MENGALAMI STROKE NON HEMORAGIK
DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK
DI RUANG ICU RSUD SALATIGA
Disusun Oleh :
DYAH AYU SEPTIANDINI
P.14072
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG
MENGALAMI STROKE NON HEMORAGIK
DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK
DI RUANG ICU RSUD SALATIGA
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan
Disusun Oleh :
DYAH AYU SEPTIANDINI
NIM.P.14072
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini :
Nama : Dyah Ayu Septiandini
Nim : P.14072
Program Studi : D3 KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di Ruang ICU RSUD Salatiga
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 9 Agustus 2017 Yang Membuat Pernyataan
iii MOTTO
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang
disertai dengan do’a, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa adanya usaha.
iv
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN YANG
MENGALAMI STROKE NON HEMORAGIK
DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK
DI RUANG ICU RSUD SALATIGA
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan ( Amd.Kep.)
Oleh :
DYAH AYU SEPTIANDINI P.14072
Surakarta, 9 Agustus 2017
Menyetujui, Pembimbing
Mellia Silvy Irdianty, S.Kep,MPH NIK. 201690157
v
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI
Telah Di Uji Pada Tanggal : Rabu, 09 Agustus 2017
Dewan Penguji :
1. Penguji 1 : Ns. Nurul Devi A, S.Kep,M.Kep ( )
NIK. 201186080
2. Penguji 2 : Mellia Silvy Irdianty, S.Kep,MPH ( ) NIK. 201690157
vi
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:
Nama : Dyah Ayu Septiandini
NIM : P.14072
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di Ruang ICU RSUD Salatiga
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari / Tanggal : Rabu, 09 Agustus 2017
DEWAN PENGUJI
Penguji 1 : Nurul Devi A, S.Kep., Ns., M.Kep ( )
NIK : 201186080
Penguji 2 : Mellia Silvy Irdianty, S.Kep,MPH ( )
NIK : 201690157
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep NIK.200981037
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena berkat, rahmat dan karunianya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang ICU RSUD Salatiga”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada yang terhormat:
1. Meri Okatriani, S., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk menimba di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Mellia Silvy Irdianty, S.Kep, MPH selaku dosen pembimbing serta pembimbing akademik yang telah membimbing penulis dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi penulis demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini.
4. Nurul Devi A, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5. Semua dosen program studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Direktur RSUD Salatiga yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melaksanakan asuhan keperawatan pada klien1 dan klien2 di RSUD Salatiga.
viii
7. Bapak dan ibu yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a serta menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan D3 Keperawatan.
8. Sahabat terbaiku Eka Dwi W, yang selalu memberi motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
9. Teman-teman Mahasiswa satu angkatan khususnya kelas 3B Program D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan . Amin
Surakarta, 2017
Dyah Ayu Septiandini NIM. P14072
ix DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ... ii
MOTTO ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN... iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI... ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Batasan Masalah ... 3 1.3 Rumusan Masalah ... 3 1.4 Tujuan ... 4 1.4.1 Tujuan Umum ... 4 1.4.2 Tujuan Khusus ... 4 1.5 Manfaat ... 5 1.5.1 Teoritis ... 5 1.5.2 Praktis... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stroke Non Hemoragik ... 7
2.1.1. Definisi ... 7 2.1.2. Etiologi ... 8 2.1.3. Faktor Resiko ... 9 2.1.4. Patofisiologi ... 10 2.1.5. Manifestasi Klinis ... 12 2.1.6. Komplikasi ... 14
x
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik ... 15
2.1.8. Penatalaksanaan ... 16
2.1.9. Asuhan Keperawatan ... 17
2.1.10. Diagnosa Keperawatan yang muncul ... 24
2.1.11. Intervensi Keperawatan ... 25
2.1.12. Implementasi ... 29
2.1.13. Evaluasi ... 29
2.2. Terapi Rang Of Motion (ROM) ... 30
2.2.1. Definisi ... 30
2.2.2. Tujuan Range Of Motion (ROM) ... 30
2.2.3. Manfaat Range Of Motion (ROM) ... 30
2.2.4. Klasifikasi Range Of Motion (ROM) ... 31
2.2.5. Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh ... 31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 38
3.2. Definisi Operasional ... 38
3.3. Unit Analisis ( Partisipan) ... 39
3.4. Lokasi dan Waktu ... 39
3.5. Pengumpulan Data ... 39
3.6. Uji Keabsahan Data ... 41
3.7. Analisa Data ... 41
BAB IV HASIL STUDI KASUS 4.1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data ... 42
4.2. Identitas Klien ... 42
4.3. Riwayat Penyakit ... 43
4.4. Pengkajian Fokus ... 44
4.5. Pemeriksaan Penunjang ... 45
4.6. Pemeriksaan Lab dan Data Penunjang ... 46
4.7. Terapi ... 49
4.8. Analisa Data ... 50
4.9. Prioritas Diagnosa Keperawatan ... 52
xi 4.11. Implementasi Keperawatan ... 54 4.12. Evaluasi Keperawatan ... 57 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Pembahasan ... 64 5.1.1 Pengkajian ... 64 5.1.2 Diagnosa Keperawatan ... 66 5.1.3 Intervensi Keperawatan ... 67 5.1.4 Implementasi Keperawatan ... 68 5.1.5 Evaluasi Keperawatan ... 70 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 72 6.2. Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Gerakan ROM leher, spina, serfikal ... 31
Tabel 2.2 Gerakan ROM Bahu ... 32
Tabel 2.3 Gerakan ROM Siku ... 32
Tabel 2.4 Gerakan ROM Lengan Bawah ... 32
Tabel 2.5 Gerakan ROM pergelangan tangan ... 33
Tabel 2.6 Gerakan ROM jari-jari tangan ... 33
Tabel 2.7 Gerakan ROM Ibu jari ... 33
Tabel 2.8 Gerakan ROM pinggul ... 34
Tabel 2.9 Gerakan ROM lutut ... 34
Tabel 2.10 Gerakan ROM mata kaki ... 34
Tabel 2.11 Gerakan ROM Kaki ... 35
Tabel 2.12 Gerakan ROM Jari Kaki ... 35
Tabel 4.1 Identitas Klien ... 42
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ... 43
Tabel 4.3 Genogram ... 44
Tabel 4.4 Pengkajian Fokus ... 44
Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang ... 45
Tabel 4.6 Pemeriksaan Lab dan Data Penunjang ... 46
Tabel 4.7 CT Scan ... 47
Tabel 4.8 Balance Cairan ... 48
Tabel 4.9 Terapi ... 49
Tabel 4.10 Analisa Data ... 50
Tabel 4.11 Prioritas Diagnosa Keperawatan ... 52
Tabel 4.12 Rencana Keperawatan ... 52
Tabel 4.13 Implementasi Keperawatan ... 54
xiii
DAFTAR GAMBAR
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam/lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Judha&Rahil, 2011). Angka kematian saat ini masih tinggi, Menurut estimasi (WHO). Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010) setiap tahun terdapat 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke. Ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta orang dan 5 juta lainya mengalami kecacatan yang permanen. Data yang lebih rinci oleh American
Heart Association (AHA), memperkiraan terdapat sekitar 795.000 orang di
Amerika Serikat yang mengalami stroke per tahun, dimana sekitar 610.000 kejadian adalah serangan stroke yang pertama kali, dan sekitar 6,4 juta penduduk Amerika Serikat adalah penderita stroke (Goldstein et al., 2011).
Di Indonesia merupakan negara dengan insiden stroke meningkat dari tahun ke tahun seiring bertambahnya umur harapan hidup dan perubahan gaya hidup masyarakat. Pravelensi stroke di Indonesia pada tahun 2007 yaitu 8,3 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2007). Pada tahun 2013 terjadi peningkatan kejadian stroke yaitu 12,1 per 1000 penduduk (Riskesdas, 2013). Jawa Tengah menjadi provinsi kedua terbanyak setelah provinsi
Jawa Barat dengan jumlah penderita stroke sebanyak 431.201 orang. Peningkatan prevelensi stroke dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam tanda gejala stroke.
Manifestasi klinis stroke antara lain sakit kepala secara tiba-tiba, pusing, bingung, kesadaran menurun, bahkan bisa mengalami koma, penglihatan kabur, bicara cedal atau pelo, gangguan daya ingat, gangguan fungsi otak dan bisa juga mengakibatkan kematian. Stroke sebagian besar disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor resiko seperti hipertensi, merokok, penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas, kurang aktivitas fisik, makanan yang tidak sehat, usia, jenis kelamin, dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009). Sehingga hal ini memerlukan penatalaksaan lebih lanjut untuk menangani gejala stroke.
Penatalaksaan pada klien stroke bisa dilakukan dengan cara farmakologidan non farmakologi. Pentalaksaan secara farmakologi biasanya menggunakan heparin, pentoxyfilin, noftidrofuryl, nomodipin, piracetam, asetosol, streptokinase. Untuk penatalaksaan secara nonfarmakologi menggunakan rehabilitasi, mobilisasi dan ROM.
Kelemahan atau kelumpuhan otot ekstremitas pada klien stroke dapatdipulihkan dengan fisioterapi. Fisioterapi harus dimulai sedini mungkin secara tepat dan cepat optimal serta mencegah terjadinya kontraktur dan memberikan dukungan psikologis pada klien stroke dan keluarga klien (Gofir, 2009).
Range Of Motion (ROM) merupakan latihan yang dilakukan untuk
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus. (Irfan, 2010).
Rekam Medis yang didapatkan di RSUD Salatiga, Stroke termasuk 10 kasus tebesar di RSUD Salatiga sejumlah 661 orang (Rekam Medis, 2016).Oleh karena banyaknya kasus tersebut, maka penulis tertarik melakukan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada klien dengan Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU RSUD Salatiga.
1.2 Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ruang ICU RSUD Salatiga
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ruang ICU RSUD Salatiga.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU RSUD Salatiga.
1.4.2 Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU RSUD Salatiga
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU RSUD Salatiga.
3. Menyusun perencanan keperawatan pada klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU RSUD Salatiga.
4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU RSUD Salatiga.
5. Melakukan evaluasi pada klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU RSUD Salatiga.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai wacana untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU RSUD Salatiga.
2. Sebagai wacana untuk studi kasus berikutnya dibidang kesehatan terutama dalam asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik di ICU RSUD Salatiga.
1.5.2 Manfaat Praktis 1. Rumah Sakit
Hasil studi ini digunakan masukan perbaikan dalam pemberian asuhan keperawatan klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik.
2. Institusi Pendidikan
Digunakan sebagai informasi atau referensi bagi institusi pendidikan dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik.
3. Klien
Klien dengan Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik dapat mencegah, mendeteksi serta mengatasi masalah yang dialami klien.
4. Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman karena sesuai dengan profesi yang penulis tekuni sebagai perawat, sehingga nantinya dapat diterapkan di lapangan pekerjaan.
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 STROKE NON HEMORAGIK 2.1.1 Definisi
Stroke adalah gangguan fungsional otak akut fokal maupun global akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan maupun sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena yang dapat sembuh sempurna, sembuh cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).
Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah ke otak. Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa dikarenakan adanya sumbatan, penyempitan atau pecahnya pembuluh darah (Lionel, 2008).
Menurut (Junaidi, 2011) Stroke ada dua jenis yaitu: 1. Stroke pendarahan (Hemoragik)
Adalah stroke yang diakibatkan oleh pembuluh darah yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan merembes ke daerah otak dan merusaknya.
Menurut letaknya Stroke Hemoragik dibagi menjadi dua, yaitu : a. Perdarahan subarakhnoid (PSA). Darah yang masuk ke
b. Perdarahan intraserebral (PIS). Darah yang masuk ke dalam struktur atau jaringan otak.
2. Stroke nonperdarahan (NonHemoragik)
Adalah stroke yang diakibatkan oleh penyumbatan sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak.
3. Stroke Iskemik berdasarkan penyebabnya, yaitu :
a. Aterotrombotik : Penyumbatan pembuluh daraholeh kerak atau plak dinding arteri.
b. Kardioemboli : Sumbatan arteri oleh pecahan plak (emboli) dari jantung.
c. Lakuner : Sumbatab plak pada pembuluh darah yang berbentuk lubang.
d. Penyebab lain : Semua hal yang mengakibatkan tekanan darah turun.
2.1.2 Etiologi
Penyebab stroke dapat dibagi tiga, yaitu : 1. Trombosis serebri
Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama trombosis serebral yang penyebab paling umum dari stroke (Smeltzer, 2005).
2. Emboli serebri
Emboli serebri termasuk urutan kedua dari berbagai penyebab utama storke (Price, 2006).
2.1.3 Faktor Resiko
Menurut (Muttaqin, 2008) 1. Hipertensi.
Merupakan faktor risiko utama, hipertensi dapat disebabkan arterosklerosis pembuluh darah serebral, sehingga pembuluh darah tersebut mengalami penebalan dan degenerasi yang kemudian pecah atau menimbulkan perdarahan.
2. Penyakit kardiovaskuler.
Pada fibrilasi atrium menyebabkan penuruna CO, sehingga perfusi darah ke otak menurun, maka otak akan kekurangan oksigen yang akhirnya terjadi stroke.
3. Diabetes mellitus.
Pada penyakit Diabetes mellitus mengalami penyakit vaskuler, sehingga terjadi mikrovaskularisasi dan terjadi aterosklerosis, terjasi arterosklerosis dapat menyebabkan emboli yang kemudian menyumbat dan terjadi iskemia, iskemia menyebabkan perfusi otak menurun dan pada akhirnya terjadi stroke.
4. Merokok.
Pada perokok akan terjadi plak pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan kemudian berakibat pada stroke.
5. Alkohol.
Pada alkohol dapat menyebabkan hipertensi, penurunan aliran darah ke otak dan kardia aritmia serta kelainan motilitas pembuluh darah sehingga terjadi emboli serebral.
6. Peningkatan kolesterol.
Peningkatan kolesterol tubuh dapat menyebabkan arterosklerosis dan terbentuknya emboli lemak sehingga aliran darah lambat masuk ke otak, maka perfusi otak menurun.
7. Obesitas.
Pada obesitas kadar kolestrol tinggi, selain itu dapat mengalami hipertensi terjadi gangguan pada pembuluh darah, keadaan ini berkontribusi pada stroke.
8. Lain – lain
Lanjut usia, paru – paru menahun, penyakit darah, asam urat yang berlebihan, kombinasi berbagai faktor risiko secara teori.
2.1.4 Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu. Luasnya infark bergantung pada faktor - faktor seperti lokasidan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguanlokal (trombus, emboli, perdarahan,dan spasme vaskuler) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung). aterosklerosis sering sebagai faktor penyebab infark pada
otak. Trombus dapat berasal dari plak arterosklerotik, darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi.
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada area infark itu sndiri. Edema dapat berkurang dalm beberapa jam atau kadang - kadang sudah beberapa hari.
Dengan berkurangnya edema klien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan pasif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis di ikuti trombosis. Jika terjadi septikinfeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasianeurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruktur.
Perdarahan pada otak disebabkan oleh ruktur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit cerebro vaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan intrkranial dan yang
lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak pada vlak cerebri atau lewat oramen maknum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus, dan pons.
Jika sirkulasi cerebral, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan yang disebabkan oleh anoksia cerebral dapat reversibel untuk waktu 4 - 6 menit. Perubahan ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia cerebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak,akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrkranial dan penurunan tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak. Elemen - elemen vasoaktif darah yang keluar dan kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi (Muttaqin, 2008).
2.1.5 Manifestasi Klinik
Pada stroke non hemoragik gejala utamanya adalah timbulnya deficit neurologis secara mendadak atau subakut, didahului gejala prodomal terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tidak menurun, kecuali bila embolus cukup besar (Wijaya, 2013)
Menurut WHO, dalam internasional Statistic Classification Of
Diseases And Related Health Problem 10th Revision stroke dapat
dibagi atas
1. Perdarahan intraserebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodomal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan sering terjadi setiap hari, saat aktivitas, atau emosi(marah). Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah sering terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1,5 s.d 2 jam dan 12% terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).
2. Perdarahan subaraknoid (PSA)
Pada klien dengan PSA didapatkan gejala prodomal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Edema pupil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri anterior atau arteri karotis interna. Gejala neurologis yang muncul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi stroke dapat berupa :
a. Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan. c. Perubahan status mental yang mendadak.
e. Ataksia anggota badan.
f. Vertigo, mual, muntah atau nyeri kepala. 2.1.6 Komplikasi
Menurut (Adrian J, 2013)
1. Peningkatan tekanan intrakranial 2. Kejang 3. Emboli paru 4. Depresi 5. Hipertensi 6. Infark miokard 7. Aritmia
8. Infeksi dan sepsis 9. Hiponatremia 10. Demam 11. Malnutrisi 12. Kontraktur 13. Ulkus dekubitus 2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik Menurut (Junaidi, 2013) 1. Angiografi serebral
Angiografi serebral adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan terhadap pembuluh darah.
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarah, obstruksi arteri, oklusi atau ruptur.
2. Elektro encefalography
Elektro encefalography adalah alat yang digunakan untuk merekam aktifitas elektrik di sepanjang kulit kepala dan mengukur fluktuasi tegangan yang dihasilkan oleh arus ion di dalam neuron otak.
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3. Sinar X tengkorak
Sinar X tengkorak adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan kelainan pada dasar tengkorak dan cungkup tulang cranial. Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trobus serebral. Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada perdarahan sub arachnoid.
4. CT-Scan
CT-Scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak ke otak. Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya infark.
5. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah prosedur untuk memeriksa dan mendeteksi kelainan organ di dalam tubuh dengan menggunakan medan magnet dan gelombang frekuensi radio tanpa radiasi sinar X atau bahan radioaktif.
Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada trombosisi, emboli, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah menunjukkan hemoragi subarachnoid atau perdarahan intrakranial.
2.1.8 Penatalaksaan
Menurut (Wijaya, 2013)
1. Penatalaksaa secara non farmakologi a. Rehabilitasi
b. Mobilisasi
c. ROM (Range Of Motion) 2. Penatalaksaan secara farmakologi
a. Trombolitik (streptokinase)
b. Anti platelet atau anti trombolik (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol)
c. Antikoagulan (heparin) d. Hemorrhagea (pentoxyfilin)
e. Antagonis serotonin (noftidrofuryl)
f. Antagonis calsium (nomodipin, piracetam) 3. Penatalaksaan secara khusus atau komplikasi
a. Atasi kejang (antikonvulsan)
b. Atasi tekanan intrakranial yang meningkat manitol, gliseron, furosemid, intubasi, steroid dll
c. Atasi dekompresi (kraniotomi) d. Untuk penatalaksaan faktor resiko
e. Atasi hipertensi, hiperglikemia, hiperurisemia 2.1.9 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut (Muttaqin, 2008) a. Identitas klien
Umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dll b. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat hipertensi, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat tinggi kolestrol, obesitas, riwayat Diabetes Mellitus, riwayat aterosklerosis, merokok, riwayat pemakaian kontrasepsi yang disertai hipertensi, riwayat konsumsi alkohol.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Kehilangan komunikasi, gangguan presepsi, kehilangan motorik, merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan dan kehilangan sensasi atau paralis.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada riwayat penyakit degeneratif dalam keluarga 2. Pemeriksaan fisik dan observasi (Padila, 2012)
a. B1 (Bright/ pernafasan) Perlu di kaji adanya :
1) Sumbatan jalan nafas karena penumpukan sputum dan kehilangan refleks batuk
2) Adanya tanda-tanda lidah jatuh ke belakang 3) Auskultasi suara nafas mungkin ada tanda stridor
4) Catat jumlah dan irama nafas b. B2 (Blood/ sirkulasi)
Deteksi adanya : tanda-tanda peningkatan TIK yaitu penigkatan tekanan darah disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan jumlah nadi
c. B3 (Brain / persyarafan, otak)
Kaji adanya keluhan sakit kepala hebat. Periksa adanya pupil unilateral, observasi tingkat kesadaran
d. B4 (Bladder / perkemihan) Tanda-tanda inkontinensia uri. e. B5 (Bowel / pencernaan)
Tanda-tanda inkontinensia alfi f. B6 (Bone / tulang dan integumen)
Kaji adanya kelumpuhan atau kelemahan. Tanda-tanda decubitus karena tirah baring yang terlalu lama, kekuatan otot
g. Pemeriksaan data dasar (Wijaya, 2013) 1) Aktifitas / istirahat
a) Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralis.
b) Merasa mudah lelah, susah beristirahat (nyeri, kejang otot)
c) Gangguan tonus otot d) Gangguan penglihatan
e) Gangguan tingkat kesadaran 2) Sirkulasi
a) Adanya penyakit jantung
b) Hipotensi arterial berhubungan dengan embolisme/ malformasi vaskuler
c) Frekuensi nadi dapat bervariasi karena ketidakefektifan fungsi / keadaan jantung.
3) Integritas ego
a) Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa
b) Emosi labil, ketidaksiapan untuk makan sendiri dan gembira
c) Kesulitan untuk mengekspresikan diri 4) Eliminasi
a) Perubahan pola berkemih seperti : inkontinensia uri, anuria
b) Distensi abdomen, bising usus (-) 5) Makan / cairan
a) Nafsu makan hilang, mual muntah selama fase akut b) Kehilangan sensasi
c) Disfagia, riwayat Diabetes Mellitus, peningkatan lemak dalam darah
6) Neurosensori
a) Adanya pusing, sakit kepala berat b) Kelemahan, kesemutan, lumpuh
c) Penglihatan menuru : buta total, kehilangan daya lihat sebagian, penglihatan ganda
d) Sentuhan : hilangnya rangsangan sensoris kontra lateral (ada sisi tubuh yang berlawanan / pada ekstremitas dan kadang pada ipsilateral satu sisi) pada wajah
7) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
a) Status mental / tingkat kesadaran : koma pada tahap awal hemoragik, tetap sadar jika trombosis alami b) Gangguan fungsi kognitif : penurunan memori c) Ekstremitas : kelemahan / paralise, tidak dapat
menggenggam, reflek tendon melemah secara kontralateral
d) Afasia : gangguan fungsi bahasa, afasia motorik (kesulitan mengucapkan kata) atau afasia sensorik (kesulitan memahami kata-kata bermakna)
e) Kehilangan kemampuan mengenali / menghayati masuknya sensasi visual, pendegaran, taktil
8) Nyeri
a) Sakit kepala dengan intensitas berbeda
b) Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketergantungan pada otot
9) Pernafasan a) Merokok
b) Ketidakmampuan menelan, batuk / hambatan jalan nafas
c) Pernafasan sulit, tidak teratur, suara nafas terdengar ronki.
10) Keamanan
a) Motorik / sensori : masalah penglihatan, perubahan terhadap orientasi tentang tubuh (stroke kanan), kesulitan melihat objek dari sisi kiri, hilangnya kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit b) Tidak mampu mengenali objek, warna dan wajah
yang pernah dikenali
c) Gangguan berespon terhadap panas dan dingin, gangguan regulasi tubuh
d) Tidak mandiri
e) Tidak sadar / kurang kesadaran diri 11) Interaksi sosial
h. Pemeriksaan neurologis 1) Status mental
a) Tingkat kesadaran : kualitatif dan kuantitatif b) Pemeriksaan kemampuan bicara
c) Orientasi (tempat, waktu, orang) d) Pemeriksaan daya pertimbangan e) Penilaian daya obstruksi
f) Penilaian kosakata
g) Pemeriksaan respon emosional h) Pemeriksaan daya ingat
i) Pemeriksaan kemampuan berhitung j) Pemeriksaan kemampuan mengenal benda 2) Nervuskranialis
a) Olfaktorius : penciuman b) Optikus : penglihatan
c) Okulomotorius : gerak mata, kontriksi pupil akomodasi
d) Troklear : gerak mata
e) Trigeminus : sensasi umum pada wajah, kulit kepala, gigi, gerak mengunyah
f) Abducen : gerak mata
g) Fasialis : pengecap, sensasi umum pada palatum dan telinga luar, sekresi kelenjar lakrimalis, submandibula, sublingual, ekspresi wajah
h) Vestibulokoklearis : pendengaran dan keseimbangan
i) Aksesoris spinal : fonasi, gerak kepala, leher dan bahu
j) Hipoglosus : gerak lidah 3) Fungsi motorik
a) Masa otot, kekuatan otot dan tonus otot b) Fleksi dan ekstensi lengan
c) Abduksi dan adduksi lengan
d) Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan e) Adduksi dan abduksi jari
f) Adduksi dan abduksi pinggul g) Fleksi ekstensi lutut
h) Dorsofleksi dan fleksi plantar pergelangan kaki i) Dorsofleksi dan fleksi plantar ibu jari kaki 4) Fungsi sensori a) Sentuhan ringan b) Sensasi nyeri c) Sensasi posisi d) Sensasi getaran e) Sensasi taktil 5) Refleks a) Biceps b) Triceps
c) Brachioradialis d) Patella
e) Achilles
2.1.10 Diagnosa keperawatan yang muncul
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien stroke menurut (Nanda, 2015)
1. Hambatan mobilitas fisik berhungan dengan gangguan neuromuskular (00085)
2. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan, gangguan neuromuskular (000102)
3. Resiko kerusakan integritas kulit (00047) 4. Resiko cidera atau jatuh (00035)
2.1.11 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada klien menurut (Bulechek & Moorhead, 2016)
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskular
Tujuan : klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuannya
Kriteria hasil :
a. Tidak terjadi kontraktur sendi bertambahnya kekuatan otot b. Klien menunjukan tindakan untuk meningkatkan mobilitas Intervensi
a. Bantu klien untuk perpindahan, sesuai kebutuhan Rasional : Melatih kekuatan otot klien
b. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit
Rasional : gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan
1) Lakukan gerak pasif pada ekstremitas yang sakit Rasional : otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatan bila tidak dilatih untuk digerakkan
2) Kolaborasi dengan fisioterapi pemberian latihan ROM Rasional : mempertahankan mobilitas sendi, mengembalikan kontrol motorik, mencegah terjadinya kontraktur pada ekstremitas yang mengalami paralisis mencegah buruknya sistem neurovaskuler dan meningkatkan sirkulasi
2. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan, gangguan neuromuskular
Tujuan : kebutuhan perawtan diri klien dapat terpenuhi Kriteria hasil :
a. Klien dapat melakukan aktifitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
b. Klien dapat mengidentiikasi sumber pribadi / komunitas, untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
Intervensi
Bantuan Perawatan Diri: Pemberian Makan (1803) a. Monitor kemampuan klien untuk menelan
Rasional : Untuk mengetahui kemampuan menelan klien b. Posisikan klien dalam posisi makan yang nyaman
Rasional : Agar klien merasa nyaman saat makan
c. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan (misal, jauhkan dari pandangan benda seperti pispot, urinal, dan suksion)
Rasional : Untuk meningkatkan nafsu makan klien. d. Berikan bantuan fisik, sesuai kebutuhan
Rasional : Untuk membantu klien makan 3. Resiko kerusakan integritas kulit
Tujuan : Setelah dilakukan tindaka keperawatan resiko kerusakan integritas kulit dapat teratasi
Kriteria hasil :
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, tidak ada luka/lesi pada kulit
b. Perfusi jaringan baik
c. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera berulang
d. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Intervensi
Perawatan Luka Tekan (3520)
a. Monitor warna, suhu, udem, kelembaban, dan kondisi area luka
Rasional : mengetahui warna, suhu, udem, kelembaban, dan kondisi area luka
b. Bersihkan kulit sekitar luka dengan sabun yang lembut dan air
Rasional : Agar tidak terjadi infeksi c. Berikan salep jka diperlukan
Rasional : Untuk mempercepat proses penyembuhan luka d. Ubah posisi setiap 1-2 jam sekali
Rasional : Mencegah penekakan 4. Resiko cidera atau jatuh
Tujuan : Agar tidak terjadi resiko cidera Kriteria hasil :
a. Klien terbebas dari cidera
b. Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah injury
c. Klien mampu menjelaskan faktor resiko dari lingkungan d. Menggunakan fasilitas kesahatn yang ada
Intervensi :
a. Identifikasi perilaku dan faktor yang mempengaruhi resiko jatuh
Rasional : Untuk mengidentifikasi faktor resiko jatuh b. Kaji ulang riwayat jatuh bersama dengan klien dan keluarga
Rasional : Untuk mengetahui riwayat jatuh
c. Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang mungkin meningkatkan potensi jatuh (misal, lantai licin dan tangga terbuka)
Rasional : Untuk mengidentifikasi potensi jatuh
d. Ajarkan klien bagaimana jika jatuh, untuk meminimalkan cidera
Rasional : Untuk meminimalkan cidera 2.1.12 Implementasi
Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian kegiatan sistimatis berdasarkan perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal.Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun secara khusus pada klien bronkitis.Pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen, dan dependen (Jitowiyono, dkk, 2010).
Pada fungsi independen adalah mencakup dari semua keiatan yang diprakarsai oleh perawat itu sendiri sesuai dengan kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Pada fungsi interdependen adalah
dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerja sama dengan profesi/disiplin ilmu yang lain dalam perawatan maupun pelayanan kesehatan. Sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilksanakan oleh perawat berdasarkan atas pesan orang lain (Jitowiyono, dkk, 2010).
2.1.13 Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses atau evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil dan sumatif dilakukan dengan membandingakan respon klien pada tujuan yang telah ditentukan (Afnuhazi, 2015).
2.2 Terapi Range Of Motion (ROM) 2.2.1 Definisi
Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter&Perry, 2005). 2.2.2 Tujuan RangeOf Motion (ROM)
Menurut (Beebe & Lang, 2009; Hardwick & Lang, 2012) Tujuan ROM, yaitu :
1. Untuk mempertahankan atau meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan, mencegah kontraktur dan kekuatan pada sendi
2.2.3 Manfaat RangeOf Motion (ROM)
Menutut (Beebe & Lang, 2009; Hardwick & Lang, 2012) Manfaat ROM, yaitu :
1. Untuk menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
2. Memperbaiki tonus otot
3. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan 4. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
5. Memperlancar sirkulasi darah dengan dilakukannya latihan ROM pada klien
2.2.4 Klasifikasi RangeOf Motion (ROM)
Menurut (Potter & Perry, 2005) kalsifikasi ROM, yaitu : 1. ROM pasif
ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan klien dengan bantuan perawat setiap gerakan.
2. ROM aktif
ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh klien tanpa bantuan perawat di setiap gerakan yang dilakukan.
2.2.5 Gerakan ROM Berdasarkan Bagian Tubuh
ROM terdiri dari gerakan pada persendian sebagai berikut Menurut (Potter & Perry, 2005):
1. Leher, Spina, Serfikal
Tabel 2.1 Gerakan ROM leher, spina, serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45° Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45° Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh
mungkin,
rentang 40-45° Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh
mungkin kearah setiap bahu,
rentang 40-45° Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam
gerakan sirkuler,
2. Bahu
Tabel 2.2 Gerakan ROM bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh
ke depan ke posisi di atas kepala, rentang 180° Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di samping
tubuh, rentang 180°
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku
tetap lurus, rentang 45-60°
Abduksi
Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala,
rentang 180° Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan
menyilang tubuh sejauh mungkin, rentang 320° Rotasi dalam
Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang,
rentang 90° Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan lengan
sampai ibu jari ke atas dan samping kepala, rentang 90° Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360°
3. Siku
Tabel 2.3 Gerakan ROM siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu,
rentang 150°
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan tangan,
rentang 150°
4. Lengan bawah
Tabel 2.4 Gerakan ROM lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas,
rentang 70-90°
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah,
rentang 70-90°
5. Pergelangan tangan
Tabel 2.5 Gerakan ROM pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah,
rentang 80-90°
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan bawah berada dalam arah yang sama,
rentang 80-90°
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin,
rentang 89-90°
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari,
rentang 30° Adduksi Menekuk pergelangan tangan
miring ke arah lima jari,
6. Jari- jari tangan
Tabel 2.6 Gerakan ROM jari-jari tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90° Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan
Kebelakang sejauh mungkin,
rentang 30-60° Abduksi Mereggangkan jari-jari
tangan
yang satu dengan yang lain,
rentang 30°
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan,
rentang 30°
7. Ibu jari
Tabel 2.7 Gerakan ROM ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan,
rentang 90° Ekstensi menggerakan ibu jari lurus
menjauh dari tangan,
rentang 90° Abduksi Menjauhkan ibu jari ke
samping,
rentang 30° Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan
tangan,
rentang 30° Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke
setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama.
-
8. Pinggul
Tabel 2.8 Gerakan ROM pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan atas,
rentang 90-120° Ekstensi Menggerakan kembali ke
samping tungkai yang lain,
rentang 90-120° Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke
belakang tubuh,
rentang 30-50° Abduksi Menggerakan tungkai ke
samping menjauhi tubuh,
rentang 30-50° Adduksi Mengerakan tungkai kembali
ke posisi media dan melebihi jika mungkin,
rentang 30-50° Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai ke
arah tungkai lain, rentang 90°
menjauhi tungkai lain. Sirkumduksi Menggerakan tungkai
Melingkar -
9. Lutut
Tabel 2.9 Gerakan ROM lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang paha,
rentang 120-130° Ekstensi Mengembalikan tungkai
kelantai,
rentang 120-130°
10. Mata kaki
Tabel 2.10 Gerakan ROM mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk ke atas,
rentang 20-30° Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga
jari-jari kaki menekuk ke bawah,
rentang 45-50°
11. Kaki
Tabel 2.11 Gerakan ROM kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping dalam,
rentang 10° Eversi Memutar telapak kaki ke
samping luar,
rentang 10°
12. Jari-Jari Kaki
Tabel 2.12 Gerakan ROM jari-jari kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah,
rentang 30-60° Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang
30-60° Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu
dengan yang lain,
rentang 15° Adduksi Merapatkan kembali bersama
sama,
34 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 DESAIN
Studi kasus pada intinya adalah meneliti kehidupan satu atau beberapa komunitas, organisasi atau perorangan yang dijadikan unit analisis, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Studi kasus merupakan penelitian mengenai manusia (dapat suatu kelompok, organisasi maupun individu), peristiwa, latar secara mendalam, tujuan dari penelitian mendapatkan gambaran yang mendalam tentang suatu kasus yang sedang diteliti pengumpulan datanya diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi (Sujarweni, 2014).
3.2 BATASAN ISTILAH
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Stroke Non Hemoragik, maka penyusun studi kasus harus menjabarkan tentang konsep Stroke dan terapi RangeOf Motion(ROM) pasif.
3.2.1 Pengertian Stroke Non Hemoragik
Stroke Non Hemoragik adalah stroke yang diakibatkan oleh penyumbatan sepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak (Junaidi, 2011).
3.2.2 Pengerian Hambatan mobilitas fisik
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih pada ekstremitas secara mandiri dan terarah. 3.2.3 Pengertian Range of motion
Range Of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter&Perry, 2005).
3.3 PARTISIPAN
Subyek studi dalam kasus ini adalah dua klien yang mengalami atau didiagnosis mengalami Stroke Non Hemoragik dengan Hambatan mobilitas fisik diruang ICU RSUD Salatiga.
3.4 Lokasi dan waktu 3.4.1 Lokasi
Pada kasus ini tempat pengambilan kasusdilakukan di RSUD Salatiga. Alasan pemilihan tempat dikarenakan kasus kegawat daruratan terbanyak di RSUD Salatiga salah satunya adalah Stroke. Disamping itu kasus ini diambil untuk eksplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien dan terapi RangeOf Motion (ROM) pasif pada klien di ruang ICU RSUD Salatiga.
3.4.2 Waktu
Rencana pelaksanaan studi kasus ini secara keseluruhan membutuhkan waktu 2 minggu dimulai pada tanggal 22 Mei – 3 Juni 2017.
3.5 PENGUMPULAN DATA
Sehubungan dengan pendekatan studi kasusdiatas, teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam studi kasus ini adalah penelitian lapangan, dilakukan dengan cara mengunjungi langsung ke objek penelitian yaitu RSUD Salatiga. Metode Pengumpulan data yang digunakan adalah:
3.5.1 Teknik pengumpulan data primer
Yakni pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian atau objek yang diteliti. Dalam hal ini data diperoleh dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada objek penelitian terhadap klien yang mengalami Strok Non Hemoragik. Dengan pendekatan IPPA ( inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi) pada sistem tubuh klien.
2. Wawancara, yaitu melakukan tanya-jawab dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah penelitian wawancara dinyatakan sebagai suatu percakapan dengan bertujuan untuk memperoleh kontruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauandan sebagainya. Peneliti melakukan pengkajian
terhadap klien (hasil pengkajian berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit kelurga dll). Sumber data dari klien, keluarga, perawat lainnya (Sujarweni, 2014).
3.5.2 Teknik pengumpulan data sekunder
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan - bahan kepustakaan yang perlu untuk mendukung data primer. (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data yang relevan). Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan instrumen sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan (Libraryresearch)
Yaitu, pengumpulan data yang dilakukan dari buku-buku, karya ilmiah, pendapat ahli yang memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
2. Studi Dokumentasi (Documentary)
Yaitu, pengumpulan data yang diperoleh dengan menggunakan catatan-catatan tertulis yang ada di lokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang menyangkut masalah diteliti dengan instansi yang terkait.
3.6 UJI KEABSAHAN DATA
Uji keabsahan data dimaksud dengan mengambil data baru (hereandnow) dengan menggunakan instrumen pengkajian yang sesuai sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Pengkajian
menggunakan klien, perawat, keluarga klien sebagai sumber informasi dan sumber dokumentasi. Menegakkan diagnosa keperawatan menggunakan NANDA, intervensi dengan NIC NOC, penatalaksanaan dengan menggunakan SOP tentang pelaksanaan secara verbal, evaluasi dengan menggunakan evaluasi formatif dan evaluasi surmatif (Sujarweni, 2014).
3.7 ANALISA DATA
Setelah melakukan asuhan keperawatan akan dilakukan analisa data dengan metode membandingkan antara tindakan yang dilakukan dengan jurnal penelitian dan teori didalam buku (Sujarweni, 2014).
1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil ditulis dalam bentuk transkip (catatan terstruktur).
2. Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.
3. Penyajian Data
Penyatian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi.
Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan, evaluasi.
40
BAB IV
HASIL STUDI KASUS
4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan data
RSUD Salatiga adalah Rumah Sakit Umum milik Pemerintah kota Salatiga
yang bermodel RSUD, dinaungi oleh PEMKOT SALATIGA dan tercatat dalam RS
Tipe B. RS ini telah teregristrasi sedari 04/03/2012 dengan nomor ijin 05/04/2013
dari GUBERNUR JATENG dengan sifat Perpanjang, dan berlaku 5th. Sehabis
melaksanakan Metode AKREDITASI RS Seluruh Indonesia dengan proses
pertahapan III (16 Pelayanan) akhirnya diberikan status Lulus Akreditasi Rumah
Sakit. RSUD ini berlokasi di Jl. Osamaliki No. 19, Salatiga, Kota Salatiga, Indonesia.
4.2 IDENTITAS KLIEN
Tabel 4.1 Identitas Klien
IDENTITAS
KLIEN KLIEN 1 KLIEN 2
Nama Ny. T Ny. J
Umur 63 Tahun 59 Tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan Sarjana SMP
Pekerjaan Pensiunan Ibu Rumah Tangga
Alamat Banjarsasi, Tengaran Rembes, Bringin, Semarang
Tanggal MRS 20 Mei 2017 24 Mei 2017
Diagnosa Stroke Non Hemoragik (SNH) Stroke Non Hemoragik (SNH)
4.3 RIWAYAT PENYAKIT
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit
RIWAYAT
PENYAKIT KLIEN 1 KLIEN 2
Keluhan Utama Keluarga mengatakan Klien lemas,anggota gerak sebelah kiri melemah.
Keluarga mengatakan anggota gerak sebelah kanan melemah.
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga mengatakan Klien lemas sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk RS, dan keluarga mengatakan bahwa Klien mempunyai riwayat hipertensi dari ibu Klien, apabila klien kecapean dan terlalu banyak fikiran tekanan darah klien naik, upaya yang dilakukan keluarga untuk mengatasi
hipertensi klien keluarga membawa klien ke balai pengobatan (dokter terdekat), Klien merupakan peserta prolanis (pengobatan rutin).
Keluarga mengatakan anggota gerak sebelah kanan melemah dan klien kesulitan untuk berbicara, keluarga mengatakan klien mempunyai riwayat hipertensi dan orang tua klien, apabila klien tidak bias tidur malam atau klien terlalu memikirkan sesuatu tekanan darah klien naik, upaya yang dilakukan
keluarga untuk mengatasinya klien dibawa ke puskesmas terdekat.
RIWAYAT
PENYAKIT KLIEN 1 KLIEN 2
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan Klien pernah dirawat di RSUD
Salatiga pada tahun 2008 dengan riwayat penyakit yang sama yaitu SNH keluarga mengatakan klien belum pernah melakukan pembedahan (operasi)
sebelumnya, klien mempunyai alergi makanan ikan laut apabila klien makan makanan ikan laut badan klien gatal – gatal dan timbul kemerahan pada kulit.
Keluarga mengatakan Klien pernah dirawat di Rumah Sakit pada tahun 2012 dengan riwayat penyakit Stroke anggota gerak sebelah kiri lemah, tetapi bisa sembuh total karena klien sering fisioterapi.Keluarga mengatakan klien belum pernah melakukan pembedahan (operasi) sebelumnya, klien tidak mempunyai alergi makanan atau obat.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan Klien tidak mempunyai Penyakit menular. Klien mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi dan diabetes melitus dari orang tua klien
Keluarga mengatakan Klien tidak mempunyai Penyakit menular. Klien mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi dari orang tua klien
Riwayat Kesehatan Lingkungan
Keluarga mengatakan
lingkungan rumah klien bersih, udara bersih, ventilasi udara
Keluarga mengatakan lingkungan rumah klienbersih, udara bersih,
cukup, jauh dari parit dan rumah klien jauh dari polusi udara (asap kendaraan dan asap pabrik).
ventilasi udara cukup, jauh dari parit dan rumah klien jauh dari polusi udara (asap kendaraan dan asap pabrik).
GENOGRAM
Tabel 4.3 Genogram
Genogram Klien 1 Genogram Klien2
Keterangan :
: Laki – laki : Perempuan : Klien Ny. T X : Meninggal
: Tinggal satu rumah
Keterangan :
: Laki – laki : Perempuan : Klien Ny. T X : Meninggal
: Tinggal satu rumah
4.4 PENGKAJIAN FOKUS
Tabel 4.4 Pengkajian Fokus
PENGKAJIAN
FOKUS KLIEN 1 KLIEN 2
Breathing Respirasi Klien spontan dengan terpasang O2 nasal kanul 4l/menit
Respirasi Klien spontan dengan terpasang O2 nasal kanul 3l/menit
Blood capillary refill < 2 deitk, TV 150/75 mmHg, Nadi 94x/menit tidak sianosi
capillary refill < 2 deitk, TV 239/152 mmHg, Nadi 113x/menit
Brain Keadaan umum klien lemah
kesadaran klien sopor dengan GCS E2M2V2
Keadaan umum klien lemah kesadaran klien composmentis dengan GCS E4M6V1
Bladde Klien sepasang selang kateter Klien sepasang selang kateter
Bowel BAB Klien 1x sehari dengan
konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan bau khas
BAB Klien 1x sehari dengan konsistensi lembek, warna kuning kecoklatan dan bau khas
Bone kekakuan otot klien
3 1
3 1
kekuatan otot klien 1 5
4.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Penunjang Klien 1 Klien 2
Keadaan Umum Lemah Lemah
Kesadaran Sopor Composmentis
TTV
TD 150/70mmHg 239/152 mmHg
Nadi
Frekuensi 94x/menit 113x/menit
Irama Teratur Teratur
Kekakuan Kuat Kuat
Respirasi
Frekuensi 22x/menit 20x/menit
Irama Teratur Teratur
Suhu 37oc 36,5oc
Kepala
Bentuk Kepala Mesochepal, tidak ada luka dan jejas
Mesochepal, tidak ada luka dan jejas
Kulit Kepala Sedikit kotor Sedikit kotor
Rambut Lurus beruban, sedikit kotor keriting beruban, sedikit kotor Muka
Mata Tidak oedema Tidak oedema
Palpebra Konjungtiva Anemis Konjungtiva Anemis
Sclera Sclera tidak ikterik Sclera tidak ikterik
Pupil Anisokor Anisokor
Diameter 2/2 2/2
Reflek Cahaya +/+ +/+
Penggunaan alat bantu
tidak menggunakan alat bantu Hidung Terpasang NGT, tidak ada sekret
dihidung
Terpasang NGT, tidak ada sekret
Mulut Bibir pucat dan kotor Bibir pucat dan kotor
Gigi Terdapat karies gigi di klien Terdapat karies gigi Telinga Bersih, tidak terdapat secret di
telinga klien
Bersih, tidak terdapat secret di telinga klien
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tiroid
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan tiroid
Dada Paru
Inspeksi Bentuk dada simetris Bentuk dada simetris
Palpasi Vocal fremitus ka / ki sama Vocal fremitus ka / ki sama Perkusi Sonus seluruh lapang paru Sonus seluruh lapang paru Auskultasi tidak ada suara nafas tambahan tidak ada suara nafas tambahan Jantung
Inspeksi Ictus cordis tampak di ICS 5 midklafikula
Ictus cordis tampak di ICS 5 midklafikula
Palpasi Ictus cordis teraba pada ICS 5 Ictus cordis teraba pada ICS 5
Perkusi Pekak Pekak
Auskultasi Bunyi Jantung Lup lup Bunyi Jantung Lup lup
Abdomen
Inspeksi simetris tidak ada jejas simetris tidak ada jejas
Auskultasi bising usus 15x/menit bising usus 11x/menit
Perkusi Tymponi Tymponi
Palpasi tidak ada nyeri tekan tidak ada nyeri tekan
Genetalia Bentuk vagina normal, tidak terdapat jejal
Bentuk vagina normal, tidak terdapat jejal
Ekstremitas Tidak terdapat jejas, tidak ada
oedema kekuatan otot
ekstremitas klien
3 1
3 1
Tidak terdapat jejas, tidak ada
oedema kekuatan otot
ekstremitas klien
1 5
1 5
4.6 PEMERIKSAAN LAB dan DATA PENUNJANG
Tabel 4.6 Pemeriksaan Lab dan Data Penunjang
KLIEN 1
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Hematologi Lekosit Eritokrit Hemoglobin Hematokrit MCV MCH MCHC Trombosit Hitung Jenis Esinofil % Basofil % Limfosil % Monosit % Neukrofil % Kimia Ureum Kreatinin SGOT SGPT 7,77 4,5 12,3 31,0 91,0 30,2 33,2 216 0,3 0,4 9,6 4,6 85,1 59 1,0 16 22 ribu/ul juta/ul g/dl vol % fl pg g/dl ribu/ul % % % % % mg/dl mg/dl u/l u/l 4,5 – 11 L : 4,50 – 6,5 W : 3,8 – 5,8 L : 13 -18 W : 11,5 – 16,5 L : 40 – 54 W : 37 – 47 85 – 100 28 – 31 30 – 35 150 – 450 1 – 6 0,0 – 1,0 20 – 45 2 – 8 40 – 75 10 – 50 0,6 – 1,1 L : <37 W : < 31 L : < 42 W : < 32 KLIEN 2
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
Hematologi
Eritokrit Hemoglobin Hematokrit MCV MCH MCHC Trombosit Hitung Jenis Esinofil % Basofil % Limfosil % Monosit % Neukrofil % Kimia Ureum Kreatinin SGOT SGPT 4,89 14,7 43,9 89,8 30,1 33,5 274 1,1 0,7 23,5 4,2 70,5 33 1,0 10 16 juta/ul g/dl vol % fl pg g/dl ribu/ul % % % % % mg/dl mg/dl u/l u/l L : 4,50 – 6,5 W : 3,8 – 5,8 L : 13 -18 W : 11,5 – 16,5 L : 40 – 54 W : 37 – 47 85 – 100 28 – 31 30 – 35 150 – 450 1 – 6 0,0 – 1,0 20 – 45 2 – 8 40 – 75 10 – 50 0,6 – 1,1 L : <37 W : < 31 L : < 42 W : < 32
CT SCAN KEPALA TANPA KONTRAS
Tabel 4.7 CT Scan
Klien 1 Klien 2
Telah dilakukan pemeriksaan CT Scan Kepala Tanpa Kontras IV, Potongan axial, pada klien dengan klinis atasia SNH.
Hasil :
- Tak tampak soft tissue swelling extra kranial
- Sistem tulang yang tervisualisasi tampak intract
- Batas grey matter dan white matter tampak tegas
- Tampak lesi hipodens (ISHU) di crus anterior capsula interna dextra dan curuna radiara dextra.
- Sistema ventrikel dalam batas normal - Tak tampak deviasi struktur mediana - Air sellulae mastoidea dalam batas
normal Kesan :
- Gambaran lacunar infark dicrus anterior capsula interna dextra dan corona radiara dextra
- Tak tampak gambaran intra serebral hemorrhage
Telah dilakukan pemeriksaan CT Scan Kepala Tanpa Kontras IV, Potongan axial, pada klien dengan klinis atasia SNH.
Hasil :
- Tak tampak lesi hyperdens pada parenkhim otak
- Tak tampak midline schiffting - Fissure sylvi Dx/Sn DBN dan
falk cerebri DBN - Sulcus dan gyrus DBN
- Tak tampak kalsifikasi ganglion Basalis Dx/Sn
- Ventrikel lateralis Dx/Sn cornu anterior pasterio, 3 dan 4 DBN - Pons dan cerebellum DBN - Tampak lesi hipodens kecil
didaerah kapsula interna cruz posterior Dx/Sn dengan HU 21.8.22.9 part layar monitor CT-Scan
Kesan :
- Bilateral SNH didaerah kapsula interna cruz posterios Dx/Sn
Balance Cairan
Tabel 4.8 Balance Cairan
Klien 1
Senin, 22 Mei 2017
Intake Output Analisa
Susu 600 cc Infus 1000 cc Total 1600 cc Urine 800 cc Feses – Iwl 275 Total 1.075 cc Intake 1600 cc Out put 1.075 cc BC : + 525 cc Selasa, 23 Mei 2017
Intake Output Analisa
Susu 600 cc Infus 1000 cc Total 1600 cc Urine 950 cc Feses 100 cc Iwl 275 Total 1.325 cc Intake 1600 cc Output 1.325 cc BC + 275 Rabu, 24 Mei 2017
Intake Output Analisa
Susu 600 cc Infus 1300 cc Total 1900 cc Urine 1100 cc Feses 150 cc Iwl 275 Total 1.525 cc Intake 1900 cc Output 1525 cc BC + 375 Klien 2 Senin, 26 Mei 2017
Intake Output Analisa
Susu 600 cc Infus 1300 cc Total 1900 cc Urine 950 cc Feses 100cc Iwl 285 Total 1.335 cc Intake 1900 cc Out put 1335 cc BC : + 565 cc Selasa, 23 Mei 2017
Intake Output Analisa
Susu 600 cc Infus 1000 cc Total 1600 cc Urine 950 cc Feses 100 cc Iwl 275 Total 1.325 cc Intake 1600 cc Output 1.325 cc BC + 275 Rabu, 24 Mei 2017
Intake Output Analisa
Susu 600 cc Infus 1000 cc Total 1600 cc Urine 800 cc Feses - Iwl 285 Total 1085 cc Intake 1600 cc Output 1335 cc BC + 515
4.7 TERAPI
Tabel 4.9 Terapi
KLIEN 1
Jenis Terapi Dosis Golongan Fungsi
Infus RL 20tmp Isotonis Untuk pengganti cairan
Injeksi omeprazole
2x1 mg Proton Pump Inhibitors
Untuk menurunkan kadar asam yang di produksi perut
Injeksi Odansentron
3x1 mg Reseptor antagonist
Untuk mencegah dan mengobati mual, muntah Injeksi citiroline 2x1 mg Nootropik Untuk mengobati penyakit
otak seperti troke, hilang ingatan faktor usia
Injeksi meropenem
2x1 mg Antibiotik Untuk mengobati
pneumonia nosokomial, berbagai jenis infeksi Obat peroral
Amiodieine 1x5 mg Anti hipertensi untuk mengobati tekanan darah tinggi
Vastigo 3x1 mg Anti hipertensi Untuk mengobati vertigo & pusing berputar
Vaisartan 1x80 mg Betahistine
mesilate
Untuk mengobati tekanan darah tinggi
Pregabalin 2x1 mg Antikonvulisan Untuk mengobati rasa sakit yang disebabkan oleh kerusakan pada syaraf. PASEN 2
Jenis Terapi Dosis Golongan Fungsi
Infus RL 20tmp Isotonis Untuk pengganti cairan
Injeksi omeprazole
2x1 mg Proton Pump Inhibitors
Untuk menurunkan kadar asam yang di produksi perut
Injeksi Odansentron
3x1 mg Reseptor antagonist
Untuk mencegah dan mengobati mual, muntah Injeksi citiroline 2x1 mg Nootropik Untuk mengobati penyakit
otak seperti troke, hilang ingatan faktor usia
Injeksi meropenem
2x1 mg Antibiotik Untuk mengobati
pneumonia nosokomial, berbagai jenis infeksi Obat peroral
Amiodieine 1x5 mg Anti hipertensi untuk mengobati tekanan darah tinggi
Vastigo 3x1 mg Anti hipertensi Untuk mengobati vertigo & pusing berputar
Vaisartan 1x80 mg Betahistine mesilate
Untuk mengobati tekanan darah tinggi
Pregabalin 2x1 mg Antikonvulisan Untuk mengobati rasa sakit yang disebabkan oleh kerusakan pada syaraf.
4.8 ANALISA DATA
Tabel 4.10 Analisa Data
Data Fokus Problem Etiologi
KLIEN1 DS :
Keluarga mengatakan klien lemas anggota gerak bagian kiri klien melemah
DO :
- Klien tampak lemah - Aktivitas klien di
bantu perawat dan keluarga klien - Klien terpasang selang kateter - Kekuatan otot klien - , GCS E2M2V2 DS : - DO :
- Klien tampak tirah baring
- Klien tampak lemah - Kesadaran pasien
sopor
- ADL pasien tampak dibantu perawat - Klien makan dibantu
oleh perawat (NGT) DS : - DO : - Punggung klien tampak kemerahan - Capilary refill < 2 detik 3 1 3 1
Hambatan mobilitas fisik (00085)
Defisit perawatan diri (000102) Risiko kerusakan integritas kulit (00047) Gangguan neurumuskular Gangguan neurumuskular Faktor mekanik (mobilisasi fisik)