• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI

FAKULTAS HUKUM USU DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

JURNAL

Oleh :

Nama : Roni Yahya Milala

NIM : 120200240

Program Studi : Hukum Administrasi Negara

email : Roni.milala@yahoo.com

Dosen Pembimbing : 1. Suria Ningsih, SH, M.Hum 2. Afrita, SH, M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI FAKULTAS HUKUM USU

DITINJAU DARI HUKUM ADMINSITRASI NEGARA * Roni Yahya Milala

**Suria Ningsih, SH., M.Hum ***Afrita, SH., M.Hum

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini telah diberlakukan namun kenyataannya tujuan dari Perda tersebut belum terlaksana dengan maksimal. Di Fakultas Hukum USU sebagai sarana pendidikan yang digunakan oleh khalayak ramai masih ditemukan pelanggaran terhadap perda tersebut. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah penetapan kawasan tanpa rokok berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU. Kendala dari pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU.

Metode yang digunakan dalam pendekatan yuridis empiris dan yuridis normatif. Yuridis empiris yaitu cara prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan.

Penetapan kawasan tanpa rokok berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok yaitu fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum. Penerapan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang KTR di Fakultas Hukum USU, belum adanya SK Rektor tentang Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan Universitas Sumatera Utara, sehingga tidak ada tindakan bagi para perokok yang merokok di lingkungan kampus. Kendala dalam pelaksanaan Perda Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang KTR di Fakultas Hukum USU, masih belum efektifnya, dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu lemahnya sanksi yang dikenakan kepada para pelanggar, tidak adanya tim khusus di lingkungan Universitas Sumatera Utara khususnya di Fakultas Hukum yang dibentuk dalam penegakan pelaksanaan Perda KTR, kurangnya sarana dan fasilitas yang khusus menyediakan tempat untuk merokok di kawasan tanpa rokok, kurangnya kesadaran hukum mahasiswa yang masih melanggar dan melakukan kegiatan merokok pada kawasan tanpa rokok.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Penerapan Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU, belum adanya SK Rektor tentang Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan Universitas Sumatera Utara, sehingga tidak ada tindakan bagi para perokok yang merokok di lingkungan kampus.Saran dalam penelitian ini perlu didukung dengan penyediaan ruangan khusus merokok yang nyaman serta mudah dijangkau bagi para perokok aktif dan peraturan larangan merokok disosialisasikan kepada mahasiswa.

Kata Kunci : Efektivitas Kawasan Tanpa Rokok * Mahasiswa

** Dosen Pembimbing I *** Dosen Pembimbing II

(3)

ABSTRACT

EFFECTIVENESS OF CITY FIELD RULE NUMBER 3 YEAR 2014 ON CIGARETTES IN THE AREA WITHOUT USU FACULTY OF LAW

BASED ON STATE LAWS ADMINISTRATION * Roni Yahya Milala

**Suria Ningsih, SH., M.Hum ***Afrita, SH., M.Hum

Medan City Regional Regulation No. 3 of 2014 on No Smoking has been imposed but in fact the purpose of the regulation has not been implemented to the maximum. Law Faculty USU as an educational tool used by the general public still found a violation of local regulations. The problem in this research is the determination of the region without cigarettes based Regional Regulation Number 3 Year 2014 Terrain about No Smoking Area . Application of Medan City Regional Regulation No. 3 of 2014 on No Smoking in the Law Faculty USU. Constraints on the implementation of the Medan City Regional Regulation No. 3 of 2014 on No Smoking in the Law Faculty USU.

The method used in juridical empirical and normative. Juridical empirical way the procedures are used to solve research problems by examining secondary data first and then followed by conducting research on primary data in the field.

Determination smoking area of Medan City Regional Regulation No. 3 of 2014 on No Smoking ie health care facilities, where teaching and learning, where children play, places of worship, public transport, workplaces and public places. Application of Medan City Regulation No. 3 of 2014 on KTR in the Law Faculty USU, lack SK Rector of No Smoking in University of North Sumatera, so no action for smokers who smoke in the campus environment. Constraints in the implementation of the Medan City Regulation No. 3 of 2014 on KTR in the Law Faculty USU, is still not effective, due to several factors: the weakness of the sanctions imposed on the offender, not the special team at the University of North Sumatra, especially in the Faculty of Law which was formed in the enforcement of the implementation of the Regulation KTR, lack of means and facilities that specialize in providing a place to smoke in the smoking area, the lack of legal awareness of students who are still breaking and conducting smoke in the smoking area.

The conclusion of this study is the adoption of Medan City Regulation No. 3 of 2014 on No Smoking Law Faculty USU , lack SK Rector of No Smoking in University of North Sumatera , so no action for smokers who smoke in the environment kampus.Saran in this study need to be supported by the provision of smoking rooms are comfortable and easy to reach for active smokers and the smoking ban regulations disseminated to students.

Keywords : Effectiveness No Smoking * College student

** Supervisor I *** Supervisor II

(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Berdasarkan penjelasan Pasal tersebut setiap orang berhak untuk hidup dalam lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, pemerintah wajib menjamin lingkungan yang sehat bagi warga negaranya.

Kesehatan masyarakat merupakan jaminan penunjang keberlangsungan hidup masyarakat disuatu daerah untuk upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia guna mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan. Pertambahan penduduk dunia yang pesat merupakan ancaman terhadap kualitas dan kesehatan umat manusia. Pertambahan penduduk yang pesat tersebut sudah mulai mengancam daya dukung bumi dan justru terjadi di negara-negara berkembang yang merupakan 77% dari penduduk dunia, tetapi hanya menyumbang 15% dari pendapatan dunia.1

Penerapan kawasan tanpa rokok di Indonesia masih jauh dari harapan. Sebagai bukti sampaiFebruari 2015 hanya 30 % (166 kabupaten/kota) yang menerapkan kawasan tanpaasa prokok, dari 403 kabupaten dan 98 kotadi Indonesia (Kemenkes, 2015). Padahal pembentukan peraturan kawasan tanpa rokok oleh pemerintah daerah melalui Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada bagian ketujuh belas Pasal 115 telah enam tahun diberlakukan, tetapi tidak menunjukan hasil yang signifikan. Hal ini menggambarkan belum meratanya kesadaran Pemerintah Daerah menerapkan kebijakan kawasan tanpa rokok.2

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mengalami laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan banyak menerima dampak dari

1

Kusdwirarti Setiono, dkk, Manusia, Kesehatan dan Lingkungan, (Bandung:Alumni, 1998), hlm. 3.

2

http://www.kompasiana.com/nersundip/pentingnya-kawasan-tanpa-rokok_5578429dc3afbd387f27e6a2 diakses tanggal 1 Juli 2016

(5)

adanya globalisasi yang menunjang timbulnya masalah-masalah kesehatan, lingkungan dan pembangunan di beberapa daerah. Oleh karena itu, faktor pertambahan penduduk, pola hidup dan tingkat konsumsi masyarakat harus selalu menjadi pertimbangan dalam menyelesaikan masalah kesehatan, lingkungan dan pembangunan.3

Indonesia merupakan negara ketiga dengan jumlah perokok tertinggi di dunia setelah Cina dan India dengan prevalensi perokok yaitu 36,1%. Pada tahun 2010, diperkirakan 384.058 orang (237.167 laki-laki dan 146.881 wanita) di Indonesia menderita penyakit terkait konsumsi tembakau. Total kematian akibat konsumsi rokok mencapai 190.260 (100.680 laki-laki dan 50.520 wanita) atau 12.7% dari total kematian pada tahun 2010. Sedangkan 50% dari yang terkena penyakit terkait rokok mengalami kematian dini. Penyebab kematian terbanyak adalah penyakit stroke, Jantung Koroner, serta kanker trakhea, bronkhus dan paru. Secara keseluruhan kematian akibat penyakit terkait konsumsi rokok sebesar 12,7% dari total kematian pada tahun 2010.4

Pengaruh dari faktor pertambahan penduduk, pola hidup dan tingkat konsumsi masyarakat yang mengakibatkan masalah kesehatan, lingkungan dan pembangunan, menuntut Pemerintah Indonesia melakukan reformasi total terhadap kebijakan pembangunan di segala bidang. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada asas perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender dan non diskriminatif dan norma-norma agama. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku hidup sehat sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.5

Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,

3

Kusdwirarti Setiono, Op.Cit, hlm.4.

4

TCSC-IAKMI. Atlas Tembakau Indonesia. 2013 diakses tanggal 7 Juni 2016.

5

(6)

cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman tembakau (nicotiana tobacum, nicotiana rustica), dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.6 Merokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan dari seorang perokok aktif, melainkan juga mempengaruhi kesehatan orang lain, yaitu yang disebut sebagai perokok pasif.7

Mengingat bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan, Pemerintah Daerah Kota Medan membentuk Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (selanjutnya disebut dengan KTR) sebagai lagkah terwujudnya pembangunan kesehatan di Kota Medan. Peraturan Daerah tentang KTR di kota Medan merupakan amanah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang mewajibkan tiap Daerah untuk menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di daerahnya masing-masing. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok (selanjutnya disebut Perda Kota Medan KTR) menetapkan Kawasan Tanpa Rokok diantaranya adalah tempat fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum.

Kawasan Tanpa Rokok atau yang sering disebut dengan KTR adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau memproduksi tembakau8. Kebijakan publik diciptakan untuk mengatasi masalah yang timbul ditengah masyarakat. Salah satu masalah publik yang sering timbul ditengah masyarakat yaitu masalah rokok. Masalah tentang rokok menjadi sebuah dilema bagi pemerintah, karena pemerintah berupaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan membuat aturan yang ketat tentang rokok namun dilain pihak terdapat kelompok masyarakat yang terancam keberlangsungan hidupnya apabila aturan tersebut tetap dijalankan, karena ada ratusan ribu orang yang menggantungkan hidupnya pada industri rokok. Pemerintah dalam hal ini

6

Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, Bab I, Pasal 1 angka 10

7

Kusdwirarti Setiono, dkk, Op.Cit., hlm. 46

8

(7)

seharusnya mempunyai tanggung jawab untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat tetapi juga harus memperhatikan kesejahteraan para buruh pabrik rokok dan petani tembakau. 9

Oleh karena itu sebagai jalan keluar maka pada tahun 2014 Pemerintahan Kota Medan mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 ini tidak bermaksud untuk melarang orang merokok hanya saja untuk mengatur agar orang tidak merokok disembarang tempat. Seseorang dapat merokok asalkan ditempatkan yang disediakan bagi khusus para perokok. Penyediaan tempat khusus merokok wajib disediakan oleh pimpinan atau penanggung jawab kawasan tersebut.10

Pimpinan atau penanggung jawab KTR adalah orang yang karena jabatannya, mempimpin dan/atau bertanggungjawab atas kegiatan dan/atau usaha di kawasan yang ditetapkan sebagai KTR.11 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini telah diberlakukan namun kenyataannya tujuan dari Perda tersebut belum terlaksana dengan maksimal. Di Fakultas Hukum USU sebagai sarana pendidikan yang digunakan oleh khalayak ramai masih ditemukan pelanggaran terhadap perda tersebut. Banyak ditemukan individu-individu yang masih merokok secara sembarangan. Hal ini juga disebabkan oleh ketiadaan kawasan rokok (Smoking Area) yang dimana di area tersebut para perokok diperbolehkan merokok.

Terlepas dari sisi kelemahan rumusan kebijakan publik di tingkat lokal oleh Pemko Medan tentang kawasan tanpa rokok (KTR) yang tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 patut didukung implementasinya. Sudah saatnya ruang-ruang publik disterilkan dari asap rokok, mengingat merokok merupakan perbuatan yang sangat membahayakan, bukan hanya bagi si perokok tetapi juga bagi orang di sekitarnya. 12

9

http://www.scribd.com/doc/143223940/Implementasi-Perda-Kota Surabaya-Nomor-5- Tahun-2008-Tentang-Kawasan-Tanpa-Rokok-Dan-Kawasan-Terbatas-Merokok-Studi-tentang-Kawasan-Terbatas-Merokok-d#scribd, (di akses pada tanggal 11 Maret 2016).

10

Ibid.

11

Op.Cit, Bab I, Pasal 1 angka 26

12

http://hariansib.co/view/Tajuk-Rencana/18511/Efektivitas-Perda-KTR-Kota-Medan-.html (diakses tanggal 6 Juni 2016).

(8)

Apapun argumentasi yang akan dibangun tentang ketidaksiapan Pemko Medan menyusul belum adanya perwal pendukung sebagai petunjuk teknis, patut mendukung kebijakan "kawasan tanpa rokok" ini karena menyangkut kepentingan warga dan kenyamanan bersama. Kalau bisa dikatakan bahwa "kawasan tanpa rokok" sudah terlambat dilakukan di Kota Medan. Dengan adanya Perda KTR ini diharapkan akan mampu melindungi warga dari asap rokok yang sangat merugikan warga. 13

Terobosan Wali Kota dan DPRD Medan ini patut mendapat apresiasi sebagai ide yang inovatif dan kreatif. Kedepannya ide-ide lain perlu ditingkatkan demi kesejahteraan warga Kota Medan. Semkain banyak kebijakan yang muncul untuk melindungi warga Kota Medan, maka pembangunan Kota Medan akan semakin berhasil.14

Berdasarkan dari uraian di atas Penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini ke dalam sebuah penelitian yang berjudul “Efektivitas

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Administrasi Negara”

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penetapan kawasan tanpa rokok berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok?

2. Bagaimana penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU?

3. Apa saja kendala dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU?

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Spesifikasi penelitian 13 Ibid 14 Ibid

(9)

Penelitian yang dipergunakan dalam menyelesaikan skripsi ini bersifat deskriptif. Deskriptif artinya bertujuan untuk menggambarkan secara cermat karateristik dari fakta-fakta (individu, kelompok, atau keadaan), dan untuk menentukan frekuensi sesuatu yang terjadi.15

Untuk membahas permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini penulis menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan masalah dengan melihat, menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa konsepsi, peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin hukum dan sistem hukum yang berkaitan. Jenis pendekatan ini menekankan pada diperolehnya keterangan berupa naskah hukum yang berkaitan dengan objek yang diteliti. Sedangkan pendekatan yuridis empiris yaitu cara prosedur yang dipergunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di lapangan.16

2. Data penelitian

Sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh.17 Data penelitian ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan (library research) untuk memperoleh bahan hukum primer, bahan hukum sekundar, serta bahan hukum tersier.18

a. Bahan hukum primer

Dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani,

15

Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum (Jakarta : Garanit, 2004), hlm. 58.

16

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif: SuatuTinjaua nSingkat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hlm.15

17

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu PendekatanPraktik (Jakarta: RinekaCipta, 2010), hlm.172

18

(10)

Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2015 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Lingkungan Sekolah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2001 tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat dan peraturan-peraturan lainnya. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Peraturan Walikota Medan Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok.

b. Bahan hukum sekunder

Semua dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang asuransi pertanian seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, koran, karya tulis ilmiah, dan beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan permasalahan di atas.

c. Bahan hukum tersier

Semua dokumen yang berisi tentang konsep-konsep dan keterangan-keterangan yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedi, dan sebagainya.

3. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi adalah dengan penelusuran pustaka (library research) yaitu mengumpulkan data dari informasi dengan bantuan buku, karya ilmiah dan juga perundang-undangan yang berkaitan dengan materi penelitian. Penelitian lapangan (field research) dengan menyebarkan angket kepada responden yaitu mahasiswa/i Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Menurut M. Nazil dalam bukunya, dikemukakan bahwa studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap

(11)

buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.19

4. Analisa data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data berikut dengan analisisnya.20 Metode analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Metode penarikan kesimpulan pada dasarnya ada dua, yaitu metode penarikan kesimpulan secara deduktif dan induktif. Metode penarikan kesimpulan secara dedukti adalah suatu proposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus.21 Metode penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada kesimpulan (pengetahuan baru) berupa asas umum.22

19

M. Nazil, MetodePenelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia,2010), hlm. 111

20

Soerjono Soekanto, Op.cit., hlm. 69.

21

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2007), hlm. 11.

22

(12)

II. PEMBAHASAN

A. Persepsi Responden Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagimanusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern danekstern. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya mengandung makna yang sama.

Sugihartono, dkk mengemukakan bahwa persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.23

Kebiasan merokok yang dilakukan oleh masyarakat merupakan fenomena yang berdampak secara luas baik dari segi kesehatan maupun dari segi hukum yaitu terciptanya aturan-aturan yang mengatur kebiasaan merokok tersebut, ini terlihat dengan adanya aturan mengenai larangan merokok ditempat umum dan diciptakannya kawasan tanpa rokok sehingga secara sosiologi hukum kebiasaan masyarakat mempengaruhi terciptanya aturan hukum yang berlaku ditengah-tengah masyarakat.

Merokok dalam hal ini sudah merupakan perilaku yang umum dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perokok berasal dari berbagai status sosial dan kelompok umur yang berbeda. Permasalahan yang sering dijumpai yaitu perokok pada lingkungan kampus, para mahasiswa seakan tidak peduli bahwa tidak semua orang yang berada pada lingkungan kampus dapat menerima perilaku merokok yang bukan hanya membahayakan bagi perokok aktif melainkan juga orang sekitar yang menghirup asap rokok tersebut.

23

(13)

Tabel 4.1.

Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU

No Persepsi Frekuensi Persentase

1 Tahu 26 27.95

2 Tidak tahu 67 72.05

Total 93 100

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama kurang lebih dua tiga mengenai persepsi mahasiswa tentang KTR di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, diperoleh data bahwa sebahagian besar mahasiswa tidak tahu akan larangan merokok di lingkungan Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Hukum.

Dalam penelitian ini sebahagian besar mahasiswa memiliki persepsi bahwa larangan merokok pada lingkungan kampus tidak berpengaruh bagi mahasiswa untuk berhenti merokok di lingkungan kampus. Karena pada kenyataannya mahasiswa masih melihat para dosen/staf pengajar juga merokok pada lingkungan kampus, para mahasiswa masih sering melihat sekumpulan perokok mahasiswa yang dengan tanpa rasa peduli terhadap orang sekitarnya mereka tetap mengonsumsi rokok dalam lingkungan kampus.

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh di lapangan diperoleh keterangan bahwa sebagian besar mahasiswa tidak setuju pada peraturan larangan merokok. Hal ini dikarenakan mahasiswa merasa dengan adanya peraturan larangan merokok secara tidak langsung ruang lingkup perokok aktif dibatasi. Hal ini seperti diungkapkan oleh seorang mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Sebelum ada peraturan larangan merokok dimana-mana bisa bebas merokok. Sekarang kalau mau merokok harus cari ruangan khusus untuk merokok jadi buat susah rasanya. Mending ruangannya enak, nih tempatnya aja seperti penjara. Satu gedung kantor ini aja cuma disediain satu ruangan khusus merokok, mana muat untuk orang banyak bagi para perokok. Persepsi tidak setuju mahasiswa pada peraturan larangan merokok juga dikarenakan jumlah denda yang terlalu besar serta sosialisasi kampus tentang peraturan larangan merokok kepada

(14)

mahasiswa kurang jelas sehingga banyak para perokok aktif kurang mengerti pada maksud dan tujuannya.24

Perilaku merokok pada mahasiswa pada umumnya, ternyata juga terjadi di Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Hukum. Perilaku merokok pada mahasiswa Fakultas Hukum masih dapat dengan mudah ditemukan. Berdasarkan pada wawancara yang dilakukan kepada mahasiswa Fakultas Hukum mengenai dimana saja biasanya mereka menemukan mahasiswa perokok yang merokok di Fakultas Hukum, mereka menyatakan bahwa kebanyakan mahasiswa yang merokok biasanya dapat ditemukan di tempat-tempat yang mudah dijangkau khalayak umum, seperti di kantin, toilet, tempat tongkrongan jurusan seperti tangga (tribun), angkot gratis, tempat parkir, ruangan yang berada di pojokan, dan bahkan di lorong-lorong fakultas. Visi Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Hukum untuk membebaskan kampus dari asap rokok yang tidak terlepas dengan fenomena di atas, juga tentunya sesuai dengan PP 109/2012 pasal 50 mengenai KTR. Visi tersebut dapat terlihat dari dimulainya pemasangan spanduk-spanduk mengenai KTR, dan juga sticker yang ditempelkan di pintu-pintu atau di tembok sekitar fakultas.

B. Efektivitas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU

Penetapan kawasan tanpa rokok (KTR) sudah diatur dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang KTR. Salah satu tempat yang diwajibkan menjadi kawasan tanpa rokok adalah tempat proses belajar mengajar. Penetapan kawasan tanpa rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karna lingkungan tercemar asap rokok. Penetapan KTR ini perlu di selenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, tempat umum, dan tempat lain yang ditetapkan. Adapun pengaturan pelaksanaan KTR bertujuan untuk25 :

a. Memberikan perlindungan yang efektif dari bahaya asap rokok.

24

Hasil wawancara dengan Budi Mahasiswa FH. USU tanggal 29 Juni 2016.

25

Falentina Agun Ingan, Implementasi Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Kawasan Tanpa Rokok (Studi Kasus Di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie (RSUD AWS) Kota Samarinda), Journal Ilmu Pemerintahan, 4 (1) 2016 : 500-514.

(15)

b. Memberikan ruang dan lingkungan yang bersih dan sehat bagi masyarakat dan c. Melindungi kesehatan masyarakat secara umum dari dampak buruk merokok

baik langsung maupun tidak langsung.

Pelaksanaan perda ini belum efektif dan sesuai dengan tujuan yang telah tercantum dalam Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang KTR. Masih banyak mahasiswa yang belum mendapatkan perlindungan dari bahaya asap rokok ataupun kondisi lingkungan yang bersih, nyaman dan bebas dari asap rokok karena masih banyaknya ditemukan mahasiswa yang merokok di KTR tersebut. Faktor penghambat dalam efektivitas perda ini yaitu terkait isi kebijakan, aspek tujuan yang belum jelas standar nya sehingga untuk melihat ketercapaian dari tujuan kebijakan ini menjadi tidak jelas. Terkait informasi, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang perda ini karena sosialisasi yang dilakukan oleh pihak dinas kesehatan belum menyentuh ke seluruh lapisan masyarakat. Terkait dengan pembagian potensi, belum dibentuk tim pengawas di lingkungan Universitas Sumatera Utara yang berwenang untuk menyidik dan memberi sanksi terhadap terjadinya pelanggaran dalam pelaksanaan perda ini.

Menanggapi kebijakan KTR di lingkungan Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Hukum, larangan untuk merokok tidak menyelesaikan masalah. Sebab, semakin dilarang justru akan menimbulkan semakin banyak cara untuk merokok.26

C. Kendala Dalam Pelaksanaan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU

Menciptakan kawasan tanpa asap rokok di kampus tidaklah mudah. Tidak mudah bukan berarti tidak mungkin. Hanya, dibutuhkan usaha ekstra untuk tercapainya kondisi ini. Usaha tidak hanya dilakukan oleh pemimpin untuk menerapkan aturan tentang kawasan tanpa rokok, tetapi juga oleh segenap warga kampus untuk menaati aturan tersebut. Bagaimana menyadarkan warga kampus untuk menaati aturan kawasan tanpa rokok, harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga setiap warga kampus menyadari bahaya rokok bagi kesehatan dan menghargai hak orang lain atas udara bebas asap rokok di kampus.

26

Hasil wawancara dengan Budi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, tanggal 29 Juni 2016.

(16)

Terpadu oleh pemimpin, dosen, mahasiswa, karyawan, dan seluruh sivitas akademika yang terlibat dalam kegiatan di kampus. Berkesinambungan untuk mahasiswa baru yang datang, mahasiswa dan warga kampus yang sudah beberapa lama di kampus maupun mahasiswa yang akan meninggalkan kampus untuk mengabdi di masyarakat.

Hambatan Internal dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU, antara lain :27

1. Belum adanya aturan dari Pihak Rektorat

Belum adanya aturan KTR dari pihak rektorat membuat para dosen/staf dan mahasiswa merokok di sembarang tempat karena belum adanya sanksi bagi para dosen/staf dan mahasiswa.

2. Sosialisasi

Sosialisasi kepada seluruh Civitas Akademika FH. USU menjadi hal yang mutlak harus dilakukan, sebab adanya sosialisasi ini berguna untuk pendekatan kepada Civitas Akademika FH USU agar dapat menerima dan mendukung kawasan tanpa rokok di lingkungan FH USU. Sosialisasi larangan merokok di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara berupa adanya spanduk yang berada di tempat strategis Fakultas Hukum.

3. Sanksi

Sanksi pelaksanaan monitoring peraturan KTR di FH USU berupa adanya pengawasan terhadap seluruh Civitas Akademika FH USU, bagi yang terbukti merokok di lingkungan FH USU maka mendapat teguran oleh dosen yang ditunjuk menjadi tim penegak disiplin, hal ini juga menjadi salah satu bukti komitmen pimpinan Fakultas dalam memerangi perokok di lingkungan kampus.

4. Ketersediaan tim pengawas KTR

Belum terdapat tim pengawas KTR dari pihak rektorat maupun fakultas yang memiliki tugas pokok dan fungsi khusus mengarah pada upaya pengembangan KTR di Universitas maupun Fakultas. Belum ada tim pengawas yang memiliki tugas pokok dan fungsi membahas rencana strategi pengembangan

27

(17)

KTR di tingkat pimpinan Fakultas, hal ini akan menjadi sebuah hambatan dalam efektivitas KTR.

5. Masih adanya para dosen/staf pengajar yang merokok di lingkungan kampus Para dosen/staf pengajar yang merokok di lingkungan kampus, mahasiswa mencontoh karena tidak adanya panutan, sehingga mahasiswa ikut-ikutan merokok dilingkungan kampus

6. Ketersediaan Sarana dan Prasarana KTR

Efektivitas KTR di FH USU belum didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana. Belum adanya area merokok di Fakultas Hukum, membuat para mahasiswa merokok sembarangan

Hambatan eksternal dalam pelaksanaan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok Di Fakultas Hukum USU, antara lain :

1. Kurangnya kesadaran mahasiswa

Merokok merupakan hal yang sudah dianggap bagi kaum Pria bahkan menjadi Kebiasaan, namun jarang sekali dari mereka untuk memikirkan akibat atau dampaknya. jika hal tersebut terus berlanjut padahal semua itu sangatlah fatal akibatnya apalagi bagi anak remaja banyak sekali pelajar/mahasiswa yang merokok. Kurangnya Kesadaran Untuk Tidak Merokok dikalangan pelajar merupakan masalah utama yang harus diselesaikan oleh Sekolah. Peyebab Kurangnya kesadaran mahasiswa untuk tidak merokok banyak sekali, terutama faktor dari Keluarga. Kurangnya Pendidikan dan Bimbingan dari Orang tua akan menyebabkan berbagai masalah dikalangan pelajar salah satunya Kenakalan Remaja.

(18)

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup tidak dapat dilihat secara langsung sehingga sifat hanya ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu secara merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognitif, reaksi afeksi, kehendak dan perilaku masa lalu. Sikap mempengaruhi proses berfikir atau respon afeksi, kehendak dan perilaku berikutnya.

Peraturan itu efektif apabila para pemegang peran berperilaku positif yaitu berperilaku yang tidak menimbulkan masalah, dimana faktor perilaku dapat memengaruhi orang untuk menaati peraturan. Oleh karena itu, penerapan aturan dan pengawasan yang ketat dapat menjadi solusi utama bagi agar tidak ada yang merokok di kawasan-kawasan yang dilarang merokok, namun harus disosialisasikan secara menyeluruh kepada semua lapisan mahasiswa terlebih dahulu sampai tidak ada miskomunikasi serta tidak ada alasan tidak tahu jika ada yang tertangkap melakukan pelanggaran.

Beberapa langkah yang bisa ditempuh untuk mengatasi masalah perokok di lingkungan Universitas Sumatera Utara Khususnya Fakultas Hukum, yaitu: 1. Banyak melakukan sosialisasi tentang bahaya merokok, dengan banyak

mensosialisasikannya kepada para perokok khususnya mahasiswa akan mewujudkan kesadarannya, jika tidak peduli dengan dirinya maka minimal mereka akan sadar akan orang-orang yang tidak merokok yang ada disekitarnya. Dengan begitu mereka akan mencari tempat yang tepat setiap ingin merokok.

2. Menyediakan banyak tempat khusus untuk merokok yang layak, sama halnya jika orang tidak dibiarkan buang air kecil disembarang tempat maka harus disediakan toilet. Begitu juga dengan perokok jika dilarang merokok ditempat umum maka buatkalah tempat khusus untuk merokok.

(19)

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dengan senantiasa memperhatikan tujuan penelitian mengenai Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara, yaitu:

1. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, antara lain fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerj dan tempat umum.

2. Penerapan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU, belum adanya SK Rektor tentang Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan Universitas Sumatera Utara, sehingga tidak ada tindakan bagi para perokok yang merokok di lingkungan kampus.

3. Kendala dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU, Pelaksanaan Perda KTR di Kota Medan masih belum efektif, hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu lemahnya sanksi yang dikenakan kepada para pelanggar, tidak adanya tim khusus di lingkungan Universitas Sumatera Utara khususnya di Fakultas Hukum yang dibentuk dalam penegakan pelaksanaan Perda KTR, kurangnya sarana dan fasilitas yang khusus menyediakan tempat untuk merokok di kawasan tanpa rokok, kurangnya kesadaran hukum mahasiswa yang masih melanggar dan melakukan kegiatan merokok pada kawasan tanpa rokok.

B. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat diberikan dan dijadikan bahan pertimbangan sehubungan dengan Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan

(20)

Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU Ditinjau Dari Hukum Adminsitrasi Negara, yaitu:

1. Kepada pihak Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Hukum agar dapat memberikan informasi- informasi larangan merokok di lingkungan FH USU Medan agar lebih sering menghimbau setiap pengunjung baik melalui operator maupun secara langsung untuk tidak merokok, termasuk memperbanyak pemasangan spanduk

2. Efektivitas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, perlu didukung dengan penyediaan ruangan khusus merokok yang nyaman serta mudah dijangkau bagi para perokok aktif dan peraturan larangan merokok disosialisasikan kepada mahasiswa secara jelas sehingga para perokok aktif dapat mengerti dan melaksanakan peraturan larangan merokok sebaik-baiknya.

3. Pihak rektorat sebagai pimpinan tertinggi di lingkungan Universitas Sumatera Utara harus mengeluarkan kebijakan yang mengatur khusus mengenai KTR terkait penerapan kawasan bebas asap rokok disetiap fakultas dan memberi sanksi ketika masih ada yang melanggar peraturan tersebut, sehingga peraturan tersebut dapat efektif.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rianto. Metode Penelitian Sosial dan Hukum Jakarta : Garanit, 2004

Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian: Suatu PendekatanPraktik Jakarta: RinekaCipta, 2010.

Kusdwirarti, Setiono, dkk, Manusia, Kesehatan dan Lingkungan,

Bandung:Alumni, 1998.

Nazil,M. MetodePenelitian Jakarta: Ghalia Indonesia,2010

Soekanto, Soerjono. Penelitian Hukum Normatif: SuatuTinjaua nSingkat Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Sugihartono, Psikologi Pendidikan, UNY Press, Yogyakarta, 2007

Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum Jakarta: Raja GrafindoPersada, 2007.

Suryabrata, Sumaidi. Metode Penelitian Jakarta: Raja Grafindo, 2004.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014.

Peraturan Daerah Kota Medan No. 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Falentina Agun Ingan, Implementasi Peraturan Gubernur Nomor 1 Tahun 2013

Tentang Kawasan Tanpa Rokok (Studi Kasus Di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie (RSUD AWS) Kota Samarinda), Journal Ilmu Pemerintahan, 4 (1) 2016 : 500-514.

http://www.kompasiana.com/nersundip/pentingnya-kawasan-tanpa-rokok_5578429dc3afbd387f27e6a2 diakses tanggal 1 Juli 2016

http://www.scribd.com/doc/143223940/Implementasi-Perda-Kota Surabaya- Nomor-5-Tahun-2008-Tentang-Kawasan-Tanpa-Rokok-Dan-Kawasan-Terbatas-Merokok-Studi-tentang-Kawasan-Terbatas-Merokok-d#scribd, (di akses pada tanggal 11 Maret 2016).

http://hariansib.co/view/Tajuk-Rencana/18511/Efektivitas-Perda-KTR-Kota-Medan-.html (diakses tanggal 6 Juni 2016).

TCSC-IAKMI. Atlas Tembakau Indonesia. 2013 diakses tanggal 7 Juni 2016. Hasil wawancara dengan Budi Mahasiswa FH. USU tanggal 29 Juni 2016.

Referensi

Dokumen terkait

Tata Usaha

Gula pasir berbe tuk…………a. Air berubah e jadi es

Surat Keputusan Dekan Fakultas Ilinu Keolahraeaa-r Universitas Negu:.i

Bagian tubuh yang tidak terletak di badan adalah…….. makan tidak teratur

Devi Tirtawirya, M.Or, Ria Lumintuarso, M.Si. Rumpis Agus Sudarko,

Proses perakitan bodi taruna tipe 626 standar dilakukan pada departemen Welding dengan melibatkan 7 buah stasiun kerja. Ketujuh buah stasiun kerja tersebut bertanggung jawab atas

Table 2 summarizes the quality control measures of the derived segmentation results for the static terrestrial laser scanning dataset using the aforementioned

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 2