• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DAN MODAL MANUSIA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DAN MODAL MANUSIA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR FORMAL DAN INFORMAL DI INDONESIA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DAN

MODAL MANUSIA TERHADAP PENYERAPAN

TENAGA KERJA SEKTOR FORMAL DAN

INFORMAL DI INDONESIA

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Illanukey Mayang Sari 165020401111026

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

(2)

ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DAN MODAL MANUSIA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR FORMAL DAN

INFORMAL DI INDONESIA Illanukey Mayang Sari1

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: illanukeym@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 267.05 juta jiwa, dan diproyeksikan pada tahun 2010-2035 akan memiliki jumlah usia kerja sebanyak 196.48 juta jiwa. Kondisi ketenagakerjaan menurut data Badan Pusat Statistik hingga Februari 2019, jumlah angkatan kerja sebanyak 136.18 juta jiwa. Pengembangan ekonomi sektor formal dan sektor informal merupakan bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Dalam pengembangan kedua sektor ini yang sering mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah adalah sektor formal, karena sektor ini dianggap dapat memberikan kontribusi secara nyata pada penyerapan tenaga kerja dan pendapatan nasional. Penelitian ini memperlihatkan karakteristik pekerja yang ditinjau dari usia, migrasi, jam kerja, pendapatan serta modal manusia yang ditinjau dari pendidikan dan kesehatan di sektor formal dan informal. Metode penelitian pada penelitian ini adalah Logistic Regression Model dimana pada model ini menggunakan variabel dependen yang berskala dikotomi. Hasil dari penelitian ini adalah Penambahan jam kerja pada pekerja sektor formal dapat menambah kemampuan perusahaan untuk berproduksi akan semakin besar, sehingga perusahaan akan menyerap tenaga kerja lebih banyak untuk kegiatan berproduksi dan adanya keterkaitan yang erat antara pendidikan dan penyerapan tenaga kerja menjadikan tolak ukur untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap turun ke pasar kerja.

Kata kunci: Karakteristik Pekerja, Modal Manusia. Sektor Formal dan Informal, Model Regresi Logistik.

A. PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 267.05 juta jiwa, dan diproyeksikan pada tahun 2010-2035 akan memiliki jumlah usia kerja sebanyak 196.48 juta jiwa. Kondisi ketenagakerjaan menurut data Badan Pusat Statistik hingga Februari 2019, jumlah angkatan kerja sebanyak 136.18 juta jiwa mengalami kenaikan sebesar 3.95 persen dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja pada Agustus 2018 sebanyak 131.01 juta jiwa. Sedangkan jumlah

(3)

penduduk bekerja pada Februari 2019 sebanyak 129,37 juta jiwa, mengalami kenaikan sebanyak 4,32 persen jika dibandingkan dengan Agustus 2018 sebanyak 124,01 juta jiwa. Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesa terletak pada tingkat kesempatan kerja.

Jika pertumbuhan penduduk suatu negara tidak diiringi dengan ketersediaan kesempatan kerja akan menimbulkan permasalahan tersendiri yakni terjadi pengangguran(Takyudin,2016). Hal tersebut juga berkaitan dengan masalah-masalah lainnya seperti ketidakmertaan pendapatan, kemiskinan, perlambatan pertumbuhan ekonomi, urbanisasi, dan instabilitas politik. Oleh karena itu, berbagai upaya pemerintah terus dilakukan dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran yang berimplikasi terhadap lambatnya laju pertumbuhan ekonomi, mengingat semakin banyak jumlah angkatan kerja yang masuk dalam pasar kerja.

Pengembangan ekonomi sektor formal dan sektor informal merupakan bagian dari pembangunan ekonomi nasional. Dalam pengembangan kedua sektor ini yang sering mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah adalah sektor formal, karena sektor ini dianggap dapat memberikan kontribusi secara nyata pada penyerapan tenaga kerja dan pendapatan nasional. Sebaliknya pada sektor informal kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan nasional tidak dapat digambarkan secara tepat karena banyak variabel-variabel yang sulit diukur (Pitoyo, 2007)

Namun, pada kenyataannya sektor informal mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi yaitu dengan adanya usaha perdagangan, usaha jasa, dan munculnya industri rumah tangga yang dapat membuka lapangan pekerjaan serta dapat menyerap tenaga kerja yang ada. (Lestari, 2018). Maka dari itu, usaha pada sektor informal memiliki peran yang dalam menciptakan lapangan kerja serta mengatasi pengangguran.

Menurut (Subri, 2003) para pekerja di sektor informal tidak mendapatkan perlindungan hukum. Sektor informal identik dengan aktivitas ekonomi berskala kecil, kurang produkif,dan tidak memiliki prospek kerja yang menjanjikan. Pernyataan tersebut berawal dari sifat usaha sektor informal yang cenderung sebagai usaha mandiri, menggunakan teknologi sederhana, bermodal kecil, tidak terorganisasi dan ilegal. Namun bagi kelompok masyarakat kecil atau menengah kebawah, sektor informal merupakan sumber pendapatan bagi mereka. Lain halnya dengan sektor formal. Sektor formal merupakan sektor ekonomi yang mencangkup beberapa perusahaan yang memiliki status hukum, izin resmi perusahaan yang pada umumnya perusahaan tersebut berskala besar (Simanjutak, 2013).

Selanjutnya, jika ditinjau berdasarkan karakteristiknya, pekerja dapat ditinjau dari segi umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anak kandung, dependency ratio, status migran, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kondisi lingkungan kerja, pendapatan non kerja, status pekerjaan dan strata perusahaan (Malik, 2013).

Jika ditinjau berdasarkan pendidikan dan kesehatan, kedua variabel tersebut termasuk ke dalam aspek modal manusia (human capital), dengan asumsi dasar teori bahwa seseorang dapat meningkatkan kualitas hidupnya melalui pendidikan dan

(4)

kesehatan (Simanjutak, 2001) Peranan human capital atau sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi negara, hal ini karena sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan kemampuan daya saing individu dalam memasuki pasar kerja (Farhanah, 2013).

.

Rumusan Masalah

Dari uraian – uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

“Bagaimana pengaruh karakteristik pekerja dan modal manusia terhadap penyerapan tenaga kerja sektor formal dan informal di Indonesia ?”

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh karakteristik pekerja dan modal manusia terhadap penyerapan tenaga kerja sektor formal dan informal di Indonesia

B. LANDASAN TEORI

Teori Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran tenaga kerja merupakan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan pada suatu perusahaan pada tingkat upah tertentu (Arfida, 2004). Keputusan untuk bekerja atau tidak atau berapa jumlah jam kerja yang diinginkan merupakan hal yang ditetapkan oleh individu (Sholeh, 2007). Penawaran tenaga kerja adalah fungsi yang menggambarkan hubungan antara upah dan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Semakin tinggi tingkat upah maka akan semakin tinggi jumlah penawaran tenaga kerja. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Keputusan untuk bekerja atau tidak atau berapa jumlah jam kerja yang diinginkan merupakan hal yang ditetapkan oleh individu. Keputusan ini tergantung pula pada perilaku seseorang untuk menggunakan waktunya. Tidak semua orang bekerja dalam waktu yang sama. Ada orang yang bekerja penuh dan setengah menganggur. Jumlah jam kerja setengah menganggur karena adanya keterbatasan kesempatan kerja (Simanjutak, 2001).

Teori Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang diminta oleh suatu perusahaan atau instansi pada tingkat upah tertentu. Permintaan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor-faktor lain yang

mempengaruhi permintaan hasil produksi (Arfida, 2004). Permintaan tenaga kerja

merupakan sebuah daftar berbagai alternatif kombinasi tenaga kerja dengan input

lainnya yang tersedia yang berhubungan dengan tingkat upah. Permintaan tenaga kerja berarti hubungan antara tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan. Hal ini berbeda dengan permintaan konsumen terhadap barang dan jasa. Orang membeli barang dan jasa karena barang itu memberikan nikmat (utility) kepada si pembeli sementara pengusaha mempekerjakan seseorang karena untuk membantu memproduksikan barang/jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja

(5)

tergantung dari kenaikan permintaan konsumen akan barang yang diproduksinya. Permintaan tenaga kerja seperti itu disebut derived demand (Simanjutak, 2001).

Teori Flooring Price

Harga dasar (Flooring Price) adalah harga minimum di mana suatu barang (atau

jasa) boleh dijual. Sehingga, penjual tidak dapat menjual suatu barang dengan harga di bawah harga dasar tersebut (Case, et al, 2007). Harga dasar ini sering disebut juga dengan harga terendah atau harga batas bawah. Harga dasar merupakan suatu bentuk intervensi pemerintah dalam mengendalikan harga untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti melindungi petani, buruh, karyawan, dan sebagainya. Peran pemerintah dalam pembentukan harga dapat dilakukan dengan dua cara yaitu intervensi secara langsung dan secara tidak langsung. Intervensi secara langsung terdiri dari penetapan harga minimum dan harga maksimum, sedangkan intervensi secara tidak langsung meliputi penetapan pajak dan pemberian subsidi. Implementasi dalam penetapan haga dasar yang dilakukan oleh pemerintah dalam hal kebijakan upah minimum untuk membatasi “harga buruh” agar tidak menjadi terlalu rendah. Apabila ditinjau dari UMR dan UMP, maka intervensi pemerintah dapat menyebabkan surplus tenaga kerja (pertambahan pengangguran) bila UMR lebih tinggi daripada harga ekuilibrium. Jika tidak dibatasi pemerintah dengan asumsi hukum permintaan dan penawaran berlaku maka harga keseimbangan dari upah tersebut akan rendah. Terlebih lagi pasokan tenaga kerja tidak serta merta bisa dikurangi atau ditambah.

Teori Pertumbuhan Solow

Menurut (Todaro, 2009) sebagian negara tumbuh lebih cepat daripada yang lain, sebagian lagi mengalami kecepatan pertumbuhan yang lambat bahkan ada sebagian lagi yang mengalami pertumbuhan stagnan. Semua permasalahan inilah yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi jangka panjang adalah petumbuhan yang orientasinya adalah untuk memperbesar penawaran agregat, dengan kata lain adalah bagaimana cara meningkatan kapasitas produksi dalam perekonomian. Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja dan modal menjadi faktor utama. Semakin produktif suatu negara maka standar hidupnya akan semakin meningkat. Para ekonom mengembangkan teori pertumbuhan ekonomi yang disebut model pertumbuhan Solow (Solow Growth Model). Model pertumbuhan Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi dalam

perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang dan jasa suatu

negara secara keseluruhan (Mankiw, 2013). Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas tahapan yang diperlukan dalam melakukan uji hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Diduga jam kerja berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga

(6)

2. Diduga migrasi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor formal dan informal di Indonesia.

3. Diduga usia berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja

sektor formal dan informal di Indonesia.

4. Diduga upah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja

sektor formal dan informal di Indonesia.

5. Diduga pendidikan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga

kerja sektor formal dan informal di Indonesia.

6. Diduga kesehatan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga

kerja sektor formal dan informal di Indonesia.

C. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang empiris yang dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan metode atau teknik statistik.

Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah nasabah-nasabah pengguna jasa layanan perbankan dari bank umum konvensional dan bank umum syariah di Kota Malang. Jenis dan Sumber Data

Jenis penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang berpedoman pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada dan data diakses melalui internet, pencarian dokumen ataupun publikasi informasi penelitian. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil kuisioner Indonesia Family Life

Survey (IFLS) 5 tahun 2014. IFLS merupakan sebuah survey longitudinal di

Indonesia dengan teknik pengumpulan data yang bersumber dari komunitas, rumah tangga dan level individu.

Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Logistic Regression Model

atau Model Regresi Logistik. Model ini digunakan untuk menganalisis variabel dependen yang bersklama dikotomi. Skala dikotomi yang dimaksud adalah skala data nominal dengan dua ategori yakni Ya dan Tidak, Baik dan Buruk, atay Tinggi dan Rendah.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jam Kerja Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Formal dan Informal di Indonesia

Pada hipotesis 1 diduga bahwa variabel jam kerja berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor formal dan informal di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, variabel jam kerja memiliki

(7)

probabilitas sebesar 0.000 dengan α=5% dan oods ratio sebesar 1.008194. Sehingga variabel jam kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Ketika terjadi penambahan satu jam kerja maka kecenderungan pekerja terserap di sektor formal akan meningkat sebesar 1.008194 kali lebih besar dibandingkan sektor informal. Hasil penelitian disimpulkan bahwa dengan Ho ditolak dan Hi diterima.

Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi jam kerja maka pekerja kecenderungannya berada di sektor formal. Kecenderungan tersebut dapat menunjukkan karaketristik pekerja yang memiliki jam kerja tinggi berada di sektor formal. Para pekerja di sektor formal akan memiliki jam kerja lebih lebih besar dibandingkan sektor informal karena pada sektor formal terdapat standart minimal yang harus dilakukan oleh tenaga kerja (Putra, 2018). Kemudian, data responden menunjukkan bahwa, rata-rata durasi waktu bekerja yang digunakan pada sektor formal maupun informal bekerja selama ≤48 jam perminggu. Jika dilihat berdasarkan jumlah pekerja yang bekerja selama ≤48 jam per minggu pada sektor formal sebanyak 2.421 jiwa, dan informal sebanyak 1.231 jiwa. Menurut Sakernas, jika individu bekerja selama kurang dari 35 jam perminggu maka dikategorikan sebagai pekerja tidak penuh.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, semakin tinggi jam kerja akan menunjukkan karaketristik pekerja. Apabila pekerja memiliki jam kerja semakin tinggi maka kecenderungan pekerja tersebut di sektor formal. Sesuai dengan teori penawaran tenaga kerja bahwa jam kerja dapat menjadi salah satu faktor penyerapan tenaga kerja. Pada teori tersebut menyatakan bahwa tidak semua orang bekerja dalam waktu yang sama. Ada orang yang bekerja penuh dan setengah menganggur. Jumlah jam kerja setengah menganggur karena adanya keterbatasan kesempatan kerja dan seberapa jauh kualitas pekerjaan yang perlu ditingkatkan (Simanjutak, 2001).

Pengaruh Migrasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Formal dan Informal di Indonesia

Pada hipotesis 2 diduga bahwa variabel migrasi berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor formal dan informal di Indonesi. Berdasaran hasil penelitian, variabel migrasi memiliki probabilitas sebesar 0.586 dengan α=5%. Sehingga variabel migrasi tidak berpegaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa Ho diterima dan Hi ditolak. Artinya, adanya peningkatan atau penurunan pada jumlah pekerja migran tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, baik sektor formal maupun informal. Data responden menunjukkan bahwa sebanyak 2.101 jiwa pekerja di sektor formal melakukan migrasi. Kegiatan migrasi dapat juga dikatakan sebagai mobilitas, yakni merupakan perpindahan penduduk yang melintas batas wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu.

Pada umumnya, faktor ekonomi memegang peranan penting dalam terjadinya mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk dilakukan dengan pertimbangan rasional untuk meningkatkan kondisi ekonomi, didasari oleh faktor pendorong di daerah asal dan faktor penarik di daerah tujuan mobilitas.

(8)

Pada Teori Keynes, peningkatan migrasi dapat terjadi apabila terdapat lowongan kerja di daerah lain, dan merupakan suatu cara untuk menyeimbangkankan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja antar daerah. Namun pada kenyataannya, peningkatan atau penurunan jumlah pekerja migran tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, baik di sektor formal maupun informal. Penelitian ini sesuai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Satriawan, 2018) menunjukkan bahwa migrasi tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja karena adanya perbedaan pada potensi wilayah dan belum ada kesempatan kerja di daerah lain. Pengaruh Usia Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Formal dan Informal di Indonesia

Pada hipotesis 3 diduga bahwa variabel usia berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor formal dan informal di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, variabel usia memiliki probabilitas sebesar 0.000 dengan α=5% dan nilai

odds ratio sebesar 0.9605768 berslope negatif. Sehingga variabel usia memiliki

pengaruh signifikan dan negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Ketika terjadi penambahan satu tahun pada usia pekerja maka kecendeungan untuk bekerja di sektor formal menurun sebesar 0.9605768 kali lebih besar dibandingkan sektor informal. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak Hi diterima

Berdasarkan hasil yang ditemukan artinya bahwa semakin tua usia maka kecenderungan tenaga kerja terserap di sektor formal akan semakin berkurang karena terdapat batasan usia untuk memasuki sektor tersebut. Maka dari itu adanya lapangan pekerjaan baru terutama sektor informal sangat dibutuhkan bagi tenaga kerja usia lanjut ataupun tenaga kerja di bawah umur. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang telah dilakukan oleh Wiyono (2005) bahwa semakin tinggi usia maka probabilitas untuk masuk ke dalam sektor formal sangat kecil, karena terdapat batasan umur untuk memasuki pasar kerja sektor formal tersebut. Berdasarkan data responden rata-rata para pekerja baik di sektor formal maupun informal paling banyak berusia 24-32 tahun.

Sesuai dengan teori penyerapan tenaga kerja, lama usia dapat mempengaruhi individu terserap pada pasar kerja. Teori tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Martini (2018) menyatakan bahwa pekerja yang berusia tua mempunyai tenaga fisik yang lemah dan terbatas. Sebaliknya, tenaga kerja yang berumur muda mempunyai kemampuan fisik yang kuat. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap permintaan di pasar kerja.

Pengaruh Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Formal dan Informal di Indonesia

Pada hipotesis 4 diduga bahwa variabel uspah berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor formal dan informal di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, variabel upah memiliki probabilitas sebesar 0.002 dengan α=5% dan nilai odds ratio sebesar 1. Sehingga menunjukkan bahwa variabel upah berpengaruh signifikan dan positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Ketika terjadi kenaikan upah sebesar Rp 1.000,- maka kecenderungan pekerja untuk bekerja

(9)

di sektor formal lebih besar 1 kali dibandingkan sektor informal. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak Hi diterima. Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Cantika, 2019) yang menunjukkan bahwa upah meningkatkan penyerapan tenaga kerja, karena apabila upah tinggi maka tenaga kerja akan meningkatkan produktivitasnya. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan konsumsi dari tenaga kerja tersebut sehingga akan meningkatkan permintaan agregat. Maka dari itu upah sangat berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja baik di sektor formal maupun informal.

Sesuai dengan teori penyerapan tenaga kerja secara umum menunjukkan besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam menyerap tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk. Jumlah tenaga kerja yang terserap antara satu sektor dengan sektor lainnya tidaklah sama (Sumarsono, 2003). Perusahaan akan terus menambah tenaga kerja ketika terjadi pertambahan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang diproduksi. Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori penawaran tenaga kerja yang menggambarkan hubungan antara upah dan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Semakin tinggi tingkat upah maka akan semakin tinggi jumlah penawaran tenaga kerja.

Pengaruh Pendidikan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Formal dan Informal di Indonesia

Pada hipotesis 5 disebutkan bahwa variabel pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor formal dan informal di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, variabel pendidikan memiliki

probabilitas sebesar 0.000 dengan α=5% dan nilai odds ratio sebesar 1.188662.

Sehingga variabel pendidikan berpengaruh positif dan signikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Ketika terjadi peningkatan satu tahun pada pendidikan yang ditamatkan maka kecenderungan pekerja yang terserap di sektor formal sebesar 1.188662 kali lebih besar dibandingkan sektor informal. Hail penelitian ini dimpulkan bahwa Ho ditolakdan Hi diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pendidikan yang ditamatkan maka pekerja tersebut kecenderungannya bekerja di sektor formal. Berdasarkan hasil analisis yang ditemukan, dalam konteks ini, pendidikan merupakan aspek modal manusia yang dapat mempengaruhi penyerapan tenaga. Sesuai dengan Teori Klasik sebelum Robert M Solow (2009), mengatakan bahwa sebuah negara berkembang atau terbelakang hanya perlu meningkatkan akumulasi capital fisik (C), tenaga kerja (L) dan sumber daya manusia (H) dan efisiensi alokasi dalam penggunaannya. Peluang Indonesia yang memiliki jumlah sumber daya manusia melimpah, dibutuhkan strategi khusus dan kerja keras untuk bisa memacu pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Selanjutnya, menurut (Simanjutak, 2001) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan tidak saja menambah pengetahuan, akan tetapi juga meningkatkan ketrampilan bekerja, dengan demikian dapat meningkatkan daya saing untuk memasuki pasar kerja. Begitu juga halnya yang terjadi dalam sektor formal dan infomal, pekerja yang mempunyai tingkat pendidikan lebih tinggi akan lebih baik dalam produktivitas kerjanya dan juga dalam mengelola

(10)

usaha. Selain itu terdapat penelitian lain juga menyatakan bahwa semakin lama pendidikan yang ditempuh pada tiap individu maka akan individu tersebut akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan sikap mental yang diperoleh serta berpengaruh terhadap pola tingkah laku dan sikapnya (Sudibya.et al, 2018).

Pengaruh Kesehatan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Formal dan Informal di Indonesia

Pada hipotesis 6 disebutkan bahwa variabel kesehatan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja di sektor formal dan informal di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, variabel kesehatan memiliki probabilitas sebesar 0.452 dengan α=5%. Sehingga variabel kesehatan tidak

berpegaruh secara signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Hasil odds ratio

menunjukkan nilai 1.074365 yang artinya apabila para pekerja sektor formal memiliki kondisi jasmani dan rohani yang kuat maka kecenderungan pekerja terserap di sektor formal lebih besar 1.074365 dibandingkan sektor informal. Penelitian ini disimpulkan bahwa Ho diterima dan Hi ditolak. Hal tersebut berarti sektor formal akan menyerap para pekerja yang memiliki kondisi sehat , baik jasmani maupun rohani. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Citra (2017) yang menyatakan bahwa kondisi fisik yang sempurna menjadi bahan pertimbangan suatu perusahaan atau instansi pemerintah dalam proses pengrekrutan calon karyawan, yang bertujuan agar calon karyawan tersebut dapat bekerja secara optimal.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, nyatanya kondisi kesehatan tenaga kerja menjadi bahan pertimbangan untuk memasuki pasar kerja terutama di sektor formal. Pada dasarnya perusahaan atau instasi melihat kondisi jasmani dan rohani dari calon pekerjanya agar nantinya para pekerja dapat bekerja lebih maksimal (Citra,2018) Sesuai hasil analisis dan penelitian terdahulu, jika ditinjau melalui aspek human capital, penelitian ini sejalan dengan teori pertumbuhan solow menyatakan

bahwa negara berkembang perlu meningkatan human capital seperti pendidikan dan

Kesehatan.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya mengenai penyerapan tenaga kerja sektor formal dan informal di Indonesia melalui aspek karakteristik pekerja dan modal manusia, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

• Jika dilihat berdasarkan aspek karakterisitik pekerja pada variabel jam kerja.

Penambahan jam kerja pada pekerja sektor formal dapat menambah kemampuan perusahaan untuk berproduksi akan semakin besar, sehingga perusahaan akan menyerap tenaga kerja lebih banyak untuk kegiatan berproduksi. Selain itu, kegiatan operasional maupun produksi pada sektor formal akan mengurangi jumlah tenaga kerja apabila pekerja tersebut telah memasuki usia lanjut. Kemudian, efek dari kenaikan upah minimum yang terjadi pada pekerja sektor formal akan diikuti dengan kenaikan penyerapan

(11)

tenaga kerja jika terjadi kenaikan permintaan tenaga kerja secara agregat. Selanjutnya, kegiatan migrasi pada pekerja sektor formal terjadi karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk berpindah.

• Jika dilihat berdasarkan aspek modal manusia pada variabel pendidikan,

adanya keterkaitan yang erat antara pendidikan dan penyerapan tenaga kerja menjadikan tolak ukur untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap turun ke pasar kerja. Maka dari itu perlunya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia untuk menciptakan tenaga kerja yang siap terjun pada pasar kerja. Selanjutnya, kondisi kesehatan menjadi bahan pertimbangan bagi para pekerja maupun calon pekerja yang akan masuk ke sektor formal.

Berdasarkan hasil di lapangan dan hasil penelitian, terdapat saran dari penulis sebagai berikut:

• Jika dilihat dalam konteks mikro terkait penyerapan tenaga kerja, pemerintah

harus memperhatikan sektor formal dan informal.

• Penyediaan lapangan pekerjaan di sektor informal dirasa penting bagi pekerja

lanjut usia agar mereka tetap dapat bekerja dan produktif serta mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan upah yang diterimanya.

• Diperlukannya pemerataan kualitas pendidikan di Seluruh Wilayah Indonesia,

karena saat ini akses pendidikan masih terkonsentrasi di wilayah tertentu dan belum merata. Pemerataan kualitas pendidikan harus disesuaikan dengan kurikulum pendidikan yang ada, sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas dan siap masuk ke pasar kerja.

• Perlunya dibentuk Undang-Undang Ketenagakerjaan terkait pekerja informal

agar tercakup pada perlindungan hukum.

• Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membandingkan fenomena yang

terjadi setahun mendatang dengan menggunakan data IFLS wave 5 dan IFLS

wave 6 yang akan keluar pada tahun 2021. Jika penelitian tersebut dapat

dilakukan, tentunya akan menunjukkan hasil yang menarik dan dapat melihat pergerakan jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor formal maupun informal dalam kurun waktu tujuh tahun kebelakang.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga panduan ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya dan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Brawijaya.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Aprianto, D., & Khairunnisa, U. (2013). Hubungan Sumber Daya Terhadap Tingkat Pendidikan dan Pengangguran Terbuka di Indonesia. 5(2010), 8–9.

Anwar, A. (2017). Peran Modal Manusia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Di Jawa.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2009). Peran Sektor Informal Sebagai

Katup Pengaman Masalah Ketenagakerjaan Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2002). Studi Profil Pekerja di Sektor

Informal dan Arah Kebijakan ke Depan 1. 1–18.

Badan Pusat Statistik. (2018). Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2018

(pp. 1–16). pp. 1–16. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Chakrabarti, S., & Kundu, A. (2009). Formal-Informal Sectors Conflict : A

Structuralist Framework For India. 34(2), 27–67.

Chrismardani, Y., & Satriawan, B. (2018). Tenaga Kerja Sektor Formal dan Informal di Kabupaten Bangkalan. 13(1), 158–166.

Farhanah, L., & Azizah, R. (2015). Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Melalui Pemngembangan Human Capital dan Penyediaan aringan Kerja Online yang Terintegrasi Secara Nasional. 2(2), 140–146.

Ghozali,I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, (2003), Ekonometri Dasar. Terjemahan: Jakarta: Erlangga.

Huber, P., & Rahimov, U. (2014). Formal and Informal Sector Wage Differences in

Transition Economies : Evidence from Tajikistan.

International Labour Organization. (2016). Tinjauan Pasar Kerja Indonesia. Jakarta: International Labour Organization.

International Labour Organization. (2017). Laporan Ketenagakerjaan Indonesia

2017. Jakarta: International Labour Organization.

International Labour Organization. (2018). World Employment Social. Jakarta:

International Labour Organization.

International Labour Organization. (n.d.). Analisa Diagnostik Ketenagakerjaan. 1–

112.

Mincer, J. (1984). Human Capital And Economic Growth. Economics of Education

Review, 3(3), 195–205.

Mincer, J. (1996). Economic Development, Growth of Human Capital, and The Dynamics of The Wage Structure. Journal of Economic Growth, 1 (1), 29–48. Njoda, M. T., & Pamen, E. P. F. (2016). The Effects of Cameroonian Informal Sector

on the Scale and Composition of Output. (April).

Nurhadi, M., & Widyawati, D. (2019). Dampak Upah Minimum Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Formal dan Informal: Analisis Spasial. 9(1),

97–117.

Pangastuti, Y. (2015). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan

(13)

Pitoyo, A. J. (2007). Dinamika Sektor Informal di Indonesia: Prospek , Perkembangan , dan Kedudukannya. 18(2).

Prado, M. (2011). Government Policy in the Formal and Informal Sectors. European Economic Review, 55(8), 1120–1136.

Pratomo, D. (2011). The effects of changes in minimum wage on employment in

Indonesia: Regional panel data analysis. International Research Journal of

Finance and Economics, 62(November), 15–27.

Romer, P.M., (1990). Human Capital And Growth: Theory and Evidence. Carnegie-Rochester Conference Series on Public Policy, 32, 251–286.

S. Mulyadi., (2003). Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Prespektif

Pembangunan. Jakarta, PT.RajaGrafindo Persada.

Sadariawati, R. Pengaruh Human Capital dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap

Kesempatan Kerja Di Sumatera Selatan. 1–20.

Sengka, C. A. (2015). Analisis Tenaga Sektoral di Kota Tomohon.

Sholeh, M. (2007). Perminataan dan Penawaran Tenaga Kerja Serta Upah: Teori

Beserta Potretnya di Indonesia. 4(April), 62–75.

Solow, R.M. (1956). A Contribution to the Theory of Economic Growth. The

Quarterly Journal of Economics, 70 (1), 65-94.

Sitanggang, I. R., & Djalal, N. (2004). Pengaruh Struktur Ekonomi Pada Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral.pdf. V(01), 103–133.

Suyadi, B. (n.d.). Peranan Sektor Informal Dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan

Peningkatan Pendapatan Nelayan di Wilayah Pasir Putih Situbondo.

Sumarsono,S. (2003). Ekonomi Manajemen Sumber Daya Manusia dan

Ketenagakerjaan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Simanjutak,P.J. (2001). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: FEUI Simanjutak,P.J. (2013). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Jakarta: FEUI

Subroto, G. (2014). Hubungan Pendidikan dan Ekonomi : Perspektif Teori dan

Empiris Education and Economics : Perspectives of Theoretical and Empirical. 20(September), 390–400.

Tarmizi, N., (2012). Ekonomi Ketenagakerjaan. Palembang, Percetakan Universitas

Sriwijaya.

Wajdi, M. F., Mangifera, L., Wahyuddin, M., & Isa, M. (2018). Peranan

Aspek-Aspek Modal Manusia Pengusaha Terhadap Kinerja Bisnis Ukm. 20.

Wibowo, B. K. (2015). Peran Manajer Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam

Penarikan (Rekruitmen) di Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). 7(3), 13–30. Witjaksono, M. (2009). Dualisme Pasar Tenaga Kerja dan Dampak Upah Minimum.

1(1).

World Bank. (2018). Urbanisasi untuk semua. Jakarta: World Bank.

World Bank. (2017). Pekerja Global Indonesia Antara Peluang & Risiko. Jakarta:

World Bank.

World Bank. (2010). Laporan Ketenagakerjaan di Indonesia Menuju Terciptanya

Pekerjaan yang Lebih Baik dan Jaminan Perlindungan Bagi Para Pekerja. Jakarta: World Bank

Referensi

Dokumen terkait

Untuk subindikator II dan III, yaitu moda transportasi mahasiswa dan staf, observasi di lapangan dilakukan untuk mengetahui berapa persentase mahasiswa dan juga staf

Bagian Perencanaan, Kerja Sama, dan Hubungan Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan evaluasi rencana pengembangan,

Waktu tunggu dibangun oleh faktor- faktor luar ( exogenous ) seperti kondisi kendaraan, kondisi jalan dan lain sebagainya. Waktu pesan permintaan ini menjamin bahwa

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penilaian aspek kognitif dan penilaian menulis teks eksplanasi kompleks yang telah dilakukan di kelas XI SMA Negeri 2 Sebulu

MUKTAR NAPITUPULU umur 46 tahun, Jenis Kelamin Laki-laki, Agama Kristen, Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil, beralamat Taman Bogenville Estate B-1/8 RT 002/005 Kel. Jati

Sedangkan menurut Darmawi (2005), manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan

Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu ke waktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan tenaga kesehatan.Tujuan

Sementara itu, madu randu dari Desa Nglorog dan Kentengsari, madu kaliandra dari Desa Kwadungan Jurang, dan madu kopi dari Desa Rejosari memiliki kadar gula total