• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN DAN TANTANGAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN BANJARBARU DALAM MERESPON DINAMIKA KELEMBAGAAN SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN SEKTOR KEHUTANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESIAPAN DAN TANTANGAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN BANJARBARU DALAM MERESPON DINAMIKA KELEMBAGAAN SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN SEKTOR KEHUTANAN"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KESIAPAN DAN TANTANGAN

BALAI PENELITIAN KEHUTANAN BANJARBARU

DALAM MERESPON DINAMIKA KELEMBAGAAN SOSIAL

EKONOMI DAN KEBIJAKAN SEKTOR KEHUTANAN

OLEH:

MARINUS KRISTIADI HARUN, S.Hut., M.Si.

ADNAN ARDHANA, S.Sos.

(2)

MATERI

1.

PENDAHULUAN

2.

TANTANGAN SAAT INI

3.

RISET YANG TELAH, SEDANG &

AKAN DILAKUKAN

(3)

Kriteria & Indikator

• Kelembagaan

• Tata Kelola Yang Baik

• Harmonisasi/resolusi konflik •Dukungan IPTEK

Riset yang

diperlukan ?

Riset yang

diperlukan?

Posisi

Strategis

VISI

Kriteria & Indikator

• Kelembagaan • Pemberdayaan • Partisipasi •Dukungan IPTEK

PENDAHULUAN

Masyarakat Sejahtera

Hutan Lestari

(4)

Ekologi

Ekonomi

Sosial

Ekologi

Ekonomi

Sosial

Kelestarian =

Keseimbangan

Masyarakat

Sejahtera

4

Hutan

Lestari

(5)

Hutan Lestari,

Masyarakat Sejahtera

Diambil dari Kartodihardjo, 2008

Tantangan Saat Ini

Kinerja

Rimbawan

(6)

KINERJA

Å

Å Apa Faktor Yang Menentukannya?

SITUASI

PERILAKU

RIMBAWAN

KINERJA

KAPA-SITAS

PASAR

KELEMBAGAAN

POLITIK

KEBIJAKAN

NORMA

ATURAN

FENOMENA/

AKIBAT/

GEJALA

(7)

Teknis

Sosial

Hukum

Kelemb.

Ekonomi

KINERJA

Rimbawan

FENOMENA

Cara Memperbaiki Kinerja

Æ

Æ Tentukan “Kaca Mata”

(T, S, H, K, E)

Æ Gunakan untuk melihat!

(8)

SUBSTANSI:

1. Pemerintahan

2. Ekonomi

3. Kemiskinan

4. Jasa Lingkungan

HUTAN LESTARI

MASYARAKAT

SEJAHTERA

TEKNO-LOGI

INSTI-TUSI

EKO-NOMI

RISET INDIVIDUAL;

DICIPLINARY

RESEACH

RISET KOLABORATIF;

PROBLEM SOLVING

RESEACH

USER

Ilmuwan

(biolog)

Ekonom

Masy

Lokal/Adat

Birokrat

Keter-didikan

PERSPEKTIF AKTOR

APA YANG TELAH SEDANG & AKAN KAMI LAKUKAN?

Substansi:

1. Tatakelola

2. Kelembagaan

3. Harmonisasi

4. Partisipasi

5. Resolusi Konflik

Modifikasi Kartodihardjo, 2009

(9)

Penelitian Yang Telah Dilakukan

No. Judul Penelitian Tahun Peneliti 1. Model Pengembangan Hutan Tanaman Skala Kecil Termasuk

Teknik-Teknik Agroforestri dan Kelembagaan

2004 - 2005 Kushartati Budiningsih dkk

2. Teknologi Social Forestry di Kawasan Hutan Produksi Alam Emil Timber

2004 - 2005 Idin S. Ruhimat dkk 3. Analisis Penemuan Teknologi Berbasis Kearifan Lokal untuk

Menunjang Rehabilitasi di Lahan Eks PLG Secara Partisipatif

2004 - 2009 Marinus K. Harun dkk

4. Kajian dan Analisis Keterlibatan Masyarakat Secara Partisipatif Menunjang Kegiatan Rehabilitasi di lahan Eks-PLG

2004 -2009 Marinus K. Harun dkk

5. Teknologi Social Forestry di Kawasan Hutan Rakyat 2005 - 2006 Kushartati Budiningsih dkk

6. Pengembangan Model-Model Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah dan Air dengan Pendekatan Social Forestry

2005 - 2006 Wawan Halwany dkk 7. Kajian Sosial Ekonomi dan Kelembagaan Rehabilitasi Lahan

Terdegradasi (Alang-alang dan Belukar)

2005 - 2006 Susy Andriani dkk 8. Harmonisasi Pengurusan Kawasan Hutan Berbasis Ekosistem di

Kalimantan Selatan

(10)

Penelitian Yang Telah Dilakukan

9. Analisis Partisipasi Masyarkat Pada Proses Kebijakan Publik Tentang Rehabilitasi Hutan dan Lahan

2008 Idin Saepudin Ruhimat 10. Penerapan Prinsip-Prinsip Umum Good Governance Dalam Tata Kelola

Kehutanan

2008 Idin Saepudin Ruhimat 11. Pola Agroforestri di Hutan Rakyat Penghasil Kayu Pertukangan 2010 - 2011 Donny Rahmanadi

Junaidah 12. Analisis Ekonomi dan Kelayakan Finansial Pembangunan Hutan

Tanaman Penghasil Kayu pertukangan

2010 Kushartati Budiningsih Adnan Ardhana 13. Pengembangan Forum Masyarakat (Formas) dalam Pengelolaan Hutan

Rawa Gambut dengan Pola Partisipatif

2011 Kushartati Budiningsih Adnan Ardhana 14. Model Pengelolaan Kawasan Konservasi Berbasis Ekosistem Integrasi

Penggunaan Lahan Lokal dalam Pengelolaan Kolaboratif Pada Kawasan Lindung

2011 Tri Wira Yuwati dkk 15. Analisis Kebijakan Pembiayaan Pembangunan HTI Penghasil Kayu

Pertukangan

2011 Adnan Ardhana 16. Pola Agroforestri di Hutan Rakyat Penghasil Kayu Pertukangan 2012 Marinus Kristiadi Harun

dkk

(11)

No.

Judul Penelitian

Tahun

Peneliti

1.

Analisis Penataan Usahaan Kayu di Hutan

Rakyat

2013

Adnan Ardhana

dkk

2.

Pola Agroforestri di Hutan Rakyat Penghasil

Kayu Pertukangan

2013-2014

Marinus Kristiadi

Harun

dkk

3.

Model Resolusi Konflik Lahan Berbasis Sistem

Agroforestri di Provinsi Kalimantan Selatan

2013

-2014

Marinus Kristiadi

Harun

dkk

4.

Analisis Nilai Tegakan Hutan Tanaman

2013

-2014

Dian Lazuardi

dkk

(12)

Hasil Yang Telah Dicapai

1.Inovasi RHL Partisipatif:

Tujuh (7) Demplot Agroforestri di

beberapa tipologi lahan

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)

PENGEMBANGAN GAHARU & TEKNIK INOKULASINYA

Enam Bulan setelah Inokulasi

Inokulasi Teknik Infus

(21)

Integrasi minaayam, lebah madu trigona dan ternak kambing

ettawa ke dalam sistem agroforestri

(22)

hmt

ternak

kompos agroforestri

Menuju Permanent Agriculture

(Permacultur) di Lahan Gambut

Siklus Nutrisi Yang Tertutup

Aneka produk:

sayuran, buah-buahan, ternak, ikan

dan kehutanan

(23)

23

Amelioran alternatif berupa kompos yang

berasal dari bahan organik lokal.

1. Kompos untuk lokasi Desa Mentaren II

(kode

BM)

terdiri

atas

jerami

padi, serasah daun rambutan, serasah

daun jelutung dan kotoran sapi.

2. Kompos untuk lokasi Desa Tumbang

Nusa

(kode

BT)

terdiri

atas

akar

pakis, serasah daun jelutung, serasah

daun rambutan dan kotoran sapi.

3. Kompos

untuk

lokasi

Kelurahan

Kalampangan (Kode BK) terdiri atas

rumput Leptaspis urceolata, serasah

daun rambutan, serasah daun jelutung

dan kotoran sapi.

(24)

24

Perbandingan kandungan unsur hara pada abu, tiga macam kompos

hasil penelitian dan SNI

(25)
(26)
(27)

Kunjungan Tamu Ke Demplot Agroforestri

Bapak Pinkers (Staf Kementerian Luar Negeri Kerajaan Belanda)

Peserta pelatihan Bagi Penyuluh dan Ketua Kelompok Tani Se Kalimantan

Tengah: Aneka Usaha Kehutanan

Staf Pabrik Permen Karet LOTTE JAPAN

Peserta Perwakilan dari Negara-Negara ASEAN yang mempunyai Gambut (APFP)

(28)

2. Konsepsi Pengembangan Kelembagaan Hutan Rakyat

Kelembagaan / Organisasi Lokal

yang Kuat

Kewewenang & Hak

Kapasitas/Kompetensi

Kepentingan / Manfaat ekonomi

Partisipasi & Tanggung jawab lokal

dalam pengelolaan hutan rakyat

Insentif

Pelatihan

n

Instrumen Kebijakan

Peraturan

Pemerintah

Pendekatan Partisipatif

(29)

Mekanisme Membangun RHL Partisipatif

Kelompok

Peminat

Program

Tenaga Ahli

Lokal

Implementasi

Kontrak

1.

2.

3.

4.

Dukungan langsung terhadap matapencaharian

(30)

PRA

Kelompok

Kerja Desa

Konsolidasi

Perencanaan

Rumah Tangga

Rencana RHL

Tingkat Desa

Proses Perencanaan RHL Partisipatif Tingkat Desa

1

2

3

4

(31)

Individu Petani Individu Petani Individu Petani Individu Petani

Insentif, (menentukan tindakan tertentu yang diambil oleh

individu petani/kelompok)

Pilihan, (individu petani/kelompok mengarahkan tindakan

penggunaan sumberdaya)

Hasil dan manfaat

Tergabung dalam Kelompok Tani

Karakteristik

Komunitas

Karakteristik

Peraturan

Karakteristik

Sumberdaya

(32)

Usulan Insentif RHL Partisipatif

‰ Lokasi RHL tidak harus berupa satu

hamparan.

‰ Mekanisme “Beli Tanaman

Hidup/Tumbuh”.

‰ Mekanisme “food for works”.

‰ Mekanisme “Bantuan Modal Kerja

Ganti Tanam Tegakan Pohon”.

(33)

Esensi Pendekatan Partisipatif

D

Datanglah ke desa, tinggallah bersama petani lokal,

Pahami mereka, pahami kebutuhan dan aspirasi

mereka,

Ikutlah senang dan sedih bersama mereka,

Tunjukkan cara-cara berorganisasi kepada mereka,

Mulailah dengan apa yang mereka ketahui,

Membangunlah dengan apa yang mereka miliki,

Tingkatkan keterampilan mereka,

Bekerja sambil belajar,

(34)

3. RESOLUSI KONFLIK LAHAN

DI KPH MODEL BANJAR

(35)

Penetapan KHDTK Riam Kiwa Analisis Konflik Hubungan antar stakeholde r Kepenting-an Perbedaan Data Sistem Nilai Karakteristik Konflik Analisis Institusi KHDTK Sejarah Kriteria & Indikator KHDTK Lestari Organisasi Kebijakan Analisis Sosekbud Peladang Sejarah Budaya Demografi Ekonomi Lokal Preferensi Tanaman Stakeholder Analysis Analisis Kebutuhan Analisis Asumsi Model Resolusi Konflik lahan Berbasis Agroforestri Sumber Konflik Strategi Penyele-saian Konflik

Faktor-faktor Konsep Pendekatan Metode Analisis Hasil

Perumusan Masalah

Feedback

Konsep Pendekatan Faktor-faktor

(36)

Regulasi yang mendukung (kepastian hukum) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pemberdayaan Forum Kehutanan Antar Desa (FKAD) Penyuluhan Kehutanan Tindakan

Strategi

Analisis

Model Analisis

Resolusi

Konflik

Proses Belajar Merubah konflik menjadi kemitraan yang sejajar

Karakteristik

Konflik

Para Pihak (Stakeholders) Isu Pokok Komunikasi yang baik Trust Building

(37)
(38)

38

Arena Aksi Pengelolaan Lahan Kawasan KPHP Model Banjar

Kawasan KPHP

State Property

Lemahnya Kelembagaan

Desa dalam kawasan belum enclave

Dualisme administrasi pemerintahan Peladang & Pekebun Karet

Pemodal

Pendatang

Free rider, rent seeking

Ekploitasi

Opportunity Sets

De Facto Open

Access

Dukungan Aparat Desa (Perijinan)

Pemegang IUPHHK Tidak aktif

Patroli untuk pengawasan kurang

(39)

Isu

Pokok

Dualisme

Administrasi

Potensi

Pendapatan

Asli Daerah

(PAD)

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Terabaikan

IUPHHK tidak

aktif

39

Penegakan

Hukum

Lemah

(40)

Karakteristik Konflik Lahan di KPHP Model Banjar

40

Masalah yang timbul dalam konflik lahan di KPHP Model

Banjar merupakan masalah atau konflik struktural, yakni aktor

yang terlibat tidak berada pada tataran yang sama. Konflik

struktural (structural conflict) adalah keadaan dimana secara

struktural atau keadaan di luar kemampuan kontrolnya

pihak-pihak

yang

berurusan

mempunyai

perbedaan

status

kekuatan, otoritas, kelas atau kondisi fisik yang tidak

berimbang (Moore, 19986 dalam Sahwan 2002).

Pada sisi masyarakat, mereka memperjuangkan haknya atas

sumberdaya lahan yang berada di daerahnya sementara dari

sisi

Pemerintah

(Dinas

Kehutanan)

menganggap

bahwa

sumberdaya lahan tersebut merupakan kawasan hutan yang

secara de jure merupakan state property yang close acces.

(41)

Pemetaan Masalah konflik lahan di KPHP Model Banjar

41

Keterangan:

Potensi PAD yang tidak dapat dipungut

Lemahnya Penegakan Hukum

Permberdayaan Masyarakat yang terabaikan, legaliatas kegiatan dan degradasi hutan

Adanya tuntutan warga desa, lahan belum

clear and clean, permodalan

Lemahnya kelembagaan dalam pengawasan kawasan hutan negara

Pembiaran

Dualisme administrasi (satu tapak dua kewenangan administrasi)

Dukungan secara tidak sah berupa modal dan beking kegiatan oleh oknum

ISU

KPHP Model

Banjar

IUPHHK Tidak

aktif

Aparat Desa & Aparat Keamanan

(Polhut, Polisi)

Kelompok

Peladang

(42)

Keterkaitan Stakeholders dengan Isu Pokok

42 LSM & PT Dinas Kehutanan Perusahaan IUPHHK BAPPEDA KPHP Model Banjar Kementrans & FKAD Kementrans Distamben Camat, Pambak al POLHUT & Polsek Dinas Kehutanan Banjar Dishut Banjar

Isu 5

Isu 4

Isu 3

Isu 2

Isu 1

Peladang Pambakal & FKAD Dishut Banjar BPKH (UPT Kemenhut) Penyuluh

(43)

43

(44)

Konsep Strategi Resolusi Konflik Lahan di KPHP Model Banjar

44

Kawasan KPHP Model Banjar

Hak Kelola Masyarakat Lokal State Property Open Access Status

Hutan Lestari, masyarakat sejahtera Komoditi Oknum Aparat Oknum Pemda Masyarakat Pendatang IUPHHK Pemda (Dinas Kehutanan) Penegak Hukum Koperasi, FKAD Perdagangan Pengolahan Pengambilan EKPLOITASI Pengusaha SOLUSI

Aksi bersama dan Penegakan hukum

Pemberdayaan

(45)
(46)

46

Kemitraan KHDTK & Peladang

Sasaran untuk peladang

-Langsung rumah tangga

-Masukan bagi proses produksi pertanian dan peternakan

-Sumber pendapatan dan lapangan kerja -Nilai-nilai budaya dan religi

Organisasi Pengambil Keputusan dan Kontrol

-Kehadiran organisasi grup-grup manajemen lokal yang berbeda -Aturan main organisasi -norma dan nilai sesuai operasional organisasi Praktek-praktek manajemen -Pemanfaatan yang tercontrol -Perlindungan dan pemeliharaan -Regenerasi yang berhasil

Karakteristik Manajemen

Sasaran intervensi

-Peningkatan manajemen hutan. -Peningkatan produktivitas tanah -Peningkatan tenaga kerja dan pendapatan

-Produksi kebutuhan pokok -Peningkatan kepercayaam diri

-Peran serta kelompok-kelompok kecil

Ketentuan Masukan Luar -Asistensi teknik -Perluasan -Intensif finansial -Pemasaran kooperatif -Ketentuan akses tanah hutan

Kelembagaan -Hukum legal

-kebijakan penggunaan lahan

-jasa kehutanan dan lingkungan

Intervensi Alami

Intervensi-intervensi Sistem Agroforestri

(47)

4 model yang dikembangkan

47

• Budidaya lebah madu.

• Pengembangan gaharu, kopi,

tanaman buah, dan temu-temuan.

• Pengembangan Hijauan Makanan

Ternak (HMT).

(48)

PENUTUP

Hasil-hasil penelitian diharapkan mampu mendorong kelima faktor

tersebut berfungsi dengan baik

(49)

SEKIAN & TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengukuran diperoleh nilai true density untuk serbuk awal BaFe 12 O 19 , serbuk FeMn, dan serbuk BaFe 12 O 19 yang ditambahkan dengan FeMn disajikan dalam Tabel 3 dan Gambar

bahwa dalam rangka melestarikan keanekaragaman hayati, memanfaatkan setiap unsurnya secara berkelanjutan, dan meningkatkan kerja sama internasional di bidang ilmu pengetahuan

IMPLEMENTASI DARI HASIL PERTEMUAN FORUM KONSUL TASI BILATERAL Para Pihak akan meningkatkan pengorganisasian dan pelaksanaan yang sesuai dari kegiatan dan program

Berdasarkan hasil dari observasi dan analisis situasi yang dihasilkan dari kegiatan program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) terintegrasi Kuliah Kerja Nyata

Dari 1 (satu) jumlah produk/ informasi/ data litbang kesehatan strategik di bidang Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat (upaya kesehatan masyarakat, upaya

Kurikulum Program Magister yang berorientasi penguasaan dan pengembangan harus mencakup matakuliah penelitian dan penyusunan Tesis, serta muatan Metodologi Penelitian dengan

Suharno (2008) mengenai patogenisitas Metarhizium anisopliae terhadap larva Oryctes rhinoceros menunjukkan bahwa pada konsentrasi konidia yang tinggi memungkinkan cendawan

Adalah satuan yang dipakai untuk mengetahui jumlah kegiatan yang telah dilakukan oleh bagian produksi dan bagian jasa, dalam rangka proses produksi!. Satuan ini sangat diperlukan