• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. saham minoritas, lebih pentingnnya kita mengetahui apa itu privatisasi suatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. saham minoritas, lebih pentingnnya kita mengetahui apa itu privatisasi suatu"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Kajian Pustaka

Sebelum kita berbicara tentang perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas, lebih pentingnnya kita mengetahui apa itu privatisasi suatu perusahaann, defenisi privatisasi sendiri adalah sebagai penjualan yang berkelanjutan sekurang-kurangnya sebesar 50 % dari saham milik pemerintah ke pemegang saham swasta.

Jadi ide privatisasi merupakan konsep pengembangan industri dengan meningkatkan peranan kekuatan pasar, sedangkan menurut Beesley dan Littlechild privatisasi sebagai penjualan yang berkelanjutan sekurang-kurangnya 50% saham pemerintah di perusahaan pemerintah ke swasta.

Dari definisi privatisasi tersebut, terdapat 4 kebijaksanaan pemerintah terkait dengan privatisasi menurut Clement, yaitu :

Pemindahan pemilikan perusahaan ke swasta. Liberalisasi aktivitas melalui kompetisi.

Mengahapus fungsi pemerintah tertentu sehingga biaya pengelolaan perusahaan tersebut menjadi menurun.

Mengurangi jasa publik yang kurang bermanfaat.1

Pada prinsipnya terdapat 3 macam dan bentuk privatisasi : a) Penjualan perusahaan milik pemerintah yang telah ada.

1 Ahmad Erani Yustika. 2002. Pembangunan dan Krisis, Memetakan Perekonomian Indonesia. Grasindo : Jakarta, hlm 22

(2)

b) Penggunaan dana swasta untuk pembangunan infrastruktur ekonomi c) Mengkontrakan sebagian tugas pelayanan pemerintah kepada swasta.

Dari tahun ke tahun sejak reformasi, privatisasi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) semakin meningkat. Privatisasi sebagai bagian dari liberalisasi ekonomi di Indonesia sebenarnya diisukan secara bertahap sejak masa pemerintahan Suharto, yakni sejak diberlakukannya deregulasi dan dikorporasikannya perusahaan negara menjadi perusahaan umum.

Didorong oleh krisis keuangan pada tahun 1998, menyusul ditetapkannya kewajiban pemerintah untuk melakukan bail out atas hutang bank-bank swasta yang menyebabkan defisit APBN, maka pemerintah diminta oleh IMF melalui Letter of Intent memberlakukan Undang-undang No 22 Tahun 2001 mengenai privatisasi BUMN sebagai perusahaan public (PERSERO). UU ini kemudian diikuti Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2003.

BUMN yang termasuk paling awal di privatisasi adalah PN Pertamina yang diubah menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 9 Oktober 2003. Keberhasilannya kemudian diikuti oleh penjualan saham PT Indosat dsb.

Kinerja BUMN tidak memberikan hasil yang selalu optimal, keberadaan berbagai BUMN tak jarang tidak menambah pendapatan negara. Bahkan, selama ini pengelolaan BUMN seperti PT KAI, PDAM, dan PLN telah banyak yang bermasalah, merugi, dan menjadi beban pembiyaan nasional. Dari 300 PDAM di Indonesia, hanya 20% yang memiliki neraca keuangan yang stabil, sisanya selalu defisit.

(3)

Perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman kepada hak asasi manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan tersebut diberikan kepada masyarakat agar mereka dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum atau dengan kata lain perlindungan hukum adalah berbagai upaya hukum yang harus diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.2

Menurut Setiono, perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.3

Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyek-subyek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a) Perlindungan Hukum Preventif : Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah sebelum terjadinya pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundangundangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan sutu kewajiban.

b) Perlindungan Hukum Represif : Perlindungan hukum represif merupakan

2 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perilaku, Jakarta, Sinar Grafika, 2007, hlm. 38 3 Setiono. Rule of Law (Supremasi Hukum). Surakarta. Magister Ilmu Hukum Program

(4)

perlindungan akhir berupa sanksi seperti denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila sudah terjadi sengketa atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

Rasa keadilan dan hukum harus ditegakkan berdasarkan Hukum Positif untuk menegakkan keadilan dalam hukum sesuai dengan realitas masyarakat yang menghendaki tercapainya masyarakat yang aman dan damai. Keadilan harus dibangun sesuai dengan cita hukum (Rechtidee) dalam negara hukum (Rechtsstaat), bukan negara kekuasaan (Machtsstaat). Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia, penegakkan hukum harus memperhatikan 4 unsur :

1. Kepastian hukum (Rechtssicherkeit) 2. Kemanfaat hukum (Zeweckmassigkeit) 3. Keadilan hukum (Gerechtigkeit) 4. Jaminan hukum (Doelmatigkeit). 4

Pada dasarnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan hukum. Oleh karena itu, terdapat banyak macam perlindungan hukum. Dari sekian banyak jenis dan macam perlindungan hukum, terdapat beberapa diantaranya yang cukup populer di kalangan para pengusaha terutama yang bermain saham yaitu seperti perlindungan hukum terhadap pemegang saham yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT) yaitu Undang-Undang-Undang-Undang No.40 Tahun 2007, terlebih yang sering menjadi permasalahan dari saham yaitu tentang perlindungan hukum pemegang saham minoritas yang sesungguhnya pengaturan mengenai

(5)

kedudukan pemegang saham minoritas dalam pengambilan kebijakan suatu perusahaan yaitu antara lain : Pasal 61 ayat (1), Pasal 79 ayat (2) UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Hukum dapat secara efektif menjalankan fungsinya untuk melindungi kepentingan manusia, apabila ditegakkan. Dengan kata lain perlindungan hukum dapat terwujud apabila proses penegakan hukum dilaksanakan. Proses penegakan hukum merupakan salah satu upaya untuk menjadikan hukum sebagai pedoman dalam setiap perilaku masyarakat maupun aparat atau lembaga penegak hukum. Dengan kata lain, penegakan hukum merupakan upaya untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan hukum dalam berbagai macam bidang kehidupan. Penegakan hukum merupakan syarat terwujudnya perlindungan hukum. Kepentingan setiap orang akan terlindungi apabila hukum yang mengaturnya dilaksanakan baik oleh masyarakat ataupun aparat penegak hukum.

Berdasarkan Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum itu merupakan segala bentuk upaya pengayoman terhadap harkat dan martabat manusia serta pengakuan terhadap hak asasi manusia di bidang hukum. Prinsip perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia itu terletak pada Pancasila dan konsep Negara Hukum, kedua sumber tersebut mengutamakan pengakuan serta penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia.

a. Dasar Perlindungan Hukum

Adapun dasar hukum yang mengatur tentang perlindungan hukum di Indonesia, antara lain:

(6)

bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” 2. Pasal 28 D ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Setiap orang berhak atas

pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”

3. Pasal 28 ayat (5) UUD 1945 yang berbunyi “Untuk menegakkan dan melindungi Hak Asasi Manusia sesuai dengan prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan Hak Asasi Manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.”

4. Pasal 30 ayat (4) UUD 1945 yang berbunyi “Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.

5. Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi “Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

b. Pentingnya Perlindungan Hukum

Hukum memiliki peran penting sebagai pelindungan kepentingan manusia, agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan secara profesional. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung normal, damai, dan tertib. Hukum yang telah dilanggar harus ditegakkan melalui penegakkan hukum. Penegakkan hukum menghendaki kepastian hukum, kepastian hukum merupakan perlindungan yustisiable terhadap tindakan sewenang-wenang.

(7)

Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan tertib, aman dan damai. Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan penegakkan hukum.

Hukum adalah untuk manusia maka pelaksanaan hukum harus memberi manfaat, kegunaan bagi masyarakat jangan sampai hukum dilaksanakan menimbulkan keresahan di dalam masyarakat. Masyarakat yang mendapatkan perlakuan yang baik dan benar akan mewujudkan keadaan yang tata tentrem raharja.

Hukum dapat melindungi hak dan kewajiban setiap individu dalam kenyataan yang senyatanya, dengan perlindungan hukum yang kokoh akan terwujud tujuan hukum secara umum: ketertiban, keamanan, ketentraman, kesejahteraan, kedamaian, kebenaran, dan keadilan.

2. PERSEROAN TERBATAS

Istilah perseroan menunjuk pada cara penentuan mosal dan istilah terbatas menunjuk pada bats tanggung jawab sekutu. Perseroan Terbatas adalah perusahaan akumulasi modal yang dibagi atas saham-saham, dan tanggunga jawab sekutu pemegang saham terbatas pada jumlah saham yang dimilikinya. Perseroan Terbatas adalah perusahaan persekutuan badan hukum.

Dalam KUHD tidak dinyatakan secara tegas mengenai status badan hukum Perseroan Terbatas. Tetapi unsur-unsur badan hukum dapat disimpulkan dari ketentuan pasal-pasal KUHD yang mengatur Perseroan Terbatas seperti organisasi yang teratur, harta kekayaan sendiri, melakukan hubungan hukum sendiri serta mempunyai tujuan sendiri.

(8)

Sebai suatu badan hukum, Perseroan Terbatas mempunyai harta kekayaan yang terpisah dari harta kekayaan pribadi pengurus dan persero. Harta kekayaan itu terdiri dari benda bergerak dan tidak bergerak, benda berwujud dan tidak berwujud. Termasuk dalam harta kekayaan Perseroan Terbatas adalah modal. Modal ini ada tiga jenis tingkatannya, yaitu :

1. Modal perseroan atau modal dasar, yang dicantumkan dalam akta pendirian (modal statutair).

2. Modal yang ditempatkan/disanggupi, sekurang-kurangnya 25% dari modal dasar.

3. Modal yang disetor, yaitu modal yang secara tunai telah ditempatkan dalam kas perseroan untuk memulai usaha (modal operasional). Besarnya 10% dari modal perseroan (Pasal 51 KUHD). Dalam praktek besarnya 10% dari modal yang dditempatkan / disanggupi.

Modal Perseroan Terbatas dibagi atas saham-saham, yang dapat diterbitkan atas nama (op naam)dan atas tunjuk (aan toonder). Saham atas nama memuat nama pemiliknya dalam saham itu. Saham atas tunjuk tidak memuat nama pemiliknya dalam saham tersebut.

Jual beli saham terjadi di pasar modal (bursa efek)5. Perusahaan yang berkembang dengan baik dapat menjual sahamnya kepada masyarakat (go-public). Makin berkembang suatu perusahaan, makin tinggi harga sahamnya di pasar modal. Harga dipasar modal tersebut kusr (exchange rate)

Saham merupakan salah satu jenis surat berharga yang diperdagangkan di

5 Abdul Kadir Muhammad, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung,1991. hlm 21.

(9)

bursa efek. Saham diartikan sebagai bukti penyertaan modal di suatu perseroan, atau merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Siapa saja yang memiliki saham berarti dia ikut menyertakan modal atau memiliki perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.

Dalam bahasa Belanda, Saham disebut “aandeel”, dan dalam bahasa Inggris disebut dengan “share”, dalam bahasa Jerman disebut “aktie”, dan dalam bahasa Perancis disebut “action”. Semua istilah ini mempunyai arti surat berharga yang mencantumkan kata “saham” di dalamnya sebagai tanda bukti kepemilikan sebagian dari modal perseroan, dengan mana Saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya

Berdasarkan Pasal 60 UU NO. 40 Tahun 2007, Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi serta menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang ini.

Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas itu adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Jadi sama dengan menabung di bank, setiap kali kita menabung maka kita akan mendapat-kan slip yang menjelasmendapat-kan bahwa kita telah menyetor sejumlah uang. Dalam investasi saham, yang kita terima bukan slip melainkan saham.6

Dalam persyaratan kepemilikan saham, dapat ditetapkan dalam anggaran dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal

6 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2004, hlm. 6

(10)

persyaratan kepemilikan saham telah ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang hams dicapai sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Untuk mendapatkan suatu saham, seseorang harus melakukan investasi atau penanaman modal kesuatu perusahaan atau persero, dengan mana penanaman modal di bagi menjadi, penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal Asing

a. Penanaman Modal dalam negeri

Penanaman modal dalam negeri menurut UU No.25 tahun 2007 adalah kegiatan penanaman modal untuk melakukan usaha di wilayah negara RI oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. Modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh negara Republik Indonesia, perseorangan warga negara Indonesia, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum.

Sejalan dengan pengertian penanaman modal dalam negeri di atas, pengertian penanam modal dalam negeri menurut pasal 1 ayat (5) UU No.25 tahun 2007 adalah penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga negara Indonesia, badan usaha Indonesia, negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia.

b. Penanaman modal asing

Berdasarkan UU No.25 tahun 2007 memberikan pengertian penanaman modal asing sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah

(11)

negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah negara Republik Indonesia. Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, dan/atau badan hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.

Dalam prakteknya perusahaan Penanaman Modal Asing selalu berbentuk PT. Menurut Pasal 5 ayat (2) UU No 25 Tahun 2007 tentang PMA :

“Penanaman modal Asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Indonesia”.

Menurut Pasal 5 ayat (3) PMA dalam bentuk PT itu dilakukan dengan 3 cara,yaitu :

1. Mengambil bagian saham pada saat pendirian PT. 2. Membeli saham.

3. Melakukan cara lain sesuai dengan peraturan per-UU-an.

Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan. Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah:

(12)

2. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.

Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007, Persyaratan Kepemilikan Saham yaitu: 1. Saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya,

2. Persyaratan kepemilikan saham dapat ditetapkan dalam anggaran dasar dengan memperhatikan persyaratan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam hal persyaratan kepemilikan saham sebagaimana hal tersebut, telah ditetapkan dan tidak dipenuhi, pihak yang memperoleh kepemilikan saham tersebut tidak dapat menjalankan hak selaku pemegang saham dan saham tersebut tidak diperhitungkan dalam kuorum yang harus dicapai sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/ atau anggaran dasar.

3. Nilai saham harus dicantumkan dalam mata uang rupiah, dengan mana Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan dalam Saham, Direksi Perseroan wajib rnengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham. Merujuk pada Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor KEP-13/PM/1997tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik (“Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-13/PM/1997”), menjelaskan bahwa setiap pemindahan hak atas saham wajib memenuhi kententuan yang tercantum dalam angka 11 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-13/PM/1997, yang menyatakan:

(13)

1. Pemindahan hak atas saham harus dibuktikan dengan suatu dokumen yang ditandatangani oleh atau atas nama Pihak yang memindahkan hak, termasuk oleh atau atas nama Pihak yang menerima pemindahan hak atas saham yang bersangkutan. Dokumen pemindahan hak atas saham harus berbentuk sebagaimana ditentukan atau disetujui oleh Direksi.

2. Bentuk dan tata cara pemindahan hak atas saham yang diperdagangkan di Pasar Modal wajib memenuhi peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.

3. Pemindahan hak atas saham yang termasuk dalam Penitipan Kolektif dilakukan dengan pemindahbukuan dari rekening Efek satu ke rekening Efek yang lain pada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Bank Kustodian, dan Perusahaan Efek.

Adapun perolehan saham bagi PT Terbuka yang diperdagangkan di Pasar Modal, dapat dilakukan dengan cara:

1. Membeli saham pada saat penawaran umum (Pasar Perdana)

Jika ingin membeli saham pada saat pasar perdana ini, biasanya investor dapat mengisi Formulir Pemesanan Pembelian Saham (FPPS) yang terdapat pada prospektus ringkas atau yang terdapat pada agen-agen penjual yang dituju dan mengirimkan kembali formulir tersebut disertai dengan pengiriman dana ke alamat yang tertera pada formulir.

2. Membeli saham yang telah beredar (Pasar Sekunder)

Transaksi jual beli saham yang telah beredar dilakukan melalui perdagangan di Bursa Efek, yang mana Saudara dapat membelinya melalui

(14)

anggota bursa. Pembelian saham juga tidak dapat dilakukan secara langsung dengan perusahaan karena setiap perusahaan yang telah melakukan penjualan sahamnya di Bursa Efek wajib menunjuk perusahaan efek sebagai perantara perdagangan efek/pialang yang termasuk dalam daftar perusahaan efek yang mendapat izin dari BAPEPAM-LK dan telah menjadi anggota bursa. Pialang inilah yang nantinya akan melakukan pesanan untuk kepentingan investor.

Berdasarkan Pasal 60 UU NO. 40 Tahun 2007, Saham merupakan benda bergerak dan memberikan hak untuk menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS, menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi serta menjalankan hak lainnya berdasarkan Undang-Undang ini.

Dalam pembelian saham atau pengambilan keputusan pembelian saham alangkah baiknya seseorang atau suatu perusahaan untuk memahami alur dan cara pembelian saham beserta mengusai harga pasar saham yang sedang berlaku. Saham bisa dibeli oleh siapa saja jika syarat dan ketentuan hukum yang berlaku sudah terpenuhi semuanya.

3. PEMEGANG SAHAM MINORITAS

Pemilik modal sebagai pemegang saham dalam sebuah Perseroan Terbatas sangat bervariatif seperti pemegang saham mayoritas atau pemegang saham minoritas, pemegang saham mayoritas seringkali bergabung dalam suatu kelompok yang kadang-kadang membuat kedudukan para pemegang saham dalam kelompok tersebut tidak berimbang.

Terhadap pemegang saham mayoritas pada prinsipnya perlindungan hukum kepadanya cukup terjamin terutama melalui mekanisme RUPS yang jika

(15)

diambil keputusan secara musyawarah, maka akan dipastikan kelompok pemilik saham mayoritas cenderung mempengaruhi keputusan RUPS.

Dalam mekanisme pengambilan keputusan di perusahaan dapat dipastikan pemegang saham minoritas ini akan selalu kalah dibanding pemegang saham mayoritas, sebab pola pengambilan keputusan didasarkan atas besarnya prosentase saham yang dimiliki.

Keadaan demikian akan di perparah, jika pemegang saham mayoritas menggunakan peluang ini untuk mengendalikan perusahaan berdasarkan kepentingannya sendiri dan tidak memperdulikan kepentingan pemegang saham minoritas.

Benturan kepentingan antara pemegang saham minoritas dan pemegang saham mayoritas seringkali terjadi, tidak jarang Minority Shareholders hanya dijadikan sebuah pelengkap dalam sebuah perusahaan. Untuk itu, agar terpenuhinya unsur keadilan, diperlukan suatu keseimbangan sehingga pihak pemegang saham minoritas tetap dapat menikmati haknya. Pemberlakuan prinsip keadilan dalam perseroan terbuka mengharuskan diberikan kekuasaan tertinggi kepada RUPS dimana suara terbanyak yang akan menentukan arah kebijakan perusahaan, tetapi kepada pihak pemegang saham minoritas seharusnya dijamin pula keadilan dengan memberikan kepadanya hak-hak yang sesuai dengan asas Good Corporate Governance.7

Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) pada dasarnya adalah mengelola perusahaan secara amanah,

(16)

akuntabel, transparan dan fair untuk mencapai tujuan tercapainya nilai perusahaan jangka panjang seraya terlayaninya semua kepentingan pihak yang berkepentingan dengan jalannya perusahaan (stakeholders).8

Berdasarkan hal tersebut, maka penerapan prinsip-prinsip Good corporate governance dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan suatu rasa aman bagi para pihak dalam perusahaan, karena dengan prinsip-prinsip tersebut perusahaan dapat berjalan dengan baik.

Sebaliknya, para pihak dalam suatu perusahaan tidak akan mendapat kenyamanan dalam perusahaannya bila pengelolaan perusahaan tidak dijalankan dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana penerapan Good Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan sehingga dapat melindungi kepentingan para pihak. Khususnya kepentingan pemegang saham sebagai pihak yang dirugikan bila terjadi benturan kepentingan.

Pentingnya perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas yang merasa hak dan kepentingannya di kesampingkan oleh pemegang saham mayoritas, maka penting dibuat peraturan perundang-undangan agar pemegang saham minoritas mendapat perlakuan yang sama dengan pemegang saham mayoritas.

Perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas diatur dalam UUPM dan UUPT tetapi UUPM tidak mengatur secara spesifik tentang perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas. UUPM hanya

8 Yeti Sumiarti, Implementasi Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) , Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm 25.

(17)

menyebutkan bahwa pemegang saham minoritas tidak diabaikan kepentingannya oleh siapa pun termasuk pemegang saham mayoritas.9

Tetapi adanya pelaporan dan keterbukaan informasi dapat melindungi investor sebagai pemegang saham minoritas dari pelanggaran dalam pasar modal, disebutkan dalam Pasal 85 UUPM mengenai pelaporan dan keterbukaan informasi dimana seluruh emiten yang telah memperoleh izin persetujuan wajib melapor kepada Bapepam, dan bagi yang melakukan kejahatan akan mendapatkan sanksi administratif yaitu sanksi yang dikenakan oleh Bapepam yang diatur dalam pasal 102 UUPM.

Selain sanksi, adapun denda yang cukup besar apabila adanya pelanggaran dalam pasar modal. Dalam Pasal 100 UUPM, dinyatakan bahwa Bapepam berwenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap setiap pihak yang diduga melakukan atau terlibat dalam penyelenggaraan terhadap UUPM dan peraturan pelaksanaannya10

Pemegang saham minoritas juga dilindungi dalam UUPT. UUPT juga memberikan perlindungan hukum kepada pemegang saham minoritas seperti dalam pasal 54 ayat 1, pasal 55, pasal 66 ayat 2, pasal 67, pasal 110 ayat 3, pasal 117 ayat 1 huruf b. pemegang saham minoritas berhak untuk mendapatkan harga saham yang sesuai dengan harga pasar jika tidak setuju dengan kebijakan perusahaan atau pemegang saham mayoritas, pemegang saham minoritas berhak menentukan kebijakan perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham11.

9 Mulhadi , Hukum Perusahaan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hlm. 33

10 Tavinayati dan Yulia Qamariyanti, Hukum Pasar Modal DI Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hal. 90

(18)

Adapun upaya yang dapat dilakukan pemegang saham minoritas untuk melindungi haknya apabila ia merasa dirugikan disebutkan dalam pasal 61 ayat 1 yaitu “setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan yang tidak wajar sebagai akibat RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris”, dalam pasal 62 ayat 1 yaitu “ setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa :

a. Perubahan anggaran dasar

b. Pengalihan atau peminjaman kekayaan perseroan yang

mempunyai nilai lebih dari 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan

c. Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, atau Pemisahan.” Dalam pasal 138 sampai 141 UUPT Tentang pemeriksaan terhadap Perusahaan, melakukan tindakan Derivatif. Tindakan Derivatif ini dimaksudkan agar pemegang saham minoritas dapat mengajukan gugatan atas nama perusahaan untuk melindungi haknya. Tindakan derivatif ini diatur dalam pasal 97 ayat 6 UUPT dimana disebutkan bahwa “Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan”.

(19)

Walaupun ketentuan yang ditujukan untuk melindungi kepentingan pemegang saham minoritas terdapat dalam UUPT, tetapi cara terbaik adalah dengan melakukan pencegahan. Tidak boleh ada informasi-informasi yang ditutupi untuk menguntungkan diri sendiri karena nama perusahaan akan menjadi rusak apabila terdengar bahwa perusahaan tersebut telah digugat oleh salah satu pemegang sahamnya. 12

Maka dari itu, perusahaan haruslah mempunyai tata kelola perusahaan yang baik dan adanya kerjasama yang baik antara perusahaan dengan para pemegang sahamnya agar pemegang saham minoritas tidak merasa dirugikan oleh perusahaan. Dari semua peraturan yang dibuat, itu semua kembali kepada pemegang saham itu sendiri diluar kekuatan Bapepam, UUPM dan UUPT yang mendorong para pemegang saham baik pemegang saham mayoritas maupun minoritas untuk aktif memantau perkembangan dan dan kegiatan perusahaan, dan juga ikut memutuskan kebijakan perusahaan agar terciptanya keadilan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas.

Selain itu alasan mengapa pemegang saham minoritas harus dilindungi adalah karena sifat putusan oleh mayoritas dalam RUPS yang tidak selamanya fair bagi pemegang saham minoritas, meskipun cara pengambilan cara pengambilan keputusan tersebut dianggap paling demokratis. Hal ini disebabkan dengan sistem putusan mayoritas tersebut, bisa saja seorang yang sudah membiayai perusahaan sampai 48% mempunyai kedudukan yang hampir sama dalam memberikan suara dengan pemegang hanya 1% saham dan akan sangat berbeda dengan pemegang

(20)

saham 51%. Hal ini akan menimbulkan ketidakadilan diantara pemegang saham. Oleh karena itu, untuk menjaga agar terdapat keadilan bagi setiap pemegang saham, timbulah prinsip yang disebut dengan “Kekuasaan Mayoritas dengan Perlindungan Minoritas.” (Majority Rule Minority Protection). Perlindungan Hukum terhadap pemegang saham minoritas dalam Perseroan Terbatas Terbuka, yang dimana.

PT merupakan entitas bisnis yang penting dan banyak terdapat di dunia, termasuk di Indonesia, merupakan badan hukum yang memiliki sifat dan ciri kualitas yang berbeda dari bentuk usaha lain. Salah satu ciri yang membedakan PT dengan badan usaha lainnya dapat dilihat dari doctrine of separate legal personality yang pada intinya adalah pemisahan kakayaan antara pemilik atau pemodal (pemegang saham) dengan kekayaan badan hukum itu sendiri.Kata “Perseroan” menunjuk modalnya yang terdiri dari sero (saham), sedangkan kata “Terbatas” menunjuk pada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang dimilikinya.13

Dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas mengatur tentang RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) yaitu Organ perseroan yang mewakili kepentingan seluruh pemegang saham dalam Perseroan Terbatas. RUPS merupakan organ perseroan yang tinggi dan berkuasa untuk menentukan arah dan tujuan perseroan. RUPS memiliki segala wewenang yang tidak diberikan kepada direksi dan komisaris perseroan.

RUPS mempunyai hak untuk memperoleh segala macam keterangan yang

13 Frans Satrio Wicaksono, Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, & Komisaris Perseroan Terbatas (PT), Visimedia, Jakarta, 2009, hlm. 43

(21)

diperlukan yang berkaitan dengan kepentingan dan jalannya perseroan. Kewenangan tersebut merupakan kewenangan eksklusif yang tidak dapat diserahkan kepada organ lain yang telah ditetapkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas.

Dalam Pasal 15 ayat 2 dan 3 UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas memuat aturan yang menyatakan bahwa:

(2) Selain ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) anggaran dasar dapat juga memuat ketentuan lain yang tidak bertentangan dengan undang-undang ini.

(3) Anggaran Dasar tidak boleh memuat: a. Ketentuan tentang penerimaan bunga tetap atas saham; dan b. ketentuan tentang pemberian manfaat pribadi kepada pendiri atau pihak lain.

Dapat diketahui di atas dalam pembuatan Anggaran Dasar (AD) Perseroan Terbatas harus melindungi semua pihak, khususnya pemilik saham minoritas, akan tetapi belum mencerminkan perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas secara keseluruhan, hal inilah yang menyebabkan tidak tercapainya keadilan sebagai suatu syarat terwujudnya prinsip Good Corporate Governance. Kurangnya ketentuan hukum yang mengatur tentang perlindungan pemegang saham minoritas dalam perseroan terbatas terbuka terhadap sikap dan perilaku pemegang saham mayoritas, direksi dan komisaris yang sewenang-wenang serta kurangnya modal pengetahuan dan ketrampilan dan kemampuan untuk mengelola perusahaan menyebabkan pemegang saham minoritas berada dalam posisi yang lemah dan otomatis hal tersebut menyebabkan terdesaknya kepentingan pemegang

(22)

saham minoritas.

Perlindungan hukum terhadap Pemegang Saham Minoritas dalam suatu perseroan menjadi sangat penting, maka dari itu perseroan yang dipimpin oleh Direksi dan Komisaris harus menjunjung tinggi etika bisnis dan menjadikannya sebagai budaya perusahaan yang pada akhirnya menjadi budaya hukum dalam perseroan. Dengan demikian kemungkinan timbulnya pertentangan antara Pemegang Saham Mayoritas dengan Pemegang Saham Minoritas dapat dihindari. Dengan memperhatikan fakta yang ada, maka perlu adanya upaya perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas dikaitkan dengan hak-hak pemegang saham berdasrkan prinsip Good Corporate Governance.14

4. Divestasi

Divestasi adalah pengurangan beberapa jenis aset baik dalam bentuk finansial atau barang, dapat pula disebut penjualan dari bisnis yang dimiliki oleh perusahaan. Ini adalah kebalikan dari investasi pada aset yang baru.

Alasan atau motif untuk melakukan divestasi adalah sebagai berikut : 1. Pertama, sebuah perusahaan akan melakuka divestasi

(menjual) bisnis yang bukan merupakan bagian dari bidang operasional utamanya sehingga perusahaan tersebut dapat berfokus pada area bisnis terbaik yang dapat dilakukannya.

2. Motif kedua untuk divestasi adalah untuk memperoleh keuntungan. Divestasi menghasilkan keuntungan yang

14 Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governance. Jakarta, 2002. hlm. 26.

(23)

lebih baik bagi perusahaan karena divestasi merupakan usaha untuk menjual bisnis agar dapat memperoleh uang. 3. Motif ketiga bagi divestasi adalah kadang-kadang

dipercayai bahwa nilai perusahaan yang telah melakukan divestasi (menjual bisnis tertentu mereka) lebih tinggi daripada nilai perusahaan sebelum melakukan divestasi. Dengan kata lain, jumlah aset likuidasi pribadi perusahaan melebihi nilai pasar bila dibandingkan dengan perusahaan pada saat sebelum melakukan divestasi. Hal ini memperkuat keinginan perusahaan untuk menjual apa yang seharusnya bernilai berharga daripada terlikuidasi pada saat sebelum divestasi.

4. Motif keempat untuk divestasi adalah unit bisnis tersebut tidak menguntungkan lagi. Semakin jauhnya unit bisnis yang dijalankan dari core competence perusahaan, maka kemungkinan gagal dalam operasionalnya semakin besar. Tata Cara Metode divestasi

Beberapa perusahaan menggunakan teknologi untuk memfasilitasi proses divestasi beberapa divisi. Mereka mempublikasikan informasi tentang divisi mana saja yang ingin mereka jual pada situs resmi mereka sehingga dapat dilihat oleh perusahaan lain yang sekiranya tertarik untuk membeli divisi tersebut.

Kelebihan Dan Kekurangan Divestasi a) Kelebihan Divestasi

(24)

Dengan melihat motif diatas jelas bahwa keuntungan divestasi akan menambah penghasilan bagi perusahaan yang menjual sebagian asetnya. Selain itu, keuntungan dari divestasi bisa meningkatkan daya saing dari perusahaan yang mengalami divestasi karena dapat meningkatkan kinerja dari perusahaan itu. Selain itu divestasi membuat perusahaan yang sedang tumbuh menjadi go internasional

b) Kekurangan Divestasi

Kerugian dari divestasi yaitu berkurangnya aset kepemilikan dari perusahaan yang menjual perusahaannya kepada swasta. Jika dikaitkan dengan isu di atas, aset BUMN akan berkurang dan berpindah kepada pihak swasta. Kerugian yang ditimbulkan yaiitu dapat memicu ketidaktransparansian yang dapat berakibat munculnya korupsi.

B. Hasil Penelitian dan Analisis

Setelah mengemukakan studi kepustakaan yang membahas mengenai perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas (protection of minority shareholders), selanjutnya diikuti dengan pemaparan gambaran hasil penelitian, yaitu putusan No 02/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Sel sebagaimana telah dikemukakan diatas, maka kini tiba gilirannya bagi penulis untuk mengemukakan analisi terhadap putusan No.02/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Sel untuk melihat apakah kaedah-kaedah perlindungan hukum yang berdimensi hukum perdagangan atau transaksi bisnis internasional terhadap pemegang saham minoritas yang dikemukakan dalam studi kepustakaan itu juga ada dan diakui di dalam sistem hukum

(25)

Indonesia, dalam hal ini dipergunakan juga oleh para hakim misalnya, dalam mengadili dan memutus kasus yang diajukan kepada mereka.

Analisis berikut dibawah ini dimulai dari bagaimana Peraturan hukum melindungi pemegang saham minoritas, baik yang berlaku dan dikenal dan dibahas di Indonesia, setidak-tidaknya telah dikemukakan diatas oleh penulis, dimulai dari pendapat para ahli hukum yang menekuni bidang perseroan terbatas, kemudian dilanjutkan dengan hakikat dari perlindungan terhadap pemegang saham minoritas sebagai suatu kontrak dan hal-hal yang lebih detail yaitu transposisi antara kaedah-kaedah yang ada didalam studi kepustakaan dengan yang ada di dalam putusan No.02/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Sel.

a) Perlindungan kepada pemegang saham minoritas

Peraturan hukum memberikan perlindungan dengan berbagai macam jenis perlindungan bahkan setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan dari negaranya yaitu salah satunya mendapatkanperlindungan tentang hak asasi manusia, dengan kata lain penegak hukum harus memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun. Serta perlindungan hukum harus melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang - wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum.

Pada dasarnya setiap orang berhak mendapatkan perlindungan hukum, oleh karena itu ada banyak macam perlindungan hukum terhadap warga negaranya. pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas dalam UUPT yaitu UU No. 40 Tahun, pengambilan kebijakan Pasal 61 ayat (1), Pasal 79 ayat (2).

(26)

Sudah ada pasal dalam UU PT yang memberikan perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas seperti Personal Right, Derivative Right, Mengajukan Permohonan Diselenggarakan RUPS, Hak untuk meminta dilakukan pemeriksaan, serta menjual saham (kembali) kepada perseroan.

a. Personal Right

Personal right adalah hak melekat pada perseorangan yang dimiliki pemegang saham sebagai subjek hukum untuk menggugat kelalaian maupun kesalahan direksi dan dewan komisaris sehingga merugikan pemegang saham. Hak perseorangan dilindungi oleh hukum. Hak perseorangan (persoonlijk recht) adalah relatiif.15

Sifat persorangan dalam hukum perjanjian menimbulkan gejala-gejala hukum sebagai akibat hubungan hukum antara persoon dengan persoon lainnya.16 Hal tersebut diatur dalam pasal 61 ayat (1) dan (2) UUPT yang menyatakan bahwa:

1. Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseron ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan yang wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris.

2. Gugatan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) diajukan ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat

15 Sutan Remy, Kredit Sindikasi : Proses Pembentukan dan Aspek Hukum, Jakarta, Midas Surya Grafindo, 2002, hlm. 32

(27)

kedudukan perseroan.17

Dalam hal demikian, yang dimaksud tindakan perseroan yang dianggap tidak adil yaitu contohnya ketika perseroan tidak mengundang salah satu pemegang saham yang memenuhi syarat dalam RUPS dan dalam putusan RUPS tersebut mengakibatkan kerugian pada pemegang saham, maka pemegang saham tersebut bisa menggugat Perseroan tersebut.

Gugatan yang diajukan pada dasarnya memuat permohonan agar Perseroan menghentikan tindakan yang merugikan tersebut dan mengambil langkah tertentu baik untuk mengatasi akibat yang sudah timbul maupun untuk mencegah tindakan serupa di kemudian hari.

b. Derivative Right

Derivative right merupakan kewenangan yang dimiliki oleh pemegang saham untuk bertindak menggugat direksi dan komisaris yang mengatasnamakan perseroan. Tindakan hukum dalam bentuk pengajuan suatu gugatan terhadap anggota direksi perseroan yang telah melakukan pelanggaran terhadap fiduciary duties.18 Hal tersebut diatur dalam pasal 97 ayat (6) UUPT yang menyatakan bahwa:

(6) Atas nama perseroan pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) bagian dan jumlah seluruhnya saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi yang karena kesalahannya atau kelalaiannya menimbulkan

17 Undang-undang Tentang Perseroan Terbatas , UU No. 40 Tahun 2007, Ps.61 ayat (1) dan ayat (2).

18 Gunawan Widjaja, Resiko hukum sebagai Direksi, Komisaris & Pemilik PT, Jakarta, Forum Sahabat, 2008. hlm. 55

(28)

kerugian pada perseroan.19 Dan pasal 114 ayat (6) UUPT yang menyatakan bahwa:

(6) Atas nama perseroan pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota dewan komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan ke pengadilan negeri.20

Jika Personal right hak pemegang saham untuk menggugat perseroan atas nama perseorangan, Derivative right ini merupakan hak untuk menggugat direksi perseroan dengan mengatasnamakan perseroan dalam hal tindakan direksi merugikan perseroan, pemegang saham yang memenuhi persyaratan sebagaimana ditetapkan pada ayat ini dapat mewakili perseroan untuk melakukan tuntutan atau gugatan terhadap direksi melalui pengadilan.

c. Appraisal right

Appraisal right merupakan hak pemegang saham agar sahamnya dinilai secara wajar dalam hal pemegang saham tidak menyetujui tindakan perseroan. Hak ini digunakan pemegang saham pada saat meminta kepada perseroan agar sahamnya dinilai dan dibeli dengan harga wajar, karena pemegang saham tersebut tidak merugikan perseroan itu sendiri. Hal tersebut diatur dalam pasal 62 ayat 1 dan 2 UUPT yang menyatakan bahwa :

(1) Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar

sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan, berupa :

a. perubahan anggaran dasar

b. pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai

19 Indonesia, Undang-undang Tentang Perseroan Terbatas, Op. Cit., Ps.97 ayat 6 20 Ibid, Ps.114 ayat (6)

(29)

lebih dan 50% (lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan dan c. penggabungan, peleburan, pengambilalihan atau pemisahan.

(2) Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (1) huruf b, perseroan wajib mengusahakan agar bisa saham dibeli oleh pihak ketiga.21

Pembeli saham yang diminta pemegang saham diatas tidak melebihi batas pembelian kembali saham oleh perseroan membeli kembali saham yang telah dikeluarkan. Menurut ketentuan ini, jumlah nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan dan gadai atau jaminan fidusian atas saham yang dipegang oleh perseroan sendiri dan perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung dimiliki perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan.22

Bertitik tolak dari ketentuan ini, pasal 62 ayat (2) mengemukakan, apabila jumlah saham yang diminta pemegang saham untuk dibeli perseroan melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, maka yang dapat dibelinya hanya sampai batas tidak melebihi 10% dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, selanjutnya, perseroan wajib mengusahakan agar sisanya dibeli pihak ketiga.23

d. Perlindungan hukum melalui enqueterecht (hak angket)

Enqueterecht merupakan hak yang diberikan kepada pemegang saham untuk mengajukan permohonan pemeriksaan terhadap perseroan yang diduga

21 Ibid, Ps. 62 ayat (1) dan ayat (2). 22 Ibid, Ps. 37 ayat (1) huruf b.

(30)

telah melakukan kecurangan. Hal ini diatur dalam pasal 138 ayat (3) UUPT yang menyatakan bahwa:

(1) Pemeriksaan terhadap perseroan dapat dilakukan dengan tujuan untuk

mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa: a. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga, atau

b. Anggota direksi ata dewan komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

mengajukan permohonan secara tertulis beserta alasannya ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diajukan oleh:

a. 1 (satu) pemegang sahma atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) bagian dan jumlah seluruh saham dengan hak suara.

b.pihak lain yang berdasarkan peraturan perundang undangan, anggaran dasar perseroan atau perjanjian dengan perseroan diberi wewenang untuk mengajukan permohonan pemeriksaan; atau

c. kejaksaan untuk kepentingan umum.24

Permohonan pemeriksaan Perseroan yang diajukan oleh pemegang saham baru dapat diajukan setelah pemegang saham terlebih dahulu meminta data atau keterangan kepada Perseroan dalam Rapat Umum Pemegang Saham, tetapi Perseroan tidak memberikan data atau keterangan tersebut.

Permohonan untuk mendapatkan data atau keterangan tentang Perseroan atau permohonan pemeriksaan untuk mendapatkan data atau keterangan tersebut harus didasarkan atas alasan yang wajar dan itikad baik. Apabila permohonan tersebut tidak didasarkan atas alasan yang wajar dan/atau tidak dilakukan dengan itikad baik, maka Ketua Pengadilan Negeri dapat menolak permohonan tersebut.

24 Ibid, Ps. 138 ayat (3).

(31)

Apabila Pengadilan Negeri mengabulkan permohonan, Ketua Pengadilan Negeri akan mengeluarkan penetapan pemeriksaan dan mengangkat paling banyak 3 (tiga) orang ahli untuk melakukan pemeriksaan dengan tujuan untuk mendapatkan data atau keterangan yang diperlukan.

Ahli yang ditunjuk adalah orang yang mempunyai keahlian di bidang yang akan di periksa dan orang yang diangkat sebagai ahli tidak boleh berasal dari anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, karyawan Perseroan, konsultan, dan akuntan publik yang telah ditunjuk oleh Perseroan.

Ahli yang telah diangkat oleh Ketua Pengadilan Negeri berhak untuk memeriksa semua dokumen dan kekayaan Perseroan yang dianggap perlu untuk diketahui. Setiap anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris dan semua karyawan Perseroan wajib memberikan segala keterangan yang diperlukan untuk pelasanaan pemeriksaan. Ahli yang telah diangkat wajib merahasiakan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Laporan hasil pemeriksaan disampaikan oleh ahli kepada Ketua Pengadilan Negeri dalam jangka waktu paling lambat 90 (Sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal pengangkatan ahli tersebut. Kemudian Ketua Pengadilan Negeri memberikan salinan laporan hasil pemeriksaan kepada pemohon dan Perseroan yang bersangkutan dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal laporan hasil pemeriksaan diterima.

Pengadilan menetapkan jumlah biaya pemeriksaan dengan mendasarkannya atas tingkat keahlian pemeriksa dan batas kemampuan Perseroan serta lingkup Perseroan. Biaya pemeriksaan tersebut dibayar oleh Perseroan,

(32)

tetapi Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan Perseroan dapat membebankan penggantian seluruh atau sebagian biaya pemeriksaan kepada pemohon, anggota Direksi dan/atau anggota Dewan Komisaris.

e. Mengajukan permohonan diselenggarakan RUPS

Penyelenggaraan RUPS tahunan dan RUPS lainnya dapat dilakukan atas permintaan 1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil tertulis dalam pasal 79 ayat 1-4 UUPT

(1). Direksi menyelenggarakan RUPS tahunan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 78 ayat (2) dan RUPS lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 ayat (4) dengan didahului pemanggilan RUPS.

(2). Penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dapat dilakukan atas permintaan :

a.1 (satu) orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama

mewakili 1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham

dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang

lebih kecil.

b. Dewan Komisaris

(3) Permintaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan kepada

Direksi dengan Surat Tercatat disertai alasannya.

(4) Surat Tercatat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang disampaikan oleh pemegang saham tembusannya disampaikan kepada Dewan Komisaris.

Direksi wajib melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima. Dalam hal direksi tidak melakukan pemanggilan RUPS, maka :

a. Dalam hal permintaan penyelenggaraan RUPS dilakukan oleh pemegang saham, maka harus diajukan kembali kepada Dewan

(33)

Komisaris.

b. Dalam hal permintaan dilakukan oleh dewan komisaris, maka dewan komisaris melakukan pemanggilan sendiri RUPS.

Dewan komisaris melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu paling lambat 15 (lima belas) hari terhitung sejak tanggal permintaan penyelenggaraan RUPS diterima. Dalam hal ini direksi atau dewan komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu tersebut diatas, pemegang saham penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonannya kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut.

Ketua pengadilan negeri setelah memanggil dan mendengar pemohon, direksi dan/atau dewan komisaris, menetapkan pemberian izin untuk menyelenggarakan RUPS apabila pemohon secara sumir telah membuktikan bahwa persyaratan telah dipenuhi dan pemohon mempunyai kepentingan yang wajar untuk menyelenggarakan RUPS

RUPS yang diselengarakan direksi berdasarkan panggilan RUPS dapat membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan permintaan oleh pemegang saham dan atau dewan komisaris dan mata acara rapat lainnya yang dipandang perlu oleh direksi sesuai dengan panggilan RUPS.

Sedangkan RUPS yang diselengarakan dewan komisaris hanya membicarakan masalah yang berkaitan dengan alasan dimintanya RUPS.

(34)

Selanjutnya RUPS yang diselengarakan berdasarkan penetapan ketua pengadilan negeri hanya boleh membicarakan mata acara rapat sebagaimana ditentukan oleh ketua pengadilan negeri.

Selain hal diatas ada juga kewajiban disclosure atau transparansi (keterbukaan informasi) dalam pengelolaan suatu perseroan merupakan hal pokok yang harus dilakukan untuk mewujudkan prinsip Good Corporate Governance.

Good Corporate Governance adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawabannya kepada para shareholder khususnya, dan stakeholders pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan untuk mengatur kewenangan direktur, manajer, pemegang saham dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di lingkungan tertentu

Pada satu sisi kepentingan masyarakat atau pihak-pihak lainnya termasuk pihak pemegang saham minoritas perlu dilindungi dengan mengharuskan adanya keterbukaan informasi, akan tetapi di sisi lain sampai batas-batas tertentu kepentingan perseroan atau kepentingan organ-organ perseroan juga perlu dilindungi dengan tidak terlalu membuka diri pada pihak luar.

Prinsip Good Corporate Governance mensyaratkan kewajiban disclosure tersebut dengan pendekatan yang bersifat lebih aktif. Bukan saja keterbukaan secara konvensional lewat pengumuman di berita negara, tambahan berita negara atau surat-surat kabar, melainkan juga secara aktif melakukan keterbukaan dengan menerapkan prinsip manajemen secara terbuka dengan memberikan secara akurat,

(35)

tepat waktu dan tepat sasaran terhadap sebanyak mungkin akses kepada pihak pemegang saham minoritas, bahkan juga kepada pihak stakeholder lainnya mengenai informasi dan kebijaksanaan dari perusahaan tersebut.

Dalam hal ini banyak informasi yang harus dibuka, seperti informasi tentang transaksi yang berbenturan kepentingan (conflic of interest), kepemilikan saham oleh direksi atau komisaris, investasi perusahaan lain, transaksi material, penjualan dan penjaminan aset penting dari perusahaan.

Penerapan prinsip transparansi ini bertujuan agar dapat menghindarkan perusahaan dari kerugian besar karena tertutupnya informasi sebagai akibat tidak dapat diprediksi sebelumnya. Dengan adanya transparansi maka pemilik dalam hal ini pemegang saham dapat mendeteksi penyebab kerugian tersebut ataupun memperkirakan resiko yang mungkin terjadi sebelumnya.

Penerapan keterbukaan informasi ini sangat melindungi kepentingan pemegang saham minoritas, karena pemegang saham minoritas dapat mengetahui dan membaca kondisi perseroan tepat pada waktunya sehingga kalau terjadi suatu hal maka dapat secepatnya menentukan sikap agar resiko kerugian dapat diminimalkan.25

Selain itu adanya keterbukaan informasi juga memberikan koridor yang akan memberikan batasan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkuasa seperti pemegang saham mayoritas, direksi dan komisaris untuk menyetujui suatu transaksi tertentu yang menguntungkan pihak-pihak tersebut tapi mengabaikan kepentingan pemegang saham minoritas.

(36)

b) Pertimbangan hakim dalam kasus Pukuafu melawan Newmont

Dalam penelitian ini penulis mengkaji Putusan Pengadilan Negeri No:02/Pdt.G/2010/PN.Jkt.Sel. Untuk membahas mengenai perlindungan hukum pemegang saham minoritas, dalam kasus putusan tersebut mengenai hak pemegang saham yang dulunya adalah pemilik awal Perusahaan yang sekarang hanya merupakan pemegang saham 20% , sekaligus pemegang saham 31% saham divestasi, pemegang saham minoritas ini merasa telah dirugikan sebagai pemegang saham divestasi 31% dengan keluarnya Putusan Arbitrase Internasional dan Putusan itu pun sangat merugikan Penggugat.

Penggugat pun menggugat Martiono Hadianto selaku Presiden Direktur PT. Newmont Nusa Tenggara sebagai tergugat I dan Martiono Hadianto selaku pribadi sebagai tergugat II, namun tergugat II selaku pribadi telah masuk dan bergabung dalam kedudukannya selaku tergugat I maka majelis memutuskan untuk melepaskan /mengeluarkan tergugat II selaku pribadi dari perkara aquo.

Isi dari putusan arbitrase internasional adalah Proses arbitrase mengenai sengketa saham divestasi PT. Newmont Nusa Tenggara sebagai berikut:

Dalam hal ini pemerintah memerintahkan PT. Newmont Nusa Tenggara untuk melaksanakan kontrak karya, Pasal 24 ayat 3, akan tetapi penggugat menolak karena berpendapat bahwa putusan ini mengada-ada dan sengaja dibuat sebagi alasan untuk mempersalahkan PT. Newmont Nusa Tenggara padahal PT. Newmont Nusa Tenggara tidak berkewajiban melaksanakan pasal 24 ayat 3 kontrak karya pertambangan karena yang wajib melaksanakannya adalah pemegang saham asing yaitu Newmont Indonesia Limited dan Nusa Tenggara

(37)

Mining Corporation.

Setelah itu isi putusan Arbitrase Internasional menyatakan PT. Newmont Nusa Tenggara telah lalai atau melanggar perjanjian penggugat menolak isi putusan tersebut karena PT. Newmont Nusa Tenggara tidak memiliki saham divestasi sehingga penggugat menganggap putusan ini direkayasa dan dapat dikategorikan sebagi tipu muslihat yang tidak seharusnya dikeluarkan oleh Arbitrase Internasional.

Selanjutnya Putusan Arbitrase Internasional memerintahkan PT. Newmont Nusa Tenggara untuk melakukan divestasi 17% saham yang terdiri dari 3% saham 2006 dan 7 % saham 2007 kepada pemerintah, 7% saham 2008 akan di divestasikan kepada pemerintah Indonesia dan wajib di selesaikan dalam 180 hari dari penetapan putusan ini.

Adapun penggugat membantah dengan menuding ada pihak yang memberikan Informasi menyesatkan dan tidak bertanggung jawab kepada Arbitrase Internasional, sehingga menerbitkan suatu putusan yang sama sekali tidak memiliki dasar hukum.

Tindakan pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut dapat dikategorikan tindak pidana, karena itu wajib di investigasi. Disamping itu penggugat menganggap PT. Newmont Nusa Tenggara tidak memiliki saham 1% pun. Dalam hal ini yang memiliki hak menerima atau menolak penawaran para pemegang saham asing yaitu Newmont Indonesia Limited dan Nusa Tenggara Mining Corporation adalah Pemerintah Indonesia (Pemerintah Pusat).

(38)

sesuai keputusan Menteri ESDM yang tertulis dalam surat Direktur Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi Departemen ESDM tanggal 30 juli 2007 sehingga telah dilakukan RUPS PT. Newmont Nusa Tenggara pada tanggal 21 Mei 2007 dan diputuskan dijual pada penggugat, berdasarkan Akta Notaris. Sedangkan saham divestasi 7% tahun 2008 oleh pemegang saham asing yaitu Newmont Indonesia Limited dan Nusa Tenggara Mining Corporation telah dijual berdasarkan Sale and Purchase Agreement tanggal 16 Mei 2008 sebagai transaksi lunas kepada penggugat.

Saham-saham divestasi tersebut bersih dan bebas dari segala jaminan dan sumber dana, untuk pembelian saham divestasi tidak akan menjadi urusan dari PT. Newmont Nusa Tenggara

PT. Newmont Nusa Tenggara juga tidak memiliki hak dalam mengeluarkan putusan yang berhubungan dengan divestasi karena PT. Newmont Nusa Tenggara tidak pernah memiliki saham divestasi apalagi dalam keadaan sengketa, yang memiliki saham divestasi adalah Pemegang Saham Asing yaitu Newmont Indonesia Limited 45% dan Nusa Tenggara Mining Corporation 35%, jadi tidak mungkin jika PT. Newmont Nusa Tenggara terlibat “divestiture dispute” yang seharusnya Newmont Indonesia Limited dan Nusa Tenggara Mining Corporation yang berhak atas divestiture dispute.

Penggugat sebelumnya telah meminta berulangkali penjelasan kepada Presiden Direktur PT. Newmont Nusa Tenggara (Tergugat I), namun sampai saat ini Tergugat I berdiam diri dan tidak pernah memberikan tanggapan dan jawaban, penggugat juga telah meminta secara tertulis dengan mengirimkan surat kepada

(39)

Sri Mulyani Indrawati yang pada saat itu masih menjabat sebagai Menteri keuangan untuk diadakan rapat dewan direksi, rapat dewan komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. Newmont Nusa Tenggara, agar penggugat diberikan penjelasan namun sama sekali tidak dihiraukan sampai saat ini.

Bahwa tergugat I terbukti telah melakukan tindakan penggelapan informasi dengan tidak memberikan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan proses pengadilan arbitrase Internasional.

Atas tindakan Tergugat I yang tidak memberitahukan baik secara resmi maupun secara tertulis mengenai adanya gugatan di Arbitrase Internasional telah menimbulkan kerugian materiil di pihak penggugat, Jumlah kerugiannya berjumlah dua puluh enam juta enam ratus ribu Dollar Amerika Serikat

Dalam hal ini penggugat sangat dirugikan dengan adanya pemberitaan di media massa mengenai kepemilikan saham divestasi PT. Newmont Nusa Tenggara dengan adanya Putusan Arbitrase Internasional tanggal 31 Maret 2009, yang sama sekali tidak melibatkan penggugat sebagai pemegang saham pendiri 20 %.

Timbulnya keragu-raguan public atas keabsahan penggugat selaku pemilik sah saham divestasi tersebut sangat merugikan dan mencemarkan nama baik penggugat. Hal tersebut di atas telah mengakibatkan kerugian Immateriil terhadap penggugat yang apabila dihitung setara dengan satu milyar dollar Amerika Serikat. Maka dari itu, guna menjamin putusan hakim apabila Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mengabulkan gugatan penggugat, maka penggugat mohon agar Pengadilan menetapkan hukuman uang paksa (dwangsom) sebesar lima ratus juta

(40)

rupiah kepada para tergugat untuk setiap hari atas keterlambatan pelaksanaan putusan ini, dan ditransfer langsung kepada rekening penggugat.

Atas tindakan tergugat I yang hingga sampai saat ini tidak memberikan semua dokumen-dokumen yang berhubungan dengan proses Pengadilan Arbitrase Internasional dapat dikualifisir sebagai perbuatan melawan hukum.

Dengan demikian dibawah ini adalah Amar putusan dan pertimbangan hakim dalam kasus ini:

Amar Putusan Pertimbangan Hakim

1. Mengabulkan gugatan penggugat untuk sebahagian

2. Menyatakan gugatan penggugat beralasan hukum

3. Menyatakan tergugat I melakukan perbutan melawan hukum

4. Memerintahkan tergugat I untuk memberikan berupa salinan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan proses Arbitrase Internasional 31 Maret 2009 kepada penggugat

- Menimbang, bahwa penggugat adalah salah satu pemrakarsa berdirinya PT, Newmont Nusa Tenggara sebagaimana Joint Venture Agreement disamping itu Penggugat juga adalah pemegang saham sebesar 20 % sehingga menurut hemat Majelis sudah jelas kedudukan hukum penggugat dalam PT. Newmont Nusa Tenggara.

- Menimbang, bahwa sebagaimana pertimbangan diatas majelis berpendapat sudah selayaknya menurut hukum penggugat dilibatkan dalam

(41)

setiap permasalahan yang ada di PT. Newmont Nusa Tenggara sehingga penggugat minimum dapat mengambil langkah antisipasi terhadap hak haknya dan kepentingan hukumnya, dengan tidak dilibatkannya penggugat adalah suatu perbuatan melanggar hukum karena ada dampak kerugian yang diterima oleh penggugat secara langsung dikarenakan tidak adanya informasi yang diberikan tergugat I.

5. Menghukum tergugat I membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap hari atas keterlambatan memenuhi dictum putusan ini

- Menimbang, bahwa terhadap petitum No. 7 oleh karena petitum 1,2,3 dan 4 dikabulkan maka untuk adanya kepastian maka mengabulkan uang paksa terhadap keterlambatan memenuhi dictum diatas yang putusannya sebagaimana disebutkan dalam dictum putusan dibawah ini.

6. Menghukum tergugat I untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 221.000,- (dua ratus dua puluh satu ribu

- Menimbang, bahwa oleh karena gugatan penguggat dikabulkan maka segala biaya perkara ini dibebankan

(42)

rupiah) kepada tergugat I.

7. Menolak gugatan selain dan selebihnya

- Menimbang, bahwa terhadap petitum 5 dimana penggugat meminta tergugat 1 untuk membayar ganti rugi sebesar US $. 26.600.000,- (dua puluh enam juta enam ratus ribu Dollar Amerika Serikat);

Menimbang, bahwa oleh karena didalam posita tidak ada uraian kerugian yang nyata dari penggugat sehingga pengadilan tidak dapat menentukan seberapa jumlah kerugian penggugat yang harus dibayar tergugat I kepada penggugat oleh karenanya petiitum No. 5 ini harus ditolak.

- Menimbang bahwa terhadap petitum No. 6 mengenai menghukum tergugat membayar kerugian immaterial sebesar US$ 1.000.000.000,- (satu Milyar Dollar Amerika Serikat) sebagaimana pertimbangan diatas sulit menentukan

(43)

kerugian immaterial yang diderita penggugat karena penggugat tidak menguraikan penderitaan immaterial apa yyang diderita penggugat sehingga sulit bagi pengadilan untuk memperkirakan besarnya jumlah kerugian immaterial penggugat sehingga menurut hemat majelis petitum ini harus juga ditolak.

- Menimbang, bahwa terhadap petitum nomor 8 mengenai uit voerbaar bij vooraad oleh karena tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur dalam HIR maka petitum ini ditolak

Dalam amar putusan ke 1 sampai 2 diatas hakim memutuskan untuk mengabulkan gugatan penggugat sebahagian dan juga menyatakan gugatan penggugat beralasan hukum karena dalam hal ini hakim telah mempertimbangkan kedudukan penggugat sebagai pihak Nasional yang telah menandatangani Kontrak Karya Pertambangan PT. Newmont Nusa Tenggara dan juga penggugat sebagai pemegang saham pendiri sebesar 20% (bukti PI, P3) selanjutnya penggugat juga adalah penandatangan Joint Venture Agreement antara PT.

(44)

Newmont Nusa Tenggara dan PT. Pukuafu Indah dan Joint Venture ini sebagai cikal bakal berdirinya PT. Newmont Nusa Tenggara, menurut saya hakim telah melindungi hak pemegang saham dalam hal ini karena hal tersebut diatur dalam pasal 61 ayat (1) dan (2) UUPT yang menyatakan bahwa:

(1) Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap

perseron ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan yang wajar

sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, dan/atau Dewan Komisaris.

(2) Gugatan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) diajukan ke

pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan perseroan

Dalam putusan tersebut sudah jelas bahwa penggugat dapat mengajukan gugatan kepada perseroan jika dirasa penggugat dalam hal ini pemegang saham 20% merasa dirugikan karena tindakan perseroan karena tidak adil dan tanpa alasan yang jelas, dalam kasus ini penggugat merasa diperlakukan tidak adil karena penggugat tidak di beri informasi tentang adanya proses Arbitrase Internasional pada PT. Newmont Nusa Tenggara sehingga mengakibatkan kerugian yang dialami penggugat.

Dalam amar putusan yang ke 3 hakim menyatakan bahwa tergugat I melakukan perbuatan melawan hukum dengan adanya sengketa antara pemerintah Indonesia dengan PT. Newmont Nusa Tenggara dan telah diputuskan berdasarkan putusan Arbitrase Internasional tanggal 31 Maret 2009 dimana putusan Arbitrase aquo sebagaimana diuraikan penggugat dalam surat gugatannya, serta tergugat tidak melibatkan penggugat dalam setiap permasalahan yang ada di PT. Newmont Nusa Tenggara sehingga penggugat mengalamin kerugian karena tidak menerima informasi

(45)

Dalam amar putusan yang ke 4 hakim memerintahkan tergugat I untuk memberikan berupa salinan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan proses Arbitrase Internasional 31 Maret 2009 kepada penggugat karena menurut hakim penggugat berhak untuk dilibatkan dalam setiap permasalahan yang ada di PT. Newmont Nusa Tenggara sehingga penggugat minimum dapat mengambil langkah antisipasi terhadap hak - haknya dan kepentingan hukumnya, dengan tidak dilibatkannya penggugat adalah suatu perbuatan melanggar hukum karena ada dampak kerugian yang diterima oleh penggugat secara langsung dikarenakan tidak adanya informasi yang diberikan tergugat I. Menurut saya hakim telah melindungi pemegang saham karena hal ini telah diatur dalam UU. No. 40 tahun 2007 Perseroan Terbatas pasal 138 menyatakan bahwa:

(1) Pemeriksaan terhadap Perseroan dapat dilakukan dengan tujuan untuk

mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa:

a. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan

pemegang saham atau pihak ketiga; atau

b. anggota Direksi atau Dewan Komisaris melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan Perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

mengajukan permohonan secara tertulis beserta alasannya ke pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan.

(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat diajukan oleh:

a. 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit

1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara;

b. pihak lain yang berdasarkan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar Perseroan atau perjanjian dengan Perseroan diberi wewenang untuk mengajukan permohonan pemeriksaan; atau

c. kejaksaan untuk kepentingan umum.

(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a diajukan

setelah pemohon terlebih dahulu meminta data atau keterangan kepada Perseroan dalam RUPS dan Perseroan tidak memberikan data atau keterangan tersebut.

(5) Permohonan untuk mendapatkan data atau keterangan tentang Perseroan

atau permohonan pemeriksaan untuk mendapatkan data atau keterangan tersebut harus didasarkan atas alasan yang wajar dan itikad baik.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menangani masalah tersebut, tentunya para pemerintah di negara kawasan Asia Tenggara ini harus berupaya mencari alternatif penyediaan energi lain yang

Menurut Idin (2016), produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan per satuan waktunya. Dapat dilihat pada

Berdasarkan hasil kuesioner yang dibagikan kepada karyawan, diperoleh hasil bahwa investasi sistem dan teknologi informasi menyediakan akses keluar atau pertukaran data yang

Penerapan problem solving dalam tulisan ini adalah upaya mengaplikasikan atau mempraktekkan kegiatan belajar mengajar yang bermula dari sebuah masalah melalui langkah-

Berdasarkan pada pembahasan di atas dan hasil simulasi maka dapat disimpulkan : Ensemble Kalman filter (EnKF) dapat digunakan untuk mendeteksi posisi lubang atau gangguan

Lalu pada beberapa tahun sebelumnya, kehadiran tangga pada angkul-angkul ini selain membiasakan penghuninya untuk selalu melangkah hati-hati, seringkali juga dipergunakan

Deskripsikan setiap tingkat pelapukan tanah sesuai dengan 7 parameter (warna, ukuran partikel, plastisitas/gradasi, kandungan air, tingkat pelapukan, kekuatan, strukur/perlapisan),