• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Usaha

Kondisi Umum Usaha Pembibitan Domba Tawakkal

Peternakan domba Tawakkal terletak di Jl. Raya Sukabumi Dusun Cimande Hilir No.32 Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Usaha ternak yang berjarak sekitar 2 m dari pemukiman penduduk menempati lahan 5100 m2 yangberbatasan langsung dengan Dusun Lemah Duhur di sebelah Barat, Desa Ciderum di sebelah Timur serta Desa Caringin di sebelah Utara dan Selatan. Di sekitar lokasi peternakan terdapat pepohonan yang rindang dan ditanami dengan tanaman pertanian seperti singkong, kacang panjang, kol. Keadaaan fisik jalan masih jalan tanah (setapak) dan harus menempuh jarak 150 m untuk mencapai jalan aspal. Keadaan topografi daerah cukup datar, dengan ketinggian 400-700 m diatas permukaan laut. Temperatur lingkungan berkisar antara 28°C (17-30°C) dengan kelembaban udara 70-80% dan curah hujan antara 3000-3400 mm per tahun.

Status Usaha Pembibitan Domba

Usaha pembibitan domba Tawakkal didirikan oleh H. Bunyamin pada tahun 2010. Usaha pembibitan domba Tawakkal adalah salah satu bentuk usaha home industry. Usaha ini merupakan milik pribadi H. Bunyamin yang memiliki 4 orang pekerja yang terdiri dari 1 kepala kandang dan 3 orang pekerja. Peternakan Tawakkal memiliki 1 kandang pembibitan.

Kandang

Kandang yang digunakan berbentuk panggung. Posisi kandang membentang dari utara ke selatan dan dinding kandang menghadap timur dan barat sehingga sinar matahari pagi dapat masuk ke kandang. Sinar matahari penting bagi domba serta menjaga agar kandang tidak lembab. Atap kandang terbuat dari asbes, karena harganya relatif lebih murah serta melindungi domba dari panas dan hujan dan menajaga kehangatan kandang di waktu malam. Dinding kandang setinggi 200 cm terbuat dari bilah-bilah bambu di bagian atas dan papan kayu setinggi 100 cm pada dinding bagian bawah.

Luas kandang pembibitan adalah 30 m x 7 m. Bangunan kandang mampu menampung ±300 ekor, yang terdiri dari 10 kandang kawin dengan ukuran panjang 3

(2)

m, lebar 1,5 m, 40 kandang yang meliputi kandang melahirkan, kandang induk, kandang anak lepas sapih yang berukuran panjang 1,2 m dan lebar 1,5 m dan 3 kandang yang berukuran panjang 219 cm, lebar 177 cm yang digunakan untuk kandang lepas sapih dan induk. Luas kandang pejantan yaitu panjang 127 cm, lebar 112 cm, tinggi 115 cm. Tempat pakan pejantan memiliki panjang 93 cm, lebar 52 cm, tinggi 37 cm. Kandang pejantan dibuat individu sedangkan kandang betina merupakan kandang koloni. Lantai kandang terbuat dari bambu dengan jarak 1,5 cm sehingga kotoran dan air kencing mudah jatuh ke tempat penampungan. Kandang panggung mempunyai ketinggian antara satu sampai satu setengah meter dari tanah. Kolong kandang tidak disemen dan kotoran yang jatuh ke bawah kandang.

Pakan

Pakan merupakan faktor penting yang mutlak dipenuhi peternak. Pakan yang bermutu tinggi, murah dan tersedia sepanjang tahun merupakan kriteria yang digunakan usaha ternak dalam pemilihan jenis pakan. Jenis pakan yang diberikan pada ternak terdiri dari rumput lapang, premix, vitamin, mineral, dan ampas tahu.

Tenaga Kerja

Usaha pembibitan domba hanya di pegang oleh 4 orang yaitu 1 kepala kandang dan 3 orang pekerja. Kriteria khusus dalam memilih pekerja pada usaha pembibitan tidak ada asalkan tekun, bertenaga, dan mau bekerja keras dapat menjadi pekerja. Kepala kandang dipilih berdasarkan keterampilan lebih yang dimilikinya seperti mampu mencukur bulu, menggunting kuku domba, memandikan dan keterampilan lainnya karena kepala kandang selalu berada di kandang dari pagi sampai sore sedangkan 3 orang pekerja lainnya mencari rumput dan membantu tugas kepala kandang. Tenaga kerja berasal dari daerah di sekitar peternakan. Umur pekerja yang digunakan pada usaha pembibitan domba ini berkisar antara 25 tahun – 45 tahun.

Pencegahan dan Perawatan Kesehatan Ternak

Perawatan kesehatan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari usaha. Jenis perawatan yang dilakukan antara lain memandikan, mencukur bulu, dan memotong kuku. Pencukuran bulu domba dilakukan agar bulu domba tersebut dapat tumbuh yang baru dan bagus. Pencukuran bulu domba ini biasanya dilakukan saat

(3)

domba datang dari perjalanan jauh. Pencukuran domba bisanya diikuti dengan pemotongan kuku. Domba dimandikan ± 1 minggu sekali.

Jenis obat-obatan yang digunakan pada usaha pembibitan domba ini hampir sama dengan obat yang digunakan pada usaha penggemukan. Obat yang digunakan seperti obat mencret, obat cacing, obat untuk sakit mata, mata merah, penambah nafsu makan, obat luka atau borok.

Bibit

Bangsa domba yang digunakan dalam usaha pembibitan adalah domba ekor tipis dan domba garut. Jumlah populasi di kandang pembibitan ini adalah 356 ekor yang terdiri dari 150 induk dan 206 anak sedangkan terdapat 10 pejantan yang digunakan namun ditempatkan di kandang yang berbeda.

Sistem Perkawinan Domba

Domba betina yang akan dikawinkan dipilih yang memiliki postur tubuh yang baik, tinggi, panjang, sehat dan berumur 1 tahun-1,5 tahun. Pejantan yang digunakan untuk perkawinan dipilih yang sehat, postur tubuh proporsional dan berumur >1,5 tahun. Perkawinan dilakukan secara alami tanpa menggunakan inseminasi buatan. Pembibitan ini tidak melakukan persilangan antara domba ekor tipis dan garut. Domba betina dimasukkan ke kandang kawin secara bertahap, lima ekor domba betina dimasukkan dan kemudian ditambah terus dengan melihat kemampuan dari pejantan. Domba mau menerima pejantan atau bisa dikawinkan hanya pada saat-saat birahi. Domba yang tidak birahi tidak bisa dipaksakan kawin sehingga lamanya pejantan dikandang kawin yaitu 2x siklus birahi atau sekitar 35 hari.

Domba yang sedang birahi biasanya menunjukkan tanda-tanda selalu mengembik-embik, selalu berusaha mendekati atau mencari domba jantan, kalau dinaiki domba jantan tak akan mengelak, tetapi justru diam saja dan vulva bengkak, merah, hangat, dan kadang-kadang berlendir. Lama birahi ternak domba berlangsung 1-2 hari dan peristiwa ini akan terulang kembali setiap 15-20 hari sekali atau rata-rata 17 hari. Sesudah terjadi kebuntingan, maka siklus birahi yang terjadi setiap kurang lebih 17 hari sekali itu menjadi terhenti.

Domba-domba betina yang mulai bunting akan mengalami perubahan tingkah laku seperti domba menjadi lebih tenang, tak suka mendekat kepada pejantan lagi apabila dinaiki pejantan atau sesama betina pun mereka tak mau, birahi berikutnya

(4)

tidak timbul lagi dan nafsu makan meningkat. Betina yang bunting segera dipisahkan. Sesudah sampai waktunya 5 bulan, maka anak yang dikandung akan lahir. Betina yang akan melahirkan dipindahkan ke kandang beranak. Anak akan disapih setelah berumur 3 bulan. Anak jantan akan dipindahkan ke kandang penggemukan untuk digemukkan sedangan anak betina akan dipelihara untuk calon induk maupun dijual. Kira-kira 60 hari sesudah induk beranak, peternak memperhatikan induk tersebut untuk dikawinkan kembali sehingga dalam 2 tahun, domba akan beranak 3 kali. Siklus reproduksi domba dapat dilihat pada Gambar 2.

Cara-cara seleksi yang paling menyakinkan untuk tujuan produksi, bisa diperoleh dengan melakukan pencatatan (recording). Sistem recording yang dilakukan masih belum lengkap baru dalam hal tanggal lahir, jumlah anak dan jenis anak yang dilahirkan. Beberapa pencatatan penting yang dapat dicantumkan pada recording ternak agar lebih lengkap yaitu tetua (induk dan pejantan), kelahiran (tanggal, bobot sapih, panjang badan, jumlah anak), perkawinan (tanggal kawin dan pejantan), tanggal beranak kembali, penyakit, temperamen, produksi susu, dan bangsa atau tipe domba.

Produktivitas Bibit

Usaha pembibitan domba tidak terlepas dari produktivitas induk dan pejantan yang digunakan. Produktivitas usaha pembibitan domba Tawakkal dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Koefisien Teknis dan Reproduksi Usaha Pembibitan domba Tawakkal

Uraian Data koefisien teknis

Litter Size (ekor) 1,5

Mortalitas Domba (%) 1

Lamb Crop (%) 150

Sex Ratio Pejantan : Induk 1:5

Masa Bunting (bulan) 5

Calving Internal (bulan) 7

Masa Sapih (bulan) 3

Sex Ratio Anak Jantan : Betina 50:50

(5)

2 2 kegiatan Bulan ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Domba dikawinkan Domba bunting Domba beranak Laktasi Domba dikawinkan kembali penyapihan Domba bunting Domba beranak Laktasi Domba dikawinkan kembali Penyapihan Domba bunting Domba beranak laktasi

(6)

Analisis Keuntungan

Pengeluaran usaha pembibitan ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya tetap usaha pembibitan domba Tawakkal yaitu biaya penyusutan kandang dan peralatan sedangkan biaya variabelnya terdiri dari biaya pakan, obat-obatan, upah pekerja, transportasi, listrik dan air. Biaya ini dikeluarkan untuk 240 hari (8 bulan) masa produksi pembibitan.

Penerimaan usaha pembibitan domba Tawakkal terdiri atas penjualan anak betina, anak jantan dan kotoran ternak domba. Semakin banyak sumber penerimaan yang diperoleh akan semakin meningkat jumlah penerimaan yang didapatkan. Besarnya keuntungan yang diperoleh, berasal dari penerimaan dikurangi pengeluaran. Analisis keuntungan usaha pembibitan domba Tawakkal untuk satu kali siklus reproduksi (8 bulan) dapat dilihat pada tabel Tabel 5.

Tabel 5. Analisis Keuntungan Usaha Pembibitan Domba Tawakkal

Uraian Harga (Rp) Pengeluaran 1. Biaya tetap Penyusutan kandang 150.000 Penyusutan peralatan 150.000 2. Biaya variabel

Pakan (160 ekor x 240 hari x Rp 1000) 38.400.000

Obat-obatan 500.000

Upah pekerja (4 orang x 8 bulan x Rp 1.000.000) 32.000.000

Transportasi (240 hari x Rp 9000) 2.160.000

Listrik dan air (8 bulan x Rp 80.000) 640.000

Total pengeluaran 74.000.000

Penerimaan

1. Penjualan anak betina (103 ekor x Rp 450.000) 46.350.000 2. Penjualan anak jantan (103 ekor x Rp 600.000) 61.800.000 3. Penjualan kotoran (0,75 kg/ekor/hari x 160 ekor x 240 14.400.000

hari x Rp 500

Total Penerimaan 122.550.000

(7)

Analisis Lingkungan Internal Usaha Pembibitan Domba

Lingkungan internal merupakan lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung dan khusus pada perusahaan. Pearce dan Robinson (1997) mengungkapkan bahwa lingkungan internal meliputi faktor- faktor internal perusahaan yang teridentifikasi sebagai kekuatan (strengths) atau kelemahan (weaknesses) yang digunakan untuk mengembangkan serangkaian langkah strategik bagi perusahaan. Analisis lingkungan internal sangat perlu dilakukan oleh suatu usaha dalam menilai kondisi lingkungan yang dimilki oleh usaha tersebut. Kondisi lingkungan internal usaha pembibitan domba pada peternakan Tawakkal dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu manajemen sumberdaya manusia, manajemen pembibitan domba dan pemasaran.

Manajemen Sumberdaya Manusia

Karakteristik sumberdaya manusia di usaha pembibitan domba Tawakkal dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Sumberdaya Manusia di Usaha Pembibitan Tawakkal

No. Karakteristik Pekerja Uraian

1. Jumlah pekerja 4 orang yang terdiri dari 1 orang kepala kandang dan 3 orang pekerja

2. Umur pekerja 25-35 tahun dan 35-45 tahun

3. Jam kerja 06.00-16.00 setiap hari

4. Tugas kepala kandang Membersihkan kandang, mencukur bulu, menggunting kuku domba, memandikan dan berada di kandang dari pagi sampai sore untuk memantau keadaan ternak

5. Tugas pekerja Mencari rumput dan membantu kepala kandang

Keterangan : Data primer berdasarkan hasil wawancara

Peternakan Domba Tawakkal dimiliki oleh Bapak Bunyamin yang memiliki latar belakang sarjana dan bekerja di dinas kesehatan. Usaha pembibitan domba hanya di pegang oleh 4 orang yaitu 1 kepala kandang dan 3 orang pekerja. Kriteria khusus dalam memilih pekerja pada usaha pembibitan domba tidak ada asalkan tekun, bertenaga, dan mau bekerja keras dapat menjadi pekerja. Kepala kandang

(8)

dipilih berdasarkan keterampilan lebih yang dimilikinya seperti mampu mencukur bulu, menggunting kuku domba, memandikan dan keterampilan lainnya karena kepala kandang selalu berada di kandang dari pagi sampai sore sedangkan 3 orang pekerja lainnya mencari rumput dan membantu tugas kepala kandang.

Para pekerja bekerja setiap hari pada pukul 06.00-16.00. Pekerja yang mencari rumput harus tiba di kandang pada pukul 14.00. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pembagian kerja yang jelas antar pekerja sehingga pekerjaan yang dilakukan setiap hari menjadi optimal. Pembagian kerja yang jelas menjadi salah satu kekuatan dalam mengembangkan usaha. Keterampilan dan pengetahuan peternak dalam bekerja tidak lepas dari campur tangan pemilik ternak sendiri, pemiliki peternakan selalu mengawasi dan memantau setiap pekerjaan dan sering kali memberikan ilmu, pelatihan, pengarahan dan turun langsung dalam usaha ini. Pemilik usaha pun melakukan penilaian prestasi kerja baik pengawasan secara langsung yang dilakukan setiap satu minggu sekali dan evaluasi akhir tahun usaha.

Umur pekerja yang ada di peternakan domba Tawakkal <45 tahun. Tenaga kerja berasal dari daerah lingkungan peternakan. Pemilik ternak dan pekerja memiliki komitmen yang tinggi terhadap usaha pembibitan. Hal ini terlihat dari adanya hubungan yang baik antara pemilik, pekerja dan masyarakat sekitar sehingga usaha ini masih berjalan dengan baik. Hubungan yang terjalin antara pemilik dan pekerja pun tidak hanya sebatas pekerjaan saja namun hubungan pribadi yang baik dan hangat yang terlihat dari kedekatan antara keluarga peternak dan pemilik dan tidak adanya jarak atau sungkan terhadap pemilk. Pemilik yang ramah terhadap pekerja namun tegas dan membuat peternak mersa nyaman dan merasa dihargai sehingga peternak pun tidak merasa canggung dan sungkan kepada pemilik dan apabila ada kesulitan dan masalah mereka selalu terbuka, tidak menutup-nutupi kesalahan yang ada. Hubungan yang baik ini pun tidak terlepas dari perhatian pemilik usaha kepada pekerja dalam hal kesejahteraan pekerjanya.

Setiap pekerja mendapat upah, bonus dan fasilitas yang disediakan di peternakan domba. Sistem pembayaran upah pekerja dilakukan setiap minggu. Pemiliki usaha menetapkan upah yang diberikan berdasarkan jenis pekerjaan pekerja. Pemiliki usaha pembibitan ini tidak pernah lupa memberikan bonus pada saat hari raya maupun bonus akhir tahun. Bonus tahunan yang diberikan pemiliki usaha

(9)

kepada pekerja dilihat dari prestasi yang diperoleh dari setiap kandang. Prestasi ini dilihat dari keuntungan yang diperoleh setiap kandang dan pemilik akan memberikan 10% keuntungan dari setiap kandang. Keuntungan tersebut akan diberikan kepada kepala kandang karena kepala kandang memiliki tugas yang berat yaitu mengatur dan bertanggung jawab terhadap kinerja setiap kandang dan seluruh kegiatan produksi. Pemberian bonus ini selalu dijadikan motivasi bagi kepala kandang untuk bekerja lebih baik. Semakin baik kinerja tenaga kerja maka bonus yang diterima akan semakin tinggi. Fasilitas yang memadai di peternakan pun disediakan bagi pekerja untuk mempermudah kerja dan meningkatkan kenyamana berada di peternakan yang meliputi mess pekerja berukuraan 3 m x 2,5 m, mushola, kantor, kamar mandi, saung, instalasi listrik, instalasi air.

Pemilik usaha bersifat ramah, tidak sombong, dan sangat baik kepada pekerja serta masyarakat di sekitar peternakan. Pemilik usaha pembibitan rutin mengeluarkan zakat baik berupa uang, sembako, dan peralatan ibadah untuk membantu masyarakat sekitar. Pelayanan yang dilakukan pada usaha pembibitan adalah penyambutan dengan tangan terbuka kepada siapa saja yang datang dan berkunjung baik untuk membeli domba, bertukar ilmu maupun hanya sekedar ingin melihat usaha pembibitan, dan menjaga silahturahmi.

Manajemen Pembibitan Domba

Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 (rumput) dan sore pada pukul 15.00 (rumput, ampas tahu dan mineral). Rumput yang digunakan berasal dari rumput liar yang diambil setiap hari di sekitar peternakan maupun kawasan lain yang terdapat rumput liar seperti daerah Cihideung. Pemberian pakan sebesar 10% dari bobot badan, tapi pada kenyataanya pakan tidak ditimbang hanya dilakukan berdasarkan perkiraan pekerja yang sudah berpengalaman yaitu kepala kandang. Setiap karung berisi 14 kg rumput dan jumlah kebutuhan rumput pada usaha pembibitan ini sekitar 50 karung per hari sehingga pemberian rumput lapang antara 2-2,5 kg per ekor. Rumput yang digunakan sebagai pakan adalah rumput lapang yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Ampas tahu yang digunakan harus masih segar karena memiliki palatabilitas yang tinggi, berwarna putih dan berbau khas ampas tahu. Setiap karung berisi 30 kg ampas tahu sehingga kebutuhan usaha ternak domba Tawakkal sekitar 80 karung per

(10)

hari. Ampas tahu untuk 10 ekor domba, membutuhkan 1 karung ampas tahu sehingga pemberian pakan ampas tahu untuk 1 ekor domba sekitar 3 kg. Selain rumput lapang dan ampas tahu, pemberian mineral dilakukan untuk meningkatkan palatabilitas. Pemebrian mineral ini biasanya dengan menaburkannya pada rumput lapang. Induk yang bunting akan diberikan pakan lebih banyak dari pemberian pakan biasanya. Setelah induk melahirkan, pemberian pakan ampas tahu pun akan ditambah dari biasanya untuk meningkatkan produksi susu. Pemberian ampas tahu tersebut sekitar 3,5 kg. Pemberian ampas tahu diletakkan dalam tempat pakan plastik dan terdapat sekitar 100 tempat pakan plastik untuk ampas tahu.

Berdasarkan Tabel 7, maka konsumsi protein kasar untuk setiap domba pada usaha pembibitan tersebut sekitar 132,3 gram. Pulungan et al (1985) menyatakan bahwa ampas tahu merupakan sumber energi dengan protein kasar melebihi kebutuhan hidup pokok dan produksi domba. Menurut NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20 kg, dengan pertambahan bobot tubuh 200-250 gram per hari mengonsumsi protein kasar 127-167 gram per hari. Hal ini menandakan bahwa domba di peternakan Tawakkal akan tumbuh dengan baik dan bobot badan domba tersebut akan bertambah dengan cepat.

Tabel 7. Komposisi Ampas tahu berdasarkan Bahan Kering

Nutrisi % Bahan Kering 15,00 Abu 4,96 Protein Kasar 29,40 Lemak 10,20 Serat Kasar 22,70 BETN 32,70 TDN 72,00 Sumber : Irawan, 2002

Induk dan pejantan yang digunakan adalah domba ekor tipis dan domba garut. Domba betina yang akan dikawinkan dipilih yang memiliki postur tubuh yang baik, tinggi, panjang, sehat dan berumur 1 tahun-1,5 tahun. Pejantan yang digunakan

(11)

untuk perwakinan dipilih yang sehat, postur tubuh proporsional dan berumur >1,5 tahun. Umur kawin ternak domba penting untuk diperhatikan kerena menyangkut produktifitas ternak selanjutnya. Ternak domba yang dikawinkan terlalu muda biasanya mempunyai bobot hidup relatif masih rendah, akibatnya anak domba yang dihasilkan mempunyai bobot lahir yang rendah dan pertumbuhan yang lambat.

Peternakan domba ini memiliki pejantan unggul sebanyak 10 ekor yang diletakkan di kandang yang berbeda dengan kandang induk. Jumlah induk yang dimiliki oleh usaha pembibitan domba Tawakkal sebanyak 150 induk dan saat ini telah menghasilkan 206 anak domba. Hal ini menandakan bahwa persentase produktivitas usaha pembibitan ini cukup baik yaitu 73%. Data produktivitas bibit dapat dilihat pada Tabel 4. Manajemen pembibitan yang dilakukan adalah perkawinan secara alami tanpa menggunakan inseminasi buatan karena sudah pernah mencobanya namun gagal dan harganya pun sangat mahal. Pembibitan ini tidak melakukan persilangan antara domba ekor tipis dan garut. Rasio yang digunakan adalah 1:5 (pejantan : betina). Betina yang telah diilih dimasukkan kedalam kandang kawin yang terdapat 1 pejantan. Lamanya pejantan dikandang kawin yaitu 2x siklus birahi atau sekitar 35 hari. Betina yang bunting dan akan melahirkan segera dipindahkan ke kandang beranak. Anak akan disapih setelah berumur 3 bulan. Setelah 60 hari melahirkan, induk akan dikawinkan kembali. Penyapihan anak dapat dilakukan setelah tiga bulan melahirkan dan dapat dikawinkan saat birahi sebelum penyapihan. Pengaturan selang kelahiran yang baik akan meningkatkan jumlah kelahiran anak menjadi tiga kali dalam dua tahun (Mulyono, 2005).

Anak jantan akan dipindahkan ke kandang penggemukan untuk digemukkan sedangan anak betina akan dipelihara untuk calon induk maupun dijual. Induk dan pejantan yang digunakan untuk perkawinan tidak ditimbang dan hanya dilihat dari sifat fisik saja begitu juga anak hasil perkawinan pun tidak ditimbang dan hanya melihat dari sifat fisik domba tersebut, dengan alasan karena akan ditimbang saat penggemukan domba untuk anak jantan.

Domba yang baru datang dari daerah Jawa dimasukkan ke dalam 1 kandang namun masih dalam 1 bangunan kandang karena tidak ada kandang karantina. Hal ini dapat menyebabkan tertularnya penyakit dari domba yang baru tiba dari perjalanan jauh dengan domba yang sudah ada di kandang, seperti penyakit mata (mata merah)

(12)

pada domba dari perjalanan jauh, pekerja memberikan obat tetes mata agar tidak menular ke domba yang sehat. Domba yang baru datang akan diberikan dengan obat cacing karena pemilik ternak mempunyai anggapan bahwa seluruh domba yang baru datang dari pasar sebagian besar berpenyakit cacingan. Penyakit yang banyak menyerang ternak domba di peternakan rakyat adalah penyakit yang menyerang pencernaan seperti cacingan (Wicaksono, 2002). Domba yang baru datang dari perjalanan jauh akan dilakukan pencukuran bulu domba agar bulu domba tersebut dapat tumbuh yang baru dan bagus serta pemotongan kuku. Domba dimandikan ± 1 minggu sekali.

Pada usaha ternak domba, kandang merupakan salah satu faktor penting dalam memelihara domba. Kandang digunakan untuk melindungi ternak domba dari angin, hujan, serangan penyakit, parasit dan juga untuk efisiensi produksi. Luas kandang kawin yang digunakan pada usaha pembibitan ini ukuran panjang 3 m dan lebar 1,5 m telah sangat memadai untuk dijadikan kandang kawin. Rata-rata untuk ukuran kandang kawin, induk yang hendak dikawinkan dimasukkan ke dalam satu kandang yang cukup luas, dengan kapasitas 1-1,5 meter persegi/ekor. Dengan kapasitas ini, setiap satu kandang bisa diisi kurang lebih 10 ekor induk. Lantai kandang terbuat dari bambu dengan jarak 1,5 cm agar kotoran dan urin bisa langsung jatuh ke kolong kandang dan tidak menumpuk dilantai kandang untuk menjaga kebersihan dari kandang tersebut. Kolong kandang tidak disemen dan kotoran yang jatuh ke bawah kandang diambil 4 hari sekali. Zona termonetral domba berkisar antara suhu 28°C sampai 30°C sedangkan rata-rata suhu di peternakan Tawakkal berkisar 28°C dan ditambah lagi keadaaan di sekitar kandang yang teduh karena terdapatnya pohon yang rindang sehingga akan membuat domba tidak kepanasan dan terhindar dari cekaman panas. Manajemen usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal dapat dilihat pada Tabel 8.

(13)

Tabel 8. Kegiatan Manajemen Pembibitan Domba di Peternakan Tawakkal

No. Kegiatan Manajemen Uraian

1. Bibit

a. Seleksi pejantan sehat, postur tubuh proporsional, berumur >1,5 tahun, tubuh panjang, alat kelaminya normal dan simetris

b. Seleksi induk sehat, tidak terlalu gemuk, bentuk tubuh kompak, garis punggung dan pinggang lurus, bulu bersih dan mengkilap, umur 1-1,5 tahun c. Seleksi anak jantan akan digemukkan dan betina sebagai

calon induk atau dijual. 2. Pakan

a. Waktu pemberian pukul 06.00 (rumput) dan sore pada pukul 15.00 (rumput, ampas tahu dan mineral)

b. Jenis pakan rumput lapang, premix, vitamin, mineral, dan ampas tahu

c. Jumlah pemberian 3 kg ampas tahu dan 2-2,5 kg rumput lapang 3. Kandang

a. Luas kandang kawin 45 m²

b. Jumlah kandang 10 kandang kawin, 43 kandang yg meliputi kandang melahirkan, kandang induk, kandang anak lepas sapih

c. Jenis kandang kandang panggung 4. Reproduksi

a. Perkawinan domba Perkawinan alami tanpa inseminasi buatan b. Lama penjantan di kandang kawin c. Pengaturan kelahiran d. Pengaturan perkawinan Keterangan : Data primer

2x siklus birahi (35 hari)

Domba yang bunting dipindahkan ke kandang melahirkan

Domba dikawinkan lagi, 60 hari setelah beranak

(14)

Pemasaran

Usaha pembibitan domba ini menghasilkan ternak berupa bakalan domba untuk digemukkan dan induk yang dapat dijual. Bakalan untuk digemukkan yaitu bibit anak yang jantan, yang digemukkan sendiri oleh pemilik maupun dijual kepada peternak lain. Domba-domba tersebut dijual baik kepada peternak maupun pihak pemerintah dalam skala kecil maupun besar seperti ke daerah Jawa Barat maupun luar Jawa Barat. Penentuan harga untuk domba yang dijual dalam usaha pembibitan ini tidak dilihat dari bobot badan tapi ditentukan berdasarkan penampilan fisik dari domba tersebut. Harga yang ditentukan pun berdasarkan kesepakatan diantara kedua belah pihak dengan melihat kualitas dari ternak itu sendiri. Misal dengan harga Rp 700.000 domba yang dijual harus bibit yang baik karena peternakan ini menganut sistem kejujuran kepada setiap konsumennya. Harga jual untuk bakalan jantan yaitu Rp 650.000 sedangkan betina Rp 400.000.

Sistem pemasaran yang dilakukan masih sangat sederhana yaitu dengan mulut ke mulut, kerabat maupun dari konsumen yang datang langsung ke peternakan. Usaha pembibitan ini belum menggunakan media cetak maupun elektronik dan internet untuk memasarkan ternaknya. Pembeli dapat langsung ke peternakan untuk memilih domba yang akan dibeli maupun memberikan kepercayaan kepada pemilik untuk mengirimkan domba yang akan dipesan.

Usaha pembibitan ini dapat mengarahakan salah satu pekerjanya untuk menjadi penanggung jawab dalam pemasaran maupun mengurus sistem online ini tanpa harus mengganggu kegiatan dan tugas utama pekerja. Peluang yang cukup tinggi dalam segi permintaan bibit domba, persaingan usaha pembibitan yang masih sedikit dan kepercayaan pelanggan yang tinggi dapat dijadikan alasan untuk melakukan sistem pemasaran ini. Hasil penelitian Sasongko (2006) mengatakan bahwa penggunaan jaringan komputer dan internet telah banyak dilakukan oleh para pelaku bisnis dalam melakukan negosiasi, transaksi, dan pemasaran produknya kepada setiap relasi. Pemanfaatan teknologi internet ini bisa meningkatkan jumlah permintaan domba dan informasi terkait keberadaan usaha pembibitan Tawakkal sehingga akan menyebar dan diketahui tidak hanya di pulau Jawa saja namun Indonesia bahkan mancanegara sehingga dengan menggunakan strategi ini diharapakan usaha pembibitan ini dapat dipromosikan lebih luas lagi baik untuk

(15)

penjualan, informasi dan kegiatan lain yang mendukung berkembangnya usaha pembibitan.

Pelayanan ini akan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan bagi usaha pembibitan maupun pelanggan dimana pelanggan tidak merasa dirugikan sedangkan disisi lain usaha pembibitan akan memperoleh kepercayaan. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menjaga kepercayaan, pelayanan dan kepuasaan pembeli. Usaha penggemukan domba yang telah dikenal masyarakat pun mengakibatkan usaha pembibitan ini dapat dengan cepat diketahui oleh masyarakat dan pelanggan. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai maupun bertahap sampai domba yang dikirim datang ke daerah yang dituju.

Kerjasama yang terjalin antara peternakan Tawakkal dengan peternakan di daerah Jawa dalam segi pengiriman indukan tidak melakukan kontrak kerjasama yang jelas dan hanya mengandalkan kepercayaan dan kejujuran. Hal ini karena pemilik peternakan Tawakkal sudah mengenal pihak pemasok induk dari Jawa dan sering berkunjung ke peternakannya. Perjanjian kerjasama yang tidak kuat antara dua belah pihak dapat menimbulkan ancaman untuk peternakan karena tidak adanya kontrak yang jelas dan secara tiba-tiba dapat memutuskan pengiriman domba karena beberapa faktor yang tidak dapat diduga sebelumnya. Tidak adanya pembukuan yang jelas mengenai penjualan dan pembelian domba menjadi salah satu kesulitan dalam penelitian ini karena tidak adanya informasi yang jelas terkait dana dan jumlah domba yang dibeli dan dijual.

Berdasarkan analisis lingkungan internal tersebut maka faktor-faktor lingkungan internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan yang terdapat di dalam usaha pembibitan ini yaitu :

1. Bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik 2. Induk dan pejantan yang digunakan dipilih yang bagus 3. Lokasi peternakan yang strategis

4. Jumlah pekerja yang memadai

5. Pekerja yang digunakan terampil, ramah dan mau belajar 6. Adanya mess, mushola, saung dan fasilitas lainya di peternakan 7. Adanya pembagian kerja yang jelas

(16)

9. Lokasi peternakan yang aman dari pencurian

Adapun kelemahan yang dimilki usaha pembibitan domba ini adalah 1. Sistem recording yang tidak teratur

2. Keterbatasan modal

3. Teknologi pembibitan tidak digunakan 4. Jumlah kandang masih terbatas

5. Lahan yang masih terbatas

Analisis Lingkungan Eksternal Usaha Pembibitan Domba

David (2009) menjelaskan bahwa analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan sehingga manajemen perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan pada evaluasi terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan. Tujuan dari analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar terbatas peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang dihindari. Lingkungan eksternal perusahaan merupakan lingkungan yang terdiri dari faktor-faktor yang dapat menjadi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berada di luar pengawasan dan kontrol pihak manajemen perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). Lingkungan eksternal pada usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal dapat dilihat dari beberapa aspek berikut :

Potensi Pasar

Populasi domba di Indonesia tahun 2011 adalah 11.372.000 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2012). Jumlah populasi manusia Indonesia tahun 2010 adalah 237.641.326 jiwa (Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2012). Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kementan, konsumsi daging nasional pada 2010 sebesar 1,27 kg per kapita per tahun. Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi manusia maka akan meningkatkan kebutuhan daging sebagai sumber pangan yang salah satunya berasal dari daging domba. Pencapaian konsumsi protein hewani masyarakat Kabupaten Bogor belum dapat mencapai target nasonal yang ditetapkan yaitu konsumsi protein hewani secara normal sebesar 6 g/kapita/hari (Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2006).

(17)

Data dari dinas peternakan Jawa Barat (2007) menyatakan bahwa permintaan domba setiap tahun mengalami kenaikan sebesar 24 % dan permintaan tersebut masih kewalahan untuk dipenuhi oleh peternak yang ada di Jawa Barat dikarenakan kapasitas produksi yang masih rendah. Permintaan ekspor produk-produk peternakan untuk negara-negara ASEAN dan Timur Tengah yang sejumlah 4000-4500 ton per tahun dan 200.000-250.000 ekor per tahun pada saat ini belum dapat terpenuhi (Sasongko, 2006). Semakin banyaknya usaha penggemukan domba yang memerlukan bakalan domba yang tiap tahunnya kurang lebih sekitar 5,6 juta ekor untuk kebutuhan ibadah kurban saja, dan belum termasuk kebutuhan pasokan untuk aqiqah, industri restoran sampai dengan warung sate kaki lima yang membutuhkan 2 sampai 3 ekor tiap hari. Permintaan yang meningkat dan kebutuhan yang belum mencukupi merupakan peluang yang besar untuk melakukan usaha pembibitan ini ditambah lagi pertumbuhan populasi domba dan kambing adalah belum sebanding dengan angka permintaan yang terus meningkat.

Ekonomi

Berdasarkan data BPS, pengeluaran perkapita rata-rata untuk makanan yang dikeluarkan oleh masyarakat Indonesia mencapai 56,89 persen dari total penghasilan. Sebanyak 10,36 persen digunakan untuk belanja bahan makanan padi-padian, sedangkan hanya 5,04 persen yang digunakan untuk konsumsi susu, daging dan telur. Dari jumlah tersebut, mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat Indonesia untuk produk-produk peternakan masih cukup rendah. Namun beberapa tahun ini masyarakat telah sadar akan pentingnya sumber makanan fungsional yang tidak hanya mengenyangkan namun juga memiliki manfaat jika mengonsumsinya dan mempunyai nilai gizi yang baik seperti daging. Pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatkan menyebabkan tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat akan meningkat. Hal ini pada akhirnya akan berdampak pada peningkatkan konsumsi masyarakat terhadap bahan pangan hewani. Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat (2007) mengatakan bahwa jumlah produksi daging belum mencukupi kebutuhan konsumsi daging penduduk Jawa Barat. Jumlah produksi sebesar 420.264 ton dan jumlah kebutuhan 440.319 ton.

Kenaikan biaya transportasi merupakan salah satu ancaman bagi usaha pembibitan ini. kenaikan biaya transportasi tidak terlepas dari kenaikan Bahan Bakar

(18)

Minyak (BBM). Hal ini akan meningkatkan biaya produksi usaha pembibitan di peternakan Tawakkal karena pengadaaan rumput, induk dan pemasaran bibit dilakukan menggunakan transportasi yang hampir dilakukan setiap hari.

Persaingan Usaha

Usaha pembibitan pada peternakan domba Tawakkal adalah usaha yang baru dijalankan hampir 2 tahun dan usaha pembibitan domba ini sangat jarang dilakukan dan pelaku usaha cenderung melakukan usaha penggemukan domba, hal ini karena pelaku usaha menganggap usaha pembibitan rumit dilakukan dan perputaran modal yang lama. Hal ini merupakan salah satu peluang usaha yang menjanjikan karena sedikitnya pelaku usaha yang melakukan pembibitan domba khususnya di Kabupaten Bogor. Data usaha peternakan domba di Kabupaten Bogor disajikan pada Tabel 9. Salah satu keuntungan usaha pembibitan ini adalah usaha peternakan domba Tawakkal telah berpengalaman dan mendapatkan posisi yang baik dimata pelanggan dan konsumen pada usaha penggemukannya, sehingga dampak dari kepercayaan ini pun mengakibatkan usaha pembibitan ini dapat diterima oleh konsumen dan pelanggan yang lain.

Tabel 9. Usaha Peternakan Domba di Wilayah Bogor

No Jenis Peternakan Lokasi Populasi Ternak

(ekor)

1. Peternakan Tawakkal Cimande 1200

2. Peternakan MT Farm Ciampea 750

3. Pembibitan Domba Garut Cisalopa, Cinagara 600

4. Pembibitan Domba Garut Pegelaran 300

5. Penggemukan Domba Leuwiliang 200

6. Pembibitan Domba Lokal

Desa Benteng, Gunung Leutik

150

7. Penggemukan Domba Cimanggu 150

(19)

Sosial Budaya

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk adalah beragama Islam, produk- produk yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan bagi umat muslim sangat berpotensi untuk dikembangkan. Salah satu produk khususnya peternakan yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan adalah ternak kambing dan domba. Ternak ini banyak digunakan umat muslim yang memiliki kemampuan dari segi materi untuk menjalankan ibadah kurban pada Hari Raya Idul Adha serta pelaksanaan aqiqah anak-anak mereka. Budaya masyarakat Indonesia yang bersifat keagamaan seperti penyembelihan domba untuk kurban dan aqiqah menjadi peluang pasar yang menjanjikan untuk usaha pembibitan ini dimana dapat menjual dan mendistribusikan bakalan untuk usaha penggemukan yang dilakukan peternakan Tawakkal maupun ke usaha penggemukan yang lain sehingga tidak perlu khawatir karena bisa memproduksi bakalan sendiri. Data dari dinas peternakan Jawa Barat (2007) menyatakan bahwa permintaan domba setiap tahun mengalami kenaikan sebesar 24 % dan permintaan tersebut masih kewalahan untuk dipenuhi oleh peternak yang ada di Jawa Barat dikarenakan kapasitas produksi yang masih rendah.

Usahaternak domba yang berada di dekat lingkungan pemukiman penduduk dituntut untuk selalu melakukan interaksi sosial dengan baik kepada masyarakat sekitarnya. Pihak usaha peternakan domba Tawakkal menyadari dan menjaga hubungan tersebut dengan beberapa pendekatan seperti pemberian zakat atau sedekah kepada warga sekitar baik berupa uang tunai, bahan makanan pokok maupun peralatan ibadah yang rutin dilakukan setiap tahun. Peternakan Tawakkal pun melakukan kerjasama dengan BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) dalam usaha pembibitan domba. Hasil kerjasama usaha pembibitan ini sepenuhnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah peternakan domba seperti uang untuk biaya pendidikan, kesehatan, kaum duafa, zakat dan rumah sehat agar masyarakat bisa berobat gratis. Dengan adanya hubungan dan penerimaan yang baik dari masyarakat sekitar, diharapkan akan memperlancar kegiatan usaha karena jika hubungan ini tidak berjalan baik maka akan menjadi ancaman bagi keberadaan usaha ternak di masa yang akan datang.

Hasil penelitian Ikhsan (2009), strategi yang diterapkan untuk meningkatkan hubungan sosial kepada masyarakat yang dilakukan oleh peternakan Agri farm yaitu

(20)

melibatkan anak-anak yang ada untuk diberdayakan membantu mencari rumput dengan sekali-kali diberi upah. Selain itu masyarakat sekitar yang memiliki kandang juga ikut dilibatkan dengan cara menjalin kerjasama dengan sistem maparoh. Sistem maparoh yaitu pihak Agrifarm menitipkan empat ekor domba bakalan kepada petani selama enam bulan setelah itu domba yang diambil tiga ekor sedangkan satu ekor bagian untuk petani. Strategi ini menjadikan petani memiliki rasa keterlibatan dan juga tanggung jawab dalam menjalankan usahaternak domba Agrifarm.

Kebijakan Pemerintah Daerah

Salah satu faktor pendukung kelancaran usahaternak domba adalah dukungan dari pemerintah. Kebijakan maupun peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah khususnya pemerintah daerah sangat berpengaruh terhadap kinerja dan langkah yang akan diambil peternak. Sejak digulirkannya program revitalisasi pertanian dan pembangunan perdesaan sejak tahun 2009 yang strateginya di bidang peternakan dan perikanan melalui pengembangan zona pertanian dan pengembangan komoditas unggulan, salah satu bidang usaha yang mendapatkan perhatian yaitu pengembangan usaha ternak kecil termasuk ternak domba (Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2010). Hasil Penelitian Ikhsan (2009) mengatakan bahwa adanya permintaan dari gubernur Jawa Barat kepada Dinas Peternakan Jawa Barat agar meningkatkan populasi bibit domba sebanyak 1000 persen pada tahun 2010 guna mewujudkan Jawa Barat sebagai pusat pengembangan ternak ruminansia dan mampu memenuhi berapapun permintaan daging domba.

Program yang direncanakan oleh pemerintah Jawa Barat ini merupakan peluang yang sangat potensial bagi usahaternak domba Agrifarm mengingat target pertumbuhan populasi yang diharapkan sangat tinggi. Dampak positif yang akan dirasakan oleh para peternak di Jawa Barat yaitu akan adanya bantuan ataupun kemudahan dari pemerintah propinsi baik berupa bantuan modal, bantuan bibit, maupun bantuan penjelasan tekhnis dalam pemeliharaan domba. Fakta dilapangan mengatakan bahwa sampai saat ini, usaha peternakan domba Tawakkal belum mendapatkan izin usaha dari dinas peternakan Kabupaten Bogor meskipun sudah mengajukan beberapa kali namun ditolak dan birokrasi yang rumit dan berbelit. Berdasarkan wawancara kepada pemilik usaha pun mengatakan bahwa belum adanya bantuan dari pemerintah terkait pengembangan usaha peternakan dan jarang dari

(21)

pihak dinas memantau usaha peternakan ini walapun demikian setiap tahun, dinas peternakan Kabupaten Bogor melakukan suntik antrax untuk ternak pada saat akan Idul Adha.

Kekuatan Tawar Menawar Pemasok dan Pelanggan

Kekuatan tawar menawar pemasok input seperti domba betina besar, kecil, jantan besar dan kecil yang berasal Magelang, Wonosobo, Banjarnegara dan Temanggung kurang kuat karena tidak adanya kontrak yang jelas antara pihak peternakan Tawakkal dan peternak di daerah tersebut. Pemiliki hanya mengandalkan kepercayaan dan perjanjian tidak tertulis kepada peternak tersebut dengan mengirimkan pesanan domba yang diminta. Pemiliki pembibitan Tawakkal mengatakan bahwa kedua belah pihak memegang kejujuran jika terdaapt ternak yang tidak sesuai dengan yang diinginkan makan akan dikembalikan. Harga yang telah ditetapkan oleh kedua belah pihak adalah bakalan pejantan besar dari daerah Banjarnegara dengan harga Rp 1.200.000, bakaln pejantan kecil dari daerah Tumanggung Rp 700.000, betina kecil dari daerah Magelang Rp 450.000-500.000 dan betina besar dari daerah Wonosobo Rp 750.000-800.000. sistem yang dilakukan peternakan Tawakkal untuk membeli domba tersebut dengan sistem gantin, namun belum begitu jelas kapan dan jumlahnya setiap pengiriman.

Kekuatan tawar menawar pemasok input produksi pada usaha ternak domba Tawakkal tidak besar karena jumlah pemasok untuk usaha ternak ini cukup banyak. Pemilihan terhadap pemasok berdasarkan atas harga, kualitas barang, pelayanan yang memuaskan, kontinyuitas pasokan dimana harga ditentukan berdasarkan harga pasar dan kesepakatan antara kedua belah pihak. Biaya angkut bahan baku sampai ke lokasi peternakan ditanggung oleh pihak usaha ternak.

Posisi tawar konsumen dikatakan kuat apabila konsumen atau pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah banyak sehingga sangat menentukan volume penjualan. Selain itu produk yang dibeli merupakan produk yang tidak terlalu penting bagi konsumen sehingga konsumen tidak terlalu bergantung terhadap produk serta produk yang dibeli merupakan komponen biaya yang cukup besar. Konsumen atau pelanggan utama dari usaha pembibitan ini adalah peternak yang mencari bakalan dalam jumlah yang besar maupun kecil dan juga tenggulak. Pembeli

(22)

bibit domba ini pun tidak hanya berasal dari wilayah Jawa Barat namun sampai ke daerah Aceh dan luar pulau Jawa.

Salah satu bentuk antisipasi pihak usaha ternak untuk menghindari keadaaan yang tidak menguntungkan adalah dengan memanfaatkan pengalaman selama hampir 19 tahun dalam usaha penggemukan domba yang mana telah menciptakan wilayah pemasaran dan relasi yang luas sehingga usaha pembibitan ini pun telah diketahui. Pemilik ternak yang selalu menjaga hubungan yang baik, menjaga kepercayaan kepada pelanggan, memberikan pelayanan yang memuaskan, loyalitas yang tinggi dan ikut aktif dalam kegiatan HPDKI.

Berdasarkan analisis lingkungan eksternal tersebut maka faktor-faktor lingkungan eksternal yang meliputi peluang dan ancaman yang terdapat di dalam usaha pembibitan ini adalah:

1. Permintaan bibit domba yang tinggi

2. Persaingan usaha pembibitan masih sedikit 3. Tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi 4. Adanya dukungan masyarakat sekitar

5. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi daging (gizi) 6. Instansi pemerintah maupun swasta banyak yang mengajak kerjasama 7. Budaya masyarakat menjelang Idul Adha

Adapun ancaman yang dimilki usaha pembibitan ini adalah 1. Penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa 2. Kenaikan biaya transprotasi

3. Dukungan pemerintah kabupaten yang rendah dalam segi modal dan

4.

administrasi

Perjanjian kerjasama yang tidak kuat dan terikat dari pemasok dari Jawa

Penyusunan Strategi Pengembangan Usaha Pembibitan Domba di Peternakan Tawakkal

Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan perusahaan dengan tantangan lingkungan, dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Jauch dan Glueck, 1995). Penyusun strategi membantu organisasi mengumpulkan, menganalisis serta mengorganisasi informasi

(23)

(David, 2009). Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal yang telah dilakukaan pada usaha pembibitan domba maka akan didapatkan faktor-faktor yang dapat menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada usaha pembibitan domba di Peternakan Tawakkal. Faktor-faktor tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan matriks IFE dan EFE.

1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks IFE adalah alat perumusan strategi yang mana meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis dan menjadi landasan untuk mengindentifikasi serta mengevaluasi hubungan diantara area tersebut (David, 2009). Analisis matriks IFE dilakukan dengan mengolah faktor- faktor internal usaha ternak menjadi kekuatan dan kelemahan usaha. Hasil pemberian bobot dan peringkat terhadap faktor-faktor internal perusahaan yang dilakukan oleh empat responden. Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal yang dilanjutkan dengan penghitungan bobot dan rating masing-masing faktor kekuatan dan kelemahan maka diperoleh nilai skor seperti yang tertera pada Tabel 10. Besar kecilnya bobot yang diberikan tergantung pada besar kecilnya pengaruh atau tingkat kepentingan variabel terhadapa kesuksesan usaha ternak ini. sedangkan rating yang diberikan tergantung pada tinggi rendahnya respon (prioritas) yang ditunjukan oleh usaha ternak terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan terbesar pada usaha pembibitan ini adalah bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik, menggunakan induk dan pejantan yang bagus, kandang dan lokasi peternakan yang bersih dan tidak bau. Skor pembobotan untuk masing-masing faktor sama yaitu 0,332. Kelemahan terbesar yang dimiliki usaha pembibitan ini adalah sistem recording yang tidak teratur (skor pembobotan 0,252). Hal ini terlihat dari nilai bobot yang tinggi dan tingkat kepentingan dari faktor ini lebih diprioritaskan.

Anak domba yang dihasilkan pada usaha pembibitan ini baik, dilihat dari penampilan fisiknya seperti sehat, tidak cacat, bersih. Perkembangan dan pertumbuhan anak domba di usaha pembibitan ini sangat baik. Induk dan pejantan yang digunakan baik dan memiliki penampilan fisik yang baik. Pejantan yang dipilih harus sehat, postur tubuh proporsional, berumur >1,5 tahun, tubuh panjang, alat kelaminya normal dan simetris sedangkan betina harus sehat, tidak terlalu gemuk,

(24)

bentuk tubuh kompak, garis punggung dan pinggang lurus, bulu bersih dan mengkilap, umur 1-1,5 tahun. Induk yang digunakan adalah induk yang sehat dan tidak cacat, mempunyai sifat keibuan, berasal dari keturunan kembardan bulu bersih dan mengkilat.

Usaha pembibitan pun mampu menghasilkan bibit sehat, dan berpenampilan luar baik. Jumlah bibit anakan yang telah dihasilkan pada usaha pembibitan ini adalah 206 ekor. Duldjaman dan Rahayu (1996) mengatakan bahwa pemilihan bibit harus memperhatikan usia ternak yang masih muda dan tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan. Bibit ternak yang baik juga harus berbulu bersih dan mengkilat serta mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan (Dinas Peternakan, 1997).

Kelebihan peternakan Tawakkal di bandingkan peternakan domba yang lainnya adalah kandang domba yang bersih dan tidak bau. Pembersihan kandang dan tempat pakan dilakukan setiap hari serta kotoran domba diambil setiap empat hari sekali untuk dijual. Lokasi peternakan yang strategis dan dekat jalan raya memudahkan dalam menjangkau usaha baik untuk pembelian atau distrubusi ditambah lagi dengan banyaknya pabrik pengolahan tahu yang akan menghasilkan ampas tahu untuk keperluan produksi pembibitan ini.

Pembagian kerja yang jelas antar pekerja menjadikan pekerjaan yang dilakukan setiap hari menjadi optimal. Kepala kandang mengatur semua kegiatan produksi di kandang pembibitan dan pekerja lain bertugas untuk mancari rumput dan setelha itu pun membantu kepala kandang memberikan pakan ternak. Keterampilan pekerja tidak terlepas dari campur tangan pemilik peternakan yaitu H. Bunyamin dimana beliau akan memberikan arahan dan pelatihan agar kemampuan pakerja dalam beternak lebih baik lagi. Jumlah pekerja memadai dimana terdapat 4 pekerja yang menangani hampir 300 domba. Adanya mess, mushola dan fasilitas di peternakan yang memadai membuat pekerja betah dan nyaman berada di peternakan, hal ini terlihat dari pekerja yang rata-rata tinggal di area peternakan sehingga peternakan ini aman dari pencurian karena adanya pekerja yang tinggal areal peternakan dan di sekitar peternakan.

Sistem recording sudah dilakukan namun tidak teratur dan kurang rapi dan hanya mengandalkan daya ingat kepala kandang yang menangani kandang

(25)

pembibitan ini. Hal ini disebabkan karena para pekerja sudah sibuk mengurus domba-domba dan beberapa pekerja yang masih buta huruf. Sistem recording yang teratur dan benar akan membuat usaha pembibitan mendapatkan nilai yang lebih baik dari usaha pembibitan lainya karena informasi kepada calon pembeli lebih lengkap dan jelas sehingga akan meningkatkan nilai jual ternak dan data ternak pun akan lebih lengkap.

Jumlah kandang dan lahan yang terbatas menjadikan usaha pembibitan ini sulit untuk mengembangkan dan meningkatkan jumlah produksi usaha pembibitan ditambah lagi dengan tidak digunakannya tekonologi pembibitan seperti inseminasi buatan. Hal ini karena peternak pernah melakukan inseminasi buatan namun gagal dan mengalami kerugian sehingga mereka kapok untuk menggunakanya lagi. Total keseluruhan dari matriks IFE adalah 3,442 menunjukkan bahwa usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal berada pada kondisi kuat dalam memanfaatkan kekuatan maupun mengatasi kelemahan yang dimiliki.

(26)

Tabel 10. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Faktor internal Bobot

(A) Peringkat (B) Bobot x Peringkat Kekuatan :

1. Bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik

2. Induk dan pejantan yang digunakan dipilih yang bagus

0,083 4 0,332

0,083 4 0,332

3. Lokasi peternakan yang strategis 0,063 3,75 0,236 4. Jumlah pekerja yang memadai 0,073 3 0,219 5. Pekerja yang digunakan terampil,

ramah dan mau belajar

6. Adanya mess, mushola, saung dan fasilitas lainnya di peternakan 7. Adanya pembagian kerja yang jelas 8. Kandang dan lokasi peternakan yang

bersih dan tidak bau

9. Lokasi peternakan yang aman dari pencurian Kelemahan : 0,073 0,063 0,073 0,083 0,063 3 3,75 3,5 4 3,5 0,219 0,236 0,256 0,332 0,189

1. Sistem recording yang tidak teratur 0,083 4 0,332

2. Keterbatasan modal 0,083 3,25 0,269

3. Teknologi pembibitan tidak 0,041 2 0,082 digunakan

4. Jumlah kandang masih terbatas 0,063 3 0,189

5. Lahan yang masih terbatas 0,073 3 0,219

Total 1 3,442

Keterangan : Skor pembobotan total = 1,00-1,99 (lemah), 2-2,99 (rata-rata), 3-4 (kuat) 2. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Matriks evaluasi faktor eksternal memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan kompetitif (David, 2009). Analisis matriks EFE yang dilakukan terhadap faktor eksternal dari usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal terbagi menjadi peluang dan ancaman. Hasil analisis matriks EFE dapat dilihat pada Tabel 11. Lingkungan eksternal perusahaan merupakan lingkungan yang terdiri dari faktor-faktor yang dapat menjadi peluang dan ancaman. Analisis eksternal merupakan suatu proses yang dilakukan oleh perencana strategis dalam melihat sektor lingkungan yang ada di luar kendali perusahaan untuk menentukan peluang dan ancaman (Jauch dan Glueck, 1995).

(27)

Peluang terbesar yang dimiliki usaha pembibitan ini adalah permintaan bibit domba yang tinggi, persaingan usaha pembibitan masih sedikit, dan tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi. Skor pembobotan untuk masing-masing faktor adalah 0,404. Tujuan usaha pembibitan di Peternakan Domba Tawakkal adalah menghasilkan domba yang tidak inbreeding dan memperbanyak ternak yang ada. Usaha pembibitan ini mampu menghasilkan anakan atau bakalan sendiri sehingga memungkinkan usaha ini tidak bergantung pada pasokan bakalan dari luar untuk digemukkan sehingga akan selalu tersedia ternak yang akan digemukkan maupun yang akan dikembangbiakan. Kesempatan atau peluang lain yang cukup menjanjikan yang ada pada usaha ini adalah instansi pemerintah maupun swasta banyak yang mengajak kerjasama dan adanya dukungan masyarakat. Skor pembobotan untuk faktor ini adalah 0,267. Hal ini terlihat saat pengamatan di peternakan ada pesananan domba dari Aceh dan pekerja yang magang dari peternakan lain untuk bertukar ilmu pada usaha pembibitan domba ini maupun banyaknya mahasiswa yang melakukan kunjungan dan praktek kerja lapangan yang berasal dari berbagai daerah.

Faktor eksternal yang menjadi ancaman terbesar pada usaha pembibitan domba ini adalah penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa (skor pembobotan 0,404). Kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan usaha ternak domba. Lemahnya kesehatan domba akan menyebabkan timbulnya penyakit (Sugeng, 2007). Selain kesehatan, perjanjian kerjasama yang tidak kuat dan terikat dari pemasok indukan dari Jawa pun menjadi ancaman yang mengkhawatirkan yang memiliki skor pembobotan 0,354. Hal ini akan mempengaruhi kontinuitas usaha pembibitan jika tidak adanya kontrak yang jelas dan hanya mengandalkan kepercayaan saja. Kenaikan biaya BBM akan meningkatkan pengeluaran biaya untuk transportasi baik dalam hal pengadaaan hijauan maupun distribusi ternak. Pemilik usaha pun mengatakan bahwa belum adanya bantuan dari pemerintah terkait pengembangan usaha peternakan dan jarang dari pihak dinas memantau usaha peternakan. Total keseluruhan dari matriks EFE adalah 3,404 menunjukkan bahwa usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal berada pada kondisi kuat dalam merespon faktor eksternal baik berupa peluang maupun ancaman yang dihadapi.

(28)

Tabel 11. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Eksternal Bobot

(A) Rating (B) Bobot x Peringkat Peluang :

1. Permintaan bibit domba yang tinggi 0,101 4 0,404 2. Persaingan usaha pembibitan masih sedikit 0,101 4 0,404 3. Tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi 0,101 4 0,404 4. Adanya dukungan masyarakat sekitar 0,089 3 0,267 5. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan 0,051 2 0,102

konsumsi daging (gizi)

6. Instansi pemerintah maupun swasta banyak 0,089 3 0,267 yang mengajak kerjasama

7. Budaya masyarakat mejelang Idul Adha Ancaman :

0,076 3 0,228

1. Penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa

0,101 4 0,404

2. Kenaikan biaya transportasi 0,089 3 0,267

3. Dukungan pemerintah kabupaten yang rendah dalam segi modal dan administrasi 4. Perjanjian kerjasama yang tidak kuat dan

terikat dari pemasok indukan dari Jawa Total 0,101 0,101 1 3 3,5 0,303 0,354 3,40

Keterangan : Skor pembobotan total = 1,00-1,99 (rendah), 2-2,99 (rata-rata), 3-4 (tinggi)

3. Analisis Matriks SWOT

Rangkuti (1997) mengatakan bahwa analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Keunggulan yang dimiliki model ini adalah kemampuannya dalam memformulasikan strategi berdasarkan gabungan faktor eksternal dan internal tersebut. Empat strategi utamayang dihasilkan yaitu strategi S- O, W-O, S-T, dan W-T dapat dilihat pada gambar 2.

Berdasarkan hasil analisis matriks SWOT pada gambar 2, maka alternatif strategi yang dapat diterapkan untuk mengembangkan usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal adalah sebagai berikut : Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang atau strategi yang memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal (David, 2009). Strategi yang dapat dilakukan adalah mengadakan

(29)

kerjasama dalam hal penelitian dan pengembangan peternakan. Hal ini dengan memanfaatkan peluang yang ada yaitu adanya instansi pemerintah baik dinas maupun perguruan tinggi dan swasta yang mengajak kerjasama baik dari segi bertukar ilmu dalam kunjungan praktikum, pengamatan, dan penelitian yang dilakukan di peternakan. Hal ini didukung dengan adanya pembagian kerja yang jelas, antar pekerja, pekerja yang terampil, ramah dan mau belajar serta fasilitas di peternakan yang memadai seperti kantor, jaringan listrik dan mess, mushola dan fasilitas lainya sehingga proses penelitian maupun kerjasama ini bisa dilakukan. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana edukasi bagi mereka untuk mengadakan penelitian yang hasilnya dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk mengembangkan usaha peternakan ini khususnya usaha pembibitan.

Menteri Pertanian menerbitkan Surat Keputusan No.315/Kpts/KP.150/2000 tanggal 28 Juni 2000 tentang Komisi Bibit Ternak Nasional (KBTN) yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Menteri Pertanian dalam penetepan kebijakan sistem perbibitan ternak nasional, pengujian, penilaian dan pelepasan strain dan atau breed baru, sertifikasi bibit ternak, dan pengawasan mutu bibit ternak, melalui Direktur Jenderal Produksi Ternak. Selama ini, dalam menjalankan tugasnya, KBTN melibatkan perguruan tinggi peternakan. Dengan adanya program ini diharapkan antara perguruan tinggi, pihak peternak, dan komponen pelaku peternakan mempunyai kesempatan dalam membangun dunia peternakan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing.

Semua manajer tentunya menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi dimana kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai tren dan kejadian eksternal. Secara umum, organisasi akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT untuk mencapai situasi dimana mereka dapat melaksanakan strategi SO. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Tatkala sebuah organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka perusahaan akan berusaha untuk menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang (David, 2009).

Strategi W-O adalah strategi yang memanfaatkan peluang untuk mengatasi kelemahan. Strategi yang dilakukan adalah meningkatkan kapasitas usaha

(30)

pembibitan dengan melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam segi penanaman modal. Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing perusahaan dan daya tarik keseluruhan investor (David, 2009). Usaha pembibitan yang dilakukan sejauh ini menggunakan modal pemilik peternakan sendiri, sehingga untuk mengembangkan skala usaha pembibitan dalam segi jumlah produksi, lahan, kandang masih sangat sulit. Peternakan Tawakkal belum melakukan kerjasama dengan pihak swasta apalagi dengan pihak bank terkait modal karena pemilik mengatakan bahwa pinjaman dari bank adalah hutang dan beliau tidak mau melakukan kerjasama dengan bank. Namun, jika beliau mendapatkan dana hibah dari bank dan tidak harus membayar bunga, beliau bersedia. Kerjasama yang mungkin dilakukan dengan sistem bagi hasil yang sama-sama menguntungkan untuk kedua belah pihak dimana peternakan bisa mendapatkan modal lebih untuk memperluas usaha pembibitanya baik dari segi jumlah ternak, lahan dan kandang.

Kelemahan lain yang dimiliki usaha pembibitan ini adalah tekonlogi pembibitan yang tidak digunakan. Teknologi tersebut yaitu inseminasi buatan (IB). hal ini dikarenakan pemiliki peternakan telah mencoba menggunakan IB untuk memperbanyak jumlah induk yang bunting namun hal ini gagal dan malah mengalami kerugian sehingga pemilik pembibitan ini tidak lagi menggunakan teknologi pembibitan dan lebih percaya dan yakin dengan perkawinan secara alami.

Strategi S-T adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman. Strategi yang digunakan yaitu pengadaaan kandang karantina untuk domba yang baru datang dari perjalanan jauh. Duldjaman dan Rahayu (1996) menyebutkan ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit antara lain: (1) memelihara kebersihan baik ternak, pakan, tempat minum, dan peralatannya, (2) tidak mencampur domba yang sakit dengan yang sehat sehingga tidak terjadi penularan, dan (3) melakukan vaksinasi dan pemberian obat pencegahan penyakit secara teratur. Pengadaan kandang karantina bisa dilakukan dengan menyekat kandang dan mencegah terjadinya kontak langsung antara domba yang baru datang dari perjalanan dengan domba yang telah ada sebelumnya karena kandang pembibitan yang dimiliki peternakan baru ada satu bangunan kandang.

(31)

Strategi W-T adalah strategi yang mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman. Strategi yang dapat digunakan yaitu melakukan sistem kontrak yang jelas dengan pihak pemasok induk agar kapasitas kandang yang tersedia cukup sehingga penanganan domba bisa maksimal, kualitas tetap terjaga, dan harga yang jelas antara pemasok domba dengan pembeli domba dan kontinuitas ternak. Sistem kontrak ini dapat berupa jumlah domba yang akan dikirim dan waktu pengiriman yang jelas serta sistem pembayaran yang harus disepakati dan saling menguntungkan satu sama lain.

Strategi lain yang dapat dilakukan adalah melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam pengadaan hijauan. Kerjasama penyediaan hijauan sebagai makanan ternak akan mengurangi biaya transportasi yang dikeluarkan untuk mencari rumput yang dilakukan selama ini dan tugas dari kepala kandang bisa terbantu dengan adanya pekerja yang berada di kandang. Keuntungan yang dapat diterima masyarakat dari kerjasama ini adalah masyarakat dapat meningkatkan pendapatannya dengan memasok bahan baku usaha ternak sehingga masyarakat juga merasakan keuntungan dari keberadaaan usaha ternak dan terjalinanya hubungan yang lebih baik dengan masyarakat.

Pengambilan keputusan atau pemilihan strategi dapat dilihat dari skor pembobotan pada strategi. Strategi yang memiliki nilai pembobotan yang paling tinggi dapat didahulukan dalam menerapkan strategi di usaha pembibitan ini. Strategi yang dapat diterapkan dalam waktu dekat (jangka pendek) adalah mengadakan kerjasama dalam hal penelitian dan pengembangan peternakan. Strategi jangka pendek ini dapat segera diterapkan karena melihat besarnya tingkat kepentingan kombinasi faktor-faktor tersebut dan memiliki prioritas yang tinggi pada usaha pembibitan ini sehingga bisa dapat diterapkan dalam waktu dekat. Sedangkan strategi jangka panjang yang dapat diterapkan adalah melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam pengadaaan hijauan.

(32)

4

9

INTERNAL

EKSTERNAL

Strengths (S)

1. Bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik (0,332) 2. Induk dan pejantan yang digunakan dipilih yang bagus (0,332) 3. Lokasi peternakan yang strategis (0,236)

4. Jumlah pekerja yang memadai (0,219)

5. Pekerja yang digunakan terampil, ramah dan mau belajar (0,219)

6. Adanya mess, mushola, saung dan fasilitas lainya di peternakan (0,219)

7. Adanya pembagian kerja yang jelas (0,256)

8. Kandang dan lokasi peternakan yang bersih dan tidak bau (0,332)

9. Lokasi peternakan yang aman dari pencurian (0,189)

Weakneeses (W)

1. Sistem recording yang tidak teratur (0,332)

2. Keterbatasan modal (0,269)

3. Teknologi pembibitan tidak digunakan (0,082)

4. Jumlah kandang masih terbatas (0,189) 5. Lahan yang masih terbatas (0,219)

Opportunies (O)

1. Permintaan bibit domba yang tinggi (0,404) 2. Persaingan usaha pembibitan masih sedikit (0,404) 3. Tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi (0,404) 4. Adanya dukungan masyarakat sekitar (0,267)

5. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi daging (gizi) (0,102)

6. Instansi pemerintah maupun swasta banyak yang mengajak kerjasama (0,267)

7. Budaya masyarakat menjelang Idul Adha (0,228)

Strategi S-O

1. Mengadakan kerjasama dalam hal penelitian dan pengembangan peternakan

(S4, S5, S6,S7 O6) (1,18)

Strategi W-O

1. Meningkatkan kapasitas usaha pembibitan dengan melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam segi penanaman modal (W2, W4, W5, O6) (0,944)

Treaths (T)

1. Penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa (0,404)

2. Kenaikan biaya transportasi (0,267)

3. Dukungan pemerintah kabupaten yang rendah dalam segi modal dan administrasi (0,303)

4. Perjanjian kerjasama yang tidak kuat dan terikat dari pemasok indukan di Jawa (0,354)

Strategi S-T

1. Pengadaaan kandang karantina untuk domba yang baru datang dari perjalanan jauh (S6, S7, T1)

(0,879)

Strategi W-T

1. Melakukan sistem kontrak yang jelas dengan pihak pemasok induk (W2, W4, W5, T4)

(1,031)

2. Melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam pengadaan hijauan (W5, T2)

(0,486) Gambar 3. Matriks SWOT Usaha Pembibitan Domba Tawakkal Farm dengan Skor Pembobotannya

Gambar

Tabel 4. Data Koefisien Teknis dan Reproduksi Usaha Pembibitan domba Tawakkal
Gambar 2.  Siklus Reproduksi Domba dengan Pola 2 Tahun 3 Kali Beranak
Tabel 5. Analisis Keuntungan Usaha Pembibitan Domba Tawakkal
Tabel 7.  Komposisi Ampas tahu berdasarkan Bahan Kering
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan peneliti tentang pemahaman perawat tentang penerapanRJPdipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu umur, pendidikan,

judul “ Keefektifan Teknik Delivery Dalam Pembelajaran Menulis Puisi (Penelitian Eksperimen semu pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Lembang.. Tahun Ajaran

Implikasi dari perangkat asumsi diatas harus tampak dalam dua hal, yakni (a) dalam program pendidikan yang diberikan kepada anak didik biasa disebu dengan

[r]

Core temperature and sweating onset in humans acclimatized to heat given at a fixed daily time.. Individual Heat Stress

Spesies yang termasuk genus ini tidak berkembang biak pada daerah perairan (dalam air), tetapi perlu tempat yang gelap dan basah dengan kelembaban yang tinggi

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama