LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN
“SOFT TISSUE TUMOR” “SOFT TISSUE TUMOR”
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Di susun Oleh : Di susun Oleh : Erma Sugihartini Erma Sugihartini 400613056 400613056
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DHARMA HUSADA
BANDUNG BANDUNG
2014 2014
LAPORAN PENDAHULUAN SOFT TISSUE TUMOR
Nama : Erma Sugihartini
Nim : 4006130056
Ruang : Bedah Orthopedi
I. Pengertian
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot, tendon, jaringan ikat, dan jaringan lemak.
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yangdisebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma.
Soft Tissue Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak tumbuh seperti kanker.
Jadi Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.
II. Etiologi
Etiologi Soft Tissue Tumor : 1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastik.
3. Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.
III. Manifestasi Klinik
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi, dalam tahap awal tumors jaringan lunak biasanya tidak
menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumors dapat tumbuh lebih besar, mendorong samping jaringan normal, sebelum mereka merasa atau menyebabkan masalah. kadang gejala pertama biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak. dan dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena
dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat
menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya.
IV. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi. 2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal. 4. Metastasis jauh.
V. Gambar
Contoh Soft Tissue Tumor
VI. Penatalaksanaan
Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumor tergantung pada tahap dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan dari tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.
1. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)
Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumors. Jika memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin yang aman dari jaringan sehat di sekitarnya. Penting untuk mendapatkan margin bebas tumor untuk mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan memberikan yang terbaik bagi pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin, jarang sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari lengan atau kaki. 2. Terapi radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah shrink Tumor operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat digunakan untuk merawat tumor yang tidak dapat dilakukan pembedahan. Dalam beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan untuk memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada keseluruhan hidup.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau sesudah operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau membunuh sel kanker yang tersisa. Penggunaan kemoterapi untuk mencegah penyebaran jaringan lunak tumors belum membuktikan untuk lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke area lain dari tubuh, kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumors dan mengurangi rasa sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak mungkin untuk membasmi penyakit.
VII. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan imaging sebagai tambahan dari pemerikasaan klinis penderita perlu dikerjakan, selain untuk menegagkan diagnosis juga untuk staging. Pada pemeriksaan dengan foto polos kadang-kadang didapatkan gambaran masa dengan kalsifikasi. Foto polos pada ekstremitas dapat digunakan untuk evaluasi adanya infiltrasi tumor pada tulang. Pemeriksaan imaging lebih lanjut dapat dengan CT scan, MRI atau PET scan.
Biopsi pada tumor primer merupakan bagian yang penting sebelum treatment pada penderita soft tissue tumor. Soft tissue tumor dengan ukuran yang lebih beasar dari 5 cm harus dipertimbangkan untuk dilakukan biopsi terlebih dahulu. Dengan biopsi dapat
dilakukan pemeriksaan histopatologi dan diharapkan dapat menentukan grade dari tumor. Grade sangat penting untuk menentukan rencana terapi.
Percutaneous core-needle biopsy (CNB) memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk diagnosis beberapa soft tissue tumor. CNB dapat dilakukan secara blind atau dengan image-guided. Dengan image-guided, biopsi akan lebih terarah pada area tumor (tidak pada area sentral nekrosis).
Insisi biopsi merupakan pilihan kedua apabila dengan CNB diagnostik masih belum bisa ditegakkan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya morbiditas yang harus dipertimbangkan dengan tindakan insisi biopsi termasuk resiko anestesi, perdarahan dan penyembuhan luka. Selain itu insisi biopsi juga memerlukan biaya yang lebih besar. Eksisi biopsi merupakan pilihan pada neoplama yang kecil dan letaknya superficial.
Fine needle aspiration biopsy (FNAB) sebagai alat bantu untuk menegakkan diagnosis soft tissue neoplasma masih diperdebatkan. Hasil dari FNA pada lesi mesenchymal sangat bervariasi dan tergantung beberapa faktor, diantaranya skill dari aspirator dan keahlian interpretasi dari cytopathologist. Dengan demikian akurasi diagnosis FNA sangat tergantung keahlian dan pengalaman cytopathologist dalam diagnosis soft tissue sarcoma dengan pemeriksaan sitologi.
VIII. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN a. Wawancara
Dapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.
b. Pemeriksaan fisik
Teraba massa/benjolan dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena, Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta per gerakan yang terbatas.
Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit, mungkin hebat atau dangkal sering hilang dengan posisi flexi, berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek berat, Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regional.
c. Pemeriksaan Diagnostik
Radiografi, Pemeriksaan Imaging, biopsi, Percutaneous core-needle biopsy (CNB), Fine needle aspiration biopsy (FNAB), tomografi paru, tes lain untuk diagnosis banding. (Wong, 2003)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL a. Nyeri berhubungan dengan proses patologik dan pembedahan.
b. Koping tidak efektif berhubungan dengan rasa takut tentang ketidak tahuan, persepsi tentang proses penyakit, dan sistem pendukung tidak adekuat
c. Ganngguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan muskuluskletal, nyeri, dan amputasi.
d. Gangguan harga diri berhubungan dengan hilangnya bagian tubuh atau perubahan kinerja peran
3. RENCANA INTERVENSI a. Dx 1
Tujuan: klien mengalami pengurangan nyeri KH :
· Mengikuti aturan farmakologi yang ditentukan
· Mendemontrasikan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktifitas hiburan sesuai indikasi situasi individu.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji status nyeri ( lokasi,
frekuensi, durasi, dan intensitas nyeri
2. Berikan lingkungan yang nyaman, dan aktivitas hiburan (misalnya : musik, televisi )
3. Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi
memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan. Meningkatkan relaksasi klien
Meningkatkan relaksasi yang dapat menurunkan rasa nyeri klien
4. Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.
Mengurangi nyeri dan spasme otot
b. Dx 2
Tujuan : Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif dan partisipasi aktif dalam aturan pengobatan
KH :
· Pasien tampak rileks
· Melaporkan berkurangnya ansietas
· Mengungkapkan perasaan mengenai perubahan yang terjadi pada diri klien
INTERVENSI RASIONAL
1. Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan
2. Berikan lingkungan yang nyaman dimana pasien dan keluarga merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak untuk berbicara
3. Pertahankan kontak sering dengan pasien dan bicara dengan menyentuh pasien
4. Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis
Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa takut serta kesalahan konsep tentang diagnosis
Membina hubungan saling percaya dan membantu pasien untuk merasa diterima dengan kondisi apa adanya
Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak.
Menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai
c. Dx 3
Tujuan : masalah kerusakan mobillitas fisik teratasi
KH : Pasien tampak ikut serta dalam program latihan / menunjukan keinginan berpartisipasi dalam aktivitas, Pasien tampak mempertahankan koordinasi dan mobilitas sesuai tingkat optimal
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang
immobilisasi tersebut. 2. Dorong partisipasi dalam
aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).
3. Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun yang tidak
Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan
membantu dalam mengurangi isolasi sosial Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, memusatkan perhatian, meningkatkan perasaan mengontrol diri pasien dan
membantu dalam mengurangi isolasi sosial Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang tidak digunakan.
d. Dx 4
Tujuan : mengungkapan perubahan pemahaman dalam gaya hidup tentang tubuh, perasa an tidak berdaya, putus asa dan tidak mampu.
KH : Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusikan dengan orang terdekat pengaruh diagnosis dan pengobatan terhadap kehidupan pribadi pasien dan keluarga.
R/ membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah.
2. Motivasi pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan tentang efek kanker atau
pengobatan.
3. Pertahankan kontak mata
selama interaksi dengan pasien dan keluarga dan bicara dengan
menyentuh pasien
Membantu dalam pemecahan masalah
R/ menunjukkan rasa empati dan menjaga hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga.