• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

7

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Electronic Business

Menurut Kalakota [2001, pXX], e-business merupakan percampuran yang kompleks antara proses bisnis, aplikasi perusahaan, dan struktur organisasi yang penting untuk menciptakan model bisnis yang memiliki kinerja tinggi.

Menurut Ross [2003, 50], e-Business menjelaskan semua hubungan-hubungan bisnis yang ada antara rekan bisnis yang berjalan dan didorong oleh internet.

2.2 Persediaan

Berikut adalah pembahasan teori-teori dari berbagai sumber pustaka yang berkaitan dengan safety stock, lead time, alasan memiliki persediaan, sistem informasi persediaan dan pengendalian persediaan.

2.2.1 Pengertian Safety Stock

Menurut Pujawan [2005, p104], persediaan pengaman (Safety Stock) berfungsi sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun pasokan.

2.2.2 Pengertian Lead Time

Menurut Pujawan [2005, p111], Lead Time merupakan waktu antara perusahaan memesan sampai material atau barang diterima.

(2)

2.2.3 Alasan Memiliki Persediaan

Secara umum alasan untuk memiliki persediaan adalah sebagai berikut : 1. Untuk menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

2. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, misalnya menepati tanggal pengiriman.

3. Untuk menghindari penutupan fasilitas manufaktur akibat : a. Kerusakan mesin

b. Kerusakan komponen

c. Tidak tersedianya komponen

d. Pengiriman komponen yang terlambat

4. Untuk menyanggah proses produksi yang tidak dapat diandalkan. 5. Untuk memanfaatkan diskon.

6. Untuk menghadapi kenaikan harga di masa yang akan datang. [HTTP3]. Menurut Smith [2002, p39], tujuan adanya persediaan adalah :

1. Untuk mempersiapkan ketersediaan produk antara waktu replenishment. 2. Karena persediaan tidak continuous.

3. Sebagai buffer antara proses dalam supply chain. 4. Karena adanya proses atau dalam transit.

5. Sebagai persiapan terhadap hal-hal yang tidak terprediksi dalam permintaan dan penawaran.

2.2.4 Sistem Informasi Persediaan

Sistem informasi persediaan adalah sebuah sistem manusia atau mesin yang terpadu (terintegrasi) untuk menyajikan informasi guna mendukung sistem

(3)

pengendalian persediaan dan pengambilan keputusan dalam sistem tersebut. [HTTP4].

2.2.5 Pengendalian Persediaan

Menurut Pujawan [2005, p100], mengelola aliran material atau produk dengan tepat adalah salah satu tujuan dari supply chain. Aliran yang tepat berarti tidak terlalu terlambat dan tidak terlalu dini, jumlahnya sesuai dengan kebutuhan dan terkirim ke tempat yang memang membutuhkan.

2.3 Supply Chain Management

Pembahasan teori-teori yang berkaitan dengan pengertian supply, supply chain, supply chain management, supply chain management system, tujuan supply chain management, dan keuntungan penerapan SCM.

2.3.1 Pengertian Supply

Pengertian supply menurut Indrajit [2002, p4] adalah sejumlah material yang disimpan dan dirawat menurut aturan tertentu dalam tempat persediaan agar selalu dalam keadaan siap pakai dan ditatausahakan dalam buku perusahaan.

2.3.2 Pengertian Supply Chain

Pengertian Supply Chain menurut Pujawan [2005, p5] adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Pada suatu supply

(4)

chain biasanya ada 3 macam aliran yang harus dikelola yaitu aliran barang, uang dan informasi.

Sedangkan menurut Indrajit [2002, p5], supply chain adalah suatu tempat sistem organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyalur barang tersebut.

2.3.3 Pengertian Supply Chain Management

Menurut Pujawan [2005, p22], SCM adalah metode atau pendekatan integrative untuk mengelola aliran produk, informasi dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak dari hulu ke hilir yang terdiri dari pemasok, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistic.

Menurut Chan Kah Sing [2004, p4], SCM adalah manajemen dan sinkronisasi dari entitas, proses, dan aktifitas untuk memproduksi barang dan jasa bagi pelanggan. Contoh dari entitas adalah pemasok, pabrik, service provider, retailer, distributor, carrier, pelanggan

Menurut Kalakota [2001, p275], SCM adalah koordinasi aliran dari material, uang dan informasi antara semua pihak dalam perusahaan dalam transaksi bisnis. Aliran material melibatkan produk fisik yang mengalir dari pemasok hingga pelanggan melalui rantai pasokan, dan juga aliran sebaliknya (contoh adalah dalam pengembalian barang). Aliran informasi melibatkan transmisi pesanan, dan laporan status pengiriman. Aliran keuangan melibatkan informasi kartu kredit, cara pembayaran, jadwal pembayaran, dan perjanjian.

(5)

Menurut Chaudhury [2002, p416], SCM adalah manajemen dari informasi dan arus material dalam keseluruhan rantai proses. Rantai proses ini terdiri dari pembelian bahan baku atau subassemblies hingga pengiriman barang jadi ke distributor, pengecer, dan pelanggan.

Menurut Simchi-Lee [2003, p1], SCM adalah sekelompok pendekatan yang digunakan untuk secara efisien mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan toko. Jadi barang dapat diproduksi dan didistribusikan sesuai dengan jumlah yang tepat, di lokasi yang tepat, untuk meminimalkan beban keseluruhan sistem dan memuaskan kebutuhan pelayanan berbagai level.

Menurut Philips [2003, p38], SCM dalam arti paling sederhananya adalah manajemen dari aliran produk, informasi dan uang di organisasi.

Menurut Handfield dan Nichols [Ross, 2003, p14], SCM merupakan integrasi dari seluruh aktivitas yang diasosiasikan dengan alur dan transformasi barang-barang dari bahan baku sampai end user, dan juga arus informasinya, melalui hubungan supply chain yang erat untuk mencapai keuntungan kompetitif.

2.3.4 Pengertian Supply Chain Management System

Menurut Haag [2005, p72], SCM system adalah sistem IT yang mendukung aktivitas SCM dengan mengautomatisasikan pelacakan inventori dan informasi diantara proses bisnis dan dalam keseluruhan perusahaan.

(6)

2.3.5 Tujuan Supply Chain Management

Menurut Pujawan [2005, p29], Supply Chain bertujuan untuk menyediakan produk yang murah, berkualitas, tepat waktu dan bervariasi.

Menurut Chaudhury [2002, p417], SCM bertujuan untuk menekan biaya shipment, produksi, dan penyimpanan. Tujuan kedua adalah untuk memaksimalkan nilai bisnis perusahaan dengan cara merespon perubahan pasar dan lingkungan kompetitif secara cepat dan fleksibel jadi dapat menyampaikan produk yang tepat ke pelanggan yang tepat dan pada waktu yang tepat. Hal ini biasa dikenal sebagai Eficient Customer Response (ECR).

2.3.6 Keuntungan Penerapan Supply Chain

Keuntungan menerapkan supply chain menurut Indrajit [2002, p4] adalah: 1 Mengurangi inventori barang.

Inventori merupakan aset perusahaan yang berkisar antara 30%-40% sedangkan biaya penyimpanan barang berkisar 20%-40% dari nilai barang yang disimpan.

2 Menjamin kelancaran arus barang.

Rangkaian perjalanan dari bahan baku sampai menjadi barang jadi dan diterima oleh pemakai/pelanggan merupakan suatu mata rantai yang panjang (chain) yang perlu dikelola dengan baik.

3 Menjamin mutu.

Jaminan mutu juga merupakan serangkaian mata rantai panjang yang harus dikelola dengan baik karena mutu barang jadi ditentukan tidak

(7)

hanya oleh proses produksi tetapi juga oleh mutu bahan mentahnya dan mutu keamanan dalam pengirimannya.

2.3.7 Kegiatan pada Supply Chain

Seorang professor di Wharton School, The University of Pensylvania, [Kalakota, 2005, p16] membuat klasifikasi kegiatan pada supply chain menjadi dua, yaitu kegiatan mediasi pasar yang terdiri dari riset pasar, pengembangan produk, penetapan harga diskon dan pelayanan harga jual. Kegiatan kedua adalah kegiatan fisik yang terdiri dari sourcing (mencari bahan baku), produksi, penyimpanan material / produk, distribusi / transportasi, dan pengembalian produk (return).

Menurut Pujawan [2005, p8-9], apabila mengacu pada perusahaan manufaktur, kegiatan utama pada SCM adalah kegiatan merancang produk baru, kegiatan mendapat bahan baku, kegiatan merencanakan produksi dan persediaan, kegiatan melakukan produksi, kegiatan melakukan distribusi / pengiriman.

Tabel 2.1 Lima bagian utama dalam sebuah perusahaan manufaktur yang terkait dengan fungsi-fungsi utama supply chain.

Pujawan[2005, p9]

Bagian Cakupan kegiatan antara lain

Pengembangan Produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan pemasok dalam perancangan produk baru.

(8)

melakukan pembelian bahan baku dan komponen, membina dan memelihara hubungan dengan pemasok.

Perencanaan & Pengendalian Perencanaan produksi dan perencanaan persediaan.

Operasi / Produksi Eksekusi produksi dan pengendalian kualitas. Pengiriman / Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan

pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman.

Menurut Turban [2000, p201], aktifitas supply chain dapat dipecah menjadi tiga bagian yaitu aktifitas upstream (pembelian material dan layanan dari pemasok), aktifitas internal (produksi dan packaging ) dan downstream (distribusi dan penjualan produk ke distributor dan pelanggan).

Menurut Chaudhury [2002, p31], aktifitas pada SCM adalah logistik, rencana distribusi, dan manajemen gudang.

2.4 Electronic Supply Chain Management (E-SCM)

Menurut Ross [2003, p18], e-SCM merupakan sebuah filosofi manajemen taktis dan strategis yang menghubungkan kapasitas produktif secara kolektif dan sumber daya yang saling bersilangan dalam supply channel melalui internet dalam mencari solusi inovatif dan sinkronisasi dari kemampuan channel untuk menciptakan nilai bagi pelanggan yang unik dan terpersonalisasi.

(9)

Electronic Supply Chain Management (e-SCM) merupakan optimisasi proses bisnis dan nilai bisnis pada setiap sudut perusahaan yang luas, baik dari pemasok hingga pelanggan. [HTTP2].

2.4.1 Internet dan SCM

Menurut Pujawan [2005, p19-21], keberhasilan berbagai supply chain dalam meningkatkan kinerja mereka tidak bisa dilepaskan dari teknologi internet. Internet yang membuat kata-kata kolaborasi, koordinasi dan integrasi menjadi berarti dan bisa terlaksana dalam praktek di lapangan. Dengan adanya internet pihak-pihak pada supply chain bisa membagi informasi serta melakukan transaksi dengan lebih cepat, murah dan akurat. Informasi tingkat persediaan, kapasitas produksi, konfigurasi produk dan sebagainya bisa dengan mudah dibagi lewat infrastruktur internet.

2.4.2 E-procurement dan E-fulfillment

Ada banyak model aplikasi internet dalam konteks SCM. Secara umum ada 2 aplikasi utama yaitu electronic procurement (e-procurement) dan electronic fulfillment (e-fulfillment).

a. E-procurement

E-procurement diklasifikasikan menjadi dua yaitu hubungan jangka pendek (transactional) dan yang mendukung hubungan jangka panjang (partnership). Pada transactional, hubungan terjadi dengan melakukan penawaran harga ke pemasok. Pada partnership hubungan terjadi dengan

(10)

saling berbagi informasi kapasitas dan rencana produksi, informasi tentang tingkat persediaan, serta informasi-informasi lainnnya.

b. E-fulfillment

Kegiatan dari e-fulfillment adalah menerima order pelanggan, mengelola transaksi dan pembayaran, manajemen gudang (pengendalian persediaan produk dan kegiatan administrasi gudang secara umum), manajemen transportasi (keputusan mode dan rute transportasi termasuk di dalamnnya), komunikasi dengan pelanggan (status pesanan), kegiatan reverse logistic (pengembalian produk ke bagian hulu supply chain akibat pengembalian dari pelanggan).

Menurut Ross [2003, p52], e-procurement merupakan otomatisasi dan integrasi dari proses pembelian dengan aplikasi dari software e-procurement dan pertumbuhan pertukaran dagang B2B.

Menurut Ross [2003, p51], e-fullfilment merupakan aktivitas yang secara fisik mengirimkan produk dan layanan yang ditempatkan di jaringan sistem persediaan melalui transaksi e-commerce.

(11)

2.5 Preliminary Steps

Gambar 2.1 Initial e-SCM strategy steps Ross [2003, p131]

Tujuan dari preliminary step adalah berfokus pada perusahaan atas dampak e-business bagi setiap orang baik didalam organisasi maupun rekan kerja dalam jaringan supply chain.

2.5.1 Energize the organization

Persiapan organisasi untuk e-SCM membutuhkan dua inisatif SDM [Ross, 2003, p131-132] yaitu :

Strategy Decision

Opportunity Identification

Supply chain Value Assessment

Enterprise Vision

(12)

1. Mendapat dukungan top manajemen dan mengintegrasikan bisnis dengan teknologi e-SCM. Hal-hal yang dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari top management, yaitu :

SCM dan edukasi e-business  Berperan sebagai sponsor

 Mengembangkan sebuah strategi SCM

 Mengembangkan sumber daya manusia perusahaan  Investasi peningkatan dalam supply chain

2. Mempersiapkan pengembangan strategi e-SCM.

Menurut Manheim [Ross, 2003, p132], ada 6 faktor pendorong yang digunakan untuk mengintegrasikan e-SCM dan orang. Faktor pendorong pertama berperan sebagai fondasi dari strategi bisnis. Lima berikutnya merupakan faktor pendukung yang menguatkan faktor pertama.

a. Meningkatkan cara orang bekerja.

b. Membangun proses multienteprise yang kuat dengan dukungan IT yang cukup.

c. Menyeimbangkan peran antara orang dan teknologi.

d. Mengatur proses multienteprise secara fleksibel dan dinamis. e. Mengatur pengetahuan strategis.

(13)

2.5.2 Visi perusahaan

Menurut Ross [2003, p133], visi perusahaan mendefinisikan perilaku dari kemampuan persaingan yang dimiliki dalam infrastruktur yang sekarang dan dijaringan supply chain. Tujuan dari proses ini adalah untuk memperdalam tingkat kesadaran, akan pentingnya e-bisnis bagi perusahaan. Langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun e-SCM yang efektif dan bagaimana menterjemahkannya ke dalam proses yang lebih spesifik yang didasarkan pada internet.

2.5.3 Supply Chain Value Assessment (SCVA)

Menurut Ross [2003, p135], ada tiga langkah mendasar dalam menilai nilai supply chain, yaitu :

1. Membentuk kolaborasi tim yang terdiri dari perusahaan dan rekan kerja supply chain. Operasi dasar dari tim adalah mengintegrasikan supply chain, proses bisnis, dan pengetahuan e-bisnis. Kewajiban tim untuk mengidentifikasi masalah dalam perusahaan dan supply chain bisnis, mempersiapkan model as-is dari proses kompetitif, dan mulai merincikan dampak pendekatan evolusi dan revolusi untuk menggunakan e-bisnis bagi keuntungan kompetitif.

2. Tim SCVA memecahkan penemuan mereka ke dalam KPI (key performance indicators) dan peluang jaringan supply. Tim memulai untuk mengivestigasi dan merincikan pendekatan solusi, halangan dan resiko dan tolak ukur untuk memvalidasi performance masa depan.

(14)

3. Tim SCVA mulai mencocokkan KPI dengan aplikasi internet yang ditawarkan untuk menentukan point-point keputusan, profil dari resiko, faktor utama resiko, matrix outcome, proses penambahan nilai pada dampak, kompetensi yang dibutuhkan, dan dampak keseluruhan dari supply chain dan organisasi.

Menurut Kalakota [2001, p206], kerangka kerja bisnis pada SCM terdiri dari banyak aplikasi yang bisa digolongkan ke dalam dua grup yaitu supply chain planning (SCP) dan supply chain execution (SCE).

a. Supply Chain Planning

Gambar 2.2 Supply Chain Planning Kalakota [2001, p206] Advance Scheduling Order Demand Commitment Planning Distribution Transportation Planning Planning Customer Order

(15)

Terdiri dari lima elemen yaitu advance scheduling, demand planning, order commitment, distribution planning, dan transportation planning. Aplikasi SCP yang fleksibel harus dapat melakukan evaluasi strategi perencanaan seperti : 1. Profitable to Promise

Pesanan pelanggan dapat diterima saat ini atau tidak. 2. Available to Promise

Inventori yang dibutuhkan untuk memenuhi pesanan telah tersedia. 3. Capable to Promise

Kapasitas produksi yang telah ditetapkan dapat memenuhi pesanan pelanggan.

(16)

b. Supply Chain Execution (E-Fulfillment)

Proses Penyetokan

Proses perencanaan pemesanan Proses Produksi

Proses distribusi

Gambar 2.3 Supply Chain Execution Kalakota [2001, p209] Terima dan proses pesanan Konfir masi pesana n Rencana pemenu han kebutuh an Ketersediaan bahan baku Alokasi bahan baku Menjawalkan produksi Menjad walkan distribus i Memuat Barang Menjadwal kan pengiriman Layanan pelanggan Rencana inventori Rencana kapasitas sourcing

(17)

Aplikasi SCE mengautomatisasikan rencana pesanan, produksi, penyetokan kembali, dan distribusi.

2.5.4 Opportunity Identification

Menurut Ross [2003, p135-136], pada langkah ke empat ini, dilakukan memprioritaskan alternatif-alternatif e-business. Dalam melakukan SCVA ini, dilakukan dengan membagi inisiatif dalam evolutionary dan revolutionary model. Pemetaan ini memungkinkan perusahaan untuk memulai proses dalam menentukan jenis dari implementasi e-SCM yang mereka inginkan, serangkaian peluang kompetitif yang tersedia dan perkiraan biaya rata-rata yang dikeluarkan perusahaan dan supply chain partnernya.

2.5.5 Strategy Decision

Menurut Ross [2003, p137], setelah pemetaan peluang e-SCM selesai, eksekutif perusahaan dapat memulai proses perencanaan. Keputusan ini haruslah berfokus pada keuntungan yang diharapkan.

2.6 Pengembangan Strategi e-SCM

Berikut adalah pembahasan pengembangan Strategi pada e-SCM yang terdiri dari Membangun perencanaan nilai bisnis, Mendefinisikan nilai portofolio, Menyusun Cakupan Kolaborasi, Memastikan keefektifan manajemen dan sumber Penerusan Pertumbuhan Manajemen.

(18)

2.6.1 Membangun perencanaan nilai bisnis

Tujuan dari pembentukan langkah – langkah persiapan untuk pengembangan strategi e-SCM ini adalah untuk memperoleh perencanaan solusi e-business, dampak aplikasi dari salah satu solusi yang akan ada dalam infrastruktur bisnis dan penempatan kompetitif, dan perubahan yang akan dibuat dalam perencanaan supply chain.

Menurut Bovet dan Martha [Ross, 2003, p139-140], perencanaan nilai yang efektif harus dapat merespon tiga kemungkinan nilai service dibawah ini:Super Service

Kemampuan untuk menyediakan service yang handal akan mempertinggi nilai dari gabungan produk / jasa ke pelanggan dan diferensiasi kompetitif penyedia. Dua atribut utama yang diberikan oleh super service adalah kecepatan dan pengiriman yang dapat diandalkan.

 Solusi produk / Jasa

Produk dan jasa yang merupakan komoditas dari alam mempunyai nilai identifikasi yang mudah seperti kepemilikan, ketersediaan, biaya rendah, convenience of acquisition, dan pengenalan level dari kualitas. Sebaliknya, produk – produk yang bukan komoditas dilingkupi oleh nilai pelanggan yang lebih kompleks, seperti barang hak milik, kinerja penyelesaian service, atau kombinasi layanan informasi produk yang unik yang memgijinkan pelanggan merperkaya strategi kompetitif mereka sendiri.

(19)

Sekarang ini, seperti halnya peningkatan pelanggan terhadap solutions sebagai pengganti barang dan jasa, kemampuan provider untuk menawarkan configurable, melakukan customize pilihan-pilihan yang tepat untuk kebutuhan pelanggan meningkat sebagai atribut utama dari strategi kompetitif. Strategi ini dapat direalisasikan dengan mengikuti assemble-to-order (ATO), make-to-assemble-to-order (MTO), atau melalui beragam bentuk dari penangguhan supply chain.

2.6.2 Mendefinisikan nilai portofolio

Menurut Ross [2003, p141-142], untuk menciptakan kemampuan Internet, perusahaan harus dengan teliti meluruskan strategi e-SCM mereka dengan kemampuan operasi untuk secara terus menerus menyediakan barang / jasa yang akan memuaskan kebutuhan unik dari pelanggan. Pengembangan proses yang lebih lanjut harus disusun agar efektif dalam mendukung perencanaan nilai bisnis.

Design

Barang dan jasa secara dramatis telah dipengaruhi secara terus menerus oleh penyusutan daur hidup dan percepatan pengenalan barang / jasa baru. Contohnya, daur hidup dari setiap konsumen barang elektronik Panasonic, seperti CD Players, TV, dan VCR adalah 90 hari.

Cost

Manajemen efektifitas biaya membutuhkan perusahaan yang tidak hanya mendesain produk / jasa dengan penawaran terhadap peningkatan proses

(20)

yang terus-menerus dan pengurangan biaya, tetapi juga memungkinkan untuk menekan waktu yang diambil dari ide konsep untuk menjual.

Services

Sekarang ini, pelanggan khususnya yang menggunakan teknologi berbasis Web, mengharapkan produk-produk mereka dapat disertai dengan matriks layanan nilai tambah. Untuk beberapa produk, packing sering lebih penting untuk pelanggan daripada produk itu sendiri.

Quality

Sekarang ini, pelanggan-pelanggan mengharapkan pemasok mempunyai kemampuan untuk membantu mereka dalam memilih kombinasi yang tepat untuk produk atau menawarkan service. Sebagai contoh, Sistem pemesanan pelanggan pada IBM berisi translator konfigurasi yang berpengalaman yang mana dapat mengkonversi model dan features keputusan yang dibuat oleh pelanggan kedalam produk yang buildable, kemudian menyerahkan konfigurasi ini ke produksi.

2.6.3 Menyusun Cakupan Kolaborasi

Menurut Ross [2003, p143-145], ada beberapa bagian yang menjelaskan bagaimana menentukan cakupan kolaborasi ketika membangun strategi nilai jaringan e-SCM, antara lain :

 Menentukan Dimensi Kolaboratif

Menurut Sawhney dan Zabin, penyiasat-penyiasat dapat melihat kolaborasi ini mempunyai dimensi vertical dan horizontal.

(21)

Dimensi Vertical terdiri dari matriks partner jaringan yang membantu dalam sourcing input bisnis (pemasok) dan pengiriman output (saluran perantara). Dimensi kolaboratif horizontal terdiri dari channel partners yang mempertinggi atau memperkuat nilai portofolio perusahaan dan hubungan dengan pelanggan.

 Intensitas kolaboratif

Menurut Prahalad dan Ramaswamy, level intensitas kolaboratif yang dapat diikuti oleh tim desain strategic adalah Information sharing yaitu kolaborasi partner dalam menukar informasi yang beragam mulai dari data penjualan dan pemesanan hingga level stok.

 Level Teknis

Menurut Treachy dan Dobrin, ada 4 kemungkinan respon teknis untuk menemukan konektivitas guna mendukung strategi kolaborasi salah satunya adalah Visibility, yaitu strategi teknis ini dicari untuk menyediakan pendekatan open systems, dengan jalan tiap informasi seperti jadwal atau pesanan disiarkan ke saluran jaringan atau partner dagang menyediakan kemampuan untuk mengakses data sistem.

2.6.4 Memastikan keefektifan manajemen sumber

Menurut Ross [2003, p148-151], isi dari sumber-sumber perusahaan terdiri dari aset dan kompetensi inti. Secara umum, sumber-sumber ini dapat dibagi kedalam tiga area besar: nilai yang terletak dalam pengetahuan manusia;

(22)

modal yang diinvestasikan dalam aset fisik; dan nilai yang ditemukan dalam aset fisik dan pengetahuan akan pelanggan, pemasok dan partner dagang.

 Pengetahuan Manusia

Dalam lingkungan persaingan yang sangat ketat, bisnis-bisnis telah beralih dari bagian-bagian yang fokus pada Human Resources menjadi jauh lebih strategik dan luas yang fokus pada Human Capital Management(HCM). HCM dapat didefinisikan sebagai gudang pengetahuan manusia dan keahlian-keahlian yang ditemukan dalam organisasi yang akan menciptakan produk, teknologi, sistem, proses dan perhubungan.

 Aset-aset fisik

Aset fisik bisnis adalah yang paling mudah dipahami dan dimanipulasi. Gudang, kantor, sistem informasi, perlengkapan produksi dan transportasi, paten, dan inventaris merupakan contoh dari aset yang nyata.

Aset fisik menyediakan mekanisme dimana perusahaan merubah nilai portfolio menjadi kompetitif barang dan jasa.

Perencana-perencana perusahaan harus menguji rantai nilai dalam upaya untuk mencapai nilai proses dibawah ini:

a. Menempatkan aset fisik dengan informasi yang real-time. b. Mengurangi kompleksitas proses.

c. Mengurangi perubahan-perubahan partner supply.  Manajemen sumber jaringan bisnis

(23)

Jaringan partner dagang memperbesar keuntungan kompetitif dengan menyediakan 2 sumber yang kritis: aset fisik seperti gedung dan inventaris, dan kompetensi inti seperti desain dan keahlian proses.

Beberapa dimensi penting yang memberi pengaruh pada sumber daya jaringan partner bisnis adalah sebagai berikut:

a. Sinkronisasi produksi dan pengiriman

Integrasi konektifitas yang erat diantara partner bisnis akan secara dramatis mempertinggi kemampuan nilai pasar disekelilingnya yang dapat mempertinggi kecepatan, kemampuan untuk dipercaya, waktu yang tepat dan efisiensi.

b. Menciptakan solusi kolaboratif

Kolaborasi yang benar terjadi ketika setiap orang susunan jaringan menerima nilai yang telah disetujui.

2.6.5 Penerusan Manajemen Pertumbuhan

Menurut Forrester [Ross, 2003, p151-154], pertumbuhan e-Business sekarang ini telah hancur, dan membutuhkan eliminasi atau modifikasi pengukuran tradisional, seperti ROI, sesuai dengan statitik yang ada.

Masalah utamanya adalah teknik Web sering diimplementasi secara sembarangan, tanpa adanya metode yang tepat untuk melukiskan nilai keuntungan dan pertumbuhan yang harus dicapai untuk waktu dan biaya.

Untuk menyempurnakan komponen akhir dari nilai proses strategis jaringan, penyiasat-penyiasat korporasi harus mempertimbangkan area yang berfokus pada nilai Supply Chain, yaitu pembentukan strategi e-SCM yang akan

(24)

mempengaruhi jaringan supply untuk menghasilkan nilai bagi perusahaan harus secara dramatis memenuhi komitmen dari level tertinggi, kolaborasi, integrasi, dan sinkronisasi dari karakteristik hubungan channel yang berfokus pada manajemen biaya.

2.7 Customer and Service Management

Customer and Service Management merupakan bagian dari CRM. Menurut Greenberg [Ross, 2003, p167], CRM adalah sebuah sistem lengkap yang :

a. Menyediakan alat dan metode untuk meningkatkan pengalaman pelanggan individual, sehingga menjadi pelanggan setia.

b. Menyediakan alat-alat fungsional dan teknologi yang bertujuan untuk mengidentifikasi, menangkap dan mempertahankan pelanggan.

c. Menyediakan pandangan yang menyeluruh mengenai pelanggan.

2.7.1 CRM dan Internet Sales

Menurut Ross [2003, p179], beberapa fungsi aplikasi dasar yang tersedia di CRM dan Internet Sales adalah sebagai berikut:

On-line catalogs

Menyediakan peluang kepada pelanggan untuk melakukan perbandingan produk, harga, dan jasa yang ditawarkan.

(25)

On-line order processing

Merupakan bentuk e-CRM yang dikenal secara meluas. Menyediakan kemampuan untuk melakukan akses ke informasi produk, harga, dan pemesanan.

On-line order configurability

Memungkinkan pelanggan untuk mendesain produk sesuai dengan yang mereka inginkan.

Lead capture and profiling

Menyediakan detil data penjualan pelanggan dan informasi profile yang digunakan untuk personalisasi website dan follow-up bagian Marketing.Literature fulfillment

Menyediakan akses yang mudah bagi pelanggan untuk mendapatkan informasi produk.

2.7.2 Sales Force Automation (SFA)

Menurut Ross [2003, p180-181], ada beberapa fungsi-fungsi dari SFA : • Contact Management

Fungsi dasar dari software ini adalah untuk memungkinkan mengorganisasi dan memanajemen data pelanggan, seperti alamat, nomor telepon, gelar, dan lain-lain. Menurut Dyche [Ross, 2003, p181], nilai dari Contact Management dari CRM adalah untuk melakukan pelacakan tidak hanya dimana pelanggan berada, tetapi juga siapa mereka.

(26)

Account Management

Aplikasi Account Management didesain untuk menyediakan informasi secara mengenai aktivitas-aktivitas dari sales yang dapat diakses setiap saat. Sebagai tambahan, manajer dapat secara efektif dapat mengembangkan dan memberikan tugas kepada tim sales dan marketing di lapangan yang sesuai dengan karakteristik pelanggan.

Knowledge Management

Aplikasi ini dapat berperan sebagai tempat penyimpanan untuk semua bentuk informasi yang akan memudahakan untuk ditambahkan dan direferensikan melalui tools on-line seperti Lotus Notes dan Browser berbasis web.

2.7.3 E-CRM Marketing

Menurut Ross [2003, p184], komponen dari E-CRM Marketing yang salah satunya disebut EMA (Enterprise Marketing Automation) adalah Marketing Events. Marketing Events memungkinkan pemasar dapat menyebarkan informasi terbaru marketingnya secara on-line.

2.7.4 Customer Service Management (CSM)

Menurut Ross [2003, p185], teknologi yang sering digunakan dalam pelayanan CSM (Customer Service Management) adalah Internet call management. CSM mengatasi frustasi dari pelanggan dengan pelayanan pada websitenya yaitu on-line chatting dengan perwakilan perusahaan.

(27)

2.8 Manufacturing and Supply Chain Planning

Aplikasi manufacturing dibagi menjadi 3 yaitu Manufacturing planning, Production dan process management,dan Plant maintenance.

2.8.1 Manufacturing planning

Menurut Ross [2003, p211], kemampuan untuk merencanakan, menjadwalkan, mengkomunikasikan dan mengatur interaksi antar departemen yang penting untuk mengolah bahan baku menjadi barang jadi merupakan komponen yang paling dikenal dalam aplikasi manufacturing sekarang. Sistem yang dapat membantu dalam manufacturing planning adalah Advanced production and scheduling systems (APS). Tugas dari system APS adalah untuk menempatkan batas-batas plant-floor dan memungkinkan optimasi, sinkronisasi, sequencing, dan penjadwalan kebutuhan pabrik dengan kapasitas pabrik individual, dan total kapasitas supply chain. Sistem APS memanfaatkan semua material dan sumber daya dalam sebuah pabrik untuk mengkalkulasikan simulasi dari kemampuan delivery dan batas-batas pabrik.

2.8.2 Production and process management

Menurut Ross [2003, p212], shop floor management pada production dan process management mencoba menggunakan MES (Manufacturing Execution systems), sebuah kelompok aplikasi yang mencakupi pengiriman order, operasi, dan penjadwalan detil, work-in-process (WIP) tracking, penempatan tenaga kerja, pemeliharaan, kualitas manajemen , dan dokumen kontrol, untuk track produksi secara real time. Fungsi utama MES adalah mengontrol dan

(28)

mengkoordinasi work cell dan peralatan pengontrol untuk mengoptimasi pabrik dengan efisien. Sistem MES sebagai pondasi untuk fungsi web base yang menyediakan penglihatan data secara real time dari manufacturing dan memperbaiki operasi supply chain.

2.8.3 Plant Maintenance

Menurut Ross [2003, p213], salah satu keuntungan paling penting dari sistem pabrik yang terintegrasi adalah meningkatnya kapasitas untuk pemeliharaan pabrik, kualitas, dan keamanan. Proses pengontrol manufacturing menyediakan data real-time untuk sistem manajemen pabrik mendeterminasi status perlengkapan dan kualitas proses.

2.9 Supplier Relationship Management

Menurut Ross [2003, p248], Supplier Relationship Management (SRM) dapat digambarkan dalam dalam fungsi area yang terintegrasi yaitu EBS backbone functions, e-SRM service functions dan e-SRM processing.

2.9.1 Backbone Functions

Menurut Ross [2003, p252], backbone berisikan fungsi-fungsi penting sebagai berikut :

1. Procurement History

(29)

Data pada area ini mempunyai jangkauan mulai dari catatan statis seperti transaksi yang lalu, sampai informasi dinamis seperti status PO yang berjalan dan pemasok yang aktif serta sumber-sumber berkas.

2. Akuntansi

Penyelesaian proses pemesanan pembelian diberikan secara langsung kedalam EBS backbone perusahaan untuk pemesanan dan penyesuaian harga, pencatatan invoice dan hutang, manajemen kredit dan keperluan rekonsiliasi keuangan lainnya.

3. Purchasing Planning

Ketika sejumlah permintaan telah diproses melalui processor MRP, maka jadwal perencanaan pemesanan pembelian dapat dibuat.

4. Performance Measurement

Jika sejarah penerimaan dan hutang telah dipenuhi, perusahaan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan pelaporan yang berarti dan pengukuran kinerja yang ditunjukkan oleh nilai hubungan dengan pemasok mereka dan derajat kesuksesan dari inisiatif peningkatan mereka yang terus menerus.

2.9.2 e-SRM Services Functions

Menurut Ross [2003, p253], adapun e-SRM Services Functions adalah sebagai berikut :

1. Supplier Search

Proses pencarian pemasok didapat dari derajat fragmentasi yang tinggi dan aliran informasi yang terputus. Pembeli dapat menggunakan

(30)

teknologi berbasis web untuk memperdalam hubungan yang ada dengan pemasok yang lebih disukai, ketika mengembangkan pencarian mereka untuk pemasok baru dalam skala global.

2. Product Search

Layanan e-SRM menyediakan kreasi, agregasi dan akses internet berjangkauan luas untuk katalog produk dan jasa on-line yang dapat secara signifikan mempertinggi usaha.

2.9.3 e-SRM Processing

Menurut Ross [2003, p256-259], ada beberapa fungsi dari e-SRM Processing, yaitu:

1. Product catalog management

Didefinisikan sebagai pertukaran barang dan jasa melalui pasar elektronik dimana pembeli mempunyai akses virtual storefronts untuk mencari beragam barang dan jasa dengan harga yang paling rendah, berdasarkan pada ketersediaan katalog yang berisi “dynamic content ” yang mana selalu menyediakan harga yang terbaru, informasi produk, dan spesifikasi produk.

2. Purchase Order Generation and Tracking

PO dapat dibuat dengan menggunakan fungsi EBS dan kemudian akan ditransmisikan ke pemasok melalui kertas pesanan atau secara elektronik melalui fax, EDI atau internet.

(31)

3. Logistics

Logistics mempunyai kemampuan untuk menggunakan internet yang mempertinggi layanan, seperti inventory tracking, pemilihan alat pengangkut, manajemen pemasok, manajemen pengiriman, dan manajemen tagihan pengangkutan.

2.10 Logistic Resource Management

Menurut Ross [2003, p292], manajemen sumber daya logistik merupakan proses perpindahan produk dan jasa dari pemasok, manufaktur, dan ke pelanggan melalui internet. Ada dua fungsi utama dalam Logistic Resource Management yaitu Warehouse Management dan Transportation Management.

2.10.1 Warehouse Management

Menurut Ross [2003, p295], Warehouse management systems (WMS) menyediakan fungsi logistik dengan tools baru untuk mengatur dan mengoptimasi dalam pergerakan inventori. Toolset WMS yang sekarang juga terdapat frekuensi radio, integrasi dengan transportasi, produktivitas tenaga kerja, dan laporan kecepatan barang, dan nilai tambah layanan dalam pengemasan.

2.10.2 Transportation Management

Menurut Ross [2003, p295], eksekusi dari fungsi e-sLRM membutuhkan sistem transportasi yang sempurna, akurat, dan tepat waktu, yang menjangkau keseluruhan siklus pemesanan dari tawar menawar hingga pengiriman.

(32)

2.11 Arsitektur Lingkungan e-SCM

Menurut Chaudhury [2002, p419-420], platform IT tradisional (EDI/Electronic Data Interchange), untuk SCM dianggap memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan pada EDI berupa standar yang tidak kompatibel, teknologi yang bergantung pada pemasok, pesan dalam bentuk tekstual, dan integrasi yang sangat sedikit.

Menurut Chaudhury [2002, p423], platform IT yang baru (web) membawa keuntungan dibandingkan dengan EDI, yaitu visibility, Availability to promise, syncronized supply chain, hingga dapat memungkinkan terjadinya collaborative planning, forecasting, dan replenishment (CPFR) dan vendor managed inventory (VMI).

2.12 Manajemen Pengadaan (Procurement)

Menurut Pujawan [2005, p137], tugas dari manajemen pengadaan adalah menyediakan input, berupa barang maupun jasa yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi. Pada perusahaan manufaktur, barang yang harus dibeli oleh bagian pengadaan bisa diklasifikasikan secara umum menjadi bahan baku untuk produksi, capital equipment (mesin dan peralatan jangka panjang lainnya), maintanance, repair dan operating supplies (suku cadang mesin).

Menurut Pujawan [2005, p141], proses pembelian bisa dilakukan melalui proses tender atau pembelian rutin. Proses pembelian rutin biasanya berlaku untuk item-item yang pemasoknya sudah jelas karena sudah ada kesepakatan jangka panjang antara pemasok dengan perusahaan (item yang

(33)

kebutuhannya berulang-ulang, spesifikasi relatif standar). Proses pembelian tender, dilakukan untuk item-item yang pemasoknya masih harus dipilih.

2.13 Manajemen Transportasi dan Distribusi

Menurut Pujawan [2005, p173], pada kebanyakan produk yang kita gunakan, peran jaringan distribusi dan transportasi memungkinkan produk pindah dari lokasi dimana mereka diproduksi ke lokasi konsumen yang sering kali dibatasi jarak yang sangat jauh. Kemampuan untuk mengirimkan produk ke pelanggan secara tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai dan dalam kondisi yang baik sangat menentukkan apakah produk tersebut akhirnya akan kompetitif di pasar. Oleh karena itu, kemampuan untuk mengelola jaringan distribusi merupakan satu komponen keunggulan kompetitif yang sangat penting bagi kebanyakan industri.

Menurut Pujawan [2005, p174], manajemen distribusi dan transportasi memiliki arti yang sama dengan manajemen logistik. Pada dasarnya, managemen logistik memiliki beberapa fungsi yaitu melakukan segmentasi pasar, menentukan mode transportasi yang akan digunakan, melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman, melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman, memberikan pelayanan nilai tambah, menyimpan persediaan, menangani pengembalian (return).

Menurut Haag [2005, p73], logistik adalah sekumpulan proses yang merencanakan dan mengontrol transportasi dan penyimpanan produk dari pemasok hingga pelanggan secara efektif dan efisien.

(34)

2.14 Graphical User Interface

Pembahasan pengertian GUI (Graphical User Interface), dan delapan aturan emas perancangan GUI.

2.14.1 Pengertian Graphical User Interface

GUI adalah metode interaksi grafis antara pengguna dengan komputer dan menjadi faktor penentu kemudahan dalam penggunaan komputer. [ HTTP1 ].

2.14.2 Delapan Aturan Emas Perancangan Antarmuka Pemakai

Menurut Shneiderman [2005, p74], delapan peraturan emas ini adalah prinsip - prinsip mendasar untuk desain interface.

Berikut ini adalah delapan peraturan emas tersebut :

1. Berusaha untuk konsisten. Konsisten yang dimaksud adalah konsisten dalam aksi-aksi dalam situasi tertentu, konsisten menu, warna, layout, font, dan sebagainya.

2. Memungkinkan adanya shortcut. Bagi user yang sudah ahli dalam menggunakan sistem, ia membutuhkan suatu jumlah interaksi yang lebih singkat ini dapat diperoleh dengan shortcut.

3. Feedback yang informatif. Untuk setiap aksi yang dilakukan user terhadap sistem, sistem harus memiliki feedback. Respon sistem terhadap user harus sopan dan jelas.

4. Membuat dialog yang menghasilkan keadaan akhir. Urutan-urutan aksi diatur kedalam group-group aksi tersebut harus dapat memuaskan user.

(35)

41

5. Menyediakan pencegahan error dan penanganan error yang sederhana. Sedapat mungkin, sistem dibuat agar user tidak dapat membuat kesalahan. Jika user membuat kesalahan, sistem harus dapat mendeteksinya dan memberikan instruksi sederhana dan membangun untuk recovery.

6. Mengijinkan pembalikan aksi. Sedapat mungkin semua aksi dapat dibalik. Fitur ini mengurangi kekhawatiran karena user mengetahui bahwa error dapat diabaikan. Bagian pembalikan ini dapat berupa aksi tunggal, data entry atau suatu group aksi yang lengkap.

7. Support Internal Focus of Control. User yang sudah berpengalaman menginginkan suatu perasaan bahwa mereka menguasai sistem dan sistem harus merespon semua keinginan mereka.

8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek. Terbatasnya kemampuan manusia untuk ingatan jangka pendek membutuhkan perhatian yang cukup. Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi frekuensi dan pergerakan window dan dengan waktu pelatihan yang cukup.

Gambar

Gambar 2.1 Initial e-SCM strategy steps Ross [2003, p131]
Gambar 2.2 Supply Chain Planning Kalakota [2001, p206]Advance SchedulingOrder DemandCommitment Planning  Distribution      TransportationPlanning PlanningCustomerOrder
Gambar 2.3 Supply Chain Execution Kalakota [2001, p209]Terima dan proses pesananKonfirmasi pesananRencana pemenuhan kebutuhanKetersediaan bahan bakuAlokasibahan bakuMenjawalkan produksiMenjadwalkan distribusi MemuatBarang Menjadwalkan  pengiriman Layanan

Referensi

Dokumen terkait

Penguatan tata kelola Kurikulum 2013 ngawengku penguatan: (1) tata kerja guru nu sifatna kolaboratif, (2) manajemén sakola ngaliwatan penguatan kamampuh

Nilai indeks keanekaragaman (H’) tertinggi selama penelitian ditemukan pada stasiun 2 periode sampling ketiga yaitu dengan nilai i keanekaragaman yang tinggi

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, yang berjudul: “Pra Rancangan

Setelah kita menelusuri secara singkat sejarah praktek perbankan yang dilakukan oleh umat muslim, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa meskipun kosa kata fikih Islam

Pada tahun 1985 industri keramik Plered mulai berupaya untuk meningkatkan keramik gerabahnya baik secara kualitas dan kuantitasnya ke industri kerajinan keramik hias

Hasil analisis cross sectional approach yaitu perbandingan rasio saham tidur dengan perusahaan sejenis pada tahun 2012, diketahui perusahaan yang memiliki kinerja baik

Hasil penelit ian ini me muat fo kus penelitian pada penerapan metode Matematika Na laria Realistik yang terdiri dari perencanaan dala m metode Matemat ika Na laria

Berdasarkan paparan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Thinking Empowerment by Questioning (TEQ) dengan mind