REFERAT REFERAT
NEURITIS
NEURITIS
OPTICUS
OPTICUS
Dipresentasikan oleh:
Dipresentasikan oleh:
Irvan
Irvan Zulvikar
Zulvikar
110.2004.122
110.2004.122
Pembimbing:
Pembimbing:
Dr. Wawin Wilman Sp.M
Dr. Wawin Wilman Sp.M
Dr. Juniani Sunarjo
Dr. Juniani Sunarjo
Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas
Kepaniteraan Klinik Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas YARSI Bagian Ilmu
Kedokteran Universitas YARSI Bagian Ilmu
Penyakit Mata BRSUD Arjawinangun
Penyakit Mata BRSUD Arjawinangun
K
K ATA PENGANTAR ATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil¶alamin segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan Alhamdulillahirabbil¶alamin segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, shalawat serta salam atas nabi besar Muhammad SAW. Terima kasih yang hidayah-Nya, shalawat serta salam atas nabi besar Muhammad SAW. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Wawin Wilman Sp.M dan Dr. Juniani Sunarjo, atas sebesar-besarnya kepada Dr. Wawin Wilman Sp.M dan Dr. Juniani Sunarjo, atas kesediaan, waktu dan kesempatan yang diberikan sebagai pembimbing referat ini, kepada kesediaan, waktu dan kesempatan yang diberikan sebagai pembimbing referat ini, kepada teman sesama kepaniteraan ilmu penyakit mata dan para perawat yang selalu mendukung, teman sesama kepaniteraan ilmu penyakit mata dan para perawat yang selalu mendukung, memberi saran, motivasi, bimbingan dan kerjasama yang baik sehingga dapat memberi saran, motivasi, bimbingan dan kerjasama yang baik sehingga dapat terselesaikannya referat
terselesaikannya referat iniini..
Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan bagian Ilmu Penyakit Referat ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan bagian Ilmu Penyakit Mata di BRSUD Arjawinangun. Referat ini membahas dan menganalisa berbagai hal Mata di BRSUD Arjawinangun. Referat ini membahas dan menganalisa berbagai hal mengenai ³Neuritis Optik´. Bahasan referat ini diambil dari berbaga
mengenai ³Neuritis Optik´. Bahasan referat ini diambil dari berbaga i macam sumber.i macam sumber. Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak sekali Penyusun sadar bahwa dalam penyusunan referat ini masih banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan, demi kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun diharapkan, demi perbaikan referat ini. Akhir kata dengan mengucap Alhamdulillah, semoga Allah SWT perbaikan referat ini. Akhir kata dengan mengucap Alhamdulillah, semoga Allah SWT selalu meridhoi kita semua dan semoga referat ini bermanfaat bagi semua pihak yang selalu meridhoi kita semua dan semoga referat ini bermanfaat bagi semua pihak yang terkait. terkait. Wassalamualaikum Wr.Wb Wassalamualaikum Wr.Wb Jakarta, Juli 2011 Jakarta, Juli 2011 Penyusun Penyusun
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
K
K ATA PENGANTAR ATA PENGANTAR ««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI««««««««««««««««««««««..««««««««««««««..««««««««««««««««««.ii.ii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR ««««««««««««««««««««««««««««««««..««««««««««««««««iiiiii
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««...1...1
BAB II TINJAUAN PUSTA
BAB II TINJAUAN PUSTAK K AA««««««««««««««««««««««««««««..««««««««««...3...3
2.1.
2.1. Anatomi dan Fisiologi Saraf Optik Anatomi dan Fisiologi Saraf Optik ««««««««««««««««««..««««««««««««««««..3..3
2.2. Anatomi dan Fisiologi Jaras Visual
2.2. Anatomi dan Fisiologi Jaras Visual««««««««««««««««««..««««..««««««6««««««6
2.3. Pemeriksaan Sistem Visual
2.3. Pemeriksaan Sistem Visual««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««.11.11
2.4.Neuritis Optik 2.4.Neuritis Optik ««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««..««««««««««..14..14 2.4.1.Etiologi 2.4.1.Etiologi««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««..««««««««.15.15 2.4.2. Faktor Resiko 2.4.2. Faktor Resiko««««««««««««««««..««««««««««««««««««««..««««««.17.17 2.4.3. Klasifikasi 2.4.3. Klasifikasi««««««««««««««««««««««««««......««««««««««««..««««..««1717 2.4.4. Diagnosis 2.4.4. Diagnosis««««««««««««««««««««««««««««««......««««««««««..««««..20..20 2.4.5. Diagnosis Banding 2.4.5. Diagnosis Banding««««««««««««««««««««««««««««....««........««««..««2323 2.4. 2.4.66. Penatalaksaan. Penatalaksaan««««««««««««««««««««««««««««««««««««..««......««.25.25 2.4.7. Prognosis 2.4.7. Prognosis««««««««««««««««««««««««««««««««««««««....««««..««...28...28 BAB III
BAB IIIK K ESIMPULANESIMPULAN««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««««..««.29.29
DAFTAR PUSTA
DAFTAR GAMBAR DAFTAR GAMBAR
G
Gambar ambar 1. 1. Nervus Nervus Optik Optik ...... ...... 33
G
Gambar ambar 2. 2. Perdarahan Perdarahan pada pada Nervus Nervus Optik Optik ...... ...5...5
G
Gambar ambar 3. 3. PerjalananSerabut PerjalananSerabut Saraf Saraf optik optik (tampak (tampak basal)...8basal)...8
G
Gambar ambar 4. 4. Lapisan Lapisan Neuron Neuron pada pada Retina...Retina... ...9...9
G
Gambar ambar 5. 5. Radiatio Radiatio Optik...Optik...10...10
G
Gambar ambar 66. . Jaras Jaras Reflek Reflek Pupil...Pupil... ...11...11
G
Gambar ambar 7. 7. Lintas Lintas impuls impuls visual visual dan dan gangguan gangguan lapang lapang pandang pandang akibat akibat berbagai berbagai lesi lesi didi
lintasan Visual...13 lintasan Visual...13
G
Gambar 8.ambar 8. GGambaran Funduskopi Normal...14ambaran Funduskopi Normal...14
G
Gambar 9.ambar 9. GGambaran Funduskopi pada Papilitis...18ambaran Funduskopi pada Papilitis...18
G
Gamabr amabr 10. 10. Tanda Tanda Papil Papil MarcusMarcusGGunn...19unn...19
G
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optikus akibat berbagai Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optikus akibat berbagai macam penyakit.
macam penyakit.11 Neuritis optik diklasifikasikan menjadi dua yaitu papilitis dan neuritisNeuritis optik diklasifikasikan menjadi dua yaitu papilitis dan neuritis retrobulbar. Papilitis adalah pembengkakan diskus yang disebabkan oleh peradangan retrobulbar. Papilitis adalah pembengkakan diskus yang disebabkan oleh peradangan lokal di nervus saraf optik dan dapat terlihat dengan pemeriksaan funduskopi. Tipe lokal di nervus saraf optik dan dapat terlihat dengan pemeriksaan funduskopi. Tipe neuritis retrobulbar merupakan suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di belakang neuritis retrobulbar merupakan suatu neuritis optikus yang terjadi cukup jauh di belakang diskus optikus sehingga tidak tampak kelainan diskus optik dengan oftalmoskop, tetapi diskus optikus sehingga tidak tampak kelainan diskus optik dengan oftalmoskop, tetapi terjadi penurunan tajam penglihatan.
terjadi penurunan tajam penglihatan.1,21,2
neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per 100.000 sedangkan neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per 100.000 sedangkan prevalensinya 115 per 100.000. Berdasarkan data
prevalensinya 115 per 100.000. Berdasarkan dataT T he Optic Neuritishe Optic Neuritis T T reatment reatment T T rial rial
(ONTT) lebih dari 77% pasien adalah wanita, 85% berkulit putih dan usia rata-rata 32 (ONTT) lebih dari 77% pasien adalah wanita, 85% berkulit putih dan usia rata-rata 32 tahun. Di berbagai kelompok populasi di seluruh dunia, neuritis retrobulbaris berkaitan tahun. Di berbagai kelompok populasi di seluruh dunia, neuritis retrobulbaris berkaitan dengan sklerosis multipel pada 13-85% pasien. Persentase perkembangan menjadi dengan sklerosis multipel pada 13-85% pasien. Persentase perkembangan menjadi sklerosis multipel setelah suatu episode neuritis optikus cenderung lebih tinggi seiring sklerosis multipel setelah suatu episode neuritis optikus cenderung lebih tinggi seiring dengan peningkatan tindak lanjut pasien.
dengan peningkatan tindak lanjut pasien.1,31,3
Etiopatogenesis terjadinya papilitis adalah adanya peradangan pada serabut retina Etiopatogenesis terjadinya papilitis adalah adanya peradangan pada serabut retina saraf optik yang masuk pada papil saraf optik yang berada dalam bola mata. Neuritis saraf optik yang masuk pada papil saraf optik yang berada dalam bola mata. Neuritis retrobulbar dapat disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin saraf, anemia retrobulbar dapat disebabkan oleh sklerosis multipel, penyakit mielin saraf, anemia pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi yang nantinya menyebabkan peradangan pernisiosa, diabetes melitus, dan intoksikasi yang nantinya menyebabkan peradangan
Pada neuritis optik pasien mengeluhkan penurunan tajam penglihatan yang Pada neuritis optik pasien mengeluhkan penurunan tajam penglihatan yang mendadak dan disertai dengan nyeri pada mata. Pada papilitis pemeriksaan oftalmoskopi mendadak dan disertai dengan nyeri pada mata. Pada papilitis pemeriksaan oftalmoskopi dapat ditemukan tanda-tanda disfungsi nervus optikus seperti hiperemi papil saraf optik dapat ditemukan tanda-tanda disfungsi nervus optikus seperti hiperemi papil saraf optik dengan batas papil yang kabur, pelebaran vena retina sentral dan edema papil
dengan batas papil yang kabur, pelebaran vena retina sentral dan edema papil , , sedangkansedangkan
pada neuritis retrobulbaris tidak ditemukan tanda-tanda kelainan tersebut. Ditemukan pada neuritis retrobulbaris tidak ditemukan tanda-tanda kelainan tersebut. Ditemukan pula kelainan
pula kelainan relative afferent pupillary defect relative afferent pupillary defect (RAPD) dengan pemeriksaan(RAPD) dengan pemeriksaan swinging swinging flashlight test.
flashlight test. 33
Penatalaksanaan pada neuritis optik yaitu kortikosteroid (berdasarkan ONTT) atau Penatalaksanaan pada neuritis optik yaitu kortikosteroid (berdasarkan ONTT) atau ACTH (
ACTH ( Adrenocorticotropic hormone Adrenocorticotropic hormone). Selain itu diberikan juga terapi penyakit). Selain itu diberikan juga terapi penyakit penyebabnya.
penyebabnya.22
Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum mengenai definisi, Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk mengetahui secara umum mengenai definisi, anatomi fisiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta penata
anatomi fisiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta penata laksanaan padalaksanaan pada neuritis optik.
BAB II BAB II
TINJAUAN PUSTA TINJAUAN PUSTAK K AA 2.1.
2.1. Anatomi Anatomi dan dan Fisiologi Fisiologi Saraf Saraf Optik Optik
Nervus optikus adalah saraf yang membawa rangsang dan retina menuju otak. Nervus optikus adalah saraf yang membawa rangsang dan retina menuju otak. Saraf optik terdiri dari 1 juta lebih akson-akson yang berasal dari lapisan sel ganglion Saraf optik terdiri dari 1 juta lebih akson-akson yang berasal dari lapisan sel ganglion retina yang memanjang ke arah korteks oksipital. Panjang saraf optik berkisar antara retina yang memanjang ke arah korteks oksipital. Panjang saraf optik berkisar antara 35-55 mm (rata-rata 40 mm) dan secara anatomis terbagi menjadi segmen intaokular, 55 mm (rata-rata 40 mm) dan secara anatomis terbagi menjadi segmen intaokular, intraorbital, intrakanalikular dan intakranial yang berakhir sebagai kiasma o
Segmen intraokular saraf optik sepanjang 1 mm terbagi menjadi lapisan Segmen intraokular saraf optik sepanjang 1 mm terbagi menjadi lapisan serabut-serabut saraf superfisial, bagian prelaminar, laminar (lamina kribosa) dan retrolaminar. serabut saraf superfisial, bagian prelaminar, laminar (lamina kribosa) dan retrolaminar. Papil saraf optik (diskus optik) merupakan bagian prelaminar saraf optik berbentuk oval, Papil saraf optik (diskus optik) merupakan bagian prelaminar saraf optik berbentuk oval, 1,5 mm horizontal dan 1,75 mm vertikal dengan cekungan (
1,5 mm horizontal dan 1,75 mm vertikal dengan cekungan (cup shaped depression)cup shaped depression) agak agak ke temporal. Papil saraf optik merupakan daerah keluarnya akson-akson sel ganglion ke temporal. Papil saraf optik merupakan daerah keluarnya akson-akson sel ganglion terletak sekitar 3-4 mm sebelah nasal fovea. Bagian prelaminar dan laminar terdiri dari terletak sekitar 3-4 mm sebelah nasal fovea. Bagian prelaminar dan laminar terdiri dari akson-akson sel ganglion retina tak bermielin, astrosit dan arteri-vena retina sentralis akson-akson sel ganglion retina tak bermielin, astrosit dan arteri-vena retina sentralis yang keluar dari bagian tengah papil saraf optik. Akson-akson bergabung menjadi yang keluar dari bagian tengah papil saraf optik. Akson-akson bergabung menjadi fasikulus dan
fasikulus dan menembus sklera menembus sklera 200-300 lubang pada lami200-300 lubang pada lamina kribosa. Setelna kribosa. Setelah melewatiah melewati lamina kribosa (bagian retrolaminar) diameter saraf optik bertambah menjadi 3-4 mm lamina kribosa (bagian retrolaminar) diameter saraf optik bertambah menjadi 3-4 mm akibat pembentukan mielin akson-akson sel ganglion retina, adanya oligodendroglia akibat pembentukan mielin akson-akson sel ganglion retina, adanya oligodendroglia (yang membentuk mielin akson) dan selubung meningeal yang terdiri dari piamater, (yang membentuk mielin akson) dan selubung meningeal yang terdiri dari piamater, arakhnoid dan duramater. Bagian prelaminar dan laminar diperdarahi terutama oleh arteri arakhnoid dan duramater. Bagian prelaminar dan laminar diperdarahi terutama oleh arteri siliaris posterior brevis yang beranastomosis dengan pleksus pial dan pembuluh darah siliaris posterior brevis yang beranastomosis dengan pleksus pial dan pembuluh darah koroid peripapilar membentuk siklus Zinn-Haller.
koroid peripapilar membentuk siklus Zinn-Haller.4,4,66
Segmen intraorbita saraf optik berukuran panjang 25-30 mm, lebih panjang dari Segmen intraorbita saraf optik berukuran panjang 25-30 mm, lebih panjang dari jarak antara belakang bola mata dan apeks orbita sehingga dapat bebas bergerak pada jarak antara belakang bola mata dan apeks orbita sehingga dapat bebas bergerak pada pergerakan bola mata. Pada apeks orbita segmen saraf optik dikelilingi oleh anulus Zinn pergerakan bola mata. Pada apeks orbita segmen saraf optik dikelilingi oleh anulus Zinn sebelum berlanjut ke kanal optik. Saraf optik berjalan kearah porteromedial dan sebelum berlanjut ke kanal optik. Saraf optik berjalan kearah porteromedial dan meninggalkan orbita melalui foramen optik (
meninggalkan orbita melalui foramen optik (optic ring)optic ring) menuju kanal optik. Nervusmenuju kanal optik. Nervus optikus pars intraorbita diperdarahi oleh cabang-cabang intraneural dan cabang-cabang optikus pars intraorbita diperdarahi oleh cabang-cabang intraneural dan cabang-cabang pial dari arteri retina se
Segmen intrakanalikular yang terdapat di dalam kanalis optik memiliki panjang Segmen intrakanalikular yang terdapat di dalam kanalis optik memiliki panjang 4-10 mm. Kanalis optik dibentuk oleh tulang sphenoid parva minor. Bagian ini diperdarahi 10 mm. Kanalis optik dibentuk oleh tulang sphenoid parva minor. Bagian ini diperdarahi oleh cabang pial arter
oleh cabang pial arteri oftalmika.i oftalmika.4,4,66
Segmen Intrakranial memiliki panjang sekitar 10 mm, antara kanalis optik sampai Segmen Intrakranial memiliki panjang sekitar 10 mm, antara kanalis optik sampai kiasma optikum. Bagian ini berjalan di atas arteri oftalmika, sebelah superomedial arteri kiasma optikum. Bagian ini berjalan di atas arteri oftalmika, sebelah superomedial arteri karotis interna sehingga diperdarahi langsung oleh cabang-cabang arteri tersebut.
karotis interna sehingga diperdarahi langsung oleh cabang-cabang arteri tersebut.4,4,66
Gambar 2:
Gambar 2:Schematic representation of blood supply of:Schematic representation of blood supply of:(A)(A) the optic nerve head andthe optic nerve head and (B)(B)
the optic nerve.
the optic nerve. AbbreviationsAbbreviations:: AA = arachnoid;= arachnoid; CC = choroid;= choroid; CRACRA = central retinal= central retinal artery;
artery; Col. Br.Col. Br. = Collateral branches;= Collateral branches; CRVCRV = central retinal vein;= central retinal vein; DD = dura;= dura; LCLC == lamina cribrosa;
lamina cribrosa;NFLNFL= surface nerve fiber layer of the d= surface nerve fiber layer of the d isc;isc;ODOD = optic disc;= optic disc;ONON= optic= optic nerve;
nerve; PP = pia;= pia; PCAPCA = posterior ciliary artery;= posterior ciliary artery; PR PR andand PLR PLR = prelaminar region;= prelaminar region; R R == retina;
Jika satu ataupun semua serabut saraf mengalami peradangan dan tak berfungsi Jika satu ataupun semua serabut saraf mengalami peradangan dan tak berfungsi sebagaimana mestinya maka penglihatan akan menjadi kabur. Jika terjadi inflamasi sebagaimana mestinya maka penglihatan akan menjadi kabur. Jika terjadi inflamasi ataupun demielinisasi nervus optikus, keadaan ini disebut dengan neuritis optikus. Pada ataupun demielinisasi nervus optikus, keadaan ini disebut dengan neuritis optikus. Pada neuritis optikus, serabut saraf menjadi bengkak dan tak berfungsi sebagaimana mestinya. neuritis optikus, serabut saraf menjadi bengkak dan tak berfungsi sebagaimana mestinya. Penglihatan dapat saja normal atau berkurang, tergantung pada jumlah saraf yang Penglihatan dapat saja normal atau berkurang, tergantung pada jumlah saraf yang mengalami peradangan.
mengalami peradangan.4,4,66
2.2. Anatomi dan Fisiologi Jaras Visual 2.2. Anatomi dan Fisiologi Jaras Visual
Secara fungsional rangsang visual ditangkap oleh retina (sebagai stasiun I). Secara fungsional rangsang visual ditangkap oleh retina (sebagai stasiun I). kemudian diteruskan melalui serabut saraf otak kedua (saraf optik). Saraf optik yang kemudian diteruskan melalui serabut saraf otak kedua (saraf optik). Saraf optik yang berasal dan sisi nasal kedua mata akan menyilang di daerah kiasma opikum sedangkan berasal dan sisi nasal kedua mata akan menyilang di daerah kiasma opikum sedangkan yang berasal dari sisi temporal tidak bersilangan di daerah kiasmaini. Selanjutnya serabut yang berasal dari sisi temporal tidak bersilangan di daerah kiasmaini. Selanjutnya serabut saraf ini akan melanjutkan perjalanannya sebagai traktus optikum. Traktus optikus ini saraf ini akan melanjutkan perjalanannya sebagai traktus optikum. Traktus optikus ini selanjutnya menuju ke thalamus sebagai kumpulan sel-sel saraf yang mengolah dan selanjutnya menuju ke thalamus sebagai kumpulan sel-sel saraf yang mengolah dan bertindak sebagai stasiun informasi ke II. Bagian thalamus yang berhubungan dengan bertindak sebagai stasiun informasi ke II. Bagian thalamus yang berhubungan dengan
fungsi visual disebut
fungsi visual disebut C C orpus Geniculaturn Lateraleorpus Geniculaturn Laterale (C(CGGL). Stasiun ke II ini bertugasL). Stasiun ke II ini bertugas
menyampaikan informasi ke korteks serebri bagian oksipital. Dengan sampainya menyampaikan informasi ke korteks serebri bagian oksipital. Dengan sampainya informasi ke korteks penglihatan akan hal-hal yang terlihat oleh mata dapat disadari. Dari informasi ke korteks penglihatan akan hal-hal yang terlihat oleh mata dapat disadari. Dari stasiun ke II ini informasi visual juga disebarkan ke seluruh SSP yang mempunvai stasiun ke II ini informasi visual juga disebarkan ke seluruh SSP yang mempunvai hubungan dengan indera
hubungan dengan indera penglihatan. ke penglihatan. kepusat keseimbangan motorik, medulla spinalis,pusat keseimbangan motorik, medulla spinalis, pendengaran, dan sebagainya.
pendengaran, dan sebagainya.33
C
C orpus geniculatum lateraleorpus geniculatum laterale ( ( CCGGL ) merupakan terminal dan seluruh serabutL ) merupakan terminal dan seluruh serabut
saraf aferen jaras visual. C
90° dari serabut saraf, sehingga serabut saraf yang berasal dari retina bagian superior 90° dari serabut saraf, sehingga serabut saraf yang berasal dari retina bagian superior akan berada di bagian medial C
akan berada di bagian medial CGGL, sedangkan yang berasal dan bagian inferior retinaL, sedangkan yang berasal dan bagian inferior retina
akan berada di bagian lateral. Perputaran akan terjadi lagi serabut meninggalkan C akan berada di bagian lateral. Perputaran akan terjadi lagi serabut meninggalkan CGGLL
sehingga retina bagian superior dan inferior terletak superior dan inferior dalam radiasio sehingga retina bagian superior dan inferior terletak superior dan inferior dalam radiasio optika dan korteks
optika dan korteks serebri.serebri.33
Radiasio optika mengandung 3 kelompok besar serabut yaitu (1) bagian superior Radiasio optika mengandung 3 kelompok besar serabut yaitu (1) bagian superior (berisi serabut yang mengurus lapangan pandang inferior), (2) bagian inferior (berisi (berisi serabut yang mengurus lapangan pandang inferior), (2) bagian inferior (berisi serabut yang mengurus lapang pandang superior), (3) bagian sentral (berisi serabut serabut yang mengurus lapang pandang superior), (3) bagian sentral (berisi serabut makula).
makula).33
Jadi pada radiasio optika (traktus genikulo-kalkarina) terjadi pemutaran, sehingga Jadi pada radiasio optika (traktus genikulo-kalkarina) terjadi pemutaran, sehingga posisi serabut penglihatan kembali seperti sebelum memasuki C
posisi serabut penglihatan kembali seperti sebelum memasuki CGGL yaitu bagian atasL yaitu bagian atas
retina berjalan dan diproyeksikan di bagian atas korteks serebri dan sebaliknya. Korteks retina berjalan dan diproyeksikan di bagian atas korteks serebri dan sebaliknya. Korteks proyeksi penglihatan disebut juga korteks striata (area 17), berada di sepanjang bibir proyeksi penglihatan disebut juga korteks striata (area 17), berada di sepanjang bibir superior dan fissure kalkarina. Ketika impuls sampai di area 17, maka akan terbentuk superior dan fissure kalkarina. Ketika impuls sampai di area 17, maka akan terbentuk sensasi visual sederhana. Impuls ini akan rnempunyai arti dan bentuk dengan perantaraan sensasi visual sederhana. Impuls ini akan rnempunyai arti dan bentuk dengan perantaraan korteks asosiasi area 18 dan 19.
Gambar 3
Gambar 3. Perjalanan Serabut Saraf Nervus Optikus (ta. Perjalanan Serabut Saraf Nervus Optikus (tampak basal)mpak basal)33
Retina merupakan reseptor permukaan untuk informasi visual. Sebagaimana Retina merupakan reseptor permukaan untuk informasi visual. Sebagaimana halnya nervus optikus, retina merupakan bagian dari otak meskipun secara fisik terletak halnya nervus optikus, retina merupakan bagian dari otak meskipun secara fisik terletak di perifer dari sistem saraf pusat (SSP). Komponen yang paling utama dari retina adalah di perifer dari sistem saraf pusat (SSP). Komponen yang paling utama dari retina adalah sel-sel reseptor
sel-sel reseptor
sensoris atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan. Lapisan sensoris atau fotoreseptor dan beberapa jenis neuron dari jaras penglihatan. Lapisan terdalam (neuron pertama) retina mengandung fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) terdalam (neuron pertama) retina mengandung fotoreseptor (sel batang dan sel kerucut) dan dua lapisan yang lebih superfisial mengandung neuron bipolar (lapisan neuron dan dua lapisan yang lebih superfisial mengandung neuron bipolar (lapisan neuron kedua) serta sel-sel ganglion (lapisan neuron ketiga). Sekitar satu juta akson dari sel-sel kedua) serta sel-sel ganglion (lapisan neuron ketiga). Sekitar satu juta akson dari sel-sel ganglion ini berjalan pada lapisan serat retina ke papila atau kaput nervus optikus. Pada ganglion ini berjalan pada lapisan serat retina ke papila atau kaput nervus optikus. Pada bagian tengah kaput nervus optikus tersebut keluar cabang-cabang dari arteri centralis bagian tengah kaput nervus optikus tersebut keluar cabang-cabang dari arteri centralis
retina yang merupakan cabang dari arteri oftalmika. retina yang merupakan cabang dari arteri oftalmika.77
Gambar 4
Gambar 4. Lapisan Neuron pada Retina. Lapisan Neuron pada Retina77
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di depan Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di depan tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu tuber sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan bergabung menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum. Di depan tuber sinerium nervus optikus kanan dan berkas membentuk kiasma optikum. Di depan tuber sinerium nervus optikus kanan dan kiri bergabung menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian kiri bergabung menjadi satu berkas membentuk kiasma optikum, dimana serabut bagian nasal dari masing-masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut nasal dari masing-masing mata akan bersilangan dan kemudian menyatu dengan serabut temporal mata yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke temporal mata yang lain membentuk traktus optikus dan melanjutkan perjalanan untuk ke korpus genikulatum lateral dan kolikulus superior. Kiasma optikum terletak di tengah korpus genikulatum lateral dan kolikulus superior. Kiasma optikum terletak di tengah anterior dari sirkulus Willisi. Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral anterior dari sirkulus Willisi. Serabut saraf yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jaras visual sedangkan serabut saraf yang berakhir di kolikulus superior merupakan jaras visual sedangkan serabut saraf yang berakhir di kolikulus superior menghantarkan impuls visual yang membangkitkan refleks opsomatik seperti refleks menghantarkan impuls visual yang membangkitkan refleks opsomatik seperti refleks pupil. Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa impuls pupil. Setelah sampai di korpus genikulatum lateral, serabut saraf yang membawa impuls
kalkarina ke korteks penglihatan primer di girus kalkarina. Korteks penglihatan primer kalkarina ke korteks penglihatan primer di girus kalkarina. Korteks penglihatan primer tersebut mendapat vaskularisasi dari arteri kalkarina yang merupakan cabang dari arteri tersebut mendapat vaskularisasi dari arteri kalkarina yang merupakan cabang dari arteri serebri posterior. Serabut yang berasal dari bagian medial korpus genikulatum lateral serebri posterior. Serabut yang berasal dari bagian medial korpus genikulatum lateral membawa impuls lapang pandang bawah sedangkan serabut yang berasal dari lateral membawa impuls lapang pandang bawah sedangkan serabut yang berasal dari lateral membawa impuls dari lapang pandang atas (gambar 5).
membawa impuls dari lapang pandang atas (gambar 5).7,87,8
Gambar 5
Gambar 5. Radiatio Optika. Radiatio Optika88
Pada refleks pupil, setelah serabut saraf berlanjut ke arah kolikulus superior, saraf Pada refleks pupil, setelah serabut saraf berlanjut ke arah kolikulus superior, saraf akan berakhir pada nukleus area pretektal. Neuron interkalasi yang berhubungan dengan akan berakhir pada nukleus area pretektal. Neuron interkalasi yang berhubungan dengan nukleus Eidinger-Westphal (parasimpatik) dari kedua sisi menyebabkan refleks cahaya nukleus Eidinger-Westphal (parasimpatik) dari kedua sisi menyebabkan refleks cahaya menjadi bersifat konsensual. Saraf eferen motorik berasal dari nuk
menjadi bersifat konsensual. Saraf eferen motorik berasal dari nuk leus Eidinger-Westphalleus Eidinger-Westphal dan menyertai nervus okulomotorius (N.III) ke dalam rongga orbita untuk dan menyertai nervus okulomotorius (N.III) ke dalam rongga orbita untuk mengkonstriksikan otot sfingter pupil (gambar
Gambar 6
Gambar 6. Jaras Refleks Pupil. Jaras Refleks Pupil1010
2.3. Pemeriksaan Sistem Visual 2.3. Pemeriksaan Sistem Visual
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi fungsi nervus II, yaitu: Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi fungsi nervus II, yaitu:4,114,11
1.
1. Pemeriksaan visusPemeriksaan visus
Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen pada jarak
Pemeriksaan visus dilakukan dengan membaca kartu Snellen pada jarak 66 meter.meter.
Masing-masing mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan pemeriksaan menggunakan Masing-masing mata diperiksa secara terpisah, diikuti dengan pemeriksaan menggunakan pinhole
pinhole untuk menyingkirkan kelainan visus akibat gangguan refraksi. Penilaian diukur untuk menyingkirkan kelainan visus akibat gangguan refraksi. Penilaian diukur dari barisan terkecil yang masih dapat dibaca oleh pasien dengan benar, dengan nilai dari barisan terkecil yang masih dapat dibaca oleh pasien dengan benar, dengan nilai normal visus adalah
2.
2. Pemeriksaan refleks pupilPemeriksaan refleks pupil
Pemeriksaan refleks pupil atau refleks cahaya terdiri dari reaksi cahaya langsung Pemeriksaan refleks pupil atau refleks cahaya terdiri dari reaksi cahaya langsung dan tidak langsung (konsensual). Refleks cahya langsung maksudnya adalah mengecilnya dan tidak langsung (konsensual). Refleks cahya langsung maksudnya adalah mengecilnya pupil (miosis) pada mata yang disinari cahaya. Sedangkan refleks cahaya tidak langsung pupil (miosis) pada mata yang disinari cahaya. Sedangkan refleks cahaya tidak langsung
atau konsensual adalah mengecilnya pupil pada mata yang tidak disinari cahaya. atau konsensual adalah mengecilnya pupil pada mata yang tidak disinari cahaya.
3.
3. Pemeriksaan lapang pandangPemeriksaan lapang pandang
Dua jenis cara pemeriksaan lapang pandang yaitu pemeriksaan secara kasar (tes Dua jenis cara pemeriksaan lapang pandang yaitu pemeriksaan secara kasar (tes konfrontasi) dan pemeriksaan yang lebih teliti dengan menggunakan kampimeter atau konfrontasi) dan pemeriksaan yang lebih teliti dengan menggunakan kampimeter atau perimeter. Pemeriksaan lapang pandang bertujuan untuk memeriksa batas perifer perimeter. Pemeriksaan lapang pandang bertujuan untuk memeriksa batas perifer penglihatan, yaitu batas dimana benda dapat dilihat bila mata difiksasi pada satu titik. penglihatan, yaitu batas dimana benda dapat dilihat bila mata difiksasi pada satu titik. Lapang pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu dan tidak sama ke semua Lapang pandang yang normal mempunyai bentuk tertentu dan tidak sama ke semua jurusan, misalnya ke lateral kita dapat melihat 90 ± 100 dari titik fiksasi, ke medial jurusan, misalnya ke lateral kita dapat melihat 90 ± 100 dari titik fiksasi, ke medial6600
, ke atas 50 ±
, ke atas 50 ± 660 dan ke bawah0 dan ke bawah660 ± 75 .0 ± 75 .
Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks Jika terdapat lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik, akan menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandag. Lesi sensorik, akan menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandag. Lesi pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau anopsia pada mata yang pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau anopsia pada mata yang
disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis retina yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis retina yang mendarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang mendarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan bercabang menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina. Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut
terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugaxamaurosis fugax. Lesi pada bagian medial kiasma akan. Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut hemianopsia bitemporal, menghilangkan medan penglihatan temporal yang disebut hemianopsia bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian lateralnya akan menimbulkan hemianopsia binasal. sedangkan lesi pada kedua bagian lateralnya akan menimbulkan hemianopsia binasal.
Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral. Lesi Lesi pada traktus optikus akan menyebabkan hemianopsia homonim kontralateral. Lesi pada radiasio optika bagian medial akan menyebabkan quadroanopsia inferior homonim pada radiasio optika bagian medial akan menyebabkan quadroanopsia inferior homonim kontralateral, sedangkan lesi pada serabut lateralnya akan menyebabkan quadroanopsia kontralateral, sedangkan lesi pada serabut lateralnya akan menyebabkan quadroanopsia superior homonim kontralateral.
superior homonim kontralateral.
4. Pemeriksaan funduskopi 4. Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan funduskopi di bidang neurologi bertujuan untuk menilai keadaan Pemeriksaan funduskopi di bidang neurologi bertujuan untuk menilai keadaan fundus okuli terutama papil dan retina nervus optikus. Pemeriksaan dilakukan dengan fundus okuli terutama papil dan retina nervus optikus. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat berupa oftalmoskop. Papil normal berbentuk bulat, warna merah menggunakan alat berupa oftalmoskop. Papil normal berbentuk bulat, warna merah kekuningan, di bagian temporal sedikit pucat, batas dengan sekitarnya tegas, hanya di kekuningan, di bagian temporal sedikit pucat, batas dengan sekitarnya tegas, hanya di bagian nasal agak kabur
bagian nasal agak kabur serta terdapat lekukan fisiologis (cup fisiologis). Pembuluh darahserta terdapat lekukan fisiologis (cup fisiologis). Pembuluh darah
Gambar 7
Gambar 7. Lintasan Impuls. Lintasan Impuls visual dan
visual dan GGangguan Lapangangguan Lapang
Pandang Akibat Berbagai Lesi Pandang Akibat Berbagai Lesi di Lintasan Visual
keluar dari cup disk danbercabang keatas. Jalannya arteri agak lurus, sedangkan vena keluar dari cup disk danbercabang keatas. Jalannya arteri agak lurus, sedangkan vena berkelok-kelok.
berkelok-kelok.
Gambar 8
Gambar 8..GGambaran funduskopi normalambaran funduskopi normal
2.4.Neuritis Optik 2.4.Neuritis Optik
Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optik akibat berbagai Neuritis optik adalah peradangan atau demielinisasi saraf optik akibat berbagai macam penyakit.
macam penyakit. 11Insidensi neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per Insidensi neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per 100.000 sedangkan prevalensinya 115 per 100.000. Sebagian besar mengenai usia 20 100.000 sedangkan prevalensinya 115 per 100.000. Sebagian besar mengenai usia 20 sampai dengan 40 tahun. Wanita lebih umum terkena dari pada pria. Berdasarkan data sampai dengan 40 tahun. Wanita lebih umum terkena dari pada pria. Berdasarkan data
T
T he Optic Neuritishe Optic NeuritisT T reatment reatment T T rial rial (ONTT) 77% adalah wanita, 85% kulit putih dan usia(ONTT) 77% adalah wanita, 85% kulit putih dan usia
rata-rata
demielinisasi dengan atau tanpa sklerosis multipel. Pada sebagian besar kasus neuritis demielinisasi dengan atau tanpa sklerosis multipel. Pada sebagian besar kasus neuritis optikus monosimptomatik merupakan
optikus monosimptomatik merupakan manifestasi awal sklerosis multipel.manifestasi awal sklerosis multipel.33
2.4.1.
2.4.1. EtiologiEtiologi
Etiologi neuritis optikus termasuk: Etiologi neuritis optikus termasuk: 66,12,12
1.
1. Inflamasi lokalInflamasi lokal
a.
a. Uveitis dan retinitisUveitis dan retinitis b.
b. Oftalmia simpatikaOftalmia simpatika
c.
c. MeningitisMeningitis
d.
d. Penyakit sinus dan infeksi orbitaPenyakit sinus dan infeksi orbita
2.
2. Inflamasi general yaitu:Inflamasi general yaitu:
a.
a. Infeksi syaraf pusatInfeksi syaraf pusat
M
M ultiplel sklerosisultiplel sklerosis
Diberbagai kelompok populasi diseluruh dunia, neuritis retrobulbar berkaitan Diberbagai kelompok populasi diseluruh dunia, neuritis retrobulbar berkaitan dengan sklerosis multipel pada 13-85% pasien (Chavis dan Hoyt, 2000). Data dari Mayo dengan sklerosis multipel pada 13-85% pasien (Chavis dan Hoyt, 2000). Data dari Mayo clinic pada tahun 1933 didapatkan dari 255 kasus sebanyak 155 disebabkan oleh sklerosis clinic pada tahun 1933 didapatkan dari 255 kasus sebanyak 155 disebabkan oleh sklerosis multipel.
multipel.
Acute disseminated encephalomyelitis Acute disseminated encephalomyelitis
Merupakan suatu proses demielinisasi yang mengenai saraf optik. Penyakit ini Merupakan suatu proses demielinisasi yang mengenai saraf optik. Penyakit ini sering salah didiagnosis dengan dibedakan berdasarkan derajat keparahan, optikus, sering salah didiagnosis dengan dibedakan berdasarkan derajat keparahan, optikus, medulla spinalis) dan (polymorphonuclear pleocytosis).
medulla spinalis) dan (polymorphonuclear pleocytosis).
b.
b. SyphilisSyphilis
c.
c. TuberkulosisTuberkulosis
3
3.. Leber's disease Leber's disease
Merupakan suatu penyakit herediter pada laki-laki muda, manifestasinya sebagai Merupakan suatu penyakit herediter pada laki-laki muda, manifestasinya sebagai perubahan mendadak pada penglihatan sentral, pertama kali mengenai satu mata dan perubahan mendadak pada penglihatan sentral, pertama kali mengenai satu mata dan
selanjutnya kedua mata. Karakteristiknya terdapat skotoma sentral dengan
selanjutnya kedua mata. Karakteristiknya terdapat skotoma sentral dengan dercce central dercce central nucleus.
nucleus. Pada beberapa kasus inflamasi mengenai nervus di dalam bola mata sehinggaPada beberapa kasus inflamasi mengenai nervus di dalam bola mata sehingga menyebabkan papilitis ringan. Pada kasus yang lain mengenai nervus di belakang mata. menyebabkan papilitis ringan. Pada kasus yang lain mengenai nervus di belakang mata. 4.
4. Toksin endogenToksin endogen
a.
a. Penyakit infeksi akut, seperti influenza, Penyakit infeksi akut, seperti influenza, malaria, measles, mumps, pneumoniamalaria, measles, mumps, pneumonia
b.
b. Fokus septik pada gigi, toFokus septik pada gigi, tonsil, infeksi fokalnsil, infeksi fokal
c.
c. Penyakit metabolik: diabetes, anemia, kehamilan, Penyakit metabolik: diabetes, anemia, kehamilan, avitaminosisavitaminosis
5.
2.4.2.
2.4.2. Faktor ResikoFaktor Resiko
Faktor resiko neuritis o
Faktor resiko neuritis optikus termasuk:ptikus termasuk:3,123,12
1.
1. UsiaUsia
Neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia rata-rata Neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia rata-rata terkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena juga tetapi terkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena juga tetapi frekuensinya lebih sedikit.
frekuensinya lebih sedikit.
2.
2. Jenis kelaminJenis kelamin
Wanita lebih mudah terkena neur
Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-laki.itis optikus dua kali daripada laki-laki.
3. 3. RasRas
Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang ku
Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang ku lilit putt putih dari pada ras yang lainih dari pada ras yang lain
2.4.3.
2.4.3. K K lasifikasilasifikasi
Berdasarkan klasifikasinya neuritis optik terbagi menjadi dua, yaitu: Berdasarkan klasifikasinya neuritis optik terbagi menjadi dua, yaitu:
-- PapilitisPapilitis
Papilitis
Papilitis adalah adalah pembengkakan diskus yang dispembengkakan diskus yang disebabkan oleh peradangan lebabkan oleh peradangan lokal di nervusokal di nervus saraf optik dan dapat t
Gambar 9.
Gambar 9. GGamabaran Funduskopi pada Papilitisamabaran Funduskopi pada Papilitis
Patogenesis Patogenesis
Nervus optikus mengandung serabut-serabut syaraf yang mengantarkan informasi Nervus optikus mengandung serabut-serabut syaraf yang mengantarkan informasi visual dari sel-sel nervus retina ke dalam sel-sel nervus di otak. Retina mengandung sel visual dari sel-sel nervus retina ke dalam sel-sel nervus di otak. Retina mengandung sel fotoreseptor, merupakan suatu sel yang diaktivasi oleh cahaya dan menghubungkan ke fotoreseptor, merupakan suatu sel yang diaktivasi oleh cahaya dan menghubungkan ke sel-sel retina lain disebut sel ganglion. Kemudian mengirimkan sinyal proyeksi yang sel-sel retina lain disebut sel ganglion. Kemudian mengirimkan sinyal proyeksi yang disebut akson ke dalam otak. Melalui rute ini, nervus optikus mengirimkan impuls visual disebut akson ke dalam otak. Melalui rute ini, nervus optikus mengirimkan impuls visual ke otak. Inflamasi yang terjadi pada neuritis optik yang akan menyebabkan sinyal visual ke otak. Inflamasi yang terjadi pada neuritis optik yang akan menyebabkan sinyal visual terganggu dan pandangan menjadi lemah.
terganggu dan pandangan menjadi lemah.22
Gejala dan Tanda Gejala dan Tanda
Dalam waktu yang cepat visus akan sangat menurun, kadang-kadang sampai buta. Dalam waktu yang cepat visus akan sangat menurun, kadang-kadang sampai buta. Keluhan ini disertai dengan rasa sakit dimata terutama saat penekanan. Kadang-kadang Keluhan ini disertai dengan rasa sakit dimata terutama saat penekanan. Kadang-kadang
disertai demam atau setelah demam biasanya pada anak yang menderita infeksi virus atau disertai demam atau setelah demam biasanya pada anak yang menderita infeksi virus atau infeksi saluran napas bagian atas.
infeksi saluran napas bagian atas.3,3,66
Pada pemeriksaan pupil ditemui adanya RAPD yaitu kelainan pupil yang sering Pada pemeriksaan pupil ditemui adanya RAPD yaitu kelainan pupil yang sering dijumpai dengan adanya tanda pupil Marcus
dijumpai dengan adanya tanda pupil Marcus GGunn.unn.33 Cara pemerikasaan, mata pasienCara pemerikasaan, mata pasien
secara bergantian diberi sinar, pada sisi mata yang sakit pupil tidak mengecil tetapi malah secara bergantian diberi sinar, pada sisi mata yang sakit pupil tidak mengecil tetapi malah membesar. Kelainan ini menunjukan ada
membesar. Kelainan ini menunjukan adanya lesi N.II pada sisi tersebut.nya lesi N.II pada sisi tersebut.44
Gambar 10
Gambar 10. Tanda pupil Marcus. Tanda pupil MarcusGGunnunn44
Pada pemeriksaan fundus ditemukan hiperemi papil saraf optik dengan batas yang Pada pemeriksaan fundus ditemukan hiperemi papil saraf optik dengan batas yang kabur, pelebaran vena retina sentralis dan edema papil. Kadang-kadang sekitar papil kabur, pelebaran vena retina sentralis dan edema papil. Kadang-kadang sekitar papil terlihat bergaris-garis disebabkan edema, sehingga serabut saraf menjadi rengga
-- Neuritis RetrobulbarNeuritis Retrobulbar
Neuritis
Neuritis retrobulbarmerupakan retrobulbarmerupakan peradangan saraf peradangan saraf optik yoptik yang terdapat diang terdapat dibelakang bolabelakang bola mata sehingga tidak menimbulkan kelainan fundus mata.
mata sehingga tidak menimbulkan kelainan fundus mata.1,21,2
Gejala dan Tanda Gejala dan Tanda
Visus sangat terganggu dan disertai dengan
Visus sangat terganggu dan disertai dengan amaurosis fugaxamaurosis fugax pasien juga pasien juga mengeluhkan bola mata bila digerakkan akan terasa berat dibagian belakang bola mata. mengeluhkan bola mata bila digerakkan akan terasa berat dibagian belakang bola mata. Rasa sakit akan bertambah bila bola mata ditekan yang disertai dengan sakit kepala. Rasa sakit akan bertambah bila bola mata ditekan yang disertai dengan sakit kepala.22 Pada neuritis gambaran fundus normal pada awal, namun lama kelamaan akan terlihat Pada neuritis gambaran fundus normal pada awal, namun lama kelamaan akan terlihat kekaburan batas papil saraf optik dan degenerasi saraf optik akibat degenerasi serabut kekaburan batas papil saraf optik dan degenerasi saraf optik akibat degenerasi serabut saraf, disertai atrofi desenden akan terlihat papil pucat
saraf, disertai atrofi desenden akan terlihat papil pucat dengan batas tegas.dengan batas tegas.22
G
Gangguan lapang pandang pada neuritis retrobulbar dapat terjadi sepanjangangguan lapang pandang pada neuritis retrobulbar dapat terjadi sepanjang
segmen intraorbita sampai segmen intracranial dan sesuai dengan lokasinya.
segmen intraorbita sampai segmen intracranial dan sesuai dengan lokasinya. GGangguanangguan
tersebut dapat berupa skotoma sentral, skotoma sentral unilateral, skotoma sentral tersebut dapat berupa skotoma sentral, skotoma sentral unilateral, skotoma sentral bilateral, skotoma sentral pada mata homolateral dan defek superior temporal pada bilateral, skotoma sentral pada mata homolateral dan defek superior temporal pada
kampus kontralateral dan hemiopia bitempora
kampus kontralateral dan hemiopia bitemporal bila mengenai kiasma optika.l bila mengenai kiasma optika.3,43,4
2.4.4.
2.4.4. DiagnosDiagnosisis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, tanda dan gejala klinis, namun pada Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, tanda dan gejala klinis, namun pada neuritis retrobulbar yang kelainannya cukup jauh di belakang diskus optik dan pada neuritis retrobulbar yang kelainannya cukup jauh di belakang diskus optik dan pada pemeriksaan oftalmoskopi tidak ditemukan apa-apa, maka perlu dilakukan pemeriksaan pemeriksaan oftalmoskopi tidak ditemukan apa-apa, maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti MRI, analisis cairan serebrospinal,
penunjang seperti MRI, analisis cairan serebrospinal,V V isually Evoked Potensialsisually Evoked Potensials T T est est
(VEP) dan serologi. (VEP) dan serologi. 1212
Dasar perlunya dilakukan pemeriksaan penunjang diatas pada kasus neuritis optik adalah: Dasar perlunya dilakukan pemeriksaan penunjang diatas pada kasus neuritis optik adalah:
1.
1. Untuk menentukan penyebabnya apakah suatu proses inflamasi atau nonUntuk menentukan penyebabnya apakah suatu proses inflamasi atau non inflamasi, idiopatik, dan infeksi.
inflamasi, idiopatik, dan infeksi.
2.
2. Untuk menentukan prognosisnya, apakah akan berkembang secara klinis menjadiUntuk menentukan prognosisnya, apakah akan berkembang secara klinis menjadi multipel sklerosis.
multipel sklerosis.
a.
a. M M agnetic Resonance Imaging agnetic Resonance Imaging (MRI)(MRI)
MRI penting untuk memutuskan apakah daerah di otak telah terjadi kerusakan MRI penting untuk memutuskan apakah daerah di otak telah terjadi kerusakan myelin, yang mengindikasikan resiko tinggi berkembangnya sklerosis multipel. MRI juga myelin, yang mengindikasikan resiko tinggi berkembangnya sklerosis multipel. MRI juga dapat membantu menyingkirkan kemungkinan tumor atau kondisi lain. Pada pasien yang dapat membantu menyingkirkan kemungkinan tumor atau kondisi lain. Pada pasien yang dicurigai menderita neuritis optikus, pemeriksaan MRI otak dan orbita dengan dicurigai menderita neuritis optikus, pemeriksaan MRI otak dan orbita dengan fat fat suppression
suppression dan gadolinium sebaiknya dilakukan dengan tujuan untuk konfirmasidan gadolinium sebaiknya dilakukan dengan tujuan untuk konfirmasi diagnosis dan menilai lesi
diagnosis dan menilai lesi white matter white matter . MRI dilakukan dalam dua minggu setelah gejala. MRI dilakukan dalam dua minggu setelah gejala timbul. Pada pemeriksaan MRI otak dan orbita dengan
timbul. Pada pemeriksaan MRI otak dan orbita dengan fat suppression fat suppression dan gadoliniumdan gadolinium menunjukkan peningkatan dan pelebaran nervus optikus. Lebih penting lagi, MRI dipakai menunjukkan peningkatan dan pelebaran nervus optikus. Lebih penting lagi, MRI dipakai dengan tujuan untuk memutuskan apakah terdapat lesi ke arah sklerosis multipel. Ciri-ciri dengan tujuan untuk memutuskan apakah terdapat lesi ke arah sklerosis multipel. Ciri-ciri resiko tinggi mengarah ke sklerosis multipel adalah terdapat lesi
resiko tinggi mengarah ke sklerosis multipel adalah terdapat lesi white matter white matter dengandengan diameter 3 atau lebih, bulat, lokasinya di area periventrikular dan menyebar ke ruangan diameter 3 atau lebih, bulat, lokasinya di area periventrikular dan menyebar ke ruangan ventrikular.
Gambar 11.
Gambar 11. LesiLesi white matter white matter pada MRI pada MRI1313
b.
b. Pemeriksaan cairan serebrospinalPemeriksaan cairan serebrospinal
Protein ologinal banding pada cairan serebrospinal merupakan penentu sklerosis Protein ologinal banding pada cairan serebrospinal merupakan penentu sklerosis multipel. Terutama dilakukan terhadap pasien-pasien de
multipel. Terutama dilakukan terhadap pasien-pasien de ngan pemeriksaan MRI normal.ngan pemeriksaan MRI normal.
c.
c. T T est est V V isually Evoked Potentialsisually Evoked Potentials T
T est est V V isually evoked potentialsisually evoked potentials adalah suatu test yang merekam sistem visual,adalah suatu test yang merekam sistem visual, auditorius dan sensoris yang dapat mengidentifikasi lesi subklinis.
auditorius dan sensoris yang dapat mengidentifikasi lesi subklinis. T T est est V V isually evoked isually evoked
potentials
potentials menstimulasi retina dengan pola papan catur, dapat mendeteksi konduksimenstimulasi retina dengan pola papan catur, dapat mendeteksi konduksi sinyal elektrik yang lambat sebagai hasil dar
sinyal elektrik yang lambat sebagai hasil dari kerusakan daerah nervus.i kerusakan daerah nervus.
d.
d. Pemeriksaan darahPemeriksaan darah
Pemeriksaan tes darah NMO-Ig
Pemeriksaan tes darah NMO-IgGG untuk memeriksa antibodiuntuk memeriksa antibodi neuromyelitis opticaneuromyelitis optica..
Pasien dengan neuritis optikus berat sebaiknya menjalani pemeriksan ini untuk Pasien dengan neuritis optikus berat sebaiknya menjalani pemeriksan ini untuk mendeteksi apakah berkembang menjadi neuromyelitis optica. Pemeriksaan tingkat mendeteksi apakah berkembang menjadi neuromyelitis optica. Pemeriksaan tingkat sedimen eritrosit (
inflamasi pada tubuh, tes ini dapat menentukan apakah neuritis optikus disebabkan oleh inflamasi pada tubuh, tes ini dapat menentukan apakah neuritis optikus disebabkan oleh inflamasi arteri kranialis.
inflamasi arteri kranialis.
2.4.4.
2.4.4. Diagnosis BandingDiagnosis Banding
Diagnosis banding mata tenang visus turun mendadak, adalah: Diagnosis banding mata tenang visus turun mendadak, adalah:2,32,3
1
1.. Nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy Nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy
Terdapatnya nyeri terutama pada pergerakan mata (meskipun tidak mutlak) secara Terdapatnya nyeri terutama pada pergerakan mata (meskipun tidak mutlak) secara klinis dapat membedakan neuritis optikus dengan
klinis dapat membedakan neuritis optikus dengan nonarteritic anterior ischemic opticnonarteritic anterior ischemic optic neuropathy
neuropathy..
2.
2. S S yndrom viral dan post viral yndrom viral dan post viral
Parainfectious optic neuritis
Parainfectious optic neuritis umumnya mengikuti onset infeksi virus selama 1-3umumnya mengikuti onset infeksi virus selama 1-3 minggu, tetapi dapat juga sebagai fenomena post vaksinasi. Umumnya mengenai minggu, tetapi dapat juga sebagai fenomena post vaksinasi. Umumnya mengenai anak-anak daripada dewasa dan terjadi karena proses imunologi yang menghasilkan anak daripada dewasa dan terjadi karena proses imunologi yang menghasilkan demielinisasi nervus optikus.
demielinisasi nervus optikus. Post viral Post viral atau parainfeksius neuritis optikus dapat terjadiatau parainfeksius neuritis optikus dapat terjadi unilateral tetapi sering bilateral. Diskus optikus dapat
unilateral tetapi sering bilateral. Diskus optikus dapat normal atau terjadi pembengkakan.normal atau terjadi pembengkakan.
3.
3. Ablasio RetinaAblasio Retina
Keadaan dimana terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel epitel pigmen Keadaan dimana terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel epitel pigmen retina. Ablasio retina akan memeberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang retina. Ablasio retina akan memeberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapat riwayat adanya pijar api kadang-kadang terlihat sebagai tabir yang menutup. Terdapat riwayat adanya pijar api
yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya yang terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah.
robekan retina berwarna merah.
4.
4. Oklusi Arteri Vena SentralisOklusi Arteri Vena Sentralis
G
Gangguan vaskular retina dengan potensial menimbulkan kebutaan yang seringangguan vaskular retina dengan potensial menimbulkan kebutaan yang sering
terjadi dan mudah didiagnosis. Pasien datang dengan penurunan penglihatan mendadak terjadi dan mudah didiagnosis. Pasien datang dengan penurunan penglihatan mendadak yang tidak nyeri. Biasanya pada usia lebih dari 50 tahun dan mengidap penyakit yang tidak nyeri. Biasanya pada usia lebih dari 50 tahun dan mengidap penyakit kardiovaskular terkait lainnya.
kardiovaskular terkait lainnya.
5.
5. Papil EdemaPapil Edema
Kongesti non inflamasi diskus optik yang berkaitan dengan peningkatan tekanan Kongesti non inflamasi diskus optik yang berkaitan dengan peningkatan tekanan intrakranium. Keluhan yang dirasakan pasien biasanya nyeri kepala hebat, mual, muntah intrakranium. Keluhan yang dirasakan pasien biasanya nyeri kepala hebat, mual, muntah namun ketajaman penglihatan masih normal. Pada funduskopi didapatkan papil sembab, namun ketajaman penglihatan masih normal. Pada funduskopi didapatkan papil sembab, batas kabur, kapiler dan vena retina melebar dan berkelok, terdapat perdarahan, eksudat batas kabur, kapiler dan vena retina melebar dan berkelok, terdapat perdarahan, eksudat dan terdapat penonjolan papil yang melebihi 3 dioptri. Tidak terdapat gangguan pada dan terdapat penonjolan papil yang melebihi 3 dioptri. Tidak terdapat gangguan pada lapang pandang. K
1.
1. Terapi jangka pendek Terapi jangka pendek
T
T he Optic Neuritishe Optic Neuritis T T reatment reatment T T rial (ONTT) telah meneliti secara komprehensif rial (ONTT) telah meneliti secara komprehensif
tentang penatalaksanaan neuritis optikus dengan menggunakan steroid. Dalam tentang penatalaksanaan neuritis optikus dengan menggunakan steroid. Dalam penelitiannya ONTT melibatkan sebanyak 457 pasien, usia 18-4
penelitiannya ONTT melibatkan sebanyak 457 pasien, usia 18-466 tahun dengan neuritistahun dengan neuritis
optikus akut unilateral. Data follow up didapatkan dari kohort ONTT (
optikus akut unilateral. Data follow up didapatkan dari kohort ONTT ( Longitudinal Optic Longitudinal Optic Neuritis
Neuritis S S tudytudy (LONS)) (LONS)) menghasilkan menghasilkan infinformasi ormasi penting penting tentang tentang gejala gejala klinis,klinis, penglihatan jangka panjang, penglihatan yang berkaitan dengan kualitas hidup dan penglihatan jangka panjang, penglihatan yang berkaitan dengan kualitas hidup dan peranan MRI otak dalam memutuskan resiko berkembang menjadi
peranan MRI otak dalam memutuskan resiko berkembang menjadiC C linically Definitelinically Definite M
M ultipleultipleS S clerosisclerosis (CDMS).(CDMS).1212
Pasien yang terlibat pada penelitian ini diacak menjadi 3 kelompok perlakuan Pasien yang terlibat pada penelitian ini diacak menjadi 3 kelompok perlakuan terapi, yaitu:
terapi, yaitu:1212
a.
a. Mendapatkan terapi prednison oral (1 mgMendapatkan terapi prednison oral (1 mg// kg BBkg BB// hari) selama 14 hari dengan 4 harihari) selama 14 hari dengan 4 hari
tappering off ( 20
tappering off ( 20 mg hari l, 10 mg hari ke 2 damg hari l, 10 mg hari ke 2 da n 4) (kelompok terapi oral).n 4) (kelompok terapi oral).
b.
b. Mendapatkan terapi dengan metilprednisolon sodium suksinat IV 250 mg tiapMendapatkan terapi dengan metilprednisolon sodium suksinat IV 250 mg tiap66 jamjam
selama 3 hari, diikuti dengan prednison oral (1 mg
selama 3 hari, diikuti dengan prednison oral (1 mg//kg BBkg BB// hari) selama 11 harihari) selama 11 hari
dengan 4 hari
dengan 4 hari tappering off tappering off (kelompok terapi dengan metilprednisolon IV).(kelompok terapi dengan metilprednisolon IV).
c.
c. Mendapatkan terapi dengan pMendapatkan terapi dengan placebo selama 14 hari.lacebo selama 14 hari.
Dalam penelitian ini yang dinilai terutama tajam penglihatan dan sensitifitas Dalam penelitian ini yang dinilai terutama tajam penglihatan dan sensitifitas terhadap kontras sedangkan berkembangnya menjadi CDMS adalah hal kedua yang terhadap kontras sedangkan berkembangnya menjadi CDMS adalah hal kedua yang dinilai.
MRI otak dan orbita dengan menggunakan gadolinium telah dilakukan untuk MRI otak dan orbita dengan menggunakan gadolinium telah dilakukan untuk semua pasien. Hasil yang didapatkan
semua pasien. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah:dari penelitian ini adalah:1212
a.
a. Terapi dengan menggunakan metilprednisolon IV mempercepat pulihnya penglihatanTerapi dengan menggunakan metilprednisolon IV mempercepat pulihnya penglihatan tetapi tidak untuk jangka panjang setelah
tetapi tidak untuk jangka panjang setelah 66 bulan sampai dengan 5 tahun bilabulan sampai dengan 5 tahun bila
dibandingkan dengan terapi menggunakan placebo atau prednison oral. Keuntungan dibandingkan dengan terapi menggunakan placebo atau prednison oral. Keuntungan terapi dengan menggunakan
terapi dengan menggunakan metilprednismetilprednisolon IV olon IV ini baik dalam 15 hari pertama saja.ini baik dalam 15 hari pertama saja.
b.
b. Pasien yang mendapatkan terapi dengan menggunakan prednison oral saja didapatkanPasien yang mendapatkan terapi dengan menggunakan prednison oral saja didapatkan terjadi resiko rekurensi neuritis optiknya (30% setelah 2 tahun dibandingkan dengan terjadi resiko rekurensi neuritis optiknya (30% setelah 2 tahun dibandingkan dengan kelompok placebo 1
kelompok placebo 166% dan kelompok yang mendapatkan steroid IV 13%) sampai% dan kelompok yang mendapatkan steroid IV 13%) sampai
dengan
dengan follow up follow up 5 tahun.5 tahun.
c.
c. Pasien dengan monosymptomatik yang mendapatkan terapi dengan menggunakanPasien dengan monosymptomatik yang mendapatkan terapi dengan menggunakan metilprednisolon intra vena didapatkan penurunan tingkat perkembangan ke arah metilprednisolon intra vena didapatkan penurunan tingkat perkembangan ke arah CDMS selama 2 tahun pertama
CDMS selama 2 tahun pertama follow up follow up, tetapi tidak bermanfaat setelah 2 tahun, tetapi tidak bermanfaat setelah 2 tahun karena persentase perkembangan menjadi CDMS hampir sama dengan kelompok karena persentase perkembangan menjadi CDMS hampir sama dengan kelompok prednison oral dan placebo.
prednison oral dan placebo.
2.
2. Terapi jangka panjangTerapi jangka panjang
Di antara pasien dengan resiko tinggi berkembang menjadi CDMS yang Di antara pasien dengan resiko tinggi berkembang menjadi CDMS yang ditetapkan dengan kriteria MRI oleh ONTT (dua atau lebih lesi
ditetapkan dengan kriteria MRI oleh ONTT (dua atau lebih lesi white matter white matter ), telah), telah dilakukan penelitian 383 pasien oleh (
dilakukan penelitian 383 pasien oleh (T T hehe C C ontrolled High-Risk Avonexontrolled High-Risk Avonex MS MS PreventionPrevention
S
S tudy (CHAMPS)) menunjukkan terapi dengan interferon 1a pada pasientudy (CHAMPS)) menunjukkan terapi dengan interferon 1a pada pasien acuteacute
monosymptomatic demyelinating optic
pada MRI otak. Hasil yang sama juga didapatkan pada pasien dengan neuritis optikus. pada MRI otak. Hasil yang sama juga didapatkan pada pasien dengan neuritis optikus. Semua pasien kelompok terapi dengan interferon -1a dan kelompok placebo juga Semua pasien kelompok terapi dengan interferon -1a dan kelompok placebo juga mendapatkan terapi dengan metilprednisolon IV selama 3 hari diikuti dengan prednison mendapatkan terapi dengan metilprednisolon IV selama 3 hari diikuti dengan prednison oral selama 11 hari sesuai dengan protokol ONTT. Meskipun terapi dengan interferon oral selama 11 hari sesuai dengan protokol ONTT. Meskipun terapi dengan interferon -1a pada pasien neuritis optikus dan pada pasien yang beresiko menurut pemeriksaan MRI 1a pada pasien neuritis optikus dan pada pasien yang beresiko menurut pemeriksaan MRI manfaat jangka panjangnya tidak diketahui, tetapi hasil dari CHAMPS memberikan suatu manfaat jangka panjangnya tidak diketahui, tetapi hasil dari CHAMPS memberikan suatu terapi awal yang rasional. Ini didukung oleh hasil penelitian dari
terapi awal yang rasional. Ini didukung oleh hasil penelitian dari Early Early T T reatment of reatment of M
M ultipleultiple S S clerosisclerosisS S tudytudy, (ETOMS)) yang menghasilkan selama 2 tahun, (ETOMS)) yang menghasilkan selama 2 tahun follow up follow up terjaditerjadi
penurunan yang signifikan jumlah pasien yang berkembang menjadi CDMS dengan penurunan yang signifikan jumlah pasien yang berkembang menjadi CDMS dengan
terapi awal interferon 13-1a (34%) bila dibandingkan dengan kelompok placebo (45%). terapi awal interferon 13-1a (34%) bila dibandingkan dengan kelompok placebo (45%).33
Pada model eksperimen sklerosis multipel, dengan menggunakan terapi Pada model eksperimen sklerosis multipel, dengan menggunakan terapi immunoglobulin intravena telah menunjukan terjadinya remielinisasi pada sistem syaraf immunoglobulin intravena telah menunjukan terjadinya remielinisasi pada sistem syaraf sentral. Penelitian lain (1992) menyarankan bahwa terapi dengan immunoglobulin sentral. Penelitian lain (1992) menyarankan bahwa terapi dengan immunoglobulin bermanfaat pada pasien neuritis optikus dengan penurunan penglihatan yang bermakna. bermanfaat pada pasien neuritis optikus dengan penurunan penglihatan yang bermakna. Akan tetapi dalam penelitian terbaru tentang immunoglobulin intravena dengan placebo Akan tetapi dalam penelitian terbaru tentang immunoglobulin intravena dengan placebo pada 55 pasien sklerosis multipel dengan kehilangan penglihatan tetap (20
pada 55 pasien sklerosis multipel dengan kehilangan penglihatan tetap (20//40 atau lebih40 atau lebih
rendah) yang disertai neuritis optikus tidak menunjukkan pemulihan yang signifikan rendah) yang disertai neuritis optikus tidak menunjukkan pemulihan yang signifikan terhadap tajam penglihatan.
terhadap tajam penglihatan.
Jika pada pemeriksaan dengan MRI ditemukan lesi
Jika pada pemeriksaan dengan MRI ditemukan lesi white matter white matter dua atau lebihdua atau lebih (diameter 3 atau lebih) diterapi berdasarkan rekomendasi dari ONTT, CHAMPS, dan (diameter 3 atau lebih) diterapi berdasarkan rekomendasi dari ONTT, CHAMPS, dan ETOMS, yaitu:
1.
1. Metilprednisolon IV (1 g per hari, dosis tunggal atau dosis terbagi selama 3 hari)Metilprednisolon IV (1 g per hari, dosis tunggal atau dosis terbagi selama 3 hari) diikuti dengan prednison oral (1 mg
diikuti dengan prednison oral (1 mg// kg BBkg BB// hari selama 11 hari kemudian 4 harihari selama 11 hari kemudian 4 hari
tappering off tappering off ).).
2.
2. Interferon -1a intramuskular satu kInterferon -1a intramuskular satu kali seminggu.ali seminggu.
Pada pasien monosymptomatik dengan lesi
Pada pasien monosymptomatik dengan lesi white matter white matter pada MRI kurang dari 2,pada MRI kurang dari 2, dan yang telah didiagnosis CDMS, diberikan terapi metilprednisolon (diikuti prednison dan yang telah didiagnosis CDMS, diberikan terapi metilprednisolon (diikuti prednison oral) dapat dipertimbangkan untuk memulihkan penglihatan, tetapi ini tidak memperbaiki oral) dapat dipertimbangkan untuk memulihkan penglihatan, tetapi ini tidak memperbaiki untuk jangka panjang. Berdasarkan hasil penelitian dari ONTT, penggunaan prednison untuk jangka panjang. Berdasarkan hasil penelitian dari ONTT, penggunaan prednison oral saja (sebelumnya tidak diterapi dengan metilprednisolon IV ) dapat meningkatkan oral saja (sebelumnya tidak diterapi dengan metilprednisolon IV ) dapat meningkatkan resiko rekurensi.
resiko rekurensi.
2.4.7. Prognosis 2.4.7. Prognosis
Sebagian besar pasien sembuh sempurna atau mendekati sempurna setelah Sebagian besar pasien sembuh sempurna atau mendekati sempurna setelah66-12-12
minggu. Sembilan puluh lima persen penglihatan pasien pulih mencapai visus 20
minggu. Sembilan puluh lima persen penglihatan pasien pulih mencapai visus 20//40 atau40 atau
lebih baik. Dan sebagian besar pasien mencapai perbaikan maksimal dalam 1-2 bulan, lebih baik. Dan sebagian besar pasien mencapai perbaikan maksimal dalam 1-2 bulan, meskipun pemulihan dalam 1 tahun juga memungkinan. Derajat keparahan kehilangan meskipun pemulihan dalam 1 tahun juga memungkinan. Derajat keparahan kehilangan penglihatan awal menjadi penentu terhadap prognosis penglihatan. Meskipun penglihatan penglihatan awal menjadi penentu terhadap prognosis penglihatan. Meskipun penglihatan
dapat pulih menjadi 20
dapat pulih menjadi 20//20 atau bahkan lebih baik, banyak pasien dengan20 atau bahkan lebih baik, banyak pasien dengan acuteacute
demyelinating optic
demyelinating optic neuritis berlanjut menjadi kelainan pada penglihatan yangneuritis berlanjut menjadi kelainan pada penglihatan yang mempengaruhi fungsi harian dan kualitas hidupnya. Kelainan tajam penglihatan mempengaruhi fungsi harian dan kualitas hidupnya. Kelainan tajam penglihatan (15-30%), sensitivitas kontras (
30%), sensitivitas kontras (663-100%), penglihatan warna (33-100%), lapang pandang3-100%), penglihatan warna (33-100%), lapang pandang
((662-100%), stereopsis (89%), terang gelap (89-100%), reaksi pupil2-100%), stereopsis (89%), terang gelap (89-100%), reaksi pupil afferent afferent (55-92%),(55-92%),
diskus optikus (