• Tidak ada hasil yang ditemukan

MINAT PENGUNJUNG TERHADAP MENARA ALHUSNA DAN PAYUNG HIDROLIK ELEKTRIK PADA MASJID AGUNG JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MINAT PENGUNJUNG TERHADAP MENARA ALHUSNA DAN PAYUNG HIDROLIK ELEKTRIK PADA MASJID AGUNG JAWA TENGAH"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

(1)

i

MINAT PENGUNJUNG TERHADAP MENARA

AL-HUSNA DAN PAYUNG HIDROLIK-ELEKTRIK PADA

MASJID AGUNG JAWA TENGAH

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan

Oleh :

Anugrah Wibisono

5101409017

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO:

1. “Saya datang dikirim oleh orang tua untuk belajar, dan itu tanggung jawab saya” 2. “Nabi Muhammad SAWmengajarkan pada umatnya untuk membaca (iqro)”

3. “Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil” -Mario Teguh-

4. “Tanah yang digadaikan bisa kembali dalam keadaan lebih berharga, tetapi kejujuran yang pernah digadaikan tidak pernah bisa ditebus kembali”

PERSEMBAHAN:

1. ALLAH SWT, terima kasih atas kemudahan yang diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Alhamdulillah telah memberikan beribu-ribu kesempatan padaku untuk berubah menjadi lebih baik lagi.

2. Kedua orang tua saya Bapak Abu Daeri dan Ibu Dian Mardianah terima kasih telah memberi kasih sayang yang tak pernah putus, dan selalu mencurahkan kasih sayang serta doa restunya yang selalu mengiringi disetiap langkahku. Kakak-kakak saya tercinta Deriana Savitri, dan Deden Sukma Adisucipto terima kasih atas dukungan yang telah diberikan kepada saya.

3. Seluruh sahabat-sahabat terbaikku yang telah mendukung, dan memberi semangat pada saya.

(7)

vii

Anugrah Wibisono. 2014. Minat Pengunjung Terhadap Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik Pada Masjid Agung Jawa Tengah. Skripsi. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Wiwit Setyowati, S.T., M.Sc., dan Pembimbing Pendamping Ir. Moch Husni Dermawan, M.T.

Kata kunci : Menara Al-Husna, Payung Hidrolik-Elektrik, minat

Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) merupakan tempat beribadah Umat Islam. Kedatangan pengunjung pada Masjid Agung Jawa Tengah dengan berbagai tujuan, tidak hanya untuk beribadah. Banyaknya daya tarik yang dimunculkan pada bangunan masjid itu sendiri maupun pada bangunan pendukung dari masjid tersebut. Berdasarkan hal tersebut, banyak sekali pengunjung yang berdatangan dari lain kota. Permasalahan yang dikaji adalah minat pengunjung terhadap Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik pada Masjid Agung Jawa Tengah dan seberapa besar minat pengunjung terhadap Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik pada Masjid Agung Jawa Tengah.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa minat pengunjung Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik pada Masjid Agung Jawa Tengah terhadap minat pengunjung. Penelitian ini menggunakan analisis data yang didasarkan untuk mengetahui keadaan sesuatu yang bersifat kualitatif dengan penafsiran persentase data kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah. Dalam penelitian ini jumlah pengunjung MAJT adalah 799 orang, dan dapat diambil sampel sebagai parameter perkiraan sebesar 10% artinya besar sampel dalam penelitian ini ditetapkan berjumlah 80 orang pengunjung masjid.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket (kuesioner). Pengukuran dalam angket digunakan skala likert. Instrumen tersebut setelah diuji tingkat validitas dan realibilitas sehingga instrumen dapat dikatakan memenuhi syarat untuk alat pengambilan data penelitian. Analisis data penelitian menggunakan analisis persentase skor.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, menyatakan bahwa ada minat pengunjung terhadap Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik. Hal tersebut dilihat dari teori menurut Catanese (dalam Pontoh, 1992:32 ), yang mencangkup aspek estetika, kejamakan, keluarbiasaan, peran sejarah, dan landmark. Besar minat pengunjung terhadap Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik menghasilkan presentase rata-rata 70% yang menyatakan masuk dalam kriteria setuju.Nilai persentase rata-rata sebanyak 70% tersebut didapat pada Menara Al-Husna (69%) masuk kriteria setuju dan pada Payung Hidrolik-Elektrik (71%) masuk kriteria setuju.

(8)

viii

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan

inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusun skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan setiap pihak yang terkait. Untuk itu dengan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Muhammad Harlanu, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Sucipto, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

4. Eko Nugroho Julianto, S.Pd., M.T., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

5. Wiwit Setyowati, S.T., M.Sc., selaku pembimbing I, dan penguji yang telah memberikan

bimbingan, arahan, motivasi, saran, dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

(9)
(10)

x

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv

MOTTO DAN PRSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Permasalahan ... 3

1.2.1. Rumusan Masalah ... 3

1.2.2. Batasan Masalah ... 3

1.3. Penegasan Istilah ... 4

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 5

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Sistematika Skripsi... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1. Teori tentang Masjid ... 8

2.1.1. Definisi Masjid ... 8

2.1.2. Masjid Nabawi ... 8

2.1.3. Payung Hidrolik-Elektris Pada Masjid Nabawi ... 9

2.1.4. Minaret ... 10

2.1.5. Masjid Jawa ... 12

(11)

xi

2.2.2. Wisata Religi ... 14

2.2.3. Tujuan Pariwisata... 15

2.2.4. Kriteria Bangunan Berdasarkan Makna Kultural ... 15

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perjalanan Wisata ... 17

2.4. Atraksi Wisata ... 18

2.4.1. Objek dan Sarana Wisata ... 18

2.4.1.1. Objek Wisata ... 18

2.4.1.2. Sarana Wisata ... 20

2.5. Pengertian Minat ... 22

2.6. Makna Filosofis Dalam Rancangan Arsitektur ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Lokasi Penelitian ... 24

3.1.1 Kondisi Umum Kota Semarang ... 24

3.1.2 Gambaran umum Masjid Agung Jawa Tengah ... 25

3.1.2.1Lokasi Masjid Agung Jawa Tengah ... 25

3.1.2.2Menara Al-Husna Masjid Agung Jawa Tengah ... 26

3.1.2.3Payung Hidrolik-Elektrik Masjid Agung Jawa Tengah ... 27

3.2 Jenis Penelitian... 28

3.3 Variabel Penelitian ... 29

3.3.1 Jenis Variabel dan Definisi Penelitian ... 29

3.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 29

3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 30

3.4.1 Populasi Penelitian ... 30

3.4.2 Sampel Penelitian... 31

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 31

3.5 Sumber Data Penelitian... 33

3.6 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.7 Rencana dan Prosedur Penyusunan Instrumen ... 37

3.7.1 Rencana Penelitian ... 37

3.7.2 Prosedur Penyusunan Instrumen ... 38

3.8 Metode Pengujian Instrumen ... 39

(12)

xii

3.10 Langkah Penelitian... 43

3.11 Skema Penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1 Hasil Penelitian ... 46

4.1.1 Jumlah Pengunjung ... 46

4.1.2 Analisis Instrumen ... 46

4.1.3 Hasil Analisis Data ... 48

4.1.3.1Minat ... 48

4.1.3.2Menara Al-Husna ... 60

4.1.3.3Payung Hidrolik-Elektrik ... 68

4.1.3.4Parameter Bangunan Kultural Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik ... 77

4.2 Pembahasaan Hasil Penelitian ... 78

4.2.1 Minat ... 79

4.2.2 Menara Al-Husna ... 91

4.2.3 Payung Hidrolik-Elektrik ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

5.1 Kesimpulan ... 121

5.2 Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(13)

xiii

1.1 Area Penelitian Pada Masjid Agung Jawa Tengah ... 3

2.1 Payung Hidrolik-Elektrik Masjid Nabawi ... 10

2.2 Masjid Ahmad Ibn Tulun (876-9),Kairo ... 11

2.3 Masjid al-Hakim (990-1002) ... 12

3.1 Letak Kota Semarang Dalam Wilayah Kepulauan Indonesia ... 25

3.2 Peta Lokasi MAJT ... 26

3.3 Menara Al-Husna ... 27

3.4 Payung Hidrolik-Elektrik ... 27

3.5 Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen... 39

3.6 Bagan Skema Penelitian ... 45

4.1 Diagram Lingkaran Berdasarkan Jenis Kelamin Pengunjung ... 49

4.2 Diagram Lingkaran Berdasarkan Umur Pengunjung ... 49

4.3 Diagram Lingkaran Berdasarkan Jenis Pendidikan Pengunjung ... 50

4.4 Diagram Lingkaran Berdasarkan Tujuan Kunjungan Pengunjung ... 51

4.5 Diagram Lingkaran Berdasarkan Informasi MAJT ... 52

4.6 Diagram Lingkaran Berdasarkan Asal Pengunjung ... 53

(14)

xiv

4.9 Diagram Batang Berdasarkan Kualitas Pelayanan MAJT ... 59

4.10 Diagram Batang Estetika Bangunan Pada Menara Al-Husna ... 62

4.11 Diagram Batang Kejamakan Bangunan Pada Menara Al-Husna ... 63

4.12 Diagram Batang Keluarbiasaan Bangunan Pada Menara Al-Husna ... 65

4.13 Diagram Batang Sejarah Bangunan Pada Menara Al-Husna ... 66

4.14 Diagram Batang Landmark Bangunan Pada Menara Al-Husna ... 68

4.15 Diagram Batang Estetika Bangunan Pada Menara Al-Husna ... 70

4.16 Diagram Batang Kejamakan Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik ... 72

4.17 Diagram Batang Keluarbiasaan Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik ... 73

4.18 Diagram Batang Sejarah Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik ... 75

4.19 Diagram Batang Landmark Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik ... 76

4.20 Kondisi Fisik MAJT ... 85

4.21 Fasilitas Menara Al-Husna ... 86

4.22 Pusat Penampungan Pedagang ... 87

4.23 Perpustakaan MAJT ... 88

4.24 Ruang Parkir ... 88

4.25 Sampah Pada Kolam Depan plaza MAJT ... 90

(15)

xv

4.28 Diagram Batang Estetika Bangunan Pada Menara Al-Husna ... 94

4.29 Bentuk Menara Al-Husna Berdasarkan Fungsi Bangunan ... 96

4.30 Diagram Batang Kejamakan Bangunan Pada Menara Al-Husna ... 97

4.31 Diagram Batang Keluarbiasaan Bangunan Pada Menara Al-Husna ... 100

4.32 Diagram Batang Sejarah Bangunan Pada Menara Al-Husna ... 102

4.33 Diagram Batang Landmark Bangunan Pada Menara Al-Husna ... 104

4.34 Payung Hidrolik-Elektrik Pada Masjid Agung Jawa Tengah ... 105

4.35 Diagram Batang Estetika Bangunan Pada Menara Al-Husna ... 106

4.36 Diagram Batang Kejamakan Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik ... 113

4.37 Payung Hidrolik-Elektrik Pada Masjid Agung Jawa Tengah ... 114

4.38 Payung Hidrolik-Elektrik Masjid Nabawi ... 114

4.39 Diagram Batang Keluarbiasaan Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik ... 115

4.40 Diagram Batang Sejarah Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik ... 117

(16)

xvi

Tabel Halaman

3.1 Perhitungan Jumlah Pengunjung MAJT ... 31

3.2 Waktu Pengambilan Sampel ... 32

3.3 Kriteria Tingkat Minat Pengunjung MAJT... 43

4.1 Distribusi Kualitas Fasilitas MAJT ... 56

4.2 Distribusi Kualitas Pelayanan MAJT... 59

4.3 Distribusi Estetika Bangunan Menara Al-Husna ... 61

4.4 Distribusi Kejamakan Bangunan Menara Al-Husna... 63

4.5 Distribusi Keluarbiasan Bangunan Menara Al-Husna ... 64

4.6 Distribusi Sejarah Bangunan Menara Al-Husna ... 66

47 Distribusi Landmark Bangunan Menara Al-Husna ... 67

4.8 Persentase Kemenarikan Pada Menara Al-Husna ... 68

4.9 Distribusi Estetika Bangunan Payung Hidrolik-Elektrik ... 70

4.10 Distribusi Kejamakan Bangunan Payung Hidrolik-Elektrik ... 71

4.11 Distribusi Keluarbiasan Bangunan Payung Hidrolik-Elektrik ... 73

4.12 Distribusi Sejarah Bangunan Payung Hidrolik-Elektrik ... 74

(17)

xvii

4.15 Persentase Kemenarikan Pada Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik 77

4.16 Distribusi Estetika Bangunan Menara Al-Husna ... 93

4.17 Distribusi Kejamakan Bangunan Menara Al-Husna... 97

4.18 Distribusi Keluarbiasan Bangunan Menara Al-Husna ... 99

4.19 Distribusi Sejarah Bangunan Menara Al-Husna ... 102

4.20 Distribusi Landmark Bangunan Menara Al-Husna ... 104

4.21 Distribusi Estetika Bangunan Payung Hidrolik-Elektrik ... 106

4.22 Distribusi Kejamakan Bangunan Payung Hidrolik-Elektrik ... 112

4.23 Distribusi Keluarbiasan Bangunan Payung Hidrolik-Elektrik ... 115

4.24 Distribusi Sejarah Bangunan Payung Hidrolik-Elektrik ... 117

(18)

xviii

Lampiran Halaman

INSTRUMEN PENELITIAN ... 126

WAWANCARA PENELITIAN ... 133

DATA dan PERHITUNGAN UJI INSTRUMEN ANGKET ... 135

ANALISA BUTIR ANGKET BERDASARKAN UJI COBA ... 136

DATA INSTRUMEN ANGKET ... 140

DATA PERHITUNGAN Ms.EXCEL ... 141

PERHITUNGAN SKOR PENELITIAN ... 183

KONSEP DASAR MASJID AGUNG JAWA TENGAH ... 193

RAGAM GAYA MINARET ... 195

DOKUMENTASI PENGAMBILAN DATA ANGKET... 196

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Penelitian

Agama Islam menciptakan kehidupan yang Islami dan masjid merupakan pusatnya. Di mana pun muslim berdiam, wajib bagi mereka mendirikan masjid.

Masjid adalah tempat menjalankan perintah salat, sentra kegiatan masyarakat muslim sekaligus cerminan jati dirinya. Hubungan antara manusia dan ALLAH

SWT (hablumminallah), dan hubungan antar manusia (hablumminannas) memperoleh ekspresinya yang paling nyata di masjid.

Dalam kehidupan masyarakat lokal, masyarakat memainkan peranan

dalam pembangunan masjid di Indonesia. Hal demikian menjadikan sering dijumpai adanya bentuk masjid yang tidak sesuai dengan bentuk masjid yang ada

di negara asalnya, Timur Tengah. Banyak masjid, terutama di Pulau Jawa yang mengkombinasi dengan bentuk bangunan dari wilayah lokal. Pengkombinasian tersebut dimaksudkan agar budaya setempat bercampur dengan Agama Islam. Hal

itu yang menjadikan masjid memberikan lebih banyak pemahaman positif bagi yang menggunakan masjid.

Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) terletak di Jalan Gajah Raya Semarang, Jawa Tengah, diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 11 November 2006. Masjid Agung Jawa Tengah dibangun areal seluas

(20)

2 kurang lebih 10 hektar, dengan luas bangunan induk seluas 7.669 m2 dan mampu menampung 15.000 jamaah.

Setiap hari wisatawan domestik, terutama pada hari libur berdatangan ke Masjid Agung Jawa Tengah untuk melihat keindahan dan kemegahan bangunan

masjid yang gaungnya telah mendunia itu. Rata-rata pengunjung dalam satu minggu bisa mencapai 800 orang pengunjung, dan jumlah pengunjung biasa membeludak pada Hari Jum’at dan Minggu (baik itu pagi ataupun hingga malam hari). Hal tersebut dikarenakan Masjid Agung Jawa Tengah mempunyai elemen-elemen yang menarik.

Elemen bangunan Masjid Agung Jawa Tengah yang menarik pengunjung diantaranya berupa enam payung Hidrolik-Elektrik yang bisa membuka dan menutup secara otomatis seperti yang ada di Masjid Nabawi di Kota Madinah, dan

Menara Al-Husna yang tingginya mencapai 99 Meter. Kemenarikan dari elemen tersebut terlihat dengan banyaknya pengunjung yang berlama-lama disekitar

bangunan Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik. Berdasarkan latar belakang tersebut, menarik untuk diteliti lebih jauh. Kenapa Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik menjadi bangunan yang menarik, sehingga perlu

dilakukan penelitian dengan judul : “MINAT PENGUNJUNG TEHADAP MENARA AL-HUSNA DAN PAYUNG HIDROLIK-ELEKTRIK PADA

(21)

3

1.2

Permasalahan

1.2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Kenapa Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik menarik bagi

pengunjung dalam mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah?

2. Seberapa besar minat pengunjung terhadap Menara Al-Husna dan Payung

Hidrolik-Elektrik ketika mengunjungi Masjid Agung Jawa Tengah?

1.2.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah, agar penelitian

lebih terfokus pada masalah yang dihadapi. Adapun fokus tersebut adalah:

1. Tempat yang akan diamati adalah Masjid Agung Jawa Tengah, khusus pada

sekitar Menara Al-Husna dan sekitar Payung Hidrolik-Elektrik (Gambar 1.1).

(22)

4 2. Aktifitas yang dilakukan objek penelitian sedang dalam keadaan berkunjung

pada masjid.

3. Waktu dilakukan penelitian adalah ketika pada Hari Jum’at dan Hari Minggu pukul 09.00-11.00 WIB dan 13.00-15.00 WIB. Data yang dihasilkan dikedua

hari tersebut digabungkan dalam satu alur penelitian.

1.3

Penegasan Istilah

Agar diperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti maka

perlu dijelaskan istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini untuk menghindari kesalahpahaman dan dapat mengarahkan kepada tujuan penelitian yang meliputi:

1. Menara

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 883), menara adalah bangunan yang tinggi (seperti masjid, gereja); bagian bangunan yang dibuat jauh

lebih tinggi daripada bangunan induknya.

2. Al-Husna

Menurut bahasa, Asma’ul Husna artinya nama-nama baik. Sedangkan

menurut istilah berarti Nama ALLAH SWT Yang Baik dan Yang Agung sesuai dengan sifat-sifat ALLAH SWT sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya,

jumlahnya ada 99 (sembilan puluh sembilan) Nama ALLAH SWT.

3. Payung Hidrolik-Elektrik

(23)

5 Hidrolik adalah sebuah sistem untuk mentransfer dan mengontrol tenaga dengan menggunakan media cairan. Sistem hidrolik memanfaatkan sifat fisik cairan sehingga memungkinkan untuk merubah gaya yang relatif kecil menjadi gaya yang sangat besar. Sedangkan elektrik adalah ilmu yang mempelajari tentang kelistrikan dimana yang sering digunakan adalah menggunakan arus kuat dan disertai bahan yang bersifat konduktor. Jadi Payung Hidolik-Elektrik adalah benda yang digunakan sebagai peneduh dari terik matahari yang sistem kerjanya dengan menggunanakan media cairan yang dioperasikan dengan listrik.

4. Minat

Pengertian minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:927) adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah dan keinginan terhadap hal yang memberikan daya tarik.

5. Pengunjung

Pengertian pengunjung menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008:1051) sebagai orang yang dalam keadaan mengunjungi suatu tempat. Dapat diartikan juga orang-orang yang datang kesuatu tempat tetapi bukan untuk tujuan menetap dan hanya untuk sementara waktu.

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

(24)

6 1. Untuk mengetahui Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik menarik bagi pengunjung sehingga timbul minat pengunjung mendatangi

Masjid Agung Jawa Tengah.

2. Untuk mengetahui seberapa besar minat pengunjung terhadap

kemenarikan Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik ketika pengunjung mendatangi Masjid Agung Jawa Tengah.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan teoritis

Untuk menambah pengetahuan pada dunia pendidikan khususnya pada mata kuliah SPA (Studio Perancangan Arsitektur), dan estetika bangunan dalam peningkatan dan perkembangan ilmu arsitektur khususnya pemberian filosofi

bangunan sehingga bangunan mempunyai daya tarik tertentu untuk pengguna maupun pengunjung.

2. Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi banyak pihak terkait pemberian filosofi bangunan sehingga bangunan

tersebut digunakan sebagaimana seharusnya, dan filosofi tersebut menjadi penambahan pengetahuan pada masyarakat.

1.5

Sistematika Skripsi

Untuk memudahkan pemikiran dalam memahami secara keseluruhan isi

(25)

7 1. Bagian Awal

Bagian awal berisi tentang sampul, halaman judul, halaman pengesahan,

abstrak, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

2. Bagian isi

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berisi tentang landasan teori yang terdiri atas teori masjid, pariwisata, minat kaitannya dengan minat pariwisata.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang metode penentuan populasi dan sampel, variabel penelitian,

metode pengumpulan data, teknik sampling, metode analisa, dan instrumen penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V PENUTUP

Berisi tentang simpulan dan saran. 3. Bagian akhir

Bagian akhir skripsi memuat daftar pustaka yang digunakan sebagai acuan

(26)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Teori Tentang Masjid

2.1.1 Definisi Masjid

Pengertian masjid menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:883) adalah “rumah atau bangunan tempat beribadah orang Islam”. Menurut

Moh.E.ayub dkk (1996:1), kata masjid berasal dari Bahasa Arab sajada yang berarti “tempat sujud atau tempat menyembah ALLAH SWT”. Dari pengertian

masjid menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Moh.E.ayub dkk dapat ditarik satu pengertian bahwa masjid adalah bangunan yang dibuat sacara khusus

digunakan untuk melakukan ibadah kepada ALLAH SWT.

2.1.2 Masjid Nabawi

Masjid Nabawi selalu menjadi rujukan peneguh bagi tampilnya elemen arsitektur masjid di tempat lain. Meskipun sesungguhnya elemen-elemen yang

dipasang pada masjid tersebut pernah diterapkan di masjid-masjid lain bahkan yang dibangun sebelumnya, akan tetapi kehadiran elemen tersebut seakan belum “sah” sebelum masjid Nabi juga menggunakannya. Mihrab atau minaret,

misalnya, pernah dipasang pada masjid-masjid di Kufah, Fustat, Basra, dan Damaskus. Akan tetapi „pengesahan’ kehadirannya berlangsung setelah elemen

tersebut terpasang resmi di Masjid Nabawi. (Ir. Achmad Fanani, 2009:141)

(27)

9 Baru setelah perubahan-perubahan tersebut, maka menjadi resmilah kiranya bahwa atas dasar suatu pertimbangan penting masjid dapat dibangun

dengan menafsirkan kembali prinsip kesederhanaan dan mengetengahkan unsur keindahan dan kemegahan.

2.1.3 Payung Hidrolik-Elektris Pada Masjid Nabawi

Pada Masjid Nabawi terdapat peracangan sistem mekanikal untuk pegontrol temperatur ruang, diracang dan dibangun oleh Sonde-konstruksionen

Und Leichtbau Gmbh (SL) dari Jerman, bersama Abdel Wahed El-Wakil dari Arab Saudi. SL memanfaatkan kelima sahn sebagai ruang terbuka di dalam. (Yulianto Sumalyo, 2000:588)

SL membuat dua sistem untuk mengatasi masalah iklim semuanya dapat bergerak, membuka atau menutup. Salah satu sistem tersebut adalah memakai

sistem payung. Sistem yang menggunakan payung diletakkan diatas sahn kembar berbaris di depan haram utama berasal dari jaman masjid didirikan Nabi (pada bagian ini terdapat makam Nabi). Payung-payung tersebut dirancang sejak 1991 selesai 1992 cukup cepat mengingat rumit dan canggih teknologinya. Pada ke dua sahn masing-masiing dibuat 6 buah payung, sehingga semuanya terdapat 12 payung. Setiap payung luasnya 17x18 M2. Lapisan payung terbuat dari membran, dibuka dan ditutuup secara otomatis dengan lengan-lengan yang tidak berbeda

(28)

10 Payung-payung dihubungkan dengan komputer dalam satu sistem dengan pendinginan dalam masjid, sehingga dapat membuka dan menutup secara

otomatis dalam temperatur tertentu dikehendaki. Outlets dari pengkondisian udara (air-conditioning) dibuat menyatu dengan tiang-tiang payung pada kepala di mana

terdapat juga lampu-lampu. (Yulianto Sumalyo, 2000:588)

2.1.4 Minaret

Minaret yang berasal dari Bahasa Turki yang dipungut oleh Bahasa Inggris memang memiliki kedekatan dengan kata manara, nar, atau nur, yang berkait dengan makna cahaya dalam Bahasa Arab.

Minaret dalam perkembangan arsitektur masjid cenderung menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masjid, meskipun banyak masjid yang tidak

mempunyai minaret. Di luar elemen-elemen pokok dan pelengkap tersebut, aspek dekorasi termasuk kaligrafi dan kubah juga sangat bervariasi, berkembang sejalan dengan budaya suatu masyarakat, di tempat tertentu, dan pada jaman tertentu pula.

(Yulianto Sumalyo, 2000:8)

(29)

11 Dalam tampilan bentuk minaret, pengaruh tradisi setempat yang terkait dengan gagasan budaya dan tingkat ketrampilan mengolah bahan yang dikuasai

masyarakatnya ikut mengambil peranan besar. Ragam bentuk minaret dari satu daerah budaya, berbeda dengan daerah yang lain. Masing-masing menyumbang

kreasinya bagi kekayaan khazanah Arsitektur Islam (lampiran ragam gaya minaret). (Ir. Achmad Fanani, 2009:102)

Masjid terdahulu yang menggunakan minaret diantaranya:

1). Masjid Ahmad Ibn Tulun (876-9), Kairo

Masjid ini berdiri di atas lahan seluas 2,6 Ha, ttermasuk halaman di dalam

pagar keliling (siyada) di mana pada bagian depan atau utara terdapat minaret. (Yulianto Sumalyo, 2000:69)

(30)

12 2). Masjid al-Hakim (990-1002)

Masjid al-Hakim saat ini tinggal reruntuhan, dari sisa bangunan terlihat

pengaruh gaya masjid sebelumnya terutama Masjid Ibn Tulun cukup besar, termasuuk adanya dinding keliling, menara dan pintu gerbang.

Dekorasi Masjid al-Hakim tidak terlalu berbeda dengan masjid-masjid sebelumnya, antara lain berupa deretan ornamen geometris sepanjang dinding keliling beberapa kaligrafi. Minaret cukup ramai dihias, antara lain dengan

muqarnas (mucarabes) yaitu hiasan geometris menyerupai stalactite. (Yulianto Sumalyo, 2000:73)

2.1.5 Masjid Jawa

Fakta fisik arsitektur Masjid Demak, dengan corak atap tajuknya, sengkalan memet berupa ikon binatang bulus berkaki empat dan ekornya, digabung dengan sumber historiografi Jawa baik lisan maupun tertulis, akan menuntun lebih jauh pada gambaran suasana kemasyarakatan di awal

perkembangan Islam di Jawa. (Ir. Achmad Fanani, 2009:25) Gambar 2.3 Masjid al-Hakim (990-1002)

(31)

13 Sebuah karya arsitektur tidak pernah lepas sendiri dari keadaan masyarakat yang melahirkannya. Atau sebuah karya arsitektur mampu menjadi pintu masuk

untuk lebih memahami keadaan masyarakat tempat di mana benda itu berada.

2.1.6 Arsitektur Masjid

Arsitektur adalah sebuah sintaks, begitu kata Roger Scruton. Menurut ahli masalah estetika ini, untuk membaca muatan pesannya secara utuh, harus dicari kombinasi-kombinasi yang pas dari penggabungan masing-masing komponen

bangunannya. Dalam pengertian sintaks ini Scruton menekankan pemahaman tentang bagaimana unsur-unsur teknis berhubungan satu sama lain, atau juga

antarunsur baik teknis maupun estetika akan saling menunjang di dalam menghasilkan wujud yang bukan saja kukuh, akan tetapi sekaligus juga indah. (Ir. Achmad Fanani, 2009:21)

Hal yang tidak boleh ditinggalkan adalah keterkaitan antara fungsi praktis dengan fungsi simboliknya. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang

utuh tentang makna dari sebuah wujud arsitektur itu. Cara pandang ini hampir sama dengan yang dikemukakan oleh Van Peursen tentang pengertian fungsi dalam perkembangan budaya. Menurut Van Peursen seharusnya

fungsi-fungsi dalam budaya dikembalikan pada hakikatnya di dalam kehidupan.

Lewat arsitektur masjid dapat ditelusuri keadaan suatu masyarakat

Muslim, situasi kemasyarakatannya, pemahaman keagamaannya, di saat dan tempat di mana karya arsitektur masjid tersebut berada. Arsitektur masjid sebagai benda bentukan dengan sendirinya akan bisa menuntun pada penjelasan tentang

(32)

14 di sekeliling masjid tersebut. Minaret, kubah, kaligrafi, dika, maksura, semua dapat menjadi petanda guna mengungkap rangkaian kejadian.

2.2

Tinjauan Umum Pariwisata

2.2.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan

tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi

keinginan yang beraneka ragam. (Richard Sihite dalam Marpaung dan Bahar, 2000:46)

2.2.2 Wisata Religi

Wisata berasal dari bahasa sansekerta VIS yang berarti tempat tinggal

masuk dan duduk. Kemudian kata tersebut berkembang menjadi Vicata dalam bahasa Jawa Kawi kuno disebut dengan wisata yang berarti berpergian. Kata wisata kemudian memperoleh perkembangan pemaknaan sebagai perjalanan atau

sebagian perjalanan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

(33)

15 beragama, biasanya berupa tempat ibadah, makam ulama atau situs-situs kuno yang memiliki kelebihan. Kelebihan ini misalnya dilihat dari sisi sejarah, adanya

mitos dan legenda mengenai tempat tersebut, ataupun keunikan dan keunggulan arsitektur bangunannya (Khodiyat & Ramaini, 1992: 123) .

2.2.3 Tujuan Pariwisata

Tujuan pariwisata telah dijabarkan oleh para ahli di bidang pariwisata sebagai optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan sumber-sumber daya

pariwisata. Daerah tujuan wisata menurut Surjanto (dalam A. Hari Karyono, 1997:11) yaitu daerah-daerah yang berdasarkan kesiapan prasarana dan sarana

dinyatakan siap menerima kunjungan wisatawan di Indonesia. Daerah tujuan wisata diharuskan memiliki objek wisata, dan daya tarik wisata (atraksi wisata) sebagai media untuk menarik minat wisatawan.

Berkembangnya pariwisata di suatu daerah akan membawa perubahan pada daerah tersebut. Perubahan yang dimaksud dapat bernilai positif jika

pengembangan pariwisata dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang benar, yakni melalui perencanaan yang cermat, dan matang supaya sesuai dengan kondisi setempat. Namun demikian, jika pelaksanaannya tidak direncanakan dengan baik

maka justru akan membawa kerugian atau berdampak negatif bagi daerah tempat pariwisata berkembang.

2.2.4 Kriteria Bangunan Berdasarkan Makna Kultural

(34)

16 a. Kriteria estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana bisa

terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Di dalam keindahan tersebut terdapat kenikmatan yang terdalam, puncak

kebahagiaan, dan keabadian yang dirasakan oleh alat indera manusia. (Agus Sachari, 1989 : 43) Estetika khususnya dalam hal penampakan luar bangunan, yaitu :

 Bentuk (sesuai dengan fungsi bangunannya)

 Struktur (ditonjolkan sebagai nilai estetis)

 Ornamen (mendukung dari gaya arsitektur bangunan)

b. Kriteria kejamakan (typical), yaitu objek yang akan dilestarikan mewakili kelas dan jenis khusus, tolok ukur kejamakan ditentukan oleh bentuk

suatu ragam atau jenis khusus yang spesifik. Misalnya ragam minaret pada masjid (lampiran ragam minaret).

c. Kriteria keluarbiasaan (superlative), merupakan kriteria bagi bangunan

yang paling menonjol, besar, tinggi dan sebagainya.

d. Kriteria peran sejarah (historical role), merupakan bangunan maupun

lingkungan yang memiliki peran dalam peristiwa bersejarah, sebagai ikatan simbolis, maupun kaitannya dengan peristiwa masa lalu sesuai perkembangan kota.

e. Kriteria memperkuat kawasan (landmark), kehadiran bangunan tersebut dapat mempengaruhi kawasan sekitarnya, dan bermakna untuk

(35)

17

2.3

Faktor yang Mempengaruhi Perjalanan Wisata

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi perjalanan wisata adalah sebagai berikut:

1. Profil Wisatawan (Tourist Profile)

Profil wisatawan dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu:

a. Karakteristik sosial ekonomi wisatawan (Sosio-economic characteristic)

yang meliputi umur, dan pendidikan.

b. Karakteristik tingkah laku (behavioural Characteristic) yang diketahui dari motivasi wisatawan dalam berkunjung.

2. Pengetahuan untuk melakukan perjalanan (travel awareness) yang meliputi informasi tentang daerah tujuan wisata serta ketersediaan

fasilitas dan pelayanannya.

3. Karakteristik perjalanan (trip features) yang meliputi jarak, transportasi yang digunakan dan biaya yang dikeluarkan.

4. Sumber daya dan karakteristik daerah tujuan (resources and characteristic of destinataon) yang meliputi atraksi wisata, ketersediaan fasilitas dan kualitas pelayanan.

Keempat faktor di atas dirumuskan melalui unsur penawaran (supply) dan unsur permintaan (demand). Adanya kedua unsur yang berlawanan ini melahirkan

berbagai jenis kegiatan rekreasi yang dapat dinikmati oleh pengunjung di suatu kawasan wisata. Faktor yang mendorong suatu perjalanan wisata dari daya tarik

(36)

18 gambaran yang diperoleh wisatawan dari berbagai kesan, pengalaman dan kenangan yang didapat sebelum, ketika dan sesudah mengunjungi objek wisata.

Dengan demikian untuk membentuk citra dari suatu kawasan wisata perlu adanya suatu produk wisata yang dapat mempengaruhi perjalanan seorang

wisatawan. Produk tersebut dirumuskan dengan menampilkan objek yang menarik dan sarana yang mendukung sehingga mempunyai nilai kompetisi.

2.4

Atraksi Wisata

2.4.1 Objek dan Sarana Wisata

2.4.1.1 Objek Wisata

Menurut Edward Inskeep (1991:27), mengatakan bahwa suatu objek wisata harus mempunyai 5 unsur penting, yaitu:

1. Daya tarik

Daya tarik merupakan faktor utama yang menarik wisatawan mengadakan perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu tempat primer yang

menjadi tujuan utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam suatu perjalanaan primer karena keinginannya untuk menyaksikan, merasakan, dan

menikmati daya tarik tujuan tersebut. Sedangkan daya tarik sendiri dapat diklasifikan kedalam daya tarik lokasi yang merupakan daya tarik permanen.

2. Prasarana Wisata

Prasarana wisata ini dibutuhkan untuk melayani wisatawan selama perjalanan wisata. Fasilitas ini cenderung berorientasi pada daya tarik wisata di

(37)

19 Prasarana wisata cenderung mendukung kecenderungan perkembangan pada saat yang bersamaan. Prasarana wisata ini terdiri dari:

a. Prasarana akomodasi

Prasarana akomodasi ini merupakan fasilitas utama yang sangat penting

dalam kegiatan wisata. Proporsi terbesar dari pengeluaran wisatawan biasanya dipakai untuk kebutuhan menginap, makan, dan minum. Daerah wisata yang menyediakan tempat istirahat yang nyaman dan mempunyai nilai estetika tinggi,

menu yang cocok, menarik, dan asli daerah tersebut merupakan salah satu yang menentukan sukses tidaknya pengelolaan suatu daerah wisata.

b. Prasarana pendukung

Prasarana pendukung harus terletak ditempat yang mudah dicapai oleh wisatawan. Pola gerakan wisatawan harus diamati atau diramalkan untuk

menentukkan lokasi yang optimal mengingat prasarana pendukung untuk melayani pengunjung. Jumlah dan jenis prasarana pendukung ditentukan

berdasarkan kebutuhan wisatawan. 3. Sarana Wisata

Sarana Wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata maupun objek

wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan, baik secara kuantitas maupun kualitas. Lebih dari itu, selera pasar pun dapat menentukan tuntutan berbagai sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus

(38)

20 dan alat komunikasi, serta sarana pendukung lainnya. Tidak semua objek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut

harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan. 4. Infrastruktur

Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas permukaan tanah dan dibawah tanah, seperti: sistem pengairan, sumber listrik dan

energi, sistem jalur angkutan dan terminal, sistem komunikasi, serta sistem keamanan atau pengawasan. Infrastruktur yang memadai dan terlaksana dengan

baik di daerah tujuan wisata akan membantu meningkatkan fungsi sarana wisata, sekaligus membantu masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

2.4.1.2 Sarana Wisata

Sarana pariwisata disebut sebagai ujung tombak usaha kepariwisataan dapat diartikan sebagai usaha yang secara langsung maupun tidak langsung

memberikan pelayanan kepada wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata dimana keberadaannya sangat tergantung kepada adanya kegiatan perjalanan wisata. Menurut Edward Inskeep (1991:42), sarana tersebut adalah sebagai berikut:

1. Akomodasi

Wisatawan akan memerlukan tempat tinggal untuk sementara waktu

selama dalam perjalanan untuk dapat beristirahat. Dengan adanya sarana ini, maka akan mendorong wisatawan untuk berkunjung dan menikmati objek dan daya tarik wisata dengan waktu yang relatif lebih lama. Informasi mengenai akomodasi

(39)

21 seperti jenis fasilitas dan pelayanan yang diberikan, tingkat harga, jumlah kamar yang tersedia, dan sebagainya.

2. Tempat makan dan minum

Wisatawan yang berkunjung ke suatu objek wisata tentunya ingin

menikmati perjalanan wisatanya, sehingga pelayanan makanan dan minuman harus mendukung hal tersebut bagi wisatawan yang tidak membawa bekal. Bahkan apabila suatu daerah tujuan wisata mempunyai makanan yang khas,

wisatawan yang datang disamping menikmati atraksi wisata juga menikmati makanan khas tersebut. Pertimbangan yang diperlukan dalam penyediaan fasilitas

makanan, dan minuman antara lain adalah jenis dan variasi makanan yang ditawarkan, tingkat kualitas makanan dan minuman, pelayanan yang diberikan, tingkat harga, tingkat kebersihan, dan hal-hal lain yang dapat menambah selera

makan seseorang serta lokasi tempat makannya. 3. Tempat belanja

Berbelanja merupakan salah satu aktivitas kegiatan wisata dan sebagian pengeluaran wisatawan didistribusikan untuk berbelanja. Penilaian dalam penyediaan fasilitas belanja ini dilakukan terhadap ketersediaan barang-barang

yang dijual dan pelayanan yang memadai, lokasi yang nyaman, dan akses yang baik serta tingkat yang relatif terjangkau.

4. Fasilitas umum di lokasi objek wisata

(40)

22 Edward Inskeep (1991:44) mengemukakan bahwa prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh

wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata prasarana dasar yang melayani penduduk lokal seringkali juga melayani kegiatan pariwisata, seperti

jalan, sumber listrik dan energi, sumber air, dan sistem pengairan, fasilitas kesehatan, sistem pembuangan kotoran/sanitasi, telekomunikasi, terminal angkutan, jembatan, dan sebagianya. Dalam melaksanakan pembangunan

prasarana wisata perlu disesuaikan, dan mempertimbangkan kondisi dan lokasi yang akan meningkatkan aksesibilitas suatu objek wisata yang pada waktunya

dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri, selain itu juga diperlukan koordinasi dan dukungan antar instansi terkait.

2.5

Pengertian Minat

Minat sebagai kecenderungan dalam diri individu untuk tertarik pada suatu objek atau menyenangi suatu obyek. Timbulnya minat terhadap suatu obyek

ini ditandai dengan adanya rasa senang atau tertarik terhadap sesuatu yang memiliki daya tarik. Jadi boleh dikatakan orang yang berminat terhadap sesuatu

maka seseorang tersebut akan merasa senang atau tertarik terhadap obyek yang diminati tersebut. (Sumadi Suryobroto, 1988:109)

2.6

Makna Filosofis Dalam Rancangan Arsitektur

Nilai filosofis tidak akan ditinggalkan dalam proses karya rancangan

(41)

23 merupakan seonggok bahan bangunan yang didukung oleh rangka struktur yang kelihatan mati seolah-olah tanpa mempunyai "roh" kehidupan yang ada

dalam bangunan tersebut. (Djoko Praktiko, 2003:3)

Nilai filosofis dalam bangunan adalah sesuatu yang abstrak sebagai

wujudan idealisme, keinginan, tujuan dari pemilik bangunan (owner) atau si arsitek yang menciptakan bangunan tersebut, melalui konsep filosofis, hasil karya rancangan arsitektur akan mempunyai nilai-nilai "roh" yang hidup,

(42)

24

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan salah satu langkah dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan harus tepat agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Dalam metode penelitian, ditetapkan langkah-langkah untuk mengumpulkan data yang diperlukan, menganalisis data, dan menyimpulkan. Langkah-langkah yang digunakan antara lain menentukan lokasi penelitian, jenis penelitian, menetapkan variabel yang akan diteliti, menentukan populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, menetapkan sumber data penelitian, metode pengumpulan data, prosedur penyusunan instrumen, dan metode pengujian instrumen, teknik analisis data, dan langkah penelitian.

3.1

Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi objek penelitian ini Masjid Agung Jawa Tengah. Dan nantinya peneliti melakukan penelitian dengan melibatkan obyek yang akan

diteliti yaitu Pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang datang pada saat penulis sedang melakukan aktifitas penelitiannya di tempat tersebut.

3.1.1 Kondisi Umum Kota Semarang

Kota Semarang terletak antara garis 6° 50’ - 7° 10’ Lintang Selatan dan garis 109° 35’ - 110° 50’ Bujur Timur. Dibatasi sebelah barat dengan Kabupaten

Kendal, sebelah timur dengan Kabupaten Demak, sebelah selatan dengan

(43)

25 Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan garis

[image:43.595.119.504.177.382.2]

pantai meliputi 13,6 km.

Gambar 3.1 Letak Kota Semarang Dalam Wilayah Kepulauan Indonesia

Sumber : id.wikipedia.org, 2013.

3.1.2 Gambaran Umum Masjid Agung Jawa Tengah

3.1.2.1 Lokasi Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) terletak di Jl. Gajah Raya,

(44)

26 3.1.2.2Menara Al-Husna Masjid Agung Jawa Tengah

Masjid Agung Jawa Tengah memiliki Menara Asmaul Husna (Al Husna Tower) dengan ketinggian 99 m. Menara yang dapat dilihat dari radius 5 km ini

terletak di pojok barat daya masjid. Menara tersebut melambangkan kebesaran dan kemahakuasaan ALLAH SWT. Dipuncak menara dilengkapi teropong

pandang. Dari tempat ini pengunjung dapat menikmati udara yang segar sambil melihat indahnya Kota Semarang dan kapal-kapal yang sedang berlalu-lalang di

[image:44.595.138.492.143.351.2]

pelabuhan Tanjung Emas.

(45)

27 3.1.2.3Payung Hidrolik-Elektrik Masjid Agung Jawa Tengah

Pada halaman Masjid Agung Jawa Tengah terdapat 6 Payung Hidrolik-

[image:45.595.262.384.111.297.2]

Elektrik yang dapat membuka dan menutup secara otomatis yang merupakan adopsi arsitektur bangunan Masjid Nabawi yang terdapat di Kota Madinah.

[image:45.595.257.403.448.641.2]

Gambar 3.4 Payung Hidrolik-Elektrik Sumber : Dokumentasi, 2013 Gambar 3.3 Menara Al-Husna MAJT

(46)

28

3.2

Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakkan pendekatan deskriptif, karena

penulis akan menjelaskan/mendeskripsikan hubungan, pengaruh satu variabel dengan variabel lain. Penelitian kualitatif dilakukan dengan mengumpulkan data yang berupa kata, skema, dan gambar. (Sugiyono, 2007:14)

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti suatu minat pengunjung terhadap Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik pada

Masjid Agung Jawa Tengah. Secara harfiah penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk menjelaskan minatnya pengunjung terhadap Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik pada Masjid Agung Jawa

Tengah. Penelitian deskriptif dalam hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas dari minat pengunjung kepada Menara Al-Husna dan Payung

Hidrolik-Elektrik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei. Penelitian survei yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai

alat pengumpulan data yang pokok. Pengertian dari kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh

(47)

29

3.3

Variabel Penelitian

3.3.1 Jenis Variabel

Variabel merupakan gejala yang menjadi penelitian untuk diamati.

Variabel sebagai atribut dari kelompok orang dan objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lain dalam kelompok itu. (Sugiono, 2005)

Dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal, variabel tunggal

tersebut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan minat pengunjung terhadap Menara Al-Husna dan Payung Hirolik-Elektrik. Sub variabel dalam

penelitian ini adalah minat, Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik.

3.3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel yaitu “suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik dari variabel tersebut yang diamati” (Azwar 1997: 74). Definisi operasional variabel dalam penelitian ini

adalah minat pengunjung.

Minat merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting dalam mengambil keputusan masa depan. Minat mengarahkan individu

terhadap suatu objek atas dasar rasa senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang merupakan dasar suatu minat. Minat seseorang dapat diketahui dari pertanyaaan senang atau tidak senang terhadap suatu objek. (Dewa Ketut

Sukardi,1994:83)

Minat Pengunjung merupakan daya tarik manusia kepada suatu tempat

(48)

30 Dalam penelitian ini parameter yang berhubungan dengan minat pengunjung digunakan faktor yang mempengaruhi perjalanan wisata yang

meliputi:

a). Profil Wisatawan,

b). Pengetahuan untuk melakukan perjalanan, c). Karakteristik perjalanan,

d). Sumber daya dan karakteristik daerah tujuan wisata. Hal ini meliputi

kualitas fasilitas dan kualitas pelayanan.

Parameter yang digunakan untuk bangunan Menara Al-Husna dan Payung

Hidrolik-Elektrik meliputi: a). Estetika

b). Kejamakan

c). Keluarbiasaan d). Sejarah e). Landmark

3.4

Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

3.4.1Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2006:130). Sedangkan menurut Sugiyono (2007 : 55) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

(49)

31 kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah.

Tabel 3.1. Perhitungan Jumlah Pengunjung di Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik

No Hari Jumlah Pengunjung Masjid

1 Jum’at 342

2 Minggu 457

Jumlah 799

Sumber : Data hasil observasi penulis pada Masjid Agung Jawa Tengah (tanggal 28 dan 30 Juni 2013)

Keterangan : Survei dari jam 09.00-11.00 dan 13.00-15.00.

3.4.2Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian individu yang dianggap memiliki dan mencerminkan keadaan populasi atau sebagai wakil populasi yang diteliti

(Arikunto,2006:131). Sampel adalah bagian dari jumlah yang dimiliki populasi, bila populasinya besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada di

dalam populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. (Sugiyono, 2007:62)

Penentuan ukuran sampel dihitung berdasarkan Pengunjung Masjid Agung

Jawa Tengah (MAJT). Untuk menentukan jumlah anggota sampel apabila

subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil

antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. (Arikunto, 2006:134)

3.4.3Teknik Penarikan Sampel

Jenis pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

(50)

32 sampling adalah proses memilih satuan sampling dari populasi sedemikian rupa sehingga setiap satuan sampling dalam populasi mempunyai peluang yang sama

besar untuk terpilih ke dalam sampel, dan peluang ini diketahui sebelum pemilihan dilakukan. Teknik sampel random sampling, digunakan oleh peneliti apabila populasi dari mana sampel diambil merupakan populasi homogen yang hanya mengandung satu ciri. Dengan demikian sampel yang dikehendaki dapat diambil secara sembarang (Suharsimi Arikunto, 2007:95). Yang penting

diperhatikan disini adalah terpenuhinya jumlah yang telah ditetapkan (Arikunto, 2006 : 141). Jika jumlah subjek besar dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25% dan bila populasi kurang dari 100 dapat diambil semua (Arikunto, 2006 : 141).

Tabel 3.2. Waktu Pengambilan Sampel

No. Hari Pengunjung Persentase Sampel (10%) 09.00-11.00 13.00-15.00

1 Jumat 342 42,80% 20 14

2 Minggu 457 57,20% 28 18

Jumlah 799 100% 80

Sumber : Data hasil observasi penulis pada Masjid Agung Jawa Tengah (tanggal 28 dan 30 Juni 2013)

Dalam penelitian ini jumlah populasi pengunjung masjid adalah 799 orang,

dan dapat diambil sampel sebagai parameter perkiraan sebesar 10% dari jumlah populasi yang diperoleh dari hasil perhitungan penulis. Artinya besar sampel

adalah 10% dari populasi yang berjumlah 799 orang yaitu berjumlah 80 orang Pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah.

Setelah penetapan jumlah sampel sebesar 80 orang responden. Selanjutnya

(51)

33 Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini digunakan dengan pertimbangan sebagai berikut:

1. Populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah.

2. Kondisi dari anggota populasi relatif homogen yaitu : a. Berada pada hari kerja,hari besar,hari libur.

b. Berada pada kegiatan tidak berkaitan dengan beribadah.

3. Keterbatasan waktu dan tenaga peneliti.

3.5

Sumber Data Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data

primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain atau lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh dari responden

secara langsung yang dikumpulkan melalui survei lapangan dengan menggunakan alat pengumpulan data tertentu yang dibuat secara khusus. (Sugiyono, 2005:129)

Adapun sumber data dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Sumber Data Primer

Sumber data primer, yaitu pelaku yang terlibat langsung dengan objek

(52)

34 Responden merupakan sumber data yang berupa orang, dan terkait dengan penelitian, dalam hal ini yang menjadi responden adalah 80 Pengunjung

Masjid Agung Jawa Tengah. Responden tersebut untuk diambil data dari kuesioner.

b. Informan

Lexy J. Moleong (2001: 90), menjelaskan bahwa: “ Informan adalah orang

yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian”. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah Ir. Achmad

Fanani sebagai Arsitektur Masjid Agung Jawa Tengah.

2. Sumber Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau yang dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Untuk

penelitian ini data sekundernya dari buku yang didapat dari Arsitektur Masjid Agung Jawa Tengah, internet untuk mendapatkan data berupa peta lokasi Masjid

Agung Jawa Tengah, data jumlah pengunjung yang didapat dari Pengurus Masjid Agung Jawa Tengah dan pangabadian gambar melalui kamera seperti pada saat peneliti pengambilan data primer, bagian bangunan yang diteliti, dan

gambar-gambar lainnya yang mendukung dalam penelitian.

3.6

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang akan diteliti digunakan

(53)

35 Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau

hal-hal yang diketahui (Arikunto,1993:124). Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai ketertarikan pengunjung pada objek Masjid Agung

Jawa Tengah. Dalam penyusunan kuesioner ini, peneliti berusaha menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden. Peneliti berusaha membuat pertanyaan dalam kuesioner dengan bahasa yang praktis karena seluruh responden

merupakan pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah. Hal ini bertujuan agar tanggapan dari responden tidak terjadi multi tafsir.

Dalam pengumpulan data digunakan angket karena angket mempunyai kelebihan sebagai berikut:

1. Angket disebarkan kepada sejumlah responden secara serentak sehingga

lebih efisien.

2. Semua jawaban dapat dicatat secara lengkap.

3. Lebih menjamin keseragaman dalam penulisan kata-kata, isi, dan urutannya.

Langkah-langkah pelaksanaan metode angket adalah sebagai berikut: 1. Menjabarkan variabel bebas ke dalam indikator.

2. Menyusun kisi-kisi angket.

3. Menyusun butir-butir pertanyaan angket berdasarkan pertanyaan.

4. Melakukan uji coba.

5. Menghitung validitas dan reabilitas angket dari hasil uji coba.

6. Menentukan angket yang reliabel dan memilih butir pertanyaan angket yang

(54)

36 7. Menyebarkan angket untuk penelitian sebenarnya dan hasilnya dipakai untuk data dari variabel tunggal mengenai faktor-faktor minat pengunjung

terhadap Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik. 2. Interviu

Arikunto (2006:155) mendefinisikan interviu dengan wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari informan. Interviu yang dilakukan dengan interviu bebas di mana

pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingatkan akan data apa yang akan dikumpulkan. Dalam pelaksanaanya pewawancara tidak berpedoman

secara terstruktur untuk apa yang akan ditanyakan. Wawancara ini untuk memperoleh keterangan dengan melakukan tanya jawab secara bertatap muka dengan informan yang mengetahui sumber daya sebagai atraksi wisata pada

Masjid Agung Jawa Tengah. Wawancara tersebut dilakukan dengan Sekertaris di kepengurusan Masjid Agung Jawa Tengah pada tanggal 28 Juni 2013 dan dengan

Arsitektur Masjiid Agung Jawa Tengah pada tanggal 21 Desember 2013.

3. Observasi

Observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran,

peraba, dan pengecap yang dilakukan secara pengamatan langsung (Arikunto, 2006:156). Cara observasi yang dilakukan observasi non-sistematis, yang

dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan. Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan rekaman gambar (kaitannya dengan Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-elektrik) dan pengamatan untuk

(55)

37 4. Dokumentasi

Dokumentasi asal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang tertulis

atau dokumen (Arikunto,2006:158). Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dilakukan peneliti adalah dengan membaca dan mempelajari buku-buku yang

didapat dari Arsitektur Masjid Agung Jawa tengah, dan keterangan tertulis lainnya yang relevan dengan penelitian.

.

3.7

Rencana dan Prosedur Penyusunan Instrumen

3.7.1Rencana Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 80 Pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah. Subjek tersebut diambil pada Hari Jum’at sejumlah 40 Pengunjung dan pada Hari

Minggu sejumlah 40 Pengunjung.

Pertimbangan mengambil subyek penelitian pada waktu tersebut ialah :

a. Saat Hari Jum’at dimana pengunjung mulai berdatangan karena pada hari tersebut akan diadakannya salat jum’at dan pada saat itu Payung Hidrolik-Elektrik dibuka.

b. Saat hari minggu dimana pengunjung membludak dikarenakan pada hari

libur.

c. Waktu penelitian dilakukan pada pukul 09.00-11.00 WIB dan pukul

13.00-15.00 WIB (tanggal 20 dan 22 Desember 2013).

(56)

38 Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Masjid Agung Jawa Tengah dikarenakan peneliti menganggap ada keindahan dan kemegahan dari

Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik dan Masjid Agung Jawa Tengah itu sendiri.

Peneliti membatasi area tempat yang diteliti oleh peneliti disekitar Menara Al-Husna karena dan sekitar Payung Hidrolik-Elektrik yang kerap dimanfaatkan pengunjung untuk berfoto dan tempat berlama-lama mendiami

tempat tersebut. 3. Waktu Penelitian

Penyebaran kuesioner bagi pengunjung mempertimbangkan masalah waktu.

Waktu yang akan dilakukan untuk penyebaran kuesioner yaitu pada Hari Jum’at dan Minggu pada pukul 09.00-11.00 WIB dan pukul 13.00-15.00 WIB, tanggal 20 dan 22 Desember 2013. Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis

menentukan menggunakan waktu penelitian maksimal selama 1 bulan.

3.7.2Prosedur Penyusunan Instrumen

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengadaan instrumen penelitian melalui beberapa tahap. Menurut Arikunto (2006:166) prosedur yang ditempuh

adalah perencanaan, penulisan butir soal, penyuntingan, uji-coba, penganalisaan hasil, dan mengadakan revisi. Sedangkan dalam penelitian ini, langkah-langkah

(57)

39 jadi yang siap disebarkan. Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah yang ditempuh

oleh peneliti dapat dilihat pada bagan berikut:

Gambar 3.5 Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen Sumber : Arikunto (2006:166)

3.8

Metode Pengujian Instrumen

Pengujian data dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian yang

dikumpulkan valid dan reliabel. Untuk itu dilakukan uji validitas dan uji realibilitas instrumen penelitian.

3.8.1 Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan data dapat terungkap dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002 : 168). Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus

korelasi product moment dari pearson (Arikunto, 2002 : 168).

Keterangan rumus korelasi Product Moment :

rxy = Koefisien korelasi antara variabel (x) dan variabel (y)

  

 

(58)

40 N = Jumlah respnden

ƩX = Jumlah variabel (x)

ƩY= Jumlah variabel (y)

Harga r xy yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan harga r pada tabel product moment dengan α = 5%. Soal dikatakan valid jika harga r xy >

harga r tabel maka item dikatakan valid.

3.8.2Reliabilitas

Reliabilitas instrumen adalah menunjuk pada satu pengertian bahwa instrumen mempunyai tingkat kepercayaan tinggi untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data. Instrumen dikatakan reliabel bila data yang dihasilkan stabil atau konstan (Arikunto, 2006 : 178).

Untuk menguji Reliabilitas angket penelitian, peneliti menggunakan teknik

analisa alpha. Untuk instrumen dapat diberi skor bukan 1 dan 0, uji coba dapat dilakukan dengan „sekali tembak’, yaitu diberi sekali saja. Kemudian hasilnya dianalisis dengan rumus Alpha Cronbach, yaitu :

r 11 = �

�−1 1−

���2

��2

Keterangan Rumus Alpha Cronbach :

r11 = Reliabilitas instrument

(59)

41 Ʃ

σ

²

= Jumlah varian skor item

σ

²

= Jumlah varian total

(Arikunto, 2006 : 196).

Harga r11 yang diperoleh dari perhitungan dikonsultasikan dengan harga r pada tabel produk moment dengan α = 5%. Instrumen dikatakan realibel jika

harga r11 > harga rtabel.

3.9

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif persentase digunakan untuk mengetahui gambaran atau keadaan minat

pengunjung terhadap Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik, adapun langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:

1. Membuat tabel deskriptif persentase distribusi jawaban kuesioner responden.

2. Menentukan skor jawaban responden, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Pilihan Sangat Setuju (SST) diberi skor = 5

b. Pilihan Setuju (S) diberi skor = 4 c. Pilihan Ragu-ragu (RR) diberi skor = 3

d. Pilihan Tidak Setuju (TS) diberi skor = 2 e. Pilihan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor = 1

3. Menunjukan seluruh skor responden untuk setiap soal dari responden

(60)

42

% 100 (%)

skor

Prosentase x

N n

Keterangan:

n = Jumlah skor jawaban responden

N = Jumlah skor jawaban ideal 5. Mengumpulkan hasil perhitungan.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menentukan kriteria minat pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah :

a. Menentukan skor maksimal yang diperoleh dari hasil perkalian antara skor

tertinggi, jumlah item, jumlah responden. Dengan demikian skor maksimal minat pengunjung adalah sebagai berikut :

1. Tingkat Estetika = 5 x 3 x 80 = 1200 2. Tingkat Kejamakan = 5 x 1 x 80 = 400 3. Tingkat Kelangkaan = 5 x 1 x 80 = 400

4. Tingkat Keluarbiasaan = 5 x 1 x 80 = 400 5. Tingkat Sejarah = 5 x 1 x 80 = 400

6. Tingkat Landmark = 5 x 1 x 80 = 400

7. Tingkat Kualitas Fasilitas = 5 x 2 x 80 = 800 8. Tingkat Kualltas Pelayanan = 5 x 4 x 80 = 1600

b. Menetapkan presentase maksimal, yaitu 100%

c. Menetapkan presentase minimal. Presentase minimal diperoleh dari skor

(61)

43 d. Menetapkan rentangan persentase, yaitu diperoleh dari presentase maksimal dikurangi persentase minimal. Dengan demikian maka rentangan persentase :

100% - 20% = 80%

e. Menetapkan interval kelas persentase, yaitu rentang persentase dibagi

kriteria. Dengan demikian interval kelas persentasenya adalah : interval kelas persentase =(80%/5)x 100% = 16%

f. Menetapkan kriteria, yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju, sangat

setuju.

Berdasarkan langkah-langkah diatas, diperoleh kriteria tingkat minat

pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Tabel 3.3 Kriteria Tingkat Minat Pengunjung MAJT

Interval Persen Kriteria Kode

84% < Skor ≤ 100% Sangat Setuju SST

68% < Skor ≤ 84% Setuju ST

52% < Skor ≤ 68% Ragu-ragu RR

36% < Skor ≤ 52% Tidak Setuju TS

20% < Skor ≤ 36% Sangat Tidak Setuju STS

Sumber: Penulis, 2013

3.10

Langkah Penelitian

Langkah – langkah penelitian adalah sebagai berikut :

a. Sebelum melakukan kegiatan penelitian, terlebih dahulu menentukan

perumusan masalah. Masalah apa yang ada dan batasan permasalahan. b. Pemilihan studi pustaka dan literatur tentang masjid dan pariwisata untuk

(62)

44 c. Membuat instrumen penelitian yang akan dipakai untuk mendapatkan data –

data tentang minat pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah.

d. Pelaksanaan pengambilan data

Pengambilan data primer dilaksanakan dengan cara pengamatan

menyebarkan kuesioner langsung dan wawancara kepada informan dengan tujuan untuk mendapatkan data utama dalam penelitian.

Pengambilan data sekunder dapat diperoleh dari data-data sekunder

dari instansi yang terkait dan dokumen pendukung yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.

e. Pengolahan Data

Setelah semua data terpenuhi, dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program Microsoft Excel.

f. Kesimpulan dan Saran

Setelah dilakukan analisis data dan pemecahan masalah, maka ditarik

(63)
[image:63.595.96.518.121.493.2]

45

3.11

Skema Penelitian

Gambar 3.6 Bagan Skema Penelitian Sumber : Penulis, 2013

Latar Belakang

MAJT sebagai wisata

Permasalahan

Minat pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah terhadap Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik

Tujuan Penelitian

Metode Penelitian :

 Validitas

 Realibilitas

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka :

 Masjid

 Pariwisata

(64)

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui minat pengunjung terhadap Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik. Dalam mengetahui minat

pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah penelitian didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi perjalanan wisata. Parameter bangunan budaya kultural

diterapkan pada Menara Al-Husna dan Payung Hidrolik-Elektrik di Masjid Agung Jawa Tengah.

4.1

Hasil Penelitian

Pada sub bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang meliputi analisis instrumen, dan hasil analisis data.

4.1.1 Jumlah Pengunjung

Jumlah pengunjung yang dimaksud adalah semua pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah. Hasil observasi terhadap jumlah pengunjung pada pukul

09.00-11.00 dan 13.00-15.00 (pada tanggal 28 dan 30 Juni 2013) berjumlah 799 orang.

4.1.2 Analisis Instrumen

Uji coba instrumen angket “MINAT PENGUNJUNG TERHADAP MENARA AL-HUSNA DAN PAYUNG HIDROLIK-ELEKTRIK PADA

(65)

47 MASJID AGUNG JAWA TENGAH” dengan tujuan untuk mengetahui mutu instrumen angket. Sebelum instrumen angket diberikan pada sampel, terlebih

dahulu diujikan pada pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah yang menjadi subjek penelitian. Pengunjung yan

Gambar

Gambar 3.1 Letak Kota Semarang Dalam Wilayah Kepulauan Indonesia
Gambar 3.2 Peta Lokasi MAJT
Gambar 3.3 Menara Al-Husna MAJT
Gambar 3.6 Bagan Skema Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pendapat pengunjung mengenai atraksi wisata pada obyek wisata Masjid Agung Jawa Tengah di Kota Semarang yaitu 32 dari 69

BAB IV KARAKTERISTIK OBJEK WISATA MASJID SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA RELIGI ISLAMI DI KOTA SEMARANG 4.1.. Karakteristik Objek Wisata Masjid Agung Jawa Tengah 99

Sehingga berdasarkan kesimpulan pada poin (3) menerangkan bahwa Masjid Agung Jawa Tengah dalam memberikan upah sudah sesuai dengan Hukum Islam, yaitu memberikan

Penelitian ini berjudul “Implementasi Fungsi Pengorganisasian Masjid (Studi Kasus di Masjid Agung Jawa Tengah)” Program Strata I (SI), Skripsi Jurusan Manajemen

Dari hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan pada aplikasi Visualisasi 3D Interaktif Masjid Agung Jawa Tengah dapat diberikan beberapa saran

Dari hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan pada aplikasi Visualisasi 3D Interaktif Masjid Agung Jawa Tengah dapat diberikan beberapa saran

Maka dari itu peneliti memiliki beberapa saran untuk pengelolaan Obyek Daya Tarik Wisata yang ada di Masjid Agung Jawa Tengah yaitu, pengelola seharusnya lebih teliti

(RISMA JT) berasal dari; pertama, dana stimulan dari Badan Pengelola Masjid Agung Jawa Tengah, meskipun jumlahnya tidak banyak. Kedua, kerjasama dari pihak