• Tidak ada hasil yang ditemukan

rtin PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "rtin PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

rtin

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 59/PUU-XV/2017

PERKARA NOMOR 60/PUU-XV/2017

PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017

PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017

TENTANG PEMILIHAN UMUM

TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

PERBAIKAN PERMOHONAN

(II)

J A K A R T A

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 59/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 60/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017 PERIHAL

- Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum [Pasal 222] - Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum [Pasal 173

ayat (1), ayat (2) huruf e, dan ayat (3)]

- Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum [Pasal 557 ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2) serta Pasal 571 huruf d]

- Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum [Pasal 173 ayat (3)]

Terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON

- Effendi Gazali (Perkara Nomor 59/PUU-XV/2017) - Partai Solidaritas Indonesia (Perkara Nomor 60/PUU-XV/2017) - Kautsar dan Samsul Bahri (Perkara Nomor 61/PUU-XV/2017) - Partai Persatuan Indonesia (Perkara Nomor 62/PUU-XV/2017)

ACARA

Perbaikan Permohonan (II)

Senin, 18 September 2017, Pukul 14.00 –14.36WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) I Dewa Gede Palguna (Ketua)

2) Aswanto (Anggota)

3) Wahiduddin Adams (Anggota)

AA Dian Onita Panitera Pengganti

Ery Satria Pamungkas Panitera Pengganti

Cholidin Nasir Panitera Pengganti

(3)

Pihak yang Hadir:

A. Pemohon Perkara Nomor 59/PUU-XV/2017: 1. Effendi Gazali

B. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 59/PUU-XV/2017: 2. A.H. Wakil Kamal

C. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 60/PUU-XV/2017: 1. Surya Tjandra

2. Nasrullah

3. I Nengah Yasa Adi Susanto 4. Viani Limardi

D. Pemohon Perkara Nomor 61/PUU-XV/2017: 1. Samsul Bahri

2. Kautsar

E. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 61/PUU-XV/2017: 1. Kamaruddin

2. Maulana Ridha

F. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 62/PUU-XV/2017: 1. Ricky Margono 2. Christophorus Taufik 3. David Surya 4. Samuel M. P. Hutabarat 5. Imam Nasef 6. Adidharma Wicaksono 7. Harry Syahputra 8. Antoni Sudarma 9. Hery Firmansyah 10. Arif Wijaya Iskandar 11. Fahmi Sungkar

(4)

1. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Sidang untuk Perkara Nomor 59/PUU-XV/2017, 60/PUU-XV/2017, 61/PUU-XV/2017, 62/PUU-XV/2017 saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum.

2.

Kepada Para Pemohon, silakan terlebih dahulu memperkenalkan diri siapa yang hadir.

3. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 59/PUU-XV/2017:

A. H. WAKIL KAMAL

Terima kasih, Yang Mulia. Pemohon Nomor 59/PUU-XV/2017 saya Kuasa Hukum A. H. Wakil Kamal dan Pemohon Prinsipal Effendi Gazali, Ph.D., MPS.ID., M.Si, Yang Mulia. Terima kasih.

4. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Selanjutnya, silakan.

5. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 60/PUU-XV/2017:

SURYA TJANDRA

Selamat siang, Yang Mulia, terima kasih untuk waktunya. Saya Surya Tjandra, Kuasa Hukum dari Partai Solidaritas Indonesia bersama Saudara Nasrullah dan I Nengah Yasa yang paling kanan, terima kasih.

6. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Yang (...)

7. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017:

KAMARUDDIN

Terima kasih, Yang Mulia. Assalamualaikum wr. wb. Saya Kamaruddin, saya Kuasa Hukum dari Prinsipal Kautsar dan Samsul Bahri Perkara Nomor 61/PUU-XV/2017. Sebelah kiri saya, Ridha Maulana juga sebagai Kuasa Hukum. Terima kasih, Yang Mulia.

SIDANG DIBUKA PUKUL 14.00 WIB

(5)

8. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Ya, silakan seterusnya yang terakhir 62/PUU-XV/2017.

9. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017:

RICKY K. MARGONO

Cek. Terima kasih, Yang Mulia.

Perkenalkan, kami dari Tim Kuasa Hukum Partai Perindo. Saya sendiri Ricky Margono. Di sebelah saya, ada Christophorus Taufik. Lalu di sampingnya ada Saudara David Surya. Di sampingnya ada Adiddharma Wicaksono. Dan di sampingnya ada Imam Nasef. Di belakang ada Samuel. Lalu ada Saudara Harry. Sampingnya lagi ada Saudara Fahmi. Di sampingnya lagi ada rekan Antoni. Sampingnya lagi ada rekan Hery Firmansyah. Di sampingnya lagi ada rekan Arif Iskandar.

Terima kasih, Yang Mulia. 10. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Baik, terima kasih, full team ya?

11. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017: RICKY K. MARGONO

Insya Allah selalu full team, Pak. 12. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Ya, baik. Sesuai dengan nasihat yang sudah disampaikan oleh Majelis Panel pada persidangan sebelumnya, saya persilakan Saudara masing-masing Para Pemohon mulai dari Nomor 59/PUU-XV/2017 untuk menyampaikan poin-poin perbaikannya saja, tidak usah disampaikan seluruhnya yang perbaikan yang perlu mendapatkan penekanan saja yang disampaikan karena ini sidang terbuka, sebab yang tertulis, yang lengkap sudah kami terima dan sudah kami baca. Silakan.

13. PEMOHON PERKARA NOMOR 59/PUU-XV/2017: EFFENDI GAZALI

Yang Terhormat Bapak Pimpinan Sidang, Para Bapak Hakim Konstitusi Yang Mulia, serta Bapak dan Ibu yang ada dalam ruangan sidang ini.

Pertama-tama, terima kasih atas semua masukan yang sudah kami terima pada Sidang Pendahuluan tanggal 5 September 2017. Dan

(6)

karena itu, kami sudah melakukan banyak perbaikan atau boleh dikatakan melakukan semua yang pada waktu itu disampaikan dalam sidang awal, mulai dari adanya huruf besar yang banyak penekanan di sana-sini, dan sebagainya, itu sudah tidak ada. Huruf besar hanya pada dua kali pengungkapan saja, yaitu substansi yang paling utama yang tidak bisa tidak harus diletakkan sebagai huruf besar. Dan kemudian juga, terima kasih karena ada masukan yang sangat penting untuk melukiskan kedudukan hukum dan kerugian Pemohon dalam hak-hak konstitusionalnya dengan melakukan pendekatan yang holistik.

Di sini kami dengan nyata mengatakan bahwa kerugian nyata itu ada dua kerugian nyata, yaitu yang pertama bahwa karena kami maju, saya dan Kuasa Hukum maju sebagai wakil dari pemilih, maka kerugian pertama itu adalah kami akan kehilangan banyak pasangan calon presiden dan wakil presiden yang merupakan putra-putri terbaik Indonesia yang layak diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik karena ambang batas pengusulan itu yang membatasinya, ya, pada Pasal 222 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017.

Yang kedua, saya mengutip dari keputusan Mahkamah sendiri, yang pada waktu itu dalam pengujian undang-undang atau judicial review yang kami lakukan sebelumnya adalah putusan terhadap Pasal 9 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008, ya. Karena pada waktu itu disebutkan konsiderans yang sangat penting adalah seperti ini, ini perlu saya bacakan karena menjiwai seluruhnya bagian-bagian yang kami sampaikan bahwa dalam penyelenggaran Pilpres Tahun 2004 dan 2009 yang dilakukan setelah pemilu anggota lembaga perwakilan ditemukan fakta politik bahwa untuk mendapatkan dukungan demi keterpilihan sebagai presiden dan dukungan DPR dalam penyelenggaraan pemerintahan jika terpilih, calon presiden terpaksa harus melakukan negosiasi dan tawar-menawar atau bargaining politik terlebih dahulu dengan partai politik yang berakibat sangat memengaruhi jalannya roda pemerintahan di kemudian hari.

Negosiasi dan tawar-menawar tersebut pada kenyataannya lebih banyak bersifat taktis dan sesaat daripada bersifat strategis dan jangka panjang, misalnya karena persamaan garis perjuangan partai politik jangka panjang. Oleh karena itu, presiden pada faktanya menjadi sangat tergantung pada partai-partai politik yang menurut Mahkamah dapat mereduksi posisi presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan menurut sistem pemerintahan presidensial. Dengan demikian, menurut Mahkamah penyelenggaraan pilpres harus menghindari terjadinya negosiasi dan tawar-menawar atau bargaining politic yang bersifat taktis demi kepentingan sesaat, sehingga tercipta negosiasi, dan koalisi strategis partai politik untuk kepentingan jangka panjang. Hal demikian akan lebih memungkinkan bagi penggabungan partai politik secara alamiah dan strategis, sehingga dalam jangka panjang akan lebih menjamin penyederhanaan partai politik.

(7)

Dalam kerangka itulah, ketentuan Pasal 6A ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 harus dimaknai. Hanya itu yang kami tebalkan.

Dengan demikian, kerugian nyata dari pemohon dalam hal-hal konstitusionalnya dalam hal ini hak memilih adalah pemohon akan cenderung disodorkan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang terpaksa harus melakukan beberapa negosiasi dan tawar-menawar, bargaining politic. Terlebih dahulu dengan partai-partai politik yang berakibat sangat memengaruhi jalannya roda pemerintahan di kemudian hari. Ini konsekuensi logis dari isi Keputusan Mahkamah Nomor Pengujian Undang Nomor 14, Pengujian Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2013.

Kemudian pada Sidang Pendahuluan juga, kami mendapatkan masukan untuk melakukannya dengan pendekatan holistik, maka kami kemudian melakukannya dengan pendekatan holistik atau 2 pendekatan. Pendekatan yang pertama tadi menyatakan bahwa Pasal 6A ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Sebetulnya sudah sangat lengkap dan meyakinkan untuk digunakan dalam konteks telah keluarnya atau pasca Putusan Mahkamah Konstitusi tentang pemilu serentak. Itu yang pertama.

Dengan demikian, sekalipun terdapat open legal policy yang diberikan kepada pembentuk undang-undang, namun tetap harus seperti yang dikutip tadi. Dalam kerangka itulah, ketentuan Pasal 6A ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 harus dimaknai. Itu pendekatan yang pertama.

Pendekatan yang kedua, kalaupun kita kemudian ataupun nanti pada saat membuat keputusan, Mahkamah tetap pada pandangan bahwa ambang batas pengusulan calon presiden ini (presidential threshold) adalah sepenuhnya open legal policy kepada pembentuk undang-undang, dalam hal ini DPR dan pemerintah. Dalam kondisi atau dalam hal itu pun, kami sebagai Pemohon mengalami kerugian yang nyata dalam hak-hak konstitusional kami, yaitu pada waktu kami melakukan pemilihan DPR tahun 2014 yang lalu, kami tidak pernah mendapatkan informasi bahwa hasil hak memilih kami itu akan digunakan sebagai ambang batas presiden pada tahun 2019.

Ya, ini bukan soal digunakan 2 kali, tapi lebih pada soal jaminan untuk mendapatkan segala kepastian hukum, dan kemudian juga hak-hak kedaulatan rakyat. Karena harusnya di sebuah negara demokratis, sebagaimana juga dijamin oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Sebelum kita memilih itu, kita tahu secara persis kita memilih untuk jabatan politik apa, kapan pemilihannya, di mana, bagaimana kalau terus muncul perselisihan, bagaimana menyelesaikan perselisihan dan sebagainya. Jadi, selalu muncul pertanyaan dan sampai ini tidak pernah terjawab. Apakah ada negara demokratis di dunia yang bisa begitu saja menggunakan hak memilih warga negara yang sudah pernah diberikan, misalnya untuk pemilihan DPR pada tahun 2014. Lalu pada saat itu,

(8)

tidak pernah diberitahukan kepada warga negara bahwa nanti hasil memilih itu akan digunakan sebagai ambang batas pemilihan presiden tahun … atau 5 tahun selanjutnya.

Saya pada hari ini menyatakan kalau saja informasi itu diberitahukan kepada saya, sebelum saya melakukan pemilihan anggota DPR pada tahun 2014, maka pilihan saya akan berbeda dari yang ada pada tahun 2014 tersebut. Jadi, itu bentuk nyata dari kerugian konstitusional. Dengan demikian, kenyataan logisnya atau konsekuensi logisnya, kalaupun Mahkamah nanti berpendapat bahwa itu sepenuhnya tetap merupakan … dengan 2 pendekatan tadi adalah open legal policy bagi pembentuk undang-undang, maka hal tersebut tetap tidak bisa dilakukan untuk Pemilu Tahun 2019 atau baru bisa dilakukan pada Pemilihan Umum Tahun 2024. Dengan memberitahukan lebih dulu kepada seluruh rakyat Indonesia. Bahwa hasil pilihannya nanti pada Pemilu Legislatif Tahun 2019 akan digunakan sebagai ambang batas pemilihan presiden pada tahun 2024.

Yang terakhir, Bapak Hakim Yang Mulia. Saya bersama Bapak Wakil Kamal ini selalu mencoba memperbaiki sistem demokrasi tanpa memandang ini menguntungkan atau merugikan kepentingan saat tokoh yang mana. Judicial review pemilu serentak kami, dulu kami ajukan pada tahun … pada Januari 2013 atau 10 Januari 2013. Ketika kami belum tahu satu pun tokoh yang akan maju sebagai capres.

Kami juga berharap judicial review ini bisa selesai sebelum ada pendaftaran capres. Kami juga tidak mau seperti kelompok-kelompok yang lain yang misalnya kalau berubah dukungan terhadap tokoh tertentu, lalu tidak jadi mengajukan judicial review misalnya. Terkadang kami terbayang ada tokoh yang baik, atau presiden yang baik, yang sudah banyak membangun infrastruktur selama ini, apakah dengan judicial review ini kami seperti menimbulkan kesulitan bagi dia? Karena jadi tersedia kompetitor yang banyak. Tapi akhirnya kami sadar. Demokrasi itu memang sesuai dengan Pasal 6A ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 adalah hakikinya tersedianya pilihan yang cukup banyak atau memadai bagi rakyat.

Kalau misalnya kami diminta jadi consultant, pasti lebih mudah untuk menjadi konsultan untuk tokoh atau presiden yang sudah berkarya membangun di mana-mana. Tapi janganlah sampai kita menimbulkan kerugian konstitusional warga negara atau bahkan sampai nanti benar-benar terjadi calon tunggal seperti undang-undang ini bisa memungkinkan terjadinya calon tunggal.

Apalagi indeks demokrasi Indonesia pada saat ini menurut BPS, ini menurut BPS, telah turun menjadi 70,09 dengan ancaman serius. Fakta untuk kebebasan berpendapat dan berserikat. Ini adalah fakta. Jadi kalau kebebasan berpendapat dan berserikat saja mendapat ancaman serius, apalagi untuk maju sebagai calon presiden.

(9)

Itu saja tambahan dari kami. Terima kasih, Bapak Hakim Yang Mulia.

14. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Baik, terima kasih. Itu semuanya sudah yang selebihnya sudah kami terima dalam perbaikan tertulis yang Saudara ajukan.

Silakan, yang selanjutnya.

15. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 60/PUU-XV/2017: SURYA TJANDRA

Terima kasih, Bapak Hakim Yang Mulia.

Perkenankan kami membacakan beberapa rangkuman revisi Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Ada ralat sedikit, ada rekan kami Viani Limardi, duduk di belakang juga Kuasa Hukum. Cuma karena belum bawa toga, jadi mohon izin duduk di belakang, Majelis.

Yang Mulia Majelis Hakim Yang Terhormat, perkenankanlah kami Para Advokat yang tergabung dalam Lembaga Bantuan Hukum Jaringan Advokasi Rakyat Partai Solidaritas Indonesia atau disingkat Jangkar Solidaritas selaku Kuasa Hukum Partai Solidaritas Indonesia untuk membacakan rangkuman revisi permohonan uji materi atas beberapa pasal dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, sebagaimana termuat dalam dokumen revisi permohonan yang telah kami sampaikan kepada Mahkamah Konstitusi pada hari Kamis lalu.

Adapun rangkuman permohonan Partai Solidaritas Indonesia atau disingkat PSI selaku Pemohon dalam perkara ini ada tiga. Pertama, terkait dengan dasar hukum kewenangan ketua umum dan sekjen (sekretaris jenderal) bertindak untuk dan atas nama Partai Solidaritas Indonesia selaku Pemohon. Nasihat kedua dari Majelis terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) dari Pemohon. Dan nasihat yang ketiga, terkait dengan kerugian konstitusional Pemohon.

Yang pertama, terkait dengan dasar hukum kewenangan Ketua Umum dan Sekjen (Sekretaris Jenderal) PSI bertindak untuk dan atas nama PSI sebagai Pemohon. Dalam revisi yang kami sampaikan, telah kami perjelas dasar hukum kewenangan Ketua Umum dan Sekjen PSI bertindak dan untuk atas nama PSI sebagai Pemohon dalam permohonan uji materi ini. Adapun dasar hukum tersebut terdapat dalam Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga Partai Solidaritas Indonesia. Salinan AD/ART PSI tersebut, telah kami lampirkan pada permohonan kami sebagai salah satu bukti. Kutipan dari pasal tersebut juga telah kami tambahkan dalam revisi permohonan.

(10)

Yang kedua, terkait dengan kedudukan hukum (legal standing) Pemohon. Berdasarkan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011, pihak yang dapat mengajukan permohonan pengujian suatu undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah pihak yang menganggap hak dan/atau kewajiban konstitusionalnya yang diberikan oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dirugikan dengan berlakunya suatu undang-undang tersebut.

Bahwa dalam hal ini, Pemohon adalah Partai Solidaritas Indonesia, suatu partai politik yang telah didirikan secara sah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian, Pemohon telah memenuhi salah satu kualifikasi sebagai Pemohon sebagaimana diatur dalam Pasal 51 ayat (1) butir c, yaitu “Badan Hukum Publik”.

Yang ketiga, terkait dengan kerugian konstitusional Pemohon. Sehubungan dengan Pasal 173 ayat (3) juncto Pasal 173 ayat (1) Undang-Undang Pemilu terkait dengan pengecualian verifikasi partai politik peserta pemilu. Pasal-pasal tersebut melahirkan standar ganda yang bersifat tidak adil dan diskriminatif. Dimana hak-hak konstitusional Pemohon sebagai partai politik baru atas:

1. Pelaksanaan pemilu yang adil.

2. Pengakuan, jaminan, dan perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

3. Serta hak untuk bebas atas perlakuan yang berfifat diskriminatif menjadi terabaikan.

Hal tersebut merupakan suatu perbuatan yang jelas-jelas bertentangan dengan Pasal 22 huruf e ayat (1), Pasal 28D ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Sehubungan dengan Pasal 173 ayat (2) huruf e terkait dengan keterwakilan perempuan paling sedikit 30% pada kepengurusan partai politik yang hanya diwajibkan pada tingkat pusat. Pemohon adalah partai politik yang salah satu titik berat perjuangannya adalah meningkatkan kualitas hidup sosial politik anak dan perempuan. Komitmen tersebut telah dibuktikan secara nyata oleh Pemohon dengan melibatkan lebih dari 40% perempuan dalam struktur kepengurusan partai, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Pasal 173 ayat (2) huruf e tersebut menjadikan tidak adanya dasar hukum yang cukup bagi Pemohon untuk memperjuangkan keterwakilan perempuan dalam politk Indonesia dan menekan ruang gerak Pemohon dalam upaya-upaya affirmative action (aksi afirmatif) terkait dengan kepentingan sosial politik perempuan di negara Republik Indonesia.

Dengan demikian, berdasarkan penalaran yang wajar, pasal tersebut merugikan atau setidak-tidaknya potensial merugikan hak

(11)

konstitusional Pemohon. Karena ketentuan tersebut tidak memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi Pemohon terhadap jaminan, pemenuhan, keterwakilan perempuan pada setiap tingkat kepengurusan partai politik. Hal ini jelas-jelas bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menjamin bahwa setiap orang berhak atas kepastian hukum yang adil.

Pada kesempatan ini, kami juga memohon kepada Yang Mulia Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi untuk segera memeriksa dan memutus permohonan ini. Mengingat, tahapan verifikasi oleh KPU akan segera dimulai.

Sebagai informasi, dapat kami sampaikan bahwa pengumuman pendaftaran akan dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober 2017. Berarti dua minggu ... kira-kira dua minggu dari sekarang. Dan untuk pembukaan pendaftaran partai politik, akan dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober sampai dengan 16 Oktober 2017.

Demikianlah kami selaku Kuasa Hukum Partai Solidaritas Indonesia sebagai Pemohon dalam perkara ini menyampaikan rangkuman versi permohonan uji materi permohonan Pemohon atas beberapa pasal dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum.

Saya Surya Tjandra, Nasrullah, I Nengah Yasa Adi Susanto, dan Viani Limardi. Terima kasih, Majelis Hakim.

16. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Baik. Terima kasih. Terima kasih. Anda sudah menyampaikan ini secara ringkas di … banyak kami menerima permohonan prioritas, tentu saja kami perhatikan. Tetapi, soal-soal prioritas seperti itu tidak bisa Mahkamah menentukan sendiri karena nanti kan kalau Pemohonnya masing-masing yang banyak itu mengajukan ahli banyak, ya kita ndak bisa juga menyetop. Itu yang jadi persoalan, selalu menjadi persoalan klasik di Mahkamah Konstitusi. Walaupun kami sudah menyarankan, misalnya bahwa bisa enggak kalau ahli yang sama tidak usahlah diajukan lebih, gitu, satu saja. Misalnya, hukum tata negara, cukup satu saja. Bila perlu digabung misalnya dengan … kalau ahli yang lain sudah mengajukan ahli ini, buat apa juga yang lain? Toh juga pasal yang diujikan sama, gitu kan. Kadang-kadang ada logika yang tidak di … apa namanya … yang tidak diikuti yang seperti itu, gitu. Tapi itu kembali lagi, kami hanya bisa menyarankan.

Baik. Silakan, lanjutkan untuk permohonan berikutnya. Ini yang agak berbeda karena dari Aceh. Apakah sudah ada perbaikannya? Silakan.

(12)

17. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017: KAMARUDDIN

Terima kasih, Yang Mulia.

Pertama, kita saran Majelis kemarin ada beberapa perbaikan. Yang pertama adalah tentang pokok permohonan. Yang kedua, berkaitan dengan legal standing atau kedudukan Para Pemohon. Yang selanjutnya, berkaitan dengan petitum.

Yang pertama adalah kita tetap pada Pengujian Pasal 557 ayat (1) huruf a, b, serta ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Rumusannya adalah yang pertama adalah kelembagaan penyelenggara pemilu di Aceh terdiri dari KIP Aceh, kemudian Panitia Pengawasan Pemilu di Aceh. Selanjutnya ayat (2) adalah kelembagaan penyelenggaraan pemilu di Aceh sebagaimana dimaksud tersebut di atas, wajib berdasarkan menyesuaikan peraturan perundang-undangan ini. Ini artinya ada beberapa pasal yang dicabut di dalam Undang-Undang Pemerintahan Aceh.

Pasal-pasal yang mana? Ini juga menjadi persoalan karena sekarang itu menjadi tafsiran, apakah DPRA atau DPRD Tingkat I, ya, masih mempunyai kewenangan untuk melakukan rekrutmen anggota KIP? Dan ini, Majelis, jangan sampai kemudian kita terulang di tahun 2012, terjadinya konflik regulasi dan menjadi persoalan baru di Aceh dan melahirkan konflik sosial, Yang Mulia.

Selanjutnya adalah Pasal 571 huruf d Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum. Rumusannya adalah Pasal 57 dan Pasal 60 ayat (1), ayat (2), serta ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pemerintahan Aceh dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Dan ini sampai saat ini telah terjadi beberapa gesekan opini di Aceh, terutama organisasi mantan kombatan GAM ya atau KPA di Aceh juga akan mengajukan judicial review. Dan saya kira, ini jangan sampai kemudian gesekan-gesekan sosial politik akibat pemberlakuan Undang-Undang Pemilu yang telah mencabut Undang-Undang Pemerintah Aceh dan Undang-Undang Pemerintah Aceh merupakan mandat perdamaian Aceh yang sudah berjalan sekian tahun ini terganggu, Yang Mulia.

Selanjutnya, berkaitan dengan dasar kerugian konstitusional Aceh ya secara umum, ya. Rumusannya adalah Pasal 18 ayat … Pasal 18A ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, itu jelas merumuskan bahwa hubungan kewenangan antarpemerintah pusat, Pemerintah Aceh, provinsi, kabupaten/kota, atau provinsi dan kabupaten/kota diatur dalam undang-undang dengan memerhatikan khususan keberagaman Aceh. Artinya, konstitusi kita sudah menjamin tentang kekhususan beberapa daerah di Indonesia, salah satunya Aceh.

(13)

Selanjutnya, Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “Negara mengakui dan menghormati satu-kesatuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dalam undang-undang.” Ini adalah mandat konstitusi, Yang Mulia.

Saya kira, juga jangan sampai kemudian Mahkamah konstitusi hanya mempermasalahkan persoalan-persoalan teknis, tapi Mahkamah konstitusi saya kira juga mempertimbangkan berkaitan dengan mengadili satu undang-undang dengan konstitusi, Yang Mulia.

Selanjutnya, Pasal 18 ayat (3), pemerintah daerah provinsi kabupaten/kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Saya kira, Pemohon merupakan anggota DPRD Tingkat I atau DPRA yang disebut DPRA di Aceh, itu mempuyai legal standing mengajukan perkara a quo.

Selanjutnya, Pasal 28C ayat (2), setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat bangsa dan negara ini, Yang Mulia.

Selanjutnya, kerugian konstitusional Para Pemohon, Pasal 56 ayat (4) dan (6) Undang-Undang Pemerintah Aceh dengan jelas menyatakan dengan pemberlakuan Pasal 557 ayat (1) huruf a, b, dan ayat (2), serta Pasal 57 huruf d Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Para Pemohon kehilangan hak. Karena di dalam Pasal 56 ayat (4) dan (6) Undang-Undang Pemerintah Aceh, jelas menyebutkan DPRA atau DPRD tingkat I Aceh berkewenangan untuk membentuk tim independent yang bersifat ad hoc untuk menyeleksi KIP Aceh atau KPU Aceh kalau di Aceh, dan mengusulkan anggota KIP terpilih ke KPU.

Artinya, Yang Mulia, selanjutnya kita anggap dibacakan. Kemudian. berkaitan dengan petitum, Majelis menyarankan bahwa ada empat petitum, tapi yang paling perubahan kita adalah yang ketiga, menyatakan Pasal 57 huruf d Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum dinyatakan tetap berlaku.

Saya kira, itu ringkasan kami terhadap perubahan permohonan dengan harapan dan hormat kami ya, sebagai Pemohon dan Prinsipal, dan juga rakyat Aceh memohon kepada Majelis Konstitusi untuk mengadili ini secara adil. Terima kasih, wassalamualaikum wr. wb. 18. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Ya, terima kasih, Ya, baik. Saya kira sudah menjadi lebih jelas apa yang sudah disampaikan sesuai dengan saran Mahkamah pada persidangan sebelumnya. Silakan, untuk Pemohon yang Nomor 62/PUU-XV/2017.

(14)

19. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017: RICKY K. MARGONO

Terima kasih, Yang Mulia. Izinkan saya membacakan resume

perbaikan dan ada beberapa hal ya tambahan, ya yang mungkin tidak ditambahkan dalam situ, tapi disampaikan di dalam permohonan kami, hanya saja memang di dalam resume mungkin Yang Mulia sudah terima, di situ ada tambahan sedikit, Yang Mulia.

Yang pertama adalah terhadap masukan agar memasukkan

AD/ART Partai Perindo yang menyatakan bahwa Ketua Umum dan Sekjen Partai Perindo merupakan individu yang berhak bertindak mewakili Partai Perindo. Perbaikannya, hal ini telah diperbaiki dan dimasukkan oleh Pemohon di dalam poin 11 permohonan.

20. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Sebentar, saya mau tanya. Saudara menyampaikan juga resume

itu kepada Mahkamah?

21. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017: RICKY K. MARGONO

Ya, Yang Mulia.

22. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Kok belum kami terima? Ada? Baik, baik, silakan teruskan, nanti kami cek.

23. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017: RICKY K. MARGONO

Baik, terima kasih, Yang Mulia. Lalu, berikutnya ada masukan agar kembali dilakukan sistematisasi penulisan, perbaikan, sistematisasi penulisan telah kami lakukan. Masukan penggabungan poin 2 dan 3 pada petitum. Perbaikan. Hal ini telah dilakukan dimana saat ini poin 2 petitum berbunyi, “Menyatakan Pasal 173 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6109 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.”

Berikutnya, terhadap masukan bahwa dinyatakan oleh Yang Mulia terhadap permohonan Nomor 62/PUU-XV/2017 sebagaimana tercantum

(15)

dalam risalah persidangan tanggal 5 September 2017, disampaikan bahwa Pemohon telah mendalilkan.

Satu. Bahwa diskriminasi itu harus memberlakukan sama yang sama dan harus memperlakukan berbeda yang tidak sama.

Dua. Mempertanyakan pendapat ahli yang dikutip berkenaan

dengan bersamaan yang dikutip itu.

Tiga. Mahkamah telah memutus seperti itu bahwa yang sama harus diperlakukan sama, tetapi yang berbeda tidak boleh diperlakukan sama.

Perbaikan, mohon izin, Yang Mulia. Bahwa Pemohon tidak pernah mendalilkan sebagaimana yang disampaikan, sebagaimana yang disampaikan dan disebutkan di atas bahwa diskriminasi itu harus memperlakukan yang sama dan harus memperlakukan berbeda yang tidak sama. Adapun pada permohonan kami, kami mendalilkan pendapat Jennings yang berbunyi, “Persamaan di depan hukum mengandung makna bahwa segala sesuatu yang sama, hukumnya harus sama. Dan dilaksanakan dengan cara yang sama, segala sesuatu yang serupa harus diberi pelayanan yang sama,” sebagaimana tercantum dalam poin 42 permohonan.

Selanjutnya, mengenai bunyi putusan Mahkamah yang Pemohon

kutip adalah sebagai berikut.

Pembedaan yang dapat mengakibatkan diskriminasi hukum adalah pembedaan yang dapat menimbulkan hak yang berbeda di antara pihak yang dibedakan. Dengan demikian, hanya pembedaan yang melahirkan hak dan/atau kewajiban yang berbeda saja yang dapat menimbulkan diskriminasi hukum. Hal ini sebagaimana tercantum dalam 50 ... dalam poin 54 permohonan.

Selanjutnya, terkait dengan pertanyaan tentang adanya Pasal 176 yang kita masukkan dalam dalil permohonan, perlu kami jelaskan bahwa dimasukkannya dalam Pasal 176, bukan dalam rangka kami meminta penafsiran terhadap pasal tersebut. Akan tetapi, untuk menggambarkan adanya pembedaan tata cara dan prosedur partai politik untuk menjadi peserta pemilu, dimana untuk peserta pemilu non-2014, diberlakukan Pasal 176, Pasal 177, dan Pasal 178. Tetapi untuk peserta Pemilu 2014 dikecualikan dari Pasal 176, Pasal 177, dan Pasal 178, akibat adanya Pasal 173 ayat (3) yang kami ujikan saat ini.

Selajutnya, disampaikan masukan untuk mempertajam legal standing. Perbaikannya legal standing telah kami ... untuk mempertajam legal standing telah kami lakukan. Demikian resume perbaikan ini kami sampaikan dan kami ucapkan terima kasih atas masukan-masukan yang telah diberikan oleh Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi yang memeriksa Sidang Pendahuluan.

(16)

24. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Baik, terima kasih. Bagus, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh Pemohon karena rupanya saran dari Mahkamah benar-benar diperhatikan dan sudah dilakukan perbaikan. Khusus untuk Pemohon nomor terakhir, Pemohon Nomor 62/PUU-XV/2017, ini ada beberapa Kuasa Hukum yang belum tanda tangan di ininya ... ini perbaikan permohonan.

25. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017: RICKY K. MARGONO

Betul, Yang Mulia, mohon izin. 26. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Ya, artinya ini ... yang bersangkutan masih tetap Kuasa Hukum, ya?

27. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017: RICKY K. MARGONO

Masih tetap, Yang Mulia. 28. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Ya, oke. Tidak masalah karena (...)

29. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017: RICKY K. MARGONO

Mohon izin, Yang Mulia, kebetulan memang ada yang dirawat di rumah sakit kemarin (...)

30. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Ya (...)

31. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017: RICKY K. MARGONO

(17)

32. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Ya, kami hanya ingin memastikan bahwa dia tetap Kuasa Hukum. 33. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017:

RICKY K. MARGONO Tetap.

34. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Karena dalam kuasanya kan, Saudara bertindak sendiri-sendiri maupun bersama-sama kan, boleh. Jadi, tidak masalah sebenarnya walaupun ... hanya kami ingin meyakinkan bahwa yang bersangkutan memang masih tetap (...)

35. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017: RICKY K. MARGONO

Masih tetap, Yang Mulia (...) 36. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Sebagai kuasa. Baik, ini dicatat dalam persidangan. Itu perbaikan-perbaikan yang sudah dilakukan. Nah, saya kira, semuanya sudah melakukannya dengan baik. Apakah dari Yang Mulia, ada? Dengan demikian, maka sekarang kami akan sampai pada pengesahan alat bukti.

Untuk Pemohon 59/PUU-XV/2017, kami sudah memverifikasi alat bukti yang diajukan adalah dari bukti permohonan ... dari bukti P ... yang diberi tanda P-1 sampai dengan P-3. Ada tambahan lagi?

37. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 59/PUU-XV/2017: A. H. WAKIL KAMAL

Cukup, Yang Mulia.

38. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Itu, ya? P-1 sampai P-3. Baik, sudah diverifikasi dan saya ... kami sahkan.

(18)

Kemudian untuk Pemohon Nomor 60/PUU-XV/2017. Bukti yang diajukan adalah P-1 sampai dengan P-15 dan kami sudah periksa, lengkap karena ada juga yang mengajukan di daftar buktinya disebutkan, mungkin entah lupa atau bagaimana, ternyata di bukti fisiknya tidak ada. Tapi ini sudah kami verifikasi 1 sampai dengan P-15, untuk permohonan Nomor 60/PUU-XV/2017. Ada tambahan?

39. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 60/PUU-XV/2017: SURYA TJANDRA

Sementara cukup, Majelis. 40. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Ya, baik. Ya, jadi sudah diverifikasi dan disahkan.

Permohonan Nomor 61/PUU-XV/2017, itu bukti yang diajukan adalah yang sudah kami verifikasi P-1 sampai dengan P-5. Benar?

41. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017: KAMARUDDIN

Ada tambahan, Yang Mulia. 42. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Tambahannya itu yang Anda sampaikan sekarang atau sudah disampaikan?

43. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017: KAMARUDDIN

Sudah disampaikan, Yang Mulia. 44. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Sudah disampaikan.

45. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017: KAMARUDDIN

6 dan 7, Yang Mulia.

(19)

46. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

6 dan 7. Kami ... ini Panitera geleng-geleng ini di belakang, belum ada kami menerima itu.

47. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017: KAMARUDDIN

Sudah disampaikan ketika mengajukan perbaikan permohonan.

48. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Oh, yang di ... yang Saudara masukkan sebagai alat bukti yang ditempelkan di belakang perbaikan itu? Yang bersamaan dengan perbaikan permohonan itu?

49. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017: KAMARUDDIN

KTA Anggota DPRA, Yang Mulia. 50. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Oh, ya, betul.

51. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017: KAMARUDDIN

Ya.

52. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Kartu tanda anggota DPRA yang ... ini maksudnya, kan?

53. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017: KAMARUDDIN

Ya, Yang Mulia.

54. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Sama yang ini?

(20)

55. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017: KAMARUDDIN

Ya, betul, Yang Mulia.

56. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Ya, baik. Dengan demikian, ini pun sudah kami verifikasi, cuma dalam penomoran ini belum dimasukkan. Jadi dengan demikian, maka bukti Saudara termasuk yang barusan sudah kami sampaikan itu adalah P-1 sampai dengan P-7, ya?

57. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 61/PUU-XV/2017: KAMARUDDIN

Benar, Yang Mulia.

58. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA Baik, disahkan.

Yang terakhir, Pemohon Nomor 61/PUU-XV/2017, ya ... eh, sori, 62/PUU-XV/2017. Ini buktinya lumayan banyak, 1 sampai dengan P-15, benar? Sampai saat ini belum ada tambahan, ya? Ini sudah kami verifikasi dan dengan demikian disahkan.

59. KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 62/PUU-XV/2017: RICKY K. MARGONO

Terima kasih, Yang Mulia. 60. KETUA: I DEWA GEDE PALGUNA

Demikian, Saudara. Untuk selanjutnya tugas dari Panel Hakim adalah akan menyampaikan laporan ini, menyampaikan hasil persidangan ini dari Sidang Pendahuluan sampai Sidang Perbaikan Permohonan kepada Rapat Permusyawaratan Hakim Pleno 9 Hakim Konstitusi. Nah, selanjutnya RPH inilah yang akan memutuskan kelanjutan dari permohonan ini, termasuk mungkin kalau dilanjutkan dalam persidangan pemeriksaan pembuktian, tentu kemungkinan akan

KETUK PALU 1X

(21)

digabungkan dengan permohonan-permohonan yang lain yang mempunyai objek yang sama, demi efektivitas persidangan. Sebagaimana tadi Pemohon Nomor 1 dan yang berikutnya juga meminta ini permohonan prioritas, kan gitu. Termasuk juga dari Aceh minta yang ini. Kami tentu sangat berharap itu bisa dilakukan dan sekali lagi itu bukan hanya kami yang menentukan, tapi juga tergantung dari Para Pemohon sendiri dan hukum acara yang berlaku tentu saja. Saya kira demikian perbaikan permohonan hari ini.

Kalau tidak ada lagi yang perlu disampaikan, maka sidang perbaikan permohonan ini saya nyatakan ditutup.

Jakarta, 18 September 2017 Kepala Sub Bagian Risalah, t.t.d.

Yohana Citra Permatasari NIP. 19820529 200604 2 004

SIDANG DITUTUP PUKUL 14.36 WIB KETUK PALU 3X

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (1) Per- aturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi sebagaimana telah diubah

Interpretasi tersebut berarti bahwa semakin besar perbedaan tingkat verifikasi yang diminta terhadap laba dibandingkan terhadap rugi, maka semakin tinggi tingkat

Penelitian saat ini menggunakan skala auditor sebagai proksi dari variabel kualitas audit, Net Profit Margin untuk rasio profitabilitas, dan Quick Ratio untuk

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kebiasaan konsumsi fast food, aktivitas fisik (lama tidur, lama menonton televisi, lama main komputer/video

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh faktor psikologi, lingkar lengan atas (LLA), pertumbuhan janin dan berat badan lahir rendah terhadap kejadian gizi

Penelitian tentang Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Dibidang Medis dalam persefektif hukum pidana di Indonesia menggunakan pendekatan yang bersifat yuridis

3 Jaringan relasional AB4 Subkontraktor sering melempar tanggung jawab 0,91020 4 Jaringan relasional AB1 Ketidakjelasan klausul-klausul dalam kontrak kerjasama 0,90449

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Perencanaan Unit Pengolahan Pangan dengan judul: