• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Triwulan I - 2009

Kantor Bank Indonesia

Kupang

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Nusa Tenggara Timur

(2)

K

K

K

A

A

A

T

T

T

A

A

A

P

P

P

E

E

E

N

N

N

G

G

G

A

A

A

N

N

N

T

T

T

A

A

A

R

R

R

Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KBI Kupang melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya.

Kajian ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan, Sistem Pembayaran Regional, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data baik yang berasal dari intern Bank Indonesia maupun dari ekstern, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerja sama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, Mei 2009 Bank Indonesia Kupang

Lukdir Gultom Pemimpin

(3)

D

D

D

A

A

A

F

F

F

T

T

T

A

A

A

R

R

R

I

I

I

S

S

S

I

I

I

HALAMAN JUDUL--- 1 KATA PENGANTAR --- 2 DAFTAR ISI --- 3 RINGKASAN EKSEKUTIF --- 6

MAKRO EKONOMI REGIONAL 1.1 SISI PERMINTAAN --- 13

1.2 SISI PENAWARAN --- 20

BOKS --- 31

PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM--- 35

2.2 INFLASI TAHUNAN (y-o-y) --- 37

2.3 INFLASI 2008 (y-t-d) --- 39 BOKS --- 42 PERKEMBANGAN PERBANKAN 3.1 KONDISI UMUM--- 47 3.2 INTERMEDIASI PERBANKAN --- 48 3.3 KREDIT UMKM--- 53 3.4 PERKEMBANGAN BPR--- 54 SISTEM PEMBAYARAN 4.1 KONDISI UMUM--- 57 4.2 TRANSAKSI RTGS --- 58 4.3 TRANSAKSI KLIRING --- 59 4.4 TRANSAKSI TUNAI --- 60 KEUANGAN DAERAH 5.1 KONDISI UMUM--- 64 5.2 PENDAPATAN DAERAH--- 65

(4)

5.3 BELANJA DAERAH --- 66

TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN

6.1 KONDISI UMUM--- 69 6.2 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN --- 69 6.3 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN --- 72 OUTLOOK PEREKONOMIAN 7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI --- 75 7.2 INFLASI --- 76

(5)

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian, Statistik dan Survei KBI Kupang Jl. Tom Pello No. 2 Kupang – NTT [0380] 832-047 ; fax : [0380] 822-103

(6)

Ringkasan Eksekutif

Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I-2009

PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI

Memasuki tahun 2009, kinerja ekonomi NTT diperkirakan akan

mengalami tekanan meski tetap tumbuh positif. Laju pertumbuhan

ekonomi pada triwulan I-2009 diproyeksikan sebesar 3,59%;y-o-y lebih rendah dibandingkan posisi yang sama tahun lalu 5,91%;y-o-y. Secara sektoral, kontribusi pertanian terhadap pembentukan PDRB masih dominan, khususnya untuk subsektor tanaman pangan, disusul dengan sektor jasa-jasa, sektor perdagangan hotel dan restoran. Tren melambatnya pertumbuhan ekonomi tidak lepas dari pengaruh turunnya laju pertumbuhan sektor-sektor unggulan. Laju pertumbuhan sektor pertanian anjlok dari 6,57% menjadi 3,62%, kemudian sektor perdagangan melemah dari 6,40% menjadi 1,73%. Peningkatan luas lahan maupun produktivitas padi, ubi kayu dan kedelai tidak diikuti dengan komoditi tabama lainnya yang justru mengalami penurunan dibandingkan setahun lalu. Curah hujan yang relatif pendek selama periode masa tanam kali ini menjadi faktor utama, sehingga praktis hanya lahan pertanian di sekitar DAS (Daerah Aliran Sungai) yang dapat bekerja optimal. Bagi sektor perdagangan, hotel dan restoran, di tengah tekanan kondisi ekonomi global saat ini aktivitas konsumsi masyarakat NTT masih tetap mengalami ekspansi meskipun cenderung tertekan. Hambatan dari sisi suplai yang tercermin dari menurunnya aktivitas unloading di Pelabuhan Tenau, berimbas kepada tekanan terhadap harga, sehingga membuat kinerjanya pada awal tahun ini cenderung melambat. Untuk konsumsi durable goods sumber pendanaan diperkirakan berasal dari pembiayaan konsumtif perbankan, yang tumbuh hingga diatas 30% pada bulan Februari 2009 serta pemanfaatan dari excess liquidity (tabungan) yang pertumbuhannya saat ini cenderung tertekan.

Dari sisi penggunaan, peran konsumsi sangat dominan. Tercermin dari

struktur pembentukan PDRB yang diatas 80%. Pergerakan aktivitas konsumsi dapat memberikan efek yang cukup signifikan terhadap kinerja ekonomi secara keseluruhan. Belum pulihnya kemampuan daya beli sebagian masyarakat NTT (terutama pedesaan), menekan laju pertumbuhan kinerja konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga. Hal ini mengakibatkan omset penjualan eceran cenderung mengalami penuruan. Sementara stimulus fiskal yang diharapkan dapat menjadi pemicu (trigger) belum mulai terealisasi

(7)

sebagaimana mestinya. Hal ini mengakibatkan pelaku ekonomi yang sangat bergantung kepada anggaran belanja pemerintah belum dapat melakukan aktivitas secara optimal. Kinerja ekspor baik antar pulau maupun luar negeri bagi Provinsi NTT masih tetap akan diwarnai kondisi defisit. Sedangkan investasi yang diharapkan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable growth) dalam beberapa tahun terakhir kondisinya belum banyak memberikan harapan baru. Permasalahan kepastian hukum maupun dukungan dari sisi ketersediaan infrastruktur belum menunjukan arah perbaikan. Akibatnya tingkat daya serap sektor riil terhadap tenaga kerja di NTT masih belum menunjukan perubahan berarti. Tingkat pengangguran relatif belum menunjukan penuruan, bahkan bukan tidak mungkin bahwa pengangguran di NTT bisa mengalami peningkatan, seiring dengan pemulangan TKI yang bekerja dibeberapa negara tetangga akibat dampak krisis global saat ini.

PERKEMBANGAN INFLASI REGIONAL

Secara tahunan inflasi Kota Kupang pada akhir triwulan I-2009 akan mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya,

menjadi 8,39%;y-o-y. Sepanjang periode triwulan I, tekanan inflasi lebih

dikarenakan tekanan dari sisi suplai, bukan demand. Hal ini tercermin dari peningkatan net inflow uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Kupang, yang mengindikasikan terjadinya kontraksi aktivitas ekonomi di NTT. Hambatan distribusi barang-barang kebutuhan pokok pada triwulan I memang cenderung selalu terjadi, terutama di bulan Januari. Kondisi cuaca yang kurang mendukung untuk aktivitas pelayaran, membuat pasokan barang-barang menjadi terhambat. Kapal-kapal yang sudah tiba pun tidak memungkinkan untuk melakukan aktivitas unloading, mengingat gelombang yang begitu besar. Kondisi tersebut mengakibatkan biaya transportasi menjadi meningkat, karena waktu pengiriman yang semakin lama, ditambah pula dengan efek kelangkaan beberapa komoditi yang mendorong harga bergerak naik. Untuk bulan Januari saja inflasi Kota Kupang melebihi 1% ; m-t-m.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kinerja perbankan di Provinsi NTT baik bank umum maupun BPR sepanjang triwulan I tahun 2009 masih menunjukan perkembangan

positif. Bahkan di tahun 2009 ini terjadi penambahan jumlah bank yang

beroperasi di wilayah NTT yaitu, satu bank umum milik swasta dan direncanakan satu lagi BPR. Walaupun krisis keuangan global mulai mempengaruhi kinerja sistem keuangan di Indonesia, namun hal tersebut belum berpengaruh pada kinerja perbankan di Provinsi NTT. Kemampuan bank umum dalam meningkatkan asetnya masih tetap terpelihara, dimana

(8)

hingga Maret 2009 meningkat 15,53%;y-o-y. Hal serupa juga terjadi pada kegiatan penghimpunan dana masyarakat (DPK), dimana pada triwulan ini masih mengalami perkembangan yang positif sebesar 15,45%;y-o-y. Dari segi pembiayaan, bank umum di NTT juga mencatat pertumbuhan yang menggembirakan dengan 28,67%;y-o-y. Kemudian terkait dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, kondisinya sedikit mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun lalu dari 59,95% menjadi 66,81%. Di samping itu kualitas kredit yang disalurkan relatif terkendali dibawah level 2%.

Belum normalnya aktivitas ekonomi secara keseluruhan selama triwulan I-2009 tercermin dari melonjaknya transaksi net inflow di

Bank Indonesia Kupang. Selama triwulan I-2009 jumlah transaksi inflow

yang tercatat di Bank Indonesia Kupang mencapai Rp 596,39 miliar, meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp 527,55 miliar. Sedangkan transaksi outflow yang terjadi menurun drastis dari Rp 359,75 miliar menjadi Rp 164,24 miliar. Penurunan transaksi uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia Kupang merefleksikan bahwa kinerja ekonomi masih belum optimum.

Transaksi sistem pembayaran non tunai kondisinya relatif sama. Transaksi yang dilakukan dengan menggunakan fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) juga mengalami penurunan dari Rp 420,70 miliar anjlok menjadi Rp 398,09 miliar. Demikian pula untuk transaksi dengan menggunakan fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS). Data RTGS yang tercatat di Bank Indonesia Kupang menunjukkan bahwa selama triwulan I-2009 baru tercatat transaksi sebesar Rp 13,71 miliar.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Kebijakan fiskal bagi provinsi NTT memiliki kontribusi yang penting

bagi pendorong (stimulus) pertumbuhan ekonomi. Ketergantungan

sektor swasta terhadap anggaran belanja pemerintah, baik provinsi maupun pemerintah pusat relatif tinggi. Hal ini dikarenakan perkembangan investasi swasta di NTT dalam beberapa tahun terakhir cenderung stagnan. Berdasarkan tren empat tahun terakhir tingkat realisasi anggaran belanja pada akhir triwulan I diperkirakan berada pada kisaran 10% – 15%, sedangkan tingkat pendapatan relatif lebih baik dengan 20% - 25%.

OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI

Pada triwulan II-2009 diperkirakan perekonomian NTT tetap akan

(9)

penurunan ekonomi dunia saat ini diperkirakan relatif tidak berpengaruh secara signifikan. Penggerak utama ekonomi triwulan mendatang diperkirakan akan berasal dari anggaran belanja pemerintah yang mulai direalisasikan melalui proyek pembangunan fisik maupun yang sifatnya pengadaan. Selain itu kenaikan gaji PNS yang mulai dibayarkan pada bulan April mendatang menjadi insentif tersendiri dari sisi konsumsi yang tentunya akan direspon sisi penawaran melalui sektor perdagangan. Dari sektor primer, triwulan mendatang merupakan periode masa panen bagi komoditi tabama dan sebagian komoditi hasil bumi. Hal ini akan mendorong peningkatan kinerja ekspor secara langsung, mengingat hampir seluruh komoditi asal NTT diantarpulaukan dalam bentuk bahan baku tanpa mengalami proses menuju barang setengah jadi

Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan mendatang untuk wilayah Kota Kupang diperkirakan relatif mengalami penurunan pada

kisaran 7 ± 1%; y-o-y. Keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM

per 15 Januari diharapkan tetap memberikan dampak lanjutan, guna memberikan sinyal positif terhadap tekanan inflasi sepanjang tahun 2009. Meskipun penurunan tersebut diperkirakan tidak akan serta merta langsung ditransmisikan melalui penurunan harga-harga barang di Kota Kupang. Mengingat tingkat inflasi Kota Kupang sangat dipengaruhi inflasi daerah lain (imported inflation).

(10)

Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 10,63 10,45 10,90 8,38 PDRB - Harga Konstan (miliar Rp) 2.808,45 2.937,56 3.026,25 2.748,53 - Pertanian 1.151,97 1.139,45 1.120,75 1.154,38 - Pertambangan dan Penggalian 36,42 37,60 39,38 38,48 - Industri Pengolahan 42,75 44,08 45,08 41,23 - Listrik, gas dan air bersih 10,81 11,44 12,13 10,44 - Bangunan 175,19 184,51 194,53 173,16 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 451,67 485,91 506,25 439,76 - Pengangkutan dan komunikasi 209,15 214,21 219,84 197,89 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa 98,57 104,68 107,67 99,50 - Jasa 631,91 715,68 780,62 593,68

Pertumbuhan PDRB (yoy) 5,32% 5,31% 2,90% 3,59%

Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 2,31 3,94 8,13 1,92

Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 0,50 1,12 0,00 0.00*

Sistem Pembayaran

Inflow (miliar Rp) 175,25 247,34 273,20 596,39

Outflow (miliar Rp) 562,25 683,34 919,40 164,24

Netflow (miliar Rp) -387,00 -436,00 -646,20 432,15

MRUK (miliar Rp) 78,20 88,67 42,75 29,97

Uang Palsu (ribu Rp) 500 100 50,00 100,00

Nominal RTGS (miliar Rp) 10,52 21,30 69,26 13,71

Nominal Kliring (miliar Rp) 441,09 373,84 420,70 398,09 Sumber : Berbagai sumber (diolah)

Keterangan :

1) LPE (Laju Pertumbuhan Ekonomi) PDRB atas dasar harga konstan 2000 2) (y-o-y) = year on year, thn dasar 2002

3) Ekspor data dari Bagian PDIE-BI bln Februari 2009 *

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INFLASI DAN PDRB

Tw.IV-08 Tw.II-08

(11)

PERBANKAN

Bank Umum

Total Aset (Rp Triliun) 8.55 9.53 9.94 9.61

DPK (Rp Triliun) 7.44 7.89 8.00 8.23 - Tabungan (Rp Triliun) 3.37 3.59 4.32 3.82 - Giro (Rp Triliun) 2.43 2.55 1.90 2.54 - Deposito (Rp Triliun) 1.64 1.74 1.78 1.91 Kredit (Rp Triliun) 4.81 5.24 5.40 5.52 - Modal Kerja 1.38 1.50 1.50 1.48 - Konsumsi 3.29 3.58 3.74 3.88 - Investasi 0.15 0.16 0.16 0.16 LDR (%) 64.74 66.42 67.51 66.81 NPLs (%) 1.62 1.64 1.39 1.61

Kredit UMKM (Triliun Rp) 4.78 5.20 5.34 5.45 BPR

Total Aset (Rp Miliar) 48.49 56.22 68.32 75.08 DPK (Rp Miliar) 27.79 33.48 38.89 44.44 - Tabungan (Rp Miliar) 12.08 14.72 17.52 20.34 - Deposito (Rp Miliar) 15.71 18.76 21.38 24.09 Kredit (Rp Miliar) 36.63 43.88 51.48 59.11 - Modal Kerja 18.55 23.65 27.80 32.24 - Konsumsi 17.57 19.63 22.34 24.01 - Investasi 0.50 0.60 1.34 2.86

Kredit UMKM (Rp Miliar) 36.63 43.88 51.48 59.11

Rasio NPL Gross (%) 3.54 3.69 2.61 4.35

LDR (%) 131.78 131.07 132.37 133.01

Sumber : Bank Indonesia Kupang (diolah)

TAB E L INDIK ATOR E K ONOMI TE R P IL IH

Tw.I-09 Tw.III-08

P R OVINS I NUS A TE NGGAR A TIMUR

Tw.IV-08 Tw.II-08

(12)

B

B

B

A

A

A

B

B

B

I

I

I

M

M

M

A

A

A

K

K

K

R

R

R

O

O

O

E

E

E

K

K

K

O

O

O

N

N

N

O

O

O

M

M

M

I

I

I

R

R

R

E

E

E

G

G

G

I

I

I

O

O

O

N

N

N

A

A

A

L

L

L

Memasuki awal tahun 2009, perekonomian Provinsi NTT masih tetap tumbuh positif, meskipun masih dibayangi tekanan. Pada triwulan I-2009 perekonomian NTT tumbuh sebesar 3,59%;y-o-y. Kondisi tersebut relatif lebih baik dibandingkan triwulan IV lalu, namun masih dibawah periode yang sama tahun 2008. Tren melambatnya pertumbuhan ekonomi dibandingkan tahun lalu tidak lepas dari pengaruh turunnya laju pertumbuhan sektor-sektor unggulan. Laju pertumbuhan sektor pertanian anjlok dari 6,57% menjadi 3,62%, kemudian sektor perdagangan melemah dari 6,40% menjadi 1,73%.

Tabel 1.1 Perkembangan Ekonomi Provinsi NTT

Penurunan BBM, diindikasikan belum memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perekonomian NTT. Keputusan pemerintah untuk menurunkan harga BBM belum mampu untuk mengangkat kinerja ekonomi secara keseluruhan. Diperkirakan belum pulihnya kemampuan daya beli sebagian masyarakat NTT (terutama pedesaan), ikut menekan laju pertumbuhan kinerja konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga. Sementara stimulus fiskal yang diharapkan dapat menjadi pemicu (trigger) belum mulai terealisasi sebagaimana mestinya, sehingga mengakibatkan pelaku ekonomi yang sangat bergantung kepada anggaran belanja pemerintah belum dapat melakukan aktivitas secara optimal.

Secara sektoral, kontribusi pertanian (BOKS) terhadap pembentukan PDRB masih dominan, khususnya untuk subsektor tanaman pangan. Disusul dengan sektor jasa-jasa, sektor perdagangan hotel dan restoran. Kondisi struktur ekonomi NTT relatif tidak menunjukan perubahan yang berarti, hanya saja pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa relatif lebih cepat dibandingkan primary sector (sektor ekonomi).

2009 I II III IV I** PDRB (miliar) 2,653.15 2,808.97 2,939.49 3,026.25 2,748.53 y-o-y 5.91% 5.34% 5.38% 2.90% 3.59% q-t-q -9.79% 5.87% 4.65% 2.95% -9.18% NTT 2008

(13)

Hal ini tercermin dari share sektor pertanian yang cenderung menurun, sedangkan di sisi lain dua sektor yang lain justru secara perlahan menunjukkan peningkatan. Dukungan dari sisi permodalan merupakan salah satu pendorong utama, peningkatan kinerja kedua sektor dimaksud.

Grafik 1.1 Tren PDRB Triwulanan

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

1.1 Sisi Permintaan

Dari sisi permintaan, kegiatan konsumsi (konsumsi rumah tangga, swasta, maupun pemerintah) memegang peranan sebagai sentral aktivitas ekonomi. Memang secara tahunan (y-o-y), untuk tahun 2008 konsumsi rumah tangga yang notabene merupakan penggerak terbesar komponen konsumsi, mengalami penurunan laju pertumbuhan. Demikian pula dari sisi investasi. Sejak tiga tahun terakhir selalu mengalami penurunan akselerasi. Sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan konsumsi, maka laju pertumbuhan impor NTT juga cenderung mengalami tren yang sama.

Tabel 1.2 PDRB Sisi Permintaan

I II III IV I** Konsumsi 8.22% 3.57% 3.42% 3.48% 2.75% Investasi 5.11% 3.01% 3.73% 4.81% 1.85% Ekspor 0.88% 2.28% 5.03% 2.35% 3.10% Impor 10.70% 6.20% 6.15% 4.52% 2.30% PDRB 5.91% 5.34% 5.38% 2.90% 3.59% y-o-y 2008 2009 Sumber : BPS Provinsi NTT

(14)

Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

1. Konsumsi

Pertumbuhan (y-o-y) konsumsi NTT mengalami penurunan yang cukup signifikan. Pada triwulan laporan konsumsi hanya tumbuh 2,75%;y-o-y. Sebelum kenaikan BBM (triwulan I-2008) konsumsi bisa tumbuh hingga 8,22%.

Shock kenaikan harga BBM bersubsidi, kontan memberikan dampak kontraksi

terhadap tingkat konsumsi. Kenaikan harga secara umum yang diakibatkan karena second round effect dari peningkatan biaya transportasi menyebabkan tingkat daya beli masyarakat mengalami penuruan. Meskipun pemerintah telah menurunkan kembali harga BBM pada Januari lalu, namun pelemahan daya beli masyarakat diperkirakan masih belum pulih sepenuhnya.

Grafik 1.5 Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.4 Perkembangan Konsumsi

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PT PLN Wilayah NTT

Jika dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya aktivitas konsumsi justru mengalami penurunan 11,22%;q-t-q, kondisi terebut juga sejalan dengan perkembangan indeks riil penjualan eceran pedagang di Kota Kupang yang cenderung menurun selama triwulan I dibandingkan posisi

(15)

Desember 2008. Penurunan aktivitas konsumsi selama triwulan I juga tercermin dari penurunan jumlah bongkar muat di Pelabuhan Tenau. Mengingat sebagian besar aktivitas konsumsi pada dasarnya didominasi oleh konsumsi rumah tangga, perkembangan konsumsi rumah tangga di NTT, bisa terlihat dari tingkat konsumsi untuk kategori rumah tangga .

Sumber : Bank indonesia Kupang

Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan konsumsi, dari sisi perkembangan kredit konsumtif juga mengalami sedikit penurunan. Kredit konsumsi pada triwulan I tahun 2008 tumbuh 34,23%, sedangkan tahun tahun 2009 ini turun menjadi 28,81%, meskipun dari sisi kualitas kredit, pembiayaan konsumtif yang ditunjukan rasio NPLs masih sangat baik dengan 0,53%.

2. Investasi

Pertumbuhan kinerja investasi NTT relatif belum menunjukan perkembangan signifikan. Pada triwulan laporan pertumbuhan investasi di NTT cenderung mengalami penurunan. secara tahunan investasi diperkirakan tumbuh 1,85%;yoy, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 5,11%. Sementara jika dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi kontraksi 12,13%;q-t-q. Ketergantungan terhadap investasi yang dilakukan oleh pemerintah (dana APBN dan APBD) membuat kegiatan timing realisasi anggaran menjadi key point. Sementara disisi lain komposisi alokasi belanja modal dalam APBD 2009 justru mengalami penurunan.

(16)

Sementara investasi yang dilakukan oleh sektor swasta masih perlu ditingkatkan. Sepanjang tahun 2008, pihak BKPMD Provinsi NTT telah mengeluarkan 10 (sepuluh) surat persetujuan untuk melakukan investasi. Dari 10 perusahaan tersebut, terdiri atas 9 perusahaan merupakan perusahaan PMA dan 1 PMDN. Adapun bidang investasi yang dilirik adalah pertambangan, pertanian dan perkebunan (Jatropha, palawija), serta budidaya ikan laut. Namun demikian sampai dengan saat ini praktis baru 1 perusahaan, yaitu PT.

Manhattan Capital Jakarta yang telah melakukan realisasi investasi. Sedangkan

untuk tahun 2009 sampai dengan bulan Februari, belum ada perusahaan PMDN maupun PMA yang melakukan realisasi investasi baru di NTT. Lambatnya kinerja investasi swasta di NTT terefleksikan juga oleh minimnya outstanding pembiayaan perbankan guna keperluan investasi yang hanya Rp 163,84 miliar (dibawah 3%). Selain itu tren penuruan kinerja investasi pada awal tahun, sejalan dengan penurunan jumlah konsumsi semen di wilayah NTT.

Faktor keterbatasan infrastruktur maupun dan aspek kepastian hukum diperkirakan menjadi penghambat laju investasi, khususnya oleh swasta. Sebagai ilustrasi, jaminan ketersediaan jaringan listrik di seluruh wilayah NTT masih belum maksimal. Masih banyak wilayah NTT yang belum menikmati listrik tanpa putus atau sesuai kebutuhan. Padahal perannya sangat vital dalam mendukung aktivitas ekonomi terutama sektor industri. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, tingkat kepastian hukum di NTT masih perlu diperbaiki karena masih kentalnya pengaruh adat dan budaya. Pengembangan

Sumber : BPS NTT diolah

Grafik 1.7 Perkembangan Investasi

2005 2006 2007 2008 PMDN Izin Usaha 2 Nilai (miliar) 19 Tenaga Kerja 58 PMA Izin Usaha 1 2 1 2 Nilai ($ juta) 1.5 2.4 0.4 1.9 Tenaga Kerja 229 45 75 70 Keterangan

Tabel 1.3 Perkembangan Investasi

(17)

sistem pelayanan satu atap bisa dijadikan salah satu opsi perbaikan (one stop

service).

Grafik 1.9 Konsumsi Semen Tahunan Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Investasi

Sumber : ASI Sumber : Bank Indonesia Kupang

3. Net Ekspor

Grafik 1.10 Perkembangan Ekspor-Impor

Sumber : BPS NTT diolah

Defisit Neraca perdagangan provinsi NTT yang direfleksikan melalui PDRB ekspor dan PDRB impor terus mengalami peningkatan. Tingginya tingkat konsumsi masyarakat NTT yang tidak diimbangi dengan kemampuan ekspor, mengakibatkan nilai net ekspor PDRB Provinsi NTT selalu negatif, dan bahkan cenderung meningkat. Tingginya tingkat impor barang konsumsi di NTT disebabkan karena sebagian besar kebutuhan konsumsi masyarakat NTT didatangkan dari Pulau Jawa, Bali, maupun Sulawesi (Makasar). Sementara itu kinerja ekspor NTT masih relatif hanya bergantung pada komoditi-komoditi pertanian dimana bentuk packaging masih dalam bahan

(18)

mentah. Belum lagi sebagian besar ekspor NTT ke luar negeri umumnya diantarpulaukan terlebih dulu menuju Surabaya atau Jakarta, sehingga bila melihat struktur ekspor NTT, komposisi ekspor antarpulau sangat mendominasi.

Grafik 1.11 Perkembangan Arus Barang Pelabuhan

Sumber : Pelindo

Pada triwulan I-2009, kondisi net ekspor NTT mencapai minus Rp 852,04 miliar, meningkat dibandingkan tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 839,36 miliar. Demikian pula jika melihat tren perkembangan arus bongkar muat yang terjadi di pelabuhan Tenau dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah barang yang diangkut dari Pelabuhan Tenau selama tahun 2008 tercatat sebesar 49,22 ribu ton, sedangkan barang yang dibongkar (unloading) tercatat sebesar 334,46 ribu ton. Hal ini sangat menggambarkan bahwa Provinsi NTT sangat bergantung kepada suplai barang dari daerah lain, terutama untuk barang-barang konsumtif.

Bila melihat struktur impor NTT, sebagian besar merupakan impor antarpulau. Dari total nilai PDRB impor selama triwulan I-2009 yang berjumlah Rp 1,70 triliun, diperkirakan lebih dari 98% merupakan impor antar pulau atau sebesar Rp 1,68 triliun. Pada triwulan I-2009 aktivitas impor Provinsi NTT meningkat 2,30%, namun peningkatan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun triwulan I-2008 lalu yang sebesar 10,70%. Bila melihat tren beberapa periode sebelumnya, pergerakan aktivitas konsumsi, akan diikuti pula dengan pergerakan aktivitas impor, terutama impor antar pulau. Sama halnya dengan impor antarpulau yang sebagian besar merupakan barang-barang konsumtif, demikian pula untuk impor luar negeri yang langsung masuk

(19)

ke NTT dalam dua tahun terakhir didominasi oleh produk bahan makanan (beras) yang berasal dari Asia, yaitu : Thailand dan Vietnam. Sedangkan di tahun 2006, kontribusi tertinggi impor berasal dari Australia. Dimana barang-barang yang masuk merupakan alat-alat berat industri pertanian, sejalan dengan berdirinya PT Ade Agro Industri di Kab. Sumba Timur.

Grafik 1.12 Ekspor NTT per Benua Grafik 1.13 Ekspor NTT di Asia

Sumber : DSM BI Sumber : DSM BI

Dari sisi ekspor, pada triwulan laporan nilai PDRB ekspor NTT tumbuh cukup menjanjikan 3,10%;yoy. Kondisi tersebut relatif lebih baik dibandingkan tahun lalu. Sama halnya dengan impor, aktivitas ekspor luar negeri di NTT sebagian besar diantarpulaukan terlebih dulu. Hal ini dikarenakan Provinsi NTT masih belum memiliki kewenangan untuk mengeluarkan SKA (Surat Keterangan Asal Barang), yang merupakan salah satu syarat dokumen ekspor. Jika melihat komposisi negara tujuan ekspor NTT dalam beberapa tahun terakhir, didominasi oleh negara-negara Asia dan Zona Australia. Khusus untuk triwulan I-2009 apabila dilihat lebih detail, negara importir terbesar untuk barang-barang asal NTT adalah Cina. Dari 23,46 ribu ton ekspor barang NTT, 23,12 ribu ton ditujukan ke Cina, sedangkan sisanya dikirim ke Jepang.

Perkembangan ekspor NTT ke Cina menunjukan tren positif sejak tahun 2000. Terutama sejak dilakukan penelitian mengenai kandungan logam Mangan di wilayah NTT. Komoditi ekspor NTT yang selalu rutin dihasilkan adalah rumput laut dan ikan, dimana masing-masing ditujukan kepada negara Cina dan Jepang. Pada tahun 2008 terjadi penurunan ekspor untuk kedua komoditi tersebut. Penurunan tersebut diindikasikan sebagai salah satu dampak

(20)

melemahnya kondisi ekonomi dunia saat ini. Melemahnya aktivitas ekonomi negara-negara tujuan ekspor mengakibatkan turunnya permintaan komoditi tersebut. Namun demikian untuk komoditi hasil perkebunan, menurut informasi dari Dinas Perdagangan Provinsi NTT kondisi permintaan relatif masih baik. Pergerakan harga komoditi di pasar internasional selama triwulan I cenderung membaik, sehingga diharapakan memberikan sentimen positif terhadap kinerja ekspor NTT. Bahkan, Dinas Perkebunan Prov. NTT menaikan target ekspornya di tahun 2009.

1.2 Sisi Penawaran

Dominasi sektor unggulan relatif belum mengalami perubahan. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda ekonomi NTT, yaitu : sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan, sektor perdagangan, hotel & restoran pada triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh positif masing-masing 3,62%;yoy,

Sumber : BPS Provinsi NTT

Grafik 1.15 Ekspor Tujuan Cina Grafik 1.14 Perkembangan Ekspor Perikanan

Sumber : DSM BI Sumber : DSM BI 2009 I II III IV I** Pertanian 6.57% 6.93% 5.14% -1.67% 3.62% Pertambangan 10.05% 9.73% 4.60% -5.36% 9.31% Industri Pengolahan 2.03% 2.84% 0.23% -2.11% 0.08% Listrik,Gas dan Air 4.50% 3.25% 3.08% 3.33% 6.16% Bangunan (konstruksi) 10.28% 8.65% 0.85% -5.31% 1.90% Perdagangan & Hotel 6.40% 3.71% 6.43% 5.14% 1.73% Transportasi & Komunikas 9.31% 8.92% 8.31% 3.73% 2.94% Keuangan dan Persewaan 9.13% 0.75% 0.31% 2.56% 8.44%

Jasa-jasa 1.60% 2.42% 6.63% 11.84% 4.76%

PDRB 5.91% 5.34% 5.38% 2.90% 3.59%

Sektoral 2008

(21)

1,73%;yoy, dan 4,76%;yoy. Sektor-sektor tersebut secara total menyumbang lebih dari 75% angka PDRB pada triwulan I-2009. Pertumbuhan ekonomi NTT tahun sebesar 3,59%;yoy sebagian besar ditopang oleh kinerja sektor pertanian, dimana menyumbang hingga 1,52%, diikuti dengan sektor jasa-jasa sebesar 1,02% yang merupakan refleksi dari peran fiscal policy dala perekonomian NTT.

Grafik 1.16 Struktur PDRB Sektoral Grafik 1.17 Sumbangan PDRB Sektoral

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

1. Pertanian

Sektor pertanian sebagai prime mover perekonomian NTT pada triwulan I-2009 mengalami ekspansi sebesar 3,62%;yoy. Laju pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan didorong oleh kinerja subsektor tanaman pangan sebagai kontributor paling dominan, yang telah memulai masa panen untuk periode musim tanam akhir 2008.

Grafik 1.18 Produksi Padi Sawah NTT

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Grafik 1.19 Produksi Padi Sawah NTT

(22)

Produksi komoditi tanaman pangan (padi) diperkirakan mengalami peningkatan. Berdasarkan angka ramalan (ARAM) oleh BPS Provinsi NTT. Produksi padi sawah akan mengalami peningkatan 30,37% dibandingkan tahun 2008 untuk periode masa panen Januari-April. Peningkatan produksi tersebut selain dikarenakan adanya pertumbuhan luas panen, juga disebabkan oleh peningkatan produktivitas lahan.

Kinerja sektor pertanian NTT masih bisa lebih dioptimalkan. Kemampuan sumber daya manusia NTT (khususnya petani) dalam mengelola sektor pertanian juga masih relatif rendah. Sebagian dari mereka masih menggunakan teknologi tradisional dalam menjalankan usaha tani, seperti : mengolah tanah dengan sistem tebas bakar, menggunakan bibit lokal, jarang atau bahkan tidak mengunakan pupuk/pestisida, mengunakan pola tanam campuran yang tidak beraturan. Bahkan kebun-kebun ada yang tidak dipagar sehingga hewan liar bebas keluar merusak tanaman. Kondisi tersebut sebenarnya telah mengurangi produktivitas lahan yang ada. selain itu mengingat tingkat ketergantungannya terhadap kondisi curah hujan relatif sangat tinggi, maka timing penyaluran saprodi (benih atau obat-obatan) ke petani, serta keterediaan pupuk harus selalu terjamin terutama saat masa tanam sudah mulai tiba.

Grafik 1.21 Kredit Sektor Pertanian

Sumber : Bank Indonesia Kupang Sumber : Pelindo

Grafik 1.20 Pengiriman Ternak dan Ikan

Sampai dengan Februari 2009, kelangkaan pupuk masih terjadi di level pengecer. Seperti yang diinformasikan oleh Kepala Dinas Pertanian, kelangkaan tersebut salah satunya disebabkan oleh peningkatan permintaan petani karena adanya penurunan usur hara tanah, sehinga petani membutuhkan

(23)

pupuk yang lebih banyak guna merangsang pertumbuhan tanaman. Hal ini menyebabkan harga pupuk jenis urea melambung hingga mencapai Rp 85.000,00/karung. Meski mengalami peningkatan produksi padi, pada tahun 2009 Provinsi NTT diperkirakan tetap akan mengalami defisit beras sebesar 198.119 ton. Defisit tersebut akan diantisipasi melalui pengadaan beras oleh Bulog dan beras antarpulau oleh distributor lokal. Selain subsektor tanaman pangan, dukungan sektor pertanian juga berasal dari subsektor peternakan dan perikanan. Provinsi NTT merupakan salah satu penyuplai hewan ternak guna mencukupi kebutuhan nasional, bahkan untuk komoditi perikanan (ikan dan rumput laut) telah diekspor ke Cina dan Jepang.

2. Pertambangan

Sektor pertambangan pada triwulan I-2009 tumbuh 9,31%;y-o-y. Sebagian besar aktivitas pertamabangan di NTT cenderung didominasi oleh penamabangan batu-batuan. Peningkatan aktivitas pembangunan infrastruktur, khususnya jalan akan mendorong peningkatan kegiatan penambangan batu, pasir ataupun kapur di NTT. Saat ini di wilayah Provinsi NTT sedang dilakukan kajian di beberapa titik yang diperkirakan terdapat kandungan Mangan yang berlokasi di Kab Manggarai. Hasil sampling logam mangan tersebut telah diekspor ke Cina oleh PT Arumbai Mangabekti dan PT Prima Mining Manganese untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.

Grafik 1.23 Kredit Sektor Pertambangan Grafik 1.22 PDRB Sektor Pertambangan

(24)

Bahkan terkait komoditi tambang untuk logam mangan, beberapa waktu lalu dilakukan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan konsorsium dari J.S.K. International Co., Ltd. Dan PT. AGB Mining tentang Rencana Pembangunan Pabrik Pemurnian dan Pengolahan Mangan di Kawasan Industri, Bolok, Kupang. Konsorsium yang merupakan gabungan J.S.K. International Co. Ltd. Dari Korea Selatan dan PT. AGB Mining diperkirakan akan mengeluarkan dana sebesar Rp 650 milliar untuk membiayai proyek tersebut.

Potensi material tambang masih banyak yang belum dieksplorasi. Data dari Dinas Pekerjaan Umum, Pertambangan dan Energi Kabupaten Manggarai Timur antara lain menyebutkan bahwa kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Manggarai itu memiliki potensi pasir besi yang sudah terdeteksi sejak lama dan perlu dieksplorasi lebih jauh. Potensi pasir besi itu terdapat di Desa Bamo Kecamatan Kotakomba. Selain pasir besi, Manggarai Timur juga memiliki potensi pertambangan lainnya seperti emas dan logam dasar lainnya di Kelurahan Tanahrata Kecamatan Kotakomba. Untuk bisa mengolah potensi tersebut, pemerintah daerah tentunya membutuhkan investasi, baik berupa tenaga ahli, kajian yang komprehensif, teknologi dan juga investasi dalam bentuk uang (Sumber : Flores Pos). Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit sektor pertambangan oleh perbankan di NTT juga masih minim, 0,06% dari total outstanding kredit posisi Maret 2009 atau senilai Rp. 3,06 miliar. Potensi usaha pertambangan yang masih belum terekspos membuat perbankan masih belum tertarik terhadap usaha sektor ini.

3. Industri Pengolahan

Tekanan terhadap kinerja sektor industri NTT masih berlanjut selama triwulan I-2009. Sejak berhentinya operasional produksi PT. Semen Kupang yang merupakan industri terbesar di Provinsi NTT praktis industri di NTT sebagian besar masih berskala menengah ke bawah, sehingga laju pertumbuhannya cenderung lebih lambat. Selain itu hasil pertanian di NTT, baik yang diperdagangkan (diekspor) maupun untuk konsumsi lokal sebagian besar masih dalam bentuk bahan mentah. Sehingga belum ada pengolahan dala bentuk bahan setengah jadi masih belum optimal. Kondisi tersebut

(25)

mengakibatkan Provinsi NTT kehilangan potensi untuk mendapatkan value

added, karena dinikmati oleh daerah lain.

Pada triwulan I-2009, sektor industri mengalami tumbuh relatif rendah dengan 0,08%;yoy. Kondisi tersebut dibawah pertumbuhan tahun lalu, mengingat PT. Semen Kupang berhenti beroperasi pada bulan April 2008. Lambatnya perkembangan sektor industri bisa dikarenakan kondisi ketersediaan infrastruktur yang masih terbatas, seperti halnya permintaan energi listrik yang tidak jarang masih belum bisa dipenuhi oleh PLN. Lambatnya kinerja perindustrian NTT juga terlihat dari prompt indicator konsumsi listrik industri yang justrucenderung mengalami penurunan.

Grafik 1.26 Kredit Sektor Industri

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Grafik 1.25 Konsumsi Listrik Sektor Industri

Sumber : PLN Wil NTT

Grafik 1.24 PDRB Sektor Industri

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Selain itu, lambatnya perkembangan sektor industri bisa dikarenakan kondisi ketersediaan infrastruktur yang masih terbatas,

(26)

seperti halnya permintaan energi listrik yang tidak jarang masih belum bisa dipenuhi oleh PLN. Lambatnya kinerja perindustrian NTT juga terlihat dari konsumsi listrik industri yang justru cenderung mengalami penurunan. demikian pula dari sisi pembiayaan perbanakan, dimana total outstanding kredit sektor industri sampai dengan akhir triwulan I-2009 hanya 0,34% atau sebebsar sebesar Rp 20,18 miliar.

4. Listrik dan Air Bersih

Sektor listrik dan air bersih pada triwulan laporan tumbuh cukup baik dengan 6,16% ; y-o-y. Pertumbuhan pada triwulan laporan relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya ataupun tahun 2008 lalu. Sektor ini secara keseluruhan sangat bergantung kepada kinerja subsektor listrik. Peningkatan konsumsi listrik selama triwulan I-2009 terjadi pada kelompok rumah tangga dan sektor bisnis. Pertumbuhan kelompok rumah tangga dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas pembangunan rumah tinggal maupun rumah toko (ruko).

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT

Grafik 1.28 Jumlah Pelanggan & Konsumsi Listrik Grafik 1.27 PDRB Triwulanan

5. Bangunan

Pertumbuhan sektor bangunan cenderung melambat. Sebagian besar aktivitas pembangunan di NTT, merupakan bagian dari program kerja pemerintah, sehingga sangat berhubungan dengan struktur alokasi belanja APBD. Pada tahun 2009, alokasi belanja modal justru mengalami penuruan, hal ini diperkirakan ikut berdampak kepada kinerja sektor bangunan. Pada triwulan I-2009, sektor bangunan tumbuh 1,90%;y-o-y. kondisi tersebut jauh dibawah

(27)

pertumbuhan triwulan I-2008 yang mencapai 10,28%;yoy. Lambatnya perkembangan kinerja sektor bangunan juga tercermin dari tingkat pertumbuhan konsumsi semen di NTT. Selain itu melambatnya kinerja sektor bangunan ikut berdampak terhadap pertumbuhan pembiayaan kredit konstruksi.

6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Performance sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan laporan tumbuh relatif rendah dengan 1,73%;yoy. Di tengah tekanan dari sisi harga, sektor PHR masih dapat tumbuh positif. Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran sangat terkait dengan kinerja konsumsi. Melambatnya kinerja konsumsi tentu akan menurunkan aktivitas sektor perdagangan, yang pada akhirnya akan menurunkan volume impor antarpulau.

Grafik 1.30 Kredit Sektor Konstruksi

Grafik 1.32 Konsumsi Listrik Bisnis

Sumber : ASI Sumber : Bank Indonesia Kupang

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PLN Wilayah NTT

Grafik 1.31 PDRB Sektor PHR

(28)

Perkembangan sektor PHR relatif ditentukan oleh subsektor perdagangan. Hal ini dikarenakan kontribusinya sangat dominan hingga diatas 90% terhadap pembentukan PDRB sektor PHR di triwulan I-2009. Hasil SPE oleh KBI Kupang menunjukan pada bulan sejak bulan Desember lalu indeks riil penjualan terus mengalami penurunan hingga bulan Maret. Dampak dari kebijakan pemerintah terhadap penurunan harga BBM pada kenyataannya belum mampu mengangkat daya beli masyarakat NTT. Namun demikian potensi aktivitas bisnis di NTT relatif baik. Hal ini ditunjukan dengan semakin maraknya pembangunan bangunan pusat perdagangan (ruko), yang tentu saja ikut mendorong peningkatan kebutuhan listrik untuk keperluan bisnis.

Sumber : Bank Indonesia Kupang

Grafik 1.33 Kredit Sektor PHR

Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran juga tercermin melalui pembiayaan perbankan. Kredit sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami peningkatan sebesar 33,55% (y-o-y), dengan total outstanding kredit sampai dengan akhir Maret 2009 sebesar Rp. 1,34 triliun atau 23,43% dari total kredit.

7. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan I-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 2,94% (y-o-y). Tumbuhnya sektor angkutan dan komunikasi didorong oleh subsektor angkutan, maupun subsektor komunikasi. Peningkatan aktivitas sektor transportasi salah satunya dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah maskapai penerbangan yang beroperasi di NTT setiap tahunnya. Bahkan di pada tahun 2008 maskapai penerbangan

(29)

Garuda Indonesia telah resmi membuka jalur penerbangan dengan rute Kupang-Denpasar-Jakarta. Rute penerbangan ini mulai diberlakukan pada tanggal 1 Mei 2009. Pembukaan rute baru ini diharapkan dapat semakin mempermudah akses transportasi ke NTT, terutama bagi wisatawan baik mancanegara maupun domestik yang berminat untuk menjadikan provinsi NTT sebagai satu tujuan wisata. Sehingga mampu mendorong perkembangan pariwisata di NTT. Selain transportasi udara, kondisi geografis NTT yang merupakan kepulauan, jalur transportasi laut juga memega peranan penting. Bagi sebagian masyarakat transportasi laut masih tetap menjadi alternatif pilihan, terutama mengingat faktor biaya yang relatif murah.

Grafik 1.34 PDRB Sektor Trans.& Kom

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : Pelindo diolah

Grafik 1.35 Jumlah Penumpang Laut

8. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan

Laju pertumbuhan sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan cenderung melambat. Pada triwulan I-2008 sektor ini tumbuh hingga 9,31%;yoy, sementara tahun ini tumbuh relatif lebih rendah dengan 8,44%;yoy. Dari sisi struktur PDRB sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, subsektor perbankan memberikan peranan paling tinggi, sehingga kinerja sektor ini praktis sangat bergantung pada kinerja perbankan di NTT. Selama triwulan I-2009 kinerja perbankan NTT cukup positif. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya aset, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK) jika dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya. Secara umum kondisi krisis keuangan global belum berdampak pada kinerja perbankan di provinsi NTT.

(30)

Rasio penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun oleh perbankan (LDR) di NTT relatif mengalami peningkatan. Dibandingkan dengan triwulan I-2008 tingkat LDR pada triwulan I-2009 relatif lebih baik, yaitu 66,81%. Sementara dari sisi performance kredit perbankan NTT, sampai dengan triwulan I-2009 rasio non performing loan (NPLs) relatif terjaga, yaitu pada level 1,61%

Grafik 1.36 PDRB Triwulanan Tabel 1.5 Perkembangan Indikator Perbankan

9. Sektor Jasa-jasa

Kinerja sektor jasa pada awal tahun 2009, relatif lebih baik dibandingkan tahun lalu. Pertumbuhan selama triwulan I-2009 diperkirakan mencapai 4,76%;yoy, sementara diawal 2008 sektor jasa hanya tumbuh 1,60%. Sektor jasa merupakan salah satu penggerak utama yang mendukung kinerja perekonomian NTT. Kontribusinya terhadap pembentukan PDRB triwulan I-2009 mencapai 21,60%%. Bahkan, perkembangannya dari waktu ke waktu cenderung mengalami peningkatan. Perkembangan sektor jasa juga tercermin dari pembiayaan perbankan di NTT untuk tersebut.

Sumber : BPS Provinsi NTT diolah

Grafik 1.37 PDRB Sekor Jasa

Sumber : KBI Kupang

indikator utama IV I II III IV I Aset (miliar) 8,516.24 8,318.80 8,546.12 9,941.959,533.02 9,610.96 y-o-y aset 12.29% 10.85% 8.26% 13.39% 16.74% 15.53% Kredit (miliar) 4,202.99 4,293.58 4,814.82 5,404.285,238.52 5,524.35 y-o-y kredit 31.63% 30.20% 30.58% 30.68% 28.58% 28.67% DPK (miliar) 7,296.11 7,162.46 7,437.54 8,004.807,887.35 8,268.80 y-o-y DPK 10.09% 7.48% 7.28% 10.45% 9.71% 15.45% LDR 57.61% 59.95% 64.74% 66.42% 67.51% 66.81% NPL 1.54% 1.79% 1.62% 1.64% 1.39% 1.61% 2007 2008 2009

(31)

PENELITIAN BASELINE ECONOMIC SURVEY (BLS) DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

A. LATAR BELAKANG

Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan UMKM, Bank Indonesia memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang meliputi (1) pengaturan kepada perbankan yang mendorong pengembangan dan pemberdayaan UMKM, (2) pengembangan kelembagaan yang menunjang, (3) pemberian bantuan teknis, dan (4) kerjasama dengan berbagai pihak baik dengan lembaga pemerintah maupun lembaga lainnya. Kegiatan penelitian dan penyediaan informasi merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh Bank Indonesia dalam kerangka bantuan teknis sehingga diharapkan akan dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada pemerintah daerah, perbankan, kalangan swasta, maupun masyarakat luas yang berkepentingan dalam upaya pemberdayaan UMKM.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Kajian penelitian BLS di Nusa Tenggara Timur, dilaksanakan untuk menetapkan komoditas/produk/jenis usaha (KPJu) unggulan daerah di kabupaten dengan menggunakan alat analisis Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Setiap kabupaten di suatu provinsi diharapkan memiliki KPJu unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Dengan program yang lebih fokus, Pemerintah Daerah dapat memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan komoditas unggulan tertentu di suatu kabupaten/kota sebagai upaya untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di daerah. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian Pengembangan Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Timur dilaksanakan untuk memberikan landasan rasional bagi pembangunan daerah yang meliputi berbagai sektor kegiatan ekonomi. Secara rinci tujuan penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut:

(32)

a. Mengenal dan memahami mengenai:

(1) profil daerah, meliputi: kondisi geografis, demografi, perekonomian dan potensi sumberdaya;

(2) profil UMKM di Provinsi Nusa Tenggara Timur termasuk faktor pendorong dan penghambat dalam pengembangan UMKM;

(3) kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang terkait dengan pengembangan UMKM; dan

(4) peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM.

b. Memberikan informasi tentang Komoditas/Produk/Jenis Usaha (KPJu) Unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu kabupaten/ kota dalam rangka:

(1) mendukung pembangunan ekonomi daerah;

(2) menciptakan lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja; serta (3) meningkatkan daya saing produk.

c. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pengembangan KPJu unggulan UMKM yang dikaitkan dengan:

(1) kebijakan Pemerintah Daerah; dan (2) kebijakan perbankan.

D. PEMBAHASAN

Penetapan KPJu Unggulan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur dilandasi tujuan untuk (i) penciptaan lapangan kerja, (ii) pertumbuhan ekonomi, dan (iii) peningkatan daya saing produk, masing-masing dengan tingkat kepentingan 0,4210; 0,3132 dan 0,2658. Berdasarkan tujuan tersebut ditetapkan 11 kriteria yang digunakan untuk menetapkan KPJu Unggulan yang masing-masing dengan tingkat bobot kepentingan yang berbeda, dengan urutan sebagai berikut yaitu Ketersedian Pasar (0,1560), Teknologi (0,1281), Keterampilan Tenaga Kerja yang Dibutuhkan (0,1219), Penyerapan Tenaga Kerja (0,1113), Sarana Produksi dan Usaha (0,1025), Manajemen Usaha (0,0706), Bahan Baku (0,0704), Harga / Nilai Tambah (0,0680), Aksesibilitas dan Kebutuhan Modal (0,0628), Aspek Sosial Budaya (termasuk Ciri Khas/Karakteristik Daerah) (0,0586), dan Sumbangan Terhadap Perekonomian Daerah (0,0499). Kriteria yang digunakan untuk menyaring KPJu tingkat Kecamatan untuk menjadi kandidat KPJu pada tingkat Kabupaten adalah (1) jangkauan pasar (0,2956), (2) ketersediaan input/sarana produksi atau usaha (0,2559), (3) jumlah unit

(33)

usaha/produksi/luas areal (0,2428) dan (4) kontribusi terhadap perekonomian kecamatan (0,2057). KPJu Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Timur yang terpilih masih bersifat sementara karena proses agregasi hanya didasarkan kepada 10 Kabupaten/kota sebagai wilayah penelitian dan belum mencakup seluruh Kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan hasil analisis maka KPJu yang telah teridentifikasi adalah :

(1) Berdasarkan hasil KPJu unggulan per sektor di setiap kabupaten/kota, KPJu unggulan per sektor tingkat provinsi ranking pertama adalah sebagai berikut; usaha budidaya padi sawah (padi dan palawija), cabe (sayuran), mangga (buah-buahan), usaha perkebunan kelapa (perkebunan), usaha budidaya sapi (peternakan), usaha rumput laut (perikanan), penggalian batu pecah (pertambangan), industri tenun ikat (industri), perdagangan hasil pertanian (perdagangan), jasa suku cadang kendaraan (jasa-jasa angkutan darat untuk penumpang (angkutan), dan kolam renang Oeluam (pariwisata).

(2) KPJu unggulan lintas sektor di tingkat provinsi merupakan hasil agregasi KPJu Lintas sektor pada setiap kabupaten/kota. Dengan metoda Borda, maka hasil nilai skor-terbobot dan urutan KPJu unggulan lintas sektor setiap kabupaten/kota adalah sebagai berikut, urutan 5 (lima) KPJu dengan skor terbobot tertinggi Unggulan lintas sektor Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah kegiatan budidaya ternak sapi, budidaya rumput laut, industri anyaman pandan dan lontar, budidaya ternak babi dan jasa angkutan penumpang.

F. REKOMENDASI

Rekomendasi kebijakan untuk pengembangan KPJu Unggulan adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan dan program yang bersifat lintas sektor di tingkat Propinsi dan kabupaten/kota, seyogyanya lebih diintensifkan, dengan dukungan alokasi dana yang sesuai.

2. KPJu Unggulan seyogyanya dituangkan kedalam bentuk ketentuan hukum sehingga bersifat mengikat dan menjadi acuan bagi semua instansi

(34)

3. Pendekatan Klaster yang terintegrasi menurut rantai nilai dari hulu ke hilir perlu dikembangkan untuk pengembangan KPJu Unggulan.

4. Pada wilayah sentra produksi KPJu Unggulan memerlukan perbaikan dan peningkatan infrastruktur dan sarana transportasi.

5. Pada setiap KPJu Unggulan perlu dilakukan Penyusunan Lending Model sehingga lebih meningkatkan minat calon investor/pelaku usaha untuk mengembangkan usaha KPJu Unggulan.

6. Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan untuk menumbuh-kembangkan kelompok wirausaha baru untuk usaha KPJu Unggulan, dengan sasaran pelaku usaha adalah Sarjana yang “baru” lulus dari Perguruan Tinggi Daerah

7. Pengembangan dan rancang bangun Model Implementasi Pengembangan Usaha KPJu Unggulan pada Setiap Wilayah kabupaten/kota.

8. UMKM pada bisnis KPJu Unggulan memerlukan peningkatan akses kepada sumber pembiayaan sehingga secara spesifik lembaga Perbankan perlu lebih intensif untuk meningkatkan akses pembiayaan untuk KPJu Unggulan bagi UMKM

9. Untuk memberikan aksesibilitas yang cukup luas bagi para pengusaha skala mikro, kecil dan menengah, maka perlu diterapkan kebijakan pendirian Lembaga Penjaminan Kredit Daerah (LPKD) yang dapat dioptimalkan fungsinya oleh masing-masing Pemerintah Provinsi dan Pemerintah kabupaten/kota.

(35)

B

B

B

A

A

A

B

B

B

I

I

I

I

I

I

P

P

P

E

E

E

R

R

R

K

K

K

E

E

E

M

M

M

B

B

B

A

A

A

N

N

N

G

G

G

A

A

A

N

N

N

I

I

I

N

N

N

F

F

F

L

L

L

A

A

A

S

S

S

I

I

I

2.1 Kondisi Umum

Perkembangan tekanan inflasi Kota Kupang pada triwulan I-2009 cenderung mengalami penurunan. Dibandingkan posisi akhir tahun 2008 dimana tercatat sebesar 10,90% (y-o-y), pada akhir triwulan I-2009 relatif lebih rendah, yaitu 8,38% (y-o-y). Tren penurunan laju inflasi juga terjadi secara nasional. Inflasi tahunan untuk nasional pada triwulan I-2009 sebesar 7,92% (y-o-y), turun dibandingkan posisi Desember 2008 11,06%. Secara umum diperkirakan penurunan laju inflasi disebabkan oleh sentimen positif dari keputusan pemerintah yang menurunkan harga BBM berturut-turut pada bulan Desember 2008 dan Januari 2009. Hal tersebut kontan membuat kelompok transportasi mengalami deflasi 7,42% (q-t-q) jika dibandikan akhir tahun 2008. Dampak lanjutanya, adalah penurunan tekanan pada kelompok perumahan dan bahan makanan yang notabene memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan angka inflasi Kota Kupang.

Secara umum penyebab tekanan inflasi pada periode awal tahun masih relatif sama. Tekanan inflasi selama awal tahun secara umum lebih disebabkan oleh supply side (sisi penawaran) bukan demand side (permintaan). Kendala distribusi karena faktor cuaca dikarenakan kondisi perairan yang kurang mendukung menyebabkan pasokan barang dari luar NTT terhambat (supply shock). Hal tersebut tercermin dari penurunan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Tenau selama bulan Januari lalu. Kapal-kapal yang sudah tiba pun tidak bisa langsung melakukan aktivitas bongkar-muat, namun harus menunggu kondisi gelombang relatif tenang. Apabila dipaksakan akan merusak kapal

Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Kupang

I II III IV I y-o-y 6.43% 10.63% 10.45% 10.90% 8.38% q-t-q 3.33% 4.79% 0.46% 1.94% 0.85% y-t-d 3.33% 8.28% 8.78% 10.90% 0.85% 2009 2008 inflasi Sumber : BPS diolah

(36)

maupun fasilitas di pelabuhan. Hal ini berdampak kepada biaya sewa kapal dan ikut diperhitungkan dalam komponen biaya transportasi.

Dari sisi demand, selama triwulan I justru cenderung mengalami penurunan dibandingkan posisi akhir tahun. Berdasarkan hasil survei kepada pedagang eceran (SPE) di Kota Kupang, tren indeks penjualan riil cenderung turun. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi penurunan permintaan masyarakat. Pendekatan lainnya adalah posisi net inflow (uang masuk dikurangi yang keluar) di KBI Kupang. Pada triwulan I tahun ini, kondisinya meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Jika tahun 2008 lalu tercatat sebesar Rp 527,55 miliar, maka tahun ini naik menjadi Rp 596,39 miliar. Hal ini bisa menjadi gambaran secara umum, bahwa untuk tahun 2009 kecenderungan masyarakat untuk melakukan kegiatan konsumtif diawal tahun relatif kurang.

Selain itu, permasalahan klasik dimana load factor kapal-kapal tujuan Kupang cenderung rendah. Selama periode awal tahun barang-barang yang keluar dari NTT (Pelabuhan Tenau) justru mengalami penurunan karena kinerja ekspor antarpulau pada triwulan I belum optimal, kapal yang kembali berlayar dari NTT memiliki load factor yang rendah. Kondisi tersebut mengakibatkan pihak shiping line mengenakan biaya lebih terhadap pengiriman barang ke NTT yang berdampak kepada harga barang di Kota Kupang. Permasalahan yang terakhir, gudang tempat penerimaan barang-barang dari kapal tidak semuanya siap 24 jam penuh, sementara bongkar-muat di palabuhan Tenau bisa dilakukan non stop. Hal ini praktis membuat waktu

Grafik 4.1 Perkembangan Inflasi Kupang Grafik 4.2 Inflasi Kupang vs Inflasi Nasional

Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah

(37)

bongkar-muat menjadi semakin lama karena hanya bisa dilakukan pada jam kerja saja. Kondisi tersebut juga akan berdampak kepada biaya operasional. Semakin besar biaya, akan semakin tinggi pula harga yang dikenakan kepada barang-barang yang diangkut. Semua penyebab diatas pada dasarnya merupakan dampak ketergantungan NTT terhadap pasokan daerah lain yang sangat tinggi. Hal tersebut membuat fluktuasi harga sangat rentan terjadi (BOKS).

2.2 Inflasi Tahunan (y-o-y)

Kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau mengalami inflasi paling tinggi dengan 14,70% (y-o-y). Pada dasarnya tingkat inflasi di Kota Kupang sangat dikendalikan oleh : [1] kemompok bahan makanan; [2] makanan, minuman, rokok dan tembakau; [3] kelompok perumahan. Adapun tiga kelompok tersebut menyumbang hingga 70% dari total nilai konsumsi. Hal ini mengakibatkan pergerakan indeks harga konsumen (IHK) pada ketiga kelompok tersebut akan sangat berpengaruh terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan. Bila melihat lebih jauh lagi pada kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau, inflasi paling tinggi terjadi pada subkelompok makanan jadi dengan 20,85% (y-o-y). Kondisi tersebut terjadi karena seluruh makanan jadi yang ada di Kota Kupang merupakan barang-barang impor. Komoditi tersebut umumnya didatangkan dari Surabaya melalui jalur laut. Sehingga dengan permasalahan transportasi yang terjadi selama triwulan I, secara otomatis mengakibatkan harga cenderung naik. Dari kelompok bahan

Grafik 4.3 Inflasi Kelompok Barang Tw I-09 (y-o-y)

(38)

makanan, inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan dengan 22,94% (y-o-y). Harga bumbu-bumbuan yang umumnya berfluktuasi adalah cabe merah dan cabe rawit. Sama halnya dengan makanan jadi, komoditi tersebut, juga termasuk salah satu komoditi impor, meskipun terkadang ada daerah-daerah di NTT yang juga menjadi penyuplai. Sementara untuk kelompok perumahan yang mengalami inflasi sebesar 11,48% (y-o-y), disebabkan oleh tekanan pada biaya tempat tinggal 12,59% (y-o-y). Secara lebih khusus adalah kenaikan biaya sewa rumah.

Tabel 4.2 Perkembangan Inflasi y-o-y

2009

II III IV I

UMUM 10.63% 10.45% 10.90% 8.38%

BAHAN MAKANAN 15.49% 11.63% 11.34% 10.80%

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 10.28% 6.86% 2.59% 2.21%

Daging dan Hasil-hasilnya 9.97% 14.28% 15.43% 20.04%

Ikan Segar 17.40% 14.52% 19.89% 21.02%

Ikan Diawetkan 32.16% 15.05% 23.80% 17.77%

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 15.86% 21.88% 21.41% 13.05%

Sayur-sayuran 27.71% 13.85% 20.29% 16.16%

Kacang - kacangan 8.78% -2.30% -11.17% -12.07%

Buah - buahan 9.71% 9.40% 8.35% 22.88%

Bumbu - bumbuan 27.91% 14.97% 23.51% 22.94%

Lemak dan Minyak 13.30% 12.39% -3.26% -7.76%

Bahan Makanan Lainnya 11.76% 10.32% 12.31% 11.68%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 7.54% 9.09% 12.78% 14.70%

Makanan Jadi 9.64% 12.77% 19.45% 20.85%

Minuman yang Tidak Beralkohol 3.70% 4.26% 4.76% 8.57%

Tembakau dan Minuman Beralkohol 6.76% 5.74% 6.14% 6.89%

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 15.37% 15.98% 18.13% 11.48%

Biaya Tempat Tinggal 19.21% 19.16% 20.73% 12.59%

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 8.92% 9.95% 14.84% 10.26%

Perlengkapan Rumahtangga 7.18% 9.38% 12.34% 8.05% Penyelenggaraan Rumahtangga 7.84% 11.60% 9.54% 7.74% SANDANG 7.20% 6.32% 3.17% 5.83% Sandang Laki-laki 11.24% 9.06% -0.25% 7.63% Sandang Wanita 1.97% 2.25% 0.92% 2.65% Sandang Anak-anak 1.12% 2.82% 3.13% 6.11%

Barang Pribadi dan Sandang Lain 17.48% 12.96% 13.51% 7.15%

KESEHATAN 3.63% 6.44% 7.45% 5.23%

Jasa Kesehatan 0.08% 0.08% 0.98% 0.00%

Obat-obatan -0.36% -3.70% -1.35% -4.14%

Jasa Perawatan Jasmani 10.31% 31.53% 31.63% 31.63%

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 5.57% 9.13% 9.78% 6.86%

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 4.78% 1.81% 2.12% 2.58%

Pendidikan 7.80% 0.28% 0.66% 0.66%

Kursus-kursus / Pelatihan -0.03% -0.03% 0.00% 0.00%

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 1.58% 2.83% 3.03% 2.83%

Rekreasi 0.21% 6.56% 6.47% 9.27%

Olahraga -4.32% -4.32% 0.00% 0.00%

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 2.62% 5.88% 3.02% -2.40%

Transpor 5.43% 9.99% 5.23% -2.56%

Komunikasi Dan Pengiriman -5.82% -5.60% -3.94% -3.94%

Sarana dan Penunjang Transpor 5.30% 6.18% 5.87% 5.90%

Jasa Keuangan 3.17% 6.43% 6.43% 3.16%

2008 KOMODITI

(39)

2.3 Inflasi 2009 (y-t-d)

Grafik 4.4 Inflasi Kelompok Barang Tw I-09 (y-t-d)

Sumber : BPS diolah

Sampai dengan akhir bulan Maret, inflasi tahun 2009 tercatat sebesar 0,85% (y-t-d). Kondisi tersebut relatif sangat rendah jika dibandingkan dengan data historis yang ada. Sentimen positif dari penurunan administerd price diperkirakan menjadi salah satu faktor penyebab utama. Mengingat selama ini belum pernah terjadi penurunan harga BBM. Hal tersebut secara langsung (direct effect) membuat kelompok transportasi mengalami deflasi sebesar 7,42% (y-t-d) yang disebabkan karena terjadi penurunan pada subkelompok biaya transpor sebesar 10,52%. Sementara itu laju paling tinggi relatif sama dengan inflasi tahunan, yaitu kelompok bahan makanan dan kelompok makanan, minuman, rokok dan tembakau, dimana masing-masing mengalami inflasi sebesar 5,10% dan 4,51%.

Grafik 4.6 Perkembangan Harga Bumbuan Grafik 4.5 Perkembangan Harga Kebutuhan Pokok

(40)

Berdasarkan hasil pantauan harga di Pasar Naikoten, beberapa komoditi cenderung mengalami fluktuasi pada periode Januari – Maret. Hal ini pada dasarnya memang selalu terjadi pada awal tahun. Ketergantungan yang tinggi pada suplai barang dari luar, membuat harga-harga barang sangat rentan terhadap gejolak

1 2 3

UMUM 1.18% 0.44% 0.85%

BAHAN MAKANAN 5.29% 5.26% 5.10% Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 5.11% 5.13% 5.18%

Daging dan Hasil-hasilnya 11.47% 8.39% 6.13%

Ikan Segar 3.22% 6.01% 5.71%

Ikan Diawetkan 0.18% 3.16% 9.50%

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -1.29% -2.09% -1.82%

Sayur-sayuran 9.63% 9.64% 6.14%

Kacang - kacangan 0.23% 0.10% -0.56%

Buah - buahan 5.55% 14.11% 15.01%

Bumbu - bumbuan 3.53% 0.31% 9.32%

Lemak dan Minyak 0.92% 0.98% 0.10%

Bahan Makanan Lainnya 0.00% 0.00% 0.00%

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 0.96% 2.19% 4.51%

Makanan Jadi 1.56% 3.20% 5.86%

Minuman yang Tidak Beralkohol 0.43% 1.89% 3.87% Tembakau dan Minuman Beralkohol 0.00% 0.00% 1.82% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 0.12% 0.28% -0.03%

Biaya Tempat Tinggal 0.15% 0.35% -0.18%

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 0.00% 0.05% 0.05%

Perlengkapan Rumahtangga 1.02% 1.55% 2.00% Penyelenggaraan Rumahtangga -0.50% -0.52% -0.41% SANDANG 0.36% 0.74% 2.52% Sandang Laki-laki -0.89% -0.77% 2.98% Sandang Wanita 0.13% 0.13% 0.85% Sandang Anak-anak 2.29% 2.42% 3.58%

Barang Pribadi dan Sandang Lain 0.48% 2.16% 2.89% KESEHATAN -0.55% -0.86% -0.64%

Jasa Kesehatan 0.00% 0.00% 0.00%

Obat-obatan 0.00% -2.79% -2.79%

Jasa Perawatan Jasmani 0.00% 0.00% 0.00%

Perawatan Jasmani dan Kosmetika -1.02% -0.85% -0.44% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 0.11% 0.11% 0.39%

Pendidikan 0.00% 0.00% 0.00%

Kursus-kursus / Pelatihan 0.00% 0.00% 0.00%

Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0.24% 0.24% 0.24%

Rekreasi 0.35% 0.35% 1.84%

Olahraga 0.00% 0.00% 0.00%

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K -2.49% -8.32% -7.42%

Transpor -3.53% -11.79% -10.52%

Komunikasi Dan Pengiriman 0.00% 0.00% 0.00%

Sarana dan Penunjang Transpor 0.00% 0.00% 0.03%

Jasa Keuangan 0.00% 0.00% 0.00%

KOMODITI 2009

Tabel 4.3 Perkembangan Inflasi y-t-d

(41)

Pada akhir tahun 2008 untuk komoditi bumbu-bumbuan, yaitu cabe merah berada pada kisaran Rp 20.000/kg, kemudian cabe rawit Rp 35.000/kg. Sementara perkembangan harga pada bulan Maret mengalami kenaikan cukup signifikan yaitu Rp 40.000/kg untuk cabe merah dan cabe rawit. Langkanya pasokan membuat harga melonjak drastis. Kemudian untuk harga daging ayam dan daging sapi masing-masing Rp 45.000/kg dan Rp 60.000/kg. Sementara pada bulan Maret naik menjadi Rp 50.000/kg untuk daging ayam dan Rp 63.000/kg untuk daging sapi.

(42)

SURVEI PEMBENTUKAN HARGA BERAS DI KOTA KUPANG

LATAR BELAKANG

Pola inflasi di Kota Kupang merupakan suatu tren cyclical, dimana pada bulan-bulan tertentu akan mengalami inflasi yang tinggi. Salah satu penyebab tingginya angka inflasi di Kota Kupang salah satunya adalah ketergantunganya dengan daerah lain yang relatif tinggi, sehingga diperkirakan pergerakan harga didaerah pemasok akan berpengaruh terhadap pembentukan inflasi di Kota Kupang. Berdasarkan data historis yang ada, sumbangan utama pembentukan angka inflasi Kota Kupang berasal dari pergerakan harga beras. Dengan nilai konsumsi yang paling dominan, sedikit saja terjadi pergerakan pada harga beras dampaknya akan sangat signifikan mempengaruhi inflasi secara keseluruhan. Komoditi tersebut diindikasikan memiliki tingkat ketergantungan kepada pasokan dari daerah lain yang relatif tinggi.

TUJUAN

• Mengetahui struktur tata niaga dan pola pembentukan harga beras di Kota Kupang.lakukan pemetaan terhadap komoditi utama penyumbang inflasi terbesar di Kota Kupang

• Menganalisis perubahan dampak perubahan IHK di beberapa Kota terpilih terhadap pergerakan IHK Kota Kupang

METODOLOGI

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara terhadap para pelaku usaha mulai dari pedagang besar hingga pedagang eceran. Penentuan responden menggunakan metode purposive random sampling untuk pedagang eceran, sedangkan untuk pedagang besar atau distributor menggunakan metode snowball sampling. Data-data sekunder antara lain berupa data IHK, data jumlah produksi beras, serta data-data terkait lainnya didapatkan dari berbagai instansi terkait.

HASIL SURVEI

Dari hasil survei kami, terdapat beberapa informasi penting yang mendasar :

Gambar

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Tabel 1.2 PDRB Sisi Permintaan
Grafik 1.5 Konsumsi Listrik Rumah TanggaGrafik 1.4 Perkembangan Konsumsi
Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar Tampilan Form Entri Data Bantuan Pada form entri terdapat lima tombol Add untuk entri data baru, Save untuk menyimpan data, Edit untuk memperbaiki data yang

Oleh karena itu untuk mengatasi rasa takut ini yang perlu Anda lakukan adalah dengan mengembalikan fokus ke saat ini (present moment).. Cara paling mudah untuk

Menunjukkan bahwa, Intellectual Capital (IC) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, semakin baik perusahaan dalam mengelola intellectual capital

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya

Dari hasil penelitian maka dapat dilihat variabel apa saja yang paling berpengaruh terhadap daur hidup produk berbasis industri kreatif ini dan dari analisa tersebut

oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi

Musuh semut api yang paling menyeramkan adalah Solenopsis davgeri, suatu spesies semut parasit. Jadi, makhluk hidup yang dapat menembus sistem pertahanan bertingkat mereka,

Penelitian ini dilakukan di beberapa lokasi di Pulau Seram, tepatnya di Seram Selatan bagian pesisir, yaitu pada Komunitas Adat rang Nuaulu di Negeri/Desa Nuanea di kilo 12, Dusun