BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Pohon Kecapi
Pohon kecapi (Sandoricum Koetjape (Burm.f.) Merr.)tinggi 30 m, memiliki cabang dan rantingyang banyak. Batang melengkung berkayu, bergetah, percabangan mulai dari bagian pangkalnya. Daun majemuk, lonjong, berseling, panjang 12-20 cm, tepi rata, ujung meruncing, pertualangan menyirip, permukaan halus, mengkilat, tangkai bulat, panjang 5-7 cm, hijau. Bunga majemuk berbentuk malai, berambut di ketiak daun, megantung, panjang 12-26 cm, tangkai pendek putik 4-5, putih, mahkota panjang 6-8 cm, kuning kehijauan. Buahnya bulat, berambut dengan diameter 5-6 cm dan berwarna kuning.Biji berbentuk bulat dan coklat.
Pohon ini di tanam terutama karena diharapkan buahnya, pohon kecapi berbuah masak dalam bulan oktober sampai november yang berasa manis atau agak asam. Kulit buahnya yang berdaging tebal kerap di makan dalam keadaan segar atau di masak lebih dulu, dijadikan manisan atau Marmalade. Kayu kecapi bermutu baik sebagai bahan kontruksi rumah, bahan perkakas atau kerajinan, mudah di kerjakan dan mudah dipoles dan daunnya juga banyak dimanfaakan masyrakat di daerah pedesaan yaitu untuk obat diare dan kudis.
Berbagai bagian pohon kecapi memiliki khasiat berbagai macam obat.Pada air rebusan daun dan kulit batangnya digunakan untuk mengobati panas tinggi (demam) dan obat keputihan. Serbuk kulit batangnya untuk pengobatan penyakit kulit, dan Akarnya dapat digunakan untuk obat Kembung, perut diare dan untuk obat batuk. Daun, batang dan akar tumbuhan kecapi mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol ( Hutapea, 1994).
2.1.1 Klasifikai Tumbuhan kecapi
Klasifikasi tumbuhan Kecapi (Sandoricum Koetjape (Burm.f.) Merr.)sebagai berikut, ( Tjitrosoepomo, 2004 dan Corner and Watanabe, 1969).
Kingdom :Plantae
Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Kelas :Dicotyledoneae Anak Kelas :Dialypetalae Bangsa : Rutales Suku : Meliaceae Marga : Sandoricum
Jenis : Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. 2.1.2 Habitat pohon kecapi
Pohon Kecapi banyak tumbuh secara alami di daratan daerah rendah sampai daerah pergunungan dengan ketinggian 1200 meter atau lebih.Kecapi diperkirakan berasal dari Semenanjung Malaya. Berabad-abad yang silam, tumbuhan ini dibawa dan dimasukkan ke india, Indonesia dan Filipina. Dan sekarang tanaman kecapi pada umumnya tanaman kecapi sudah sulit ditemukan karena sudah langkasehingga pohon kecapi ditanamdikebun secara sederhana (Mabberley et al,1995)
2.1.3Nama daerah
Nama lain dari kulit batang kecapi,(Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.)yang terdapat di Indonesia sering disebut dengan kecapi mempunyai nama-nama sebutan daerah yang berbeda-beda, misalnya pono, setul, sentoy (Aceh), Hasapi, Sotul (Batak), Kasapi, Santu (Makasar), Sentul (Jawa). (Anonim 2008).
2.1.4 Morfologi Pohon kecapi
Pohon kecapi merupakan tumbuhan yang rimbun dan besar, batangnya tumbuh tegak dapat mencapai 30 m, diameternya 70 sampai 90 cm, bergetah seperti susu. Daun majemuk berseling-seling, bertangkai sampai dengan 18 cm, menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bundar telur, membulat atau agak runcing di pangkal, meruncing di ujung, hijau berkilat di sebelah atas, hijau kusam di bawahnya. Anak daun ujung bertangkai panjang, jauh lebih panjang dari tangkai anak sampingnya. Bunga kelamin dua, bertangkai pendek, kelopak bertaju lima, mahkota lima helai, kuning hijau, samar-samar berbau harum. Buah bulat agak gepeng, kuning agak kemerahan jika masak, berbulu halus seperti beludru. Daging buah bagian luar tebal dan keras menyatu dengan kulit, kemerahan, daging buah bagian dalam lunak dan berair, melekat pada biji, putih, masam sampai manis. Biji 2 sampai 5 butir, besar, bulat telur agak pipih, coklat kemerahan berkilat, keping biji berwarna merah (Verheij dan Coronel,1997). 2.1.5 Kandungan kimia
Batang dan akar tumbuhan kecapi (Sandoricum koetjape
(Burm.f.)Merr.)mengandung flavonoid, glikosida, saponim, tanin dan
steroid/triterpenoid (Hutapea,1994). 2.1.6 Manfaat pohon kecapi
Akar dan seluruh bagian tanaman dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit diantaranya sebagai obat keputihan dan obat mulas, obat batuk, cacing gelang, antidiare, obat demam (Hutapea,1994). Bagian tanaman yang lainnya juga sangat bermanfaat, kulit batang kecapi(Sandoricum koetjape
(Burm.f.)Merr.)untuk pengobatan cacing gelang dan kurap, akarnya untuk obat
2.2 Ekstraksi 2.2.1 Pengertian
Ekstraksi adalahsuatu proses penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair. Simplisia yang diestraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Ditjen POM,2000).
Ektrak adalah sedian pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau sebuk yang tersisa diperlukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).
2.2.2 Metode ekstraksi
Menurut Dirjen POM (2000), beberapa metode ekstraksi: a. Cara dingin
Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari:
1. Meserasi adalah proses pengekstrakkan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. b. Cara panas
Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari:
1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
2. Soxhletasi adalah suhu proses menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat soxletasi sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti adalah meserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-500C.
4. Infundasi adalah ektraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infuse tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-980C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
5. Dekoktasi adalah infundasi pada waktu yang lebih lama ±30 menit dan temperatur sampai titik didih air.
2.3 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk tujuan membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang tidak diinginkan pada suatu objek atau spesimen. Cara-cara sterilisasi (Pratiwi, 2008) yaitu:
a. Sterilisasi dengan bahan kimia, contoh: senyawa fenol dan turunannya. Desinfektan ini digunakan misalnya untuk membersihkan area tempat bekerja. b. Sterilisasi kering digunakan untuk alat-alat gelas misalnya cawan petri, tabung
reaksi. Waktu sterilisasi selama kurang lebih 2 jam, berdaya penetrasi rendah. Ada dua metode sterilisasi panas kering yaitu dengan insenerasi, yaitu pembakaran dengan api bunsen dan oven dengan temperatur sekitar 160-1700C.
autoklaf. Media biakan, larutan dan kapas dapat di sterilkan dengan cara ini. Autoklaf merupakan suatu alat pemanas bertekanan tinggi, dengan meningkatkan suhu air maka tekanan udara akan bertambah dalam autoklaf yang tertutup rapat. Sejalan dengan meningkatnya tekanan di atas tekanan udara normal, titik didih air meningkat.Biasanya pemanasan autoklaf berada pada suhu 1210C selama 15 menit.
d. Filtrasi bakteri, digunakan untuk menstrilkan bahan-bahan yang terurai atau tidak tahan panas.
2.4 Bakteri
Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahas yunani) yang berarti tongkat atau batang.Sekarang namanya dipakai untuk menyebutkan sekelompok mikroorganisme yang bersel satu.Berkembangbiak dengan berbelah diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1987).
Pertumbuhan dan perkembangan bakteri di pengaruhi oleh: a. Temperatur
Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi kimia yang di pengaruhi oleh temperatur berdasarkan ini maka bakteri dapatklasifikasikan sebagai berikut:
1. Baktri psikofil yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur maksimal 200C, temperatur optimum adalah 0-150C.
2. Bakteri mesofil yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperature maksimal 450C, temperatur optimum adalah 20-400C.
maksimal 1000C, temperatur optimum 55-65 0C
Temperatur optimum biasanya merupakan refleksi dari lingkungan normal organisme tersebut.Oleh karena itu bakteri-bakteri yang pathogen bagi manusia biasanya tumbuh dengan baik pada suhu 370C(Pratiwi, 2008).
b. pH
pH optimum bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Namun mikroorganisme yang dapat tumbuh pada keadaan yang sangat asam atau alkali (Pratiwi, S.T., 2008)
c. Tekanan osmosis
Osmosis merupakan perpindahan air melawati membran semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media.Medium yang baik untuk pertumbuhan sel medium isotonis terhadap sel tersebut. Dalam larutan hipotonik air akan masuk ke dalam sel sehingga menyebabkan sel membengkak, sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari sel sehingga membran plasma mengerut dan lepas dari dinding sel (plasmolisis). (Pratiwi, 2008 dan Lay, 1992) d. Oksigen
Berdasarkan kebutuhan oksigen dikenal mokroorganisme menjadi lima golongan. 1. Bakteri aerobik yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya.
2. Bakteri anaerobik yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen.
3. Bakteri anaerobik fakultatif yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan oksigen ataupun tanpa oksigen.
4. Bakteri mikroaerob yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan sedikitadanya oksigen (Pratiwi, 2008)
Pertumbuhan bakteri meliputi empat fase (Pratiwi, 2008) yaitu: 1. Fase lag
Fase lag merupakan adaptasi, yaitu fase penyesuian mikroorganisme pada lingkungan baru. Ciri fase ini adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan.
2. Fase eksponensial (fase log)
Fase ini merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum, tegantung pada genitika bakteri, sifat media, dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah secara eksponensial.
3 .Fase stasioner
Pertumbuhan bakteri terhenti pada fase ini dan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati.Karena pada fase ini terjadi akumulasi produk buangan yang toksik.
4. Fase Kematian
Pada fase ini terjadi penurunan nutrisi yang diperlukan oleh bakteri sehingga bakteri memasuki fase kematian. Laju kematian melampaui dari laju pertumbuhan, dan pada akhirnya pertumbuhan bakteri terhenti (Volk dan Wheeler,1988).
Berdasarkan morfologinya bakteri dapat dibedakan atas tiga bagian yaitu: a. Bentuk basil
Basil adalah bakteri yang mempunyai bentuk menyerupai batang atau selinder, membelah dalam satu tabung, berpasangan ataupun berbentuk rantai pendek atau panjang. Bentuk basil dapat dibedakan atas:
1. Monobasil yaitu basil yang terlepas satu sama lain dengan kedua ujung tumpul.
2. Diplobasil yaitu basil yaitu basil yang bergandeng dua dan kedua ujungnya tumpul.
3. Streptobasil yaitu basil yang bergandengan panjang dengan kedua ujung
tajam. Contoh Escherichia coli, Bacillus anthracis, Salmonella typhimurium,
Shigella dysenteriae.
b. Bentuk Kokus
Kokus adalah bakteri yang bentuknya sepeti bola-bola kecil, ada yang hidup sendiri dan ada yang berpasang-pasangan. Bentuk kokus ini dapat dibedakan atas:
1. Diplokokus yaitu kokus yaitu kokus yang bergandeng dua. 2. Tetrakokus yaitu kokus yang mengelompok empat.
3. Stafilokokus yaitu kokus yang mengelompok dan merupakan suatu untaian. 4. Streptokokus yaitu kokus yang bergandeng-gandengan panjang berupa rantai. 5. Sarkina yaitu kokus yang mengelompok seperti kubus.Contoh: Monococcus
gonorhoe, Diplococcus pneumonia, Streptococcus viridian,Staphylococcus epidermidis , Sarcina luten.
c. Bentuk spiral
dapat dibedakan atas:
1. Spiral yaitu bentuk yang menyerupai spiral atau lilitan. 2. Vibrio yaitu bentuk yang merupai spiral atau lilitan
3. Spirochaeta yaitu menyerupai bentuk spiral, bedanya dengan spiral dalam kemampuannya melenturkan dan melekukkan tumbuhnya sambil bergerak.
Berdasarkan reaksi bakteri terhadap pewarnaan gram, maka bakteri dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
a. Bakteri gram positif, yaitu bakteri yaitu bakteri yang dapat mengikat zat warna utama (Kristal violet) sehingga tampak berwarna unggu tua.
b. Bakteri gram negatif, yaitu bakteri yang kehilangan warna utama (Kristal violet) ketika dicuci dengan alcohol dan menyerap zat warna kedua sewaktu pemberian safranin tampak berwarna merah (Lay, 1994).
2.4.2 Bakteri gram positif
Bakteri gram positif mempunyai struktur dinding sel yang tebal (15-80µm) dan berlapis tunggal (mono).Komponen utama penyusun dinding sel adalah peptidoglikon dan asam teikoat (Plezar et al, 1986).
2.4.2.1 Bakteri Staphylococcus epidermidis
Sistematika bakteri Staphylococcus epidermidis (Breed, et al, 1957) Divis : Eukariota
Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Micrococcaceae Marga : Staphylococus
Jenis : Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri gram positif, aerob atau
anaerob fakultatif berbentuk bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8-1,0µm tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Koloni berwarna putih bakteri tumbuh cepat pada suhu 370C. Koloni ini pada pembenihan padat berbentuk halus, menonjol,berkilau,tidak menghasilkan figmen , berwarna putih
porselen sehinggaStaphylococcus epidermidis disebut Staphylococcus albus koagulasi-negatif dan tidak meragi manitol.(Jawetz et al, 2001).
Staphylococcus epidermidis terdapat pada kulit, selaput lendir, bisul dan
luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan (Jawetz et al, 2001).
2.4.3 Bakteri gram negatif
Bakteri gram negatif mempunyai struktur dinding sel yang tipis (10-15 mm) dan berlapis tiga (multi). Dinding sel meliputi peptidoglikan dan selaput luar mengandung tiga polimer yaitu lipoprotein, fosfolipida, dan lilipopolisakarida (Pelczar et al, 1986).
2.4.3.1 Bakteri Pseudomonas aeginosa
Sistematika bakteri Pseudomonas aeruginosa ( Breed, et,el, 1957): Divis : Eukariota
Kelas : Schizomycetes Bangsa : Pseudomononadales Suku : Pseudomonodaceae Marga : Pseudomonas
Jenis : Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif aerob obligat
berbentuk batang, bergerak, berukuran sekitas diameter 0,5-10 x 3,0-44,0 µm, terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan kadang – kadang membentuk rantai yang pendek. Pseudomonas aeruginosa membentuk koloni halus bulat dengan fluresensi kehijauan.Bakteri ini menghasailkan piosianim suatu pigmen kebiru – biruan yang tak berfluoresensi, yang berdifusi kedalam agar. Fluorensi dapat dihasilkan bila biakan diinkubasi pada suhu 20 –300C dari pada yang inkubasi
pada suhu 35 -37 0C (Jawetz et el, 2001).
Pseudomonas aeruginosa tersebar luas di alam biasanya terdapat
dilingkungan yang lembab.Bakteri ini menyebabakan penyakit bila pertahan tubuh inang abnormal.Dalam jumlah kecil, bakteri sering terdapat pada flora usus normal dan kulit manusia serta merupakan potagen utama dari kelompok pseudomonas. Bakteri ini menimbulkan infeksi pada luka bakar, infeksi saluran kemih dan infeksi mata (Jawetz et el, 2001).
2.4.4 Media Pertumbuhan Bakteri
Pembiakan bakteri dalam labaratorium memerlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bakteri.Zat hara diperlukan untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme dan pergerakan. Lazimnya, media biakan mengandung air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen,sulfur, fosfat, oksigen dan hydrogen. Dalam bahan dasar media dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam amino dan vitamin. Media biakan dapat dikelompokkan dalam beberapa katagori, yaitu:
1 Berdasarkan asalnya, media dibagi atas:
1). Media sintetik yaitu media yang kandungan dan isi bahan yang ditambah diketahui secara terperinci. Contoh: glukosa, kalium fosfat,magnesiumfosfat. 2). Media non sintetik yaitu media yang kandungan dan isinya tidakdiketahui
secara terperinci dan menggunakan bahanyang terdapat dialam. Contohnya: ekstrak daging, pepton (Lay, 1994).
II. Berdasarkan kegunaannya, dapat dibedakan menjadi: 1). Media selektif.
Media selektif adalah media biakan yang mengandung satu bahan yang dapat menghambat berkembangbiakan mikroorganisme
yang ingin diisolasi. 2). Media diferensial
Media ini digunakan untuk menyeleksi suatu mikroorganismedari berbagai jenis dalam suatu lempengan agar.
3). Media diperkaya
Media ini digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang diperoleh dari lingkungan alami karena jumlah mikroorganisme yangada terdapat dalam jumlah sedikit (Irianto, 2006).
III. Berdasarkan konsistensinya, dibagi atas ( Irianto, 2006). 1). Media Padat/solid
2). Media semi solid. 3). Media cair.
2.4.5 Pengukuran aktivitas antibakteri
Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode dilusi (pengenceran) atau dengan metode difusi.
a. Metode Dilusi
Metode ini digunakan antimikroba dengan konsentrasi yang berbeda-beda di masukkan pada media cair.Media tersebut langsung diinokulasikan dengan bakteri dan diinkubasikan.Tujuan dari pecobaan ini adalah menentukan konsentrasi terkecil suatu zat antibakteri dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri uji. Metode dilusi agar membutuhkan waktu yang lama dalam pengerjaannya sehingga jarang digunakan (Jawetz et el, 2001)
b. Metode Difusi
Metode yang sering digunakan adalah metode difusi agar denganmenggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang.
Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi zat yang bersifat sebagai antibakteri didalam media padat melalui pencadang.Daerah hambat pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih di sekitar cakram.Luas daerah hambatan berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri, semakin kuat daya aktivitas antibakterinya maka semakinluas daerah hambatnya. Metode ini di pengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalya: PH, suhu, zat inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas dari bahan obat (Jawetz et el, 2001)
2.4.6 Identifikasi Bakteri
Identifikasi bakteri dilakukan berdasarkan pada morfologi, sifat biakan dan sifat biokimia dari bakteri. Mikroorganisme yang akan diisolasikan dapat berupa biakan murni atau populasi campuran. Pemurniam dilakukan dengan cara menggores suspensi mikroba yang akan diisolasi agar lempengan. Setelah di perolehan biakan murni dapat dilakukan pewarna gram. Setelah diperolehbiakan murni dapat dilakukan serangkaian uji untuk memperoleh ciri morfologi dan biokimia ( Lay, 1994)
2.4.6.1 Metode isolasi biakkan bakteri a) Cara gores
Cara gores adalah suatu metode menggoreskan alatose yang telah steril lalu dicelupkan ke dalam suspensikan mikroorganisme yangdiencerkan, lalu di buat serangkaian goresan sejajar yang tidak saling menutupi di atas permukaan agar yang telah padat.
b) Cara sebar
Suspensi mikroorganisme yang telah diencerkan diinokulasikan secara merata dengan menggunakan hockey stick pada permukaan media.
c) Cara Tuang
Pengenceran inokulum yang berturut – turut diletakkan pada cawan petri steril dan dicampurkan dengan medium agar cair, lalu dibiarkan memandat. Koloni yang berkembang akan tertanam di dalam mediatersebut (Stainieret al, 1982)
2.4.6.2 Tahapan Isolasi a. Pembiakan
Suspensi bakteri digoreskan pada gambar lempengan, agar miring ataumedia cair.Sifat biakan dari suatu mikroorganisme tergantungpenampilannyapada berbagai media.
b. Pewarnaan
Dibuat pewarnaan gram untuk mengetahui sifat gram, morfologi mikroorganisme c. Uji Biokimia
Setelah diperoleh koloni yang terpisah dilakukan berbagai uji biokimia yang didasarkan pada hasil metabolisme yang disebabkan oleh daya kerja enzim. d. Pengawetan biakan mikroorganisme
Pengawet biakan mikroorganisme adalah biakan hasil isolasi koloni sudah di tentukan ciri-cirinya serta sudah ditetapkan sebagai biakan murni maka biakan mikroorganisme inidapat diawetkan sebagai biakan pokok (Lay, 1994).