• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Sayur

Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan, digoreng (agak jarang), atau disangrai. Sayuran berbentuk daun yang dimakan mentah disebut sebagai lalapan (Anonimusg).

Penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen atau dapat diolah lebih lanjut melalui kegiatan produksi. Penanganan pascapanen padi meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan yang meliputi proses pemotongan, perontokan, pengangkutan, perawatan dan pengeringan, penyimpanan, penggilingan, penyosohan, pengemasan, penyimpanan, dan pengolahan. Teknologi penggilingan sangat menentukan kuantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Untuk itu penanganan proses penggilingan padi perlu diperhatikan secara continiu agar permintaan konsumen dapat dipenuhi (Setyono, 1994).

Berdasarkan tempat tumbuhnya, tanaman sayuran dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu tanaman sayuran dataran tinggi dan tanaman sayuran dataran rendah. Tanaman sayuran dataran tinggi lebih banyak jumlahnya

(2)

dibandingkan tanaman sayuran dataran rendah. Sedangkan tanaman sayuran yang benar-benar asli dari dataran rendah jumlahnya tidak banyak sebab sebagian besar tanaman sayuran memerlukan daerah yang bersuhu dingin. Meskipun demikian, sebagian tanaman sayuran daaran tinggi sekarang telah diadaptasi menjadi tanaman sayuran daaran rendah (Seitiawan,1993).

Upaya perluasan daerah penanaman sayuran daaran tinggi semakin gencar digalakkan. Tujuannya agar penanaman jenis sayuran tidak terlalu dibatasi oleh ketinggian tempat sehingga dapat dilakukan di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun kalu daerahnya memungkinkan, tanaman sayuran akan berproduksi dengan baik jika ditanam pada ketinggian yang sesuai dengan kebutuhannya. Kesimpulannya, tanaman sayuran dataran tinggi paling cocok ditanam di dataran tinggi itu sendiri (Seitiawan,1993).

Selama ini belum diperoleh kesepakatan secara pasti mengenai batasan antara tanaman sayuran dataran tinggi dan rendah. Ada jenis tanaman yang digolongkan ke dalam sayuran dataran tinggi, ternyata bisa juga ditanam ditaran rendah atau sebaliknya. Sebagai contoh tanaman bawang putih. Tanaman umbi ini pada awalnya hanya dikenal sebagai tanaman sayuran dataran tinggi, tetapi sekarang bisa ditanam di dataran rendah. Meskipun demikian, masing-masing varietas di dalam satu jenis tanaman masih tetap bisa dibedakan. Misalnya, hanya sebagian varietas bawang putih yang dapat ditanam di dataran rendah sehingga masih bisa dibedakan dengan varietas bawang putih yang baik ditanam ditaran tinggi (Seitiawan,1993).

Tanaman sayuran dataran tinggi memerlukan suhu lingkungan pertumbuhan yang rendah (dingin). Penanamannya di daerah dataran tinggi sangat mendukung

(3)

pertumbuhannya sebab semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut maka semakin rendah suhunya. Setiap kenaikan tinggi tempat 100 m maka suhu udara turun sekitar 0.5oC. Karena itu, seringkali para ahli membagi tanaman sayuran berdasarkan suhu lingkungan pertumbuhannya. Dengan menggunakan penggolongan suhu lingkungannya, tanaman sayuran dapat dibedakan menjadi tanaman sayuran bersuhu dingin dan tanaman sayuran bersuhu panas. Penggolongan berdasarkan suhu, walaupun tidak bisa dikatakan sama, hamper sama dengan penggolongan berdasarkan ketinggian tempat. Jadi, tanaman sayuran dataran tinggi biasanya juga dapat digolongkan sebagai tanaman sayuran bersuhu dingin (Seitiawan,1993).

Sebagaimana jenis tanaman hortikutura lainnya, kebanyakan tanaman sayuran mempunyai nilai komersial cukup tinggi. Kenyataan ini mudah dipahami sebab tanaman sayuran merupakan produk pertanian yang senantiasa dikonsumsi setiap saat. Barangkali sulit ditemui masakan yang sama sekali bebas dari sayuran. Paling tidak walaupun tidak dijumpai dalam bentuk sayur asem, sayur lodeh, sayur sop, dan lain-lain. Sayuran masih dijumpai dalam bentuk bumbu masakan (Seitiawan,1993).

2.1.2. Peranan Mobile Coolbox dalam Ekspor Sayur

Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki temperatur rata-rata sepanjang tahun cukup tinggi. Dalam keadaan demikian maka kesegaran produk pertanian setelah panen harus dijaga sehingga mutunya harus dapat dipertahankan seoptimal mungkin. Penerapan ”cooling system” di Indonesia sebenarnya sudah lama dimulai namun terbatas pada kebutuhan penelitian dan perusahaan swasta yang memiliki modal besar. Perusahaan swasta yang menggunakan ”cooling

(4)

system” dalam usahanya biasanya adalah ”supermarket” atau ”hypermarket”,

ataupun perusahaan yang orientasi usahanya adalah untuk tujuan ekspor (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2011).

Dalam upaya penerapan “cooling system” di Indonesia, maka pada tahun 2008 Ditjen PPHP telah melaksanakan kegiatan pengadaan Cold Storage di 8 Provinsi. Adapun pemanfaatan Cold Storage tersebut dikhususkan untuk produk hortikultura, diharapkan kualitas produk hortikultura dapat dipertahankan untuk kurun waktu tertentu baik berupa buah-buahan maupun sayuran agar tetap segar dan tahan lama. Pemanfaatan Cold Storage diharapkan dapat mengurangi kerugian akibat kerusakan komoditi secara alami yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani dan akhirnya akan mensejahterahkan petani (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2011).

Menurut Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (2011), cold storage terbagi atas 2 jenis, yaitu:

1. Bangunan Cold Storage

Terdapat beberapa jenis bangunan penyimpanan, salah satunya adalah bangunan penyimpanan bersuhu dingin yang lebih dikenal dengan sebutan Cold

storage. Bangunan Cold storage adalah sebuah bangunan yang difungsikan untuk

menyimpan bahan-bahan mentah agar tidak mengalami proses pembusukan sampai pada waktu dikirim ke konsumen. Pencegahan kebusukan dilakukan dengan metode pendinginan.

Bangunan dengan temperatur rendah ini hanya dapat difungsikan dengan baik jika kita memastikan tidak ada udara yang keluar masuk atau ruangan tertutup

(5)

rapat, dan memakai alat pendingin (refrigeenerator) untuk menjaga temperatur tetap rendah serta mengeluarkan udara dingin.

2. sarana angkutan berpendingin (cold storage mobile)

Tidak hanya berupa bangunan, cold storage juga terdapat pada kendaraan atau alat trasnportasi. Ada beberapa metode transportasi yang digunakan untuk memindahkan produk pertanian segar dari titik pengiriman ke pasar tujuan, antara lain :

a. Kontainer kargo udara, untuk tarnsportasi udara dan jalan raya. b. Kargo udara dan jaring, untuk transportasi udara dan jalan raya.

c. Trailer jalan raya ( mobile box pendingin), untuk transportasi jalan raya saja. d. Piggyback trailer, untuk kreta api, jalan raya, tranportasi laut.

e. Van kontainer. Untuk kreta api, jalan raya, transportasi laut/

Sarana pengangkutan yang digunakan sesuai dengan karakteristik produk yang dimuat dan diangkut, pada suhu penyimpanan yang direkomendasikan dan kelembapan relatif untuk mempertahankan kualitas. Jenis sarana angkutan pendingin harus dipilih dengan hati-hati. Pemilihan sarana transportasi dan jenis peralatan yang digunakan harus didasarkan pada:

a. Tujuan. b. Nilai produk.

c. Tingkat rusaknya produk.

d. Jumlah produk yang akan diangkut.

e. Suhu penyimpanan yang direkomendasikan dan kelembaban relatif. f. Kondisi suhu luar pada asal dan titik tujuan.

(6)

g. Waktu dalam perjalanan untuk mencapai tujuan melalui udara, darat, atau transportasi laut.

Untuk skala pengangkutan yang tidak terlalu besar dan hanya menggunakan jalur darat untuk tujuan antar provinsi atau antar daerah biasanya digunakan mobile box pendingin. Mobile box pendingin adalah salah satu jenis alat transportasi yang dilengkapi refrigeration unit dengan sistem pendingin tertutup. Secara bahasa sarana anggkutan berpendingin ini adalah kontainer yang dilengkapi dengan sistem refrigeration untuk mengawetkan atau menjaga temperature komoditi yang ada di dalamnya. Komoditi yang disimpan dalam kontainer seperti ini adalah komoditi untuk tujuan ekspor/impor. Untuk dapat beroperasi pada saat transportasi reefer menggunakan power supply diesel atau genset (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, 2011).

2.1.3. Studi Kelayakan

Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan (Umar, 2001).

Studi kelayakan sering disebut dengan feasibility study merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha/proyek yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti financial benefit maupun dalam arti social benefit. Layaknya suatu gagasan usaha/proyek dalam arti

(7)

social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, hal

ini tergantung dari segi penilaian yang dilakukan (Ibrahim, 2009).

Modal dapat diartikan secara fisik dan bukan fisik. Dalam artian fisik modal diartikan sebagai segala hal yang melekat pada faktor produksi yang dimaksud, seperti mesin-mesin dan peralatan-peralatan produksi, kendaraan serta bangunan. Modal juga dapat berupa dana untuk membeli segala input variabel untuk digunakan dalam proses produksi guna menghasilkan output produksi (Teguh, 2010).

Faktor-faktor yang perlu dinilai dalam menyusun studi kelayakan adalah menyangkut dengan beberapa aspek antara lain aspek marketing, aspek teknis produksi, aspek manajemen, aspek lingkungan, dam aspek keuangan. Dengan demikian apabila gagasan usaha/proyek yang telah dinyatakan layak dari segi ekonomi, dalam pelaksanaan jarang mengalami kegagalan kecuali disebabkan oleh faktor-faktor uncontrolable seperti banjir, terbakar, dan bencana alam lainnya yang diluar jangkuan manusia.

Studi kelayakan yang disusun merupakan pedoman kerja, baik dalam penanaman investasi, pengeluaran biaya, cara produksi, cara melaksanakan pemasaran dari hasil produksi, dan cara dalam menentukan jumlah tenaga kerja beserta jumlah pemimpin yang diperlukan. Layaknya gagasan usaha/proyek dalam sebuah studi kelayakan, apabila kegiatan usaha yang dijalankan berdasarkan kegiatan yang telah diatur dalam studi kelayakan. Dilihat dari evaluasi proyek sebenarnya tidak jauh berbeda dengan studi kelayakan, bila studi kelayakan menilai kegiatan usaha yang akan dikerjakan, sedangkan evaluasi proyek adalah salah satu kegiatan yang menilai dan memilih dari bermacam-macam investasi yang mungkin

(8)

untuk dikembangkan sesuai dengan kemampuan dari investasi yang dimiliki (Ibrahim, 2009).

Berdasarkan pada uraian ini, baik studi kelayakan maupun evaluasi proyek sama-sama bertujuan untuk menilai kelayakan suatu gagasan usaha/proyek dan hasil dari penilaian kelayakan ini merupakan suatu pertimbangan apakah usaha/proyek tersebut diterima atau ditolak dan sebagai perbedaan diantara kedua analisis ini dapat dilihat dari segi ruang lingkup pembahasan serta metode penilaian yang dilakukan (Ibrahim, 2009).

2.2. Landasan Teori 2.2.1 Biaya Produksi

Konsep biaya merupakan salah satu hal yang terpenting dalam akuntansi manajemen dan akuntansi biaya. Adapun tujuan memperoleh informasi biaya digunakan untuk proses perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan. Biaya didefinisikan sebagai kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Secara umum, dalam akuntansi manajemen dikenal 2 (dua) golongan biaya, yaitu biaya variabel dan biaya tetap (Anonimush).

Biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membiayai berbagai faktor produksi dalam suatu usaha, baik biaya tetap maupun biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya dimana jumlah biayanya tetap walaupun jumlah output yang diproduksi berubah-ubah dalam kapasitas normal. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sebanding dengan perubahan volume produksi (Witjaksono, 2006).

(9)

Besarnya penerimaan merupakan total yang diterima perusahaan dari hasil penjualan. Secara singkat, formula untuk menghitung besar penerimaan yaitu:

TR = Y . Py

Dimana:

TR = total penerimaan Y = produksi

Py = harga Y

Keuntungan merupakan pendapatan yang diperoleh produsen dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Oleh karena itu semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, semakin besar pula pendapatannya (Teguh, 2010).

2.2.2 Evaluasi Proyek

Bertujuan untuk memperbaiki pemilihan investasi. Karena sumber-sumber yang tersedia bagi pembangunan adalah terbatas, sehingga diperlukan sekali adanya pemilihan antara berbagai macam proyek. (Anonimusi)

Menurut Soetriono (2006) evaluasi proyek menekankan pada 2 (dua) macam analisis yaitu :

a . Analisis Finansial

Apabila proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanam modalnya didalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek. Dalam analisis ini sangat diperhatikan hasil untuk modal saham yang ditanam dalam proyek yaitu hasil yang harus diterima oleh para petani, pengusaha swasta, badan usaha pemerintah atau siapa saja yang berkepentingan dalam pembangunan proyek. Hasil finansil ini sering disebut "Private Returns”.

(10)

b. Analisis Ekonomis

Dalam analisa ekonomi yang diperhatikan ialah hasil keseluruhan berupa produktivitas atau keuntungan yang diperoleh dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat, atau perekonomian secara menyeluruh tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber-sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil dari proyek tersebut. Hasil ekonomi ini disebut "The Social Returns" atau "The Economic Returns".

1. Harga

Pada analisis finansial harga yang digunakan adalah harga pasar (market

price), sedangkan pada analisis ekonomi untuk mencari tingkat profitabilitas

ekonomi akan digunakan harga bayangan. beberapa cara penggunaan harga bayangan antara lain:

a. Harga Input Output Diperdagangkan

Harga bayangan yang digunakan untuk input output diperdagangkan adalah harga internasional atau border price yang dinyatakan dalam satuan moneter setempat pada kurs pasar. border price yang relevan untuk input dan output impor adalah harga impor CIF lepas dari pelabuhan (dikurangi segala jenis bea masuk, pajak impor, dan lain sebagainya), sedangkan pada input output yang merupakan barang ekspor maka border price yang relevan digunakan adalah harga FOB pada titik masuk pelabuhan.

b. Harga Input Tidak Diperdagangkan

Harga bayangan dari input adalah consumer willingness to pay atau kesediaan konsumen untuk membayar dalam hal ini adalah kesediaan pihak yang berkepentingan dalam proyek untuk membayar.

(11)

c. Biaya Tenaga Kerja

Dalam pasar persaingan sempurna tingkat upah pasar mencerminkan nilai produktivitas marginalnya. Untuk tenaga kerja terdidik, upah tenaga kerja bayangan sama dengan upah pasar (finansial), sedangan tenaga kerja tidak terdidik dengan anggapan belum bekerja sesuai dengan tingkat produktivitasnya, maka harga bayangan upahnya disesuaikan terhadap harga upah finansialnya yaitu sebesar 80 persen dari tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian mengacu pada Suryana (1980) dalam Siregar (2009).

d. Nilai Tukar Valuta Asing

Penetapan nilai tukar Rupiah didasarkan atas perkembangan nilai tukar mata uang asing yang menjadi acuan. Untuk menentukan harga bayangan nilai tukar digunakan formula yang telah di rumuskan oleh Squire Van der Tak (1982) yang diacu dalam Gitingger (1986), bahwa penentuan harga bayangan nilai tukar mata uang ditentukan dengan menggunakan rumus berikut :

Dimana,

SER : Nilai Tukar Bayangan (Rp.US$) OER : NIlai Tukar Resmi (Rp/US$) SCFt : Faktor Konversi Standar

Nilai faktor konversi standar yang merupakan rasio dari nilai impor dan ekspor ditambah pajaknya dapat ditentukan sebagai berikut :

(12)

Dimana,

SCFt : Faktor konversi standar untuk tahuk ke-t Xt : Nilai Ekspor Indoneia untuk tahuk ke-t (Rp) Mt : Nilai Impor Indoneia untuk tahuk ke-t (Rp)

Txt : Penerimaan pemerintah dari pajak ekspor untuk tahun ke-t (Rp) Tmt : Penerimaan pemerintah dari pajak impor untuk tahun ke-t (Rp)

2. Pajak

Pembayaran pajak dalam analisis finansial akan dikurangkan pada manfaat proyek atau dianggap sebagai biaya. Sedangkan pada analisis ekonomi pembayaran pajak tidak dikurangkan dalam perhitungan benefit proyek yang diserahkan pada pemerintah untuk kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan, dan oleh karena itu dianggap sebagai biaya.

3. Subsidi

Didalam analisis finansial, subsidi (pengurangan pajak, pembatasan pajak impor terhadap bahan baku, dapat pula berupa sarana-sarana lainnya yang dapat dimanfaatkan proyek yang bersangkutan) akan mengurangi biaya proyek, jadi menambah benefit proyek, sedangkan pada analisis ekonomi subsidi tidak dihitung sebagai salah satu penyebab bertambahnya keuntungan oleh karena itu tidak dihitung.

Diantara perbedaan yang telah diuraikan, analisis finansial dan ekonomi juga memiliki beberapa persamaan yaitu mengenai kriteria dalam perhitungan. Perhitungan pada analisis finansial dan ekonomis dilakukan dengan menggunakan kriteria yang sama yaitu discounted kriteria. Kriteria analisis discounted kriteria adalah untuk mengetahui berapakah manfaat (benefit) serta biaya-biaya (cost)

(13)

selama umur ekonomis proyek (in the future) nilainya saat ini (at present = t0) diukur dengan nilai uang sekarang (present value) (Soetriono, 2006).

2.2.3 Kriteria Investasi

Kriteria investasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana gagasan usaha (proyek) yang direncanakan dapat memberikan manfaat (benefit), baik dilihat dari financial benefit maupun social benefit. Hasil perhitungan kriteria investasi merupakan indikator dari modal yang diinvestasikan, yaitu perbandingan antara total benefit yang diterima dengan total biaya yang dikeluarkan dalam bentuk

present value selama umur ekonomis proyek (Ibrahim, 2009).

Menurut Ibrahim (2009), ada beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan, yaitu :

a. Net Preset Value (NPV)

Net present value adalah kriteria investasi yang digunakan dalam mengukur

apakah suatu proyek feasible atau tidak. Secara singkat, formula untuk menghitung NPV yaitu: Dimana: Bt = Penerimaan total Ct = Biaya total i = Interest rate Dengan kriteria:

Bila NPV ≥ 0, maka usaha tersebut layak dilaksanakan Bila NPV < 0, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan

(14)

b. Ekonomi Internal Rate of Return (EIRR)

Ekonomi Internal rate of return adalah suatu tingkat discount rate yang

menghasilkan net present value sama dengan nol. Dengan demikian apabila hasil perhitungan EIRR lebih besar dari Opportunity Cost of Capital (OCC) dikatakan proyek/usaha tersebut feasible, bila sama dengan OCC berarti pulang pokok dan bila di bawah OCC proyek/usaha tersebut tidak layak. Secara singkat, formula untuk menghitung EIRR yaitu:

) ( ( 1 2 1 2 1 1 i i NPV NPV NPV i EIRR − − + = Dengan kriteria:

Bila EIRR > tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tersebut layak dilaksanakan.

Bila EIRR < tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan.

c. Net Benefit Cost Ratio (B/C)

Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah

didiscount positif (+) dengan net benefit yang telah didiscount negatif (-). Secara singkat, formula untuk menghitung B/C yaitu:

Dimana: NB = Net benefit Dengan kriteria:

Bila Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak dilaksanakan. Bila Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan.

(15)

Menurut Gitingger dan Hans (1993), analisa sensitifitas adalah menganalisa kembali suatu proyek untuk melihat apa yang akan terjadi pada proyek tersebut bila ada sesuatu yang tidak sejalan dengan rencana. Hal ini dibutuhkan dalam analisis proyek, biasanya didasarkan pada proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian dan perubahan yang akan terjadi dimasa yang akan dating, proyek dapat berubah-ubah sebagai akibat empat permasalahan utama yaitu:

a. Perubahan harga jual produk b. Keterlambatan pelaksanaan proyek c. Kenaikan biaya.

d. Perubahan Volume Produksi.

2.3. Kerangka Pemikiran

Perkembangan pemasaran sayur kubis di Desa Seribu Dolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun pemasarannya meningkat pesat. Pemasaran sayuran ini sudah sampai ke tingkat ekspor seperti ke malaysia dan singapura. Sifat sayuran yang mudah rusak (busuk) membutuhkan jasa pengangkutan mobile

coolbox untuk mengurangi resiko dari kelemahan dari sifat-sifat sayuran agar

sayuran bisa tahan lama, segar, dan kualitasnya bagus sampai di tangan konsumen. Pemakaian mobile coolbox dipengaruhi beberapa biaya dan manfaat untuk pengoperasiannya. Maka oleh karena itu dibutuhkan studi kelayakan untuk mengetahui apakah pengadaan mobile coolbox ini layak atau tidak layak di jalankan.Secara singkat dapat dibuat skema kerangka pemikiran sebagai berikut:

(16)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Studi Kelayakan Pengadaan Mobilee

Coolbox dalam Rangka Mendukung Pengembangan Ekspor

Sayuran Kubis

Keterangan:

: Menyatakan hubungan : Menyatakan perbandingan

2.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian yang dapat ditarik yaitu :

1. Biaya yang dibutuhkan untuk pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor sayuran di daerah penelitian tinggi.

Perkembangan Pemasaran Sayur

Ekspor Sayur

Sifat perishable

Biaya Penganggkutan Manfaat

Mobile Coolbox

(17)

2. Benefit yang diperoleh dari pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor sayuran di daerah penelitian tinggi.

3. Pengadaan mobile coolbox dalam rangka mendukung pengembangan ekspor sayuran di daerah penelitian layak.

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Studi Kelayakan Pengadaan Mobilee  Coolbox  dalam Rangka Mendukung Pengembangan Ekspor  Sayuran Kubis

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) pengaruh pupuk organik cair kosarine terhadap pertumbuhan bibit pisang ekspor Cavendish asal kultur jaringan di

Minat adalah suatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas (Hilgar&amp;Slameto ; 1988

Apabila disertai dengan pelayanan yang berkualitas, maka terlihat bahwa restoran Eatology dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan sebesar 51,708 + 1,772 (X), nilai X dalam

Zat radioaktif adalah setiap zat yang memancarkanradiasi pengion dengan aktivitas jenis lebih besar daripada 70 kbq/Kg atau 2 nCI /g (tujuh puluh kilobecquerel per kilogram atau

Faktor-faktor tersebut adalah pada saat pembuatan elektroda pasta karbon, yaitu elektroda tidak homogen dan berongga sehingga arusnya tidak akan mengalir dengan

Pada tahun 2016, program ini telah dilaksanakan dengan baik dan Perusahaan akan melanjutkan dengan melakukan pengembangan pada sistem pelatihan yang ada... Program

Dari  hasil  penelitian  dapat  disimpulkan bahwa  penambahan mineral  Ca,  P, Mg  dan  S  daJ.8m  ransum  tidak  mempengaruhi  sintesis  protein  mikroba  dan 

Pengelolaan Manajemen Pelayanan dan Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Integumen: Luka Bakar (Combustio) di Ruang RB2B RSUP H. Adam