AMPAS TAHU YANG DIFERMENTASI DENGAN LARU
ONCOM SEBAGAI PAKAN AYAM RAS PEDAGING
(Tofu by Product Fermented with Oncom Mold for Broiler Feed)
L.D.MAHFUDZ,W.SARENGAT,D.S.PRAYITNO danU.ATMOMARSONO
Laboratorium Ilmu Ternak Unggas, Fakultas Peternakan,Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRACT
A research was conducted at Poultry Production Laboratory, Faculty of Animal Husbandry, Diponegoro University Semarang on September-November 2002 to investigate the effect of tofu by product fermented with oncom (TBPFO) mold on diet to performance of broiler chicken. One hundred broiler chicks strain CP 707 produced by PT Charoen Pokphand Jaya Farm Jakarta, of one week of age with initial body weight 118,45 ± 12,34 g were used in this experiment. The chicks were reared on litter house system devided into 20 pen (100 x 75 x 60 cm), and each pen were occupied by 5 chicks. Feed consisted of yellow corn, rice pollish, fish mill, mineral and vitamin mix and TBPFO. The diets were formulated by iso protein and iso energy i.e. 19.50 crude protein and 2.930 k.cal/kg diet. The experimental design was fully randomaized design (FRD) with 4 treatments and 5 replications each. The treatments were: T0 = diet with 0% TBPFO; T1 = diet with 10% TBPFO; T2 = diet with 15% TBPFO; T3 = diet with 20% TBPFO. The result showed that average feed consumption for T0, T1, T2 and T3 were 2.201; 2.095; 2.100 and 2.104 g, respectively. Average body weight gain were 896; 963; 984 and 1.038 g for T0, T1, T2 and T3, respectively. Average feed convertion for T0, T1, T2 and T3 were 2,21; 2,18; 2,14 and 2,03, respectively. Average carcass weight were 651; 668, 704 and 746 g for T0, T1, T2 and T3 respectively. Another hand, average carcass for T0, T1, T2 and T3 were 62,06, 63,44; 63,86 and 66,13% respectively. From this experiment it could be concluded that tofu by-product fermented with “oncom” inoculum at level 15% could be usefull for good performance of broiler chicken.
Key words: Tofu by-product, oncom inoculum fermentation, performance, broiler chicken
ABSTRAK
Suatu penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro pada bulan September−November 2002, dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ampas tahu yang difermentasi dengan laru oncom (ATFLO) terhadap performans ayam ras pedaging. Seratus ekor unsex ayam ras pedaging strain CP 707 produksi PT Charoen Pokphand Jaya Farm, umur 1 minggu dengan berat badan awal 118,45 ± 12,34 g. Anak ayam dikandangkan pada kandang litter yang disekat menjadi 20 petak dengan ukuran 100 x 75 x 60 cm, yang diisi dengan 5 ekor ayam sebagai satu satuan percobaan. Bahan pakan yang digunakan adalah jagung kuning giling, dedak halus, tepung ikan, top mix dan ATFLO. Ransum disusun berdasarkan iso protein dan iso energi yaitu 19,50% PK dan 2930 kkal EM/kg. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4 perlakuan dan masing-masing diulang 5 kali. Perlakuan yang dicobakan adalah tingkat pemberian ATFLO sebagai berikut: T0 = ransum dengan 0% ATFLO; T1 = ransum dengan 10% ATFLO; T2 = ransum dengan 15% ATFLO dan T3 = ransum dengan 20% ATFLO. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi ransum untuk T0, T1, T2 dan T3 berturut-turut adalah 2.201; 2.095; 2.100 dan 2.104 g. Sementara itu, rata-rata pertambahan berat badan rata-rata adalah 896; 963; 984 dan 1.038 g, berturut-turut untuk T0, T1, T2 dan T3. Konversi ransum rata-rata untuk T0, T1, T2 dan T3 berturut-turut adalah 2,21; 2,18; 2,14 dan 2,03. Rata-rata berat karkas adalah 651; 668; 704 dan 746 g berturut-turut untuk T0, T1, T2 dan T3. Sementara itu, persentase karkas untuk T0, T1, T2 dan T3 masing-masing adalah 62,1; 63,4; 63,9 dan 66,1%. Penggunaan ampas tahu sampai 15% nyata (P<0.05) meningkatkan pertambahan berat badan, berat karkas dan persentase karkas, nyata (P<0.05) menurunkan konversi ransum dan tidak nyata (P>0.05) mempengaruhi konsumsi ransum. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ampas tahu setelah difermentasi dengan laru oncom dapat diberikan pada ayam broiler sampai 15% dengan performans ayam ras pedaging yang baik.
PENDAHULUAN
Pada pemeliharaan ayam-ayam ras pedaging pakan mempunyai peranan yang sangat penting, karena mempunyai 2 nilai, yaitu nilai ekonomis dan nilai biologis. Nilai ekonomis pakan, karena biaya untuk pakan mencapai 60–70% dari total biaya produksi. Sementara itu, nilai biologis pakan berhubungan dan sangat menentukan produktivitas ayam ras pedaging. Usaha peternakan akan berhasil apabila mampu memformulasikan pakan yang ekonomis dan efisien.
Pencarian bahan pakan alternatif yang mempunyai nilai ekonomis dan biologis, serta tersedia dalam jumlah banyak dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, guna pengembangan usaha peternakan ayam ras pedaging sangat dibutuhkan. Ampas tahu sudah lama dipakai sebagai pakan sapi, babi dan sudah diteliti untuk pakan ayam (MAHFUDZet al., 1999). Ampas tahu memiliki
nilai gizi yang cukup baik, dengan kandungan protein antara 16–20%, dengan asam amino lisin dan methionin yang cukup tinggi. Tetapi ampas tahu sebagai pakan ayam mempunyai kendala, yaitu tingginya kadar air dan serat kasar. Pada penelitian terdahulu ampas tahu sebagai pakan ayam ras pedaging hanya terbatas sampai 7,5% (MAHFUDZet al., 1999).
Maka untuk mengatasi problem tersebut diatas, ampas tahu sebelum dipakai sebagai bahan penyusun pakan perlu dilakukan pengolahan dengan fermentasi dengan laru oncom. Karena fermentasi akan meningkatkan daya cerna dan meningkatkan nilai gizi terutama protein dan vitamin B. Laru oncom dipilih karena hasil fermentasi berupa gembus oncom warna kemerahan dan baunya lebih disukai ayam, dibandingkan dengan gembus tempe yang berwarna kehitaman. Disamping itu gembus oncom kandungan protein dan vitamin B nya sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan gembus tempe.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai guna ampas tahu sebagai bahan pakan ayam ras pedaging, dengan mengukur konsumsi pakan, pertambahan berat badan, konversi pakan, berat karkas dan persentase karkas.
MATERI DAN METODE
Sebagai materi pada penelitian ini adalah 100 ekor ayam broiler unsex, strain Arboir Acress (AA) 707 produksi PT Charoen Pokphand Jaya farm, umur 1 minggu dengan berat badan rata-rata 118,45 ± 12,34 g. Ayam dikandangkan pada kandang sistem litter yang dibagi dalam 20 (100 x 75 x 60 cm) petak dan setiap petak diisi 5 ekor ayam
Pakan
Pakan penelitian disusun berdasarkan iso protein dan iso energi, masing-masing untuk starter dan grower sebesar 22 dan 20% PK, dan 2.900 dan 3.000 kkal/kg pakan. Adapun bahan penyusun pakan adalah jagung kuning giling, dedak halus, bungkil kedelai, tepung ikan, top mix dan ampas tahu fermentasi dengan laru oncom (ATFLO) strain N. Sitophila.
Ampas tahu basah dicuci dengan air bersih, kemudian ditekan (press) untuk mengurangi kadar air agar tidak mudah menjadi busuk pada proses fermentasi. Setelah itu dilakukan pengukusan selama 1 jam, kemudian diangin-anginkan selama 45 menit. Ampas tahu yang masih hangat diinokulasi dengan Neurospora sitophila 1% dari berat ampas tahu, dan diperam selama 2 malam. Oncom ampas tahu dipotong tipis dan dikeringkan sampai kadar air 14% dan digiling menjadi tepung. Susunan pakan dan zat gizi pakan untuk periode starter dan grower (Tabel 1 dan 2).
Ayam pelihara pada kandang litter yang disekat-sekat menjadi 20 petak dengan ukuran 100 x 75 x 60 cm, diisi dengan 5 ekor ayam. Pakan dan air minum diberikan ad libitum
selama penelitian.
Data yang dikumpulkan meliputi, konsumsi pakan, pertambahan berat badan, berat karkas dan persentase karkas serta konversi pakan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing-masing diulang 5 kali. Data yang terkumpul dilakukan Uji F pada taraf 5%. Apabila terdapat perbedaan nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Wilayah ganda Duncan pada taraf ketelitian 5% (SUDJANA, 2002).
Tabel 1. Komposisi bahan pakan dan kandungan gizi pakan penelitian periode starter Perlakuan Bahan pakan
T0 T1 T2 T3
Jagung kuning giling Dedak halus Bungkil kedelai Tepung ikan
Tepung oncom ampas tahu Top mix 34,75 28,75 27,50 8,00 0,00 1,00 32,00 24,50 24,50 8,00 10,00 1,00 31,50 21,25 23,25 8,00 15,00 1,00 29,25 20,25 21,50 8,00 20,00 1,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Zat pakan: EM (kkal/kg) Protein (%) Lemak (%) Serat kasar (%) Abu (%) Ca (%) P (%) 2.931,95 19,53 5,50 5,10 7,12 0,80 0,79 2.930,60 19,63 5,49 5,78 7,07 0,90 0,81 2.938,89 19,57 5,23 6,33 7,00 0,95 0,82 2.929,25 19,55 5,10 6,71 7,02 1,00 0,84 Ca = Kalsium; P = Fosfor; EM = Enersi metabolis
Tabel 2. Komposisi bahan pakan dan kandungan gizi pakan penelitian periode grower Perlakuan (g) Bahan pakan
T0 T1 T2 T3
Jagung kuning giling Dedak halus Bungkil kedelai Tepung ikan
Tepung oncom ampas tahu Top mix 46,25 22,75 23,00 7,00 0,00 1,00 43,75 18,25 20,00 7,00 10,00 1,00 42,25 16,00 18,75 7,00 15,00 1,00 41,00 13,75 17,25 7,00 20,00 1,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Zat pakan: EM (kkal/kg) Protein (%) Lemak (%) Serat kasar (%) Abu (%) Ca (%) P (%) 3.001,24 17,70 5,42 3,23 6,30 0,81 0,80 3.002,07 17,70 4,95 4,92 6,00 0,91 0,82 3.001,61 17,77 4,70 5,45 5,97 0,96 0,83 3.002,03 17,79 4,64 6,25 5,93 1,01 0,84 Ca = Kalsium; P = fosfor; EM = Enersi metabolis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh perlakuan terhadap rata-rata konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan
Penggunaan ampas tahu yang difermentasi dengan laru oncom (ATFLO) pada pakan pengaruhnya terhadap konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan (Tabel 3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi pakan berturut-turut untuk T3, T2, T1 dan T0 adalah sebagai berikut 2.104, 2.100, 2.095 dan 2.023 g. Tingkat konsumsi pakan penelitian ini ternyata lebih rendah dari standar untuk strain Arbor Acres (AA) pada umur 6 minggu sebesar 2,548 g. Rendahnya konsumsi pakan ini disebabkan karena temperatur kandang pada minggu 1-5 cukup tinggi (30–33oC), sehingga ayam cenderung mengurangi konsumsi pakan dan meningkatkan konsumsi minum. Sesuai pendapat NORTH and BELL (1990), ENSMINGER
(1997) dan MAHFUDZ et al. (1996a; 1997b; 1999).
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa konsumsi pakan nyata meningkat (P<0,05) dengan meningkatnya level penggunaan ATFLO dalam pakan. Peningkatan konsumsi pakan ini disebabkan karena ATFLO adalah bahan pakan yang telah mengalami fermentasi, yang mengandung asam glutamat dan vitamin B dimana kedua bahan tersebut dapat meningkatkan konsumsi pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat ANGGORODI (1995) dan
MAHFUDZ et al. (1996a; 1999), yang
menyatakan bahwa bahan yang telah mengalami fermentasi kaya akan asam glutamat dan vitamin B. Disamping itu meningkatnya konsumsi pakan juga dipengaruhi oleh meningkatnya kecernaan akibat proses fermentasi. Kecernaan semakin meningkat akan menyebabkan laju pakan didalam saluran pencernaan meningkat (SUTARDI, 1990; TILLMAN et. al., 1991 dan
MAHFUDZet al., 1999)
Pertambahan berat badan berturut-turut adalah sebagai berikut: T3: 1.038 g, T2: 984 g, T1: 963 g dan T0: 896 g (Tabel 3). Peningkatan level penggunaan ATFLO nyata (P<0,05) meningkatkan pertambahan berat badan. Walau peningkatan pertambahan berat badan ini masih dibawah standar AA,
menunjukkan bahwa pertambahan berat badan selama 6 minggu sebesar 1.378 g. Pertambahan berat badan yang rendah ini disebabkan konsumsi pakan yang rendah akibat temperatur kandang yang tinggi (30–33oC).
Peningkatan pertambahan berat badan akibat peningkatan penggunaan ATFLO dikarenakan bahan pakan tersebut telah mengalami fermentasi, sehingga selain menjadi mudah dicerna juga kandungan gizinya meningkat terutama asam amino dan vitamin. Hal ini sesuai dengan pendapat SWARNI (2000) dan MAHFUDZet al. (2000) bahwa bahan yang
telah mengalami fermentasi akan mudah dicerna dan asam amino serta vitaminnya meningkat. Asam amino merupakan komponen pembentuk protein, sedangkan vitamin B merupakan ko-enzym yang sangat dibutuhkan pada proses transaminase (HARPER, 1978 dan MAHFUDZet al., 1996b; 1999). TILLMANet al. (1991) dan ANGGORODI (1985) menyatakan bahwa terjadinya pembentukan protein tubuh akan lebih tinggi dengan meningkatnya kwalitas asam amino pakan.
Hasil penelitian pada Tabel 3 juga memperlihatkan bahwa penggunaan ATFLO nyata (P<0,05) meningkatkan efisiensi penggunaan pakan atau menurunkan angka konversi pakan. Angka konversi pakan berturut -turut adalah 2,21; 2,18; 2,14 dan 2,03, masing-masing untuk T0, T1, T2 dan T3. Angka konversi pakan ini masih lebih tinggi dari standar AA untuk ayam broiler umur 6 minggu sebesar 1,94. Hal ini disebabkan bahan penyusun pakan yang lain seperti jagung, dedak halus dan tepung ikan kualitasnya kurang baik. Sehingga walaupun ATFLO mempunyai nilai gizi yang baik dan mudah dicerna tetapi tidak bisa menutupi kekurangan bahan pakan yang lain. Peningkatan nilai konversi pakan dengan peningkatan penggunaan ATFLO dimungkinkan karena ATFLO adalah bahan pakan yang telah mengalami fermentasi sehingga mudah dicerna. Menurut HARIS dan KARMAS (1989),
UMAR et al. (1991), dan MAHFUDZ et al.
(1997a; 1999), bahan yang telah mengalami fermentasi akan mampu meningkatkan kecernaannya, sehingga akan berpengaruh nyata terhadap efisiensi penggunaan pakan, atau dengan kata lain akan menurunkan angka konversi pakan.
Tabel 3. Rata-rata konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan ayam ras pedaging selama penelitian
Perlakuan Parameter
T0 T1 T2 T3
Konsumsi pakan (g) 2.023a 2.095b 2.100b 2.104b
Pertambahan berat badan (g) 896 a 963b 984b 1.038c
Konversi pakan 2,21 a 2,18 b 2,14 b 2,03 b
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Pengaruh penggunaan atflo dalam pakan terhadap rata-rata berat badan akhir, berat karkas dan persentase karkas
Penggunaan ATFLO dalam pakan ayam broiler pengaruhnya terhadap berat badan akhir, berat karkas dan persentase karkas (Tabel 4). Penggunaan ATFLO dalam pakan nyata (P<0,05) meningkatkan berat badan akhir ayam ras pedaging. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa berat badan akhir yang dihasilkan untuk T0, T1, T2, dan T3 berturut-turut adalah 1.035; 1.082; 1.103 dan 1.137 g. Hasil ini lebih rendah dari standar untuk ayam ras pedaging strain AA umur 6 minggu sebesar 1.890g. Berat badan akhir yang rendah pada penelitian ini disebabkan karena konsumsi pakan dan pertambahan berat badan yang rendah (Tabel 3).
Peningkatan berat badan akhir yang nyata (P<0,05) dengan penambahan ATFLO karena pakan yang mengandung AFTRO kwalitasnya meningkat, sehingga pakan mudah dicerna dan mudah digunakan oleh ayam ras pedaging (SUTARDI, 1980; HARIS dan KARMAS, 1989;
dan MAHFUDZ, et al., 1999). Peningkatan berat badan akhir dengan penambahan ATFLO juga dikarenakan meningkatnya konsumsi pakan yang berakibat pada meningkatnya pertambahan berat badan. SCOTT, et al. (1982),
ANGGORODI (1985), WAHYU (1997) dan MAHFUDZ, et al. (1996b ;1999) menyatakan bahwa bahan pakan yang telah mengalami fermentasi akan meningkatkan konsumsi ransum, yang pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan.
Tabel 4 dapat dilihat rata-rata berat karkas ayam broiler selama penelitian untuk T0, T1, T2 dan T3 berturut-turut adalah 651; 668; 704 dan 747 g. Berat karkas yang dihasilkan masih jauh dibawah standar AA sebesar 1.400g untuk
karkas yang rendah ini disebabkan oleh rendahnya konsumsi pakan dan pertumbuhan dan berat badan akhir.
Peningkatan berat karkas yang nyata (P<0,05) dengan penambahan ATFLO pada pakan menunjukkan bahwa ada pertumbuhan daging dan tulang yang meningkat nyata. HARIS dan KARMAS (1989); FARDIAS (1989),
SAFRO et al. (1992) dan MAHFUDZ, et al.
(1996b;1999; 2000) menyatakan bahwa bahan pakan yang telah mengalami fermentasi kualitas proteinnya lebih baik dari bahan aslinya. Kualitas protein yang dikonsumsi sangat menentukan pertumbuhan daging dan tulang (NORTH dan BELL, 1990 dan WAHYU, 1997).
Tabel 4. juga dapat dilihat rata-rata persentase karkas ayam ras pedaging hasil penelitian berturut-turut sebesar 62,1; 63,4; 65,1 dan 66,13% masing-masing untuk T0, T1, T2 dan T3. Rata-rata persentase karkas ini masih dalam standar AA maupun menurut MORENG dan EVANS (1985) bahwa karkas
ayam broiler umur 6 minggu berkisar antara 60–70%.
Hasil uji menunjukkan bahwa peningkatan penggunaan ATFLO mampu meningkatkan dengan nyata (P<0,05) persentase karkas ayam ras pedaging. Walau pertambahan berat badan dan berat badan akhir dibawah standar AA, namun persentase karkas masih didalam kisaran normal (standar) hal ini menunjukkan bahwa ATFLO telah mampu memacu pertumbuhan komponen karkas ayam (daging dan tulang). FORREST, at al., (1975), WILSON
(1980), MORENG dan EVANS (1985), NORTH
dan BELL (1990) dan ANGGORODI (1995) bahwa peningkatan kualitas protein akibat bahan pakan difermentasi oleh tubuh ayam ras pedaging diubah menjadi pertumbuhan daging.
Tabel 4. Rata-rata berat badan akhir, berat dan persentase karkas ayam ras pedaging selama penelitian Perlakuan
Parameter
T0 T1 T2 T3 Berat badan akhir (g) 1.035a 1.082b 1.103bc 1.137c
Berat karkas (g) 651c 668b 704 b 747c
Persentase karkas (%) 62,3a 63,4a 65,1b 66,1b
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
KESIMPULAN DAN SARAN Penggunaan ampas tahu yang di fermentasi dengan laru oncom (ATFLO) mampu meningkatkan konsumsi ransum, pertambahan berat badan, berat karkas, persentase karkas dan efisiensi penggunaan pakan. Penggunaan ATFLO dalam pakan sampai tingkat 15% masih memberikan hasil yang positif.
DAFTAR PUSTAKA
ANGGORODI, R. 1985. Kemajuan Mutakhir dalam Ilmu Makanan Ternak. PT Gramedia, Jakarta ANGGORODI, R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak
Unggas. PT Gramedia, Jakarta
ASTAWAN, M. 2002. Oncom pemasok energi dan protein. Majalah Senior. No. 169-8: 6–8. BASOEKI, B.D.A. 1983. Pengaruh Tingkat
Pemberian Ampas tahu dalam Ransum Terhadap Potongan Karkas Komersial pada Ayam Broiler Betina Hibro Umur 6 Minggu. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (tidak dipublikasikan). CHAN,C.C., C.W.CARLSON,E. SEMENIK and J.S.
PALMER. 1976. Futher investigation of growth promoting effect of fungus fermented soybeans for broiler. Poultry Sci. 55: 911–917. ENSMINGER, 1997. Poultry Science. The Interstate
Printers and Pablishing Inc. Danville, Illnois. FARDIAS, S. 1989. Analisis Mikrobiologi Pangan.
Pusat Antar Universitas pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
FORREST,J.C.,E.D.ABORLE,H.B.HENDRICK,M.D. JUDGE and R.A. Markel. 1975. Principle of Meat Science. W.H. Freeman Co, Sanfrancisco.
HARIS, R.F. dan E. KARMAS. 1989. Evaluasi Gizi pada Pengolahan Bahan Pakan. Institut Teknologi Bandung, Bandung.
HARPER, H.A. 1978. Review of Physiological Chemistry. 15th Ed. Lange Medical
Publications. Maruzen Company Ltd. Japan. MAHFUDZ, L.D., E. SUPRIJATNA dan U.
ATMOMARSONO. 2000. Pengaruh Penggunaan Ampas Kecap yang Difermentasi Terhadap Awal Peneluran dan Produksi telur Burung Puyuh. Pros. Seminar Nasional Pengembangan Peternakan dan Kongres AINI. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
MAHFUDZ, L.D., K. HAYASHI, K. NAKASHIMA, A. OHTSUKA and Y. TOMITA. 1997b. A Growth
Promoting Factor for Primary Chicks Muscle Cell Culture from Shochu Distillery By-product. J. Biosecience, Biotechnology and Biochemistry. December 58: 715 −720. MAHFUDZ, L.D., K. HAYASHI, Y. OTSUJI, A.
OHTSUKA and Y. TOMITA. 1996b. The
separation of unidentified growth promoting factor for broiler chicken from shochu distillery by-product. Japanese Poult. Sci. 33 (2): 96–1003.
MAHFUDZ,L.D.,W.SARENGAT dan B. SRIGANDONO. 1999. Penggunaan ampas tahu sebagai penyusun ransum ayam broiler. Pros. Seminar Nasional Pengembangan Peternakan Lokal, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. MAHFUDZ,L.D.,K.HAYASHI,A.OHTSUKA and Y.
TOMITA. 1997a. Purification of unidentified
growth promoting factor for broiler chicken from shochu distillery by-product. Indonesian Student Association in Japan. Proc. Annual Meeting and Seminar. Tokyo, Ausgust 1997. B: 73.
MAHFUDZ, L.D., K. HAYASHI, M. HAMADA, A. OHTSUKA and Y. Tomita. 1996a. The effective use of shochu distillery by-product as a growth promoting factor for broiler chicken. Japanese Poult. Sci. 33 (1): 1–7.
MORENG, R.E. and J. EVANS. 1985. Poultry Science and Production. Reston Publishing Company Inc. Virginia
NORT, M.O. and D.D. BELL. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 3rd Edition. The
Avi Publishing Company Inc. Wesport Connecticut.
SAFRO, A.S., W. LESTARIANA dan HARYATI. 1992. Protein, Vitamin, dan Bahan Ikutan Pangan. PAU Pangan dan Gizi. Universitas gajah mada Yogyakarta.
SCOTT,M.L.,M.C.NESHEIM and R.J. YOUNG. 1982. Nutrition of The Chicken. Second Edition. M.L. Scott and Associate Ithaca, New York. SOEHARSONO. 1976. Respon Broiler Terhadap
Berbagai Lingkungan. Disertasi. Universitas Pajajaran, Bandung.
SOEPARNO. 1992. Ilmu dan Teknolkogi Daging. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. SUDJANA. 2002. Metode Statistika. Edisi ke-6.
Tarsito Bandung
SUTARDI. T. 1990. Landasan Nutrisi. Departemen Ilmu Makanan Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
SUWARINI, E.S. 2000. Pengaruh Penggunaan Dedak Fermentasi dalam Ransum Terhadap Bobot Badan Akhir, Bobot Karkas serta Perbandingan Daging dan Tulang Karkas Itik Tegal Jantan. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang.
SUWARNO, B. 2001. Membuat Tempe dan Oncom. Edisi Revisi. Penerbit Swadaya. Jakarta. TILLMAN, A.D., S. REKSOHADIPROJO, S.
PRAWIROKUSUMO dan L. SOEKAMTO. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah mada University Press, Yogyakarta.
UMAR,M.B.,M.F.ASHNAT dan A.E.D. BRIA. 1991. Pengaruh Tingkat Protein dalam Ransum terhadap Pertumbuhan Unggas. Pros. Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Unggas dan Aneka Ternak. Balai Penelitian Ternak, Bogor. hlm: 225–232. WAHJU, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah Mada
University Press.Yogyakarta.
WILSON, P. N. 1980. Growth in Bird for Meat Production. In: Growth Animals. LAWRENCE, T.L.J. (Ed.) First Edition. Published Butterworths.
DISKUSI Pertanyaan:
1. Bagaimana cara memfermentasi ampas tahu?
2. Apakah laru oncom dibuat sendiri, bagaimana warna produknya?
Jawaban:
1. Prosesnya sudah jelas di poster, ampas tahu diperas dan diangin-anginkan kemudian dikukus.