• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh SOP Identifikasi Dan Penilaian Resiko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Contoh SOP Identifikasi Dan Penilaian Resiko"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Tidak diperkenankan menyalin dan atau memperbanyak tanpa persetujuan tertulis dari manajemen PT Contoh Indonesia

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL (SOP)

IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO

No. Dokumen: CTH-HSE.02-SOP-01

Jabatan/ Nama

Tanda Tangan

Tanggal

Disiapkan Oleh

Diperiksa Oleh

Disetujui oleh

Catatan REVISI

No.

(2)

LOGO

PT CONTOH INDONESIA

PROSEDUR STANDARD No.Dok Revisi J.1.04.xxx.01 IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO Tgl Efektif

Halaman 2 dari 7

© Purdianta

Tidak diperkenankan menyalin dan atau memperbanyak tanpa persetujuan tertulis dari manajemen PT CONTOH INDONESIA

1 TUJUAN

Memberikan pedoman, panduan dan methode pelaksanaan identifikasi bahaya, analisa resiko dan pengendalian resiko terhadap bahaya kerja dalam lingkungan PT Contoh Indonesia.

2 RUANG LINGKUP

Prosedur ini berlaku bagi pelaksanaan kegiatan identifikasi bahaya, analisis resiko dan pengendalian resiko yang terjadi aktivitas kerja serta adanya modifikasi dari peralatan kerja di lingkungan PT Contoh Indonesia.

3 REFERENSI

 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja Pasal 9  Peraturan Pemerintah (PP) No.50 Tahun 2012 Elemen/Sub Elemen 2.1  OHSAS 18001:2007 Klausul 4.3.1

4 DEFINISI

 Potensi bahaya yaitu situasi yang memungkinkan terjadinya kecelakaan, sakit, kerusakan harta benda, kerusakan lingkungan kerja atau kombinasi dari hal-hal tersebut.

 Identifikasi potensi bahaya adalah proses identifikasi untuk menentukan bahaya yang mungkin akan terjadi dan karakteristik bahaya tersebut, berdasarkan sumber bahayanya.

 Resiko adalah menggambarkan tingkat keparahan dan kemungkinan terhadap terjadinya cidera, sakit, kerusakan properti dan penyakit akibat kerja.

 Bahaya aktivitas Rutin adalah bahaya yang aktual terjadi atau berpotensi terjadi akibat adanya aktifitas, produk dan jasa rutin yang dilakukan.

 Bahaya Aktivitas Non-Rutin adalah bahaya yang aktual terjadi atau berpotensi terjadi akibat adanya aktifitas, produk dan jasa tidak rutin yang dilakukan atau aktifitas yang tidak biasa atau sesekali dilakukan

 Kondisi emergency (keadaan darurat) adalah bahaya aktual atau berpotensi terjadi di luar aktifitas rutin, tidak rutin, normal dan abnormal yang menimbulkan risiko dan berdampak fatal terhadap manusia, bangunan dan lingkungan, contoh : kebakaran, ledakan, banjir, gempa, keracunan, kecelakaan, dan huru hara.

(3)

LOGO

PT CONTOH INDONESIA

PROSEDUR STANDARD No.Dok Revisi J.1.04.xxx.01 IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO Tgl Efektif

Halaman 3 dari 7

© Purdianta

Tidak diperkenankan menyalin dan atau memperbanyak tanpa persetujuan tertulis dari manajemen PT CONTOH INDONESIA

5 PROSEDUR

5.1 Identifikasi dan Penilaian

5.1.1 Semua Kepala Divisi melakukan koordinasi dengan kepala bagian untuk melakukan identifikasi bahaya secara terus menerus pada daerah kerja masing-masing terhadap kondisi dan cara kerja. Didalam proses identifikasi bahaya resiko harus memperhatikan:

a. Kegiatan rutin maupun tidak-rutin (K3) .

b. Aktifitas yang dilakukan setiap orang yang berada di area kerja c. Perilaku orang dan kapabilitasnya

d. Mengidentifikasi bahaya yang mampu memberikan pengaruh kesehatan dan keselamatan e. Bahaya yang ditimbulkan disekitar area kerja karena adanya aktivitas kerja dibawah kendali

perusahaan

f. Infrastruktur, peralatan dan bahan-bahan di tempat kerja yang disediakan oleh perusahaan ataupun pihak lain

g. Perubahan setiap aktivitas dan bahan/material dalam perusahaan

h. Modifikasi sistem manajemen K3, perubahan sementara dan dampaknya pada operasi, proses dan kegiatan.

i. Jika ada acuan peraturan yang baru yang digunakan dalam mengidentifikasi risiko dan dampak dan implementasinya

j. Area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan kerja, prosedur kerja perusahaan

5.1.2 Melakukan analisa resiko menggunakan Matriks Konsekuensi Bahaya untuk menentukan tingkat keparahan dari suatu kecelakaan.

MATRIKS KONSEKUENSI BAHAYA (Severity-S) Tingkat

Keparahan Kerugian pada orang Kerugian pada harta / aset 1 Tidak ada cidera Kerugian materi ringan sekali < Rp.5.000.000

2 Cidera ringan, cukup dengan P3K Rp.5.000.000- Rp.15.000.000 Kerugian materi ringan

3 Hilang hari kerja atau pekerja dirawat Kerugian materi sedang Rp.15.000.000-Rp.30.000.000

4 Cacat fisik Kerugian materi berat Rp.30.000.000- Rp.50.000.000

5 Kematian Kerugian materi berat sekali > Rp.50.000.000

Note : Jika terdapat perbedaan konsekwensi antara kerugian pada orang dan harta / aset, maka diambil tingkat keparahan yang paling tinggi.

(4)

LOGO

PT CONTOH INDONESIA

PROSEDUR STANDARD No.Dok Revisi J.1.04.xxx.01 IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO Tgl Efektif

Halaman 4 dari 7

© Purdianta

Tidak diperkenankan menyalin dan atau memperbanyak tanpa persetujuan tertulis dari manajemen PT CONTOH INDONESIA

5.1.3 Melakukan analisa resiko menggunakan Matriks Kemungkinan terjadi kecelakaan untuk menentukan peluang terjadinya kecelakaan.

Matriks Kemungkinan (Likelihood-L)

Kode Perkiraan kemungkinan terjadi Perkiraan skala waktu kecelakaan kemungkinan terjadi kecelakaan 1

Sangat Jarang terjadi / Rare > 10 tahun 2

Kecil kemungkinan terjadi /Unlikely 5 tahun- 10 tahun 3 Mungkin dapat terjadi/Moderate 1 tahun - 5 tahun

4

Cenderung untuk terjadi/Likely 6 bulan - 12 bulan 5 Hampir pasti akan terjadi/Almost Certain < 6 bulan

5.1.4 Menghitung derajat / tingkat resiko dengan mengkombinasikan antara kemungkinan terjadi kecelakaan dengan tingkat keparahan dengan menggunakan Matriks Resiko.

Matrik Resiko (LxS)

Peluang

(L)

Tingkat Keparahan (S)

1

2

3

4

5

1

L

L

L

L

M

2

L

L

M

M

M

3

L

M

M

H

H

4

L

M

H

H

E

5

L

M

H

E

E

(5)

LOGO

PT CONTOH INDONESIA

PROSEDUR STANDARD No.Dok Revisi J.1.04.xxx.01 IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO Tgl Efektif

Halaman 5 dari 7

© Purdianta

Tidak diperkenankan menyalin dan atau memperbanyak tanpa persetujuan tertulis dari manajemen PT CONTOH INDONESIA

Ket : E (Extreme) = Resiko ekstrim, memerlukan penanganan / tindakan segera hentikan proses H (High) = Resiko tinggi, memerlukan perhatian pihak senior manajemen

M (Moderate) = Resiko sedang, harus ditentukan tanggung jawab manajemen terkait L (Low) = Resiko rendah, kendaliakan dengan prosedur rutin

5.1.5 Suatu resiko dapat dikategorikan dapat diterima (acceptable), jika berada pada zone Low dan Moderate.

5.1.6 Hasil penilaian resiko harus disampaikan kepada ahli K3 perusahaan, untuk dilakukan review dan dilakukan tindak lanjut yang sesuai jika diperlukan.

5.2 Pengendalian Resiko

5.2.1 Menetapkan kendali resiko yang akan diterapkan. Ada lima (5) jenis kendali resiko yang dapat dipergunakan secara mandiri maupun kombinasi diantara kendali-kendali resiko tersebut, yaitu: 1. Eliminasi (kendali resiko dengan menghilangkan bahaya).

Kendali resiko ini dapat diterapkan dengan cara menganalisis kemungkinan proses (cara kerja), alat maupun bahan yang berbahaya untuk tidak dilakukan atau dipergunakan dalam kegiatan kerja.

2. Substitusi (kendali resiko dengan mengganti bahan / alat kerja).

Kendali resiko ini dapat diterapkan dengan cara menganalisis kemungkinan adanya proses (cara kerja), alat maupun bahan pengganti / substitusi yang dapat dilakukan untuk menghilangkan resiko dalam kegiatan kerja.

3. Rekayasa Resiko (kendali resiko dengan kendali rekayasa).

Kendali resiko ini dapat diterapkan dengan cara menganalisis kemungkinan perubahan / proteksi secara fisik / bentuk terhadap proses, alat kerja maupun bahan baku yang berbahaya tersebut.

4. Administratif (kendali resiko dengan kendali administratif).

Kendali resiko ini dapat diterapkan dengan cara menganalisis kemungkinan proses (cara kerja), alat maupun bahan yang berbahaya tersebut dengan bantuan prosedur-prosedur administratif, instruksi kerja, pelatihan, mengurangi frekwensi pekerjaa /keterlibatan pekerja, dll.

5. APD (kendali resiko dengan alat pelindung diri).

Kendali resiko ini dapat diterapkan dengan cara menganalisis kemungkinan penggunaan alat pelindung diri pada proses (cara kerja), maupun penanganan bahan yang berbahaya tersebut dalam kegiatan bekerja.

5.2.2 Bentuk pengendalian terhadap suatu resiko dapat melibatkan lebih dari satu bentuk pengendalian atau kombinasi dari bentuk-bentuk pengendalia tersebut di atas.

5.2.3 Kendali resiko eliminasi dapat dilakukan apabila managemen menilai pengendalian secara substitusi dan rekayasa belum dapat menanggulangi resiko bahaya perusahaan.

(6)

LOGO

PT CONTOH INDONESIA

PROSEDUR STANDARD No.Dok Revisi J.1.04.xxx.01 IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO Tgl Efektif

Halaman 6 dari 7

© Purdianta

Tidak diperkenankan menyalin dan atau memperbanyak tanpa persetujuan tertulis dari manajemen PT CONTOH INDONESIA

5.3 Evaluasi

5.3.1 Untuk tingkat resiko extreme dan high dimana tingkat pengendaliaanya belum mencukupi, manajemen mempertimbangkan untuk membuat target dan program manajemen K3, dengan mempertimbangkan kemampuan teknologi dan pertimbangan finansial managemen. Apabila suatu resiko extreme dan high tetapi ada peraturan perundangan yang belum terpenuhi, maka dapat dipertimbangkan untuk dibuatkan target, sasaran dan program manajemen K3.

5.3.2 Dari hasil penilaian risiko tinggi, akan dilakukan evaluasi untuk dijadikan sasaran K3(sasaran). Proses evaluasi perlu mempertimbangkan beberapa kriteria, yaitu :

1. Pemenuhan peraturan dan persyaratan yang terkait bahaya K3 penting

2. Kasus yang pernah terjadi terkait risiko K3 penting, dan mejadi perhatian Publik 3. Ada teknologi, dapat berupa alat, metode dll, yang relatif mudah, murah dan efektif

5.3.3 Ahli K3 perusahaan bertanggung jawab untuk mengevaluasi hasil penilaian bahaya resiko yang sudah dilakukan oleh setiap divisi atau bagian, untuk memastikan kesesuaian bahaya resiko hasil penilaian dengan kondisi aktual.

5.4 Tinjau Ulang/ Review

5.4.1 Setiap kepala bagian harus melakukan tinjauan ulang terhadap hasil penilaian bahaya resiko jika: 1. Secara berkala minimal 1 kali dalam setahun untuk menjamin kesesuaianya dengan kondisi aktual

proses.

2. Adanya perubahaan proses, metode kerja, lingkungan kerja, kompetensi dan faktor lainnya.

5.4.2 Hasil evaluasi dari identifikasi bahaya resiko dilakukan pengesahan kembali, sesuai dengan mekanisme yang berlaku.

5.5 Sosialisasi Bahaya Resiko

5.5.1 Kepala seksi berkewajiban untuk memastikan setiap orang bekerja sudah memahami potensi bahaya resiko dari pekerjaan yang dilakukan.

5.5.2 Apabila ada perubahan identifikasi bahaya resiko, maka kepala seksi harus memberikan sosialisasi ulang kepada karyawan yang bersangkutan.

6 DOKUMEN TERKAIT

 Xxxx-xxx-FRM-01 Identifikas dan Penilaian Bahaya Resiko

Xxxx-xxx-FRM-02 Daftar Bahaya Resiko Penting/Signifikan

(7)

LOGO

PT CONTOH INDONESIA

PROSEDUR STANDARD No.Dok Revisi J.1.04.xxx.01 IDENTIFIKASI, PENILAIAN DAN PENGENDALIAN BAHAYA RESIKO Tgl Efektif

Halaman 7 dari 7

© Purdianta

Tidak diperkenankan menyalin dan atau memperbanyak tanpa persetujuan tertulis dari manajemen PT CONTOH INDONESIA

7 ALUR PROSES

Identifikasi dan Penilaian Bahaya

Karyawan Ahli K3

Kepala Divisi Kepala Seksi

Ph as e Mulai Mengkoordiasikan Penilaian Resiko 1 Melakukan Penilaian Resiko sesuai matrik

penilaian 3 Menyerahkan hasil penilaian resiko untuk di evaluasi 4 Melakukan review dan evluasi hasil

penilaian resiko 5 Melakukan identifikasi bahaya 2 Apakah OK ? Tidak Menetapkan pengendalian resiko yang sesuai 6 Ya Melakukan sosialisasi hasil identifikasi dan pengendalian resiko 5 Melakukan evaluasi keefektifan bentuk pengendalian 7 Melakukan evaluasi kesusaia resiko dengan kondisi proses 5 Apakah ada perubahan ? Melaksanakan proses sesuai dengan pengendalian resiko 6 Ya Selesai Tidak

Referensi

Dokumen terkait

8 Menurut saya tidak ada alat atau bahan kimia di pabrik yang dapat membuat saya mengalami kecelakaan kerja.. 9 Saya berhak mendapatkan pengarahan mengenai resiko

 Mengkondisikan situasi belajar untuk membiasakan mengajukan pertanyaan secara aktif dan mandiri tentang alat, bahan gambar rangkaian kendali dan cara kerja rangkaian

Bahaya adalah sifat dari suatu bahan, cara kerja suatu alat, cara melakukan suatu pekerjaan atau lingkungan kerja yang dapat menimbulkan kerusakan harta benda, penyakit

Dalam pelakasanaanya PT XYZ melibatkan banyak tenaga fisik dan juga alat berat. Hal ini membuat PT XYZ menjadi sebuah industri yang memiliki banyak sumber bahaya. Berdasarkan data historis tahun 2019-2021, telah terjadi sebanyak 15 kecelakaan kerja, yang terdiri dari 12 kasus di bagian produksi, 1 kasus di bagian office, 1 kasus di bagian finishing, dan 1 kasus di bagian konstruksi. Terlihat bahwa walaupun sudah diterapkannya K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) masih ada sumber bahaya yang bisa menyebebkan kecelekaan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis sumber bahaya yang ada dengan metode HAZOP (Hazard and Operability) agar risiko yang ada, dapat dikendalikan dengan usulan perbaikan yang diberikan. Hasil yang didapatkan dalam penelitian kali ini adalah, ditemukannya 27 kemungkinan bahaya, yang dikelompokkan menjadi 14 sumber bahaya berdasarkan kegiatan kerja, alat dan mesin yang ada. 14 sumber bahaya yang ditemukan terdiri dari 7 sumber bahaya tingkat tinggi, 4 sumber bahaya tingkat sedang, dan 3 sumber bahaya tingkat rendah. Tingkat sumber bahaya tersebut di dapatkan dari level likelihood, dan level severity yang dikombinasikan menjadi risk score yang nantinya ditentukan tingkat risikonya pada risk matrix diagram. Setelah diketahui sumber bahaya dan tingkat risikonya, maka masing-masing sumber bahaya di analisis bagian, penyimpangan, penyebab, konsekuensi, dan tindakannya. Setelah dilakukan analisis maka didapatkan pengendalian risiko berupa usulan perbaikan dengan cara, penggantian lampu pada bagian pengelasan, penambahan tempat duduk pada mesin CNC Z3000, penempatan posisi fan yang strategis, memperbaharui working instruction yang sudah rusak, perapihan area kerja, edukasi terkait K3, dan melengkapi pekerja dengan Alat Pelindung