• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASAL PENGUNJUNG

5. Landmark Bangunan

Kriteria memperkuat kawasan (landmark), kehadiran bangunan tersebut dapat mempengaruhi kawasan sekitarnya dan bermakna untuk meningkatkan citra lingkungan. (Catanese dalam Pontoh, 1992 : 32)

Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap kemenarikan dari landmark bangunan Menara Al-Husna diperoleh rata-rata persentase sebanyak

103 72%. Hasil perolehan rata-rata tersebut didapatkan berdasarkan rincian hasil penelitian seperti pada diagram (Gambar 4.33).

Gambar 4.33 Diagram Batang Landmark Bangunan Pada Menara Al-Husna Sumber: Data Penelitian, 2013

Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap landmark bangunan dari Menara Al-Husna diperoleh data sebagai berikut: 21 responden (26%) menjawab sangat setuju, 26 responden (33%) menjawab setuju, 22 responden (28%) menjawab ragu-ragu,6 responden (8%) menjawab tidak setuju, dan 5 responden (6%) menjawab sangat tidak setuju. Sehingga analisis distribusi frekuensi persentase dari pernyataan bahwa Menara Al-Husna sebagai bangunan penanda wilayah sebesar 72% dalam kriteria setuju. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan dalam tabel (Tabel 4.20) mengenai minat pengunjung dengan indikator kemenarikan terhadap landmark Menara Al-Husna.

Tabel 4.20 Distribusi Landmark Bangunan Pada Menara Al-Husna Interval kelas presentase

(kriteria)

Jumlah

(orang) Persentase ( %) Rata-rata

100% ≥ persen > 84% (Sangat setuju) 21 26% 72% 84% ≥ persen > 68% (Setuju) 26 33% 68% ≥ persen > 52% (Ragu-ragu) 22 28% 52% ≥ persen > 36% (Tidak setuju) 6 8% 36% ≥ persen ≥ 20%

(Sangat tidak setuju) 5 6%

Jumlah 80 100% Setuju

Sumber: Data Penelitian, 2013

26% 32% 28% 8% 6% Sangat setuju Setuju Ragu-ragu Tidak setuju

104 Analisis mengenai kemenarikan landmark bangunan Menara Al-Husna berdasarkan teori menurut Catanese dalam Pontoh, (1992 : 32) bahwa Menara Al-Husna meningkatkan citra lingkungan. Dengan adanya Menara Al-Al-Husna sehingga memudahkan orang mengenali daerah tersebut terdapat sebuah masjid agung.

Berdasarkan pengamatan di lapangan kondisi fisik Menara Al-Husna elemen eksternal yang merupakan bentuk visual yang menonjol karena ketinggian menara yang menjulang tinggi terlihat dari kejauhan sehingga membantu orang mengenali daerah tersebut terdapatnya masjid agung. Selain itu karakteritik khusus dari menara mempunyai unsur unik yang terlihat dari bentuknya dan mudah diingat.

4.2.3 Payung Hidrolik-Elektrik

Gambar 4.34 Payung Hidrolik-Elektrik pada Masjid Agung Jawa Tengah

Sumber: Dokumentasi, 2013 1. Estetika Bangunan

Catanese dalam Pontoh (1992 : 32 ) mengatakan kriteria estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas

105 keindahan, bagaimana bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa merasakannya. Di dalam keindahan tersebut terdapat kenikmatan yang terdalam, puncak kebahagiaan dan keabadian yang dirasakan oleh alat indera manusia Agus Sachari (1989 : 43).

Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap kemenarikan estetika Payung Hidrolik-Elektrik diperoleh persentase sebanyak 74% seperti pada diagram (Gambar 4.35).

Gambar 4.35 Diagram Batang Estetika Pada Payung Hidrolik-Elektrik Sumber: Data Penelitian, 2013

Berdasarkan hasil penelitian dari 80 responden terhadap estetika bangunan dari Payung Hidrolik-Elektrik dikatakan setuju (74%). Hal ini ditunjukkan oleh hasil penelitian dengan indikator estetika bangunan Payung Hidrolik-Elektrik sebagai berikut : 69% 77% 75% 64% 66% 68% 70% 72% 74% 76% 78%

Soal No.13 Soal No.14 Soal No.15

Hasil Estetika Payung Hidrolik-Elektrik (%)

74%

106  Bentuk Payung Hidrolik-Elektrik yang sesuai fungsinya (soal no.13) diperoleh data sebagai berikut: 17 responden (21%) mengatakan sangat setuju, 33 responden (41%) mengatakan setuju, 8 responden (10%) mengatakan ragu-ragu, 12 responden (15%) mengatakan tidak setuju, dan 10 responden (13%) mengatakan tidak setuju. Pada butir soal ini diperoleh dengan jumlah skor sebanyak 275 dari skor maksimal perbutir soal 400 menghasilkan persentase sebanyak 69% termasuk pada kriteria setuju.  Struktur Payung Hidrolik-Elektrik menonjolkan nilai keindahan (soal no.14)

diperoleh data sebagai berikut: 21 responden (26%) mengatakan sangat setuju, 37 responden (46%) mengatakan setuju, 13 responden (16%) mengatakan ragu-ragu, 6 responden (8%) mengatakan tidak setuju, dan 3 responden (4%) mengatakan sangat tidak setuju. Pada butir soal ini diperoleh dengan jumlah skor 307 dari skor maksimal perbutir soal 400 menghasilkan persentase sebesar 77% termasuk pada kriteria setuju.

 Ornamen (Hiasan) pada Payung Hidrolik-Elektrik sangat menonjolkan ciri khas gaya arsitektur Islam (soal no.15) diperoleh data sebagai berikut: 18 responden (23%) mengatakan sangat setuju, 35 responden (44%) mengatakan setuju, 17 responden (21%) mengatakan ragu-ragu, dan 10 responden (13%) mengatakan tidak setuju. Pada butir soal ini diperoleh dengan jumlah skor 301 dari skor maksimal perbutir soal 400 menghasilkan persentase sebesar 75% termasuk pada kriteria setuju.

107 Untuk lebih jelasnya berikut disajikan dalam tabel (Tabel 4.21) mengenai variabel minat pengunjung terhadap indikator kemenarikan estetika Payung Hidrolik-Elektrik.

Tabel 4.21 Distribusi Estetika Bangunan Payung Hidrolik-Elektrik

Interval kelas presentase (kiteria) Responden Hasil (%) Rata- rata Hasil Jumlah (orang) Persentase ( %) 13 14 15 13 14 15 13 14 15 100% ≥ persen > 84% (Sangat setuju) 17 21 18 21 26 23 69 77 75 74% 84% ≥ persen > 68% (Setuju) 33 37 35 41 46 44 68% ≥ persen > 52% (Ragu-ragu) 8 13 17 10 16 21 52% ≥ persen > 36% (Tidak setuju) 12 6 10 15 8 13 36% ≥ persen ≥ 20%

(Sangat tidak setuju) 10 3 0 13 4 0

Jumlah 80 80 80 100 100 100 Kriteria Setuju

Sumber: Data Penelitian, 2013

Analisis dari hasil penelitian 80 responden terhadap estetika Payung Hidrolik-Elektrik, telah dikatakan setuju. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Catanese. Dengan estetika bangunan berupa bentuk, struktur, dan ornamen pada Payung Hidrolik-Elektrik telah indah dirasakan responden. yang merupakan atraksi wisata sangat mempengaruhi minat pengunjung.

Berdasarkan kondisi fisik Payung Hidrolik-Elektrik mempunyai kriteria desain, Ikhtisar Desain dan Spesifikasi yaitu:

1. Kriteria Desain

a. Payung elektrik Masjid Agung Jawa Tengah dapat dibuka dan ditutup secara otomatis dan manual.

108 b. Waktu yang diperlukan untuk membuka penuh atau sebaliknya dari terbuka penuh sampai tertutup ± 3 menit. Kecepatan buka tutup payung harus dapat dikontrol dan diprogram.

c. Dimensi kain payung pada saat terbuka ± 23,8 x 23,8 m, dengan ketinggian dari lantai plasa minimal 14 m. Pada waktu tertutup kain payung terlipat dengan rapi dan terletak dibagian dalam jari-jari payung dan kain payung tertutup oleh cladding yang menempel pada jari-jari payung.

d. Untuk keamanan, payung secara struktur harus mampu bertahan pada kecepatan angin 120 km/jam untuk kondisi tertutup dan 60 km/jam untuk kondisi terbuka.

e. Mengingat bentuk payung sangat spesifik dan terletak di tempat terbuka, maka diperlukan prototype dengan skala tertentu untuk dapat ditest di wind tunnel. Model skala payung dapat dianalisa secara numerical computerized maupun dari hasil test di wind tunnel. Dari data-data tersebut akan dapat dianalisis struktur payung yang optimal baik dari segi konstruksi maupun material. f. Payung berfungsi sebagai pelindung (peneduh) terhadap terik sinar matahari

dan bukan penadah hujan. Sehingga apabila suatu saat keadaan cuaca menjelang hujan maka sensor hujan (rainfall control) akan memberikan sinyal pada unit kontrol agar payung tidak dapat dioperasikan. Demikian pula pada kondisi cuaca dimana kecepatan angin ≥ 36 km/jam (10 m/dtk) wind monitor akan memberikan sinyal pada unit kontrol agar payung tidak dapat dioperasikan.

109 g. Payung juga berfungsi sebagai elemen estetis (ornamen hiasan). Pada kain bagian sisi dalam diberi obnamen yang dijahit. Sehingga apabila payung dibuka pengunjung plasa dapat melihat ornamen tersebut. Pada malam hari cahaya sorot lampu warna yang disorotkan dari bagian bawah tiang akan menambah keindahan payung di malam hari.

h. Pada saat payung tertutup, kain payung akan tertutupi cladding dari bahan fiber reinforced plastic. Cladding ini menempel pada jari-jari payung, sehingga pada saat payung tertutup cladding akan membentuk kolom prismatik dan menutupi lipatan kain payung.

2. Ikhtisar Desain dan Spesifikasi

a. Automatic operation/pengoperasian secara otomatis Payung elektrik Masjid Agung Jawa Tengah dangan ukuran 23,8 x 23,8 m dapat membuka dan menutup secara otomatis dengan sistem sensor sebagai berikut:

1) Sensor cahaya akan membuka dan menutup payung tergantung kondisi cahaya lingkungan (gelap atau terang).

2) Sensor angin merupakan perangkat keamanan yang akan menutup payung ketika kekuatan angin melebihi batas kecepatan angin yang diijinkan.

3) Sensor hujan, pada dasarnya payung didesain untuk melindungi terhadap sinar matahari, sedangkan bila terjadi hujan akan menutup secara otomatis. b. Manual operation/ pengoperasian secara manual Sistem manual ini digunakan

untuk membuka dan menutup payung dengan menekan tombol yang tersedia di panel kontrol meliputi:

110

2) Tombol penghentian.

3) Tombol menutup.

Dengan pengoperasian manual ini payung dapat dibuka, ditutup, dan dihentikan pada posisi sesuai dikehendaki oleh operator. Tetapi jika sistem pengoperasian manual yang dipilih untuk digunakan, perangkat keamanan juga harus tetap dipasang, seperti sensor angin untuk melindungi payung dari kerusakan akibat tiupan angin yang kencang. Secara umum perangkat keamanan yang harus ada pada sistem operasi manual agar sebaik pengoperasian otomatis adalah sensor cahaya.

c. Sistem kontrol dan penggerak

Sistem kontrol dan unit penggerak payung meliputi komponen utama berikut ini:

1) Motor listrik 3 phase lengkap dengan pengunci (brake system) buatan Eropa atau USA.

2) Reduction gear, buatan Eropa atau USA.

3) Power screw, buatan Jepang atau USA.

4) Perangkat mechanical limit switch dan electronic positioner, buatan Eropa atau USA.

5) PLC (Programmable Logic Controller), alat ini untuk menghubungkan seluruh sistem perangkat pengamanan dan penggerak payung, buatan Eropa atau USA.

6) Sensor angin, sensor hujan, sensor cahaya, buatan Eropa atau USA. d. Kebutuhan daya listrik (untuk satu payung 23,8 x 23,8 m)

111

1) Unit penggerak payung ± 15 KVA, 380 Volt, 3 phase, 50 Hz.

2) Tata cahaya ± 15 KW (tergantung permintaan kebutuhan). e. Ornamen

Ornamen ini sebaiknya juga ditentukan dengan adanya pendapat/saran/masukan dari owner, tenaga ahli dan suplier, karena keindahan ornamen terkait dengan gagasan dan selera masing-masing yang berbeda-beda pula.

f. Bahan membran/kain payung

1) GORE TENARE PTFE, buatan jerman (bahan kain ini biasa digunakan untuk kain payung di masjid-masjid di Timur Tengah.

2) SUNBRELA PLUS ACRYLIC BASED, buatan USA. g. Ukuran untuk payung

1) Tinggi payung : 16,402 m (kondisi terbuka) : 21,425 m (kondisi tertutup).

2) Main pole (tiang utama) diameter 800 mm. Berat satu payung ± 10 ton.

Dokumen terkait