• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAL PENGUNJUNG

2. Kejamakan Bangunan

Kejamakan merupakan objek yang akan dilestarikan mewakili kelas dan jenis khusus, tolok ukur kejamakan ditentukan oleh bentuk suatu ragam atau jenis khusus yang spesifik. (Catanese dalam Pontoh, 1992 : 32)

Payung-payung dihubungkan dengan komputer dalam satu sistem dengan pendinginan dalam masjid, sehingga dapat membuka dan menutup secara otomatis dalam temperatur tertentu dikehendaki. Outlets dari pengkondisian udara

112 (air-conditioning) dibuat menyatu dengan tiang-tiang payung pada kepala di mana terdapat juga lampu-lampu. (Yulianto Sumalyo, 2000:588)

Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap kemenarikan dari kejamakan Payung Hidrolik-Elektrik diperoleh rata-rata persentase sebanyak 62%. Hasil perolehan rata-rata tersebut didapatkan berdasarkan rincian hasil penelitian hasil penelitian seperti pada diagram (Gambar 4.36).

Gambar 4.36 Diagram Batang Kejamakan Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik

Sumber: Data Penelitian, 2013

Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap kejamakan Payung Hidrolik-Elektrik ditunjukkan oleh hasil sebagai berikut : 3 responden (4%) menjawab sangat setuju, 19 responden (24%) menjawab setuju, 46 responden (58%) menjawab ragu-ragu, 9 responden (11%) menjawab tidak setuju, dan 3 responden (4%) menjawab sangat tidak setuju. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan dalam tabel (Tabel 4.22) mengenai variabel minat pengunjung terhadap kemenarikan Payung Hidrolik-Elektrik pada sub indikator kejamakan Payung Hidrolik-Elektrik. 4% 24% 57% 11% 4% Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju

113 Tabel 4.22 Distribusi Kejamakan Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik

Interval kelas presentase (kriteria)

Jumlah

(orang) Persentase ( %) Rata-rata

100% ≥ persen > 84% (Sangat setuju) 3 4% 62% 84% ≥ persen > 68% (Setuju) 19 24% 68% ≥ persen > 52% (Ragu-ragu) 46 58% 52% ≥ persen > 36% (Tidak setuju) 9 11% 36% ≥ persen ≥ 20%

(Sangat tidak setuju) 3 4%

Jumlah 80 100% Ragu-ragu

Sumber: Data Penelitian, 2013

Analisis dari hasil penelitian 80 responden terhadap kejamakan bangunan Payung Hidrolik-Elektrik dikatakan ragu-ragu. Mengacu pada pertanyaan yang diajukan kepada Arsitektur MAJT Bapak Ir.Achmad Fanani: Mengapa Payung Hidrolik-Elektrik pada Masjid Agung Jawa Tengah dibuat?

“Karena saya terinspirasi dari Payung Hidrolik-Elektrik yang ada di Masjid Nabawi dan tujuan dibuatnya agar MAJT dapat menampung jumlah jamaah yang lebih banyak lagi.”

Hal tersebut membuktikan bahwa bangunan Payung Hidrolik-Elektrik sesuai dengan tipikal Payung Hidrolik-Elektrik di Masjid Nabawi. Pengunjung Masjid Agung Jawa Tengah menilai ragu-ragu terhadap kejamakan Payung Hidrolik-Elektrik dikarenakan faktor rata-rata pengunjung yang kurang pengetahuan terhadap Payung Hidrolik-Elektrik yang ada di Masjid Nabawi.

Berdasarkan pengamatan pada Payung Hidrolik-Elektrik merupakan bangunan adopsi dari Payung Hidrolik-Elektrik yang terdapat di Masjid Nabawi Kota Madinah. Bentuk tipikalnya sesuai dengan yang dikatakan Yulianto Sumalyo, (2000:588), yaitu payung-payung dihubungkan dengan komputer dalam satu sistem dengan pendinginan dalam masjid, sehingga dapat membuka dan

114 menutup secara otomatis dalam temperatur tertentu dikehendaki. Outlets dari pengkondisian udara (air-conditioning) dibuat menyatu dengan tiang-tiang payung pada kepala di mana terdapat juga lampu-lampu.

3. Keluarbiasaan Bangunan

4. Keluarbiasaan Bangunan

Kriteria keluarbiasaan (superlative), merupakan kriteria bagi bangunan yang paling menonjol, besar, tinggi dan sebagainya. (Catanese dalam Pontoh, 1992: 32) Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap kemenarikan dari keluarbiasaan Payung Hidrolik-Elektrik diperoleh rata-rata persentase sebanyak 81%. Hasil perolehan rata-rata tersebut didapatkan berdasarkan rincian hasil penelitian hasil penelitian seperti pada diagram (Gambar 4.36).

Gambar 4.37 Payung Hidrolik-Elektrik Masjid Nabawi Sumber: Yulianto Sumalyo, (2000:69)

Gambar 4.38 Payung Hidrolik-Elektrik MAJT Sumber: Dokumentasi, 2013

115 Gambar 4.39 Diagram Lingkaran Keluarbiasaan Bangunan Pada Payung

Hidrolik-Elektrik Sumber: Data Penelitian, 2013

Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap keluarbiasaan bangunan dari Payung Hidrolik-Elektrik diperoleh data berikut: 30 responden (38%) menjawab sangat setuju, 33 responden (41%) menjawab setuju, 9 responden (11%) menjawab ragu-ragu, 6 responden (8%) menjawab tidak setuju, dan 2 responden (3%) menjawab sangat tidak setuju. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan dalam tabel (Tabel 4.23) mengenai variabel minat pengunjung terhadap keluarbiasaan Payung Hidrolik-Elektrik.

Tabel 4.23 Distribusi Keluarbiasaan Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik

Interval kelas presentase (kriteria)

Jumlah

(orang) Persentase ( %) Rata-rata

100% ≥ persen > 84% (Sangat setuju) 30 38% 81% 84% ≥ persen > 68% (Setuju) 33 41% 68% ≥ persen > 52% (Ragu-ragu) 9 11% 52% ≥ persen > 36% (Tidak setuju) 6 8% 36% ≥ persen ≥ 20%

(Sangat tidak setuju) 2 3%

Jumlah 80 100% Setuju

Sumber: Data Penelitian, 2013

38% 40% 11% 8% 3% Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju

116 Analisis dari hasil penelitian 80 responden terhadap keluarbiasaan bangunan Payung Hidrolik-Elektrik dikatakan setuju. Menurut Catanese (dalam Pontoh, 1992 : 32 ), keluarbiasaan bangunan merupakan bangunan yang paling menonjol, besar, tinggi dan sebagainya. Dari teori tersebut sesuai dengan bangunan Payung Hidrolik-Elektrik dikarenakan Payung Hidrolik-Elektrik bentuknya dapat dikatakan besar dan tinggi.

5. Sejarah Bangunan

Sejarah bangunan berkaitan dengan nilai sejarah yang dimiliki, peristiwa penting yang mencatat peran ikatan simbolis suatu rangkaian sejarah dan babak perkembangan suatu lokasi, sehingga merujuk nilai filosofis. Nilai filosofis tidak akan ditinggalkan dalam proses karya rancangan arsitektur. Kalau hal ini dilakukan maka bangunan yang dihasilkan merupakan seonggok bahan bangunan yang didukung oleh rangka struktur yang kelihatan mati seolah-olah tanpa mempunyai "roh" kehidupan yang ada dalam bangunan tersebut. (Djoko Praktiko, 2003:3)

Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap kemenarikan dari sejarah bangunan Menara Al-Husna diperoleh rata-rata persentase sebanyak 70%. Hasil perolehan rata-rata tersebut didapatkan berdasarkan rincian hasil penelitian seperti pada diagram (Gambar 4.32).

117 Gambar 4.40 Diagram Lingkaran Sejarah Bangunan Pada Payung

Hidrolik-Elektrik

Sumber: Data Penelitian, 2013

Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap sejarah bangunan dari Payung Hidrolik-Elektrik diperoleh data berikut: 1 responden (1%) menjawab sangat setuju, 24 responden (30%) menjawab setuju, 43 responden (54%) menjawab ragu-ragu, 11 responden (14%) menjawab tidak setuju, dan 1 responden (1%) menjawab sangat tidak setuju. Sehingga analisis distribusi frekuensi persentase dari pernyataan bahwa Payung Hidrolik-Elektrik bangunan paling menonjol, besar, dan tinggi dari masjid Agung Jawa Tengah sebesar 81%.

Untuk lebih jelasnya berikut disajikan dalam tabel (Tabel 4.24) mengenai variabel minat pengunjung terhadap kemenarikan Payung Hidrolik-Elektrik pada indikator sejarah Payung Hidrolik-Elektrik.

Tabel 4.24 Distribusi Sejarah Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik Interval kelas presentase

(kriteria)

Jumlah

(orang) Persentase ( %) Rata-rata

100% ≥ persen > 84% (Sangat setuju) 1 1% 63% 84% ≥ persen > 68% (Setuju) 24 30% 68% ≥ persen > 52% (Ragu-ragu) 43 54% 52% ≥ persen > 36% (Tidak setuju) 11 14% 36% ≥ persen ≥ 20%

(Sangat tidak setuju) 1 1%

Jumlah 80 100% Ragu-ragu

Sumber: Data Penelitian, 2013

1% 30% 54% 14% 1% Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju

118 Analisis dari hasil penelitian 80 responden terhadap sejarah bangunan Payung Hidrolik-Elektrik dikatakan ragu-ragu. Mengacu pada pertanyaan yang diajukan kepada Arsitektur MAJT Bapak Ir.Achmad Fanani: Mengapa Payung Hidrolik-Elektrik pada Masjid Agung Jawa Tengah memiliki jumlah 6 buah?

“Itu dikarenakan Payung Hidrolik-Elektrik memiliki filosofi Islam yaitu Rukun Iman yang berjumlah 6”.

Hasil responden Masjid Agung Jawa Tengah menilai ragu-ragu terhadap filosofi dari Payung Hidrolik-Elektrik dikarenakan faktor pendidikan pengunjung yang kurang pengetahuan terhadap filosofi yang ada di Payung Hidrolik-Elektrik. 6. Landmark Bangunan

Kriteria memperkuat kawasan (landmark), kehadiran bangunan tersebut dapat mempengaruhi kawasan sekitarnya dan bermakna untuk meningkatkan citra lingkungan. (Catanese dalam Pontoh, 1992 : 32)

Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap kemenarikan dari landmark bangunan Payung Hidrolik-Elektrik diperoleh rata-rata persentase sebanyak 70%. Hasil perolehan rata-rata tersebut didapatkan berdasarkan rincian hasil penelitian seperti pada diagram (Gambar 4.41).

Gambar 4.41 Diagram Lingkaran Landmark Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik

Sumber: Data Penelitian, 2013

35% 40% 1% 16% 8% Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju

119 Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap landmark bangunan dari Payung Hidrolik-Elektrik diperoleh data berikut: 28 responden (35%) menjawab sangat setuju, 32 responden (40%) menjawab setuju, 1 responden (1%) menjawab ragu-ragu, 13 responden (16%) menjawab tidak setuju, dan 6 responden (8%) menjawab sangat tidak setuju. Sehingga analisis distribusi frekuensi persentase dari pernyataan bahwa Payung Hidrolik-Elektrik menjadikan bangunan penanda wilayah sebesar 76%. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan dalam tabel (Tabel 4.25) mengenai variabel minat pengunjung terhadap kemenarikan landmark Payung Hidrolik-Elektrik.

Tabel 4.25 Distribusi Landmark Bangunan Pada Payung Hidrolik-Elektrik

Interval kelas presentase (kriteria)

Jumlah

(orang) Persentase ( %) Rata-rata

100% ≥ persen > 84% (Sangat setuju) 28 35% 76% 84% ≥ persen > 68% (Setuju) 32 40% 68% ≥ persen > 52% (Ragu-ragu) 1 1% 52% ≥ persen > 36% (Tidak setuju) 13 16% 36% ≥ persen ≥ 20%

(Sangat tidak setuju) 6 8%

Jumlah 80 100% Setuju

Sumber: Data Penelitian, 2013

Analisis mengenai landmark bangunan Payung Hidrolik-Elektrik mengacu pada teori Catanese dalam Pontoh (1992:32) bahwa Payung Hidrolik-Elektrik memperkuat kawasan daerah Masjid Agung Jawa Tengah. Payung Hidrolik-Elektrik mempunyai bentuk yang menonjol karena ketinggian dan keunikannya sehingga membantu orang mudah membedakan antara Masjid Agung Jawa Tengah dengan Masjid Agung Semarang.

120

BAB V

Dokumen terkait