• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAL PENGUNJUNG

1. Estetika Bangunan

Kriteria estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Di dalam keindahan tersebut terdapat kenikmatan yang terdalam, puncak kebahagiaan dan keabadian yang dirasakan oleh alat indera manusia. (Catanese dalam Pontoh, 1992 : 32 )

Genangan Air

92 Dalam tampilan bentuk minaret, pengaruh tradisi setempat yang terkait dengan gagasan budaya dan tingkat ketrampilan mengolah bahan yang dikuasai masyarakatnya ikut mengambil peranan besar. Ragam bentuk minaret dari suatu daerah berbeda dengan daerah yang lain. Masing-masing menyumbang kreasinya bagi kekayaan khazanah arsitektur Islam. (Ir.Achmad Fanani,2009:102)

Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap kemenarikan estetika Menara Al-Husna diperoleh persentase sebanyak 71% seperti pada diagram (Gambar 4.28).

Gambar 4.28 Diagram Batang Berdasarkan Estetika Menara Al-Husna Sumber : Data hasil penelitian, 2013

Hasil penelitian terhadap kemenarikan estetika pada Menara Al-Husna adalah sebagai berikut :

 Bentuk Menara Al-Husna yang sesuai fungsinya (soal no.5) diperoleh data sebagai berikut: 15 responden (19%) mengatakan sangat setuju, 31 responden (39%) mengatakan setuju, 28 responden (35%) mengatakan

ragu-74% 68% 71% 64% 65% 66% 67% 68% 69% 70% 71% 72% 73% 74% 75%

Soal No.5 Soal No.6 Soal No.7

Hasil Estetika Menara Al-Husna (%)

93 ragu, dan 6 responden (7%) mengatakan tidak setuju. Pada butir soal ini diperoleh dengan jumlah skor sebanyak 295 dari skor maksimal perbutir soal 400 menghasilkan persentase sebanyak 74% termasuk pada kriteria setuju.

 Struktur Menara Al-Husna menonjolkan nilai keindahan (soal no.6) diperoleh data sebagai berikut: 3 responden (4%) mengatakan sangat setuju, 39 responden (49%) mengatakan setuju, 27 responden (34%) mengatakan ragu-ragu, 10 responden (13%) mengatakan tidak setuju, dan 1 responden (1%) mengatakan sangat tidak setuju. Pada butir soal ini diperoleh dengan jumlah skor 273 dari skor maksimal perbutir soal 400 menghasilkan persentase sebesar 68% termasuk pada kriteria setuju.

 Ornamen (Hiasan) pada Menara Al-Husna sangat menonjolkan ciri khas gaya arsitektur Islam (soal no.7) diperoleh data sebagai berikut: 11 responden (14%) mengatakan sangat setuju, 29 responden (36%) mengatakan setuju, 33 responden (41%) mengatakan ragu-ragu, 6 responden (8%) mengatakan tidak setuju, dan 1 responden (1%) mengatakan sangat tidak setuju. Pada butir soal ini diperoleh dengan jumlah skor 283 dari skor maksimal perbutir soal 400 menghasilkan persentase sebesar 71% termasuk pada kriteria setuju.

Untuk lebih jelasnya berikut disajikan dalam tabel (Tabel 4.16) mengenai minat pengunjung dengan indikator kemenarikan terhadap estetika pada Menara Al-Husna.

94 Tabel 4.16 Distribusi Kemenarikan Estetika Bangunan Menara Al-Husna

Interval kelas presentase (kiteria) Responden Hasil (%) Rata- rata Hasil Jumlah (orang) Persentase ( %) 5 6 7 5 6 7 5 6 7 100% ≥ persen > 84% (Sangat setuju) 15 3 11 19 4 14 74 68 71 71% 84% ≥ persen > 68% (Setuju) 31 39 29 39 49 36 68% ≥ persen > 52% (Ragu-ragu) 28 27 33 35 34 41 52% ≥ persen > 36% (Tidak setuju) 6 10 6 7 13 8 36% ≥ persen ≥ 20%

(Sangat tidak setuju) 0 1 1 0 1 1

Jumlah 80 80 80 100 100 100 Kriteria Setuju

Sumber: Data Penelitian, 2013

Analisis mengenai estetika Menara Al-Husna berdasarkan pengertian estetika menurut Catanese (dalam Pontoh, 1992 : 32 ) bahwa keindahan merupakan rasa nikmat yang terdalam, puncak kebahagiaan, dan keabadian yang dirasakan oleh alat indera manusia. Minaret menurut Ir. Achmad Fanani (2009:102), dalam tampilan bentuk minaret, pengaruh tradisi setempat yang terkait dengan gagasan budaya dan tingkat ketrampilan mengolah bahan yang dikuasai masyarakatnya ikut mengambil peranan besar. Ragam bentuk minaret dari suatu daerah berbeda dengan daerah yang lain. Masing-masing menyumbang kreasinya bagi kekayaan khazanah arsitektur Islam.

Berdasarkan fakta peneliti di lapangan pengamatan didapatkan kondisi fisik Menara Al-Husna banyak keindahan yang ditonjolkan dapat terlihat dari bentuk (sesuai dengan fungsi bangunannya) antara lain bentuk bentuk bagian bawah berisi lantai 1 untuk Studio Radio DAIS MAJT, lantai 2 untuk museum

95 Perkembangan Islam Jawa Tengah, bentuk bagian antara bagian bawah dan mahkota menara berisi lantai 3 sampai lantai 17 tangga darurat, bentuk mahkota menara berisi lantai 18 sebagai Kafe Muslim yang dapat berputar 360 derajat, lantai 19 Gardu pandang Kota Semarang dan lantai 19 Tempat rukyat Al-hilal.

Struktur bangunan mengkombinasi bentuk kubus pada bagian bawah ,balok pada bagian antara bagian bawah dan mahkota menara, silinder pada bagian mahkota menara. Kombinasi dari bentuk-bentuk geometri tersebut menghasilkan nilai estetis. Ornamen pada dinding luar Menara Al-Husna tampak menambah estetika dan mendukung dari gaya arsitektur bangunan.

Menara Al-Husna dipengaruh dari pendekatan lokalitas dan universalitas. Pendekatan Menara Al-Husna secara lokalitas mengacu pada Masjid Demak dan secara universal mengacu pada Masjid Nabawi yang masing-masing menyumbang kreasinya bagi kekayaan khazanah arsitektur Islam pada Menara Al-Husna (lampiran konsep MAJT).

Gambar 4.29 Bentuk Menara Al-Husna Berdasarkan Fungsi Bangunan Sumber: Dokumentasi, 2013

96

2. Kejamakan

Kejamakan merupakan objek yang akan dilestarikan mewakili kelas dan jenis khusus, tolok ukur kejamakan ditentukan oleh bentuk suatu ragam atau jenis khusus yang spesifik. (Catanese dalam Pontoh, 1992 : 32)

Minaret dalam perkembangan arsitektur masjid cenderung menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masjid, meskipun banyak masjid yang tidak mempunyai minaret. (Yulianto Sumalyo, 2000:8)

Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap kemenarikan dari kejamakan Menara Al-Husna diperoleh rata-rata persentase sebanyak 63%. Hasil perolehan rata-rata tersebut didapatkan berdasarkan rincian hasil penelitian seperti pada diagram (Gambar 4.30).

Gambar 4.30 Diagram Lingkaran Kejamakan Bangunan Pada Menara Al-Husna

Sumber: Data Penelitian, 2013

Kemenarikan responden terhadap kejamakan Menara Al-Husna ditunjukkan oleh hasil penelitian sebagai berikut: 6 responden (8%) menjawab sangat setuju, 21 responden (26%) menjawab setuju, 40 responden (50%) menjawab ragu-ragu, 10 responden (13%) menjawab tidak setuju, dan 3 responden (4%) menjawab sangat tidak setuju. Sehingga analisis distribusi frekuensi persentase dari pernyataan bahwa Menara Al-Husna merupakan

8% 26% 49% 13% 4% Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju Sangat tidak setuju

97 perwakilan tipe dari menara pada masjid agung sebesar 63% dalam kriteria ragu-ragu. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan dalam tabel (Tabel 4.17) mengenai variabel minat pengunjung dengan indikator kemenarikan terhadap estetika pada Menara Al-Husna.

Tabel 4.17 Distribusi Kejamakan Bangunan Pada Menara Al-Husna Interval kelas presentase

(kriteria)

Jumlah

(orang) Persentase ( %) RATA-RATA

100% ≥ persen > 84% (Sangat setuju) 6 8% 63% 84% ≥ persen > 68% (Setuju) 21 26% 68% ≥ persen > 52% (Ragu-ragu) 40 50% 52% ≥ persen > 36% (Tidak setuju) 10 13% 36% ≥ persen ≥ 20%

(Sangat tidak setuju) 3 4%

Jumlah 80 100% Ragu-ragu

Sumber: Data Penelitian, 2013

Melihat hasil penelitian, analisis distribusi frekuensi persentase didapatkan skor jawaban responden pada kejamakan menara sebagai bagian salah satu tipe dari menara masjid agung sebesar (63%). Skor tersebut bila dikonsultasikan dengan tabel kriteria kejamakan bangunan pada kriteria ragu-ragu. Namun, jika mengacu pada teori (Yulianto Sumalyo, 2000:8), menara cenderung menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masjid dan Menara Al-Husna merupakan bagian dari Masjid Agung Jawa Tengah.

Responden penelitian menilai ragu-ragu terhadap kejamakan Menara Al-Husna dikarenakan faktor rata-rata pendidikan pengunjung yang kurang pengetahuan terhadap tipikal menara masjid agung (lampiran ragam minaret).

Berdasarkan pengamatan kondisi fisik Menara Al-Husna terlihat sebagai tipikal menara sebuah masjid agung. Hal tersebut ada pada bentuk Menara

Al-98 Husna yang mengadopsi tipologi menara dari budaya masjid di Jawa yaitu pada Menara Kudus dan Menara pada Masjid terdahulu. Hal tersebut sesuai yang (Yulianto Sumalyo, 2000:8), menara cenderung menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masjid. (lampiran konsep MAJT)

Dokumen terkait