• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN POLA MULTIFAKTOR SIDIK JARI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TANJUNG GUSTA MEDAN DENGAN PRIA NORMAL DI LUAR LEMBAGA PEMASYARAKATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERBANDINGAN POLA MULTIFAKTOR SIDIK JARI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TANJUNG GUSTA MEDAN DENGAN PRIA NORMAL DI LUAR LEMBAGA PEMASYARAKATAN"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

PERBANDINGAN POLA MULTIFAKTOR SIDIK JARI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TANJUNG GUSTA MEDAN DENGAN

PRIA NORMAL DI LUAR LEMBAGA PEMASYARAKATAN

SKRIPSI

EVA BEATRICE 030805042

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

(2)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

PERBANDINGAN POLA MULTIFAKTOR SIDIK JARI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TANJUNG GUSTA MEDAN DENGAN

PRIA NORMAL DI LUAR LEMBAGA PEMASYARAKATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

EVA BEATRICE 030805042

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009

(3)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

PERNYATAAN

PERBANDINGAN POLA MULTIFAKTOR SIDIK JARI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TANJUNG GUSTA MEDAN DENGAN

PRIA NORMAL DI LUAR LEMBAGA PEMASYARAKATAN SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skrikpsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Maret 2009

EVA BEATRICE 030805042

(4)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

PERSETUJUAN

Judul : PERBANDINGAN POLA MULTIFAKTOR SIDIK JARI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARKATAN TANJUNG GUSTA MEDAN DENGAN PRIA NORMAL DI LUAR LEMBAGA PEMASYARA KATAN

Kategori : SKRIPSI

Nama : EVA BEATRICE Nomor Induk Mahasiswa : 030805042

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Diluluskan di Medan, Maret 2009 Komisi Pembimbing : Pembimbing II Pembimbing I

Masitta Tanjung, M.Si. Dr. Dwi Suryanto

NIP. 132282141 NIP. 132089421

Diketahui/ Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU

Dr. Dwi Suryanto NIP. 132089421

(5)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

PERNYATAAN

PERBANDINGAN POLA MULTIFAKTOR SIDIK JARI NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TANJUNG GUSTA MEDAN DENGAN

PRIA NORMAL DI LUAR LEMBAGA PEMASYARAKATAN

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skrikpsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Maret 2009

EVA BEATRICE 030805042

(6)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan kasih karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil penelitian ini dengan judul: “Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana di Lembaga Pemasyarkatan Tanjung Gusta Medan Dengan Masyarakat di Luar Lembaga Pemasyarakatan”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada; Bapak Dr. Dwi Suryanto dan Ibu Masitta Tanjung, M.Si selaku dosen pembimbing serta Ibu Dra. Nunuk Priyani, M.Sc, dan Bapak Drs. Kiki Nurtjahja,.M.Sc selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, saran serta waktu dalam penyelesaian skripsi ini. Bapak Prof.Ing. Ternala A Barus selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan selama perkuliahan. Bapak Sugihartoyo, BcIP. SH. M.Si selaku Kepala Divisi Pemasyarakatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan. Ketua dan Seketaris Departemen Biologi, Bapak Dr. Dwi Suryanto dan Ibu Dra. Nunuk Priyani, M.Sc serta seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Biologi. Ibu Nurhasni Muluk sebagai laboran dan analis dan Ibu Roslina Ginting dan Bang Erwin sebagai pegawai Administrasi Departemen Biologi. Bapak Dr. Eddy Malianto selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan.

Ucapan terima kasih penulis yang tak ternilai penulis sampaikan kepada kedua orangtua penulis: Ayahanda Berton Hutasoit (Alm) dan Ibunda Mesdiana Sihombing yang selalu mendoakan, mendidik, memberikan dorongan serta memberikan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan perkulihaan ini. Abang dan adik penulis: Tulus Frans Jimmy Hutasoit, S.T dan Meilan Anggelia Hutasoit yang telah memberikan doa dan kasih sayang kepada penulis.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada rekan-rekan Biologi stambuk 2003: Darwisah, Yuni, Franhot,. S.Si, Endang,. S.Si, Lusi,. S.Si, adik-adik penulis: Dian, Emmi, Lamra., Amd, Richardo, Ana, Rospita, Ika, Reni, Siska, Maria, Joseph, serta sahabat terbaik penulis yang selalu memberikan doa, perhatian, semangat serta kasih dan sayang selama penyelesaian perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada seluruh masyarakat dan narapidana yang telah bersedia memberikan sidik jarinya, beserta staf dan pegawai Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan yang telah membantu penulis saat melakukan penelitian. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

(7)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Penelitian mengenai Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan dengan Masyarakat di Luar Lembaga Pemasyarakatan, telah dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan dan Laboratorium Genetika FMIPA Universitas Sumatera Utara dari bulan November sampai dengan bulan Desember 2008. Data yang diperoleh dihitung persentase pola sidik jari untuk setiap sampel. Persentase pola sidik jari tersebut di analisis dengan menggunakan chi-square (x2). Dari data yang didapatkan terlihat bahwa persentase pola sidik jari antara kelompok normal (di luar Lembaga Pemasyarakatan) dan narapidana setiap strata berbeda, dimana kelompok persentase normal loop = 67%, whorl = 28.2%, arch = 4.8%, Narkoba; Loop = 60%, Whorl = 33%, Arch = 7%. Pencurian; Loop = 59%, Whorl = 31%, Arch = 10%. Pembunuhan;

Loop = 15%, Whorl = 20%, Arch = 30%. Pengujian secara statistika yaitu uji

chi-square menunjukan bahwa pola sidik jari kelompok normal, narkoba dan pencurian tidak berbeda, sedangkan pembunuhan sangat berbeda.

(8)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

ABSTRACT

The research of Multifactor Comparison Pattern of Prisoner Fingerprints between the prisoner of Tanjung Gusta Medan and Unprisoned, was done in Tanjung Gusta Medan and Genetic Laboratory FMIPA University of Sumatera Utara from November until December 2008. The data which was often from fingerprint percentage for each sample. The fingerprint percentage analyzed by using chi-square (x2). The result data show the fingerprint percentage of each level between normal group and the prisoners are different, that the percentage of normal group loop = 67%, whorl = 28.2%, arch = 4.8%, drugs; Loop = 60%, Whorl = 33%, Arch = 7%.Theft; Loop = 59%, Whorl = 31%, Arch = 10%, murder; Loop = 15%, Whorl = 20%, Arch = 30%. The statistica test, chi-square test shows that fingerprint of normal group for drugs and theft is not different while murder was different.

(9)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009 DARTAR ISI Halaman Persetujuan ii Pernyataan iii Penghargaan iv Abstrak v Abstrack vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix Daftar Gambar x Bab 1 Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Permasalahan 3 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Hipotesis Penelitian 3 1.5 Manfaat Penelitian 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka 4

2.1 Dermatoglifi 2.2 Variasi sidik jari 4

2.3 Kriminalitas dan Faktor Genetika 6

2.4 Hubungan Sidik Jari dan Kriminalitas 7

2.5 Pegunaan Sidik Jari Untuk Identitas Kriminalitas 8

2.6 Pegunaan Sidik Jari Untuk Identitas Calon Karyawan 9

2.7 Pegunaan Sidik Jari Untuk Kesehatan 9

2.8 Alat Untuk Pengdeteksian Sidik Jari dan Manfaat 10

Bab 3 Bahan dan Metoda 12

3.1 Waktu dan Tempat 12

3.2 Alat dan Bahan 12

3.3 Metoda Penelitian 12

3.4 Metoda Kerja 13

3.5 Analisis Data 13

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 15

4.1 Perbandingan Persentase Pola Sidik Jari Normal dan Narapidana Setiap Strata 15

4.2Perbandingan Persentase Pola Sidik Jari Setiap Strata 17

(10)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Daftar Pustaka 20

Lampiran A : Data Sidik Jari Kelompok Pria Normal ( di luar Lembaga

Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan) 23

Lampiran B : Data Sidik Jari di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung

Gusta Medan Klas IA. 24

Lampiran C : Data Sidik Jari di Lembaga Pemasyarakatan

Tanjung Gusta Medan Klas IIB. 25

Lampiran D : Pengambilan Sampel Sidik Jari 26 Lampiran E : Contoh Perhitungan Persentase Pola Sidik

Jari Untuk Kontrol, Klas IA dan Klas IIB 26

Lampiran F : Contoh Perhitungan Persentase Pola Sidik

Jari Untuk Kasus Narapidana 27

Lampiran G : Hasil Uji Chi-Kuadrat (X2) Persentase

Tipe Pola Sidik Jari Tangan 27

(11)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Perbandingan Persentase Pola Sidik Jari Pria Normal

dan Narapidana setiap strata 15

Tabel 4.2 Perbandingan Persentase Pola Sidik Jari Untuk Setiap

(12)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Pola Sidik Jari Arch, Pola Loop, Pola Whorl 5

(13)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem identifikasi atau tanda pengenal dapat diwujudkan dengan tandatangan atau dengan sidik jari. Sebelum manusia mengenal pendidikan atau pengetahuan tentang baca tulis, manusia selalu memakai sistem sidik jari sebagai tanda pengenalnya. Seiring berkembangnya zaman, maka sidik jari diubah menjadi tanda tangan, tetapi sistem tandatangan tidak aman untuk digunakan. Banyak orang yang meniru tandatangan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri dan merugikan orang lain, misalnya peniruan tandatangan untuk sertifikat-sertifikat penting dan lain-lain (Soekanto, 1986).

Sidik jari manusia merupakan salah satu contoh untuk mengetahui peranan poligen. Pola sidik jari setiap individu tidak memiliki kesamaan, walaupun terlahirkan secara kembar identik (Dewanto, 2005). Pola sidik jari baik pada jari di tangan kanan dan tangan kiri kadang-kadang tidak sama. Berdasarkan sistem Galton, sidik jari dapat dibedakan menjadi 3 pola dasar yaitu: bentuk lengkung atau “Arch” (A), bentuk sosok atau “loop” (L) dan bentuk lingkaran atau “Whorl” (W). Pada ujung jari-jari tangan setiap manusia terdapat garis-garis serta alur yang membentuk gambaran sidik jari. Perhitungan banyaknya rigi dilakukan mulai triradius sampai ke pusat dari pola sidik jari (Suryo, 1997).

Menurut teori evolusi, pola A berevolusi ke pola L dan terus berevolusi ke pola W. Pada manusia sekarang (Homo sapiens) sangat jarang di temukan orang yang memiliki banyak berpola A. Maka bila ditemukan pola A, dianggap saja pola L

(14)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

berperilaku kasar, kurang sopan santun, meskipun telah berpendidikan tinggi (Kastama, 2000).

Frekuensi kehadiran setiap pola sidik jari baik pola sidik jari loop, arch dan whorl tidak sama. Pada orang normal frekuensi kehadiran pola sidik jari untuk pola

loop lebih banyak daripada frekuensi kehadiran pola sidik jari whorl dan arch, inilah

yang sering digunakan para ahli untuk mengidentifikasi karakteristik sifat seseorang (Suryo, 2003).

Setiap kasus kriminalitas sidik jari merupakan hal yang terpenting dalam pemecahan sebuah kasus. Pengambilan sidik jari tersebut bertujuan untuk mengenal ciri-ciri khusus setiap orang, dimana ciri-ciri khusus tersebut hanya dimiliki satu individu dan tidak ada seorang pun yang memiliki kesamaaan secara persis dengan orang lain. Salah satu dari kekhususan tersebut adalah garis dan guratan ujung jari telunjuk masing-masing orang. Guratan tersebut menunjukan bahwa tidak ada orang lain yang memiliki sidik jari yang sama (Haris, 2008).

Pada tahun 1970, Henry Fauld seorang ahli anatomi manusia mengatakan bahwa pola yang ada di bagian bawah jari tangan merupakan hal yang penting dalam mengidentifikasi dan menyelidiki tindak kejahatan. Dua belas tahun kemudian (1982), Francis Galton mempublikasikan buku yang berjudul “finger print”, dan sejak saat itu pola sidik jari banyak digunakan dalam dunia kepolisian. Pola ini dimanfaatkan seorang petugas dalam mencari sidik jari di TKP maupun di benda-benda yang berhasil dikumpulkan. Saat ini sidik jari banyak digunakan sebagai petunjuk dalam penanganan kasus-kasus tindak kejahatan dan kriminal (Elvyandri, 2008).

Sidik jari merupakan poligen, dimana sekali terbentuk maka akan tetap untuk selamanya, tidak akan berubah oleh apapun kecuali apabila terjadi kerusakan pada jari tangan seperti kebakaran (Kimura, 1994). Sidik jari banyak digunakan para ahli untuk menyelidiki tentang penyakit gen, ataupun terhadap perilaku seseorang (Rafiah, 1990). Seorang mantan narapidana sering dikucilkan dari masyarakat setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan. Tidak sedikit orang yang ketakutan apabila seorang

(15)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

mantan narapidana kembali ke masyarakat untuk hidup normal. Tidak banyak pula lapangan pekerjaan untuk mantan narapidana. Masyarakat menganggap bahwa mantan narapidana tidak begitu mudah untuk mengubah cara hidupnya, hal ini disebabkan karena gen yang melekat tidak akan berubah. Masyarakat sering menganggap bahwa sifat seorang mantan narapidana yang kurang sopan, dan kasar akan selalu melekat dalam dirinya (Suryanto, 2008).

1.2 Permasalahan

Pola sidik jari setiap orang berbeda. Penyelidikan tentang kriminalitas sering menggunakan sidik jari. Sidik jari merupakan salah satu peranan genetis, sehingga perwarisan sifat seseorang dapat terlihat dari sidik jarinya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian guna melihat kecenderungan pola sidik jari tertentu pada narapidana.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pola sidik jari dan menghitung jumlah setiap pola sidik jari di narapidana Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan (LP Pria/Klas IA, LP

Anak/Klas IIB) dan pria normal di luar Lembaga Pemasyarakatan.

b. Untuk membandingkan pola sidik jari narapidana tiap strata dan pria normal di luar Lembaga Pemasyarakatan.

c. Untuk mengetahui, menghitung, dan membandingkan pola sidik jari untuk setiap strata tindak kriminal.

1.4 Hipotesis

Ada kecenderungan pola sidik jari tertentu pelaku tindak kejahatan.

(16)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu sumber data untuk penyelidikan tindak pelaku kejahatan.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dermatoglifi

Dermatoglifi adalah ilmu tentang bentuk atau pola sidik jari. Penelitian tentang sidik jari telah dilakukan sejak 200 tahun lalu. Sidik jari mempunyai bentuk yang tetap, tidak akan mengalami perubahan dan berbeda antara individu yang satu dengan yang lain (Nurlchaq, 2008).

Dermatoglifi diturunkan secara poligenik. Sekali suatu pola dermatoglifi telah terbentuk, maka pola itu tetap selamanya, tidak dipengaruhi oleh umur, pertumbuhan dan perubahan lingkungan. Pola dasar dermatoglifi manusia semuanya berpola loop

ulnar, tetapi ada tujuh gen lain yang turut berperan sehingga terjadi variasi pola

dermatoglifi. Dermatoglifi sangat kuat ditentukan secara genetik tapi selama periode kritis, dermatoglifi dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan prenatal (Hall and Kimura, 1994).

Menurut Yustina (2008), sidik jari pada telapak tangan (dermatoglifi) dapat menjadi patokan beberapa penyakit turunan. Dermatoglifi merupakan gambaran tentang sulur dan alur pada ujung jari dan telapak tangan serta ujung jari dan telapak kaki. Gambaran ini khusus sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu identifikasi. Dermatoglifi diyakini memiliki pautan dengan beberapa penyakit dan karakteristik lain yang diturunkan (Triana, 2003).

(17)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009 2.2 Variasi Sidik Jari

Menurut Suryo (1997), bentuk sidik jari terbagi atas 3 bagian dasar: a. Pola arch atau lengkung

Pola ini sering dinamakan pola A, initial dari Arch. Bentuknya melengkung, melin- tang terhadap arah jari (Gambar 1). Bentuk sidik jari ini merupakan bentuk yang paling sederhana, tidak mempunyai triradius sehingga tidak dapat dilakukan perhitungan rigi. Pola ini memiliki frekuensi kehadiran hanya 5%, bahkan tidak semua individu memiliki pola ini. Menurut Soma (2002), adan dua macam pola arch yaitu

plain arch dan tented arch.

b. Pola Loop atau Pola Sinus

Bentuknya seperti tali untuk menjerat, mulai dari pinggir menuju ke tengah, balik lagi ke pinggir, terbuka kearah kiri atau kanan jari (Gambar 1). Ciri utama pola ini adalah terdapat satu triple-as yakni satu titik dengan tiga sumbu. Menurut Soma (2002), pola loop dapat dibedakan atas 2 yaitu:

- Loop Radial yaitu pola ini jika bagian yang terbuka dari bentuk sosok menuju ke arah ujung jari.

- Loop Ulnar yaitu pola ini jika bagian yang terbuka itu menuju ke pangkal jari. Bentuk loop kira-kira 65%-70% terdapat pada setiap individu. Bentuk loop ini sering ditemukan pada sidik jari. Frekuensi kehadiran yang sering ditemukan membuat bentuk loop lebih banyak dikenal daripada bentuk yang lainnya.

c. Pola Whorl atau Pusaran

Bentuk pola ini seperti pusaran air, terdapat pusat di tengah, melingkar, makin lebar makin ke pinggir (Gambar 1). Ciri utama adalah terdapat dua tripel-as yakni dua buah titik yang masing-masing dengan tiga sumbu. Frekuensi kehadiran pola ini 25%-30%.

(18)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Pola Acrh Pola Loop Pola Whorl Gambar 1. Pola Sidik Jari (A) Arch, (B) Loop, (C) Whrol

Klasifikasi dari bentuk sidik jari didasarkan atas banyaknya triradius, yaitu titik-titik dari mana rigi-rigi menuju tiga arah dengan sudut kira-kira 120 derajat. Untuk mendapatkan jumlah perhitungan rigi, rigi dari kesepuluh jari dijumlahkan. Pada wanita normal 144. Dalton mengemukakan bahwa pola sidik jari tangan telapak tangan dan telapak kaki mempunyai hubungan erat dengan berbagai macam penyakit keturunan dan sifat seseorang. Lebih dari setengah jumlah anak-anak penderita Sindroma Down mempunyai garis pada telapak tangan seperti kepunyaan kera dan banyak yang mempunyai sidik jari bentuk lingkaran atau sosok dan whorl (Suryo, 1997).

Menurut Kastama (2000), karakteristik sifat individu yang mempunyai sidik jari 100% pola whorl dan 100% pola loop:

- Individu yang memiliki pola sidik jari 100% whorl memilikil karakteristik individu ini cenderung bangga akan harga diri. Suka berterus terang dan berhati terbuka. - Individu yang memiliki pola sidik jari 100% loop memiliki karakteristik individu

seperti ini tidak pernah boros dan cukup ekonomis. Hidup secara normal, serta puas dalam keadaan biasa saja.

2.3 Kriminalitas dan Faktor Genetika

Setiap individu memiliki sifat turunan atau sifat warisan dari kedua orangtuanya karena individu berasal dari sel kelamin kedua orangtua. Kecenderungan watak seseorang yang secara biologi ditentukan atau tergantung oleh faktor-faktor keturunan. Penelitian-penelitian yang sering dilakukan oleh para ahli didapatkan bahwa apabila

(19)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

seseorang memiliki sifat kasar, tidak sopan atau melakukan tindak kejahatan maka sifat itu 50% akan terwariskan kepada turunannya (Santoso, 2001).

Seluruh pembawaan keturunan tidak diwariskan tanpa perubahan-perubahan dari satu generasi ke generasi. Individu yang baru berasal dari gabungan gen-gen yang berasal dari kedua orangtuanya. Sifat turunan yang dibawa dari kedua orang tua tidak semuanya terekspresikan. Sifat itu juga dapat tidak kelihatan karena hanya sebagai sifat yang resesif. Sifat itu akan kembali kelihatan apabila digabungkan dengan sifat yang sama sehingga sifat tersebut menjadi homozigot (Suryo, 2003).

2.4 Hubungan Sidik Jari dan Kriminalitas

Sidik jari dan kriminalitas adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Dalam setiap kasus kriminalitas sidik jari merupakan hal yang terpenting. Pengambilan sidik jari dalam kasus kriminalitas adalah hal utama yang dilakukan untuk penyelesaian sebuah kasus. Sidik jari adalah tanda beberapa rangkaian garis yang ada pada bagian dalam di bagian tangan manusia. Kulit pada telapak tangan dan telapak kaki manusia tertutup garis-garis timbul kecil yang disebut rabung gesekan (friction ridges). Jika memegang suatu benda, keringat minyak, dan asam amino yang berada di atas kulit, akan meninggalkan pola yang khas pada benda yang terpegang (Elvyandri, 2008).

Pola sidik jari terbentuk ketika manusia masih di dalam rahim. Menurut Cummins dalam Nurulhaq (2008), bahwa sidik jari manusia terbentuk sejak usia 13 minggu dalam kandungan dan menjadi lengkap pada usia kandungan 24 minggu. Perkembangan sidik jari ini berhubungan atau sejalan dengan perkembangan sel-sel otak manusia. Gangguan proliferasi sel epitel epidermis, tekanan pada kulit, gangguan pertumbuhan pembuluh darah perifer dan saraf perifer, kekurangan pasokan oksigen, gangguan proses keratinisasi saat pertumbuhan embrio mempengaruhi variasi sidik jari. Gangguan-gangguan tersebut akan sangat nyata pengaruhnya pada kehamilan sebelum berumur 19 minggu (Cheryl et al., (1994). Menurut Quazi et al., (1980) menyatakan alkohol yang dikomsumsi seorang ibu yang sedang mengandung dapat mempengaruhi sidik jari anaknya. Menurut Weda (1960), identitas setiap manusia

(20)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

tersebut terbentuk di bawah lapisan kulit yang disebut dermal papilae. Selama lapisan ini masih berada di kulit, sidik jari akan selalu ada, walaupun sehabis terluka atau terbakar. Setiap orang mempunyai pola sidik jari yang bersifat khusus sehingga berbeda satu sama lain. Dalam pemeriksaan identitas sebuah kasus kriminalitas apabila tubuh belum hancur maka pemeriksaan DNA tidak perlu dilakukan.

Pola sidik jari yang dimiliki setiap individu berbeda. Bukan hanya itu, sidik jari yang dimiliki individu setiap jari juga berbeda antara sidik jari ibu jari, telunjuk, jari tengah, jari manis, dan kelingking. Oleh Karena itu sidik jari dapat dijadikan sebagai identitas seseorang (http://www. Artha profitech. com/ v02/ ind / fingerprint _ cience.pdf. Diakses tanggal 2 Febuari 2008).

2.5 Kegunaan Sidik Jari untuk Identitas Kriminalitas

Sidik jari merupakan hal yang penting dalam sebuah kasus kriminalitas. Setiap kasus kriminalitas baik pembunuhan, pencurian atau tindak kekerasan yang lain, sidik jari merupakan hal yang terpenting untuk penyelesaian kasus. Sifat individual dari sidik jari ini dapat dijadikan sebuah bukti atau fakta yang akurat dan jelas, karena tidak ada dua indvidu yang memiliki pola sidik jari yang sama meskipun terlahirkan secara kembar identik. Pemeriksaan sidik jari pada sebuah kasus kriminalitas dianggap sudah cukup tanpa adanya pemeriksaan DNA dengan satu syarat sidik jari yang dimiliki masih utuh dengan kata lain sidik jari tidak rusak (Weda, 1960).

Pada tahun 1970, Henry Fauld seorang ahli anatomi manusia mengatakan bahwa pola yang ada di bagian bawah jari tangan merupakan hal yang penting dalam mengidentifikasi dan menyelidiki tindak kejahatan. Dua belas tahun kemudian (1982), Francis Galton mempublikasikan buku yang berjudul “finger print”, dan sejak saat itu pola sidik jari banyak digunakan dalam dunia kepolisian. Pola ini dimanfaatkan seorang petugas dalam mencari sidik jari di TKP maupun di benda-benda yang berhasil dikumpulkan. Saat ini sidik jari banyak digunakan sebagai petunjuk dalam penanganan kasus-kasus tindak kejahatan dan kriminal (Elvyandri, 2008).

(21)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Sidik jari dapat digunakan sebagai sistem identifikasi. Sidik jari telah terbukti cukup akurat, aman, mudah dan nyaman untuk dipakai identifikasi bila dibandingkan dengan sistem biometrik seperti retina mata atau DNA untuk penyelidikan sebuah kasus kriminalitas. Menurut ://www.arthaprofitech.com/v02/ind/fingerprintcience.pdf. Diakses tanggal 2 Februari 2008, sifat yang dimiliki oleh sidik jari antara lain:

a. Perennial nature, yaitu guratan-guratan pada sidik jari yang melekat pada kulit manusia seumur hidup.

b. Immutability, yaitu sidik jari seseorang tidak akan pernah berubah, kecuali mendapatkan kecelakaan yang serius.

c. Individuality, yaitu pola sidik jari adalah unik dan berbeda untuk setiap orang.

Menuruthttp://www.arthaprofitech.com/v02/ind/fingerprintcience.pdf diakses ta nggal 2 Februari 2008, dari ketiga sifat di atas, sidik jari dapat digunakan sebagai sistem identifikasi yang dapat digunakan dalam aplikasi teknologi informasi seperti: a. Acces System Security, yaitu akses untuk masuk ke suatu area atau ruangan

tertentu yang terlarang.

b. Authentification System, yaitu akses data yang sifatnya rahasia dan terbatas.

2.6 Penggunaan Sidik Jari Untuk Identitas Calon Karyawan

Meskipun lebih popular untuk melacak pelaku kejahatan, alat pendeteksi sidik jari ini ternyata juga digunakan untuk mengetahui latar belakang seorang calon pekerja. Sejak tahun 1970-an, beberapa perusahaan sedikitnya di suatu negara dunia sudah menggunakan teknologi ini. Efisiensi menjadi dasar penggunaan sistem identifikasi sidik jari di perusahaan-perusahaan. Data tentang sidik jari seorang karyawan dapat disimpan menggunakan alat pendekteksi sidik jari seperti penggunaan komputer untuk menyimpan data sidik jari dapat menghemat waktu, tenaga sekaligus menjamin keamanan (Kosz,1992).

(22)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

2.7 Penggunaan Sidik Jari Untuk Kesehatan

Kelainan-kelainan yang dapat mempengaruhi dermatoglifi antara lain trisomi 13, trisomi 18, trisomi 21 (Sindrom down), monosomi kromosom X (Sindrom Turner), polisomi kromosom X (Sindrom Klinefelter, polisomi kromosom Y (Sindrom cry-du-cat) (Thompson and Thompson, 1991). Menurut Rafi’ah (1990), mendapatkan adanya perbedaan jumlah sulur dermatoglifi yang lebih banyak pada kelompok sarjana dan yang bukan sarjana. Menurut Inmar (2006), pola dermatoglifi dapat dilihat pada penyakit genetis yaitu hipertensi dimana jumlah whorl lebih banyak daripada orang normal, dan dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada pola dermatoglifi dapat diketahui penyakit yang disebabkan oleh faktor genetis.

2.8 Alat Untuk Pendeteksian Sidik Jari dan Manfaat

Menurut http: www. Cert .or.id/-budi/ courses /e195/projects/ reportelva .pdf diakses tanggal 3 Maret 2008, alat untuk pengdeteksian terdiri atas.

a. Cara Manual yaitu pengambilan sidik jari dengan tinta di atas kartu atau kertas.

Cara manual sangat mudah untuk dilakukan. Biasanya pengambilan sidik jari secara manual dilakukan untuk hal-hal sederhana seperti sidik jari untuk ijasah. Tetapi kelemahan cara manual ini adalah data tidak dapat tersimpan dengan baik.

b. Lem Sianoakrilat yaitu lem sianoakrilat digunakan untuk mengidentikasi sidik jari

dengan cara mengoleskannya pada permukaan benda aluminium di dalam wadah tertutup. Dalam wadah tertutup tersebut diletakkan permukaan benda yang mengan dung sidik jari, kemudian ditutup rapat wadah tersebut. Sianoakrilat bersifat mudah menguap sehingga uapnya akan menempel pada permukaan benda berminyak yang mengandung sidik jari.

Selain menggunakan lem sianoakrilat, zat kimia lainnya yang dapat digunakan adalah perak nitrat. Jika perak nitrat dicampukan dengan natrium klorida, akan

(23)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

menghasilkan natrium nitrat yang larut dan endapan perak klorida. Keringat dari pelaku mengandung garam dapur (natrium klorida, NaCl) yang dikeluarkan melalui pori-pori kulit. Kemudian larutan perak nitrat disemprotkan ke permukaan benda akan kering dan perak nitrat terlihat. Kemudian sinar terang sinar atau ultraviolet yang disorotkan ke permukaan benda yang mengandung sidik jari dan mengandung perak nitrat. Kelemahan cara seperti ini adalah warna yang dihasilkan tidak bertahan lama, oleh karena itu harus segera dipotret agar dapat didokumentasikan (http :// www arthaprofitech.com/v02/ind/fingerprint_cience.pdf. Diakses tanggal 2 Februari 2008).

Menurut Pandjaitan (2000), beberapa tahapan proses pengenalan sidik jari adalah sebagai berikut:

a. Pola sidik jari dirubah ke dalam bentuk numerik dengan cara system capturing sehingga dapat diproses dengan computer.

b. Pola yang sudah dihilangkan, dilakukan proses binerasi yaitu 1 (hitam) dan 0 (putih).

c. Proses ekstraksi feature dan sidik jari yang akan digunakan pada proses Jaringan Saraf Tiriuan. Proses identifikasi dan atau pengenalan menggunakan Jaringan Saaf Tiruan (JST).

c. Secure F-1 Smart Office Profesional Edition

Sistem identifikasi ini telah banyak dipakai baik dalam dunia pengetahuan, aparat keamanan dan perusahaan-perusahaan. Bukti kehadiran karyawan (absensi) dapat menggunakan alat ini. Alat ini sangat membantu divisi Sumber Daya Manusia untuk mengevaluasi kinerja para karyawan. Alat ini dikenal juga oleh nasabah perbankan.

Penggunaan sistem identifikasi ini juga digunakan pada dunia otomotif untuk sistem kunci, pengaksesan sistem komputer. Penggunaan sistem ini bermanfaat dalam keamanan data yang telah tersimpan. Sistem ini mengakibatkan sistem sidik jari secara manual tidak terpakai lagi. Selain praktis sistem ini lebih aman (Kosz, 1992).

(24)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB 3

METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008 sampai bulan Desember 2008. Sampel yang digunakan adalah data sidik jari narapidana dan sidik jari masyarakat di luar Lembaga Pemasyarakatan. Pengambilan sampel (sidik jari para narapidana dila kukan di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan (LP Pria/Klas IA,LP Anak/Klas IIB) dan di luar Lembaga Pemasyarakatan. Data yang didapatkan dianalisis di Laboratorium Genetika Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Penge tahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah: tinta stempel, bantalan stempel, kertas putih, lup, penggaris, lem kertas, gunting dan kalkulator.

(25)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sepuluh jari tangan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan dan sepuluh jari tangan masyarakat di Luar Lembaga Pemasyarakatan. Jumlah sidik jari yang akan digunakan berasal dari 50 narapidana dari Klas IA, 50 narapidana dari Klas IIB, 50 orang kelompok Pria normal (di luar Lembaga Pemasyarakatan).

3.3 Metoda Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan Metoda Acak Berstrata (Stratified Random Sampling) untuk narapidana dan Acak Sederhana (Simple Random Sampling) untuk kelompok normal (di luar narapidana). Sidik jari yang akan diperoleh dari narapidana dan kelompok normal di luar Lembaga Pemasyarakatan dipilih secara acak (Singarimbun, 1995).

3.4 Metoda Kerja

Narapidana yang berada di masing-masing lembaga pemasyarakatan dikelompokkan sesuai dengan kasus yang dilakukan masing-masing. Jari-jari tangan terlebih dahulu dibersihkan sebelum dilakukan pengambilan sidik jari, jari-jari tersebut dapat dibersihkan menggunakan air atau alkohol untuk membersihkan jari-jari tersebut dari debu atau kotoran lainnya, supaya pola sidik jari tersebut dapat terlihat dengan jelas. Pengambilan sidik jari dengan cara narapidana meletakkan jari tangan pada bantalan stempel (dilakukakan sampai selesai kesepuluh jari tangan), kemudian ditempelkan di atas kertas putih sehingga terbentuk cap jari. Sidik jarinya ditentukan polanya dan dihitung jumlah rigi-riginya. Kelompok normal (Pria di luar Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan) dilakukan hal yang sama.

3.5 Analisis Data

(26)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Menurut Suryo (2003), dari pola sidik jari yang telah didapatkan, dapat dilakukan perhitungan persentase untuk masing-masing pola sidik jari tersebut dengan rumus sebagai berikut: a. %loop = x100% jari sidik n keseluruha jumlah loop n keseluruha jumlah b.%arch = x100% jari sidik n keseluruha jumlah arch n keseluruha jumlah c.%whorl = x100% jari sidik n keseluruha jumlah whorl n keseluruha jumlah b. Uji Chi-square (X2)

Setelah didapatkan persentase pola sidik jari, menurut Dalton dalam Suryo (2003) data yang didapatkan dapat diuji Chi-square untuk melihat baik ataupun buruk data yang didapatkan. Rumus pengujian secara chi-square dapat dilakukan sebagai berikut: X2 =

e d2 Keterangan: X2 = Uji Chi-square d = deviasi e = harapan

(27)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Frekuensi Tipe Pola Sidik Jari

4.1 Pola Sidik Jari Normal dan Narapidana Setiap Strata

Persentase Tipe Pola Sidik Jari dapat dihitung dengan menggunakan perhitungan yang membandingkan jumlah setiap pola sidik jari dengan jumlah keseluruhan sidik jari. Data perhitungan persentase sidik jari kelompok pria normal (di luar narapidana) dan sidik jari narapidana setiap strata dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Perbandingan Persentase Pola Sidik Jari Pria Normal dan Narapidana Setiap Strata

Kelompok n*

Loop Whorl Arch

n % n % n % Normal 500 335 67 141 28,2 24 4,8 Narkoba 621 373 60 208 33 40 7 Pencurian 349 205 59 108 31 36 10 Pembunuhan 30 15 50 6 20 9 30 Keterangan:

n* = jumlah keseluruhan sidik jari n = jumlah tiap pola sidik jari

Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa persentase normal loop = 67%, whorl = 28.2%,

arch = 4.8%, Narkoba; Loop = 60%, Whorl = 33%, Arch = 7%. Pencurian; Loop =

59%, Whorl = 31%, Arch = 10%. Pembunuhan; Loop = 15%, Whorl = 20%, Arch = 30%. Dari data di atas bahwa dapat dilihat bahwa persentase untuk setiap pola sidik jari berbeda. Perbedaan yang sangat jelas adalah persentase untuk pola arch, dimana persentase pola arch yang terbesar pada Pembunuhan yaitu sebesar 30% dan paling

(28)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

rendah adalah pada persentase arch pada kelompok normal (diluar Lembaga Pemasyarakatan) yaitu sebesar 4.8%.

Dermatoglifi (sidik jari) bersifat khas dan berbeda pada tiap individu banyak digunakan sebagai alat identitas. Variasi pola dermatoglifi suatu spesies berbeda dengan spesies yang lain dan menunjukkan kekhasan pada spesies tersebut. Dermatoglilfi banyak digunakan untuk melihat hubungan kekerabatan antar kelompok masyarakat yang terisolasi baik secara geografis maupun budaya. Sidik jari dipakai sebagai penanda bagaimana seseorang mengelolah informasi yang terkait dengan karakter emosionalnya (Holtzman, 2000).

Pola sidik jari untuk manusia normal memiliki frekuensi pola arch kurang dari 5%, bahkan tidak setiap individu yang memiliki pola arch, pola loop = 65-75%, pola

whorl = 25-30% (Suryo, 1997). Berbeda dengan penderita sindrom Down, menurut

Dalton (dalam buku Suryo, 2003), bahwa lebih dari setengah jumlah anak penderita sindrom Down mempunyai semua sidik jari bentuk whorl atau lingkaran. Menurut Kastama (2000), apabila seseorang yang memiliki pola arch yang banyak dalam sidik jarinya cenderung individu tersebut memiliki watak yang keras, kurang sopan santun, menemukan lebih banyak pola arch pada mantan narapidana, satpam dan mantan polisi. Penelitian yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan mengamati bahwa rata-rata sifat narapidana kurang sopan santun, bertubuh tegap, berotot dan berwatak keras (Kastama, 2000). Menurut Stephan (1986), orang normal memiliki perkembangan yang seimbang sehingga kepri badiannya menjadi normal, dan apabila perkembangannya imbalance (tidak seimbang), maka akan menjadi problem kepribadiannya.

Menurut Suryadi (1993), menemukan bahwa frekuensi tertinggi tipe pola sidik jari tangan kelompok umum dan mahasiswa adalah tipe loop ulna. Menurut Rafiah (1990), mendapatkan pola loop lebih banyak pada kelompok sarjana dengan yang bukan sarjana. Perbedaan pola sidik jari juga dapat untuk melihat penyakit genetis. Menurut Meier et al., (1993), Cerly et al., (1994), Makol et al., (1994) menemukan frekuensi pola sidik jari yang berbeda nyata antara pria infertil dengan pria normal.

(29)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Orang yang menderita cystic fibrosis juga mempunyai karakter sidik jari yang khas dan berbeda dengan orang yang normal (Kobyliansky et al., 1999). Persentase pola sidik jari anak-anak yang mengalami keterbelakangan perkembangan mental berbeda nyata dengan anak-anak yang normal (Naugler and Ludman, 1996).

Berdasarkan pengujian chi-square (x2) (Lampiran G, hal 27), bahwa data persentase pola sidik jari yang didapatkan pada kelompok normal dan pencurian tidak berbeda nyata, sedangkan persentase sidik jari narkoba dan pembunuhan berbeda nyata dari normal.

4.2 Pola Sidik Jari Setiap Strata Kriminalitas

Perhitungan persentase pola sidik jari untuk setiap strata kriminalitas dapat dihitung dengan membandingkan jumlah setiap pola sidik jari dengan jumlah keseluruhan sidik jari setiap strata kriminalitas. Data persentase pola sidik jari setiap strata dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Perbandingan Persentase Pola Sidik Jari Untuk Setiap Strata Kriminalitas

Kelompok n* loop Whorl Arch

n % n % n %

Narkoba 621 373 60 208 33 40 7

Pencurian 349 205 59 108 31 36 10

Pembunuhan 30 15 50 6 20 9 30

Keterangan:

n* = jumlah keseluruhan sidik jari n = jumlah tiap pola sidik jari

Berdasarkan data yang terdapat pada Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa persentase pola sidik jari Narkoba; Loop = 60%, Whorl = 33%, Arch = 7%. Pencurian; Loop = 59%, Whorl = 31%, Arch = 10%. Pembunuhan; Loop = 15%, Whorl = 20%, Arch = 30%. Dari data di atas dapat dilihat bahwa persentase untuk pola arch lebih tinggi di Pembunuhan daripada Pencurian dan Narkoba.

(30)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Dari data Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa persentase arch narkoba lebih kecil dari pada kasus lainnya yaitu sebesar 7%. Pada dasarnya para pengguna narkotika bukan sebagai pribadi yang tempramental (egois, kasar), berbeda dengan pembunuh yang justru memiliki sifat dasar pemberani, kasar, dan egois. Narkotika adalah suatu obat penenang, bagi kalangan medis /kedokteran, narkotika digunakan sebagai obat bius yang mengurangi rasa sakit. Bagi masyarakat yang menggunakan narkotika, mereka menggunakan obat tersebut sebagai penenang dari masalah-masalah yang mereka hadapi.(http://anak ciremai.blogspot .com/ 2008/07/makalah-psikologi-tentang.htm, diakses tanggal 30 Desember 2008l). Menurut Suryanto (2008), ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang mengkomsumsi narkoba; pergaulan yang tidak baik, kurang perhatian dari orang sekeliling, ancaman, contoh dari orangtua, bawaan/keturunan.

Membunuh merupakan suatu sifat yang berasal dari kurangnya pengendalian diri, menahan emosi, sikap menang diri sendiri sehingga dapat berbuat suatu tindakan yang anarkis dan tidak mengalah sehingga dapat berbuat menghilangkan nyawa seseorang yang dianggap sebagai lawannya. Pembunuh menurut beberapa ahli psikologi merupakan suatu penyakit psikopat, dimana penyimpangan perilaku tersebut adalah sikap egois, tidak pernah mengakui kesalahan, bahkan mengulangi kesalahan, tidak memiliki empati dan tidak mempunyai hati nurani (Suryanto, 2008).

Menurut perhitungan chi-square (Lampiran G, hal 27), bahwa dari data yang didapatkan X2 >0.05 (pada tabel chi-square/ Lampiran H, hal 28), sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang terdapat di kelompok Narkoba dan Pembunuhan yang memiliki data yang signifikan, sedangkan pada kelompok Pencurian data tidak signifikan, karena memiliki X2 <0.05 (pada tabel chi-square/ Lampiran G hal 27),. Penyimpangan data yang diperoleh dapat disebabkan oleh adanya faktor lain di luar faktor kemungkinan (Suryo, 2003).

Teori tentang kepribadian menyatakan bahwa sifat atau karakteristik kepribadian tertentu berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan tindakan kriminal. Dari penelitian yang dilakukan tindakan kriminal adalah bukan

(31)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

hanya dari perwarisan genetik saja melainkan dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan seperti rendah kemampuan mengontrol diri, orang yang cenderung pemberani, dominasi yang sangat kuat, power yang lebih (Suryanto, 2008).

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Klas IA dan Klas IIB, serta di luar Lembaga Pemasyarakatan didapatkan:

a. Persentase pola sidik jari pada narapidana strata pembunuhan pola arch lebih besar pada daripada persentase pola sidik jari arch untuk kelompok pria normal (luar narapidana) dan narapidana strata narkoba dan pencurian.

b. Persentase pola sidik jari setiap strata berbeda, untuk strata pencurian dan pembunuhan persentase arch lebih besar daripada narkoba.

c. Semakin banyak jumlah pola arch pada pola sidik jari tangan, maka semakin besar kemungkinan melakukan tindakan kriminalitas.

5.2. Saran

Untuk menyempurnakan penelitian ini diharapkan agar dapat dilakukan penelitian sidik jari lanjutan di Lembaga Pemasyarakatan lainnya, dan menambah jumlah sampel kontrolnya.

(32)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Budi. 2008. Projects. http://www.cert.or.id/~budi/courses/el695/projects/report-elva.pdf.

Cheryl, S.J., P.L. Jamison, and R.J. Meier. 1994. Effect Of Prenatal Testosteron Administration On palmar Dermatoglyphic Intercore Ridge Count Of Rhesus Monkeys (Macaca mulatta). Journal of Physic Anthrop (9):(4). 409 - 449. Buturovic, L. J. dan Citkusev. L. 1992. Back Propagation and Forward Propagation.

International Joint Conference On Neural Networks. hlm. 12-15.

Dewanto, S. 2005. Penerapan Yuzzy Logic Pada Identifikasi Sidik Jari. Laporan Penelitian. Jurnal TK. hlm. 21-35.

Elvyandri. 2008. Sistem Keamanan Akses Menggunakan Pola Sidik Jari Berbasis Jaringan Saraf Tiruan. hlm. 4-6.

Gilles, B. dan Assotciated students: Julien. Alexander . Recognition of Figerprints. Hall, J.A.Y., and Kimura. 1994. Dermatoglyphic Asymmetry and Orientation In Men.

Behavioural Neuriscience. (2):(2). 123-128.

Haris. B. Implementasi Keamanan Menggunakan Sidik Jari Untuk Perangkat Lunak Perbankan Menggunakan Sybase Power Builder. http :// harisbudiman. multi ply .com.

Inmar. R. 2008. Pola Dermatoglifi Pada Ujung Jari Dan Tapak Tangan Penderita Hipertensi Esensial Orang Dewasa Indonesia. Department of Amtomy. Jakarta: YARSI

Kosz. 1992. New Numerical Methods of Fingerprints Recognition Based On

Mathematical Description of Dermatoglyphics and Creation of Minutia.

OPTEL.hlm. 87-90.

Kastama, E. 2000. Variasi Perilaku Manusia Menurut Sidik Jarinya. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.hlm. 1-5.

(33)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Makol, N., G. Kshatriya, and S. Basu. 1994. Study On Finger And Palmar Dermatoglyphics In Primary Infertile Males. Anthrop. Anz. Stutgart Journal

(5):(2). 59 - 65.

Mustofa, S. 2007. Dermatoglifi Pola Sidik Jari, Sulur Epidermal. Widya: Majalah

Ilmiah. 24: 8-14.

Naugler, C.T., and M.D. Ludman. 1996. A Case Control Study Of Fluctuating Dermatoglyphic Asymmetry As A risk Marker For Developmental Mental Delay. Am J Med Genet 66 (1): 11-14.

Nurulchaq. N. 2008. Dermatogliphy Multiple Intelegence. Primagama: Yogyakarta. hlm.25-30.

Pandjaitan, L. 2000. Pengembangan Metode Pemodelan Pola Tingkah Laku Berbasis

Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Dengan Bobot Awal Deterministic Untuk Sistem Dinamik. Bandung: Penerbit ITB. hlm. 21-23.

Quazi, K.H., A. Masakawa, B. McGrann, and J. Wood. 1980. Dermatoglyphic In The Fetal Alcohol Syndrome. Teratology 21: 157 - 160.

Rafi’ah, R.S. 1990. Dermatoglifik: Tipe Pola dan Jumlah Sulur Ujung Jari Tangan Beberapa Strata Pendidikan Masyarakat Indonesia. Majalah Kedokteran

Indonesia. (2):(1). 198-201

Sahetapy, J. 1992. Teori Kriminologi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES.

Soekanto. 1986. Kriminologi Suatu Pengantar. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Social Security Numbers. Fingerprinting. Databases and Government Tracking. Laws. Cases. Supporting Documents: Issues of National Interst.

Soma, I. G. 2002. Dermatoglifik Sebagai Alat Diagnosa. Jurnal Veteriner (3):(2). 25-28.

Stephan, H. 1986. Kriminologi. Terjemahan Moeljatno. Jakarta: Bina Aksara.

Suryanto. 2008. Perilaku Pelaku Kriminal Ditinjau Dari Aspek Psikologi. http://suryanto.blog.unair.ac.id.

Suryo. 1997. Genetika. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

(34)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Thomson & Thomson. 1991. Genetic In Medicine. 5th edition. Philadelpia, London: WB Sounders Company.

Triana, E. 2003. Dermatoglifi Ujung Jari Tangan Berdasarkan Golongan Darah

Sistem ABO. LIPI: Jakarta.

Weda. 1960. Kriminologi. Jakarta: Rajawali Press. Yatim. 1991. Genetika. Bandung: Tarsito.

Yustina, S. 2008. Cap Jempol Untuk Si sumbing. http://www. tempo. com/ mbm tempo/2008/23/9 cez.htm.

Anak Ciremai. 2008. Makalah tentang Psikologi. http://anak ciremai.blogspot .com. http://www.arthaprofitech.com/v02/ind/fingerprint_cience.pdf. Diakses tanggal 2

Februari 2008.

http://vlsm.org/fusilkom-ui/fusilkom-91-s191abs.html. Diakses tanggal 2 Februari 2008.

(35)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Lampiran A. Data Sidik Jari Kelompok Pria Normal (di luar Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan)

NO

Tipe Sidik Jari

Jumlah Rigi

Loop Whorl Arch

1 8 2 - 127 2 8 2 - 168 3 4 6 - 160 4 8 2 - 147 5 10 - - 135 6 5 5 - 149 7 3 7 - 129 8 6 4 - 142 9 9 1 - 123 10 6 4 - 152 11 10 - - 133 12 2 8 - 165 13 10 - - 104 14 10 - - 100 15 7 3 - 133 16 9 - 1 67 17 6 4 - 120 18 6 2 2 92 19 4 6 - 129 20 10 - - 125 21 5 4 1 148 22 7 2 1 84 23 9 - 1 93 24 2 8 - 111 25 7 3 - 175 26 5 5 - 138 27 8 2 - 149 28 4 6 - 128 29 5 3 2 82 30 5 5 - 147 31 - 10 - 166 32 7 - 3 74 33 5 1 4 78 34 7 3 - 150 35 6 4 - 128 36 9 1 - 139 37 6 4 - 175 38 10 - - 87

(36)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009 39 5 5 - 151 40 9 1 - 146 41 3 2 5 94 42 9 1 - 175 43 6 2 2 118 44 9 1 - 138 45 7 3 - 135 46 9 - 1 104 47 6 4 - 125 48 7 2 1 109 49 7 3 - 111 50 5 4 1 141 Total 335 141 24 500

Lampiran B. Data Sidik Jari Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Klas IA

NO Kasus

Tipe Sidik Jari

Jumlah Rigi

Loop Whorl Arch

1 Narkoba 7 3 - 125 2 Pencurian 5 3 2 95 3 Narkoba 6 3 1 121 4 Narkoba 5 5 - 125 5 Pencurian 2 6 2 140 6 Narkoba 8 1 1 145 7 Pencurian 5 3 2 92 8 Pencurian 7 3 - 136 9 Pencurian 7 - 3 104 10 Narkoba 4 5 1 102 11 Narkoba 7 2 1 109 12 Pencurian 5 3 2 60 13 Pencurian 6 3 1 125 14 Narkoba 6 2 2 115 15 Narkoba 7 3 - 139 16 Narkoba 8 2 - 135 17 Narkoba 5 5 - 120 18 Narkoba 3 7 - 128 19 Narkoba 8 2 - 132 20 Pembunuhan 4 4 2 105 21 Narkoba 8 1 1 121 22 Pencurian 5 4 1 114 23 Narkoba 7 3 - 144 24 Narkoba 6 3 1 126 25 Narkoba 5 4 1 156 26 Narkoba 8 2 - 124 27 Narkoba 3 7 - 103 28 Pencurian 6 4 - 126 29 Narkoba 9 1 - 130 30 Narkoba 10 - - 144 31 Narkoba 7 3 - 124 32 Narkoba 5 5 - 123 33 Narkoba 7 3 - 136 34 Narkoba 6 4 - 142 35 Narkoba 7 3 - 128 36 Narkoba 3 7 - 105 37 Pencurian 2 6 2 102 38 Narkoba 10 - - 158

(37)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009 39 Narkoba 2 8 - 116 40 Narkoba 6 4 - 127 41 Narkoba 7 3 - 143 42 Pencurian 9 1 - 129 43 Pencurian 8 1 1 118 44 Pencurian 7 2 1 118 45 Narkoba 10 - - 118 46 Narkoba 6 4 - 122 47 Pencurian 6 3 1 116 48 Narkoba 6 4 - 132 49 Narkoba 3 6 1 110 50 Narkoba 5 4 1 114 Total 304 165 31 500

Lampiran C. Data Sidik Jari Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Klas IIB

NO Kasus Tipe Sidik Jari Jumlah Rigi

Loop Whorl Arch

1 Narkoba 3 6 1 125 2 Narkoba 2 7 1 142 3 Narkoba 9 - 1 114 4 Narkoba 7 - 3 104 5 Narkoba 3 6 1 110 6 Narkoba 8 - 2 92 7 Narkoba 7 - 3 101 8 Narkoba 3 6 1 142 9 Narkoba 4 2 4 95 10 Narkoba 7 3 - 132 11 Narkoba 3 7 - 139 12 Narkoba 5 4 1 114 13 Narkoba 5 4 2 60 14 Narkoba 3 7 - 149 15 Narkoba 3 7 - 131 16 Narkoba 6 - 4 60 17 Narkoba 9 1 - 148 18 Narkoba 6 4 - 139 19 Narkoba 7 2 1 145 20 Narkoba 10 - - 145 21 Narkoba 6 4 - 148 22 Narkoba 4 3 3 94 23 Narkoba 6 4 - 148 24 Narkoba 5 5 - 155 25 Narkoba 8 1 1 101 26 Narkoba 9 1 - 144 27 Narkoba 5 5 - 114 28 Pembunuhan 6 - 4 61 29 Pembunuhan 5 2 3 83 30 Pencurian 7 2 1 114 31 Pencurian 8 1 1 136 32 Pencurian 6 2 1 105 33 Pencurian 2 8 - 148 34 Pencurian 7 1 2 83 35 Pencurian 5 4 1 143 36 Pencurian 8 2 - 128 37 Pencurian 5 3 2 107 38 Pencurian 2 7 1 114

(38)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009 39 Pencurian 7 2 1 122 40 Pencurian 10 - - 123 41 Pencurian 8 2 - 138 42 Pencurian 5 4 1 141 43 Pencurian 7 3 - 111 44 Pencurian 7 3 - 124 45 Pencurian 6 3 1 101 46 Pencurian 4 6 - 134 47 Pencurian 6 4 - 136 48 Pencurian 5 5 - 142 49 Pencurian 4 - 6 61 50 Pencurian 6 4 - 133 Total 289 157 54 500

Lampiran D. Pengambilan Sampel Sidik Jari

Diletakkan di atas bantalan stempel

Ditekan sehingga stempel melekat pada

ujung jari

Diletakkan pada kertas putih (bersih)

Lampiran E. Contoh Perhitungan Persentase Pola Sidik Jari Untuk Kontrol, Narapidana Klas IA dan Klas IIB

a. %loop = x100% jari sidik n keseluruha jumlah loop n keseluruha jumlah b.%arch = x100% jari sidik n keseluruha jumlah arch n keseluruha jumlah c.%whorl = x100% jari sidik n keseluruha jumlah whorl n keseluruha jumlah - Untuk Kontrol

Kesepuluh Jari Tangan

(39)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009 a. %loop = 100% 67% 500 335 = x b.% whorl = 100% 28.2% 500 141 = x c.% arch = 100% 4.8% 500 24 = x

(40)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Lampiran F. Contoh Perhitungan Persentase Pola Sidik Jari Untuk Kasus Narapidana

- Untuk Kasus Narkoba

%loop = x100% narkoba kasus pada jari sidik n keseluruha jumlah IIB dan IA klas narkoba kasus pada loop n keseluruha jumlah Klas IA +IIB = 100% 60% 621 373 = x b.%arch = x100% narkoba kasus pada jari sidik n keseluruha jumlah IIB dan IA klas narkoba kasus pada arch n keseluruha jumlah Klas IA+IIB = 100% 7% 621 40 = x c.%whorl = x100% narkoba kasus pada jari sidik n keseluruha jumlah IIB dan IA s narkobakla kasus pada whorl n keseluruha jumlah Klas IA+IIB = 100% 33% 621 208 = x

Lampiran G. Hasil Uji Chi-Kuadrat (X2) Persentase Tipe Pola Sidik Jari Tangan

Kelompok n K X2 hit X2 tab Keterangan Pria (normal ) 500 2 23.1 <0.05 X2 hit > X2 tab* Pria Narapidana 500 2 10.79 <0.05 X2 hit > X2 tab* Narkoba 621 2 4.27 >0.05 X2 hit < X2 tab** Pencurian 349 2 13.4 <0.05 X2 hit > X2 tab* Pembunuhan 30 2 0.8 >0.05 X2 hit < X2 tab**

Keterangan:

n = Jumlah sampel sidik jari K = Nilai Kemungkinan (N-1) * = Data Tidak diterima

**

(41)

Eva Beatrice : Perbandingan Pola Multifaktor Sidik Jari Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan Dengan Pria Normal Di Luar Lembaga Pemasyarakatan, 2009.

USU Repository © 2009

Gambar

Tabel 4.1   Perbandingan Persentase Pola Sidik Jari Pria Normal
Gambar 1.      Pola Sidik Jari Arch, Pola Loop,  Pola Whorl                  5
Tabel 4.1 Perbandingan Persentase Pola Sidik Jari Pria Normal dan Narapidana  Setiap   Strata
Tabel 4.2 Perbandingan Persentase Pola Sidik Jari Untuk Setiap Strata  Kriminalitas

Referensi

Dokumen terkait

Dengan teknik pengecatan banding yang dikerjakan pada 20 sampel didapatkan satu kelainan jumlah kromosom yaitu 47,XY,+21 atau Sindrom Down dengan fenotipe sebagai berikut :

Di sisi lain, mayoritas Afrika-Amerika menyadari bahwa mereka adalah kelompok minoritas yang hidup di tengah dominasi kulit putih.. Kulit putih dianggap sebagai kelompok yang

Kesimpulan dari penelitian Putz-Bankuti et al ini yaitu terdapat hubungan signifikan dari 25(OH)D dengan derajat disfungsi hati dan memberi kesan bahwa rendahnya kadar

8. Pukul14.00 WIB Keadaan umum bayi baik. Pukul 10.05 WIB Reflek menghisap dan menelan mulai kuat. Pukul 08.50 WIB Bayi nampak bersih dan nyaman. Puukul 10.15 WIB ASI masuk 80 cc

Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah 20 perawat di ruang pemulihan menggunakan uji statistik chi-square dengan 95% CI (α: 0,05), analisis data dalam mendapatkan (p

Kuantitas Sumber Daya Manusia yang kurang memadai berakibat pada kurang optimalnya aktualisasi dari peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Surakarta untuk melakukan

Kurikulum pendidikan multikultural memperhatikan keragaman sosial, budaya, ekonomi, politik dan tidak hanya mendasarkan diri pada teori psikologi belajar yang menempatkan

Dibawah diagram batang juga terdapat speedometer yang menunjukkan posisi keuntungan yang diperoleh perusahaan terhadap standar yang harus dipenuhi, grafik dengan