• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN TEORI"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Ada beberapa pengertian kehamilan dari berbagai sumber, diantaranya : 1) Kehamilan adalah masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari ) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Prawirohardjo, 2007, p.125).

2) Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Hanafiah, 2008, p. 213).

3) Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan, yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (Prawiroharjo, 2008, p. 89).

(2)

b. Kehamilan Trimester III

Menurut Novaria dan Budi (2007) trimester III merupakan masa kehamilan yang dimulai dari usia kehamilan 7 bulan atau 28 minggu sampai 9 bulan atau 40 minggu.

Dalam kurun waktu tersebut terjadi beberapa pertumbuhan janin yang meliputi :

1) Minggu ke 28 sampai 31

Pada minggu ini tejadi perkembangan janin sebagai berikut : a) Janin masih leluasa berputar didalam rahim

b) Berat janin mencapai 1000 gram c) Janin dapat menghisap jari

d) Kulit tipis merah yang ditutupi lemak disebut vernik

e) Pertumbuhan kepala mulai lambat, ukurannya sebanding ukuran tubuh

f) Organ dalam sudah lengkap g) Panjang janin mencapai 35 cm 2) Minggu 32 sampai 33

a) Janin mulai memasuki posisi siap lahir yaitu bokong diatas dan kepala dibawah

b) Janin masih mempunyai cukup ruang berenang bebas menendang dan jungkir balik dalam air ketuban.

c) Kulit janin merah dan keriput d) Panjang janin 40-45 cm

(3)

3) Minggu 34 sampai 35

Perkembangan pada saat ini adalah tersaringnya cahaya yang akan masuk ke dalam rongga rahim. Mata berkembang sepenuhnya dan janin lebih banyak bergerak.

4) Minggu 36 sampai 37

a) Merupakan bayi prematur

b) Menghilangnya kerutan diwajah karena lemak menutupi wajah dan kulit disekeliling bayi

c) Turunnya kepala kerongga panggul d) Panjang janin sekitar 46 cm

e) Berat badan bayi mencapai 2500 gram 5) Minggu 38 sampai 39

Pada minggu ini kepala janin masuk dalam rongga panggul disertai dengan berkurangnya tendangan keras janin

6) Minggu ke 40 dan seterusnya a) Merupakan periode siap lahir

b) Perkembangan janin telah sempurna

c) Kondisi siap siaga untuk persalinan karena tanggal kelahiran sudah dekat

d) Varniks masih ada sampai bayi lahir namun secara umum sebagian lanugo sudah hilang

e) Panjang bayi mencapai 48-50 cm

(4)

Pada saat memasuki tahap kelahiran biasanya didahului dengan rasa sakit. Rasa sakit disebabkan karena kontraksi rahim yang membuka serviks untuk jalan bayi, plasenta dan membranus.

2. Primigravida Trimester III a. Pengertian

Pada trimester ke tiga ini perut ibu sudah membesar, maka para calon ibu sudah akan mempersiapkan untuk kehadiran si bayi baru dalam keluarga. Pada tahap ini dimungkinkan muncul berbagai perasaan emosional yang berbeda-beda. Kegembiraan untuk bertemu bayi baru atau mungkin ada kekuatiran dengan kesehatan bayi. Pada saat ini calon ibu akan mulai berfikir tentang persalinan, dengan tambahan perubahan emosi, tubuh secara fisik juga mengalami perubahan pada trimester akhir ini. Perubahan-perubahan tersebut meliputi sakit punggung karena beban berat tubuh, payudara, konstipasi, pernapasan, sering kencing, masalah tidur, varises, kontraksi perut, bengkak, kram kaki dan cairan vagina. Sehingga pada masa ini perlu persiapan yang sangat matang dari para calon ibu (Suririnah, 2004).

Pada trimester III terjadi lebih mengarah kepada keselamatan dirinya dan bayinya, dimana muncul rasa takut terhadap nyeri, kekhawatiran tentang perilakunya dan kemungkinan ia kehilangan kendali diri selama persalinan, ketidaknyamanan fisik dan gerakan

(5)

janin yang mengganggu istirahat ibu, peningkatan ukuran abdomen serta posisi yang nyaman sulit didapat (Bobak, Lowdermik, Jensen, 2004, p.184).

b. Primigravida

Primigravida adalah ibu yang baru hamil untuk pertama kalinya (chapman, 2006). Biasanya ibu hamil yang pertama kali hamil belum mengetahui tentang tanda-tanda persalinan dan persiapan persalinan karena mereka belum pernah mengalami dan merasakan hal tersebut, sehingga banyak ibu hamil primigravida yang datang ke tempat pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan terlambat dan belum menyiapkan perlengkapan persalinan.

Masa kehamilan adalah masa dari adanya pembuahan (konsepsi) sampai lahirnya seorang bayi. Kehamilan yang normal berlangsung selama 280 hari atau 40 minggu atau 10 bulan, dengan catatan 1 bulan terdiri dari 4 minggu (Saidun, 2001).

Kalangan medis menghitung masa kehamilan sejak menstruasi terakhir, bukan sejak terjadinya pembuahan, sebab yang bisa diketahui pasti adalah hari haid terakhir. Kehamilan terjadi bila pada masa ovulasi diadakan persetubuhan sehingga sel telur dan sel mani (sperma) bertemu. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stress, tetapi berharga karena wanita tersebut menyiapkan diri untuk memberi perawatan dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar (Bobak, Lowdermis, Jensen, 2004).

(6)

3. Tanda-Tanda Persalinan

Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terdiri dari kala I sampai kala IV (Prawirohardjo, 2005, p.180).

Tanda-tanda persalinan adalah sama, walaupun proses persalinannya berbeda pada setiap wanita. Dengan mengetahui tanda-tanda persalinan, anda akan mengerti kapan saat yang tepat untuk pergi ke Rumah Bersalin dan apa saja yang perlu dilakukan (Sholihah, 2008, p.92). Tanda-tanda persalinan meliputi :

a. Mulainya Kontraksi Rahim

Secara umum, pertanda awal bahwa ibu hamil siap melahirkan adalah mengejannya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi disertai rasa mules serta sakit dipinggang dan paha. Ada juga kontraksi yang bukan merupakan tanda akan melahirkan, tanda-tandanya kontraksi ini datang sebelum waktunya dan sehari hanya sekali atau dua kali. Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan menghilang secara teratur dengan intensitas makin lama makin meningkat. Kontraksi terjadi simetris di kedua sisi perut mulai dari bagian atas dekat saluran telur ke seluruh rahim, dan nyeri tidak berkurang dengan istirahat atau elusan. Ketika kontraksi mulai teratur, mulailah untuk menghitung waktunya. Catatlah lamanya waktu antar satu kontraksi dengan kontraksi berikutnya. Persalinan akan terjadi

(7)

bila kontraksi menjadi semakin dekat 40 detik antara kontraksi lainnya. Secara garis besar, proses kontraksi hingga pembukaan ialah : a) Pada kontraksi awal buka 1-3 cm, sang ibu diisyaratkan untuk

bersiap-siap. Suami harus siaga dan segera bersiap ke Rumah Bersalin.

b) Pada kontraksi buka 4-6 cm, seluruh persiapan sudah harus selesai. Bidan akan melakukan tindakan medis awal. Sementara suami sudah harus memilih kamar dimana sang istri nanti akan beristirahat pasca persalinan.

c) Kontraksi rahim akan terus berlangsung sampai buka 10 cm. Pada saat ini disertai rasa sakit, nyeri atau kenceng yang semakin lama semakin meningkat.

d) Kontraksi ini datang dan hilang secara teratur. Apabila kontraksi terjadi setiap 5 menit sekali itu tandanya bayi mulai siap untuk dilahirkan.

e) Pada bagian vagina akan keluar cairan lendir disertai darah karena dorongan kontraksi yang membuka mulut rahim.

f) Karena kontraksi pula, maka ketuban akan pecah dan keluar cairan jernih putih kekuningan dalam jumlah banyak pada vagina.

b. Keluarnya Lendir Berdarah

Sumbatan yang besar pada mulut rahim terlepas sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan bercampur darah. Pengeluaran darah dan lendir dapat terjadi beberapa hari

(8)

sebelum persalinan. Jika terjadi perdarahan yang hebat harus segera datang ke tenaga kesehatan.

c. Air Ketuban Pecah

Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air ketuban. Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi saja sudah pecah, maka sudah saatnya sang bayi harus keluar. Bila ibu hamil merasakan ada cairan yang merembes keluar dari vagina dan keluarnya tidak dapat ditahan tetapi disertai rasa mules atau rasa sakit, bila dipastikan dia mengalami ketuban pecah dini, yakni ketuban pecah sebelum terdapat tanda-tanda persalinan (Indarti, 2006)

d. Persalinan Palsu

Ketika mendekati aterm, banyak wanita yang mengeluh mengalami kontraksi uterus yang terasa nyeri, yang mungkin menunjukkan permulaan persalinan. Tetapi meskipun terjadi kontraksi, kemajuan dilatasi serviks tidak terjadi. Keadaan ini disebut persalinan semu. Disini tidak terjadi triple descending gradient aktivitas uterus. Terjadi aktifitas uterus yang sebaliknya, kekuatan kontraksi bagian bawah uterus hampir sama besar dengan kontraksi bagian atas. Karena itu, dilatasi serviks tidak terjadi dan nyeri karena kontraksi uterus sering dirasakan pada punggung bawah (Liewellyn, 2002).

(9)

Menurut Huliana (2001) tanda –tanda persalinan yaitu : 1. Kontraksi

Pada awal proses persalinan kontraksi akan sering terjadi dan lebih teratur. Selain itu, waktunya lebih lama dan kekuatannya lebih sering dengan kemajuan persalinan. Frekuensi kontraksi minimal 2x dalam 10 menit yang mengakibatkan perubahan serviks (JNPK-KR, 2007, p.89).

2. Pengeluaran darah dan lendir

Selama kehamilan mulut rahim tersumbat oleh gumpalan lendir yang lengket. Pada saat persalinan dimulai, pintu rahim mulai membuka. Gumpalan lendir akan terlepas bersamaan dengan pemisahan dan selaput ketuban dari dinding rahim. Akibatnya darah kecil terputus sehingga darah dan lendir keluar berupa cairan lengket berwarna merah muda dari vagina yang disebut bloody show.

3. Selaput ketuban pecah

Jika air ketuban keluar sebelum tanda-tanda persalinan dengan cara merembes, mengalir atau langsung keluar banyak dari vagina harus segera ketempat pelayanan kesehatan.

4. Rasa Nyeri

Kadang-kadang timbul rasa nyeri pada selangkangan atau bokong akibat masuknya bagian paling rendah janin ke rongga panggul.

(10)

Tanda-tanda persalinan dimulai oleh adanya rasa sakit karena adanya kontraksi his yang datang lebih kuat, sering dan teratur. Keluar lendir darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada servik, terkadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam didapat serviks yang mendatar dan pembukaan jalan lahir sudah ada.

Kebijakan pelayanan asuhan kebidanan

Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam. Obat-obatan esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.

Prosedur Persalinan Normal

1. Melihat tanda dan gejala kala dua

Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter anal membuka.

2. Lima benang merah dalam asuhan persalinan normal

a. Membuat keputusan klinik antara lain pengumpulan data subyektif dan obyektif, diagnosis kerja, penatalaksanaan klinik, evaluasi hasil implementasi tatalaksana.

b. Asuhan sayang ibu dan bayi antara lain, persalinan merupakan peristiwa alami sebagian besar persalinan umumnya akan

(11)

berlangsung normal, penolong memfasilitasi proses persalinan, tidak asing, bersahabat, rasa saling percaya, tahu dan siap membantu kebutuhan klien, memberi dukungan moril, dan kerjasama semua pihak (penolong-klien-keluarga).

c. Pencegahan infeksi antara lain : kewaspadaan standar, mencegah terjadinya dan transisi penyakit, proses pencegahan infeksi instrumen dan aplikasinya dalam pelayanan, budaya bersih dan lingkungan yang aman.

d. Rekam medik (dokumentasi) antara lain : kelengkapan status klien, anamnesis, prosedur dan hasil pemeriksaan fisik, laboratorium dan uji atau penapisan tambahan lainnya, partograf sebagai instrumen membuat keputusan dan dokumentasi klien, kesesuaian kelaikan kondisi klien dan prosedur klinik terpilih, upaya dan tatalaksana rujukan yang diperlukan.

4. Persalinan

a. Pengertian persalinan

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Berbagai perubahan terjadi pada sistem reproduksi wanita dalam hitungan hari dan minggu sebelum persalinan dimulai (Bobak, Lowdermild, Jensen 2004, p. 245).

Persalinan merupakan suatu proses alami yang ditandai oleh terbukanya serviks, diikuti dengan lahirnya bayi dan plasenta melalui

(12)

jalan lahir. Penolong persalinan perlu memantau keadaan ibu dan janin untuk mewaspadai secara dini terjadinya komplikasi. Disamping itu, penolong persalinan juga berkewajiban untuk memberikan dukungan moril dan rasa nyaman kepada ibu yang sedang bersalin (DepKes RI, 2008).

b. Proses Persalinan

1) Tanda-tanda persalinan normal a) Perut mules secara teratur b) Mulesnya sering dan lama

c) Keluarnya lendir bercampur darah dari jalan lahir d) Keluarnya air ketuban dari jalan lahir

2) Tanda-tanda persalinan patologi

a) Perdarahan lewat jalan lahir

b) Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir

c) Ibu tidak kuat untuk mengejan

d) Ibu mengalami kejang

e) Air ketuban keluar dan berbau

f) Ibu gelisah

g) Ibu merasakan sakit yang hebat

Proses persalinan, menurut ( varney et al, 2007) terdiri dari 3 tingkatan atau 3 kala sebagai berikut yaitu :

a. Kala satu persalinan merupakan permulaan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif dan

(13)

diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam. Kala satu dibagi menjadi dua fase yaitu laten dan aktif.

1) Fase laten yaitu adalah periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan 3-4 cm atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase laten berlangsung bagian presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali. Kontraksi terjadi lebih stabil selama fase laten seiring dengan peningkatan frekuensi, 8 durasi dan intensitas dari setiap 10 menit sampai 20 menit, berlangsung 15 detik sampai 20 detik, dengan intensitas ringan. 2) Fase aktif adalah periode waktu dari awal kemajuan aktif

pembukaan hingga pembukaan menjadi komplet dan mencakup fase transisi. Pembukaan umumnya dimulai dari 3-4 cm (atau pada akhir fase laten) hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama dua persalinan.

a) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

b) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.

(14)

c) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

3) Fase transisi selama terjadi, wanita mengakhiri kala satu persalinan pada saat hampir memasuki dan sedang mempersiapkan diri untuk kala dua persalinan. Sejumlah besar tanda dan gejala, termasuk perubahan perilaku, telah diidentifikasi sebagai petunjuk transisi ini. Tanda dan gejala fase transisi diantaranya adalah adanya tekanan pada rektum, berulang kali pergi ke kamar mandi, tidak mampu mengendalikan keinginan untuk mengejan, ketuban pecah, penonjolan dan pendataran rektum dan perinium, bunyi dengkuran pada saat mengeluarkan napas.

b. Kala dua persalinan dimulai dengan dilatasi lengkap serviks dan diakhiri dengan kelahiran bayi. Menurut Depkes RI (2002), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II adalah:

1) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi 2) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya 3) Perineum terlihat menonjol

4) Vulva_vagina dan sfingter ani terlihat membuka 5) Peningkatan pengeluaran lender darah

Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu

(15)

seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1 ½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2002)

3) Kala III (kala pengeluaran uri)

Kala tiga persalinan dimulai dengan saat proses kelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai kala persalinan plasenta. Kala tiga persalinan berlangsung rata-rata antara 5-10 menit. Adapun kala tiga terbagi dalam dua fase yaitu :

a) Pelepasan plasenta adalah hasil penurunan mendadak ukuran kavum uterus selama dan setelah kelahiran bayi, sewaktu uterus berkontraksi mengurangi isi uterus.Pengurangan ukuran uterus secara bersamaan berarti penurunan area pelekatan plasenta. b) Pengeluaran plasenta adalah dimulai dengan penurunan plasenta

ke dalam segmen bawah uterus. Plasenta kemudian keluar melewati serviks ke ruang vagina atas, dari arah plasenta keluar. Menurut Depkes RI (2002) tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup

beberapa atau semua hal dibawah ini : a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.

Sebelum bayi lahir dan miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh (diskoit) dan tinggi fundus biasanya turun

(16)

sampai dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan uterus terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus berada diatas pusat (sering kali mengarah kesisi kanan).

b) Tali pusat memanjang

Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda Ahfeld).

c) Semburan darah tiba-tiba

Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya gravitasi. Semburan darah yang secara tiba-tiba menandakan darah yang terkumpul diantara melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta (darah retroplasenter) keluar melalui tepi plasenta yang terlepas.

Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2002).

(17)

Menurut Depkes RI (2002), manajemen aktif kala III yaitu : (1) Beri oksitosin 10 unit IM waktu dua menit setelah bayi lahir. (2) Lakukan penegangan tali pusat terkrndali.

(3) Segera lakukan masase pada fundus uteri setelah plasenta lahir. 4) Kala IV

Kala pengawasan selama 2 jam setelah plasenta lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama bahaya perdarahan postpartum.

5. Persiapan Persalinan a. Persiapan Persalinan

Kehadiran seorang bayi, pasti akan menimbulkan reaksi pada orang-orang disekitarnya. Agar reaksi ini tidak menjadi prahara, sejak dini orang tua perlu mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menjelang persalinan/kelahiran bayi. Persiapan persalinan meliputi : 1) Persiapan fisik

a) Senam hamil tua

Pada umumnya, sejak trimester ketiga, para ibu telah mempersiapkan diri untuk menyambut kehadiran si buah hati. Dengan demikian penting bagi ibu untuk memelihara kebugaran tubuhnya dengan mencoba latihan ringan, seperti senam hamil. Ibu dapat meluangkan waktu beberapa saat untuk berjalan kaki pada pagi hari untuk melakukan relaksasi.

(18)

Contoh latihan yang bisa dilakukan ibu hamil antara lain : (1) Posisi jongkok

Ini adalah posisi yang dapat dicoba dalam persalinan karena akan memudahkan janin melewati jalan lahir. Latihlah posisi ini setiap hari selama beberapa menit.

(2) Posisi bersila

Ini adalah duduk dengan menyilangkan kaki semampunya pakai alas, atau bersandarlah pada tembok. Dengan mengambil posisi ini, oto-otot ibu akan menguat dan panggul menjadi lentur. Gunakan alat bantu seperti bantal jika posisi ini sulit untuk dilakukan.

b) Gizi yang seimbang

Semakin besar dan tua kehamilan maka semakin banyak asupan yang dibutuhakan oleh ibu dan janinnya. Vitamin sangat dibutuhkan bagi ibu dan janin. Disamping itu, ibu harus ingat bahwa ibu dalam kandungannya sangat membutuhkan makanan yang cukup. Tetapi juga jangan terlalu berlebihan, sebab hal ini bisa mengakibatkan bayi besar dan berpengaruh pada proses persalinan.

c) Istirahat yang cukup

Jika lelah segeralah istirahat, hiperaktifitas gerakan bayi karena ibunya terlalu aktif dapat menyebabkan lilitan tali pusat.

(19)

d) Kursus mengurus bayi

Jauh dari keluarga sebaiknya mangikuti kursus mangurus bayi. Didalam kursus ini, akan diajarkan bagaimana cara mulai memandikan bayi sampai mengurus bayi. Libatkan suami untuk mengikuti kursus, karena hal ini akan sangat membantu nanti. 2) Persiapan Mental

a) Hindari stress

Keadaan emosi yang mudah berubah pada saat hamil tentu saja mempengaruhi orang-orang disekitarnya. Oleh sebab itu, keluarga harus toleransi terhadap perubahan yang dialami. Sikap yang harus diambil adalah dengan jalan mengungkapakan segala perasaan yang dialami, sehingga dengan begitu ibu hamil itu sendiri merasa dihargai.

b) Hilangkan rasa was-was

Rasa was-was wajar terjadi pada setiap ibu hamil, apalagi kehamilan pertama. Berbagai rasa was-was itu dapat dihindari dengan cara memeriksakan secara rutin kehamilannya.

c) Persiapan mental suami dan anak

Selain istri suami dan anak yang lain juga harus siap mental. Dimana mereka merasa diabaikan oleh kehadiran sibuah hati. Ini memicu kecemburuan terhadap anak yang masih dalam kandungan (Sholihah, 2008, pp.23-25).

(20)

Persiapan persalinan merupakan salah satu program pada desa Siaga yaitu desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Dalam program desa siaga dimana para bidan desa, tokoh masyarakat, ikut aktif berperan menangani kesehatan dan membantu persalinan kepada ibu hamil dan ibu melahirkan dan melakukan pemeriksaan ibu (Depkes, 2004).

Beberapa persiapan persalinan yang perlu ibu hamil lakukan yaitu:

a. Ibu hamil harus menayakan kepada bidan atau dokter kapan tanggal perkiraan persalinan.

b. Suami dan keluarga mendampingi ibu hamil saat periksa ke fasilitas pelayanan kesehatan (Puskesmas/RB/ BPS/RS).

c. Suami dan keluarga harus menyiapakan tabungan untuk biaya persalinan nanti.

d. Suami, keluarga dan masyarakat menyiapkan kendaraan atau transportasi jika sewaktu-waktu diperlukan.

e. Ibu hamil harus merencanakan akan melakukan persalinan (Puskesmas/RB/BPS/RS).

f. Ibu hamil akan melahirkan ditolong oleh bidan atau dokter kandungan

di fasilitas pelayanan kesehatan.

g. Ibu hamil harus merencanakan ikut keluarga berencana (KB) dan menanyakan caranya kepada petugas kesehatan.

(21)

h. Suami dan keluarga harus menyiapkan orang yang bersedia menjadi donor darah jika sewaktu-waktu diperlukan.

Ada lima komponen penting dalam rencana atau persiapan persalinan yaitu :

1) Rencana Persalinan

Idealnya suatu keluarga mempunyai kesempatan untuk membuat suatu rencana persalinan. Untuk persiapan persalinan sebaiknya pasangan suami istri mendiskusikannya dengan bidan, dokter atau ahli kandungan yang menangani. Hal-hal yang harus digali dan diputuskan dalam membuat rencana persalinan tersebut meliputi :

a) Tempat Persalinan

Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan jarak tempuh dari rumah. Hal ini menghindari terjadinya kelahiran bayi di tengah perjalanan menuju tempat pelayanan. Jika kelahiran terjadi di rumah bersalin, sebaiknya suami mempersiapkan tempat rujukan untuk mengatasi jika terjadi sesuatu pada ibu bayi pada proses persalinan yang dapat membahayakan ibu dan janin (Huliana, 2001).

b) Memilih persalinan di rumah

Wanita yang memilih untuk melahirkan di rumah mempunyai berbagai alasan untuk keputusan mereka. Beberapa ibu di dalam hatinya merasa bahwa disinilah bayi mereka harus dilahirkan, beberapa lainnya merasa bahwa mereka akan santai di rumah, beberapa sangat menghargai privasi yang bisa mereka dapatkan dirumah dan kebebasan untuk melakukan apa

(22)

yang mereka pilih, lainnya menganggap rumah sakit menakutkan dan mereka takut harus menjalani banyak tindakan medis jika mereka melahirkan disana (Nolan, 2003, p.145).

c) Persalinan di Rumah Sakit

Wanita hamil yang memilih melahirkan di rumah sakit mersa tenang karena banyak dokter dan bidan berjaga di sana, sebagian lainnya merasa bahwa melahirkan dengan peralatan teknologi tinggi lebih aman, sebagian tertarik oleh fasilitas khusus yang ditawarkan rumah sakit misalnya program melahirkan di kolam air, meskipun boleh dikatakan bahwa layanan ini juga bisa didapat dari luar rumah sakit, misalnya dengan menyewa kolam renang (Nolan, 2003, p.145).

a. Perlengkapan untuk persalinan 1) Perlengkapan ibu

a) Kartu periksa hamil

b) Alat mandi seperti handuk besar satu buah, handuk kecil dua buah, sabun, sikat dan pasta gigi.

c) Pakaian ganti seperti:

(1) Baju atasan dengan kancing depan

(2) Kain panjang atau sarung

(3) Kutang

(4) Gurita Ibu

(23)

2) Perlengkapan bayi a) Popok bayi b) Baju Bayi

c) Celana panjang bayi d) Gurita bayi

e) Kaos tangan bayi f) Topi bayi g) Selimut bayi

h) Perlengkapan mandi seperti sabun bayi, bedak bayi dan waslap. 3) Perlengkapan ayah

Menurut Novaria dan Budi (2007) perlengkapan yang bisa dibawa suami saat persalinan adalah :

a) Jam tangan

b) Kartu atau kunjungan pemeriksaan kehamilan, KTP, beserta fotocopinya.

c) Alat mandi seperti sikat gigi, sabun dan pasta gigi d) Makanan kecil

e) Baju ganti

4) Pendamping persalinan

Dukungan suami saat persalinan sangat dibutuhkan. Melahirkan adalah perjuangan yang membutuhkan dukungan suami. Suami dapat memberikan dukungan jauh sebelum saat kelahiran tiba, kehadiran suami menjelang saat persalinan akan membuat istri lebih

(24)

tenang dan lebih siap dalam menghadapi proses persalinan. Apabila memungkinkan, suami sebaiknya menemani istri di ruang bersalin. Kehadiran suami, sentuhan tangannya, doa dan kata-kata penuh motivasi yang diucapkannya akan membuat istri merasa lebih kuat dan tabah menghadapi rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan bayinya (Musbikin, 2005, p.265).

5) Transportasi

Letak tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan dan sulit dijangkau serta ketidakadaan biaya untuk mencapai fasilitas kesehatan merupakan masalah di sebagian besar wilayah di Indonesia, oleh sebab itu penting untuk pengadaan ambulan desa yang bisa memfasilitasi ibu hamil yang perlu dirujuk atau dibawa ke pelayanan kesehatan seperti bidan, puskesmas, ataupun Rumah Sakit, ambulans desa tidak harus dalam bentuk mobil ambulans tetapi dapat berupa alat transportasi lain yang dapat membawa ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan seperti becak, mobil roda empat milik warga yang dipinjamkan (Pusdiknakes, 2003).

6) Biaya

Keluarga sebaiknya dianjurkan untuk menabung sejumlah uang sehingga dana akan tersedia untuk asuhan selama kehamilan dan jika terjadi kegawatan, karena banyak sekali kasus dimana ibu tidak mencari asuhan atau mendapatkan asuhan karena tidak mempunyai dana yang diperlukan untuk persalinan (Pusdiknakes, 2003).

(25)

7) Donor darah

Donor darah juga perlu dipersiapkan untuk persalinan. Ini tambahan darah bisa langsung ditangani, jadi ibu hamil perlu mencari orang yang golongan darahnya sama dan bersedia untuk mendonorkan darahnya (Pusdiknakes, 2003).

8) Pengambil keputusan utama

Sebelum bersalin ibu hendaknya mempersiapkan siapa yang akan mengambil keputusan bila akan dilaksanakan tindakan pada ibu. Biasanya pengambil keputusan utama adalah suami. Dan ibu juga merupakan penambil keputusan kedua bila nanti keputusan utama tidak ada (Pusdiknakes, 2003).

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal, namun sekitar 10-15 % di antaranya akan mengalami masalah selama persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas rujukan, sangatlah sulit untuk menduga kapan penyulit itu terjadi, sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong atau fasilitas pelayanan, harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu untuk melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir (Departemen Kesehatn Republik Indonesia, 2004).

(26)

Pada saat kunjungan antenatalcare, jelaskan bahwa petugas kesehatan, klien dan suami akan selalu berupaya untuk mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan rujukan setiap ibu hamil jika terjadi penyulit. Pada saat terjadi penyulit sering kali tidak cukup waktu dan membuat rencana rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat keputusan dapat membahayakan jiwa klien. Anjurkan pada ibu untuk membahas rujukan dan membuat rencana rujukan dengan suami dan keluarganya serta tawarkan untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan antisipasi rencana rujukan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Selain hal-hal di atas, yang perlu menjadi pertimbangan adalah letak tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas kesehatan dan sulit dijangkau serta ketidakadaan biaya untuk mencapai fasilitas kesehatan merupakan masalah di sebagian besar wilayah di Indonesia, oleh sebab itu penting untuk pengadaan ambulans desa yang bisa memfasilitasi ibu hamil yang perlu dirujuk atau dibawa ke pelayanan kesehatan seperti bidan, puskesmas, ataupun rumah sakit. Ambulans desa tidak harus dalam bentuk mobil ambulans tetapi dapat berupa alat transportasi lain yang dapat membawa ibu hamil ke tempat pelayanan kesehatan seperti becak, mobil roda empat milik warga yang dipinjamkan (Kementrian Pemberdayaan Perempuan RI, 2004).

Sedangkan untuk pengorganisasian ambulans desa disesuaikan dengan kondisi atau kesepakatan masing-masing daerah dan dapat dilakukan dengan penginventarisasian kendaraan di desa yang dapat diikutsertakan, membuat jadwal pendayagunaan kendaraan untuk membawa pasien dan mencari

(27)

dukungan dana dari pengusaha setempat untuk biaya operasional, semua kegiatan tersebut dilakukan oleh Kepala Desa.

6. Tingkat Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia yakni melalui indra penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa dan peraba dengan sendiri. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan mencakup ingatan yang dipelajari dan disimpan dalam ingatan, hal tersebut meliputi fakta, kaidah, dan prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang disimpan dalam ingatan akan digali pada saat yang dibutuhkan melalui bentuk mengingat atau mengenal kembali (Notoatmodjo, 2003, p.121). b. Tingkat pengetahuan

Notoatmodjo (2003, pp.140-142), yang mengutip dari Bloom (1978) tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall). Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

(28)

mampu menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu objek materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap obyek yang telah dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi sebenarnya.

4) Analisis (Analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintensis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan

(29)

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau berdasarkan kriteria yang sudah ada.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2010, p.16-18) terdapat faktor-faktor yang bisa mempengaruhi pengetahuan, diantaranya :

1) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.

2) Paparan media massa

Melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga seorang yang lebih sering berhadapan dengan media massa (televisi, radio, majalah, dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media.

3) Pengalaman

Pengalaman seseorang individu tentang berbagai hal biasa di peroleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.

(30)

4) Sosial Ekonomi

Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal mungkin. Begitupun dalam mencari bantuan ke sarana kesehatan yang ada, mereka sesuaikan dengan pendapatan keluarga.

5) Hubungan sosial

Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan dapat lebih besar mendapatkan informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi media dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal. 6) Perilaku kesehatan

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan masyarakat serta lingkungan. d. Cara memperoleh pengetahuan

Ada berbagai macam cara untuk mencari atau memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, yaitu :

1) Cara tradisional

Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisional dipakai orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya

(31)

metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis (Notoatmodjo, 2005, p.11).

2) Cara coba-salah (Trial and Error)

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan untuk masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan cara coba-coba saja. Di mana metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui cara memecahkan masalah (Notoatmodjo, 2005, p.11).

3) Kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi berikutnya. Dimana pengetahuan, diperoleh berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, otoritas ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2005, p.11) 4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan

(32)

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua pengalaman pribadi dapat menuntut seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan logis (Notoatmodjo, 2005, p.11).

5) Melalaui jalan pikir

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuannya manusia telah menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi dan deduksi (Notoatmodjo, 2005, p.11).

6) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian, dimana cara ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan dan akhirnya diambil kesimpulan umum (Notoatmodjo, 2003, p.11).

e. Cara pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang bertujuan untuk mengetahui atau menanyakan tentang isi

(33)

materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003, p.11). Tingkat pengetahuan yang akan ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang akan kita ketahui, dalam hal ini tentang persiapan menghadapi persalinan.

Jumlah nilai pengetahuan dapat dikategorikan menjadi : 1) Kurang baik = jika nilai <60%

2) Cukup = jika nilai antara 60 – 75% 3) Baik = jika nilai >75%

7. Perilaku a. Pengertian

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007, p.133).

b. Macam-macam perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007, p.134), perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1) Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran

(34)

dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2) Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

c. Model Perubahan Perilaku

Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu (Notoatmodjo, 2007, p.16):

1) Faktor Predisposisi (Presdisposing Factors)

Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan atau keyakinan, nilai-nilai tradisi, tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya.

a) Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap

(35)

objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

b) Sikap

Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2003). c) Kepercayaan atau keyakinan

Dalam bidang kesehatan perilaku seseorang sangat di pengaruhi oleh kepercayaan orang tersebut terhadap kesehatan. Kepercayaan yang dimaksud meliputi manfaat meliputi manfaat yang akan didapat, hambatan yang ada, kerugian, dan kepercayaan bahwa seseorang dapat terserang penyakit (Notoatmodjo, 2003).

2) Faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud faktor pemungkin adalah fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan atau tersedia tidaknya fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Misalnya puskesmas, posyandu, rumah sakit, bidan, dokter dan sebagainya.

(36)

3) Faktor Penguat (Reinforsing Factors)

Yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan.

Berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, ibu hamil memutuskan untuk melakukan persiapan persalinan. Proses melakukan persiapan persalinan dapat dijelaskan oleh Anderson (1974, dalam Notoatmodjo, 2007, pp.215-216) bahwa dalam pelayanan kesehatan terdapat 3 kategori yaitu :

1) Karakteristik Predisposisi (Predisposing Characteristics)

Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai kecenderungan untuk melakukan persiapan persalinan yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi ini dibagi dalam 3 kelompok, yaitu :

a) Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.

b) Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras.

c) Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan terhadap pelayanan kesehatan yaitu dokter, bidan.

(37)

2) Karakteristik pendukung (Enabling Characteristics)

Karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun mempunyai predisposisi untuk menggunakan pelayanan kesehatan, individu tidak akan bertindak untuk menggunakannya, kecuali bila individu mampu menggunakannya. Penggunaan pelayanan kesehatan tergantung kepada kemampuan konsumen untuk membayar. Misalnya melakukan persiapan persalinan, apabila ibu hamil mampu untuk membayar maka ibu hamil akan melakukan persiapan persalinan tersebut.

3) Karakteristik Kebutuhan (Need Characteristics)

Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Misalnya apabila predisiposisi dan pendukung itu ada, maka ibu hamil akan melakukan persiapan persalinan tersebut.

(38)

B. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat digunakan kerangka teori sebagai berikut :

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo (2007) modifikasi Lawrence Green (1980), Anderson (1974)

Keterangan :

: yang di teliti

: yang tidak di teliti Faktor Predisposisi : 1) Pengetahuan 2) Sikap 3) Keyakinan Faktor Pemungkin   1) Ketersediaan fasilitas kesehatan 2) Sarana prasarana Faktor Penguat 1) Tokoh masyarakat 2) Tokoh agama 3) Sikap dan perilaku

petugas kesehatan

Persiapan persalinan pada ibu hamil

(39)

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005, p.69).

Variable Independent Variable Dependent

Keterangan : Variabel pengganggu Variabel pengganggu tidak di ukur

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan pembuktian untuk penegasan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak, berdasarkan fakta atau ampiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian (Hidayat, 2007).

Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil primigravida

trimester III tentang tanda-tanda persalinan dengan persiapan persalinan.

Persiapan persalinan Pengetahuan ibu hamil

primigravida trimester III tentang tanda-tanda persalinan

1. Sikap 2. Keyakinan 3. Ketersediaan

Referensi

Dokumen terkait

Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif

Kebudayaan yang dimiliki suatu masyarakat dapat diungkapkan melalui karya sastra, dengan menginterpretasikan makna yang terkandung di dalam karya sastra tersebut. Karya sastra

STRUKTUR MODAL, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

 Persamaan diferensial adalah suatu persamaan yang memuat satu atau lebih turunan fungsi yang tidak diketahui..  Jika persamaan diferensial memiliki satu peubah tak bebas

Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak.. dan Gas Bumi (BPMIGAS), dan Direktorat Jenderal Anggaran

Judul : Pengembangan Multimedia Pembelajaran dengan Adobe Director 11 pada Materi Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA) Pokok Bahasan Gerak Melingkar Beraturan.. Nama :

Dari hasil percobaan didapatkan informasi bahwa bagi data pengguna internal jumlah item maksimal yang membentuk suatu pola sekuensial adalah 5-sequences, yaitu (home, rendah)

9 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ditasar, Sutriningsih, dan Ahmad (Ditasari E. et al., 2019), maka dapat disimpulkan bahwa faktor biaya atau harga