemukan Peranan Remaja Islam Masjid Baabusalam dalam membina Akhlak remaja di Desa Pekalongan yaitu sebagai berikut: Penyampaian materi Akhlak dan fiqih Ibadah