• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi nasional yang dicanangkan oleh pemerintah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi nasional yang dicanangkan oleh pemerintah"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu agenda reformasi nasional yang dicanangkan oleh pemerintah adalah yang menyangkut otonomi daerah. Penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah segenap kemampuan sumber daya dan potensi yang ada di daerah harus dimanfaatkan sebesar-besarnya dengan disertai kebijaksanaan dan langkah-langkah yang tepat guna tujuan pembangunan daerah. Kegiatan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan di daerah tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Di dalam APBD tersebut bukan hanya anggaran pembangunan saja dapat dilihat, tetapi juga seluruh kegiatan pemerintah dalam satu tahun anggaran yang bersangkutan tergambar dalam bentuk angka-angka sesuai dengan rencana yang telah digariskan oleh pemerintah daerah.

Kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan otonominya dalam bentuk wewenang untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri, tentu saja tidak dapat berjalan secara lancar dan mencapai hasil sebagaimana diharapkan, apabila tidak ditunjang oleh pencapaian dan peningkatan pendapatan daerah terutama Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS) sebagai salah satu tolak ukur otonomi di suatu tempat.

Sebagaimana dijelaskan pada Undang-Undang tersebut direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang

(2)

menegaskan kembali pelaksanaan Otonomi Daerah. Otonomi Daerah menurut UU ini diartikan sebagai kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Perhatian akan otonomi daerah tidak bisa dilepaskan dari banyaknya tuntutan daerah yang selama ini banyak dikecewakan oleh pemerintah pusat. Sentralisasi kekuasaan secara berlebihan dari pemerintah pusat selama ini tidak saja mematikan prakarsa dan kreativitas masyarakat daerah, melainkan juga telah terjadinya eksploitasi terhadap kekayaan alam yang dimiliki daerah. Kondisi ini berlangsung sangat lama, sehingga berdampak timbulnya ketidakpuasan daerah yang kemudian berkembang menjadi tuntutan daerah, mulai dari mempercepat pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu modal dasar Pemerintah Daerah dalam mendapatkan dana pembangunan dan memenuhi belanja daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan suatu usaha guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana dari pemerintah tingkat atas (subsidi). Pada dasarnya Pendapatan Asli Daerah seyogyanya ditunjang oleh hasil-hasil perusahaan daerah, perusahaan pasar, Pajak Reklame, Pajak Retribusi Kendaraan dan Kebersihan, pajak Bumi dan Bangunan serta usaha sah lainnya. Sumber pendapatan daerah yang potensial diserahkan kepada daerah otonomi tersebut.

Pemerintah Kabupaten Karawang merupakan suatu organisasi yang dipimpin oleh seorang bupati sebagai pimpinan eksekutif. Sebagai organisasi

(3)

didalamnya terdapat susunan dan struktur organisasi yang meliputi top

manajemen atau manajemen puncak yaitu Bupati di bantu oleh Sekretariat Daerah

serta para stafnya, middle manajemen atau manajemen menengah terdiri dari Dinas dan Unit lainnyaa yang setingkat. Pada Lower manajcmen atau manajemen bawah terdiri dari Camat, sub dinas dan unit kerja yang setingkat lainnya.

Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang merupakan unsur pelaksana teknis kewenangan otonomi dalam merumuskan kebijaksanaan teknis dalam melaksanakan kegiatan teknis operasional dibidang pendapatan daerah, sedangkan Dinas Pendapatan daerah mempunyai tugas mensukseskan seluruh penerimaan Pajak Reklame berdasarkan Peraturan daerah Nomor 4 tahun 1999. Pajak reklame merupakan salah satu sumber penerimaan yang berasal dari sektor pajak daerah yang ada di Kabupaten Karawang.

Diterapkannya Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 tentang Pajak Reklame merupakan wujud kebijakan pemerintah daerah yang harus diimplementasikan dalam rangka pencapaian target penerimaan pendapatan daerah. Dalam pelaksanaan kebijakan tersebut diperlukan adanya suatu peningkatan dalam pemungutan pajak reklame, sehingga dapat membantu terlaksananya program pembangunan daerah demi terciptanya keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Pajak Reklame merupakan pajak yang dipungut atas semua penyelengaraan reklame baik oleh orang pribadi maupun semua penyelenggaraan badan. Alasan kenapa mengambil pajak reklame ialah dikarenakan pajak reklame di kabupaten karawang cukup potensial, serta reklame mudah ditemui disetiap

(4)

ruas jalan yang ada di kabupaten karawang. Pemerintah Kabupaten Karawang melihat hal tersebut merupakan potensi yang dapat dipergunakan bagi pembangunan daerah karawang dengan mengeluarkan Perda No. 4 Tahun 1999 tentang Pajak Reklame dengan tujuan untuk dapat memberikan penerimaan bagi PAD Kabupaten Karawang sehingga diberikan target-target pada setiap tahunnya, tugas dan kewenangan pengimplementasiannya diserahkan kepada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang.

Implementasi kebijakan yang dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah menyangkut pelaksanaan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak reklame, penentuan besarnya pajak, sampai kegiatan penagihan pajak reklame serta pengawasan penyetorannya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam implementasi oleh Dinas Pendapatan Daerah diharapkan dapat meningkatkan dalam pencapaian target pajak reklame.

Berdasarkan hasil penelitian dan dari kondisi yang objektif yang peneliti lakukan di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang, realisasi pajak reklame sebagai salah satu objek pajak belum mencapai target sesuai waktu yang ditetapkan setiap tahunnya. Hal tersebut ternyata tidak lepas dari adanya masalah dalam kriteria-kriteria pencapaian target pajak reklame, yaitu sebagai berikut :

1. Masih belum tercapainya target penerimaan pajak reklame dalam jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Sebagaimana tersaji pada tabel 1 berikut ini :

(5)

TABEL 1

TARGET DAN REALISASI PENERIMAAN PAJAK REKLAME

No TAHUN

ANGGARAN JENIS PAJAK TARGET REALISASI PERSENTASE

Reklame Tetap 525.000.000,00 247.398.650,00 47,12 % 1 2005 Reklame Insidentil 39.158.000,00 21.050.306,00 53,75 % Reklame Tetap 600.000.000,00 408.120.475,00 68,02 % 2 2006 Reklame Insidentil 50.000.000,00 28.954.657,00 57,90 % Reklame Tetap 725.400.093,00 454.236.553,00 62,61 % 3 2007 Reklame Insidentil 54.947.508,00 33.347.269,00 60,68 % Sumber : Arsip Bidang Pembukuan dan Verifikasi

2. Masih rendahnya hasil kerja yang dicapai. Contoh : para pegawai Seksi Pendaftaran dan Pendataan Bidang Pendapatan Asli Daerah yang bertugas melakukan pengawasan, masih banyaknya jenis reklame seperti pamplet dan selebaran yang lolos pajak, sehingga banyak pihak-pihak yang menggunakan reklame jenis tersebut yang ditempelkan pada dinding, pohon-pohon atau dibagikan secara langsung kepada para penumpang angkutan umum.

Berdasarkan indikator diatas, masalah yang terdeteksi diatas Peneliti duga disebabkan salah satunya oleh implementasi kebijakan pajak reklame belum dijalankan sesuai dengan variabel-variabel implementasi kebijakan, yaitu sebagai berikut:

1. Sikap petugas penagihan yang cenderung lamban. Contoh : Pada Seksi Penetapan Bidang Pendapatan Asli Daerah bahwa masih adanya keterlambatan dalam penyerahan surat peringatan pada wajib pajak yang terlambat membayar pajak reklame, petugas penagihan baru menyerahkan surat tersebut lewat dari 7 hari, seharusnya surat peringatan diberikan sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan pajak yang dikeluarkan 7 hari sejak saat jatuh tempo.

(6)

2. Belum optimalnya Sumber Daya Manusia. Contoh : pada Seksi Pendaftaran dan Pendataan Bidang Pendapatan Asli Daerah, masih kurangnya aparat yang melakukan pengawasan terhadap lokasi-lokasi strategis, yang seharusnya dilakukan setiap hari dalam hal ini hanya dilakukan minimal seminggu sekali.

Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, yang dituangkan dalam bentuk usulan penelitian dengan judul :” PENGARUH IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 1999 TERHADAP PENCAPAIAN TARGET PAJAK REKLAME PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian terssebut diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh implementasi peraturan daerah nomor 4 tahun 1999 terhadap pencapaian target pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam usaha pencapaian target pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang?

3. Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh Kepala Dinas dalam mengatasi hambatan-hambatan mengimplementasikan peraturan daerah nomor 4 tahun 1999 yang dihubungkan dengan pencapaian target pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang ?

(7)

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Menemukan data dan informasi mengenai sejauh mana pengaruh implementasi peraturan daerah nomor 4 tahun 1999 terhadap pencapaian target pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang.

b. Mengembangkan data dan informasi mengenai pengaruh implementasi peraturan daerah nomor 4 tahun 1999 terhadap pencapaian target pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang. c. Menerapkan data dan informasi mengenai usaha-usaha yang dilakukan

untuk menaggulangi hambatan-hambatan dalam pengaruh implementasi peraturan daerah nomor 4 tahun 1999 terhadap pencapaian target pajak reklame pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang.

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis, dapat menambah dan memperluas wawasan pada peneliti dan dapat menerapkan teori-teori yang telah diperoleh selama peneliti kuliah di Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Pasundan Bandung.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi bahan masukan untuk pertimbangan dan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang.

(8)

D. Kerangka Pemikiran

Sebagai landasan teoritis, peneliti mengemukakan dasar pemikiran untuk mengungkapkan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan kerangka pemikiran yaitu berupa pendapat para ahli yang tidak diragukan lagi kebenarannya.

Peneliti mengemukakan definisi implementasi yang dikemukakan oleh Lester dan Stewart. yang dikutip oleh Agustino dalam bukunya “Dasar-Dasar

Kebijakan Publik” (2006:139) mengemukakan sebagai berikut : “Implementasi

sebagai suatu proses dan suatu hasil (output)”

Sedangkan definisi kebijakan menurut Anderson yang dikutip oleh Islamy dalam bukunya “ Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara” (2004:17) menyebutkan bahwa :

Kebijakan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.

Sedangkan definisi implementasi kebijakan menurut Meter dan Horn yang diterjemahkan oleh Agustino dalam bukunya “Dasar-Dasar Kebijakan Publik ” (2006:139) menyatakan bahwa :

Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat pemerintah atau swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah diterapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

Dari definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan dapat dikatakan sebagai tindakan melalui keputusan dari sejumlah aktor

(9)

yang dipergunakan sebagai landasan bertindak dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan kebijakan merupakan suatu alat untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang terjadi ataupun mencegah masalah yang akan terjadi. Oleh karena itu, apa yang disepakati oleh perumus kebijakan menjadi pedoman bagi pelaksanaan implementasi dari isi kebijakan tersebut

Untuk mencapai hal tersebut diatas, menurut Meter dan Horn yang diterjemahkan oleh Agustino dalam bukunya yang berjudul "Dasar-Dasar Kebijakan Publik" (2006:141) bahwa variabel-variabel implementasi kebijakan yang mempengaruhi dalam implementasi Perda No. 4 Tahun 1999 tentang pajak reklame adalah sebagai berikut, yaitu:

1. Ukuran dan Tujuan kebijakan 2. Sumber Daya

3. Karakteristik Agen Pelaksana

4. Sikap/ Kecendrungan (Disposition) para Pelaksana 5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana 6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Selanjutnya peneliti sampaikan pengertian Pencapaian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga (2000:194), sebagai berikut : Pencapaian adalah proses, cara, perbuatan mencapai.

Kemudian pengertian Target atau sasaran yang dikemukakan oleh Dharma dalam bukunya “Manajemen Prestasi Kerja”(1991:129) adalah sebagai berikut :

Target adalah merupakan sasaran dari pernyataan spesifik mengenai suatu kegiatan atau hasil yang dapat diukur, dinilai, dan direncanakan cara pencapaiannya.

Menurut Dharma, dalam bukunya ”Manajemen Prestasi Kerja” (1991:36) mengemukakan kriteria-kriteria dari pencapaian target sebagai berikut :

(10)

1. Kuantitas 2. Kualitas

3. Ketepatan Waktu

Selanjutnya peneliti akan sampaikan pengertian pajak reklame menurut Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang Nomor 4 Tahun 1999 Tentang Pajak Reklame diterangkan bahwa : Pajak Reklame adalah pajak yang dipungut atas penyelenggaraan reklame.

Pengenaan Pajak Reklame tidak mutlak ada pada seluruh daerah Kabupaten atau Kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah Kabupaten atau Kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak Kabupaten\Kota.

E. Hipotesis

Bertitik tolak dari kerangka pemikiran di atas, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis Konseptual

”Ada pengaruh Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 Terhadap Pencapaian Target Pajak Reklame Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang”

2. Hipotesis Statistik 0

:

0 S

H

ρ

: Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 Terhadap Pencapaian Target Pajak Reklame tidak ada pengaruh yang signifikan

(11)

0 :

1 S >

H

ρ

: Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 Terhadap Pencapaian Target Pajak Reklame terdapat pengaruh yang signifikan

Berikut ini peneliti uraikan paradigma penelitian :

ε

X Y

Gambar 1 Paradigma Penelitian

Keterangan gambar :

X : Variabel Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 Y : Variabel Pencapian Target

ε

: Variabel lain di luar Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4

Tahun 1999 yang tidak diukur yang berpengaruh terhadap Pelayanan pegawai

3. Definisi Operasional

Berdasarkan hipotesis diatas, maka untuk mempermudah dalam pembahasan selanjutnya, peneliti akan mengemukakan definisi operasional, yaitu sebagai berikut :

a. Pengaruh adalah menunjukan seberapa besar pengaruh Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 Pajak Terhadap Pencapaian

(12)

Target Pajak Reklame Pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang

b. Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah diterapkan dalam usaha meningkatkan penerimaan Pajak Reklame sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 dengan tujuan untuk mencapai Target Pajak Reklame.

c. Target adalah sasaran spesifik yang ingin dicapai mengenai suatu kegiatan penyelenggaraan Reklame berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. d. Pajak Reklame adalah pajak yang dipungut atas semua

penyelenggaraan reklame baik oleh orang pribadi maupun badan, yang tugas dan kewenangan implementasiannya diserahkan kepada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang.

F. Lokasi dan Lamanya Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang yang beralamat Jl. Alun-Alun Selatan No.1 Karawang.

(13)

2. Lamanya Penelitian

Penelitian dilakukan selama 7 hari terhitung dari tanggal 3-10 Juli 2008, sebagaimana terlihat pada jadwal penelitian yang disajikan pada Gambar 2.

(14)
(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Administrasi Negara dan Kebijakan Publik 1. Administrasi Negara

a. Pengertian Administrasi

Secara etimologis istilah administrasi berasal dari bahasa latin (Yunani) yang terdiri atas dua kata “ad” dan “ministrate” yang berarti

“to serve” yang dalam bahasa indonesia berarti melayani dan memenuhi.

Selanjutnya Dimock (1978:15), kata administrasi itu berasal dari kata

“ad” dan “ministrate” yang berarti juga “to serve”. Jadi, dapat dipahami

bahwa yang dimaksud dengan administasi adalah proses pelayanan atau pengaturan.

Selanjutnya ada beberapa pendapat pakar administrasi mengenai definisi administrasi, yaitu sebagai berikut : Menurut Simon (1999:3), mendefinisikan administrasi sebagai “Kegiatan-kegiatan kelompok kerjasama untuk mencapai tujuan”.

Kemudian White dalam Syafiie dkk. (1999), mendefinisikan administrasi sebagai “Suatu proses yang umum ada pada usaha kelompok-kelompok, baik pemerintah maupun swasta, baik sipil maupun militer, baik dalam ukuran besar maupun kecil”.

Lalu menurut Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi (2004:2), mengemukakan bahwa administrasi didefinisikan, sebagai berikut :

(16)

“Keseluruhan proses kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

Sedangkan Gie (1993:9) yang dikutip Pasolong (2007:3) mendefinisikan administrasi adalah “Rangkaian kegiatan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh sekelompok orang di dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu”.

Dari definisi diatas, dapat dipahami bahwa administrasi mempunyai dua dimensi yaitu : (1) dimensi karakteristik, dan (2) dimensi unsur-unsur yang melekat pada administrasi.

b. Dimensi karakteristik administrasi terdiri atas :

1. Efisien berarti bahwa tujuan (motive) dari pada administarasi adalah untuk mencapai hasil secara afektif dn efisien. Efisien adalah perbandingan rasio keluaran dengn masukan.

2. Efektifitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan dalam istilah sebagai hubungan sebab akibat. Efektifitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai. 3. Rasionalitas berarti bahwa tujuan yang telah dicapai bermanfaat

atau berguna, serta dilakukan dengan sadar atau disengaja.

Oleh karena itu, tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan administrasi adalah menerapkan kemampuan dan keterampilan kerja sehingga tercapai secara efektif, efisien melalui tindakan yang rasional.

(17)

c. Dimensi Unsur-unsur administrasi, sebagai berikut:

1. Adanya tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelum melaksankan suatu pekerjaan.

2. Adanya kerjasama baik sekelompok orang atau lembaga pemerintah maupun pihak swasta.

3. Adanya sarana yang digunakan oleh sekelompok atau lembaga dalam melaksanakan tujuan yang hendak dicapai.

d. Pengertian Administrasi Negara

Ilmu administrasi negara ialah terjemahan dari public administration. Secara etimologis, maka “public” berasal dari bahasa latin “poplicus” atau “people” dalam bahasa inggris yang berarti rakyat. Administration, juga berasal dari bahasa latin terdiri dari kata “ad” yang berarti intensif, dan ministare yang berarti melayani. Jadi, dapat dikatakan public

administration itu ialah pelayanan secara intensif terhadap rakyat.

Menurut Sugiono dalam bukunya Metode Penelitian Administrasi (2006:25), memberikan definisi tentang Administrasi Negara, sebagai berikut : Administrasi Negara berkenaan dengan kegiatan yang bersifat kenegaraan, yang tujuan utamanya untuk memberikan pelayanan, meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat

Sedangkan menurut Waldo sebagaimana dikutip oleh Kahya dan Zenju dalam bukunya Pengantar Ilmu Adminstrasi Negara (1996:3), mengemukakan definisi Administrasi Negara, sebagai berikut :

(18)

1. Administrasi Negara ialah organisasi dan manajemen dari manusia dan benda guna mencapai tujuan-tujuan pemerintah.

2. Administrasi Negara ialah seni dan manajemen yang dipergunakan untuk megurus urusan-urusan negara.

2. Kebijakan Publik

Pengertian Kebijakan menurut Friedrich yang dikutip oleh Agustino dalam bukunya Dasar-Dasar Kebijakan Publik (2006:7) sebagai berikut :

Kebijakan publik adalah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulakan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintahan dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kemungkinan-kemungkinan (kesempatan-kesempatan) dimana kebijakan tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Sedangkan menurut Anderson yang dikutip oleh Agustino dalam bukunya Dasar-Dasar Kebijakan Publik (2006:7) memberikan pengertian atas definisi kebijakan publik sebagai berikut :

Serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud/tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau suatu hal yang diperhatikan.

B. Organisasi dan Manajemen 1. Pengertian Organisasi

Pengertian Organisasi menurut Hasibuan dalam bukunya Manajemen, Dasar, pengertian dan masalah (1996:123), yaitu :

Organisasi adalah suatu sistem perserikatan, formal, berstruktur, dan terkoordinasi dari kelompok orang yang bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu. Organisasi hanya merupakan alat dan wadah saja.

(19)

Miles yang dikutip oleh Gomes dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia (2003:23) :

Organisasi tidak lebih daripada sekelompok orang yang berkumpul bersama di sekitar suatu teknologi yang dipergunakan untuk mengubah input-input dari lingkungan menjadi barang atau jasa-jasa yang dapat dipasarkan. Arni dengan bukunya yang berjudul Komunikasi Organisasi (2002:24) mengemukakan sebagai berikut: organisasi merupakan suatu sistem, mengkoordinasi aktifitas dan mencapai tujuan bersama atau tujuan umum.

2. Pengertian Manajemen

Istilah manajemen yang kita kenal berasal dari kata “manajement”, yang bentuk infinitifnya adalah “to manage”. Di Indonesia, kata

“manajement” ini menurut Westra (1980:135) diterjemahkan dalam

berbagai istilah, seperti : kepemimpinan, tata pimpinan, ketatalaksanaan, pengaturan, pengelolaan, pengadilan, pengurusan, pembinaan, penguasaan,dan lain sebagainya.

Pengertian manajemen menurut Siagian dalam bukunya Filsafat Administrasi (1997;5) adalah sebagai berikut :

Manajemen adalah kemampuan atau keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.

Terry yang dkutip Handayaningrat dalam bukunya Pengantar Studi Ilmu Administrasi Negara dan Manajemen” (1996;20) adalah sebagai berikut :

(20)

Manajemen adalah suatu proses yang membebankan atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan dan pengawasan dngan memanfaatkan baik ilmu maupun seni, agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

C. Implementasi Kebijakan 1. Pengertian Implementasi

Peneliti mengemukakan definisi implementasi yang dikemukakan oleh Lester dan Stewart. yang dikutip oleh Agustino dalam bukunya Dasar-Dasar Kebijakan Publik (2006:139) mengemukakan sebagai berikut : Implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil (output)

Dalam kamus Webster, merumuskan secara pendek mengenai implementasi yaitu bahwa

to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out: ; (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical effect to (menimbulkan dampak\akibat terhadap sesuatu)

Pengertian implementasi menurut Meter dan Horn yang dikutip oleh Wahab dalam bukunya Analisis Kebijasanaan ; Dari formulasi ke implementasi kebijaksanaan Negara (2005:65), merumuskan proses implementasi ini sebagai :

The actions by public or private individuals (or group) that are directed at the achievement of objectives set forth in prior policy decisions” (tindakan-tindakan) yang dilakukan baik oleh individu-individu\pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan)

(21)

Pengertian implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier yang dikutip oleh wahab dalam bukunya Analisis kebijaksanaan ; dari formulasi ke implementasi kebijaksanaan negara (2005), menjelaskan makna implementasi ini dengan mengatakan bahwa :

Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah sesuatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan Negara, yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadiankejadian

Sedangkan menurut Bardach yang dikutip oleh Agustiono dalam bukunya Dasar-Dasar Kebijakan Publik (2006:138) sebagai berikut:

Implementasi adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dengan kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi untuk melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk mereka dianggap klien

Berdasarkan pandangan yang diutarakan oleh para ahli tersebut diatas dapatlah kita simpulkan bahwa proses implementasi kebijaksanaan itu sesungguhnya tidak hanya menyangkut prilaku badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan pula menyangkut jaringan kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi pelaku dari semua pihak yang terlibat, dan

(22)

yang pada akhirnya berpengaruh terhadap dampak baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.

2. Pengertian Kebijakan

Secara umum, istilah “kebijakan” atau “policy” dipergunakan untuk menunjuk perilaku seseorang aktor ( misalnya seorang pejabat, suatu kelompok maupun suatu lembaga pemerintah) atau sejumlah aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu.

Seorang pakar ilmu politik yang menyatakan pengertian kebijakan menurut Anderson yang dikutip oleh Islamy dalam bukunya Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara (2004:17) menyebutkan bahwa:

Kebijakan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seseorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu

Sedangkan definisi kebijakan menurut Richard yang dikutip oleh Winarno dalam bukunya Teori dan proses kebijakan publik (2005 : 15) menyarankan bahwa :

Kebijakan hendaknya dipahami sebagai serangkaian kegiatan yang sedikit banyak berhubungan beserta dengan konsekuensi-konsekuensinya bagi mereka yang bersangkutan daripada sebagai suatu keputusan tersendiri Menurut Friedrich yang dikutip oleh Winarno dalam bukunya Teori dan kebijakan publik (2005:16), ia memandang kebijakan sebagai :

Suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, ysng memberiksn hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan

(23)

untuk menggunakan dan mengatasi kebijakan dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau suatu maksud tertentu Menurut Jones, istilah kebijakan (policy term) digunakan dalam praktek sehari-hari namun digunakan untuk menggantikan kegiatan atau keputusan yang sangat berbeda. Istilah ini sering dipertukarkan dengan tujuan (goals), program, keputusan (decisions), standar, proposal, dan grand design. Namun demikian meskipun kebijakan politik mungkin kewlihatannya abstrak atau mungkin dapat dipandang sebagai sesuatu yang “terjadi” terhadap seseorang, namun sebenarnya sebagaimana beberapa contoh yang telah dipaparkan, pada dasarnya kita telah dipengaruhi secara mendalam oleh banyak kebijakan public dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan alat administrasi hukum di mana berbagai actor, organisasi, prosedur, dan tehnik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi pada sisi yang lain merupakan fenomena yang kompleks yang mungkin dapat dipahami sebagai proses, keluaran (output) maupun sebagai hasil.

Sementara itu, menurut Meter dan Horn yang diterjemahkan oleh Agustino dalam bukunya Dasar-Dasar Kebijakan Publik (2006:139) menyatakan bahwa :

Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-pejabat pemerintah atau swasta yang diarahkan untuk mencapai

(24)

tujuan-tujuan yang telah diterapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya.

Pengertian implementasi kebijakan menurut Mufiz yang dikutip oleh Kahya dan Zenju dalam bukunya Pengantar Ilmu Administrasi Negara (Suatu Pokok Bahasan) (1996:45) sebagai berikut:

Implementasi kebijakan ialah aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk melaksanakan suatu kebijakan secara efektif. Kesulitan yang timbul pada tahap ini adalah sukarnya menentukan hasil kebijakan, karena adanya dampak yang tidak terantisipasi sebelumnya

Sebagaimana telah dikemukakan dalam permulaan bab ini, bagian kedua bab ini akan membicarakan model pelaksanaan kebijakan yang dikemukakan Edward III yang dikutip oleh Winarno dalam bukunya Teori dan Proses Kebijakan Publik (2005 : 125). Menurut Edward III, studi implementasi kebijakan adalah krusial bagi public administration dan public policy. “Implementasi kebijakan adalah tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya”. 4. Alat Ukur Implementasi Kebijakan

Menurut Meter dan Horn yang diterjemahkan oleh Agustino dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Kebijakan Publik (2006:141) bahwa variable-variabel implementasi kebijakan adalah sebagai berikut, yaitu:

a. Ukuran dan Tujuan kebijakan

Variabel ini didasarkan pada kepentingan utama terhadap faktor-faktor yang menentukan pencapaian kebijakan. Menurut Meter dan Horn,

(25)

identifikasi indikator-indikator pencapaian merupakan tahap yang sangat krusial dalam analisis implementasi kebijakan. Indikator-indikator pencapaian ini menilai sejauh mana ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah direalisasikan, ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan-tujuan-tujuan berguna didalam menguraikan tujuan-tujuan keputusan kebijakan secara menyeluruh.

b. Sumberdaya

Disamping ukuran dan sasaran kebijakan, yang perlu mendapatkan perhatian dalam proses implementasi kebijakan adalah sumber- sumber yang tersedia, sumber- sumber tersebut layak mendapatkan perhatian karena menunjang keberhasilan implementasi kebijakan, sumber- sumber yang dimaksud mencakup dana atau perangsang yang mendorong dan mempelancar implementasi yang efektif.

c. Karakteristik Agen Pelaksana

Menurut Meter dan Horn struktur birokrasi diartikan sebagai karakteristik- karakteristik, norma- norma dan pola- pola hubungan yang terjadi berulang- ulang dalam badan- badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dengan menjalankan kebijakan. Komponen dari model ini terdiri ciri- ciri struktur formal dari organisasi- organisasi dan atribut- atribut yang tidak formal dari personil mereka. Sikap/ kecendrungan pelaksana. Kinerja Implementsi kebijakan akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksanannya.

(26)

d. Sikap/ Kecendrungan Pelaksana

Pemahaman pelaksana tentang tujuan umum maupun ukuran dasar dan tujuan- tujuan kebijakan merupakan suatu hal yang penting, implementasi kebijakan yang berhasil harus diikuti oleh kesadaran terhadap kebijakan tersebut secara menyeluruh. Hal ini berarti bahwa kegagalan suatu implementasi kebijakan sering diakibatkan oleh ketidaktaatan para pelaksana terhadap kebijakan, intensitas kecendrungan pelaksana akan mempengaruhi pencapaian kebijakan. Para pelaksana yang mempunyai pilihan- pilihan negatif mungkin secara terbuka akan menimbulkan sikap menentang tujuan- tujuan program, bila hal itu terjadi, maka persoalan implementasi akan mengundang perdebatan, bawahan mungkin akan menolak untuk berperan serta dalam program tersebut, selain itu, tingkah laku yang kurang kuat mungkin mengakibatkan para pelaksana mengalihkan perhatian- perhatian dan mengelak secara sembunyi-sembunyi jadi kecendrungan para pelaksana dalam proses implementasi harus mendapat perhatian yang sangat besar karena sebaik apapun kebijakan diambil bila pelaksana kebijakan kurang berperan dengan baik maka kebijakan tersebut akan sia-sia.

e. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana

Komunikasi di dalam dan antar organisasi merupakan suatu proses yang kompleks dan sulit. Dalam meneruskan pesan kebawah dalam suatu organisasi atau dari suatu organisasi ke organisasi yang lainnya, para komunikator dapat menyimpan atau menyebarluaskannya, baik secara

(27)

sengaja maupun tidak sengaja. Lebih dari itu, jika sumber- sumber informasi yang berbeda memberikan interpretasi yang tidak konsisten terhadap ukuran dasar dan tujuan atau jika sumber yang sama memberikan interpretasi yang bertentangan maka para pelaksana akan menghadapi kesulitan yang lebih besar untuk melaksanakan maksud- maksud kebijakan.

f. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Tidak dapat dipungkiri lagi kalau kondisi ekonomi, sosial, dan politik sangat mempengaruhi terhadap kebijakan, karena dengan baiknya kondisi tersebut maka para pengambil kebijakan tidak akan mengalami hambatan dalam artian segala keputusan yang diambil tidak akan mendapat respon yang negatif dari pelaksana kebijakan. Disamping itu juga apabila kondisi ekonomi, sosial, dan politik baik maka kebijakan yang diambil dapat dilaksanakan karena ditunjang oleh kondisi yang baik dari lingkungan luar.

5. Tahap-Tahap kebijakan

Proses pembuatan kebijakan merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh Karena itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik ke dalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita di dalam mengkaji kebijakan publik. Namun demikian,

(28)

beberapa ahli mungkin membagi tahap-tahap ini dengan urutan yang berbeda.

a. Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan pada agenda publik. Sebelumnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah mungkin tidak di sentuh sama sekali dan beberapa yang lain pembahasan untuk masalah tersebut ditunda untuk waktu yang lama. b. Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuatan kebijakan. Masaah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemeacahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada. Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk kedalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternative bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, masing-masing aktor akan “bermain” untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

c. Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, consensus antara direktur lembaga atau keputusan peradilan.

(29)

d. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan elit, jika program tersebut tidak diimplentasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang telah diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implemantasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana, namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e. Tahap penilaian kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau di evaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang telah dibuat mampu memecahkan masalah. Kebijakan publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini memperbaiki masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah meraih dampak yang diinginkan.

6. Syarat-Syarat Kebijakan

Kemudian menurut Hogwood dan Gunn yang dikutip oleh Wahab dalam bukunya Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi

(30)

Kebijaksanaan Negara (2005:71) menyebutkan bahwa syarat-syarat kebijaksanaan negara secara sempurna, sebagai berkut:

a. Kondisi eksternal tidak menimbulkan kendala yang serius b. Tersedianya waktu

c. Tersedianya sumber-sumber

d. Kebijakan didasari oleh hubungan kausalitas

e. Hubungan kausalitas bersifat langsung dan sedikit mata rantai penghubungnya

f. Hubungan saling ketergantungan harus kecil

g. Pemahaman yang mendalam dan kesepakatan terhadap tujuan

h. Tugas terperinci dan penempatan yang tepat i. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna

j. Pihak yang memiliki kewenangan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna

7. Model Pendekatan Implementasi Kebijakan

Berikut ini beberapa model pendekatan impelementasi kebijakan public, yaitu :

a. Model Metter dan Horn.

Model yang dikembangkan oleh Metter dan Horn dikenal dengan istilai “a model of the policy implementation”. Ada 6 variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan public :

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan 2. Sumber Daya

3. Karakteristik Agen Pelaksana

4. Sikap/Kencenderungan (dispostition) para pelaksana 5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana 6. Lingkungan Ekonomi, social dan politik

(31)

b. Model Mazmanian dan Sabatier

Model ini dikenal dengan istilah “ a framework for policy implementation analysis”, mereka menekankan pentingnya kemampuan mengidentifikasikan variable yang mempengaruhi tujuan formal dari seluruh proses implementasi. Ada 3 variabel yang mempengaruhi tujuan formal kebijakan public :

1. Mudah atau tidaknya masalah yang akan digarap, meliputi : − Kesukaran-kesukaran teknis

− Keberagaman perilaku yang diatur

− Presentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran

− Tingkat dan ruang lingkup perubahan perilaku yang dikehendaki

2. Kemampuan kebijakan menstruktur proses implementasi secara tepat

− Kecermatan dan kejelasan penjenjangan tujuan-tujuan resmi yang akan dicapai

− Keterandalan teori kausalitas yang diperlukan − Ketetapan alokasi sumberdana

− Keterpaduan hirarki di dalam lingkungan dan diantara lembaga-lembaga atau isntansi-isntansi pelaksana

(32)

− Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam undang-undang

− Akses formal pihak-pihak luar

3. Variabel-variabel diluar undang-undang yang mempengaruhi impelemntasi

− Kondisi social-ekonomi dan teknologi − Dukungan public

− Sikap dan sumber-sumber yang dimiliki kelompok masyarakat − Kesepakatan dan kemampuan kepemimpinan para [ejabat

pelakana c. Model Edward III.

Model yang ditawarkan dikenal dengan “direct and indirect impact on implementation”. Ada 4 variabel yang menetukan keberhasilan impelentasi kebijakan piblik :

1. Komunikasi : Transmisi, kejelasan dan konsistensi.

2. Sumberdaya : Staf, Informasi, Wewenang dan Fasilitas

3. Disposisi : Pengangkatan birokrat dan insentif

4. Struktur birokrasi : Kondusif, Kerjasama, Koordinasi, Standar

Operating Sistem dan Fragmentasi d. Model Grindle

Model yang dikembangkan dikenal dengan istilah “impelentation as a political and administrative process” menurut grindel ada dua variable yang mempengaruhi implementasi kebijakan public. Keberhasilan

(33)

implementasi suatu kebijakan dapat diukur dari proses pencapaian hasil akhir, yaitu tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih, dimana keberhasilan tersebut dapat dilihat dari dua hal :

1. Dilihat dari prosenya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan kebijakan sesuai dengan yang ditentukan dengan merujuk pada aksi kebijakannya.

2. Apakah tujuan kebijakan tercapai, dimensi ini diukur dengan dua factor, yaitu :

− Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok

− Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran dan perubahan yang terjadi

Kebrhasilan suatu impelentasi kebijakan public, juga amat ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan itu sendiri, yang terdiri atas :

1. Content of policy (isi/substansi kebijakan)

− Interest affected (kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi)

− Type of benefits (tipe manfaat)

− Extent of change envision (derajat perubahan yang ingin dicapai)

− Site of decision making (letak pengambilan keputusan) − Program implementer (pelaksana program)

(34)

2. Context of policy

− Power, interest, and strategy of actor involved (kekuasaan, kepentingan-kepentingan, dan strategi dari actor yang terlibat) − Institution and regime characteristic (karakteristik lembaga dan

rezim yang berkuasa)

− Compliance and responseveness (tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana)

D. Pencapaian Target

1. Pengertian Pencapaian Target

Target mempunyai kesamaan dengan sasaran, yaitu penjabaran dari tujuan secara teratur, yang akan dicapai/di hasilkan secara nyata oleh suatu organisasi dalam jangka tahunan, semesteran, triwulanan, atau wulanan.

Peniliti akan kemukakan pengertian pencapaian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Tiga (2000:194) sebagai berikut : Pencapaian adalah proses, cara, perbuatan mencapai.

Kemudian penertian target yang mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dari Balai Pustaka (1991 : 1011), yaitu : target adalah sasaran (batas Ketentuan dan sebagainya) yang telah ditetapkan untuk dicapai.

Berdasarkan pendapat tersebut, menurut peneliti ada kesamaan makna antara target dengan sasaran. Oleh karena itu peneliti akan kemukakan definisi sasaran menurut Komarudin (1990 : 129) dalam bukunya

(35)

Manajemen Berdasarkan Sasaran, yaitu : target adalah hasil akhir yang ingin dicapai melalui proses manajemen atau pernyataan hasil yang harus diperoleh, perlu dirumuskan dengan pasti.

Peneliti akan kemukakan pengertian target masih menurut Komarudin (1994:845) dalam bukunya Ensiklopedia Manajemen, yaitu :

a. Target adalah tujuan yang akan dicapai : sasaran

b. Target adalah suatu tujuan-tujuan yang lebih terperinci yang ingin dicapai yang lazimnya dapat dinyatakan atau diukur secara kuantitatif. Target tersebut merupakan jumlah akhir yang ingin dicapai atau jumlah bagian yang berada dalam proses keseluruhan.

Sedangkan menurt Winardi dalam bukunya Dasar-Dasar Manajemen Modern (1992:126) mendefinisikan target sebagai berikut : Target adalah sasaran yang hendak dicapai oleh suatu organisasi sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan.

Kemudian pengertian Target atau sasaran yang dikemukakan oleh Dharma dalam bukunya Manajemen Prestasi Kerja (1991:129) adalah sebagai berikut :

Target adalah merupakan sasaran dari pernyataan spesifik mengenai suatu kegiatan atau hasil yang dapat diukur, dinilai, dan direncanakan cara mpencapaiannya.

2. Ukuran-Ukuran Pencapain Target

Menurut Dharma, dalam bukunya Manajemen Prestasi Kerja (1991:36) mengemukakan kriteria-kriteria dari pencapaian target sebagai berikut :

a. Kuantitas

Merupakan jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh pegawai. pengukuran kuantitas melibatkan perhitungan keluaran dari proses pelaksanaan kegiatan dimana perbandingan kesesuaian antara jumlah yang diselesaikan

(36)

dengan jumlah yang ditentukan. hal ini berkaitan dengan banyaknya jumlah hasil kerja yang diselesaikan oleh pegawai.

b. Kualitas

Kualitas kerja adalah mutu yang dihasilkan berhubungan dengan baik tidaknya hasil pekerjaan. pengukuran kualitatif mencerminkan tingkat kepuasan yaitu seberapa baik penyelesaiannya, hal ini berkaitan dengan bentuk keluaran berupa keberhasilan yang dicapai yang menjadi tuntutan dalam sebuah instansi pemerintah.

c. Ketepatan Waktu

Berkaitan dengan sesuai atau tidaknya waktu penyelesaian pekerjaan dengan target waktu yang direncanakan. Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.

Sedangkan ukuran-ukuran dari pencapaian target yang dikemukakan oleh Nawawi dan Martini dalam bukunya Administrasi Personil Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja (1990:99) adalah :

a. Pencapaian target sesuatu yang dihasilkan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan

b. Tingkat pendayagunaan dan kemamfaatan suatu hasil yang dicapai

c. Hasil kerja 3. Sifat Target atau Sasaran

Berikut ini adalah sejumlah sifat yang mendukung criteria bagi target sasaran yaitu sebagai berikut :

a. Sesuai dengan manfaat dan misi organisasi b. Realistis

c. Dapat diterima masyarakat organisasi d. Luwes terhadap resiko

e. Memberikan motivasi f. Dipahami oleh anggota

(37)

g. Keterkaitan antar sasaran

h. Terukur dalam pengertian waktu i. Spesifik

E. Pajak Reklame

1. Pengertian Pajak Reklame a. Pengertian Pajak

Penyelenggara otonomi daerah yang luas dipandang perlu untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi pemerataan dan keadilaan serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah, pemerintah diberi kewenangan untuk menggali sumber-sumber dana bagi penyelenggara pemerintah dan pembiayaan pembangunan.

Pajak daerah merupakan salah satu sumber dana potensial bagi daerah, agar daerah dapat melaksanakan otonomi yang mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Sumber pendapatan daerah diharapkan menjadi sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat.

Peneliti akan mencoba mengemukakan beberapa pengertian pajak sebelum membahas penertrian Pajak Reklame karena Pajak Reklame merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang ada di Kabupaten Karawang.

(38)

Menurut pendapat Andrian yang dikutip oleh Brotodiharjo dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak (1991:2) mengemukakan definisi pajak yaitu :

Pajak adalah iuran kepada Negara ( yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak dapat mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk dan gunanya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran atau berhubung dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintah.

Pengertian pajak daerah menurut pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diterangkan bahwa :

Pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

b. Pengertian Reklame

Jenis pajak Daerah yang ada di Kabupaten Karawang salah satunya, yaitu Pajak Reklame. Pengertian Reklame adalah pajak yang dipungut atas setiap penyelenggara reklame. Menurut Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 tentang Pajak Reklame diterangkan sebagai berikut

Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau mengujikan suatu barang, jasa atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar dari suatu tempat atau umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

Berdasarkan pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa Pajak Reklame adalah iuran wajib atau sumbangan wajib kepada Negara (yang

(39)

dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya., yang dibebankan atas penyelenggara reklame di wilayah hukum Kabupaten Karawang .

c. Pengertian Pajak Reklame

Pajak Reklame menurut Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang Nomor 4 Tahun 1999 Tentang Pajak Reklame diterangkan bahwa : Pajak Reklame adalah pajak yang dipungut atas penyelenggaraan reklame.

Pengenaan Pajak Reklame tidak mutlak ada pada seluruh daerah Kabupaten atau Kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah Kabupaten atau Kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak Kabupaten\Kota. Untuk dapat dipungut pada suatu daerah Kabupaten atau Kota, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menerbitkan peraturan daerah tentang Pajak Reklame yang akan menjadi landasan hukum operasional dalamn teknis pelaksanaan pengenaan dan pemungutan Pajak Reklame di daerah Kabupaten atau Kota yang bersangkutan.

2. Objek Pajak, Subjek Pajak dan Wajib Pajak Reklame a. Objek Pajak Reklame

Adalah semua penyelenggaraan reklame. Penyelenggaraan reklame dapat dilakukan oleh penyelenggara reklame atau perusahaan jasa periklanan yang terdaftar pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten\Kota.

(40)

Penyelenggara reklame dapat ditetapkan menjadi objek Pajak Reklame adalah sebagaimana disebut dibawah ini.

1.) Reklame papan billboard; yaitu reklame yang terbuat dari papan, kayu, termasuk seng atau bahan lain yang sejenis, dipasang atau digantungkan atau dibuat pada bangunan, tembok, dinding, pagar, pohon, tiang, dan sebagainya baik bersinar atau disinari.

2.) Reklame megatron\ videotron\ Large Electronic Display (LED), yaitu reklame yang menggunakana layar monitor besar berupa program reklame atau iklan bersinar dengan gambar dan atau tulisan berwarna yang dapat berubah-ubah, terprogram, dan difungsikan dengan listrik.

3.) Reklame kain, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain, termasuk kertas plastik karet atau bahan lain yang sejanis dengan itu.

4.) Reklame melekat (stiker), yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas,diselenggarakan dengan cara disebsrkan, dipasang, digantung pada suatu benda dengan ketentuan luasnya tidak lebih dadari 200 cm2 per lembar.

5.) Reklame selebaran, yaitu reklame yang berbentuk lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, diletakan, dipasang, atau digantungkan pada suatu benda lain.

(41)

6.) Reklame berjalan, termasuk pasa kendaraan, yaitu reklame yang ditempatkan atau ditempelkan pada kendaraan yang diselenggarakan dengan menggunakan kendaraan atau dengan cara dibawa oleh orang.

7.) Reklame udara yaitu reklame yang diselenggarakan diudara dengan menggunakan gas, laser, pesawat, atau alat lain yang sejenis.

8.) Reklame suara, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan dari atau oleh perantaraan alat.

9.) Reklame film\slide yaitu reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan klise berupa kaca atau film, ataupun bahan-bahan yang sejenis, sebagai alat untuk memproyeksikan dan atau dipancarkan pada layar atau benda lain yang ada diruangan 10.) Reklame peragaan, yaitu reklame yang diselenggarakan dengan

cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai suara.

b. Subjek Pajak Reklame

Pada Pajak Reklame, subjek pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemesanan Reklame.

(42)

c. Wajib Pajak Reklame

Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan reklame. Jika reaklame diselenggarakan langsung oleh orang pribadi ataub badan yang memenfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri.

Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau badan tersebut. Apabila penyelenggaraan reklame dilaksanakan melalui pihak ketiga, misalnya perusahaan jasa periklanan, pihak ketiga tersebut menjadi wajib Pajak Reklame.

Dalam menjalankan kewajiban perpajakan, wajib pajak dapat diwakili oleh pihak tertentu yang dapat diperkenankan oleh undang-undang dan peraturan daerah tentang Pajak Reklame. Wakil wajib pajak berrtanggung jawab secara pribadi dan atau secara tanggung renteng atas pembayaran pajak terutang. Selain itu, wajib pajak dapat menunjukan seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya.

3. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Reklame

Menurut Siahaan dalam bukunya Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (2005:325), dasar hukum pemungutan pajak reklame adalah sebagai berikut :

a. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

(43)

c. Peraturan daerah kabupaten/kota yang mengatur tentang Pajak Reklame

d. Keputusan bupati/walikota yang mengatur tentang Pajak Reklame sebagai aturan pelaksanaan peraturan daerah tentang Pajak Reklame pada kabupaten/kota dimaksud

4. Sistem dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah. a. Pendaftaran dan Pendataan

b. Penetapan c. Penyetoran

d. Angsuran dan Permohonan Penundaan Pembayaran e. Pembukuan dan Pelaporan

f. Keberatan dan Banding g. Penagihan

h. Pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi

i. Pengembalian kelebihan pembayaran 5. Ketentuan Perizinan Pemasangan Reklame

Berdasarkan Bab III Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 PeraturanDaerah Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Izin Pemasangan Reklame, maka ketentuannya adalah sebagai berikut :

PASAL 4

a. Setiap pemasangan reklame harus mendapat izin dari Bupati Kepala Daerah

b. Untuk mendapat izin sebagaimana dimaksud diatas, penyelenggara harus mengajukan permohonan kepada Dinas Pendapatan daerah

(44)

c. Izin pemasangan reklame diberikan setelah pajak reklame dibayar lunas

d. Izin sebagaimana dimaksud diatas, tidak boleh dipindahtangankan kepada pihak lain

e. Setiap izin pemasangan yang telah habis masa berlakunya dapat diberikan perpanjangan dengan mengajukan permohonan selambat-lambatnya 14 hari sebelum habis masa izinnya

f. Apabila izin telah habis dan atau tidak dilakukan perpanjangan izin maka reklame yang masih terpasang harus dibongkar oleh penanggung jawab maupun kuasa usahanya

g. Apabila reklame terpasang sebagaimana dimaksud diatas, tidak dibongkar pada waktunya maka pelaksanaan pembongkaran dilakukan oleh Pemerintah Daerah

h. Hasil pembongkaran reklame sebagaimana dimaksud pasal ini menjadi milik Pemerintah Daerah

PASAL 5

a. Masa berlaku izin untuk reklame yang bersifat tetap/permanent selama-lamanya 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang

b. Masa berlaku izin untuk reklame yang bersifat tidak tetap/insidentil ditetapkan menurut lamanya waktu yang dimohon dan selama-lamanya 1 (satu) bulan

c. Apabila selama berlakunya izin terdapat perubahan dan atau penggantian jenis reklame maka kepada pemegang izin diwajibkan membayar biaya tambahan yang akan diatur tersendiri dengan Keputusan Bupati

d. Apabila reklame yang terpasang tidak berfungsi lagi karena rusak akibat bencana alam dan atau manusia sehingga mengganggu keindahan atau ketertiban umum, maka pemerintah daerah akan melakukan pembongkaran tanpa pemberitahuan lebih dahulu kepada pengusaha atau kuasanya walaupun izinnya masih berlaku

PASAL 6

Pengaturan letak dan pengaturan lokasi pemasangan reklame ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah

6. Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Reklame

Berdasarkan Bab III Pasal 5 dan Pasal 6 PeraturanDaerah Nomor 4 Tahun 1999 Tentang Pajak Reklame, maka ketentuannya adalah sebagai berikut :

(45)

PASAL 5

a. Dasar pengenaan pajak adalah nilai sewa reklame

b. Nilai sewa reklame dihitung berdasarkan pemasangan, lama pemasangan, nilai strategis, lokasi dan jenis reklame

c. Dalam hal reklame diselenggarakan oleh orang pribadi atau badan yang memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, maka nilai sewa reklame dihitung berdasarkan besarnya biaya pemasangan, nilai strategis, lokasi dan jenis reklame

d. Dalam hal ini reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga, maka nilai sewa reklame ditentukan berdasarkan jumlah pembayaran untuk suatu masa pajak / masa penyelenggaraan reklame dengan memperhatikan biaya pemasangan, pemeliharaan, lamanya pemasangan, nilai strategis, lokasi dan jenis reklame

e. Nilai sewa reklame ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Daerah

PASAL 6

Tarif pajak ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh lima persen)

F. Keterkaitan Implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 Dengan Pencapaian Target Pajak Reklame

Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa keberhasilan suatu kebijakan sebenarnya dapat dilihat dari dampak/sasaran yang dihasilkan oleh kebijakan itu sendiri. Artinya, apakah kebijakan tersebut dapat memberikan manfaat terhadap tujuan yang akan dicapai atau tidak. Oleh karena itu, implementasi kebijakan pajak reklame seyogyanya diarahkan pada pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Kebijakan merupakan salah satu proses untuk mencapai tujuan dan praktek-praktek terarah yang dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Karawang. Pelaksanaan untuk mencapai hasil yang sesuai, tujuan pimpinan kadangkala mendapat hambatan-hambatan untuk mencapai sasaran

(46)

yang diahrapkan, baik masalah penyimpangan waktu maupun penyelewengan pekerjaan yang dilakukan pegawai.

Pegawai dalam suatu organisasi apabila selalu melakukan kesalahan-kesalahan atau penyimpangan tetapi tidak ada suatu tindakan perbaikan, akan menjadi penghambat tercapainya tujuan dalam hal ini tujuan atau sasaran yang telah ditentukan dari Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 1999 sehingga tidak tercapainya target tersebut.

Pimpinan dalam suatu organisasi harus dapat memahami tentang teori-teori kebijakan dan prakteknya, dalam arti bahwa pelaksanaan kebijakan oleh bawahan akan berjalan baik apabila pimpinan mengerti fungsinya sebagai seorang pemimpin dan sungguh-sungguh untuk merealisasikan pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 yang menjadi tujuan organisasi yang dipimpinnya.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka Devas sebagaimana dikutuf oleh Mardiasmo (2000:57) mengemukakan bahwa :

Pelaksanaan kebijakan pajak daerah seharusnya diarahkan pada pencapaian target yang telah ditetapkan oleh daerah. Hal ini penting untuk diperhatikan, karena keberhasilan pencapaian target pajak daerah akan sangat membantu dalam pelaksanaan pembangunan daerah.

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, peneliti dapat mengemukakan bahwa pelaksanaan kebijakan Perda No.4 Tahun 1999 seharusnya diarahkan pada pencapaian target pajak reklame. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pajak reklame merupakan bagian dari pajak daerah yang cukup potensial di kabupaten karwang, dengan demikian secara teoritis impelemtasi

(47)

Perda No.4 Tahun 1999 memiliki keterkaitan dengan pencapaian target pajak reklame.

Lebih lanjut untuk mengetahui keterkaitan antara implementasi kebijakan dengan pencapaian target akan peneliti gambarkan dalam bentuk pendekatan sistem yang tersaji pada gambar 3 :

GAMBAR 3

MODEL PENDEKATAN SISTEM IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 1999 DENGAN PENCAPAIAN TARGET

Sumber :

1. Agustino dalam bukunya “Dasar-Dasar Kebijakan Publik” (2006:149) 2. Dharma dalam bukunya “Manajemen Prestasi Kerja” (1991:36) 3. Dimodifikasi Peneliti

IN PUT

Untuk melaksanakan

implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 yang efektif dan efesien diperlukan variabel-variabel yang

mempengaruhi dalam

mengimplementasikan

kebijakan, yang dilandaskan pada variabel-variabel sebagai berikut:

1.Ukuran dan Tujuan Kebijakan 2.Sumber Daya 3.Karakteristik Agen Pelaksana 4.Sikap/Kecenderungan para pelaksana

5.Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana 6.Lingkungan ekonomi, sosial

dan politik

PROCESS

Pelaksanaan implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 yang tidak sesuai dengan

faktor-faktor yang

mempengaruhi

OUT PUT

Realisasi target pajak yang dicapai masih rendah karena tidak sesuai dengan ukuran-ukuran pencapaian target, yaitu : 1.Kuantitas 2.Kualitas 3.Ketepatan Waktu FEED BACK

Peningkatan implementasi Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 1999 sesuai dengan variabel-variabel implementasi sehingga terjadi pencapaian target pajak reklame

Faktor-faktor lain diluar implementasi yang sangat mempengaruhi terhadap pencapaian target pajak reklame, yaitu : 1.Sosialisasi 2.Partisipasi 3.Konsistensi 4.Geografis 5.Bad policy 6.Bad luck

(48)

Penjelasan :

1. Input (masukan)

Adalah suatu masukan dalam suatu sistem pendekatan yang dapat dijadikan suatu bahan yang berguna untuk tercapainya suatu tujuan yang dikehendaki. Implementasi Daerah Nomor 4 Tahun 1999 merupakan input bagi terciptanya Pencapaian Target Pajak Reklame yang baik yang berdasarkan pada cara pengukuran, yang terdiri dari : Ukuran dan Tujuan Kebijakan, Sumber Daya, Karakteristik Agen Pelaksana, Sikap/Kecenderungan para pelaksana, Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana dan Lingkungan ekonomi, sosial dan politik

2. Process (proses)

Didalam proses pelaksanaan, implementasi PeraturanDaerah Nomor 4 Tahun 1999 tidak sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya karena adanya berbagai pengaruh.

3. Out put (keluaran)

Apabila model-model implementasi Daerah Nomor 4 Tahun 1999 telah dilaksanakan dengan memanfaatkan input yang ada maka realisasi target pajak dapat tercapai. Hal ini sangat ditentukan oleh pemanfaatan input tersebut dalam pelaksanaan implementasi kebijakan. Pencapaian target pajak reklame tersebut dapat di nilai dengan adanya peningkatan : Sesuatu yang dihasilkan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, tingkat pendayagunaan dan hasil Kerja.

Gambar

TABEL 15  UJI MODEL  ANOVA b 108.756 1 108.756 19.474 .000 a 173.122 31 5.585 281.879 32RegressionResidualTotalModel1Sum of

Referensi

Dokumen terkait

Arti penting dari manajemen sumber daya manusia dalam dekade mendatang mendorong kita untuk menemukan solusi yang telah terbukti efektifitasnya ketimbang

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan data-data berupa parameter yang diamati dan diukur yaitu: umur berbunga, umur panen, jumlah polong, tinggi tanaman,

Setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan partai politik, lembaga swadaya masyarakat atau organisasi lainnya untuk berperan serta dalam jalannya pemerintahan

Pemberian formula enteral labu kuning sebanyak 20 g/kg berat badan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kadar glukosa darah postprandial tikus diabetes melitus..

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Religiusitas dan Kepercayaan terhadap Preferensi masyarakat menabung dibank syariah dengan Pelayanan sebagai

Tutor mampu membimbing warga belajar dapat menulis ringkasan teks dalam beberapa kalimat menggunakan kata-kata sendiri melalui media audio- visual berbasis budaya. Tutor

Dimana untuk Desa Kawat, memiliki kondisi tanah tidak baik yaitu terdapat tanah lunak, sedangkan di Desa Piasak merupakan lokasi yang mempunyai lapisan tanah

Dalam menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa pengantar dalam kehidupan sehari- hari, tentu akan mengalami kendala-kendala yang akan menjadi tantangan dalam melestarikan