• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Kawasan indonesia mempunyai banyak pulau yang dipisahkan oleh laut dan selat yang memiliki sejarah perkembangan budaya yang tidak seragam, daerah dan tempat yang berada dalam satu wilayah pun kadang mengalami perbedaan perkembangan sejarah budaya, beberapa penyebabnya ialah adanya perbedaan intensitas budaya asing yang masuk ke masing-masing daerah, lalu perbedaan periode (lama waktu) intervensi budaya luar terhadap budaya lokal daerah. Dalam perkembangannya terdapat juga unsur religi yang tentunya telah ada sejak zaman prasejarah , religi dalam suatu kebudayaan sebenarnya telah mengalami pengayaan dan enkulturasi dalam kebudayaan tersebut. Serta kehidupan religi yang masih bertahan hingga kini, data tentang religi tersebut kiranya cukup beraneka. Misalnya wujud peralatan situs yang berupa benda-benda, kitab suci, Dan setiap daerah pun memiliki tempat-tempat ibadah yang masih bersejarah, salah satunya Kota Semarang yang masih memiliki tempat-tempat ibadah dan perkembanganya yang belum diketahui.

Guna mengeksplorasi keragaman tempat ibadah, penulis akan pengemasnya kedalam suatu program televisi. Suatu program yang menyajikan sisi-sisi istimewa tempat ibadah yang belum tereksplorasi atas perkembangnya arus globalisasi yang semakin tak terkontrol dan mengedukasi bagi penonton baik dari segi sejarah, budaya, wisata, dan perkembangannya. Program ini akan di sajikan kedalam format Feature.

(2)

yang menarik, bertolak dari data dan faktayang akurat dan lengkap, namun disajikan secara khas dan santai serta memberikan hiburan (Ermanto, 2005 : 86). Secara fisik feature memiliki kesamaan dengan reportase yaitu terdiri dari judul (head line), teras (lead), dan tubuh (body). Yang membedakannya adalah pada pemilihan judul dan penyajiannya yang lincah, enak dibaca, tidak formal, dan memberikan hiburan.

Dalam sejenisnya feature memiliki berbagai jenis, diantaranya Feature perjalanan yang merupakan program yang menampilkan informasi yang unik dan menarik baik dalam perjalanan, ekspedisi, percobaan, kecelakaan, dan sebagainya. Topik sebuah Feature bisa beragam, tetapi umumnya menyangkut human interest. segala sesuatu yang menyangkut manusia dengan segala perilakunya dan aspek kehidupannya (kegembiraan, kebahagiaan, kesedihan, penderitaan, perjuangan, keberhasilan, dan sebagainnya), yang menarik untuk dikupas.

Berdasarkan latar belakang penulis akan membuat program feature dengan judul “Pelesir Religi”. Plesir sendiri memiliki makna berjalan-jalan, sedangkan makna dari Religi adalah kepercayaan kepada Tuhan. Jadi Plesir Religi memiliki makna suatu perjalanan baru ketempat ibadah yang bersejarah dan mengetahui perkembangannya. Program ini nantinya tayang sekali seminggu, program ini diharapkan menjadi suatu program yang menginspirasi, memberi informasi, mengedukasi, dan mampu menawarkan sisi-sisi istimewa tayang yang menarik bagi penonton.

(3)

1.2 Perumusan Masalah

Dengan menjelaskan dan menjabarkan tentang hal-hal diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana merancang penyajian program acara televisi dalam format

Feature (perjalanan) yang mengedukasi, menginformasi, dan menghibur

penonton ?

2. Bagaimana memproduksi program „Pelesir Religi‟ dalam memperkenal kan sejarah dan perkembangan tempat ibadah yang belum orang mengetahui ?

1.3

Tujuan

1. Untuk merancang penyajian program Feature (perjalanan) yang mengedukasi, menginformasi dan menghibur penonton.

2. Untuk menciptakan program „Pelesir Religi‟ dalam mengulik sejarah dan perkembangan tempat ibadah yang sudah lama salah satunya di Kota Semarang.

1.4

Batasan Masalah

Pada pembuatan program acara Feature yang berjudul “ PELESIR RELIGI “, penulis memiliki batasan-batasan yang digunakan untuk memfokuskan arah program acara ini, baik dari segi tema maupun job

decription yang akan lebih ditekankan, yaitu sebagai berikut :

1. Tema yang dipilih adalah Kota Semarang, dengan harapan pemirsa atau penonton yang menyaksikan program yang berjenis feature ini tau sejarah

(4)

dan perkembangan tempat-tempat ibadah yang sudah lama di Kota Semarang.

2. Penulis menitik beratkan job decription selaku produser dalam acara

feature ini, sebagai kompetensi pilihan yang dikuatkan dalam berkarya.

Pemilihan kompetensi ini dirasa sesuai, karena untuk menghasilkan sebuah karya feature yang baik dibutuhkan design produksi yang baik dan kedetailan dalam proses produksi agar dapat menonjolkan informasi tempat-tempat ibadah yang bersejarah di Indonesia.

1.5

Manfaat Penciptaan

1.5.1 Manfaat Akademis

1. Menambah referensi bagi mahasiswa yang ingin mencari informasi tentang feature di Indonesia.

2. Mengimplementasikan hasil karya suatu program feature sebagai salah satu keilmuan dalam dunia penyiaran, khususnya televisi.

3. Menerapkan ilmu-ilmu jurnarlistik televisi dalam sebuah format program acara feature.

4. Dapat menghasilkan lulusan ahli madya penyiaran yang kompeten dalam bidang jurnarlistik pertelevisian, salah satunya yaitu feature.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Menambah ilmu pengetahuan tentang program televisi dengan format

feature (perjalanan).

2. Menghasilkan sebuah tayangan feature yang mengangkat tentang tempat-tempat ibadah yang bersejarah dan perkembangannya.

(5)

1.5.3 Manfaat Sosial

1. Menambah pengetahuan bagi khalayak yang akan melakukan keunjungan ke tempat-tempat ibadah yang bersejarah.

2. Memberikan informasi bagi masyarakat agar mengenal tempat-tempat di Indonesia khususnya tempat-tempat ibadah yang bersejarah, yang merupakan warisan alam yang patut di lestarikan.

1.6

Metode Pengumpulan Data

1.6.1 Medote Penelitian

Yang digunakan dalam menyusun penulisan guna memperoleh data, ditempuh dengan cara :

a. Studi Lapangan (Field Research)

Penelitian langsung dilakukan pada obyeknya, dimana penulis melakukan wawancara langsung, terjun lapangan dan observasi mendatangi beberapa narasumber yang berkaitan.

b. Studi Pustaka

Mendapatkan bahan-bahan dari membaca buku perpustakaan, maupun bangku perkuliahan, mencari informasi didunia maya serta referensi beberapa jurnal, data atau wacana.

(6)

1.6.2 Pemilihan Narasumber

Dalam pemilihan narasumber, penulis berkerjasama dengan gereja GKI gereformeed, pegurus pura giri natha bapak komang sudiana, serta beberapa narasumber ahli yang mendukung dan berkaitan dengan obyek penulisan.

1.6.3 Pemilihan Lokasi

Dalam pembuatan program “PELESIR RELIGI” penulis menggunakan berbagai lokasi yaitu Gereja GKI Gereformeed, masjid layur (masjid menara), dan narasumber bapak Komang sudiana pengurus pura Giri Natha, dan Klenteng Tay Kak Sie. Tempat ibadah yang mungkin orang belum mengetahui dan masih bersejarah.

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Feature

2.1.1 Definisi Feature

Penulisan feature tidak tunduk kepada kaidah pola piramida terbalik dengan rumus 5W1H atau cara penyusunan pesan deduktif. Namun demikian, setiap karya feature harus mengandung semua unsur yang terdapat 5W1H. Selain itu, feature disajikan dalam bahasa pengisahan yang sifatnya kreatif informal. Jadi sangat jauh berbeda dengan berita langsung (straight news ) yang disajikan dalam bahasa yang sifatnya lugas dan formal.

Definisi yang lain, diantaranya diberikan oleh Jullian Harris dalam

The complete reporter ( 1985 ), Richard Weiner dalam Webster’s New World Dictionary of media and commications (1990 ), dan Daniel R. Williamson

dalam feature Writting for newspaper (1975 ). Menurut Jullian Harris, secara umum, arti kata feature meliputi suatu daftar panjang tentang berbagai bahaan mulai dari komik sampai tulisan yang disebut kolom, yang digolongkan dalam berita lempang. Artinya, secara khusus feature adalah tulisan yang semata-mata berdasarkan daya pikat manusiawi ( human interest ) yang tidak terlalu terikat pada tata penulisan baku yang kaku seperti yang berlaku dalam berita lempang. Menurut Richard Weiner, feature adalah suatu artikel atau karangan yang lebih ringan, atau lebih umum, tentang daya pikat manusiawi, atau gaya hidup, daripada berita lempang yang ditulis dari peristiwa yang masih hangat. Menurut Daniel R. Williamson, feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subjektif, yang dirancang terutama untuk menghibur dan memberitahu

(8)

pembaca tentang peristiwa, situasi, atau aspek kehidupan (Mappatoto,

1999:2-3). Dalam kamus besar bahasa Indonesia sendiri dinyatakan, feature

adalah karangan yang melukiskan suatu pernyataan dengan lebih terinci sehingga apa yang dilaporkan hidup dan tergambar dalam imajinasi pembaca

(Balai Pustaka, 1990:350 ).

Feature merupakan format acara yang menarik untuk dilihat, kisahnya

deskriptif, dengan pemaparan peristiwa secara objektif, sehingga dapat membangkitkan atmosfer kejadian yang sesungguhnya. Feature adalah sebuah format khas dengan penggarapan secara luwes dan relatif tak lekang oleh waktu (penanyangan feature tidak harus diburu-buru seperti berita biasa yang bersifat aktual ). Tidak ada aturan yang mengikat berapa persisnya panjang sebuah feature, sejauh feature.

2.1.2 Pembuatan Feature

Pembuatan sebuah program acara dengan format feature, dilakukan secara deskriptif. Hal ini digunakan untuk melukiskan sutau profil atau cerita tertentu sesuai dengan tema yang diangkat pada feature itu.

Feature merupakan sebuah cerita yang dimaksudkan bukan suatu

berita fiksi, melainkan sebuah fakta realita. A feature is a story facts,

not about fiction ( feature adalah cerita tentang fakta, bukan tentang

fiksi ).

Feature tidak terpaku terhadap struktur penyampaian informasi berbentuk piramida terbalik. Pada struktur piramida terbalik, inti informasi disampaikan diawal, barulah keterangan kronologi cerita disampaikan pada bagian akhir. Sedangkan pada format feature, justru penonton dibuat mengikuti alur cerita dari awal sampai akhir. Point of

(9)

view / sudut pandang pada feature ditentukan terlebih dulu guna memberikan arahan informasi.

2.1.3 Fungsi Feature

Fungsi feature mencakup lima hal :

1) Sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian berita langsung (straight news)

2) Sebagai pemberi informasi yang menarik tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi.

3) Sebagai penghibur atau saran rekreasi dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan.

4) Sabagai pemberi nilai dan makna terhadap suatu peristiwa berita kerap hadir tanpa nilai dan makna.

5) Sebagai wahana ekpresi yang paling efektif dalam memengaruhi khalayak.

2.1.4 Unsur-unsur Feature

Unsur pada feature menurut wiliamson ada 5, yaitu : 1) Kreatifitas ( creativity )

Pada konten didalam feature dibutuhkan kreatifitas dalam mencari objek yang khas, dimana terkadang terdapat pada peristiwa biasa, tetapi belum pernah atau jarang terungkap. Feature harus mengkreasikan sudut pandang pembuatan feature dengan berdasarkan riset terhadap fakta-fakta

(10)

yang diperoleh. Berbeda dari format berita biasa, feature memungkinkan penciptaan sebuah cerita.

2) Subyektivitas ( subjectivity )

Sebuah feature dibuat dengan konsep bervariatif yang mampu membangun emosi penonton. Perpaduan dari undur visual berupa gambar menarik, dipadukan dengan statement dan narasi berbobot dari fakta-fakta yang diperoleh, akan menghasilkan feature yang tidak mononton, hidup dan variatif. Pada pembuatan feature, sisi subyektif dari pembuat feature terlihat saat penulis naskah memasukan emosi pikirannya sendiri kedalam konten feature. Bagaimana kontruksi deskriptif pada feature dibumbui dengan atmosfer emosional pada feature itu sendiri. Feature bersifat subyektif. Yakni sangat tergantung sudut pandang, wawasan, intelektual, keterampilan, dan karakter penulisnya.

3) Informatif (Informative)

Feature dapat memberi informasi kepada masyarakat mengenai situasi

atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan. Misalnya, tentang sebuah museum atau kebun binatang yang terancam tutup. Ada banyka konsep

feature memiliki kekuatan menggelitik hati sanubari manusia untuk

mencipatakan perubahan kontruktif, di lingkungan sosial khusunya. Nilai informatif feature berbeda dengan berita langsung yang benar-benar menyajukan informasi. Informasi dalam feature mendalam dan lengkap. 4) Menghibur (Entertaiment)

Feature membatu penonton dengan memperjelas suatu keadaan untuk merasakan atmosfer suatu kejadian, atau keadaan yang mempengaruhi penonton untuk bereaksi setelah melihat feature itu. Feature memberikan variasi terhadap berita-berita rutin seperti pembunuhan, skandal, bencana danpertentangan yang identik dengan news. Disamping itu feature dapat membuat pambaca tertawa, menangis, merasakan kadar emosional pada tayangan feature secara mendalam, karena feature dapat dibuat menjadi

(11)

cerita berwarna-warni untuk menangkap untuk menangkap perasaan dan suasana dari sebuah peristiwa. Dalam setiap kasus, sasaran utama feature adalah bagaimana menghibur penonton dan memberikan hal-hal yang baru dan segar.

5) Tidak Dibatasi Waktu (Unperishable)

Unsur berita secara aktual mudah sekali berlalu, tetapi feature akan tetap bertahan dalam waktu cukup lama karena feature mengulassuatu tema dengan lebih mendalam dari sisi lain yang tidak diulas dalam berita aktual, terutama unsur human interest yang dominan. Feature seperti itu mempunyai keuntungan lain. Terlepas dari tekanan deadline, memberi cukup waktu untuk mengadakan riset secara cermat dan menyusunnya dengan terperinci hingga mencapai kualitas optimal. Sebagai contoh, profil seorang kepala polisi dapat diperoleh secara wawancara dengan kawan-kawan seprofesi, keluarga, dan kepala polisi itu sendiri. Diperlukan pula waktu untuk mengamati tabiat, reaksi terhadap keadaan tertentu kepala polisi itu.

Singkat kata, berbeda dengan berita, tulisan feature memberikan penekanan yang lebih besar pada fakta-fakta yang penting. Fakta-fakta yang mungkin merangsang emosi (menghibur, memunculkan empati, tanpa meninggalkan unsur informatif feature). Karena penekanan itu, tulisan feature sering disebut kisah human interest atau kisah yang berwarna (colorfull). (Darsono : 1999)

(12)

2.1.5 Jenis-Jenis Feature

Menurut Wolseley & Campbell terdapat beberapa jenis feature : 1) Feature minat insani (Human Interest Feature)

Human Interest Feature adalah feature yang langsung menyentuh

emosional seseorang, seperti keharuan, kegembiraan, kejengkelan, kebencian, simpati, dan sebagainya. Misalnya, cerita tentang penjaga mayat di rumah sakit, kehidupan seorang petugas kebersihan di jalanan, lika-liku kehidupan seorang guru di daerah terpencil, suka duka menjadi dokter di wilayah pedalaman, atau kisah seorang penjahat yang dapat menimbulkan kejengkelan.

Feature minat insani lebih menonjolkan sudut pandang si pelaku /

objek secara langsung.

2) Feature Sejarah (Hystorical Feature)

Feature sejarah (Hystorical Feature), adalah feature yang bercerita

tentang peristiwa masa lalu, namun masih menarik untuk diberitakan pada masa kini. Contohnya, berita tentang peran Soeharto pada penumpasan PKI yang sering diberitakan media massa menjelang beliau wafat. Selain itu peristiwa keruntuhan Kerajaan Sriwijaya, sejarah tentang candi borobudur dan lawang sewu. Feature sejarah tentang memperingati tanggal-tanggal dari peristiwa penting, seperto proklamasi kemerdekaan, pemboman Hiroshima atau pembunuhan jenderal-jenderal revolusi. Kisah feature sejarah dapat terikat pada peristiwa-peristiwa mutakhir yang membakitkan minat. Sebagai contoh, saat terjadi musibah letusan gunung berapi, feature bisa membuat peristiwa serupa di masa lalu. Feature sejarah juga sering melukiskan landmark (monumen / gedung) terkenal, pionir, filosof, fasilitas hiburan dan

(13)

medis, pola perumahan, makanan, industri, agama, dan kesejaterahaan. Setiap tempat memiliki peristiwa menarik dalam sejarahnya. Seorang pembuat feature akan mengkaji lebih tentang peristiwa-peristiwa itu, misalnya dengan dokumen historis atau mewawancarai langsung orang-orang yang terlibat dalam peristiwa-peristiwa bersejarah.

3) Feature Biografi (Biografical Feature)

Feature Biografi (Biografical Feature) adalah feature yang menceritakan riwayat hidup seorang tokoh yang memiliki keistimewaan atau cerita tersendiri. Sebagai contoh, riwayat hidup seorang tokoh politik yang meninggal, seorang yang memiliki keunikan khusus sehingga bernilai berita tinggi.

4) Feature Profil (Profile Feature)

Feature Profil (Profile Feature), adalah feature yang menceritakan

tentang sisi kehidupan publik figur, organisasi, dan komunitas masyarakat. Misalnya, berita tentang proses hidup seorang pengusaha sukses yang berawal dari gelandangan, cerita sukses sebuah LSM dalam membangun masyarakat pedalaman, atau cerita miris komunitas masyarakat tertentu. Profile feature tudak hanya terbatas pada cerita sukses saja, tetapi juga cerita kegagalan seseorang. Tujuannya untuk bercermin melalui kehidupan orang lain. Agar efektif, feature profile harus lebih dari sekadar daftar pencapaian dan tanggal-tanggal penting. Feature profil harus dapat mengungkap karakter narasumber untuk pemperoleh informasi yang dibutuhkan. Feature tentang pribadi pribadi seseorang seperti ini seringkali harus mengamati narasumber ketika akan berkerja, mengunjungi rumah dan mewawancarai keluarga, teman-teman, kerabat serta kawan bisnis yang terkait. Feature profile yang lengkap sebaiknya disertai kutipan-kutipan narasumber itu untuk

(14)

menggambarkan karakternya. Banyak sumber yang diwawancarai mungkin secara terbuka berani mengejutkan anda dalam mengungkap rahasia pribadi atau anekdot tentang pribadinya. Sebaliknya, banyak sumber lebih suka identitasnya dirahasiakan. Informasi sumber-sumber itu penting untuk memberikan keseimbangan dalam penggambaran tokoh.

5) Feature perjalanan (travelogue Feature)

Feature perjalanan (travelogue Feature) adalah feature yang menceritakan pengalaman terksesan dari sebuah perjalanan. Misalnya, kunjungan ketempat bersejarah di dalam ataupun di luar negeri, atau ketempat yang jarang dikunjungi orang. Dalam feature jenis ini unsur subyektivitas cenderung menonjol, karena pembuat

feature yang terlibat langsung dalam peristiwa / perjalanan itu

menggunakan sudut pandang orang pertama. 6) Feature Petunjuk Praktis ( Ho-to-Dofeature)

Feature Petunjuk Praktis (tips), disebut juga How-to-Do feature,

adalah feature yang menjelaskan tentang bagaimana melakukan aktifitas. Misalnya, tentang bagaimana caranya merawat mobil agar irit bensin, memasak, merangkai bunga, membangun rumah, seni mendidik anak, penduan memilih perguruan tinggi, cara mengendarai bajaj, teknik beternak bebek, dan sebagainya. Kisah seperti ini sering kali lebih pendek dibanding jenis feature lain sekaligus lebih sulit penulisannya. How-to-Do Feature yang baik akan lebih banyak mewawancarai sumber ahli dan memberikan advis detail dan faktual. Feature jenis ini kurang baik apabila berkesan seperti mengajari atau mendikte penonton, bukannya memberikan suatu kiat yang patut dipertimbangkan.

(15)

7) Feature Ilmiah (Scientific Feature)

Feature Ilmiah (Scientific Feature) adalah feature mengenai ilmu

pengetahuan dan teknologi yang ditandai oleh kedalaman pembahasan serta objektivitas pandangan yang dikemukakan, menggunakan data dan inormasi yang memadai.

8) Feature Dibalik Layar (Explanatory Feature)

Feature Dibalik Layar (Explanatory Feature), adalah feature yang

menceritakan tentang apa yang sebenernya terjadi dibalik suatu peristiwa. Misalnya, cerita / berita tentang fakta-fakta yang menyebabkan buruh mogok kerja, dibalik layar pengerjaan suatu proses layaknya behind the scene.

9) Feature Musiman (Seasonal Fature)

Feature Musiman (Seasonal Fature), bercerita tentang peristiwa

unik dan menarik yng terjadi secara rutin, baik setiap tahun, setiap momen, atau setiap musim. Misalnya, cerita riuh gembira orang-orang kampung ketika Lebaran ( Hari Raya Idul Fitri) tiba.

10) Feature Tren ( Trend Feature)

Feature Tren ( Trend Feature) adalah feature yang menceritakan

tentang gaya hidup komunitas tertentu atau masyarakat pada umumnya dalam jangka waktu tertentu. Misalnya gaya hidup remaja desa ketika HP masunh ke kampung-kampung.

11) Feature Sidebar

Feature Sidebar, adalah feature yang memberitakan bagian-bagian

lain dari sebuah peristiwa besar yang di dalamnya mengandung unsur Human Interest. Misalnya, nasib para pengungsi yang kehilangan rumah ketika banjir bandang menimpa mereka. (Wahyudi : 1996)

(16)

2.1.6 Ciri Khas Feature

Feature mempunyai beberapa ciri khas, antara lain :

1) Berisi aspek Human interest

Tulisan feature memberikan pada fakta-fakta yang dianggap mampu menggungah emosi, menghibur, memunculkan empati dan keharuan. Dengan kata lain, sebuah feature harus memiliki konteks

human interest atau human taouch, menyentuk rasa manusiawi.

2) Berisi undur sastra

Satu hal penting dalam sebuah feature adalah berisi undur sastra.

Feature ditulis dengan cara atau gaya menulis fiksi. Karenanya, feature mirip dengan sebuah kisah ringan dan menyenangkan,

namun tetap informatif dan faktual. Pada prinsipnya, pembuat

feature adalah seorang yang sedang bercerita.

Perbedaan antara feature dengan berita yang ditinjau dari ciri-cirinya :

1. Ciri dan sifat feature :

a. Informasinya tidak begitu penting untuk publik, tapi menarik.

b. Judulnya menggelitik, unik, membuat penasaran, lucu, atau aneh.

c. Tidak harus mengandung unsur berita (5W+1H).

d. Umumnya tidak menggunakan format piramida terbalik. e. Memancing penonton untuk tersenyum, menangis, marah,

protes, atau kaget.

f. Meninggalkan bekas mendalam pada benak penonton tanpa ikatan waktu.

(17)

2. Ciri dan sifat berita :

a. Informasinya penting untuk segera diketahui masyarakat luas.

b. Judulnya kaku, datar, cenderung formal.

c. Wajib mengandung semua unsir berita (5W+1H). d. Harus mengandung format berita piramida terbalik.

e. Sekadar bersifat informatif agar penonton menjadi tahu informasi yang disampaikan.

f. Segera dilupakan setelah muncul berita lain yang lebih aktual.(Wahyudi : 1996)

2.1.7 Tahapan Prodiksi Feature

2.1.7.1 Pra Produksi (Pre Production)

Pra produksi meliputi :

1) Persiapan Naskah

Dalam proses ini, sebuah naskah dibuat oleh penulis naskah dengan persiapan melalui tahapan – tahapan sebgai berikut : a. Ide / Gagasan

Proses memunculkan tema dan pokok permasalahan dari garis besar naskah yang akan dibuat.

b. Riset

Mencari tau dengan observasi langsung kepada pihak terkait yang disinggung dalam naskah.

c. Sinopsis

Ringkasan dari keseluruhan jalan cerita pada naskah.

(18)

Detail tiap-tiap adegan / babak yang akan membentuk alur cerita.

e. Script

Susunan lengkap alur cerita secara mendetail. f. Review Naskah

Menelaah ulang naskah, apakah sudah sesuai dengan konsep yang direncanakan.

2) Pemilihan Crew

Pemilihan kru dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi keahlian masing-masing personal sesuai job

description dalam kerja tim nanti.

3) Pemilihan Narasumber

Pemilihan Narasumber dilakukan sesuai dengan hasil riset, narasumber manakah yang cocok dengan konsep karya.

4) Pemilihan Lokasi

Pemilihan narasumber dilakukan sesuai dengan riset, lokasi mana yang sesuai dengan konsep karya. Lokasi yang berbeda tentu memiliki konten kehidupan sosial yang berbeda satu sama lain.

5) Perencanaan Waktu

Manajemen waktu yang baik diperlukan agar kinerja time produksi saat proses dapat berlangsung efektif dan efisien. Dengan perencanaan yang matang maka proses produksi akan lebih terasa lebih tertata dan mengantisipasi adanya pemoloran waktu.

6) Memeriksa peralatan

Pemeriksa pelaratan penting dilakukan agar tahu peralatan mana yang siap pakai, bituh perawatan, butuh penambahan, atau penggantian. Sebagai contoh, pengecekan kamera sebelum

(19)

pengambilan gambar, agar hasil gambar bisa dipersiakan untuk memperoleh yang terbaik.

7) Persiapan Peralatan Cadangan

Peralatan cadangan berkesan seolah ini pemborosan sumber daya, namun sistem back up seperti ini bermanfaat saat terjadi kesalahan di lapangan. Terutama pada lokasi yang jauh, adanya peralatan cadangan akan meminimalisir kesalahan teknis yang fatal, dan mengjhampat proses produksi.

8) Peninjauan Ulang Lokasi

Peninjauan ulang lokasi dilakukan mendekati hari-H masa produksi, dengan peninjauan yang lebih detail, dapat dipastikan semua persiapan yang ada sesuai dengan lokasi yang dipilih. Apakah lokasi tersebut sama atau berbeda seperti saat pertama survey, apakah urusan perijinan pada lokasi – lokasi tertentu terutama tempat umum bisa dikendalikan, ataupun perubahan lain yang tidak terduga.

9) Perhitungan Anggaran

Perhitungan anggaran diperlukan agar dana yang diperlukan tidak melebihi perkiraan. Dana diperhitungkan secata detail, muali dari kebutuhan alat, akomondasi, kebutuhan kru dan narasumber, juga yang lainnya.

10) Pengecekan Perijinan

Terkadang terdapat lokasi yang membutuhkan perijinan khusus. Hal ini biasanya ditemui pada tempat-tempat umum, maupun intasi terkait. Dengan perijinan yang telah sah, maka proses produksi tidak akan mengalami kendala berkaitan dengan lokasi.

(20)

11) Kontrak – Kontrak

Kontrak dalam hal ini dimaksudkan pada perjanjian kesepakatan, seperti kontrak kru, atau kesepakatan dengan narasumber.

2.2

Sejarah Purbakala

Sejarah bagian dari ilm pengetahan. Sejarah merupakan kejadian dan peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keteurunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang memerintah. Pengetahan sejarah meliputi pengetahuan akan kejadian-kejadian yang sdah lampau serta pengetahuan akan cara berfikir secara hitoris dan mempelajari peristiwa masa lalu. Sejarah sebagai masa lampau kehidupan manusia menjadi pedoman kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang.(Saeful H, 2011)

Beberapa pemahaman tentang sejarah menurut ahli, yaitu :

a) Moh. Yamin, yaitu Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.

b) Ibnu Khaldun (1332-1406), yaitu Sejarah didefinisikan sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradapan manusia yang terjadi pada watak / sifat masyarakat itu.

c) Moh. Ali

Moh. Ali dalam bukunya Pengantar Ilmu Sejarah

Indonesia, mempertegas pengertian sejarah sebagai berikut

(21)

1. Jumlah perubahan-perubahan, kejadian atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.

2. Cerita tentang perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.

3. Ilmu yang bbertugas menyelidiki perubahan-perubahan, kejadian, atau peristiwa dalam kenyataan di sekitar kita.

d) J.V Bryce, yaitu Sejarah dalam catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia

2.3 Produksi (Production)

Proses produksi merupakan sebuah proses penggarapan, dimana naskah diolah oleh sang sutradara melalui pengambilan gambar dan suara bersama para kru, pada setiap proses, jumlah dan macam kru bias disesuikan dengan kebutuhan. Secara umum, macam-macam kru yang akan terlibat antara lain sebagai berikut :

1. Produser

Tugas seorang produser adalah memimpin jalannya tahapan ini produser berkomunikasi dengan pengarah acara untuk mengolah naskah menjadi bentuk visual.

2. Pengarah acara

Pengarah acara merupakan koordinator dari seluruh proses produksi. Pengarah acara memiliki kemampuan mengolah naskah menjadi bentuk visual sesuai dengan gambarannya, dan berkomunikasinnya kepada kru selama penggarapan. Pengarah acara mengatur akting para actor di depan kamera, pergerakan kamera, pencahayaan, serta penggabungkannya dalam suatu hasil berupa gambar dan suara.

(22)

3. Camera person / Cameraman

Camera person / Cameraman adalah pemenggang kamera, yang

mengoperasikan kamera tersebut selama pengambilan gambar. Kameramen menerima perintah dari sutradara untuk proses pengambilan gambar.

4. Editor

Pasca proses pengambilan gambar, hasil gambar dan suara akan memasuki tahap editing. Tugas editor adalah menysun hasil tersebut secara urut sesuai naskah. Editor bekerja dibawah pengawasan sutradara.

5. Peñata Artistik

Peñata Artistik bertugas memberikan suasana setting yang menguatkan setiap adegan. Setting adalah tempat dan waktu yang melatarbelakangi cerita film.

6. Penata suara / Audioman

Piñata bertugas dalam merekan suara saat proses pengambilan gambar, dan menjaga kualitas suara untuk akhirnya masuk pada proses editing bersamaan dengan hasil gambar.

2.4

Pasca Produksi ( Post Production )

Pasca produksi merupakan tahapan akhir dari keseluruhan proses produksi. Pada tahan ini, satu yang vital adalah proses editingnya.

(23)

2.5

Produser

2.5.1 Definisi Produser

Produser adalah orang yang memproduksi sebuah produksi televisi atau film, bukan membiayai atau menanam investasi dalam sebuah produksi program televisi atau film. Tugas produser memimpin seluruh tim produksi sesuai tujuan yang ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi, sesuai dengan anggaran yang telah disepakati oleh execitive producer. Selain itu tugasnya mengapali sebuah departemen produksi. Ia menjadi penggerak awal sebuah produksi program TV ataupun film. Dalam sebuah program TV atau film, produser akan membantu sutradara dalam mengelola proses pembuatan program TV atau film tersebut. Jika istilah produser, yang ada dibenak kita pastinya urusan uang. Apalagi di Indonesia, istilah produser sering kali diartikan sebagai pemilik modal, pemilik uang yang akan diproduksi program TV atau film tersebut. Di televisi, produser yang mempunyai program. Ia bertanggung jawab atas berbagai hal dalam produksi, baik teknis, kreatif, maupun urusan keuangan. (Fitryan,2008)

Produser adalah seorang yang bertanggung jawab terhadap perencanaan atau siaran, seperti telah kita ketahui bahwa sebeli merencanakan suatu acara, menimbulkan suatu ide. Produser mempunyai andil yang sangat besar dalam terbentuknya suatu tim produksi, selain itu produser juga harus bisa mengontrol secara teliti kerja tim suatu produksi agar kelancaran program acara yang telah direncanakan. Yang tidak kalah pentingnya bahwa seorang produser adalah orang yang menandai atau membiayai pada perogram acar yang telah direncanakan. (Sastro, 1992)

(24)

Terkadang produksi film ada yang lebih dari satu orang yang menyandang predikat produser, seperti ada exsecutive producer, assosiate producer, producer, dan line producer.

A. Exsecutive producer

Ia bertanggung jawab atas pembuatan proposal dan penggalangan dana, jika film tersebut dibiayai oleh beberapa institusi maka institusi- institusi tersebut mempunyai wakil untuk menyandang predikat ini. Di Indonesia, biasanya disebut sebagai produser pelaksana.

B. Assosiate producer

Assosiate producer adalah orang yang berhak

mengetahui jalannya produksi dan pengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar produksi tersebut. Tapi, ia tidak berhak mencampuri segala keputusan yang diambil dalam produksi film.

C. Producer

Producer adalah orang yang memproduksi film, bukan

membiayai atau menanam investasi dalam sebuah produksi film. Tugasnya memimpin seluruh tim produksi sesuai tujuan yang ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif, maupun manajemen produksi, sesuai anggaran yang telah disepakati oleh Exsecutive

producer.

D. Line producer

line producer sama dengan supervisor, tugas line

adalah yang membantu memberi masukan dan alternatif atas masalah-masalah yang dihadapi seluruh

(25)

departemen dalam lingkup manajeral dan dalam batasan angggaran yang sudah disepakati diawal.

2.5.2 Peran Produser

Walaupun sebelumnya telah diuraikan secara garis besar tugas seorang produser, tetapi masih harus dijelaskan secara seberapa jauh peran seorang produser.

a. Didalam melaksanakan tugasnya sebagai produser selalu berusaha mengembangkan program siarannya, serta akan mengawasi dari segala bentuk sejak dari pra production meeting sampai dengan editing video tape, dan sebagai seorang yang mempunyai tanggung jawab penuh untuk setiap unsur.

b. Alan Wutzel didalam bukunya Television Production menyatakan :

“It has been said that the theather is an actor’s medium

motion picture a director’s medium and televisi on a producer’s medium”

Dikatakan bahwa pada teater actor merupakan mediumnya di film bioskop sutradara yang merupakan mediumnya, sedang pada televisi mediumnya adalah produser.

c. Dari keterangan Alan Wutzel, menunjukan betapa besarnya tugas dan tanggung jawab atau peran produser pada televisi, meskipun sudah kita ketahui bersama bahwa tugas pada televisi merupakan tugas kolektif. Meskipun demikian tentu dibutuhkan adanya pimpinan, yang mempunyai wewenang, tanggung jawab, dan mempunyai bakat untuk merencanakan operasional serta dengan penuh

(26)

pertimbangan sebelum memutuskan sesuatu, meskipun tidak dapat ditafsirkan bertele-tele dan itulah peran seorang produser produksi.

d. Hal yang tidak boleh diabaikan ialah sebagai seorang produser mempunyai daya reka dan daya cipta yang tinggi, sehingga sebagai produser harus mempunyai jiwa “showmanship”. Dalam hal ini seorang eksekutif produser dari NBC Paul Rauch berpendapat sederhana sekali tetapi cukup mengena, seperti yang dikutip oleh Alan Wutzel sebagai berikut :

“ A producer must have good taste”. Seorang produser harus mempunyai selera yang baik.

e. Dari yang disampaikan oleh Paul Rauch dapat dikatakan bahwa memproduksi meliputi, bukan saja masalah kemampuan untuk mengetahui tentang masalah insting serta masalah pengalaman tentang apa yang akan dikerjakan, tetapi juga bagaimana menerapkan imajinasi yang dimiliki dan kecerdikan untuk mengembangkannya. Hal ini disampaikan dimuka masalah daya rekam dan daya cipta , hanya saja masalah daya rekam dan daya cipta kiranya tidak cukup untuk menentukan keberhasilan dalam tugas seorang produser.

f. Sebagai seorang produser dalam melakukan tugas memproduksi, disamping harus bertindak sebagai seorang komunikator, ia harus mampu menyampaikan gagasannya serta membangkitkan semangat kerja teamnya. Memberikan motivasi, inspirasi membimbing dan memimpin satuan kerja tadi dimana semua itu merupakan upaya untuk dapat menghasilkan suatu karya produksi

(27)

yang memenuhi selera, keinginan, serta kebutuhan khayalak siaran.

2.5.3 Tugas dan Tanggung jawab Produser :

1. Mencari dan mendapatkan ide cerita untuk produksi. 2. Membuat proposal produksi berdasarkan ide atau

skenario film.

3. Menyusun rancangan produksi. 4. Menyusun rencana pemasaran.

5. Mengupayakan anggaran-dana untuk produksi.

6. Mengawasi pelaksanaan produksi melalui laporan yang diterima dari semua departemen.

7. Bertanggung jawab atas kontrak kerja secara hukum dengan berbagai pihak pada produksi yang direcanakan. 8. Bertanggung jawab atas berbagai produksi yang

dijalankan.

2.5.4 Kewajiban Produser mencakup beberapa hal

sebagai

berikut :

1. Menjaga nama baik pemegang hak cipta

2. Membayar konpesasi untuk semua hal yang anda ingin peroleh.

3. Memenuhi kebutuhan akomodasi dan transportasi. 4. Memegang hak cipta sehunungan dengan keikut sertaan

diri disemua bentuk publikasi dan promosi yang anda akan lakukan.

(28)

2.5.5 Kontrak kerja umum berisi hal-hal sebagai

berikut :

2.4.4.1 Hak Produser atau Manajer Produksi :

2. Mengatur dan menentukan jam kerja, termasuk

jumlah jam

dan hari yang dibutuhkan.

3. Menentukan dan mengatur masalah konsumsi akomodasi, dan transportasi.

4. Menjadi pemegang hak cipta atas keseluruhan hasil produksi.

5. Menentukan mekanisme pembayaran honor (fee).

2.4.4.2 Kewajiban Produser dan Manajer Produksi

:

1. Mematuhi jadwal kerja yang telah disepakati. 2. Menyediakan akomodasi, konsumsi dan

trasnportasi untuk keperluan shooting.

3. Mecantukan nama dan predikat kru sesuai yang tertera dalam kontrak.

4. Memenuhi pembayaran yang sudah disepakati diawal.

2.4.4.3 Sanksi

Dapat terbentuk pemutusan hubungan kerja (PHK) secara sepihak apabila kontrak kerja dilanggar oleh salah satu pihak. (Effendy Heru, Mari membuat film, 2009).

(29)

2.6 Kamera video

2.6.1 Jenis-jenis kamera :

1) Kamera studio (stationer)

Kamera studio (stationer) yaitu kamera docking untuk studio, kameranya agak besar dan berat. Fasilitas focusing dan zooming dikendalikan dari stick handle, fasilitas recording oleh VTR berada diruang master control. Kamera studio televisi dibagi menjadi dua yaitu :

a) Kamera monocrome atau kamera hitam putih yang sekarang sudah jarang digunakan lagi.

b) Kamera berwarna, menghasilkan gambar berwarna.

2) Kamera elektronik

Kamera elektronik hitam putih maupun berwarna mempunyai tiga bagian, yaitu :

a) Sistem lensa yang berfungsi membentuk banyak benda yang memantulkan sinar kedalam bayangan yang lebih kecil.

b) Kamera sendiri memiliki peralatan yang lebih berguna untuk merubah sinar optik kedalam gelombang elektronik.

c) View finder, berfungsi mengubah kembali gelombang listrik kedalam gambar televisi sama bayangan gambar dihasilkan oleh sistem lensa.

(30)

3) VTR ( video tape recoder )

Fungsinya merekam gambar dalam bentuk kaset dengan fasilitas penunjang lainnya :

a. Tombol play ialah untuk menjalankan kaset pada posisi normal.

b. Forward dan rewind , forward ialah untuk memajukan kaset secara cepat, sedangkan rewind ialah untuk mengembalikan posisi kaset sebelumnya.

c. Pause : menghentikan sementara pemutarab kaset. d. Eject : membuat kaset

e. Time code : memudahkan pencarian gambar yang baik pada saat editing.

f. Real time : mencatat pengambilan gambar. g. Recordtime : mempercepat durasi.

h. Sound canel / sound level / sound control : untuk mengontrol oudio masuk.

2.6.2 Sudut Pandang Kamera

Sebuah film terbentuk dari sekian banyak shot. Tiap shot membutuhkan penempatan kamera pada posisi yang paling baik bagi mata penonton, bagi tata set dan action pada suatu saat tertentu dalam perjalanan cerita. Menempatkan kamera pada suatu posisi, menentukan angle kamera di pengaruhi oleh sejumlah faktor. Pemecahan dicapai memulai suatu analisa yang mendalam dari tuntunan cerita. Melalui pengalaman, keputusan penentuan angle demikian itu dapat dibuat hampir hanya sebuah intuitif saja. (Tahapary, 2002:20)

(31)

Dalam setiap produksi film, sutradara dan penata kamera harus mengambil sekian banyak shot dari unsur gambar yang ada di lokasi sesuai alur ceritanya. Tiap shot membutuhkan penepatan kamera dengan posisi yang baik, indah dan menarik bagi penonton. Bagi dekorasi, tata set dan action pemain dalam setiap adegan sesuai naskah, shooting scirpt atau story board. Oleh sebab itu memilih angle kamera merupakan faktor yang amat penting dalam membangun kesan psikologis, dramatik dan indah sesuai gambar.

Pengertian shot ialah tembakan kamera. Satu shot adalah mulai kamera start pengambilan objek sampai kamera stop record atau dimatikan. Sedangkan kamera angle adalah peletakan kamera pada sudut pandang pengambilan gambar yang tepat.

Tujuan angle kamera :

a. Untuk memperoleh luas wilayah area yang akan diliput.

b. Menciptakan ilusi kedalam gambar.

c. Menentukan titik pandang dari mata penonton dalam menyaksikan adegan.

2.6.3 Angle Kamera

Angle kamera ialah peletakan kamera pada sudut pandang pengambilan yang tepat dan memiliki motivasi tersendiri. Dalam produksi penata kamera harus mengambil sekian banyak shot dari undur gambar yang ada dilokasi kejadian sesuai dengan alur cerita yang diambil. Tiap shot memiliki penampilan kamera pada posisi yang baik, indah dan menarik bagi pandangan penonton. (Jaka Warsihna,

(32)

Dalam Jaka Warsihna, 2009 Penata Kamera harus mengetahui

angle kamera yaitu :

1. Long shot (LS) :

Shot jarak jauh untuk memperlihatkan latar belakangnya. 2. Medium shot (MS) :

Objek orang yang diambil dengan MS akan tampak dari kepala

hingga kira-kira kepinggang. 3. Close up (CU) :

Jarak kamera yang mengambi bagian suatu objek, sub objek. Bisa

diartikan shot penekanan untuk mengundang perhatian terhadap

suatu aspek dari subjek. 4. Zoom :

Pergerakan elemen-elemen lensa sehingga mempengaruhi adanya perubahan sudut pandang dan ukuran gambar.

Zoom terdapat dua yaitu : a. Zoom in

Teknik pengambilan gambar dengan pergerakan lensa gambar yang luas menuju gambar yang lebih sempit kesatu objek.

b. Zoom out

Teknik pengambilan gambar dengan pergerakan lensa gambar yang sempit menuju gambar yang lebih luas kesatu objek.

(33)

5. Panorama (PAN) :

Pergerakan kamera pada bidang horizontal atau kamera menoleh (dari kiri kekanan atau sebaliknya) sesuai kecepatan yang diinginkan, kamera tetap pada porosnya.

PAN terdapat dua yaitu :

a. Pan kanan : kamera bergerak kekanan dari objek utama.

b. Pan kiri : kamera bergerak kekiri dari objek utama.

6. Tilt

Pergerakan kamera dari bidang vertical ( dari atas kebawah atau sebaliknya). Tilt terdapat dua yaitu :

a. Tilt up : kamera bergerak mendongak. b. Tilt down : kamera bergerak menurun.

2.6.4 Ukuran Gambar

1. ECU ( Extrime Close Up )

Pengambilan gambar sangat dekat. Bertujuan mendetail suatu objek.

2. BCU / VCU / HS ( Big Close Up / Very Close Up / Head

shoot )

Pengambilan gambar dari kepala hingga dagu objek. 3. CU (Close Up)

Pengambilan gambar dari kepala hingga bawah leher. 4. MCU / BS (Medium Close Up / Bust Shot)

(34)

5. WS / MS (Wais Shot / Mid Shot)

Ukuran gambar dari kepala sampai pinggang. 6. KS / MS (Knee Shot / Mid Shot)

Ukuran gambar dari kepala hingga lutut. 7. FS (Full Shot)

Pengambilan gambar dari atas kepala hingga ke kaki. 8. LS (Long Shot)

Pengambilan gambar melebihi FS,bertujuan agar memnunjukan objek dengan latar belakangnya.

9. One Shot

Pengambilan gambar satu objek bertujuan memperlihatkan seseorang dalam satu frame.

10. Two Shot

Pengambilan gambar dua orang, bertujuan memeperlihatkan adegan dua orang yang bercakap-cakap.

11. Tree Shot

Pengambilan gambar tiga orang.

12. Group Shot

Pengambilan gambar sekelompok orang.

2.6.5 Istilah yang Harus Dimengerti

1. Disolve : trasnsisi dua gambar

2. Wipe : penggantian adegan A ke B dengan efek

3. Insert : pengisian gambar lain dengan gambar yang ada

4. Intercut : memasukan gambar netral antar dua gambar yang sudah ada

(35)

5. Cut to : perpindahan gambar A ke gambar B 6. Superimposed : memasukan gambar / tulisan ke dalam

(36)

BAB III

METODE PENCIPTAAN KARYA

3.1 Deskripsi Karya

Penulis memilih format feature (perjalanan), format feature lebih menyajikan sebuah tayangan informatif, ringan, unik, menarik serta mengedukasi dengan tema yang yang diangkat yaitu jalan-jalan religi ke tempat-tempat ibadah yang mungkin orang banyak orang yang belum mengetahui.

a. Nama Program : Plesir Religi

b. Episode : Sejarah dan perkembangan tempat ibadah di kota Semarang

c. Media : Televisi (TV)

d. Kategori Program : Informasi – Hiburan e. Format Program : Feature (perjalanan) f. Format Produksi : Outdor / Indoor g. Sifat Penyajian Produksi : Tapping

h. Sasaran / Segmentasi : Semua Umur (SU)

i. Durasi : 25 menit

3.2 Objek Karya dan Analisa Objek

Pada akhir ini penulis ingin mengangkat dan memberi informasi tentang tempat ibadah bersejarah yang belum ter-eksplorasi salah satu kota yaitu Semarang. Dimana perkembangan tempat ibadah yang sudah lama di

(37)

Kota Semarang masih ada yang belum diketahui karena arus globlisasi yang tidak terkontrol.

Dalam pembuatan proyek akhir Plesir Religi penulis mengambil empat tempat ibadah bersejarah yang sudah lama di kota Semarang, yang mungkin masih belum diketahui,salah satunya yaitu, klenteng Tay Kak Sie, Masjid Layur (masjid menara layur), Gereja Gereformeerd, Pura Agung Giri Natha. Klenteng Tay Kak Sie merupakan klenteng tertua dan pusat klenteng di daerah johar (gang lombok), bangunannya pun masih sama seperti dahulu. Masjid Layur (masjid menara layur) merupakan tempat ibadah umat islam yang sudah lama, memiliki keunikan karna menara dan tempat solat yang di khususkan untuk laki-laki. Gereja Gereformeerd bisa dibilang gereja tertua di kota Semarang, bentuk dari bangunan nya unik dan masi asri. Lalu Pura Agung Giri Natha merupakan tempat ibadah agama hindu-budha, dan satu-satunya pura di kota Semarang yang masih asri.

3.3 Komparasi Program

3.3.1 Jelajah (Trans TV)

Program ini adalah alternatif lain bentuk berita atau news feature yang unik dan menarik, jelajah dikemas dalam bentuk story-line yang komunikatif dan menghibur namun tetam seimbang dan tajam. Jelajah sangat luas lingkupnya antara lain membahas tema hobi, gaya hidup, profesi, travel, budaya, sejarah, kepercayaan, lingkungan, masalah perkotaan, social ekonomi, penemuan, pertualangan, misteri, maupun kesehatan. Menyorot wisata urban, unique life-style, festival, urban man, binatang keragaman budaya dan masih banyak lagi

(38)

3.3.2 Tamasya (beritasatu)

Tamasya merupakan program yang menampilkan jalan-jalan bertamasya menjelajahi Indonesia baik alam, kota-kota besar,maupun pengunungan yang mungkin jarang di datangi para wisatawan. Diulas dengan santai tapi mengandung nilai informasi dan edukasinya.

3.3.3 Plesir Religi

Dari beberapa program yang sudah ada seperti program-program di atas, program Plesir Religi ber-inovasi dengan mengemas dan penyajian ekplorasi keragaman sejarah tempat ibadah kedalam perjalanan yang menarik. Sebuah tayangan program feature yang mengulas informasi secara ringan, unik, dan menarik, mengedukasi dan menyuguhkan nilai historis serta sejarah. Program ini mengawali perjalanan di Kota Semarang dengan keragaman salah satu tempat ibadah yang bersejarah di kota tersebut, yang memiliki keunikan di dalamnya.

3.4

Perencanaan Konsep Kreatif dan Konsep Teknis

3.4.1 Konsep Kreatif

Dalam konsep proyek akhir ini penulis membuat sebuat karya

audio-visual berformat feature (perjalanan). Tema yang diangkat dalam feature ini

membahas keragaman tempat-tempat ibadah yang bersejarah dan perkembanganya, host jalan-jalan dan menjelaskan secara singkat tempat ibadah tertua, dan memberi nilai edukasi di dalam nya. Mungkin banyak tempat ibadah yang masih bernilai sejarah, tetapi penulis memilih 4 untuk

(39)

diterusuri. penulis berusaha membandingkan dari karya yang sudah ada dalam program televisi yang telah tayang sebagai acuan. Dalam hal ini penulis sangat memperhartikan teknik penyajian feature baik segi penyampaian, pengemasan dan komposisi gambar.

Pada proyek akhir ini, penulis berupaya menyajikan sebuah informasi dan hiburan sekaligus mengajak siapapun untuk mendekatkan, memperhartikan, mempelajari, dan melestarikan tempat dan sejarah yang belum ter-ekplorasi

.

3.4.1.1 Sinopsis

Setiap daerah memiliki keragaman yang mampu menarik perhartian wisatawan, namun banyak yang belum ter-eksplorasi di tambah dengan perkembangan global yang makin tergeser dengan perkembangan zaman. Program yang hadir dalam tayangan mengenai tempat-tempat ibadah yang bersejarah, tayangan yang memperkenalkan, menginformasi, dan mengedukasi serta menghibur para penonton untuk terus melestarikan keragaman tempat-tempat ibadah yang belum diketahui. Tayang setiap seminggu sekali, tersajikan dalam episode yang berbeda-beda disetiap tayangannya. Program Plesir Religi diawali dengan episode di Kota Semarang, berdurasi ±20 menit dan terbagai menjadi 4 segmen, setiap segmen membahas tentang 1 tempat ibadah tertua.

(40)

3.4.1.2 Treament

NO VIDEO

AUDIO

1 BAR TUNE 2 ID 3 UCR SEGMEN 1 4 OPENING PROGRAM

5 INSERT KOTA SEMARANG (SEKITAR

TUGU MUDA)

6 OPENING HOST

7 INSERT KOTA SEMARANG

8 ID PROGRAM

9 INSERT KLENTENG

10 PENGANTAR HOST DI DEPAN PINTU KLENTENG

11 INSERT DALAM TAY KAK SIE

12 PENGANTAR HOST MEMBAHAS SEDIKIT

TENTANG KLENTENG TAY KAK SIE 13 INSERT HOST MELIHAT ORNAMEN ,

PATUNG” KLENTENG, NAGA YANG ADA DI ATAP

NARASI

14 PENGANTAR HOST DI DEPAN PATUNG

15 INSERT TIGA PATUNG BUDHA

16 INSERT HOST MELIHAT-LIHAT PATUNG

(41)

16 PENGANTAR HOST DI DEPAN PINTU GEDUNG KONGTIKSU

17 INSERT SICI, PAPAN NAMA, KURSI-KURSI

18 PENGANTAR HOST MENJELASKAN

MAKNA KURSI TUA

19 INSERT KURSI GEDUNG KONGTIKSU 20 PENGANTAR HOST ( HOST DI DEPAN

SICI(PAPAN KAYU YANG BERTULISKAN NAMA” ORG YG SUDAH MENINGGAL) 21 INSERT SICI , NAMA” YANG TERTULIS DI

PAPAN ATAS, LILIN

22 CLOSING (INSERT)

NARASI

23 CUPLIKAN SEGMEN BERIKUTNYA

24 BUMPER OUT

SEGMEN 2

25 BUMPER IN

26 INSERT SEKITAR MASJID LAYUR 27 HOST DI DEPAN MASJID LAYUR

28 INSERT GAMBAR MASJID LAYUR

NARASI

29 PENGANTAR HOST DI DALAM MASJID

30 INSERT MASJID LAYUR DAN MENARA MASJID

NARASI

31 INSERT MENARA MASJID LAYUR

32 INSERT JENDELA MASJID LAYUR 33 PENGANTAR HOST-> HOST BERJALAN

(42)

MENUJU TMPT SOLAT LAKI2 (DIDEPAN TANGGA TEMPAT SOLAT)

34 INSERT LUAR TEMPAT SOLAT LAKI2, TEMPAT SOLAT WANITA

35 INSERT JENDELA MASJID LAYUR

NARASI

36 INSERT DALAM TEMPAT SOLAT

LAKI-LAKI , PILAR,

NARASI

37 CUPLIKAN SEGMEN 3 38 BUMPER OUT SEGMEN 3 39 BUMPER IN

40 INSERT GEREJA GEREFORMEERD

41 PENGANTAR HOST MEMPERKENALKAN

GEREJA GEREFORMEED 42 INSERT GAMBAR GEREJA

43 PENGANTAR HOST DI DEPAN GEREJA

44 INSERT SALIB DAN LONCENG

45 INSERT GEREJA GEREFORMEERD

SEKITAR

46 PENGANTAR HOST (DI RUANG

KEBAKTIAN, HOST BERJALAN DIDEKAT KURSI)

47 INSERT KURSI

48 PENGANTAR HOST MENJELASKAN DI

DEPAN SIMBOL TANGAN

(43)

50 CUPLIKAN SEGMEN 4

51 BUMPER OUT

SEGMEN 4

52 BUMPEN IN

53 INSERT GAMBAR SEKITAR PURA GIRI NATHA

54 PENGANTAR HOST

55 INSERT GAMBAR PURA

56 PENJELASAN DARI PAK KOMANG

SEKILAS INSERT SAMA YANG DIMAKSUD

57 INSERT GAMBAR PURA

58 CLOSING HOST

59 CLOSING PROGRAM

60 CREDIT TITLE

(44)

3.4.1.3 Naskah Program

NO VIDIO AUDIO DUR

1 BAR TUNE 2 ID 3 UCR 4 INSERT KOTA SEMARANG (SEKITAR TUGU MUDA)

5 OPENING HOST Kota Semarang memang dikenal sebagai kota yang penuh sejarah /

Di Episode Plesir religi kali ini / saya akan mengajak anda untuk menikmati tempat-tempat ibadah bersejarah yang ada di Kota Semarang / tetap di plesir religi //

6 INSERT KOTA SEMARANG

8 ID PROGRAM

9 INSERT LUAR KLENTENG

10 PENGANTAR HOST Ini adalah klenteng Tay Kak Sie / atau artinya kuil kesadaran agung / kuil ini didirikan selama

(45)

pemerintahan dinasticing dan usianya kira-kira sudah mencapai 268 tahun //

Saya akan segera masuk kedalam untuk melihat apa saja yang ada di dalam kuil Tay Kak Sie ini// 11 INSERT DALAM TAY

KAK SIE

Awalnya klenteng ini hanya untuk memuja dewi kuwain / namun seiring berjalannya waktu / terus berkembang menjadi klenteng yang memuja dewa-dewi taou lainnya//

12 PENGANTAR HOST Setiap klenteng memiliki tuan rumahnya sendiri / dan di klenteng Tay Kak Sie ini tuan rumahnya adalah dewi kuwain atau dewi welaasih / dan posisi patung dari dewi kuwain itu sendiri tepat berada di tengah dari klenteng Tay Kak Sie ini // 13 INSERT HOST

MELIHAT-LIHAT ORNAMEN , LALU ADA PATUNG”

Klenteng ini sangat cantik dengan ornamen-ornamen khas cina dengan dominan warna merah dan kuning /di setiap sudutnya terdapat

(46)

KLENTENG, NAGA YANG ADA DI ATAP

patung naga dan harimau / lalu di bagian atap juga penuh dengan hiasan naga yang menambah kesan religi didalamnya //

14 PENGANTAR HOST (DI DEPAN PATUNG)

klenteng Tay Kak Sie ini juga dikenal sebagai klenteng tridarma / jadi ada yang memeluk agama Khonghucu / budha / taou / anda bisa datang untuk sembayang disini / dan ini terlihat dari simbolisasi dari tiga patung yang ada dibelakang saya // 15 INSERT TIGA PATUNG BUDHA 16 INSERT HOST MELIHAT-LIHAT PATUNG 17 INSERT DEPAN GEDUNG KONGTIKSU 18 PENGANTAR HOST (DI DEPAN PINTU GEDUNG

KONGTIKSU)

ini adalah gedung Kongtiksu / gedung ini dibangun pada tahun 1837 / pada masanya gedung ini sangatlah berperan penting / karna digunakan sebagai tempat untuk membahas masalah yang

(47)

ada dikalangan masyarakat cina kala itu / namun kini gedung ini sudah berubah fungsi sebagai tempat penyimpanan abu // 19 INSERT SICI, PAPAN

NAMA, KURSI-KURSI

20 PENGANTAR HOST (MENJELASKAN MAKNA KURSI TUA)

kursi-kursi ini digunakan oleh masyarakat cina / untuk

berdiskusi mengenai masalahnya / dan kursi-kursi ini juga sudah berusian ratusan tahun tapi / masih terjaga hingga sampai saat ini // 21 INSERT KURSI 22 PENGANTAR HOST (HOST DI DEPAN SICI(PAPAN KAYU YANG BERTULISKAN NAMA” ORG YG SUDAH MENINGGAL)

Gedung kongtiksu memang telah berubah fungsi / saat ini gedung kongtiksu digunakan sebagai tempat menyimpan abu sekaligus menyimpan “sici” / sici itu adalah semacam papan kayu yang

bertuliskan nama-nama orang yang sudah meninggal // 23 INSERT SICI ,

NAMA” YANG

TERTULIS DI PAPAN ATAS, LILIN

(48)

(INSERT) tetap di “plesir religi” // 25 CUPLIKAN SEGMENT SELANJUTNYA (SEGMEN 2) 26 BUMPER OUT 27 BUMPER IN 28 INSERT SEKITAR MASJID LAYUR

29 PENGANTAR HOST Kota Semarang memiliki berbagai keunikan tempat - tempat ibadah / salah satunya adalah masjid layur yang ada dibelakang saya ini / yuk mari kita masuk dan melihat ada apa saja yang ada didalam masjid layur ini //

30 INSERT GAMBAR MASJID LAYUR

Masjid yang didirikan pada tahun 1802 ini dibangun oleh sejumlah saudagar dari Yaman yang bermukim di Semarang / Masjid Layur ini lebih dikenal dengan sebutan Masjid Menara Kampung Melayu / Atap Masjid Layur tidak menggunakan kubah sirap yang umumnya digunakan pada Masjid-Masjid zaman dulu / tetapi Masjid-Masjid

(49)

ini memiliki atap yang berbentuk tajuk bersusun tiga oleh tertutup genteng / Meski sudah berusia ratusan tahun Masjid ini masih kokoh dan masih terawat / Hanya terdapat sedikit perubahan yang dilakukan oleh pihak Yayasan Masjid / seperti / penggantian atap ijuk menjadi atap genteng /

menaikan pondasi lantai / dan penambahan ruang pengelola / Ukurannya yang bisa di bilang kecil ini memang membuat Masjid Layur nampak seperti mushola jaman sekarang, bahkan lebih kecil lagi //

31 PENGANTAR HOST Dinding di masjid layur ini dihiasi dengan berbagai ornamen berbentuk geometric / dan

karena disini dibatasi oleh tembok-tembok berukuran kurang lebih lima meter /maka yang kelihatan dari luar

hanyalah menara saja / dan Karena Masjid Layur ini terdapat menara/ maka cukup dikenal masjid menara //

(50)

LAYUR DAN MENARA MASJID

adalah menaranya / menara di masjid layur ini konon pada zaman duhulu / dipergunakan untuk mengintai para kapal yang akan berlabu untuk berdagang / namun sekarang seiring berjalannya waktu / menara ini dipergunakan untuk Mengumandangkan adzan // 33 INSERT MENARA MASJID LAYUR 34 INSERT JENDELA MASJID LAYUR 35 PENGANTAR HOST-> HOST BERJALAN MENUJU TMPT SOLAT LAKI2 (DIDEPAN TANGGA TEMPAT SOLAT)

Dan inilah salah satu keunikan dari masjid layur / jadi

dibelakang saya sudah ada tempat ibadah bagi kaum laki-laki / sementara untuk

perempuan tidak boleh masuk / beribadah bersama karna sudah disiapkan tempat ibadahnya sendiri / dan itu sudah terjadi sejak jaman dahulu//

36 INSERT LUAR TEMPAT SOLAT LAKI2, TEMPAT SOLAT WANITA 37 INSERT JENDELA MASJID LAYUR

Jendela masjid layur / terukir berbentuk bintang //

(51)

38 INSERT DALAM TEMPAT SOLAT LAKI-LAKI

Tidak ada yang banyak berubah dari bentuk bangunan masjid layur ini / hampir semuanya masih asli seperti zaman dahulu //

39 CUPLIKAN SEGMEN 3 (GEREJA) 40 BUMPER OUT 41 BUMPER IN 42 INSERT GEREJA GEREFORMEERD

43 PENGANTAR HOST Kota Semarang memiliki gereja lama peninggalan belanda dari tahun 1918 / gereja ini memiliki artistektur yang sangat unik / dan keaslian dari bangunan ini masi dipertahankan hingga sekarang //

44 INSERT GAMBAR SEKITAR GEREJA

45 PENGANTAR HOST Gereja gereformeed memang sudah mengalami beberapa kali renovasi / namun tidak

mengurangi hasil bentuk aslinya / tepat di atas pintu terdapat salib merah dan lonceng raksasa yang masih berfungsi / dan selalu dibunyikan ketika akan

(52)

kebaktian // 46 INSERT SALIB DAN

LONCENG 47 INSERT GEREJA GEREFORMEERD SEKITAR 48 PENGANTAR HOST (DI RUANG KEBAKTIAN, HOST BERJALAN DIDEKAT KURSI)

Interior ruangan ini sebagian besar terbuat dari kayu jati ini / yang menambah alami gereja yang mampu menampung 288 jemaat ini / Dari segi artistektur yang bergaya Lutheris mampu menonjolkan penyampaian firman Tuhan // 49 INSERT KURSI 50 PENGANTAR HOST MENJELASKAN DI DEPAN SIMBOL TANGAN

Dan di belakang saya terdapat tempat duduk yang biasanya digunakan untuk majelis gereja / dan di atasnya terdapat ornamen enam tangan dari duabelas murid Tuhan yesus / yang enam ada di belakang / saya dan enam lagi ada di depan saya //

51 INSERT SIMBOL TANGAN , ALTAR,

52 CUPLIKAN SEGMEN

4

(53)

54 BUMPEN IN 55 INSERT GAMBAR

SEKITAR PURA GIRI NATHA,

56 PENGANTAR HOST > OPENING

Nah saat ini saya bukan berada di bali / namun masih dikota Semarang / tepatnya ada di pura agung giri natha / penasaran seperti apa yang ada di dalam pura ini / yuk mari ikuti saya / dan tetap di plesir religi // 57 INSERT GAMBAR PURA 58 PENJELASAN DARI PAK KOMANG SEKILAS INSERT SAMA YANG DIMAKSUD

59 CLOSING HOST Nah seharian ini kita sudah jalan-jalan ke berbagai tempat ibadah bersejarah yang ada di kota Semarang / terima kasih karna sudah menemani saya jalan-jalan di episode plesir religi kali ini / nantikan plesir religi selanjutnya di hari dan jam yang sama / sampai jumpa //

(54)

60 CLOSING PROGRAM 61 CREDIT TITLE

TOTAL DURASI

(55)

3.4.2 Konsep Teknis

3.4.2.1 Pemilihan Alat dan Bahan

Dalam pembuatan sebuah program feature (perjalanan) tetap memperhartikan alat dan bahan yang digubakan agar tidak menghambat proses kerja. Semakin banyak alat pendukung yang digunakan maka semakin mempermudah.

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

JENIS PERALATAN

JMLH

NAMA

TIPE

MEREK

Kamera eos 550D Kamera dcr-sd 1000 Canon Sony 1 1

Pencahayaan Portable lamp

-

1

Mikrofon Mic

Perlengkapan Baterai besar Baterai kecil Headset

-

-

2 6 Tripod TH 650 DV Libec 1 Komputer Editing 1 Software Video, Audio, Operation System (OS). 1 Tabel 3.3

(56)

3.5 Proses Berkarya

Dalam produksi program feature yang melibatkan pelaratan, orang dan juga biaya yang tidak sedikit, selain memerlukan selain memerlukan organisasi yang lain, rapi, juga diperlukan suatu tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas kemajuannya dibandingkan dengan tahap sebelumnya, proses produksi meliputi tiga bagian :

A. Pra Produksi B. Produksi C. Pasca Produksi

3.5.1 Pra Produksi

a. Analisis Obyek

Sebagai awal mulai proses pembuatan program Plesir Religi. Dimana penulis terjun langsung untuk menggali informasi mengenai beberapa proyek yang akan dikupas. Sebagai tahap untuk mengawali riset, penulis mencari informasi tempat-tempat ibadah yang sudah lama dan mempunyai nilai sejarah, penulis memilih beberapa yang akan di jadikan kunjungan Plesir

Religi. Penulis melakukan survey tempat dan lokasi serta mencari data-data

dan informasi secara lengkap dan real.

Dalam tahap tersebut, penulis menjadi lebih dapat memahami dan merasakan secara langsung permasalahan yang akan diangkat dalam Proyek Akhir. Dan untuk tahap terakhir, penulis mengadakan pendekatan terhadap lingkungan, berserta objek yang akan diangkat dalam Proyek Akhir.

(57)

b. Penulisan Naskah

Dalam penulis naskah, penulis lumayan tidak banyak kesulitan. Karena script atau naskah yang ditulis hanya pengembangan dari konsep yang berasal dari data-data asli yang didapat penulis saat melakukan survey.

c. Analisis Naskah

setelah menyelesaikan penulisan naskah, penulis menganalisi naskah dan kemudian mengembangkan menjadi sebuah konsep produksi melalui

treatment, shooting script, dan storyboard. Yang dipergunakan tim sebagai

acuan saat melakukan proses produksi. d. Menentukan Tim Produksi

Produser menentukan dan memilih kru produksi sesuai dengan kebutuhan kelompok kerja yang telah disusun tim produksi Plesir Religi :

NO NAMA JOBDESK

1 Melia Hana P Produser / pengarah acara

2 Inten Mautia Ass produser

3 Ilham M Pengarah acara

4 Ferlina Kameramen

5 Inten Kameramen

6 Melia Hana UM

7 Rohani Lighting

8 Irfan sandy Dokumentasi

9 Ilham M Editor

10 ALL CREW Creativ Art

11 Kinanti puji Host

(58)

Tabel 3.4 e. Perencanaan Budget

Tabel 3.5

f. Hunting Lokasi

dalam hunting lokasi penulis yang juga sebagai Produser melakukan survey terhadap lokasi sebanyak 3 kali, 4 tempat tempat ibadah. Pertama mencari informasi, kedua permohonan ijin untuk melakukan produksi dan melihat lokasi, ketiga proses pemantapan produksi.

NO JENIS JUMLAH BIAYA

1 Kamera Sony dcr-sd 1000

1 Rp 200.000

2 Kamera Canon eos-550D

1 Rp 200.000

3 Tripod Libec 1 Rp 100.000

4 Batu batre panasonic 2 Rp 60.000

5 Batu batre kecil 6 Rp 30.000

6 Portabel Lamp 1 Rp 25.000 7 Clip on 2 Rp 25.000 8 Properti Rp 25.000 9 Konsumsi 3 hari Rp 150.000 10 Transportasi Rp 50.000 TOTAL Rp 840.000

Gambar

Tabel 3.4  e. Perencanaan Budget
gambar 4.4  poster program
Gambar take Host di Masjid Layur  Sumber : Foto Irfan Sandy
Gambar take Host di Klenteng Tay Kak Sie      Sumber :irfan sandy

Referensi

Dokumen terkait

untuk liabilitas keuangan non-derivatif dengan periode pembayaran yang disepakati Grup. Tabel telah dibuat berdasarkan arus kas yang didiskontokan dari liabilitas

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Warga negara dari masing-masing Pihak yang memegang paspor yang berlaku sebagaimana ditetapkan pada Pasal 1 Persetujuan ini dan ditugaskan sebagai anggota misi

Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) bersumber dari pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong

Hasil penelitian menunjukkan terdapat 19 sasaran strategis yang ingin dicapai dengan prioritas sasaran adalah: meningkatkan penerimaan Fakultas (bobot 10%),

1. Adanya perasaan senang terhadap belajar. Adanya keinginan yang tinggi terhadap penguasaan dan keterlibatan dengan kegiatan belajar. Adanya perasaan tertarik yang

Pada proses injeksi molding untuk pembuatan hendel terjadi beberapa kekurangan, pada proses pembuatannya diantaranya terjadinya banyak kerutan dan lipatan pada

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata