• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PENDIDIKAN FISIKA UNIMA VOLUME 1, NOMOR 1, JANUARI 2020 BAHAN AJAR FISIKA BUNYI TERINTEGRASI DENGAN BUDAYA MINAHASA MUSIK KOLINTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL PENDIDIKAN FISIKA UNIMA VOLUME 1, NOMOR 1, JANUARI 2020 BAHAN AJAR FISIKA BUNYI TERINTEGRASI DENGAN BUDAYA MINAHASA MUSIK KOLINTANG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

23

BAHAN AJAR FISIKA BUNYI TERINTEGRASI DENGAN BUDAYA

MINAHASA MUSIK KOLINTANG

Jeane Rende1) Djeli Tulandi2)

FMIPA Universitas Negeri Manado jeanerende@unima.ac.id FMIPA Universitas Negeri Manado

djelitulandi@unima.ac.id ABSTRACT

There are quite a lot of high school physics books available, but contextual teaching materials based on local wisdom are still lacking in schools. Explicitly the 2013 curriculum provides an opportunity for schools and teachers to develop contextual and local wisdom teaching materials but their determination and motivation are still encouraged and encouraged. In increasing the competence and professionalism of alumni as prospective physics teachers, it is necessary to be equipped with experience in designing contextual regional-based teaching materials. Research on the development of teaching materials based on local culture Kolintang music instrument carried out for 6 months. To build competence as a whole and systematically, the focus of research (development of teaching materials) is: (1) determining the main elements in teaching materials namely attitudes (curiosity about natural phenomena), processes (problem solving processes), products (in the form of facts, principles, theory, and law), and contextual (application in everyday life). 2. Studying the previous teaching material to be developed seen from the aspect of breadth, depth, whether or not there is a concept map, a decrease in formulas (mathematical aspects), student worksheets (LKS) to make observations. 3 Testing of teaching materials in schools as a test of the feasibility of using teaching materials. The efficiency and productivity of students increases as reflected in the improvement of their learning achievements. The results showed that the formulation of physical concepts contained in the Kolintang music instrument play are the concepts of momentum and impulse, the concept of vibration, the concept of resonance, the concept of sound waves (longitudinal waves), the concept of sound propagation in the air / gas medium, the concept of period and frequency sound produced by each type of instrument, the concept of sound wave energy and the concept of the intensity of the sound waves produced by kolintang. Physics teaching materials integrated with Minahasa culture Kolintang tools for high schools are suitable for use in schools.

Keywords: Teaching materials, Kolintang music

1.

PENDAHULUAN

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi sarana bagi siswa untuk dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, serta dapat menumbuhkan kecakapan ilmiah, keterampilan proses dan juga berpikir untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu berdasarkan Permendikbud No. 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi, salah satu kompetensi yang harus dikembangkan pada mata pelajaran fisika adalah:

mengembangkan sikap rasa ingin tahu, jujur, tanggung jawab, logis, kritis, analitis, dan kreatif melalui pembelajaran fisika. Oleh karena itu, dalam pembelajaran fisika diperlukan kemampuan menganalisis dengan cara optimal agar siswa mampu mencapai tujuan dari pembelajaran fisika.

Mengacu pada tujuan seperti yang diungkap dalam sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, pembelajaran dapat dilaksanakan dengan pembelajaran berbasis kearifan lokal. Pembelajaran kearifan lokal dapat dilakukan dengan mengintegrasikan

(2)

24 nilai-nilai kearifan lokal di daerah sekitar sekolah kedalam pembelajaran fisika. Oleh karena itu tujuan pembelajaran fisika perlu diintegrasikan dengan aspek kearifan lokal. Hasil penelitian Almerico (2014) menyebutkan bahwa pembentukan karakter anak dapat dilakukan dengan mengintegrasikan sumber-sumber belajar anak ke dalam pembelajaran. Salah satu sumber belajar anak adalah lingkungan sekitar, yakni lingkungan alam maupun lingkungan sosial berdasarkan tempat tinggal siswa, selalu di lingkungan sekitar memuat kearifan lokal. Kearifan lokal yang telah berkembang diduga memiliki ketahanan terhadap berbagai hal yang datang dari luar dan mampu berkembang untuk masa mendatang. Oleh karena itu implementasi kearifan lokal suatu bangsa dalam pembelajaran memiliki peran dalam membentuk kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

Pembelajaran dengan mengangkat budaya-budaya lokal telah diatur dalam peraturan pemerintah dan rencana strategis. Peraturan pemerintah No 19 tahun 2005 BAB III pasal 14 ayat 1 menyebutkan

bahwa, “Kurikulum untuk

SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain yang sederajat dan kurikulum untuk SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal”

Peraturan pemeritah No 17 tahun 2010 pasal 35 ayat 2 juga menyatakan bahwa, “Pemerintah kabupaten/kota melaksanakan dan/atau memfasilitasi perintisan program dan/atau satuan pendidikan yang sudah atau hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan untuk dikembangkan menjadi program dan/atau satuan pendidikan bertaraf internasional dan/atau berbasis keunggulan lokal”

Kolintang adalah salah satu alat musik khas daerah Minahasa. Konsep fisika yang diterapkan dalam Kolintang ini adalah Gelombang Bunyi, dimana alat musik yang terbuat dari kayu ini akan mengeluarkan bunyi yang selaras dan indah saat dimainkan. Kolintang memiliki arti yang besar, tidak hanya sekedar alat musik yang

dimainkan pada kegiatan adat tertentu, akan tetapi memiliki makna filosofi yang mendalam tentang keselarasan dan kerukunan. Filosofi keselarasan dan kerukunan dalam pembelajaran terletak pada toleransi. Karakter toleransi dalam pembelajaran fisika berkaitan dengan kerjasama saat melaksanakan praktikum maupun saat berdiskusi.

Hasil kajian bahan ajar fisika yang dilakukan oleh mahasiswa yang kontrak matakuliah kajian fisika-2 tahun 2017, menunjukkan bahwa umumnya buku cetak fisika untuk SMA yang beredar dipasaran belum memadai dilihat dari sinkronisasi kompetensi dasar, standar kompetensi, indicator capaian dengan isi bahan ajar. Peta konsep, penurunan rumus serta langkah-langkah detail melakukan praktikum belum terungkap secara mendalam.

Astuti dalam Assa menyatakan fisika pada hakikatnya memiliki empat unsur utama, yaitu sikap (perasaan keingintahuan tentang fenomena alam), proses (proses pemecahan masalah), produk (berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum), dan aplikasi (penerapan dalam kehidupan sehari-hari). Namun pada kenyataan yang dapat kita lihat dalam lingkungan pendidikan saat ini selain dari kurang efektifnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru (monoton) instrumen pembelajaran yang disajikan kepada siswa pun tidak memiliki nilai tambah yang berarti. Pada umumnya bahan ajar sebagai instrumen pembelajaran guru tidak mengandung keempat unsur utama tersebut yaitu sikap, proses, produk dan aplikasi secara langsung oleh siswa lewat praktikum dalam laboratorium ataupun konsep dan teori yang kurang lengkap. Kita sadari bersama bahwa praktikum dalam laboratorium sangat besar manfaatnya dalam peningkatan mutu pendidikan seorang siswa. Namun, sebaliknya yang terjadi, sehingga telah menjadikan fisika sebagai mata pelajaran yang ditakuti bahkan membosankan bagi siswa/peserta didik, yang diutarakan oleh 52% siswa yang tidak tuntas dalam evaluasi tengah semester. Fisika adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (sains). Menurut Karso (1993:71)

(3)

25 fisika merupakan ilmu yang lahir dan dikembangkan melalui langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis lewat eksperimen, pengajuan kesimpulan, dan pengujian teori/konsep.” Fisika merupakan bagian dari sains yang memungkinkan manusia memperoleh kebenaran ilmiah dari fenomea-fenomena

alam sehingga memudahkan

menggambarkan dan mengatur alam. Fisika merupakan mata pelajaran yang berfungsi mengembangkan semua aspek belajar yang dimiliki peserta didik (afektif, kognitif, dan psikomotorik) sehingga mempunyai sikap percaya diri untuk bekal hidup di masyarakat(Djohar M,2012). Proses sains adalah eksperimen yang meliputi penemuan masalah dan perumusannya, perumusan hipotesis, merancang percobaan, melakukan pengukuran, menganalisis data, dan menarik kesimpulan (Usmeldi U,2015). Sedangkan produk sains berupa bangunan sistematis pengetahuan (body of knowledge) (Dawson, 1994); Carin dan Sund, 1989) sebagai hasil dari proses yang dilakukan oleh para saintis. Dalam melakukan proses sains, diperlukan sikap-sikap positif antara lain memiliki rasa ingin tahu (curiosity), jujur. Toleran, skeptis, dan objektif, yang disebut sikap sains atau sikap ilmiah. Oleh karena itu, kalau kita membicarakan sains maka yang tergambar dalam pikiran minimal adalah produk, proses, dan sikap sains (Cook C.R,2012).

2. METODE PENELITIAN

Prosedur pengembangan TAHAP I : Pra Pengembangan

Mengumpulkan informasi tentang bahan ajar melalui observasi dan wawancara

TAHAP II : Pengembangan

1. Merumuskan tujuan umum, tujuan khusus

2. Membuat modul pembelajaran 3. Membuat alat evaluasi

Tahap III

1. Uji ahli : 2 orang ahli, skala penilaian

2. Analisis : kualitatif, kuantitatif Tahap IV:

1. Uji coba terhadap siswa

2. Subjek : uji coba terbatas kelompok kecil 5 siswa dan klasikal 23 siswa

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengembangan

Pada tahap ini peneliti memulai dengan membuat kerangka kerja pengembangan kemudian mengembangkan element multimedia pembelajaran setelah itu melakukan review dan revisi. Pada tahap ini dilakukan suatu kegiatan pembuatan desain produk yang akan dihasilkan.

Uji Coba Produk

Kegiatan uji coba produk dalam pengembangan dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data dalam menentukan tingkat kevalidan bahan ajar sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk menetapkan keefektifan serta efisiensinya.

Pada dasarnya uji coba produk dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian. Pada bagian pertama uji coba untuk memvalidasi produk pengembangan secara teoritis. Uji coba ini melibatkan ahli media pembelajaran dan ahli materi pembelajaran. Uji coba bagian kedua adalah uji coba lapangan kepada subjek penelitian untuk memperoleh data empiris melalui angket penelitian. Uji coba pada bagian kedua ini diuji cobakan pada 6 orang siswa .

Evaluasi tim dosen ahli Materi (catatan dosen expert) terhadap bahan ajar Fisika Materi Bunyi terintegrasi musik kolintang merekomendasikan bahwa bahan ajar ini layak digunakan.

Evaluasi tim dosen ahli Media (catatan dosen expert) terhadap bahan ajar Fisika Materi Bunyi terintegrasi musik kolintang merekomendasikan bahwa bahan ajar ini layak digunakan.

Secara umum, para siswa yang menjadi subjek penelitian lapangan, memberikan tanggapan yang bervariasi terhadap semua komponen indicator yang di tanyakan.

(4)

26 Perhitungan total frekuensi, presentasi siswa yang memberikan pilihan :

Penilaian positif siswa (kategori sangat setuju dan setuju ) terhadap semua indicator yang ditanyakan 89,33 % dan 11,33 untuk kategori kurang setuju (KS) serta 4,17 % yang memberikan pilihan tidak setuju (TS). Angka presentasi ini berada di atas angka presentasi yang dijadikan kriteria penilaian keberhasilan paket/perangkat pembelajaran Fisika bunyi terintegrasi music kolintang dan penerapannya ini.

Akumulasi progress capaian proses pembelajaran siswa pertemuan setiap indicator.Deskripsi progres penilaian proses pembelajaran siswa pertemuan 1 sampai 4 dijabarkan sebagai berikut :

• Siswa yang mampu menjawab dengan benar dan mengandung pernyataan yang benar korelasi antar 3 variabel (skor 4 ) • Siswa yang mampu menjawab dengan

benar dan mengandung pernyataan yang benar korelasi antar 2 variabel (skor 3) • Akumulasi progress capaian psikomotor

siswa deskripsi progres penilaian psikomotor siswa pertemuan 1 sampai 4 dijabarkan sebagai berikut :

• Siswa yang mampu menggunakan alat sesuai dengan prosedur dan mampu memfungsikannya, melakukan pengamatan sesuai dengan prosedur dan mampu membaca skala dengan benar, melakukan pengamatan hingga percobaan rampung dilaksanakan dengan tepat waktu dan semua tahapan dilaksanakan secara benar (skor 4 )

4. KESIMPULAN

Hasil uji pakar multimedia dan pakar materi dan berdasarkan progress afektif siswa bahan ajar yang didisain layak digunakan dalam pembelajaran fisika di SMA.

Rumusan konsep-konsep fisis yang terdapat dalam pembuatan alat music kolintang yakni konsep kerapatan/massa jenis dari kayu yang digunakan sebagai bahan pembuatan kolintang dimana kayu yang digunakan mempunyai massa jenis sebesar 0,7 gr/cm3,

serta konsep volume atau kadar air dari kayu

yang digunakan dimana kadar air kayu tersebut yakni 12% (dalam hal ini kayu yang digunakan adalah kayu cempaka dan kayu wanderan).

Rumusan konsep-konsep fisis yang terdapat dalam permainan alat music kolintang yaitu konsep momentum dan impuls, konsep getaran, konsep resonansi, konsep gelombang bunyi (gelombang longitudinal), konsep cepat rambat bunyi pada medium udara/gas, konsep periode dan frekuensi bunyi yang dihasilkan oleh setiap jenis instrument, konsep energy gelombang bunyi dan konsep intensitas gelombag bunyi yang dihasilkan kolintang.

5. REFERENSI

Alfian, Magdalia. 2013. Potensi Kearifan Lokal dalam Pembentukan Jati Diri dan Karakter Bangsa. Prosiding The 5 thn ICSSIS; Ethnicity and Globalization, Yogyakarta pada tanggal 13-14 Juni 2013.

Anwar Khairin, dkk. 2016. Telaah Alat Musik Tradisional Etnik Mbojo sebagai Media Pembelajaran Fisika. Prosiding SNIPS; Nuclear Physics and Biophysis Research Division ITB. Bandung pada tanggal 21-22 Juli 2016.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hawasi. 2007. Kearifan Lokal Yang Terkandung Dalam Sastra Mistik Jawa’. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Gunadarma.

Hidayati,F.Fajrin,I.T,Ridho,M.R.2016. Sifat fisika dan mekanika kayu jati unggul”Mega” Dan Kayu Jati Konvensional Yang di tanam di Hutan Pendidikan Wanagama Gunungkidul,Yogyakarta.Jurnal ilmu kehutanan

Irsan, Bartoven V. N. 2009. Kearifan Lokal untuk Kesejahteraan Rakyat. Lampung: Lembaga Penelitian Unila.

ISO 16:1975. Acoustics – Standard tuning frequency (Standard musical pitch).

(5)

27 International Organization for Standardization.

Kanginan, Marthen.2007. Fisika Untuk SMA Kelas XII. Jakarta:Erlangga. Kaseke, Petrus. 2013. Kolintang Petrus

Kaseke.

www.kolintang.co.id/bukupanduank olintang.pdf. Diakses 2 desember 2018.

Miles, M.B, Huberman A.M. 1984. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. 1992. Jakarta: Universitas Indonesia. Rahyono. 2009. Kearifan Budaya dalam

Kata. Jakarta : Wedatama Widya Sastra.

Saifuddin. F. Achmad, dkk. 2018. Minahasa Wonderland. Manado: P3ISIP. Suastra, I W. 2010. “Model Pembelajaran

Sains Berbasis Budaya Lokal untuk Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains dan Nilai Kearifan Lokal di SMP”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Jilid 43, Nomor 2, April 2010, hlm. 8-16.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta CV. Suryana, J. 2010. Prasi, Kearifan Lokal

Masyarakat Bali.

http://sosbud.compasiana.com/2010/

04/08-Prasi-Kearifan-Lokak-Mastarakat-Bali/. Diakses 6 desember 2018.

Taylor, Bogdan. 1984. Bentuk Penelitian Kualitatif Teori dalam Penelitian Kualitatif. Jakarta: Mizan Pustaka. Triyadi, dkk. 2010. Kearifan Lokal pada

Bangunan Rumah Vernakular di Bengkulu dalam merespon Gempa. Locak Wisdom (Vol 2, No1).

Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-undang no.17 Tahun 2010 pasal 35 ayat 2 pembelajaran dengan mengangkat budaya-budaya local

telah diatur dalam

peraturanpemerintah.

Ulfah.D.2006. Analisis sifat fisika bamboo Apus(Gigantochloa apus KURZ) berdasarkan posisi di sepanjang

batang,Jurnal Hutan tropis Borneo(Vol.7.no.19 ha.144-149 Sugiyono.2017.metode Penelitian

kualitatif.Edisi-3.Bandung Alfabeta Soenardi.1976.Sifat Fisika kayu.yayasan

Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Wenas Jessy . 2017. Sejarah dan Kebudayaan Minahasa. Manado: Institut Seni Budaya Sulawesi Utara.

Wibowo, A dkk. 2015. Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Jalan Raya Cirendang - Cigugur - Kuningan.. SMK

Domain penalaran ( reasoning ) berkaitan dengan penyelesaian masalah non- rutin, konteks yang kompleks dan banyaknya langkah penyelesaian masalah (Mullis, dkk.,

Menurut Amin Widjaja Tunggal (2001: 1), metode Economic Value Added (EVA) di Indonesia dikenal dengan metode Nilai Tambah Ekonomi (NITAMI) merupakan suatu sistem manajemen

Dengan menggunakan metode Pemanenan Air Hujan, air hujan yang jatuh pada luasan atap rumah di tampung pada tangki dan selanjutnya air di filter untuk dijadikan air minum..

Makna disfemisme dan eufemisme yang ditemukan dapat diketahui dengan cara mengamati penggunaan sinonim dari masing-masing makna kata berdasarkan Tesaurus Alfabetis

Pengetahuan kaidah bahasa sangat diperluka dalam pembuatan kamus, karena akan sangat berbeda jika aplikasi kamus digital tersebut dibuat oleh orang yang mempunyai

Setelah dikeluarkan Kepber Empat Menteri Tahun 1999 dan dibentuk Komisi dan Tim Teknis baru (KKHKP dan TTKHKP), dua pemohon mengajukan permohonan pengkajian keamanan hayati

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “