• Tidak ada hasil yang ditemukan

Katalog BPS :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Katalog BPS :"

Copied!
334
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

DAERAH PROVINSI BANTEN

BADAN PUSAT STATISTIK

PROVINSI BANTEN

(2)
(3)

INDIKATOR KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN

Sesuai Permendagri No. 54 Tahun 2010

(4)

INDIKATOR KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN

Sesuai Permendagri No.54 Tahun 2010

Tahun Anggaran 2014

IS

: 978-979-1426-29-9

Katalog

: 1102001.36

Ukuran Buku

: 21 cm x 29,7 cm

Jumlah Halaman

: xxiii + 306 halaman

Naskah

: Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

Desain Gambar Kulit

: Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

Diterbitkan

: Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

Dicetak oleh

: CV. Prodata Nusaraya

Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

Sumber gambar kulit : - Gambar sampul depan : Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

- Gambar sampul belakang : Peta Wilayah Administrasi Provinsi Banten (diolah) Sumber : Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten

(5)

KEPALA BAPPEDA PROVINSI BANTEN

Assalaamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh.

Alhamdulillah, kami menyambut gembira terbitnya publikasi Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten

Sesuai Permendagri No. 54 Tahun 2010 – Tahun Anggaran 2014. Publikasi ini memuat berbagai data dan indikator pembangunan sesuai

dengan Permendagri No. 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara, Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Perencanaan Pembangunan Daerah, sehingga dapat digunakan sebagai bahan penyusunan target-target pembangunan dalam dokumen perencanaan daerah dan pengendalian program pembangunan Provinsi Banten pada masa mendatang. Publikasi ini dari sisi kualitas sudah mencukupi, namun dan sisi kelengkapan data harus terus ditingkatkan

Kepada BPS Provinsi Banten, Bappeda Kabupaten/Kota, SKPD di Provinsi Banten dan pihak-pihak lain yang ikut berperan, kami ucapkan terima kasih atas kerjasamanya sehingga penyusunan publikasi Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai

Permendagri No. 54 Tahun 2010 dapat dilaksanakan dengan baik.

Assalaamu’alaikum Warohmatullaahi Wabarokaatuh.

Serang, Desember 2014 Kepala Bappeda Provinsi Banten

Ir. H. Moh. Yanuar, MP. Pembina Utama Madya NIP. 19610101 198802 1 001

(6)
(7)

Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri No. 54 Tahun 2010 – Tahun Anggaran 2014 merupakan publikasi tahun kedua yang diterbitkan oleh BPS Banten. Publikasi ini menyajikan beraneka jenis data dan indikator

pembangunan, yang mencakup Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum dan Aspek Daya Saing Daerah sesuai dengan Permendagri No. 54 Tahun 2010, yang bersumber dari BPS dan institusi lain. Untuk memudahkan pemahaman dan pemanfaatan data, disertakan pula penjelasan teknis dari setiap jenis indikator yang ditampilkan.

Data yang disajikan dalam publikasi ini mencakup periode 2011-2013. Namun untuk memenuhi kebutuhan data terkini, juga disajikan data tahun 2014 yang meliputi data ketenagakerjaan, kemiskinan, produksi tanaman padi, inflasi, ekspor, impor, dan pertumbuhan ekonomi.

Atas bantuan dan kerjasama dari semua pihak, sehingga publikasi ini dapat terwujud, kami menyampaikan terima kasih. Saran untuk perbaikan masa mendatang sangat diharapkan. Semoga bermanfaat.

Serang, Desember 2014 Kepala Badan Pusat Statistik

Provinsi Banten

(8)
(9)

Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 vii

DAFTAR ISI

Halaman Sambutan ... iii Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Penjelasan Umum ... xxiii

Bab I : Pendahuluan ...………...………... 1

Bab II : Aspek Kesejahteraan Masyarakat ………... 7

Penjelasan Teknis .………... 9

2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi – Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian ... 24

2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat – Bidang Pendidikan .……….………...………....…………... 36

2.3. Fokus Kesejahteraan Masyarakat – Bidang Kesehatan ………...………...………... 43

2.4. Fokus Kesejahteraan Masyarakat – Bidang Ketenagakerjaan ………..………... 45

2.5. Fokus Kesejahteraan Masyarakat – Bidang Kebudayaan ……….………..………... 47

(10)

viii Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

Halaman

BAB III : Aspek Pelayanan Umum …...………...…………... 51

Penjelasan Teknis .………...………... 53

3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Pendidikan ……….……….………...………...………... 94

3.2. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Kesehatan …..………...…... 156

3.3. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Pekerjaan Umum ……….……….…... 171

3.4. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Perumahan ...………….……….………...………...………... 178

3.5. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Perencanaan Pembangunan ……….………..……… 182

3.6. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Perhubungan ……….………..……… 183

3.7. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Lingkungan Hidup ………..……….. 186

3.8. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil ..………..……….……… 190

3.9. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak .………... 192

3.10. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera .………...…….. 194

3.11. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Sosial ….………..……… 199

3.12. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Ketenagakerjaan ..………...………..……… 201

3.13. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Koperasi serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah ...……….………...…… 206

3.14. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Penanaman Modal ………..………..……… 210

3.15. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Kebudayaan ………..………..……… 212

3.16. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Kepemudaan dan Olahraga .………..………..……… 214

3.17. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian .………...………..……… 220

3.18. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Ketahanan Pangan ………..……….……… 226

3.19. Fokus Layanan Urusan Wajib – Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa ………..……… 228

3.20. Fokus Layanan Urusan Pilihan – Bidang Statistik ..………...………..……...……… 231

(11)

Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 ix

Halaman

3.22. Fokus Layanan Urusan Pilihan – Bidang Komunikasi dan Informatika ………..………... 235

3.23. Fokus Layanan Urusan Pilihan – Bidang Perpustakaan …...……….………..………...… 238

3.24. Fokus Layanan Urusan Pilihan – Bidang Pertanian ……….……....………... 241

3.25. Fokus Layanan Urusan Pilihan – Bidang Kehutanan ……...………..………..………... 246

3.26. Fokus Layanan Urusan Pilihan – Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral ………..………... 248

3.27. Fokus Layanan Urusan Pilihan – Bidang Pariwisata ….………..………...……... 249

3.28. Fokus Layanan Urusan Pilihan – Bidang Perikanan ….………..…..………... 252

3.29. Fokus Layanan Urusan Pilihan – Bidang Perdagangan ……..………...….……….…… 253

3.30. Fokus Layanan Urusan Pilihan – Bidang Perindustrian ……….……..………... 255

3.31. Fokus Layanan Urusan Pilihan – Bidang Ketransmigrasian ……..…..………... 258

BAB IV : Aspek Daya Saing Daerah ,………...…………... 259

Penjelasan Teknis .………...………... 261

4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah – Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian .……….……….………...………...………... 272

4.2. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah – Bidang Pertanian ……….………... 274

4.3. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur – Bidang Perhubungan ………... 276

4.4. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah – Bidang Pertanian ………... 279

4.5. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur – Bidang Lingkungan Hidup ……... 282

4.6. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur – Bidang Komunikasi dan Informatika ...………..………... 283

4.7. Fokus Iklim Investasi – Bidang Bidang Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian .……….………... 285

4.8. Fokus Sumber Daya Manusia – Bidang Ketenagakerjaan ……….…….. 286

(12)

x Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

DAFTAR TABEL

ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Tabel Halaman

2.1.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten (miliar rupiah) Tahun 2007-2013 .….………... 24

2.1.2. PDRB per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten (rupiah) Tahun 2007-2013 ….….……….……….…….…... 25

2.1.3. Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Banten dan Indonesia Tahun 2007-2014 ...……….….…... 26

2.1.4. Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2007-2013 ..………..………...…... 27

2.1.5. Laju Inflasi Menurut Kelompok Pengeluaran di Provinsi Banten Tahun 2007-2014 .………..…….…... 28

2.1.6. Laju Inflasi Menurut Kota di Provinsi Banten Tahun 2007-2014 .………..……..…….…... 29

2.1.7. Distribusi Pembagian Pengeluaran per Kapita Versi Bank Dunia dan Indeks Gini Provinsi Banten dengan Indonesia Tahun 2002-2013 ………..………..……..……... 30

2.1.8. Indeks Ketimpangan Regional (Indeks Williamson) di Provinsi Banten Tahun 2007-2013 ..……….…..…... 31

2.1.9. Indikator Kemiskinan Banten dan Indonesia Tahun 2012-2014 ....….……….…..…………..……....…... 32

2.1.10. Indikator Kemiskinan Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 .………... 33

2.1.11. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Tidak Miskin Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ... 34

2.1.12. Persentase Penyelesaian Tindak Pidana Polda Banten dan Indonesia Tahun 2011-2013 ..………..……….………... 35

2.2.1. Angka Melek Huruf (AMH) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten (AMH, persen) Tahun 2002-2013 ..………... 36

2.2.2. Rata-rata Lama Sekolah (RLS) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten (RLS, tahun) Tahun 2002-2013 ...…………... 37

(13)

Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 xi

Tabel Halaman

2.2.4. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan (APT) Menurut Kabupaten/Kota dan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan (persen)

Se-Provinsi Banten Tahun 2011 ...……..………….…………...………... 39

2.2.5. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan (APT) Menurut Kabupaten/Kota dan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan (persen) Se-Provinsi Banten Tahun 2012 ...……..………….………... 40

2.2.6. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan (APT) Menurut Kabupaten/Kota dan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan (persen) Se-Provinsi Banten Tahun 2013 …...………..…….………... 41

2.2.7. Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Kabupaten/Kota dan Jenjang Pendidikan Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ... 42

2.3.1. Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2002-2013 …………....…….………..……... 43

2.3.2. Persentase Balita Gizi Buruk Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ... 44

2.4.1. Persentase Penduduk yang Bekerja Provinsi Banten dan Indonesia Tahun 2012-2014 ……….……... 45

2.4.2. Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2014 ....………... 46

2.5.1. Rasio Grup Kesenian per 100.000 penduduk (RGKs) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ….…... 47

2.6.1. Rasio Klub Olahraga per 100.000 penduduk (RGKs) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2014 ….…... 48

(14)

xii Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

DAFTAR TABEL

ASPEK PELAYANAN UMUM

Tabel Halaman

3.1.1. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ... 98

3.1.2. Rasio Ketersediaan Sekolah (RKS) SD/MI Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ………...……… 99

3.1.3. Rasio Ketersediaan Sekolah (RKS) SMP/MTs Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ...……… 100

3.1.4. Rasio Ketersediaan Sekolah (RKS) Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ...……… 101

3.1.5. Rasio Guru-Murid (RGM) SD/MI Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ...……….……….……… 102

3.1.6. Rasio Guru-Murid (RGM) SMP/MTs Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ...……….……….………... 103

3.1.7. Rasio Guru-Murid (RGM) Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ..…….……….……… 104

3.1.8. Rasio Guru per Kelas (RGK) SD/MI Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ..………...…..…………..… 105

3.1.9. Rasio Guru per Kelas (RGK) SMP/MTs Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ………...…..…………..… 106

3.1.10. Rasio Guru per Kelas (RGK) Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 .…..…………..… 107

3.1.11. Rasio Murid per Kelas (RMK) SD/MI Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 …….………...… 108

3.1.12. Rasio Murid per Kelas (RMK) SMP/MTs Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 .…….……....……… 109

3.1.13. Rasio Murid per Kelas (RMK) Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 .…….……....… 110

3.1.14. Rasio Guru-Kelas per Murid (RGM-K) SD/MI Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ...……….… 111

3.1.15. Rasio Guru-Kelas per Murid (RGM-K) SMP/MTs Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ..……… 112

3.1.16. Rasio Guru-Kelas per Murid (RGM-K) Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ..…… 113

3.1.17. Angka Partisipasi Sekolah Jenjang Pendidikan Menengah (APS Usia 16-18 Tahun) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten

(15)

Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 xiii

Tabel Halaman

3.1.18. Rasio Ketersediaan Sekolah (RKS) Jenjang Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ... 115

3.1.19. Rasio Guru-Murid (RGM) SMA/MA Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ..………... 116

3.1.20. Rasio Guru-Murid (RGM) SMK Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 …………... 117

3.1.21. Rasio Guru-Murid (RGM) Jenjang Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 …………... 118

3.1.22. Rasio Guru per Kelas (RGK) SMA/MA Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ... 119

3.1.23. Rasio Guru per Kelas (RGK) SMK Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ... 120

3.1.24. Rasio Guru per Kelas (RGK) Jenjang Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ... 121

3.1.25. Rasio Murid per Kelas (RMK) SMA/MA Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ... 122

3.1.26. Rasio Murid per Kelas (RMK) SMK Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 …... 123

3.1.27. Rasio Murid per Kelas (RMK) Jenjang Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 …... 124

3.1.28. Rasio Guru-Kelas per Murid (RGM-K) SMA/MA Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ………. 125

3.1.29. Rasio Guru-Kelas per Murid (RGM-K) SMK Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ..……….. 126

3.1.30. Rasio Guru-Kelas per Murid (RGM-K) Jenjang Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 . 127 3.1.31. Angka Melek Huruf (AMH) Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2002-2013 ... 128

3.1.32. Persentase Kondisi Kelas Baik (KKB) SD/MI Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ... 129

3.1.33. Persentase Kondisi Kelas Baik (KKB) SMP/MTs Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ... 130

3.1.34. Persentase Kondisi Kelas Baik (KKB) Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ... 131

3.1.35. Persentase Kondisi Kelas Baik (KKB) SMA/MA Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ..……….. 132

3.1.36. Persentase Kondisi Kelas Baik (KKB) SMK Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ..……… 133

3.1.37. Persentase Kondisi Kelas Baik (KKB) Jenjang Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 .. 134

3.1.38. Angka Partisipasi Murni Jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (APM PAUD) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten (persen) Tahun 2012-2013 .………...…..…. 135

3.1.39. Angka Putus Sekolah (APTS) SD/MI Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 …...…...…. 136

(16)

xiv Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

Tabel Halaman

3.1.41. Angka Putus Sekolah (APTS) Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ...…...…. 138

3.1.42. Angka Putus Sekolah (APTS) SMA/MA Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 …... 139

3.1.43. Angka Putus Sekolah (APTS) SMK Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 …... 140

3.1.44. Angka Putus Sekolah (APTS) Jenjang Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 …... 141

3.1.45. Angka Kelulusan (AL) SD/MI Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ………..……..……... 142

3.1.46. Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 .………..……... 143

3.1.47. Angka Kelulusan (AL) Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 .………..……... 144

3.1.48. Angka Kelulusan (AL) SMA/MA Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ..………..……... 145

3.1.49. Angka Kelulusan (AL) SMK Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ..……..……... 146

3.1.50. Angka Kelulusan (AL) Jenjang Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ………..……... 147

3.1.51. Angka Melanjutkan (AM) dari SD/MI ke SMP/MTs Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ………….……... 148

3.1.52. Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ……... 149

3.1.53. Persentase Guru SD/MI Berpendidikan S1/DIV ke Atas (G-S1/D4+) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 .. 150

3.1.54. Persentase Guru SMP/MTs Berpendidikan S1/DIV ke Atas (G-S1/D4+) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ……….. 151

3.1.55. Persentase Guru Berpendidikan S1/DIV ke Atas (G-S1/D4+) Pada Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ……….……….……... 152

3.1.56. Persentase Guru SMA/MA Berpendidikan S1/DIV ke Atas (G-S1/D4+) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 153 3.1.57. Persentase Guru SMK Berpendidikan S1/DIV ke Atas (G-S1/D4+) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 …… 154

3.1.58. Persentase Guru Berpendidikan S1/DIV ke Atas (G-S1/D4+) Pada Jenjang Pendidikan Menengah Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ……….……….……... 155

3.2.1. Rasio Posyandu per Balita (RPB) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ....……… 156

(17)

Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 xv

Tabel Halaman

3.2.3. Rasio Rumah Sakit per 100.000 Penduduk (RRP) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...….……… 158

3.2.4. Rasio Dokter per 100.000 Penduduk (RDP) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...……….……… 159

3.2.5. Rasio Tenaga Medis Selain Dokter per 100.000 Penduduk (RTP) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ....… 160

3.2.6. Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...……...……… 161

3.2.7. Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...…… 162

3.2.8. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ... 163

3.2.9. Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...………... 164

3.2.10. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 …. 165 3.2.11. Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ....…... 166

3.2.12. Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 .... 167

3.2.13. Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ……….… 168

3.2.14. Cakupan Puskesmas Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ………...……….……….… 169

3.2.15. Cakupan Puskesmas Pembantu Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ....……….……….……… 170

3.3.1. Panjang Jalan Provinsi Dalam Kondisi Baik Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ...………. 171

3.3.2. Panjang Jalan Nasional Dalam Kondisi Baik Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ...……… 172

3.3.3. Panjang Jalan Provinsi dan Nasional Dalam Kondisi Baik Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ...……… 173

3.3.4. Rasio Tempat Ibadah per 100.000 Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ……….….………... 174

3.3.5. Persentase Rumahtangga Yang Memiliki Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Layak Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ...…….……… 175

3.3.6. Rasio Tempat Pembuangan Sampah per 100.000 Penduduk (RTPS) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012 ……….. 176

3.3.7. Persentase Rumahtangga Menempati Rumah Layak Huni Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ...… 177

3.4.1. Persentase Rumahtangga Pengguna Air Bersih Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ...……….. 178

(18)

xvi Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

Tabel Halaman

3.4.3. Persentase Rumahtangga Yang Memiliki Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Layak Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten

Tahun 2010-2013 ………...… 180

3.4.4. Persentase Rumahtangga Menempati Rumah Layak Huni Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ... 181

3.5.1. Ketersediaan Dokumen Perencanaan Pembangunan Provinsi Banten Tahun 2010-2014 ….…………..……..….……… 182

3.6.1. Jumlah Penumpang Angkutan Umum Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ....………..….……… 183

3.6.2. Rasio Ijin Trayek per 100.000 Penduduk (RRIT) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ……… 184

3.6.3. Jumlah Pelabuhan Laut/Udara/Terminal Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 .………...……… 185

3.7.1. Persentase Volume Sampah yang Ditangani Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012 ……….……… 186

3.7.2. Persentase Rumahtangga Menempati Rumah Dengan Sumber Air Minum Layak Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ……….………..……… 187

3.7.3. Cakupan Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Amdal Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ………. 188

3.7.4. Rasio Daya Tampung Tempat Pembuangan Sampah per 100.000 Penduduk (RDTPS) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012 ……….………..……… 189

3.8.1. Rasio Penduduk ber-KTP Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012 ..……… 190

3.8.2. Rasio Keluarga ber-KK Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012 ……… 191

3.9.1. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 .………...………..…. 192

3.9.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan (TPAK-P) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2014 ...….. 193

3.10.1. Rata-Rata Jumlah Anak per Keluarga (RJAK) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...………..… 194

(19)

Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 xvii

Tabel Halaman

3.10.3. Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 .……….………..… 196

3.10.4. Jumlah Keluarga Pra Sejahtera (Pra S) dan Keluarga Sejahtera I (KS I) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...……….………..…..… 197

3.10.5. Persentase Keluarga Pra Sejahtera (Pra S) dan Keluarga Sejahtera I (KS I) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...………..……… 198

3.11.1. Jumlah Sarana Sosial Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2012 ..……….……….……… 199

3.11.2. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2012 ... 200

3.12.1. Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Banten dan Indonesia Tahun 2012-2014 ...……….……….………..… 201

3.12.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2014 ...……… 202

3.12.3. Persentase Pekerja yang Ditempatkan Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...……….…..…… 203

3.12.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2014 ...………..…… 204

3.12.5. Tingkat Keselamatan dan Perlindungan Pekerja Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2012 ...……… 205

3.13.1. Persentase Koperasi Aktif Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ..………..…….………. 206

3.13.2. Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ………... 207

3.13.3. Persentase Usaha Mikro dan Kecil Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ……….……….... 208

3.13.4. Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Menurut Lapangan Usaha Se-Provinsi Banten Tahun 2013 ………….………... 209

3.14.1. Indikator Penanaman Modal Skala Nasional Provinsi Banten dan Indonesia Tahun 2011-2014 ………...…..……… 210

(20)

xviii Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

Tabel Halaman

3.15.1. Jumlah Penyelenggaraan Festival Seni dan Budaya Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ..………..…… 212

3.15.2. Persentase Jumlah Benda Situs, dan Kawasan Cagar Budaya yang Dilestarikan Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ……….. 213

3.16.1. Jumlah Organisasi Pemuda Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ………..……….. 214

3.16.2. Jumlah Organisasi Olahraga Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 .……..……….. 215

3.16.3. Jumlah Kegiatan Kepemudaan Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ..……….. 216

3.16.4. Jumlah Kegiatan Olahraga Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ………...……….. 217

3.16.5. Rasio Gelanggang/Balai Remaja per 100.000 Penduduk (RGBR) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ..…… 218

3.16.6. Rasio Lapangan Olahraga per 100.000 Penduduk (RLO) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ……… 219

3.17.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Provinsi Banten dan Indonesia (persen) Tahun 2007-2014 ………...…… 220

3.17.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2007-2013 ……….... 221

3.17.3. Indikator Kemiskinan Banten dan Indonesia Tahun 2012-2014 ………..…… 222

3.17.4. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ... 223

3.17.5. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Tidak Miskin Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 .… 224 3.17.6. Jumlah Sistem Informasi Manajemen Provinsi Banten Tahun 2013 ….……….……… 225

3.18.1. Indikator Ketersediaan Pangan Utama Provinsi Banten dan Indonesia Tahun 2011-2014 ……….………..……… 226

3.18.2. Rasio Ketersedian Beras Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ..……….….………..………..…… 227

3.19.1. Jumlah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ...….……… 228

3.19.2. Jumlah PKK Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012 .……… 229

(21)

Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 xix

Tabel Halaman

3.20.1. Ketersediaan Publikasi “Kabupaten/Kota Dalam Angka” Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ...…… 231

3.20.2. Ketersediaan Publikasi “PDRB Kabupaten/Kota” Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ...……… 232

3.21.1. Persentase SKPD Yang Telah Menerapkan Pengelolalan Arsip Secara Baku Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ....……….……….……....……… 233

3.21.2. Jumlah SDM Pengelola Kearsipan Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ...……… 234

3.22.1. Jumlah Stasiun Radio dan TV Lokal Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ...……… 235

3.22.2. Ketersediaan Website Milik Pemerintah Provinsi Banten Tahun 2012-2013 ..……….……….……....………..… 236

3.22.3. Jumlah Pameran/Expo Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...……….……… 237

3.23.1. Jumlah Perpustakaan Umum Daerah Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ………...…...……… 238

3.23.2. Rasio Jumlah Buku per Judul Buku Yang Tersedia di Perpustakaan Umum Daerah Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 …….………...……… 239

3.23.3. Cakupan Kunjungan ke Perpustakaan Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 .………...……… 240

3.24.1. Produktivitas Tanaman Padi Provinsi Banten dan Indonesia Tahun 2011-2014 .………..………..…..… 241

3.24.2. Produktivitas Tanaman Padi Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ..………..…..……….. 242

3.24.3. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...……….….….… 243

3.24.4. Kontribusi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Terhadap PDRB Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...… 244

3.24.5. Kontribusi Sub Sektor Perkebunan Terhadap PDRB Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ..………..…... 245

3.25.1. Persentase Luas Hutan Yang Direhabilitasi Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2012 …….………...……….……… 246

(22)

xx Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

Tabel Halaman

3.26.1. Kontribusi Sektor Pertambangan dan PenggalianTerhadap PDRB Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ...… 248

3.27.1. Capaian Kinerja Kunjungan Wisatawan Nusantara Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ..……….……... 249

3.27.2. Capaian Kinerja Kunjungan Wisatawan Mancanegara Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ….….…... 250

3.27.3. Capaian Kinerja Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan Mancanegara Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten

Tahun 2011-2013 …….……….………..………... 251

3.28.1. Produksi Ikan (Ton) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ..………….………..………. 252

3.29.1. Kontribusi Sub Sektor PerdaganganTerhadap PDRB Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013

………...…... 253

3.29.2. Ekspor Bersih (Juta US$) Provinsi Banten dan Indonesia Tahun 2011-2014 ...……….……….………..……….……… 254

3.30.1. Kontribusi Sektor Industri Pengolahan Terhadap PDRB Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ……...… 255

3.30.2. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Provinsi Banten dan Indonesia (persen) Tahun 2007-2014 ………... 256

3.30.3. Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2007-2013 ……….….…... 257

(23)

Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 xxi

DAFTAR TABEL

ASPEK DAYA SAING DAERAH

Tabel Halaman

4.1.1. Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan di Provinsi Banten dan Indonesia Tahun 2011-2013 ………….………...…..…… 272

4.1.2. Produktivitas Total Daerah Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 …..……….……..…….…….… 273

4.2.1. Nilai Tukar Petani di Provinsi Banten dan Indonesia Tahun 2011-2014 ...………….……….……….….… 274

4.2.2. Nilai Tukar Petani Menurut Subsektor di Provinsi Banten dan Indonesia Tahun 2011-2014 ……….…………..……… 275

4.3.1. Rasio Panjang Jalan per 1.000 Kendaraan Pemerintah Se-Provinsi Banten Tahun 2011-2013 ……….……….……… 276

4.3.2. Jumlah Penumpang Angkutan Umum Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ………..……..……….… 277

4.3.3. Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Melalui Dermaga/Bandara/Terminal/Stasiun Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ... 278

4.4.1. Jumlah Kantor Bank Menurut Status Kepemilikan di Provinsi Banten Banten dan Indonesia Tahun 2011-2013 ...………..… 279

4.4.2. Jumlah Restoran Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 .……… 280

4.4.3. Ketersediaan Hotel dan Penginapan di Provinsi Banten Banten dan Indonesia Tahun 2010-2013 ...……….… 281

4.5.1. Persentase Rumahtangga Pengguna Air Bersih Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ... 282

4.6.1. Persentase Rumahtangga Pengguna Listrik Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ……….……... 283

(24)

xxii Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

Tabel Halaman

4.7.1. Resiko Terjadi Tindak Pidana per 100.000 Penduduk di Polda Banten dan Indonesia Tahun 2011-2013 ……….……... 285

4.8.1. Persentase Penduduk Lulusan S1/DIV, S2 dan S3 Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten Tahun 2010-2013 ……...………..… 286

(25)

Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 xxiii

Tanda-tanda, satuan-satuan dan lain-lainnya yang digunakan dalam publikasi ini adalah sebagai berikut:

1.

Tanda-tanda

Data tidak tersedia

: ...

Tidak ada atau nol

: -

Dapat diabaikan

: 0

Tanda desimal

: spasi

2.

Satuan

Hektare (Ha)

: 10 000 m

2

Kuintal

: 100 kg

Ton

: 1 000 kg

Satuan lain : persen (%), per 1.000, per 10.000, per 100.000

(26)
(27)
(28)
(29)

Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 3

BAB I. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Permendagri No. 54 Tahun 2010 mengamanatkan bahwa dokumen perencanaan daerah dalam hal ini RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD, merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Secara eksplisit, ini berarti semua dokumen perencanaan daerah yang akan disusun harus menginduk kepada dokumen perencanaan nasional. Secara implisit, semua dokumen perencanaan daerah harus menggunakan indikator yang sama dengan yang digunakan dalam dokumen perencanaan nasional, terutama dalam mengukur tingkat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan.

Untuk mengakomodir kepentingan di atas, Permendagri No. 54 Tahun 2010 mewajibkan dokumen perencanaan pembangunan daerah bukan saja harus dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, berkeadilan dan berwawasan lingkungan, bahkan juga harus diberikan target-target pembangunan yang terukur agar lebih mudah dilakukan pengawasan dan evaluasi berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat umum.

Untuk memudahkan penyusunan target-target pembangunan, Permendagri No. 54 Tahun 2010 memberikan arahan dan petunjuk dalam bentuk kumpulan indikator-indikator terpilih yang dapat digunakan dalam menyusun dokumen perencanaan daerah. Bila diperhatikan lebih jauh, kumpulan indikator tersebut ternyata juga dapat dimanfaatkan untuk melihat perkembangan pembangunan daerah yang telah dilaksanakan.

Mengetahui betapa pentingnya berbagai indikator kinerja pembangunan sesuai Permendagri No. 54 Tahun 2010, Pemerintah Provinsi Banten melalui Bappeda Provinsi Banten sejak tahun 2013 mengikutsertan BPS Provinsi Banten dalam suatu kerjasama untuk menyusun satu publikasi yang merangkum indikator kinerja diimaksud. Publikasi indikator tersebut diberi judul “Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri No. 54 Tahun 2010 – Tahun Anggaran 2014”. Mengapa harus disusun dalam satu publikasi khusus? Karena berbagai indikator kinerja dimaksud selama ini masih belum terkumpul secara baik dan bahkan sebagian besar belum pernah dikumpulkan sama sekali oleh SKPD yang seharusnya menyediakan indikator-indikator tersebut.

(30)

4 Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

1. 2. Tujuan

Penyusunan publikasi Indikator Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri No. 54 Tahun 2010 – Tahun Anggaran 2014 dimaksudkan untuk :

1. Memberikan informasi dan pemahaman tentang perkembangan terkini dari berbagai Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah sesuai Permendagri No. 54 Tahun 2010 di Provinsi Banten

2. Sebagai bahan untuk penyusunan target-target pembangunan daerah yang tercakup dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah yang akan datang

3. Dapat dijadikan bahan evaluasi dari pelaksanaan pembangunan daerah oleh berbagai pemangku kepentingan

1. 3. Cakupan

Publikasi Indikator Penyelenggaran Pemerintah Daerah Provinsi Banten Sesuai Permendagri No. 54 Tahun 2010 – Tahun Anggaran 2014 menyajikan berbagai data dan indikator pembangunan sesuai Permendagri No. 54 tahun 2010. Data dan indikator yang disajikan bersumber dari BPS Provinsi Banten, Bappeda dan SKPD di lingkungan Provinsi Banten serta Bappeda Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten, tentunya dengan terlebih dahulu dilakukan pengolahan dan pemeriksaan konsistensi. Data dan indikator yang tersedia, disajikan sampai level kabupaten/kota dan bahkan ditampilkan angka nasional sebagai bahan perbandingan capaian kinerja. Untuk memudahkan pemahaman akan data dan indikator yang disajikan, diberikan penjelasan teknis pada sebagian data dan indikator dimaksud.

1. 4. Sistematikan Penulisan

Penulisan publikasi ini dibagi ke dalam (empat) 4 bab, yaitu :

1. Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari : Latar Belakang, Tujuan, Cakupan Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

2. Bab II Aspek Kesejahteraan Masyarakat, menyajikan berbagai data dan indikator terpilih yang dapat menggambarkan tingkat kesejateraan masyarakat.

(31)

Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 5

3. Bab III Aspek Pelayanan Umum, menyajikan berbagai data dan indikator terpilih yang dapat menggambarkan kondisi pelayanan umum yang dilaksanakan oleh pemerintah kepada masyarakat .

4. Bab IV Aspek Daya Saing Daerah, menyajikan berbagai indikator terpilih yang dapat menggambarkan kesanggupan suatu daerah untuk bersaing dengan daerah lainnya.

(32)
(33)

ASPEK KESEJAHTERAAN

(34)
(35)

Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 9

PENJELASAN TEKNIS

Aspek Kesejahteraan Masyarakat memberikan gambaran dan hasil analisis terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat, mencakup fokus kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dan fokus kesejahteraan masyarakat serta fokus seni budaya dan olah raga.

1. Produk Domestik Regional Bruto per Kapita (PDRB per Kapita)

PDRB per Kapita merupakan indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah, karena dapat digunakan sebagai proksi pendapatan per kapita.

Definisi :

PDRB per Kapita adalah perbandingan PDRB adhb dengan jumlah penduduk. Istilah yang berkaitan dengan PDRB per Kapita adalah sebagai berikut :

1). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari sisi supply (lapangan usaha) adalah penjumlahan nilai tambah yang tercipta akibat proses produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh seluruh unit usaha yang berada dalam suatu wilayah.

2). PDRB adhb adalah PDRB yang nilainya dihitung menurut harga yang berlaku pada tahun tertentu.

Rumus Penghitungan :

PDRB per Kapita = PDRB adhb : Jumlah penduduk

Contoh Interpretasi :

Misalkan PDRB per Kapita Banten tahun 2013 mencapai 19 juta rupiah. Berarti bila PDRB per Kapita digunakan sebagai proksi pendapatan per kapita, maka secara rata-rata pendapatan penduduk Banten pada tahun 2013 adalah 19 juta rupiah setahun.

Keterangan :

(36)

10 Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

2. Pertumbuhan Ekonomi (LPE)

LPE merupakan indikator yang dapat menggambarkan perkembangan ekonomi suatu wilayah.

Definisi :

LPE adalah persentase perubahan PDRB adhk suatu periode terhadap periode sebelumnya. Istilah yang berkaitan dengan LPE adalah sebagai berikut :

1). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dari sisi supply (lapangan usaha) merupakan penjumlahan nilai tambah yang tercipta akibat proses produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh seluruh unit usaha yang berada dalam suatu wilayah

2). PDRB adhk adalah PDRB yang nilainya dihitung dalam bentuk harga konstan yang berlaku pada tahun dasar (PDRB adhk). Sampai tahun 2013 ini, penghitungan PDRB adhk masih menggunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar.

3). Bila LPE bernilai positif, maka kondisi ekonomi wilayah tersebut sedang mengalami pertumbuhan.

4). Bila LPE bernilai negatif, maka kondisi ekonomi wilayah tersebut sedang mengalami kontraksi atau tumbuh negatif.

5). Bila LPE suatu periode lebih besar dibandingkan LPE periode sebelumnya, maka kondisi ekonomi pada periode tersebut sedang mengalami percepatan pertumbuhan.

6). Bila LPE suatu periode lebih kecil dibandingkan LPE periode sebelumnya, maka kondisi ekonomi pada periode tersebut sedang mengalami perlambatan pertumbuhan.

Rumus Penghitungan :

LPE = {((PDRB adhk suatu periode : PDRB adhk periode sebelumnya) X 100)-100} Contoh Interpretasi :

Misalkan LPE Banten tahun 2013 mencapai 6,15 persen. Berarti dibandingkan tahun sebelumnya, ekonomi Banten pada tahun 2013 secara riil tumbuh atau berkembang sebesar 6,15 persen

Keterangan :

(37)

Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 11

3. Laju Inflasi

Laju inflasi merupakan ukuran yang menggambarkan kenaikan atau penurunan harga barang dan jasa secara umum. Disebut Inflasi, bila yang terjadi adalah kenaikan harga. Sebaliknya bila terjadi penurunan harga, maka disebut sebagai Deflasi. Disebut umum, karena penghitungannya melibatkan sekitar 400 komoditas yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Inflasi sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Bila pendapatan masyarakat tetap, inflasi akan mengurangi daya beli masyarakat. Semakin tinggi inflasi, daya beli masyarakat akan semakin berkurang.

Definisi :

Laju Inflasi adalah persentase perubahan IHK suatu periode terhadap periode sebelumnya.

Beberapa keterangan rinci yang berkaitan dengan penghitungan Laju Inflasi adalah sebagai berikut :

1). Penghitungan Laju Inflasi didasarkan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) yang data dasarnya diperoleh dari Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2012.

2). Penghitungan IHK secara Nasional dilakukan pada 66 Kota Besar di Indonesia, adapun di Provinsi Banten dilakukan di tiga kota yaitu Kota Tangerang, Kota Cilegon dan Kota Serang.

3). IHK Banten merupakan IHK Gabungan tiga kota dengan penimbang adalah jumlah rumahtangga sampel SBH masing-masing kota.

4). Penghitungan IHK disajikan menurut kelompok pengeluaran barang dan jasa, yaitu : a). Bahan Makanan; b). Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau; c). Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar; d). Sandang; e). Kesehatan; f). Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga; g).Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan.

Rumus Penghitungan :

Laju Inflasi = {((IHK suatu periode : IHK periode sebelumnya) X 100)-100} Contoh Interpretasi :

Misalkan Laju Inflasi Banten tahun 2013 mencapai 4,37 persen. Berarti dibandingkan tahun sebelumnya, tingkat harga barang dan jasa di Banten pada tahun 2013 rata-rata mengalami kenaikan sebesar 4,37 persen.

Keterangan :

(38)

12 Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

4. Indeks Gini

Indeks Gini merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan antar penduduk di suatu wilayah.

Metode Penghitungan :

Indeks Gini seharusnya dihitung dengan menggunakan data pendapatan penduduk. Namun karena ketiadaan data, dihitung dengan menggunakan data pengeluaran penduduk. Untuk memudahkan, penghitungan Indeks Gini dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi STATA.

Interpretasi :

Pengelompokkan nilai Indeks Gini bila menggunakan data pendapatan adalah sebagai berikut : 1). Indeks Gini = 0; tidak ada ketimpangan atau terjadi pemerataan sempurna.

2). 0 < Indeks Gini < 0,3; ketimpangan rendah 3). 0,3 ≤ Indeks Gini ≥ 0,5; ketimpangan sedang 4). 0,5 < Indeks Gini < 1; ketimpangan tinggi 5). Indeks Gini = 1; ketimpangan sempurna

Bila menggunakan data pengeluaran, nilai Indeks Gini sebesar 0,45 menjadi titik rawan karena sudah menggambarkan adanya ketimpangan tinggi.

Keterangan :

Indeks Gini adalah salah satu indikator ekonomi yang dhasilkan oleh BPS (Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional/Susenas Triwulanan)

5. Ukuran Ketimpangan Pendapatan Versi Bank Dunia

Selain Indeks Gini, untuk menilai tingkat ketimpangan pendapatan penduduk di suatu wilayah dapat juga menggunakan ukuran ketimpangan pendapatan menurut versi atau ktriteria Bank Dunia. Pada kriteria Bank Dunia, penduduk digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu 40 persen penduduk berpendapatan rendah, 40 persen penduduk berpendapatan sedang, dan 20 persen penduduk berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk.

(39)

Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 13

Kategori ketimpangan ditentukan sebagai berikut :

1). Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi.

2). Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah.

3). Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen dikategorikan ketimpangan rendah

Sama seperti Indeks Gini, penghitungan ketimpangan pendapatan versi Bank Dunia dilakukan dengan menggunakan data pengeluaran penduduk. Untuk memudahkan, penghitungan ketimpangan pendapatan versi Bank Dunia dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS.

Keterangan :

Ukuran Ketimpangan Pendapatan Versi Bank Dunia adalah salah satu indikator ekonomi yang dhasilkan oleh BPS (Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional/Susenas Triwulanan)

6. Ukuran Ketimpangan Regional (Indeks Williamson)

Indeks Williamson merupakan salah satu indeks yang paling sering digunakan dalam mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah. Penghitungan Indeks Williamson menggunakan nilai PDRB per kapita. Indeks Williamson akan menghasilkan indeks yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika dihasilkan nilai indeks sama dengan nol, berarti tidak ada ketimpangan pembangunan antar wilayah. Sebaliknya indeks lebih besar dari nol, menunjukkan adanya ketimpangan pembangunan antar wilayah. Semakin besar indeks yang dihasilkan, semakin besar pula tingkat ketimpangan pembangunan antar wilayah nya.

Ketimpangan pembangunan antar wilayah antara lain dapat terjadi karena adanya perbedaan pembangunan sektor ekonomi pada masing-masing wilayah, perbedaan alokasi investasi antar wilayah, dan perbedaan kebijakan tata ruang antar wilayah. Khusus perbedaan pembangunan sektor ekonomi, Indeks Williamson dapat mengakomodir dengan cara tidak mengikutsertakan sektor ekonomi yang dicurigai sebagai penyebab terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah, dalam proses penghitungan nya.

(40)

14 Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

Keterangan :

Indeks Williamson adalah indikator turunan PDRB, yang merupakan salah satu indikator ekonomi yang dhasilkan oleh BPS.

7. Persentase Penduduk Tidak Miskin

Persentase penduduk tidak miskin (PTM) merupakan indikator yang menggambarkan proporsi penduduk tidak miskin di suatu wilayah. PTM yang tinggi menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di wiliayah tersebut rendah.

Definisi :

PTM adalah proporsi penduduk tidak miskin terhadap jumlah penduduk. Istilah yang berkaitan dengan PTM adalah sebagai berikut :

1). Kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran

2). Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Sebaliknya, penduduk tidak miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan minimal sama dengan Garis Kemiskinan. 3). Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKNM).

GK= GKM + GKNM

4). Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori per kapita per hari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi 1978. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran,kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Ke 52 jenis komoditi ini merupakan komoditi-komoditi yang paling banyak dikonsumsi oleh orang miskin. Jumlah pengeluaran untuk 52 komoditi ini sekitar 70 persen dari total pengeluaran orang miskin.

5). Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

(41)

Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 15

a. Head Count Index (HCI-P0), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan (GK).

b. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) adalah ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk

miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

c. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) adalah ukuran yang memberikan gambaran mengenai penyebaran

pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin.

Rumus Penghitungan :

PTM = {(Jumlah penduduk tidak miskin : Jumlah penduduk) X 100} Contoh Interpretasi :

Misalkan PTM di Provinsi Banten 94,26 persen. Berarti masih ada sekitar 5,74 persen penduduk Banten yang hidup dibawah garis kemiskinan.

Keterangan :

Salah satu indikator sosial ekonomi yang dhasilkan oleh BPS.

8. Persentase Penyelesaian Tindak Pidana

Persentase penyelesaian tindak pidana (PP-TP) adalah indikator yang berguna untuk menggambarkan tingkat penyelesaian oleh kepolisian terhadap tindak pidana yang terjadi di masyarakat.

Definisi :

PP-TP adalah proporsi jumlah peristiwa tindak pidana yang diselesaikan terhadap jumlah peristiwa tindak pidana yang dilaporkan. Istilah yang berkaitan dengan PP-TP adalah sebagai berikut :

1). Peristiwa tindak pidana yang dilaporkan ialah setiap peristiwa yang diterima kepolisian dari laporan masyarakat, atau peristiwa dimana pelakunya tertangkap tangan oleh kepolisian.

(42)

16 Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

3). Suatu tindak pidana dinyatakan sebagai kasus yang selesai di tingkat kepolisian, apabila : a. Berkas perkaranya sudah siap untuk diserahkan atau telah diserahkan kepada kejaksaan;

b. Dalam hal delik aduan, pengaduannya dicabut dalam tenggang waktu yang telah ditentukan menurut undang-undang; c. Telah diselesaikan oleh kepolisian berdasarkan azas Plichmatigheid (kewajiban berdasarkan kewenangan hukum); d. Kasus yang dimaksud tidak termasuk kompetensi kepolisian;

e. Tersangka meninggal dunia; f. Kasus kadaluwarsa.

Rumus Penghitungan :

PP-TP = {(Jumlah peristiwa tindak pidana yang diselesaikan : Jumlah tindak pidana yang dilaporkan) X 100} Contoh Interpretasi :

Misalkan P-TP Banten mencapai 62,99 persen. Berarti secara rata-rata dari 100 peristiwa tindak pidana yang dilaporkan terjadi di Banten, 62 sampai 63 diantaranya berhasil diselesaikan oleh Kepolisian Daerah Banten.

Keterangan :

Data jumlah peristiwa tindak pidana yang dilaporkan menurut status penyelesaian berasal dari Kepolisian Republik Indonesia, yang dikutip dari Statistik Indonesia 2013 dan 2014.

Statistik Indonesia adalah publikasi tahunan BPS RI, yang berisi berbagai data dan informasi mengenai Indonesia.

9. Angka Melek Huruf (AMH)

AMH merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan penduduk suatu wilayah untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta untuk menyerap informasi dari berbagai media. Dengan demikian, AMH mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus kontribusi penduduk terhadap pembangunan daerah. AMH digunakan untuk mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah pedesaan dimana jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak tamat SD masih cukup tinggi.

(43)

Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 17

Definisi :

Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf lain dan atau huruf lainnya.

Dapat membaca dan menulis artinya dapat membaca dan menulis kata-kata/kalimat sederhana dalam aksara tertentu yaitu huruf latin dan atau huruf lainnya.

Rumus Penghitungan :

AMH = {(Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas) X 100} Contoh Interpretasi :

Misalkan AMH penduduk Banten mencapai 96,51 persen. Berarti, masih ada sekitar 4 persen penduduk Banten berusia 15 tahun ke atas yang masih buta huruf.

Keterangan :

AMH adalah salah satu indikator pendidikan yang dhasilkan oleh BPS (Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional/Susenas).

10. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Lamanya sekolah adalah sebuah angka yang menunjukkan lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan terakhir yang diduduki. Lamanya sekolah merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu dan karena itu RLS dapat dijadikan ukuran akumulasi modal manusia di suatu wilayah.

Definisi :

RLS didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang yang pernah dijalaninya.

Rumus Penghitungan :

RLS = Lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas

(44)

18 Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

Contoh Interpretasi :

Misalkan RLS Banten mencapai 8,61 tahun. Berarti, lama sekolah penduduk Banten berusia 15 tahun ke atas rata-rata 8,61 tahun atau menduduki kelas 3 SMP.

Keterangan :

RLS adalah salah satu indikator pendidikan yang dhasilkan oleh BPS (Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional/Susenas).

11. Angka Partisipasi Kasar (APK)

APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum pada suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat partisipasi sekolah, tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya.

Definisi :

APK adalah proporsi penduduk usia berapapun yang bersekolah pada jenjang pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang bersesuaian dengan jenjang pendidikan tersebut.

Rumus Penghitungan :

APK SD/MI/Sederajat = {(Jumlah penduduk yang bersekolah SD/MI/Sederajat : Jumlah penduduk usia 7-12 tahun) X 100} APK SMP/MTs/Sederajat = {(Jumlah penduduk yang bersekolah SMP/MTs/Sederajat : Jumlah penduduk usia 13-15 tahun) X 100}

APK SMA/SMK/MA/Sederajat = {(Jumlah penduduk yang bersekolah SMA/SMK/MA/Sederajat : Jumlah penduduk usia 16-18 tahun) X 100}

Contoh Interpretasi :

Misalkan APK SD/MI/Sederajat Banten mencapai 104,46 persen. Berarti, ada penduduk yang belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya, namun sedang bersekolah pada jenjang pendidikan SD/MI/Sederajat. Hal ini juga menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu menampung penduduk usia sekolah lebih dari target yang sesungguhnya.

Keterangan :

(45)

Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 19

12. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan (APT)

APT merupakan indikator yang menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di suatu wilayah. APT juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah.

Definisi :

APT atau persentase penduduk usia 15 tahun ke atas menurut jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan, adalah proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas baik yang masih sekolah ataupun tidak bersekolah menurut jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Tamat sekolah adalah menyelesaikan pelajaran yang ditandai dengan lulus ujian akhir pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang pendidikan di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan tanda tamat belajar/ijazah. Seseorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi tetapi telah mengikuti ujian akhir dan lulus dianggap tamat sekolah.

Rumus Penghitungan :

APT Jenjang Pendidikan Tertentu = {(Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang tamat jenjang pendidikan tertentu : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas) X 100}

Contoh Interpretasi :

Misalkan APT S1/D4 ke Atas Banten mencapai 5,61 persen. Berarti secara rata-rata dari 100 penduduk Banten yang berusia 15 tahun ke atas, 5 sampai 6 orang merupakan lulusan S1/DIV atau S2 atau S3.

Keterangan :

APT adalah salah satu indikator pendidikan yang dhasilkan oleh BPS (Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional/Susenas).

13. Angka Partisipasi Murni (APM)

APM menunjukkkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. Namun jika dibandingkan APK, APM merupakan indikator daya serap yang lebih baik karena APM melihat partisipasi penduduk kelompok usia standar padai jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar tersebut.

(46)

20 Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

Definisi :

APM adalah proporsi penduduk usia sekolah yang bersekolah pada jenjang pendidikan sesuai dengan usianya terhadap jumlah penduduk usia sekolah yang bersesuaian dengan jenjang pendidikan tersebut.

Rumus Penghitungan :

APM SD/MI/Sederajat = {(Jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah SD/MI/Sederajat : Jumlah penduduk usia 7-12 tahun) X 100}

APM SMP/MTs/Sederajat = {(Jumlah penduduk usia 13-15 tahun yang bersekolah SMP/MTs/Sederajat : Jumlah penduduk usia 13-15 tahun) X 100} APM SMA/SMK/MA/Sederajat = {(Jumlah penduduk usia 16-18 tahun yang bersekolah SMA/SMK/MA/Sederajat : Jumlah penduduk usia 16-18 tahun) X 100}

Contoh Interpretasi :

Misalkan APM SD/MI/Sederajat Banten adalah 51,86 persen. Berarti, ada lebih dari separuh penduduk usia 7-12 tahun yang bersekolah SD/MI/Sederajat.

Keterangan :

APM adalah salah satu indikator pendidikan yang dhasilkan oleh BPS (Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional/Susenas).

14. Angka Harapan Hidup (AHH)

Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka harapan hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya.

Definisi :

(47)

Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014 21

Metode Penghitungan :

Idealnya, angka harapan hidup dihitung berdasarkan angka kematian menurut umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat tabel kematian. Tetapi karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung angka harapan hidup, BPS menggunakan metode tidak langsung dengan memanfaatkan data primer yang berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Triwulanan, Sensus Penduduk dan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilaksanakan oleh BPS. Untuk memudahkan, penghitungan AHH dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi Mortpack. Contoh Interpretasi :

Misalkan AHH Banten tahun 2013 mencapai 65,23 tahun. Berarti untuk setiap penduduk Banten yang lahir pada tahun 2013, secara rata-rata dapat hidup sampai usia minimal 65 tahun dan maksimal 66 tahun.

Keterangan :

AHH adalah salah satu indikator kesehatan yang dhasilkan oleh BPS.

15. Persentase Balita Gizi Buruk

Persentase balita gizi buruk (P-BGB) merupakan indikator yang menggambarkan kondisi status gizi balita dengan menghitung seberapa banyak kejadian gizi buruk yang menimpa balita di suatu wilayah.

Definisi :

P-BGB adalah persentase jumlah balita gizi buruk yang ditemukan terhadap seluruh balita dalam kurun waktu yang sama. Istilah yang berkaitan dengan P-BGB adalah sebagai berikut :

1). Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balitasecara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk.

(48)

22 Indikator Kinerja Penyelengaraan Pemerintah Daerah Sesuai Permendagri 54/2010 – Tahun 2014

2). WHO mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu : a) rendah = di bawah 10 %; b) sedang = 10-19 %; c) tinggi = 20-29 %; dan d) sangat tinggi = 30 %.

Rumus Penghitungan :

P-BGB = {( jumlah balita gizi buruk yang ditemukan : Jumlah seluruh balita) X 100} Contoh Interpretasi :

Misalkan P-BGB Banten sebesar 0,13 persen. Berarti, secara rata-rata dari 10.000 balita, ada sekitar 13 balita yang ditemukan menderita status gizi baruk.

Keterangan :

Data jumlah balita gizi buruk yang ditemukan dan jumlah seluruh balita berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten.

16. Persentase Penduduk Yang Bekerja

Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja, sehingga dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan atau lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja. Persentase penduduk yang bekerja atau tingkat kesempatan kerja (TKK) merupakan indikator untuk mengukur kesemapatan kerja yang tersedia di suatu wilayah.

Definisi :

TKK adalah proporsi jumlah penduduk usia kerja yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Istilah yang berkaitan dengan TKK adalah sebagai berikut :

1). Penduduk usia kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas

Gambar

Tabel 2.1.1.  PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten (miliar rupiah)  Tahun 2007-2013  Kabupaten/Kota  2007  2008  2009  2010  2011  2012  *) 2013  **) (1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  Kabupaten  1
Tabel 2.2.1. Angka Melek Huruf (AMH) Menurut Kabupaten/Kota  Se-Provinsi Banten  Tahun 2002-2013  Kabupaten/Kota  2002  2003  2004  2005  2006  2007  2008  2009  2010  2011  2012  2013  (1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)  K
Tabel 2.3.1. Angka Harapan Hidup (AHH) Menurut Kabupaten/Kota Se-Provinsi Banten  Tahun 2002-2013  Kabupaten/Kota  2002  2003  2004  2005  2006  2007  2008  2009  2010  2011  2012  2013  (1)  (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7)  (8)  (9)  (10)  (11)  (12)  (13)
Tabel 2.4.1. Persentase Penduduk yang Bekerja Provinsi Banten dan Indonesia  Tahun 2012-2014
+5

Referensi

Dokumen terkait

(4) Dalam hal Rencana Kerja dan Anggaran Universitas belum disahkan oleh Majelis Wali Amanat sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), maka Rencana Kerja dan

Hasil pengujian hubungan antara dependen variabel (keputusan siswa SMA) dalam memilih Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Universitas Batanghari, sedangkan

Tema-tema yang berhubungan dengan ide feminisme yang disajikan dalam karya p erem p uan A frika bany ak y ang membicarakan persoalan perempuan dalam interaksi mereka

Analisis komprehensif dari hasil temuan dlapangan serta wawancara dapat diuraikan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik di Desa Potanga telah memenuhi 14

Rafiloza menambahkan Galuik Balam dalam konteks pertunjukan ini adalah estetika yang melekat dalam realitas, dendang Balam-balam, ritual anak balam menjadi materi dalam

Pendidik: “Hari ini kita akan mempelajari perkembangan reaksi oksidasi dan reduksi berdasarkan pelepasan dan pengikatan oksigen, pelepasan dan penerimaan elektron,

INTP  17600‐18450.  Setelah  tekanan  jual  akhir  pekan  lalu,  kemarin  harga  saham  Indocement  Tunggal  Prakarsa