• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Analisis Kadar Glukosa Pada Latihan Body Weight Training Untuk Latihan Otot Perut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Analisis Kadar Glukosa Pada Latihan Body Weight Training Untuk Latihan Otot Perut"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Olahraga Kesehatan, Universitas PGRI Banyuwangi IKOR. 16

Studi Analisis Kadar Glukosa Pada Latihan Body Weight

Training Untuk Latihan Otot Perut

Ratna Mustika Yasi

1

, Charis Fathul Hadi

2

1,2 Teknik Elektro,Universitas PGRI Banyuwangi, Jalan Ikan Tongkol No.1 Telp. (0333) 4466937, Banyuwangi, 68416 E-mail: nanacan12@gmail.com

Abstrak Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi metabolisme energi glukosa dalam tubuh manusia. Aktivitas fisik berupa latihan dengan intensitas rutin akan memepengaruhi proses metabolisme. Energi pada waktu latihan dipenuhi melalui dua jalur yaitu aerobic dan anaerobik. Pada latihan fisik intensitas tinggi otot berkontraksi secara anaerobic yang berimbas pada ketersediaan Adenosine Triphosphate (ATP) melalui proses glikolisis. Pada saat melakukan aktivitas olahraga, jaringan otot hanya akan memperoleh energi dari pemecahan molekul (ATP). Molekul ATP dihasilkan melalui metabolisme energi yang melibatkan reaksi kimia. Glukosa dalam bentuk glikogen tersimpan dalam otot dan hati, sedangkan glukosa dalam bentuk glukosa darah yang tersimpan dalam plasma darah. Fungsi glukosa dalam tubuh manusia selain sebagai bahan bakar bagi proses metabolisme dan sumber energi, tetapi berfungsi sebagai penghasil energi pada saat berolahraga. Latihan fisik Body Weight Training

merupakan jenis latihan beban yang dapat dilakukan dengan menggunakan berat tubuh diri sendiri sebagai pengganti bebannya.Body weighttrainingakan melatih kekuatan dengan baik, di bagian otot mana pun yang ingin dilatih. Studi ini berfokus pada Studi Analisis Kadar Glukosa Pada Latihan Body Weight Training untuk Latihan Otot Perut

Kata Kunci Body Weight Training, ATP, Metabolisme

I. PENDAHULUAN

Aktivitas fisik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua aspek kehidupan manusia yang selalu beriringan dan saling mempengaruhi. Pada prinsipnya, manusia melakukan aktivitas fisik termasuk olahraga dengan tujuan untuk mencapai tingkat kesegaran jasmani tertentu.Subjek dari metabolisme dalam suatu latihan fisik yang sangat besar, salah satunya berlari sprint atau berlari marathon. Latihan fisik dengan tenaga penuh hanya akan berlangsung dalam waktu yang singkat, sedangkan dengan tenaga kecil latihan fisik membutuhkan waktu yang lama [1]. Latihan fisik tubuh akan membutuhkan energi yang dikenal dengan istilah ATP.

ATP yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari proses metabolisme gula dalam darah yang akan menghasilkan asam piruvat, asam laktat dan asetilkoenzim A sebagai senyawa-senyawa antara [2]. Melalui simpanan tubuh yang berupa molekul ATP akan dihasilkan melalui metabolism energy yang akan melibatkan reaksi kimia. Body weight training merupakan salah satu metode latihan beban yang lebih menekankan cara latihan dengan menggunakan beban dalam atau beban dari tubuh sendiri. Contohnya antara lain :push up, sit up, back up, lunge, squat jump, squat trass, skipping dll. Program latihan Body weight training dapat diterapkan sebagai metode latihan untuk meningkatkan ketrampilan seorang atlet pada cabang olahraga tertentu. Terdapat pengaruh yang signifikan dari program latihan bodyweight training terhadap

power otot tungkai untuk atlet bola tangan di Yogyakarta [3]. Sit up merupakan salah satu metode latihan body weight training yang berfokus pada kekuatan otot perut. Berdasarkan studi literatur menunjukkan bahwa kadar glukosa dalam tubuh manusia melalui proses metabolisme ini akan bergantung pada jenis aktivitas dan metode latihan saat berolahraga. Penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang studi analisis kadar glukosa sebelum dan sesudah latihan body weight training untuk latihan otot perut pada saat berolahraga. Penulis memfokuskan pada studi analisis ATP yang digunakan pada proses latihan body weight training untuk latihan otot perut.

II. KAJIAN PUSTAKA

A. ATP

Aktivitas fisik aerobik adalah aktivitas fisik yang menggunakan energi Adenosine Triphosphate (ATP) dari hasil proses oksidasi fosforilase glikogen dan asam lemak bebas[4]. Pada proses penyusunan ATP terjadi melalui proses aerobic pada organel sel yang disebut Mitokondria. Pada proses dalam mitokondria dihasilkan 36 ATP [5].

Peranan ATP sebagai sumber energi untuk proses biologik berlangsung secara siklus. ATP terbentuk dari ADP dan Pi melalui proses fosforilasi yang dirangkai dengan proses oksidasi molekul penghasil energi. Selanjutnya dialirkan ke proses reaksi yang membutuhkan energi untuk dihidrolisis menjadi ADP dan Pi. Otot merupakan salah satu jaringan tubuh yang menggunakan ATP sebagai sumber energy..

(2)

Fakultas Olahraga Kesehatan, Universitas PGRI Banyuwangi IKOR. 17 Kandungan ATP paling banyak terdapat dalam sel

otot yaitu sekitar 4-6 mM/kg otot dibanding di dalam tubuh lainnya.

Referensi [6] menyatakan ATP paling banyak ditimbun dalam sel otot dibandingkan dengan jaringan tubuh lainya, akan tetapi ATP yang tertimbun di dalam sel otot jumlahnya sangat terbatas, yaitu sekitar 4 - 6 m M/kg otot. ATP yang tersedia ini hanya cukup untuk aktivitas cepat dan berat selama 3 - 8 detik. Oleh karenanya, untuk aktivitas yang relatif lama, perlu segera dibentuk ATP kembali.

B. Body Weight Training

Referensi [7] menunjukkan bawha pada dasarnya body weight training sama dengan weight training, tetapi dibedakan dengan model latihan dan variasi latihan yang berbeda. Body weight training merupakan latihan dengan gerakan yang alami dan memungkinkan untuk bergerak secara leluasa melalui gerakan latihan, karena otot manusia didesain untuk bekerja bersama [8]. Body weight training merupakan suatu latihan beban yang dapat dilakukan tanpa menggunakan alat, dan sebagai bebannya adalah berat badan sendiri.Sit up, push up, alah satu contoh latihan body weight training yang berfokus pada kekutatan otot perut.

Gambar 1.Sit Up III.PEMBAHASAN

Latihan fisik yang dilakukan pada saat berolahraga merupakan jenis aktivitas fisik yang teratur dalam jangka waktu dan intensitas tertentu, yang bertujuan menjaga tubuh agar selalu dalam keadaan sehat dan bugar.Referensi [9] menyatakan selain untuk menjaga kebugaran tubuh, latihan fisik sangat dianjurkan untuk program preventif dan rehabilitatif dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan.Ada dua bentuk aktivitas fisik,yaitu aktivitas fisik aerobik dan aktivitas fisik anaerobik. Aktivitas fisik aerobik merupakan aktivitas fisik yang menggunakan energi Adenosine Triphosphate (ATP) dari hasil proses oksidasi fosforilase glikogen dan asam lemak bebas. Aktivitas fisik anaerobik adalah aktivitas fisik yang dalam proses metabolisme pembentukan energi tidak menggunakan oksigen. Energi dihasilkandari pembentukan ATP melalui sumberenergi yang berasal dari kreatinfosfat danglikogen [10]. Aktivitas fisikintensitas sedang

sampai intensitas beratakan menggunakan energi ATP yangdihasilkan melalui proses hidrolisis glukosa. Proses hidrolisis glukosa dapat melalui dua jalur glikolisis, yaitu glikolisis aerobik dan glikolisis anaerobik. Glikolisis anaerobik terjadi dalam kondisi tidak adanya oksigen untuk pembentukan energi [11]

Penelitian yang dilakukan oleh [12], menyatakan bahwa pada aktivitas fisik intensitas berat yang menggunakan 80% volume oksigen maksimal dalam kurun waktu 20 menit, akan diperoleh penurunan glukosa darah secara signifikan yang disebabkan oleh pemakaian glukosa dan glikogen selama melakukan aktivitas tersebut.Berdasarkan hasil penelitian dari [9] menunjukkan bahwa responden terdiri dari 21 orang laki-laki dengan umur 20-22 tahun.Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan glukosa dari rata-rata 104,14 mg/dL sebelum aktivitas fisik menjadi 95,40 mg/dL setelah melakukan aktivitas fisik dengan nilai p < 0,05, yang berarti terjadi penurunan yang signifikan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah mahasiswa sebelum dan sesudahmelakukan aktivitas fisik intensitas berat.

Body weight training adalah salah satu aktivitas fisik berupa latihan dengan menggunakan tubuh sebagai bebannya. Menurut referensi [13] latihan adalah memberikan penekanan fisik yang teratur, sistematis, danberkesinambungan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam melakukan kerja dan meningkatkan kebugaran jasmani atau kemampuan fisik.

Menurut referensi [14] latihan merupakan aktivitas olahraga yang sistematik dalam waktu yang lama, ditingkatkan secara progresif dan individual yang mengarah kepada ciri-ciri fungsi fisiologis dan psikologis manusia untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan. Penelitian mengenai analisis aktivitas fisik pada permainan sepak bola menyimpulkanbahwa di dalam program latihan fisik untukpemain sepak bola, sebaiknya ada latihan bebanuntuk meningkatkan kekuatan otot kaki karenadengan meningkatnya kekuatan otot akan mengurangi resiko kemungkinan terjadinya cedera [15].

Sit up, crunch, push up, hell touch, rool-up , lateral touch crunchmerupakan salah satu latihan body weight training yang berfokus pada kekuatan otot perut. Referensi [16] menyatakan, “abdomen adalah bagian batang tubuh di antara thorax dan pelvis.” Referensi [9]menyatakan bahwa abdomen merupakan wadah dinamik, fleksibel, yang menempati hampir semua organ pada sistem pencernaan dan sebagian sistem urogenital. Menurut [9] menyatakan otot perut memiliki keterkaitan dengan otot-otot pinggang di dalam menyangga keseluruhan badan bagian atas. Otot abdominal merupakan penunjang utama dari daerah perut[9]. Menurut Mellion yang dikutip oleh [9] otot perut

(3)

Fakultas Olahraga Kesehatan, Universitas PGRI Banyuwangi IKOR. 18 bekerja sama dengan otot punggung untuk membantu

mendukung tulang belakang, mengabaikan otot perut dapat menimbulkan ketidakseimbangan otot yang menyebabkan nyeri punggung, sehingga penting untuk mempertahankan kekuatan otot perut.

Anatomi adalah struktur tubuh manusia berkembang dari tingkat terendah (atom dan molekul) sampai tingkat yang lebih tinggi dan lebih kompleks untuk membentuk keseluruhan tubuh [13]. Referensi [9] menyatakan otot abdominal meliputi rectus abdominis, yang dapat menyebabkan tubuh untuk menekuk atau melentur, dan oblique external, yang dapat membantu tubuh berputar dan melengkung ke arah samping.Latihan body weighttidak hanya efektif dalam menjaga kepadatan tulang.Lebih dari itu, latihan ini juga baik untuk melatih lebih banyak otot dalam satu gerakan. Misalnya untuk sit up, Crunch, push up, Hell Touch, Rool-Up ,Lateral Touch Crunchdapat melatih kekuatan otot perut.

Selama melakukan aktivitas fisik terutama ), sel-sel otot dapat membentuk cukup ATP melalui sistem aerob untuk mengimbangi kebutuhan energi perangkat. Energi ini terlebih dahulu diubah menjadi senyawa kimia berenergi tinggi, yaitu Adenosine Tri Phosphate (ATP ). ATP yang terbentuk kemudian diangkut ke setiap bagian sel yang memerlukan energy [17]. Inti dari semua proses metabolism energy di dalam tubuh adalah untuk menresintesis molekul ATP dimana prosesnya akan dapat berjalan secara aerobic dan anaerobic. Proses hidrolisis ATP dapat menghasilkan energImelalui persamaan reaksi kimia:

ATP+ H2O ADP + H+ + Pi -31kJ per 1 mol ATP

Gambar 1. Sumber ATP pada otot rangka

Pada jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan mengasilkan energi sebesar 31 kJ setara dengan 7,3 kkal dan meghasilkan produk lain berupa ADP (Adenosine Diphospate) dan Pi (Inorganic

Fosfat).Aktivitas olahraga dalam metabolisme energimemiliki 3 jalur metabolisme yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr), glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan protein.Proses metabolisme ketiga sumber energi ini berjalan dengan ketersediaan oksigen(O2) yang diperoleh melalui proses pernafasan. Sedangkan pada akivitas anaerobik, energi yang akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan energi secaracepatini akan diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara anaerobic [18].

Adapun proses biologis yang menggunakan ATPsebagai sumber energinya antara lain: proses biosintesis, transportasi ion-ion secara aktif melalui membran sel, kontraksi otot, konduksi saraf dan sekresi kelenjar [17]. Apabila ATP pecah menjadi Adenosine Diposphate (ADP) dan Phosphate inorganic (Pi), maka sejumlah energi akan dilepaskan. Energi inilah yang akan gunakan untuk kontraksi otot dan proses-proses biologi lainnya. Satu senyawa fospat dilepaskan dari 1 grl ATP, maka akan keluar energi yang diperkirakan sebesar 7-12 Kcal [17].

Fungsi tubuh akan berjalan terus, selama proses kehidupan terus berjalan sehingga proses penyimpanan energi dari ATP-pun akan berjalan terus. Peranan ATPsebagai sumber energi untuk proses-proses biologi tersebutberlangsung secara mendaur ulang (siklus). Gugus fospatposisi ujung pada molekul ATP dipindahkan ke molekul penerima gugus fospat kemudian digantikan oleh gugus fospat lain dari proses fosforilasi dan oksidasi molekul penghasil energy [19].

Otot merupakan salah satu jaringan tubuh yang membutuhkan energi ATP. Energi tersebut digunakan otot untuk kontraksi sehingga menimbulkan gerakan gerakan sebagai aktivitas fisik. ATP paling banyak ditimbun dalam sel otot dibandingkan dengan jaringan tubuh lainya, akan tetapi ATP yang tertimbun di dalam sel otot jumlahnya sangat terbatas, yaitu sekitar 4 - 6 m M/kg otot [17]. ATP yang tersedia ini hanya cukup untuk aktivitas cepat dan berat selama 3 – 8 [12]. Oleh karena itu, untuk aktivitas yang relatif lama, perlu segera dibentuk ATP kembali. Proses pembentukan ATP dalam otot diperoleh melalui sistem ATP-PC (Phosphagen System), sistem glikolisis anaerobik (Lactic Acid System), sistem aerobik (Aerobic System).

Glikolisis merupakan salah satu bentuk metabolisme energy yang berjalan secara anaerobik. Proses metabolisme energy ini memanfaatkan simpanan glukosa yang sebagian besar akan diperoleh dari glikogen otot atau glukosa yang terdapat di dalam aliran darah untuk menghasilkan ATP. Pada proses glikolisis yang terjadi di dalam sitoplasma sel adalah mengubah molekul glukosa

(4)

Fakultas Olahraga Kesehatan, Universitas PGRI Banyuwangi IKOR. 19 menjadi asam piruvat dimana proses ini juga akan

disertai dengan membentukan ATP. Jumlah ATP yang dapat dihasilkan oleh proses glikolisis ini akan berbeda bergantungberdasarkan asal molekul glukosa. Molekul asam piruvat yang terbentuk dari proses glikolisis ini dapat mengalami proses metabolisme lanjut secara aerobik maupun secara anaerobik bergantung pada ketersediaan oksigen [20]. Pada saat berolahraga dengan intensitas rendah dimana ketersediaan oksigen di dalam tubuh cukup besar, molekul asam piruvat yang terbentuk ini dapat diubah menjadi CO2 dan H2O di dalam mitokondria

sel [21]. Jika ketersediaan oksigen terbatas di dalam tubuh atau saat pembentukan asam piruvat terjadi secara cepat seperti saat melakukan sprint, maka asam piruvat tersebut akan terkonversi menjadi asam laktat. Asam laktat penting untuk olahraga intensitas tinggi yang lamanya 20 detik – 2 menit seperti sprint 200 -800 m, renang gaya bebas 100 m. Glukosa dari glikogen otot dipecah menjadi asam laktat. Asam laktat penting untuk exercise anaerobik dengan intensitas tinggi yang berguna untuk melakukan kontraksi otot. Setelah 1,5 – 2 menit melakukan exercise anaerobik, penumpukan laktat yang terjadi akan menghambat glikolisis, sehingga timbul kelelahan otot. Melalui proses pembentukan asam laktat dari 1 mol (180 gram) glikogen otot dihasil 3 molekul ATP. Berikut reaksi sistem glikolisis anaerobik yaitu :

Glikogen/glukosa + ADP + Pi  ATP + Asam laktat

ATP terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik selama 45 - 120 detik.

Gambar 2.Glikolisis anaerobik (anaerobic glycolysis) dalam sel otot.

Aktivitas olahraga tidak hanya secara murni menggunakan salah satu sistem aerobik atau anaerobik saja. Sebenarnya yang terjadi adalah menggunakan gabungan sistem aerobik dan anaerobik, akan tetapi porsi kedua sistem tersebut

berbeda pada setiap cabang olahraga [17]. Body weight training merupakan suatu metode latihan yang menuntut aktivitas fisik dengan intensitas tinggi dengan waktu relatif singkat. Sehingga, terdapat sistem energi predominannya adalah anaerobik, sedangkan pada cabang olahraga yang menuntut aktivitas fisik dengan intensitas rendah dan berlangsung relatif lama, sistem energi predominannya adalah aerobik. Sebagai gambaran Referensi[4]bahwa dalam menentukan sistem energi predominan pertama sistem ATP dengan waktu kegiatannya 0-4 detik, bentuk kegiatannya berupa kekuatan dan power. Kedua, sistem ATP-PC, engan waktu kegiatannya 0-10 detik, bentuk kegiatannya berupa power. Ketiga yaitu sistem ATP-PC dan asam laktat, waktu kegiatannya 0 - 1,5 menit, bentuk kegiatannya berupa anaerobik

power

.

IV.KESIMPULAN

Proses metabolisme pada aktivitas fisik Latihan Body Weight Training untuk Latihan Otot Perut terjadi melalui proses glikolisisMelalui proses pembentukan asam laktat dari 1 mol (180 gram) glikogen otot dihasil 3 molekul ATP. ATPyang terbentuk dapat digunakan untuk aktivitas fisik body weight training selama 45 - 120 detik

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami berterima kasih atas Seminar Nasional “Optimalisasi Pengajaran PJOK dalam Upaya Penyiapan SDM Berkarakter” yang sudah menyediakan kesempatan untuk publikasi artikel. Semoga artikel ini mampu memberikan manfaat sebagaimana mestinya

DAFTAR PUSTAKA

[1] Herwanto, M. E., Lintong, F., & Rumampuk, J. F. 2016. Pengaruh aktivitas fisik terhadap kadar gula darah pada pria dewasa. Jurnal e-Biomedik (eBm), no.4.vol.1., 158-163. [2] CompanyKisner, C. Therapeutic ExerciseFondation and

Techniques. ThridEdition. Philadelpia : F.A. Davis.1996 [3] Afif , R. M. 2016. Pengaruh Weight Training Dan Body

Weight Training Terhadap Power Otot Tungkai Atlet Bola Tangan Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.

[4] Husin. 2016. Kadar Malondialdehide (MDA) dan Lactate Dehidrogenase (LDH) Pada Latihan Aerobik dan Anaerobik. E-Journal Stikes, no.1,vol.4, pp.121-135. [5] Hernawati. (n.d.). Produksi Asam Laktat Pada Exercise

Aerobik Dan Anaerobik. Jurnal Biologi, pp.1-21.

[6] Ganong WF. 1999. Review of Medical Physiology, New Jersey: PrinticHall. Guyton AC and Hal JE. 1999. Teks Booksof Medical Physiology, 9Ed. Philadelpia: WB Soudners Company.

[7] Purwantoro, D. 2017. Pengaruh Weight Training dan Body Weight Training Terhadap Penurunan Kadar Lemak Tubuh Member Laki-Laki di Jambuluwuk Fitnes Center.

[8] Anthony,A., (2013). 3 In 1 Exercise Samples. Google play Book. Ebook.

[9] Laksono, B.A. 2016. Pengembangan Model Body Weight Training Untuk Latihan Otot Perut. Program Studi Ilmu

(5)

Fakultas Olahraga Kesehatan, Universitas PGRI Banyuwangi IKOR. 20 Keolahragaan, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas

Negeri Yogyakarta.Yogyakarta.

[10] Flora,L. 2015. Pengaruh Latihan Fisik Anaerobik Terhadap Kadar Laktat Plasma dan Kadar Laktat Jaringan Otot Jantung Tikus Wistar. Biomedical Journal of Indonesia. no.1, vol.1, pp. 40-42. Januari. 2015.

[11] Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Jakarta: EGC

[12] W. D. McArdle, F. I. Katch und V. L. Katch: Exercise Physiology — Energy, Nutrition, and Human Performance. 2. Aufl. 696 Seiten, zahlr. Abb. und Tab. Lea & Febiger, Philadelphia 1986. Preis: 35,75 $

[13] Subagyo. 2008. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta: Alfabeta.

[14] KhoiriL, A. 2015. Pengembangan Latihan Ketepatan Tendangan dalam Sepakbola untuk Anak Kelompok Umur 13-14 Tahun. Tesis. Yogyakarta: Program PascaSarjana UNY.

[15] Greig, M., Siegler, JC. 2009. “Soccer-SpecificFatigue and Eccentric Hamstrings MuscleStrength.” Journal of Athletic Training, no.2, vol.44, pp. 180-184.

[16] Moore, K.L., & Dalley, A.F. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis Edisi Kelima Jilid 1(Hariawati Hartanto. Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

[17] Fox EL, Bower RW, Foss ML, 1998. The Physiological Basis for Exercise and Sport 6 th Ed. Boston, Mass. : WCB/McGraw-Hill, c1998.

[18] Newsholme, E.A. 1994. Biochemical mecahnisms to explain immunosuppression in well-trained and overtrained athletes. International. Journal of sports medicine, no.15,vol.14,pp.2-7

[19] Hasyim. 2010. Proses pembentukan atp melalui proses aerobik, no.2, vol.1, pp.17-26.

[20] Lande, N. A., Mewo, Y., & Paruntu, M. 2015. Perbandingan kadar glukosa sebelum dan sesudah aktivitas fisik intensitas berat. Jurnal e-Biomedik (eBm).no.13, vol.3, pp.20-24.Januari-April.2015.

[21] Hernawati. (n.d.). Produksi Asam Laktat Pada Exercise Aerobik Dan Anaerobik. Jurnal Biologi, pp.1-21.

Gambar

Gambar 1. Sumber ATP pada otot rangka
Gambar 2.Glikolisis anaerobik (anaerobic glycolysis) dalam sel  otot.

Referensi

Dokumen terkait

Di Indonesia, energi surya merupakan energi yang tersedia melimpah, sehingga pemanfaatan energi surya dapat menghemat atau bahkan menggantikan penggunaan bahan bakar atau

Dengan intensitas hari guruh (IKL) yang sangat tinggi dibanding daerah lainnya berkisar 100-200 hari pertahun, fenomena pengaruh tegangan impuls pada panel

Komunikasi Budaya Masyarakat Kampung Mahmud (Studi Kasus tentang Pewarisan Nilai Budaya dari Tokoh Adat ke Generasi Muda di Kampung Mahmud Kabupaten Bandung). Program

Kemalasan saya muncul mungkin karena kejenuhan saya bekerja atau mungkin pula karena penggajian pegawai negeri sipil (PNS) yang tidak signifikan membedakan antara PNS

Leksem [b T a i] adalah sebuah kegiatan dengan ciri semantis yang dilakukan oleh satu atau beberapa manusia, dalam posisi duduk, berdiri, berbaring, atau bertelungkup,

Dari hasil pengolahan data, diperoleh 40 kriteria pengukuran kepuasan pelanggan dan terdapat 5 kriteria pengukuran kepuasan pelanggan yang harus diprioritaskan dalam

United Nations Framework Convention on Climate Change, Annual Report of the Clean Development Mechanism Executive Board to the Conference of the Parties Serving as the Meeting of

a) Apabila guru tidak memiliki kemampuan melibatkan peserta didik dengan keterbukaan, saling pengertian dan penuh kehangatan maka siswa akan memunculkan sikap semu