• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cidadaun. Hamutuk Hari i Nasaun Demokratiko. Politik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cidadaun. Hamutuk Hari i Nasaun Demokratiko. Politik"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Kambing Hitam

Politik

Cidadaun

Cidadaun

Penerbit:

Yayasan HAK

Jl. Gov. Serpa Rosa T-091, Farol, Dili Tel. + 670 390 313323 Fax. + 670 390 313324

e-mail: direito@yayasanhak.minihub.org

Hamutuk Hari’i Nasaun Demokratiko

Hamutuk Hari’i Nasaun Demokratiko

Hamutuk Hari’i Nasaun Demokratiko

Hamutuk Hari’i Nasaun Demokratiko

Hamutuk Hari’i Nasaun Demokratiko

No. 04, Minggu IV, Agustus 2001

Penanggung Jawab: José Luís de Oliveira Redaksi: A. Castro, Nuno Hanjan, A.

Neves, N. Katjasungkana, Sebatião da Silva, Octavia do Carmo, Rui Viana, Kopral, Edio Saldanha, Nina

Marques, Danino da Cunha, Julino Ximenes, TI, Rogério Soares, José C.

Marçal. Distribusi: Martinho Viana

Tatoli Hal. 5

Berita Pemantauan Hal. 2

l l l

l ISI NOMOR INI l

Dengan dukungan: F.X. SUMARYONO Kampanye PD di Ermera. F.X. SUMARYONO Kandidat Hal. 6 OPINI Tanggungjawab Pemilih BERITA PEMANTAUAN Wilayah Tengah Wilayah Timur Wilayah Barat TATOLI Ini Ketidakdewasaan LIA FUAN

Code of Conduct Tidak Jadi

KANDIDAT

UDT FRETILIN UDC/PDC

ADVOKASI

Surat Gembala Uskup Belo

Hal. 3 Hal. 4 Hal. 4 Hal. 5 Hal. 5 Hal. 6 Hal. 6 Hal. 7 Hal. 7 Hal. 8

K

ampanye FRETILIN telah “menggoyang” masyarakat di beberapa distrik. FRETILIN tidak saja mampu memobilisasi massa, tetapi juga telah membangkitkan “trauma” masa lalu. Beberapa hari belakang ini tersebar desas-desus: setelah pemu-ngutan suara 30 Agustus, FRETILIN akan melakukan “operasi sapu bersih”. Kabar ini muncul setelah FRE-TILIN melakukan kampanye di Manatuto, Lospalos, Ermera, dan Same. Desas-desus itu membuat sebagian anggota masyarakat resah.

Sementara itu, di beberapa tempat terjadi insiden yang diduga dilakukan oleh kader FRETILIN. Misalnya, kasus pemukulan terhadap seorang ibu yang merobek stiker bendera FRETILIN di Maliana dan pelemparan kendaraan Partai Demokrat di Bazartete. Gambaran masa lalu, seperti kekerasan pasca Referendum 1999 dan pergolakan 1975, mulai menghantui sebagian kalangan.

Ternyata di kalangan FRETILIN pun ada yang tidak setuju. “Saya heran kenapa pimpinan FRETILIN berbi-cara seperti itu? Kalau rencana sapu bersih itu jadi dilak-sanakan, maka kapan kita akan hidup dengan tenang untuk membangun negara ini?” kata Abeto, kader FRE-TILIN di Ermera.

Isu yang sempat memunculkan kecaman dari bebe-rapa pihak itu dibantah oleh Mari’e Alkatiri. Kepada Ci-dadaun Alkatiri mengatakan bahwa isu ini dibesar-be-sarkan oleh beberapa pihak yang tidak suka dengan FRETILIN. “Mereka sengaja mengutip sebagian isi pi-dato saya dan diinterpretasi menurut kepentingan mereka. Mereka tidak mengikuti dan memahami konteks dan i-si keseluruhan pidato saya.”

Kata “sapu bersih” yang dimaksud adalah himbauan untuk melakukan gerakan kebersihan lingkungan setelah pemilu. Gerakan sebagai simbol untuk membersihkan semua “kotoran” masa lalu, selain untuk menunjukan

kepada masyarakat internasional di Timor Lorosae, bah-wa orang Timor Lorosae punya kesadaran terhadap per-soalan lingkungannya. “Tidak mungkin FRETILIN yang telah menderita selama ini bermaksud jahat.”

Proses politik transisi yang cepat dan serba formalistik merupakan salah satu sebab orang seperti tidak siap ber-demokrasi. Alkatiri mengakui bahwa memang ada kader partainya yang melakukan pelanggaran. Ini akibat partai ini belum sempat mempersiapkan kadernya dengan baik. “Kami baru selesai membangun struktur partai sampai ke distrik, langsung berkampanye. Seperti sepak bola, kami baru membentuk tim, belum sempat latihan dan mengenal aturan permainan sudah harus bertanding.”

Pelanggaran yang selama ini terjadi, selain karena ins-trumennya lemah, juga karena penerapan hukumnya tidak jalan. Salah seorang pemantau di Maubisse mengatakan bahwa polisi kurang tanggap terhadap laporan masyara-kat. “Kalau kita melaporkan adanya ancaman, polisi tidak mau bertindak karena buktinya tidak kuat,” ujar Manuel Monteiro.

KPI yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan pe-milu terkesan lamban dan tidak independen. “Saya tidak mengerti cara kerja KPI. Ketika ditanya soal kode perilaku kampanye yang belum diberlakukan, mereka malah me-nyuruh ke Political Affairs. Padahal pelanggaran terjadi karena KPI tidak bekerja dengan baik,” kata Moises da Silva, salah seorang pemantau proses di KPI.

Keadaan sekarang ada kesamaannya dengan masa U-NAMET. Ketika kondisi untuk penyelenggaraan refer-endum yang bebas dan adil belum dicapai, UNAMET menuduh rakyat yang tak mau berdamai. Sekarang, UN-TAET tetap saja mau menyelenggarakan pemilu meski-pun kondisi yang bebas dan adil belum tercapai. “Kalau kacau, UNTAET juga akan pergi. Rakyat Timor Lorosae harus menderita lagi,” kata Ro-gerio da Costa, seorang tokoh pemuda di Viqueque. l José Luís de Oliveira

Politik

(2)

T

T

T

T

Tang

ang

ang

ang

anggungja

gungja

gungja

gungja

gungjaw

w a

w

w

w

a

a

a

ab

b

b

b

b

P

P

P

P

Pemilih

emilih

emilih

emilih

emilih

Dalam P

Dalam P

Dalam P

Dalam P

Dalam Pemilu

emilu

emilu

emilu

emilu

l Aniceto Guterres Lopes l

l

OPINI

l

l

Pffu i i i i !

l

Membangun Demokrasi

l

EDITORIAL

l

“PNT berdiri untuk menjadi jembatan antara pro-otonomi dan pro-kemerdekaan,” kata Wakil Presiden PNT Aliança Araujo dalam Soro Muto di Baucau.

Padahal Kesepakatan 5 Mei memberi pilihan “merdeka” atau “otonomi,” bukan “jembatan”.

Kata Presiden UDC/PDC Vicente Guterres, Jose Ramos Horta adalah salah seorang yang menyebabkan perpe-cahan PDC.

Ternyata politik devide et impera bukan hanya dijalankan oleh kolonialis...

Cidadaun

NUG KATJASUNGKANA

F.X. SUMARYONO

P

emilu akan berlangsung sebentar lagi. Ini adalah pemilu pertama bagi rakyat Timor Lorosae yang akan dilaksanakan secara bebas, jujur, dan adil. Baik Por-tugis maupun Indonesia tidak pernah memberi kesempatan tersebut, karena tahu bahwa mayoritas orang menentang ke-hendak kaum kolonialis atau penjajah. Melalui referendum rakyat Timor Lorosae merebut hak-haknya sebagai orang yang bebas untuk selanjutnya menentukan nasib sendiri. Dan sekarang tibalah saatnya kita menggunakan hak-hak itu untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.

Sayangnya, tidak semua orang kelihatan menyadari bahwa apa yang kita alami sekarang akan menentukan masa depan kita semua. Hal ini terbukti dari masih banyaknya penyim-pangan dalam pelaksanaan kampanye pemilu. Di beberapa tempat ada laporan mengenai intimidasi dan ancaman terha-dap warga yang tidak mau memilih partai tertentu. Di tempat lain orang mendengar para juru kampanye menjelek-jelekkan partai lain. Sementara rakyat hanya diam dan semakin tidak tahu partai apa yang sebaiknya dipilih, karena semua orang saling menyerang.

Pemantauan pemilu yang dilakukan oleh banyak lembaga itu juga memperlihatkan bahwa semua partai politik mela-kukan berbagai bentuk pelanggaran. Kenyataan ini membawa kita pada pertanyaan: jika semua orang melakukan kecu-rangan, apakah kita masih bicara tentang pemilu yang jujur dan adil? Jika aturan dilanggar oleh semua pihak, apakah kita masih bisa menyebutnya sebagai aturan? Jika sistem pemilu yang mau kita buat ternyata tidak ditaati oleh semua, apakah masih bisa kita menyebutnya sistem?

Apalagi kalau kita melihat apa yang sekarang ini dibi-carakan oleh rakyat. Para pemimpin seharusnya sadar bahwa rakyat terlatih untuk tidak bersuara selama bertahun-tahun, walaupun tidak setuju dengan apa yang mereka lihat. Hare’e de’it, begitulah sikap rakyat. Sepintas lalu semua itu terlihat seperti sikap masa bodoh atau tidak mau tahu, tetapi kalau kita pelajari secara mendalam maka akan terlihat bahwa sikap diam, “bingung”, seperti tidak tahu mau berbuat apa, memiliki makna lebih mendalam. Dan cukup jelas bahwa “sistem” yang mau kita bangun sekarang ini tidak sejalan dengan apa yang dipikir dan dirasakan oleh rakyat.

Hal ini bukan berarti bahwa semua pekerjaan kita selama ini sia-sia. Tentu saja ada hal-hal yang berhasil kita capai de-ngan semua jerih payah selama ini. Tetapi di sisi lain kita ha-rus sadar bahwa ada banyak kekurangan pada “sistem” seka-rang ini yang harus sesegera mungkin diperbaiki

bersama-sama. Kita tidak bisa membiarkan penyakit “puas diri” yang

menganggap segala sesuatu “mudah diatur” (seperti pejabat di zaman Indonesia), tetapi di sisi lain tidak bisa tenggelam dalam putus asa yang berkepanjangan. Pemilu sekarang ada-lah bagian penting dari usaha kita membangun negara mer-deka, membangun sebuah sistem untuk menjamin kebe-basan, kesejahteraan, dan keadilan bagi rakyat. Pemilu bu-kanlah untuk merebut kursi terbanyak, agar para pemenang dapat melakukan apa saja yang mereka mau. Pemilu adalah

cara dan bukan tujuan. Tujuannya adalah untuk merumuskan

kehendak rakyat untuk kebaikan bersama. Dengan kata lain, setelah pemilu selesai, para pemenang mendapat tanggung-jawab untuk memimpin jalan menuju keadilan, kesejahteraan, dan perdamaian yang menjadi cita-cita rakyat selama ini.

Dari pengalaman sejarah, kita tahu bahwa demokrasi tidak jatuh dari langit. Kita tidak mungkin mengharapkan penguasa Portugis atau Indonesia di masa lalu memberikan demokrasi begitu saja kepada kita. Demokrasi, atau kekuatan rakyat, harus dibentuk atau dibangun. Referendum 1999 adalah lang-kah merebut hak-hak membentuk dan membangun demokra-si. Pemilu sekarang adalah langkah awal untuk membangun sistem demokrasi sekarang. Keterlibatan rakyat dalam selu-ruh proses itu penting. Kita tidak bisa berpangku tangan menunggu para pemenang dalam pemilu itu “memberikan demokrasi”, melainkan secara aktif membangun demokrasi, setelah merebut hak-haknya tiga tahun lalu.

S

alah satu fungsi daripada kampanye pemilu adalah memberikan informasi oleh dan di antara partai politik atau kandidat sebelum calon pemilih menentu-kan pilihannya, yakni berupa alternatif-al-ternatif secara terbuka, umum, kompetitif dan adil. Kini masa kampanye pemilu hampir selesai. Terlepas dari apakah kampanye itu telah memenuhi fungsi tersebut atau tidak, yang pasti kampanye harus berakhir. Setelah itu proses pemilu segera memasuki tahap yang paling penting, yakni pemungutan sua-ra, dimana giliran para calon pemilih untuk menentukan pilihannya berdasarkan hati nu-raninya.

Sesuai prinsip pemilu yang bebas dan ju-jur, tentu setiap pemilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan atau ancaman dari siapa pun, dan memilih pasti dijamin keraha-siaannya. Tidak ada masalah serius dalam hal ini apalagi bagi mereka yang telah me-nentukan pilihannya jauh sebelum hari pe-mungutan suara. Begitu juga memilih tanda gambar partai atau calon tertentu di tempat pemungutan suara bukanlah hal yang sulit, kecuali bagi calon pemilih yang buta huruf atau buta warna. Yang menjadi masalah adalah bagaimana setiap calon pemilih me-nentukan pilihannya sebelum hari pemu-ngutan, sehingga pemilihan itu menjadi tin-dakan yang bermakna dan bertanggungjawab bagi demokra-si dan kebeba-san dirinya. Pemilu kali ini adalah un-tuk memilih wakil-wakil rakyat yang a-kan bertugas m e m b u a t k o n s t i t u s i ,

yang akan menjadi dasar pembentukan ne-gara baru Timor Lorosae yang merdeka dan demokratis. Konstitusi adalah hukum dasar atau undang-undang tertinggi negara yang menetapkan wewenang pemerintah nasional, menyediakan jaminan hak-hak a-sasi manusia dan menentukan prosedur ker-ja dasar pemerintah, sehingga semua warga Timor Lorosae akan tunduk padanya. Sing-katnya, konstitusi menjadi tumpuan batu ka-rang tempat pemerintahan negara Timor Lorosae yang demokratis sebagaimana dii-nginkan bersama oleh seluruh rakyat.

Disitulah betapa pentingnya pemilu kali ini. Para wakil terpilih, kata Mgr. Carlos Xi-menes Belo, SDB dalam himbauan pasto-ralnya sebagai “tanggung jawab sakral karena akan menyuarakan cita-cita kita yang mulia dan mewujudkan dasar-dasar hukum yang akan memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mencapai kebahagiaan dalam kondisi yang bebas, adil, dan memiliki persamaan”. Karena itu adalah penting juga tanggungja-wab dan perlunya keikutsertaan setiap orang dalam proses ini, sekaligus menjamin pelak-sanaannya. Paling tidak, setiap orang harus mendidik diri tentang isu-isu penting yang

akan dimuat dalam konstitusi dan kemam-puan memilih mereka yang dapat mewakili untuk merancang konstitusi.

Keikutsertaan setiap warga Timor Loro-sae, terutama para calon pemilih dalam pro-ses ini jauh lebih luas daripada sekadar ikut dalam pemilu. Para pemilih, meskipun me-miliki kebebasan untuk menentukan pilihan-nya hendaklah mepilihan-nyadari, bahwa pada saat yang sama pemilih yang bersangkutan men-jadi benteng terakhir dari kebebasannya sen-diri. Ketika memberikan suaranya, misalnya, seorang pemilih menjalankan hak dan tang-gungjawabnya untuk menentukan siapa yang akan mewakilinya di Majelis Konstituante, sehingga konstitusi yang dihasilkan benar-benar memenuhi keinginan atau aspirasinya. Dalam pemilu demokratis, bebas me-nentukan pilihan juga berarti bertanggung-jawab atas pilihannya. Yang dimaksud de-ngan tanggungjawab di sini bukanlah tang-gungjawab dalam arti menanggung konse-kuensi akan ditangkap atau dibunuh. Tetapi lebih bersifat moral dan historis terhadap sebuah komitmen untuk mewujudkan sebu-ah cita-cita yang diinginkan bersama.

Misalnya Majelis Konstituante nanti ha-nya menghasilkan konstitusi yang tidak men-jamin hak-hak asasi manusia dan kebebasan orang lain, tidak menjamin adanya pemerin-tahan yang ber-sih dan demo-kratis karena pa-ra pemilih telah menggunakan kebebasannya memilih wakil-nya hawakil-nya kare-na loyalitas, per-timbangan ke-luarga, suku atau daerah tan-pa mempertim-bangkan kom-petensi, komitmen maupun integritas per-sonal para kandidatnya. Dalam kondisi se-perti itu tentu konstitusi tidak lagi men-cerminkan aspirasi atau keinginan paling da-lam dari rakyat, bahkan lebih dari itu ke-bebasan yang telah diperoleh seorang pe-milih pada saat ini pun bisa hilang. Dalam hal itu bukankah secara moral para pemilih ikut bertanggungjawab? Apakah keadaan seperti itu yang akan diwariskan kepada generasi mendatang? Bukankah kebebasan telah diperjuangkan dengan susah payah?

Tak dapat dipungkiri bahwa rakyat menginginkan adanya demokrasi yang langgeng. Proses ke arah itu harus dimulai sekarang. Demokrasi, tulis Diane Ravitch, “adalah suatu proses, cara hidup dan bekerja bersama”, karenanya memerlukan tindakan demokratis yang berintikan pada partisipasi aktif pilihan secara tepat dan bertanggung-jawab dari setiap warganya. Sekali lagi pilih-lah sesuai dengan hati nurani demi kepen-tingan masa depan rakyat dan bangsa Timor Lorosae. l

Aniceto Guterres Lopes adalah Ketua Dewan Pengurus Yayasan HAK, mantan anggota Dewan Nasional Timor Lorosae.

(3)

l

BERITA PEMANTAUAN

l

Kampanye

Tanpa Aturan Main

Ketentuan perilaku (code of conduct) untuk partai-partai politik, kandidat inde-penden, dan kelompok politik lain hingga sekarang belum ditandatangani.

l l l

Kampanye Pemilu

Tidak Menyinggung Konstitusi

Kebanyakan juru kampanye tidak menyinggung isi konstitusi, tetapi program yang dijalankan jika memegang pemerintahan.

l l l

l

BERITA PEMANTAUAN

l

K

ampanye dari setiap partai politik dan kandidat independen sudah berjalan sa-tu bulan lebih. Partai-partai dan para kandidat independen menyampaikan program dan rencana mereka kepada masyarakat. Bermacam-macam cara-nya, ada yang bersifat ajakan dan him-bauan, ada pernyataan yang menggeli-kan, ada pula pernyataan yang mence-maskan atau yang membingungkan. Ti-dak terlihat fungsi partai politik sebagai sarana pendidikan politik dan komuni-kasi politik.

Kesalahan tidak semata pada partai politik. Seluruh kegiatan kampanye ti-dak diatur dengan sebuah peraturan yang berkekuatan hukum. UNTAET memang sudah menyusun rancangan sebuah ketentuan perilaku (code of con-duct) berjudul “Ketentuan Perilaku un-tuk Partai-partai Politik dan Entitas La-in di Timor Lorosae” yang antara laLa-in mengatur bagaimana seharusnya partai politik dan kandidat independen

ber-kampanye (ringkasan isinya dimuat da-lam rubrik Lia Fuan). Ketentuan ini ba-ru bisa berlaku jika disepakati dan di-tandatangani oleh partai-partai politik. Di sini terdapat kelemahan yang men-dasar, yaitu jika tidak ada yang

menan-datangani maka peraturan ini tidak bisa diberlakukan. Dan ini memang menjadi kenyataan.

Pihak UNTAET telah mengundang partai-partai politik untuk menghadiri pertemuan yang diperuntukkan bagi penandatanganan ketentuan ini. Tetapi karena masa kampanye sudah berjalan, partai-partai sibuk dan tidak sempat menghadiri pertemuan yang diadakan UNTAET itu.

Menurut pemantauan Komite untuk Pemilu yang Adil dan Bebas (KOM-PAS), sampai tanggal 20 Agustus tidak ada yang menandatangani ketentuan ter-sebut. Juru bicara KPI Catherine Fa-biansson yang dihubungi KOMPAS mengatakan bahwa ketentuan tersebut

adalah urusan Political Affairs. Pihak K-PI juga tidak tahu banyak tentang hal itu. Menurutnya kemungkinan ketentu-an ini tidak diberlakukketentu-an karena masa kampanye sudah menjelang berakhir. Menurut penilaian KPI, kampanye se-lama ini berjalan tanpa pelanggaran yang serius.

Walaupun ada penilaian bahwa kam-panye berjalan tanpa adanya kekerasan yang meluas, tetapi secara prinsipil ada pelanggaran standar umum hak asasi manusia, khususnya hak politik rakyat. Selama masa kampanye terjadi pelanggaran oleh para juru kampanye maupun anggota partai politik. Misalnya sejumlah anggota partai tertentu dengan membawa senjata tajam mengancam para calon pemilih di Turiscai dan Aitutu, Ainaro. Hak atas rasa aman pun dilanggar.

Di Suco Foho We Lico, Hato-Udo, menurut informasi dari Maria Marques dan Luisa da Costa Neves, keduanya anggota OPMT, sekarang ada penduduk yang bersembunyi di hutan karena terjadinya saling ancam antara FRETILIN dengan PPT. Penduduk takut, karena mereka melihat bahwa pemimpin PPT di Hato-Udo adalah mantan anggota milisi, yang pada 1999 memegang senjata, memaksa penduduk mengungsi, dan mengorganisir pembakaran rumah penduduk.

Ketentuan perilaku diperlukan untuk mencegah terjadinya pelanggaran. l

Kampanye pemerintahan yang bersih

Pembentukan pemerintahan yang ber-sih dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) menjadi tema kampanye bebe-rapa partai.

Partido Democrático (PD) dalam setiap kampanyenya mengatakan mela-wan segala bentuk KKN, yang meru-pakan warisan pemerintah Indonesia. PD juga mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dengan sis-tem presidensial, yang memberikan ke-kuasaan kepada seorang presiden un-tuk memimpin dan mengelola peme-rintah. Dalam kampanye di Ermera, Constancio Pinto mengatakan bahwa negara Timor Lorosae harus dibangun di atas dasar proses demokrasi yang transparan dan partisipatif. Sebelumnya, ketika berkampanye di Dili, Pinto me-ngatakan bahwa demokrasi Amerika adalah yang terbaik dan cocok untuk diterapkan di Timor Lorosae.

UDT juga menyatakan memperju-angkan pemerintahan yang bebas dari KKN. Menurut UDT, praktek KKN adalah tindakan pelanggaran hukum,

sehingga setiap pelaku harus diproses sesuai hukum. KKN adalah tindakan mendapatkan keuntungan dengan membuat orang lain menjadi miskin. UDT menyatakan berjuang untuk membentuk pemerintahan yang bersih dari praktek KKN dan menjamin ada-nya kepastian hukum bagi semua war-ganegara. Karena dalam prinsip UDT semua orang harus dipandang sama di depan pemerintahan dan hukum.

Dalam kampanye di Suai Kota pa-da 8 Agustus lalu, di depan ribuan hadi-rin para pemimpin FRETILIN seperti Mar’ie Alkatiri, Lu Olo, dan Rogério Lobato menyatakan tekad partainya untuk memperjuangkan penyelengga-raan pemerintahan yang bebas dari korupsi. Bagi FRETILIN, untuk itu sis-tem semi presidensial adalah sissis-tem pemerintahan yang terbaik.

Menyembelih seekor kerbau karena dijanjikan mobil

Pada akhir bulan Juli 2001 lalu, di Alde-ia Ailora, Hato-Udo, Ainaro, salah seo-rang calon pemilih (yang tidak ingin di-sebut namanya) memotong seekor

kerbau untuk menyambut kampanye PPT. Ia menyembelih seekor kerbau karena pengurus PPT menjanjikan akan memberikan mobil. “Agora hau kesi karau ida, para aban bain rua hau hein simu deit kareta ida tuir hau ema renu ida.” (Sekarang saya sembelih seekor kerbau dan menunggu untuk mendapatkan mobil.)

Banyak partai dalam berkampanye mengandalkan janji-janji, tanpa me-nyampaikan konsep yang menurut par-tai bersangkutan penting untuk dima-sukkan ke dalam konstitusi. Mereka berkampanye seolah-olah untuk mem-bentuk pemerintahan. Informasi seperti ini justru menimbulkan kebingungan masyarakat di tingkat suco dan aldeia. Kalau Fretilin kalah, FDTL bangkit Dalam kampanye di Fatuberliu,

Ma-nufahi, 9 Agustus, seorang juru kampa-nye mengatakan bahwa Forcas Defesa de Timor Lorosae (FDTL) mendu-kung FRETILIN dan jika FRETILIN kalah maka FDTL akan bangkit mela-wan. Karena itu, menurutnya, massa yang hadir harus memilih FRETILIN supaya FDTL bangkit. Banyak orang menjadi cemas dengan pernyataan ini karena mengingatkan mereka dengan pernyataan para tokoh pro-otonomi sebelum Konsultasi Rakyat 1999. Per-nyataan ini dikeluarkan oleh GM, wakil koordinator FRETILIN Distrik Manu-fahi, yang oleh penduduk setempat jus-tru dikenal sebagai orang “integracio-nista”.

Menurut pemantauan, penduduk yang cemas mulai mempersiapkan diri kalau sewaktu-waktu harus melarikan diri ke hutan.l

Tiga kandidat independen beraksi. Kampanye partai KOTA di Dili.

F.X. SUMAR YO N O F.X. SUMAR YO N O

(4)

Pemantauan

Wilayah tengah (Aileu, Ainaro, Same, dan Suai) tenang-tenang saja, sekalipun beredar desas-desus “perang saudara.” Berikut laporan Nuno Hanjan.

l l l

Belum semua partai politik berkampanye di wilayah Timur (Manatuto, Baucau, Lospalos, dan Viqueque), meskipun masyarakat bersikap terbuka.

l l l

Wilayah Tengah

l

BERITA PEMANTAUAN

l

P

ada 11 Agustus 2001 redaksi Cidadaun melakukan perjalanan ke wilayah tengah selama empat hari untuk memantau perkembangan situasi umum selama masa kampanye partai politik di sana.

Hingga pertengahan Agustus 2001, situasi kampanye di wilayah tengah re-latif tenang. Masyarakat di Distrik Ai-leu, Same, Ainaro, dan Suai tampaknya tidak begitu khawatir dengan beredar-nya desas-desus akan terjadiberedar-nya “perang saudara” setelah pemilu 30 Agustus mendatang. Penduduk terlihat tenang menjalankan kegiatannya sehari-hari.

Sementara keadaan di perbatasan antara Salele (Timor Lorosae) dengan Atambua juga tampak sepi ketika re-daksi Cidadaun berkunjung ke sana. Al-berto Pereira (38), salah seorang warga Salele yang ditemui Cidadaun, menyata-kan bahwa mereka tidak begitu khawa-tir terhadap ancaman dan gangguan ke-amanan oleh milisi. “Keadaan di sini aman. PKF melakukan penjagaan

ke-amanan yang ketat,” katanya.

Hingga pertengahan Agustus di wila-yah tengah, terdapat sekitar 13 partai politik telah melaksanakan kampanye-nya di sana. Di antarakampanye-nya adalah FRE-TILIN, UDT, PSD, PD, PPT, PA-RENTIL, UDC/PDC, ASDT, PDM, PDC, dan PNT.

Secara umum penduduk tampak sa-ngat antusias mengikuti setiap kampa-nye di wilayah itu. Penduduk juga terke-san simpatik memberi dukungan bagi terselenggaranya pemilu 30 Agustus mendatang.

“Kami tertarik mengikuti kampanye semua partai politik, termasuk PSD, untuk mendengar program-program yang disampaikan. Semoga apa yang dijanjikan dapat ditepati,” ungkap Agusta dos Reis (43), ibu rumahtangga, kepada Cidadaun di sela-sela kampanye PSD di Ainaro (12/08/001). “Kami akan memintai tanggung jawab mereka jika apa yang dijanjikan tidak dipenuhi,” tambahnya.

Meskipun situasi secara umum aman dan tenang, tetapi masyarakat di wila-yah itu sempat dikagetkan oleh desas-desus tentang akan dilakukannya “pem-bersihan” oleh FRETILIN. Mar’ie Al-katiri mengatakan hal itu dalam kam-panye di Suai (8/08/01).

Salah seorang warga Suai yang eng-gan disebut namanya, kepada Cidadaun mengatakan bahwa pernyataan Mar’ie Alkatiri tersebut sempat menimbulkan penafsiran yang cukup beragam di ka-langan masyarakat. Menurutnya, banyak orang menafsirkannya sebagai upaya pembersihan terhadap lawan-lawan politik yang berseberangan dengan FRETILIN. Sebab, sebelumnya Mar’ie lebih dahulu melontarkan pernyataan keras bernada mengancam, yang ditu-jukan kepada sejumlah tokoh sentral FRETILIN yang telah “menyeberang” ke partai lain. Mar’ie memperingatkan bekas tokoh-tokoh sentral FRETILIN tersebut agar berhati-hati, sebab FRE-TILIN akan terus memantau gerak-ge-rik dan sepak terjang mereka. Ada pula yang menafsirkannya sebagai pember-sihan pemerintahan dari unsur KKN.

Pernyataan-pernyataan yang bernada mengancam juga sering dilontarkan orang-orang ASDT. Misalnya di Suco Fatubiri Laran, Subdistrik Fohoren, Distrik Suai mereka mengancam bah-wa penduduk setempat tidak akan pu-nya tempat tinggal yang layak jika me-nolak menjadi simpatisan ASDT. Salah seorang warga setempat kepada

Cidadaun mengatakan bahwa penduduk setempat menjadi cemas karenanya. Ia sendiri mengaku tahu persis identitas pelakunya.

Selain pernyataan-pernyataan ber-nada mengancam, terjadi pula serang-kaian insiden penghadangan dan pe-lemparan batu antar simpatisan bebe-rapa partai. Akibatnya, penduduk se-tempat sempat menjadi ketakutan. Mi-salnya, pada tanggal 7 Agustus lalu te-lah terjadi pelemparan batu terhadap massa rombongan FRETILIN dari Fatumea menuju Suai.

Salah seorang warga yang tidak ingin disebut namanya, kepada Cidadaun me-ngatakan bahwa insiden itu terjadi tepat di pertigaan Salek, Tilomar dan Suai. Menurut dugaannya, penghadangan ini dilakukan oleh simpatisan PD. Karena, menurutnya, mayoritas penduduk di wilayah itu adalah pendukung PD. Meskipun sempat terjadi ketegangan, tetapi tidak ada korban yang jatuh da-lam insiden itu, karena massa FRE-TILIN sendiri tidak memberikan re-aksi.

Kejadian serupa menimpa pula rom-bongan PSD ketika hendak melakukan kampanye di Same. Rombongan PSD tersebut sempat dihadang oleh seke-lompok orang di Suco Grotu. Kali ini pelakunya diduga FRETILIN, karena suco ini dikenal sebagai basis FRETI-LIN. Insiden itu juga tidak menim-bulkan korban. Satu lagi bukti bahwa rakyat tidak suka kekerasan. l

l

BERITA PEMANTAUAN

l

K

omite untuk Pemilu yang Adil dan Bebas mengadakan pemantauan di wilayah Timur dari tanggal 11 sampai 17 Agustus lalu. Secara umum situasi di distrik-distrik tersebut aman dan kegiatan kampanye berjalan dengan lancar. Berikut bebera-pa hasil pemantauan mereka.

Distrik Manatuto

Masyarakat pada umumnya tetap mela-kukan kegiatannya seperti biasa. Pihak keamanan (CivPol dan PKF) terlihat melakukan pemeriksaan untuk mencari senjata tajam yang dibawa oleh penum-pang kendaraan bermotor. Di Sub-Distrik Soibada, kebetulan sedang ber-langsung kampanye FRETILIN. Seki-tar 400 orang hadir dalam acara terse-but. “Saya datang hanya untuk mende-ngarkan program partai,” kata Manuel da Costa. Lain lagi Teresa de Carvalho. Ia mengaku datang karena acara kam-panye itu semacam hiburan di daerah-nya yang jarang sekali ada kerumunan atau tontonan.

Kampanye berlangsung di halaman gereja. Menurut Pe. Francisco Cunha,

gereja tidak akan melakukan diskrimi-nasi. “Semua partai boleh mengguna-kannya,” katanya. “Gereja akan selalu membuka diri bagi siapa saja, asalkan tidak mengadu domba rakyat.” Distrik Baucau

Di kota Baucau suasana juga tenang. Petugas keamanan terlihat berjaga-jaga di sudut kota. Para pedagang kaki lima dan penduduk umumnya tetap menja-lankan aktivitas seperti biasa. “Saya pikir semua partai itu baik. Mereka mau membangun Timor Lorosae. Tetapi saya minta kepada para pimpinan par-tai agar tetap mengingat rakyat kecil yang berjualan seperti kami,” kata Cae-tano Gama, salah seorang pedagang di dekat pusat kota.

Di Sub-Distrik Vemasse, para pe-muda membentuk kelompok Aliansi Anti-Kekerasan (ANTIK). Tetapi seja-uh ini tidak ada kejadian yang merugikan masyarakat. Hal yang sama terlihat di Quelicai, Baguia, dan Laga. Masyarakat tidak terlalu sibuk dengan kampanye partai politik, karena banyak persoalan lain seperti panen padi.

Kegiatan partai, kecuali FRETILIN yang memang sudah ada sejak dulu, ti-dak begitu terlihat di tingkat subdistrik. Dari wawancara dengan sejumlah war-ga, terungkap bahwa penduduk sebe-narnya membuka diri dan mau meneri-ma siapa saja yang meneri-mau berkampanye. “Kami mengizinkan partai politik un-tuk kampanye, tetapi dengan catatan, dilarang melakukan kekerasan!” kata se-orang penduduk.

Distrik Lospalos

Situasi tenang juga terlihat di distrik ini. Masyarakat kelihatan lebih sibuk de-ngan kegiatannya sendiri daripada me-nyambut partai-partai yang hadir. Me-mang di setiap tempat terlihat poster, stiker dan perlengkapan kampanye lain-nya. Sekalipun tahu bahwa tanggal 30

Para pemantau dari KOMPAS mewawancarai penduduk.

Agustus akan berlangsung pemilu, se-bagian masyarakat mengaku belum ta-hu persis seperti apa mekanisme pemi-lihan itu nantinya.

Distrik Viqueque

Keterbukaan masyarakat Distrik Vi-queque terhadap partai-partai politik pada dasarnya sama seperti di daerah-daerah lainnya. Sekarang ini ada sembi-lan partai yang hadir di sana. “Walaupun banyak partai, kegiatan kami tidak ter-ganggu apa-apa,” kata Rogerio da Costa. Kegiatan kampanye tidak terlalu disambut karena semua warga tahu bahwa setiap partai akan mengeluarkan rencana yang baik-baik. Masalah lain, menurut pengakuan masyarakat, kare-na partai-partai tidak menyediakan acara hiburan. l

Memantau di

Wilayah Timur

(5)

Code of Conduct

l l l

“Ini Kesalahan

Berikut adalah pendapat-pendapat mengenai kampanye partai-partai politik yang diwarnai caci-maki.

l l l

Berikut adalah ringkasan code of conduct (ketentuan perilaku) partai politik, kandidat independen, dan kelompok politik lainnya, yang belum juga berlaku.

l l l l

K P I

l F.X. SUMAR YO N O

dan Ketidakdewasaan”

Yang Tidak Jadi

E

varesto da Costa, seorang karyawan swasta mengatakan, di era demokrasi ini semua orang bebas berpendapat dan berbi-cara. Tetapi kalau para pemimpin partai politik saling mencaci-maki dan meng-hujat untuk mempertahankan partainya masing-masing tentu tidak baik dan akan menimbulkan kekhawatiran ma-syarakat. “Masalah ini harus diselesaikan dengan akal sehat, supaya tidak terjadi kesalahpahaman di antara kita.”

Sementara menurut João Antonio, seorang siswa SMA, caci-maki itu terja-di karena iri hati terja-di antara para pemim-pin partai-partai politik. “Ini merupa-kan kesalahan dan ketidakdewasaan partai politik”. Salah satu tugas penting dari partai politik adalah menjelaskan program mereka kepada masyarakat, sehingga calon pemilih dapat menentu-kan pilihan yang terbaik. Biarmenentu-kan kami memilih apa yang kami anggap baik.

“Caci-maki dan saling memojokkan di antara partai tidak akan bermanfaat

Partido Democratico berkampanye di Dili.

bagi mereka. Sikap demikian hanya me-nunjukan bahwa partai-partai politik tersebut sedang bermain kucing-ku-cingan dan bersikap kekanak-kanakan,” kata Miguel Rosiano Alves. Pada akhirnya masyarakat akan mengetahui kemampuan dan watak dari para pe-mimpin yang sedang beraksi itu. Bahwa mereka tidak akan bisa berbuat apa-apa untuk masya-rakat Timor Lorosae. Hal senada juga disampaikan oleh Alipio F. Amaral, seorang petani. “Kalau seorang pemimpin politik yang matang, tidak pantas untuk mencaci-maki dalam kampanye pemilu, karena perbuatan itu adalah perbuatan anak-anak ingusan. Karena itu sebaiknya gu-nakan bahasa diplomasi yang baik, yang tidak menyinggung perasaan lawan po-litiknya.”

“Saya melihat hal-hal seperti itu sa-ngat tidak baik dalam membangun se-buah demokrasi di negeri ini. Saling mencaci-maki kemungkinan akan membawa dampak yang lebih buruk

bagi masyarakat Timor Lorosae,” kata Sansa. Perempuan yang sehari-harinya bertani itu juga melihat, bahwa per-nyataan-pernyataan itu hanya untuk mencari simpatisan. Terlebih-lebih bagi partai-partai politik lama yang selalu mengungkit-ungkit sejarah masa lalu. “Itu sama sekali tidak ada hubung-annya dalam penyusunan konstitusi kita. Biarkan masyarakat bebas untuk me-nentukan pilihannya.”

Bagaimana dengan desas-desus “tin-dakan sapu bersih”? “Sebagai masya-rakat awam, tentu saya tidak mempu-nyai analisis tentang hal itu. Tetapi abila pernyatan itu sebagai himbauan pa-da masyarakat untuk membangun

ne-geri yang baru ini dengan lebih baik, tentu tidak akan menjadi masalah. Te-tapi, jika pernyatan itu mempunyai efek yang lain, harapan saya semoga hal itu tidak lagi terjadi karena masyarakat telah lama menderita.”

Tetapi, pada hari pemungutan suara mendatang, Sansa percaya tidak akan terjadi apa-apa. Karena pihak ke-amanan, antara lain dan saya percaya bahwa PKF, CivPol, FDTL dan Polisi Timor Lorosae akan menindak tegas siapa saja yang ingin mengacaukan pe-milu untuk Majelis Konstituante ini.l

l

TATOLI

l

l

LIA FUAN

l

U

ntuk penyelenggaraan pemilu ini, Pemerintah Transisi Timor Lorosae membuat rancangan “Ketentuan Perilaku untuk Partai-partai Politik dan Entitas Lain di Timor Lo-rosae”. Menurut rencana, ketentuan ini akan ditandatangani oleh:

1. Partai politik terdaftar; 2. Partai politik tidak terdaftar; 3. Kandidat independen (terdaftar); 4. Kelompok politik (yang tidak

dide-finisikan dalam rancangan ini). Para penandatangan tersebut terikat untuk:

l Mendukung penyelenggaraan pemilu

yang bebas dan adil, dengan hak pi-lih universal dan pemungutan suara rahasia;

l Menerima hasil pemilu yang

di-umumkan oleh KPI;

l Menghormati hukum yang berlaku

di Timor Lorosae, termasuk Regu-lasi UNTAET No. 2/2001 tentang Pemilu Majelis Konstituante dan Regulasi No. 11/2001 tentang Pe-langgaran Pemilu;

l Menghormati hak pemilih untuk

be-bas menggunakan hak pilih dan

me-lakukan pilihan tanpa adanya cam-pur tangan, rasa takut, atau penyuap-an.

Proses Pemilihan Umum

Mengenai proses pemilu, Ketentuan Pe-rilaku ini melarang semua pihak untuk:

l Berbohong mengatakan kepada

pe-milih bahwa pemungutan suara ber-langsung secara tidak rahasia;

l Melakukan kegiatan ilegal di tempat

pemungutan suara, seperti pendu-dukan paksa;

l Mencampuri tugas petugas pemilu

termasuk penghitungan suara;

l Menyuap atau memaksa seseorang

untuk memilih suatu partai/kandidat independen.

l Menyuap atau memaksa seseorang

untuk menolak memilih suatu par-tai/kandidat independen atau abstain dalam pemungutan suara;

l Mencari dukungan dari

pejabat/pe-gawai pemerintah untuk menghala-ngi pemilu;

l Menyalahgunakan kedudukan dalam

pemerintahan untuk tujuan politik;

l Menggunakan sumberdaya milik

pe-merintah untuk keperluan kampanye, kecuali yang dibenarkan oleh hukum. Kampanye

Dalam berkampanye, partai-partai politik dan para kandidat independen harus:

l Menghormati partai politik,

kandi-dat lain, dan barang milik mereka termasuk poster yang ditempel;

l Menciptakan suasana yang damai

pa-da masa kampanye, pemungutan suara, penghitungan suara, dan sete-lah pemilu;

l Menghindari bahasa yang menghina,

termasuk dalam bahan cetakan;

l Menjaga komunikasi dengan sesama

penandatangan untuk membahas masalah bersama;

l Partai politik/kandidat independen

juga harus menghormati hak para pemilih, menghargai kebebasan, pers dan anggota komunitas lainnya.

l Partai politik/kandidat independen

dilarang menghalangi partai politik/ kandidat independen lain untuk me-ngadakan rapat umum, menaikkan bendera atau demonstrasi;

l Partai politik/kelompok politik lain/

kandidat independen mencegah se-seorang untuk menghadiri rapat u-mum partai politik/kandidat in-dependen lain.

Kekerasan

Setiap orang yang terkait dengan para penandatangan, seperti anggota partai politik dan pendukung kandidat inde-penden, dilarang melakukan kekerasan apa pun terhadap orang maupun

barang. Termasuk yang dilarang adalah melakukan perusakan terhadap poster partai politik/kandidat independen. Mereka juga dilarang melakukan pem-balasan terhadap kekerasan yang dila-kukan pihak lain. Juga dilarang mem-berikan dukungan pada tindakan pem-balasan tersebut.

Para penandatangan Ketentuan Peri-laku ini harus:

l Mengeluarkan peraturan yang

mela-rang intimidasi terhadap siapa pun dan kapan pun

l Mengutuk setiap tindakan kekerasan

atau ancaman kekerasan

l Menginstrukan agar tidak membawa

senjata pada pertemuan umum po-litik, rapat atau demonstrasi Penyelesaian Sengketa

Bila muncul suatu sengketa yang ber-hubungan dengan pemilu, para penan-datangan harus mengusahakan penyele-saiannya di tingkat distrik. Jika dianggap perlu, misalnya karena keseriusan seng-ketanya, maka penandatangan harus membawanya ke KPI atau pengadilan. Penggunaan Uang

lPara penandatangan Ketentuan

Peri-laku, dilarang menerima dana atau dukungan dari pemerintah asing atau organisasi atau sumber lainnya yang menentang kemerdekaan Timor Lorosae.

lPara penandatangan diharuskan

mela-por kepada KPI penggunaan uang yang melebihi US$ 200. Selanjutnya KPI akan mengumumkan kepada publik. l

TI, laporan Nina Marques, Danino da Cunha, dan José Marçal

(6)

l l l

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

Partai politik pertama di Timor Lorosae ini sekarang bertekad memperjuangkan hak asasi manusia, demokrasi, pembangunan ekonomi, dan integritas wilayah.

l l l

l

K P I

l l

KANDIDAT

l

Wilayah Barat

Tim redaksi Cidadaun memantau kampanye partai politik di Distrik Ermera, Liquiça, dan Maliana pada pertengahan Agustus lalu. Berikut laporan Rui Viana.

P

enduduk Emera seperti tidak peduli dengan hiruk-pikuknya kampanye partai-partai politik. Alasannya, di antara warga ada yang masih trauma dengan kekerasan sepanjang proses referendum dua ta-hun lalu. “Ditambah lagi dengan so-sialisasi proses pemilu yang berjalan ti-dak efektif,” kata Armindo, warga Rai-laco. Konflik terbuka di antara simpa-tisan partai politik seperti yang dikha-watikan banyak pihak memang tak ter-jadi di wilayah penghasil kopi ini. Sejauh pengamatan Cidadaun, sejumlah warga di Subdistrik Railaco, Hatolia, Atsabe, dan Letefoho rata-rata tidak tahu tujuan kampanye, bahkan ada yang tidak tahu pemilu mendatang bukan untuk me-milih presiden.

Alasan keikutsertaan warga dalam kampanye juga beragam. Beberapa pe-muda yang berpartisipasi dalam kampanye FRETILIN di Hatolia me-ngatakan, selain untuk mengetahui pro-gram partai juga untuk meramaikan

dansa-dansi dan makan-makan pada setelah kampanye bubar. Lain lagi alasan Tio Costa. Menurut salah pemilik wa-rung makan di pasar di Kota Lama, sejak ada pemaksaan secara halus dari salah satu partai politik, sebagian warga terpaksa bersedia diangkut ke lokasi kampanye.

Sejumlah warga mengaku, tidak ba-nyak yang tahu tentang munculnya se-jumlah partai baru. Kalau Tio Costa dan warga lainnya takut untuk datang ke kampanye Partai Demokrat di Kota Lama karena adanya desas-desus “tindakan sapu bersih” pasca pemilu. Namun, Cidadaun sulit memperoleh informasi siapa yang menyebarluaskan desas-desus tersebut. Kabar burung itu memang meresahkan sebagian warga di hampir semua sub-distrik. “Ermera tidak sama dengan Dili. Di sana orang bebas menentukan pilihan, di sini tidak,” kata Tio Costa. Warga di sepanjang ja-lan antara Letefoho dan Atsabe meng-aku sulit mencari informasi soal

desas-desus itu.

Informasi tentang proses pemilu yang berjalan tidak efektif pun dirasa-kan warga di Maliana. Ketika ditanya soal pemilu mendatang, beberapa war-ga di Suco Tapo, Leber, Oeleo menja-wabnya, “untuk memilih presiden” atau “untuk memilih pemerintah baru pengganti UNTAET”. Sebagian warga juga tidak tahu bahwa pada pemilu mendatang diikuti oleh 16 partai poli-tik dan kandidat independen. “Selama kampanye, saya hanya ikut kampanye FRETILIN,” kata Antonio, salah se-orang warga Tapo.

Carlito Lopes, Ingraciana Afonso, Lidia Idalina, dan João de Araujo, war-ga Suco Lontas yang ditemui saat me-ngikuti kampanye FRETILIN di Lolo-toe, 13 Agustus lalu, mengatakan, kam-panye jangan sampai menimbulkan konflik tengah masyarakat. “Partai po-litik diharapkan mempertimbangkan setiap pernyataan politiknya untuk menghindari munculnya keresahan,” kata Lopes kepada Cidadaun.

“Kami tidak mengerti maksud dari pernyataan ‘sapu bersih’ itu. Semoga itu bukan berarti tindakan pembasmian terhadap pengikut partai politik lain. Jika itu yang dimaksud, sebagai sim-patisan FRETILIN, kami tidak sepen-dapat,” kata sekelompok pemuda di Suco Uat, di sisi barat pegunungan Loelaco.

Francisco do Rego, Abilio Martins, Cornelio Lay, juru kampanye FRETI-LIN, dalam kampanyenya di Lolotoe,

mengatakan, “ La lika hili ka fiar par-tido seluk, tan parpar-tido sira seluk ne’e me-sak bosok ten de’it. Partido seluk ne’e la halo funu ida.” (“Jangan percaya, dengar dan pilih partai politik lain, karena mereka adalah pembohong. Partai lain tidak pernah berjuang bagi kemerdekaan negeri ini”). Bagaimana kampanye di Liquiça? Se-jumlah partai politik telah melakukan kampanye di seluruh sub-distrik. Ben-dera sejumlah partai politik berkibar di sepanjang Maubara-Liquiça-Bazartete. “Pada masa pro-otonomi, hampir di setiap rumah penduduk di kota ini me-masang bendera merah putih. Tetapi, sebagian besar adalah pendukung ke-merdekaan,” kata seorang petani di Maubara, yang enggan disebut nama-nya. Antusias masyarakat untuk berpar-tisipasi dalam setiap kampanye partai politik cukup besar.

Sayang tidak semua kampanye ber-langsung simpatik. “Kenapa pada za-man merdeka masih ada kampanye partai politik yang menjatuhkan partai lain dengan caci-maki,” kata Manuel, seorang pemuda yang ditemui Suco Boborou. Sebagian warga juga menge-luhkan hal yang sama. Mereka berharap, agar partai politik peserta pemilu men-datang tidak menimbulkan kekerasan baru di Timor Lorosae.

“Demokrasi harus dipraktekkan,” kata Aliança. Selama masa kampanye, katanya, setiap partai politik juga bicara soal tuntutan keadilan bagi korban ke-kerasan di masa lalu. “Bukan dengan janji-janji.” l

U

DT adalah partai pertama yang dibentuk di Timor Lorosae, ketika negeri ini ma-sih berada di bawah kekuasaan Portugis. Sejak awalnya berprinsip “hosi povo, ho povo, ba povo”, yakni mendengar-kan aspirasi rakyat di segala lapisan dan berkumpul dengan kaum intelektual untuk merumuskan yang terbaik bagi Timor Lorosae.

Di bawah pimpinan João Carrasca-lão sekarang ini UDT bertekad mende-ngarkan keinginan masyarakat dan ting-gal serta bekerja bersama dan untuk masyarakat. Program yang ditawarkan sekarang adalah menghapus kemiski-nan, melawan kebodohan dengan menghilangkan misinformasi dan ke-bodohan, menentang ketidakadilan, ko-rupsi, kolusi dan nepotisme. Semua ini adalah masalah yang menurut UDT di-hadapi oleh masyarakat sekarang, sete-lah menjalankan survei pasca pembu-mihangusan.

Kemerdekaan hanya bisa diperkuat jika semua masalah itu diatasi, dan jika

sistem hukum dirumuskan oleh semua komponen dengan mempelajari nilai-nilai historis dan budaya Timor Loro-sae. Dalam Majelis Konstituante, jika terpilih, UDT akan memperjuangkan empat butir yang harus dimasukkan, yakni hak asasi manusia, prinsip demo-krasi, pembangunan ekonomi dan inte-gritas wilayah. Keempat butir inilah yang akan membentuk negara Timor Lorosae.

Di tahun 1974 UDT pernah mengu-sulkan Timor Lorosae melakukan fe-derasi dengan Portugal. Tetapi ide itu telah ditinggalkan. “Waktu itu masyara-kat tidak punya kondisi untuk menjadi negara independen, jadi UDT melihat Portugal punya kewajiban memper-siapkan kemerdekaan Timor Lorosae selama 3-5 tahun,” kata Domingos O-liveira, wakil presiden UDT, kepada Nina Marques dan Tavinha do Car-mo. Tetapi kalau UDT menang dalam nanti, maka UDT ingin pembangunan menyeluruh untuk Timor Lorosae me-nuju kemerdekaan. Bagaimanapun,

menurutnya “tidak ada negara yang bisa berdiri sendiri, entah miskin atau kaya, tetapi pasti mem-butuhkan bantuan dari negara lain.”

Dalam bidang eko-nomi, UDT akan men-jalankan sistem yang be-bas di bidang ekonomi, artinya orang bebas menjalankan kegiatan e-konomi dan kegiatan

la-in sesuai dengan kela-ingla-inan dan kehen-dak mereka sendiri. Jelas Timor Loro-sae harus bekerjasama dengan negara lain, misalnya dalam hal investasi. Tetapi pemerintah harus memperhatikan apa-kah investasi itu menguntungkan atau tidak bagi masyarakat. Jika merugikan, maka tentu akan ditolak karena UDT juga anti-kolonialisme, anti-neokolonia-lisme dan anti-imperiaanti-neokolonia-lisme. Dalam hal Timor Gap, UDT belum bisa menjan-jikan apa-apa, tetapi pasti akan bekerja semaksimal mungkin agar ada pemba-gian penda-patan yang adil dan penye-lesaian terbaik.

Mengenai masalah identitas dan bu-daya, UDT menganggap sekarang ini kebudayaan masih banyak pengaruh dari luar, tapi orang Timor punya nilai kebudayaan yaitu tidak ingin dijajah o-leh bangsa Indonesia atau Portugal. Meskipun pengaruhnya tidak bisa dihi-langkan begitu saja. Karena itu pula U-DT akan mengambil bahasa Portugis sebagai bahasa resmi dan bahasa Te-tum sebagai bahasa nasional, sementara

bahasa Indonesia dan Inggris tetap akan dipakai dalam masyarakat.

Soal pendidikan partai ini akan memperjuangkan wajib sekolah kepada semua anak untuk tingkat sekolah dasar. Selanjutnya anak-anak yang berprestasi di tingkat SLTP/SLTA didorong un-tuk memiliki ketrampilan dalam bidang tecnica. Untuk itu UDT akan membuat sebuah penelitian ilmiah apakah seo-rang anak Timor Lorosae memang memiliki kemampuan di tingkat dunia. Jika ada cukup dana UDT tentunya a-kan memberia-kan beasiswa kepada me-reka yang berbakat dan berprestasi.

Jika UDT menang dalam pemilu nanti, maka akan dilakukan perubahan dalam sistem pemerintahan yang se-lama ini terpusat di Dili dengan perbai-kan sampai ke aldeia. Pelayanan sosial pun akan diutamakan, khususnya bagi mereka yang lanjut usia dan anak-anak yang terlantar. Bagaimanapun, semua rencana ini akan bergantung pada dana yang ada, karena tidak semua persoalan dapat diselesaikan sekaligus.l

União Democrática

Timorense (UDT)

l

BERITA PEMANTAUAN

l

(7)

l

KANDIDAT

l

FRETILIN tetap memperjuangkan restorasi Republik Demokratik Timor Lorosae dan meneruskan perjuangan membebaskan bangsa dari kemiskinan, kebodohan, dan ketertinggalan.

l l l

Partai yang menyatakan diri mengikuti jalan tengah ini memperjuangkan sistem pemerintahan semi-presidensial.

l l l

l

KANDIDAT

l

FRETILIN

P

artai ini dimulai sebagai sebuah

organisasi intelektual muda yang dinamakan ASDT (Asosiasaun Sosial Demokrat Timor) yang bertujuan membebaskan rakyat Timor Lorosae dari penjajahan Portugis. Dalam perjalanannya ada tuntutan dari masyarakat agar ASDT membuka diri untuk semua orang yang memiliki ide pembebasan nasional. Maka pada bulan September 1974, ASDT berubah menjadi front perjuangan dengan nama Frente Revolucionária do Timor Leste Indepêndente (FRETILIN). Sejak itu Fretilin dikenal dengan program-pro-gram pembebasan rakyat seperti pemberantasan buta huruf (alfabet-ização), pengembangan kebudayaan kesehatan dan pertanian rakyat, pem-bangunan koperasi rakyat yang berhasil dibentuk di Aisiri-mou dan Bucoli.

Setelah referendum, ada dorongan untuk mengubah FRETILIN dari se-buah front perjuangan menjadi partai politik. Mar’ie Alkatiri, sekretaris

jen-deral FRETILIN menyebut tiga alasan fundamental. Pertama, karena tugas pembebasan tanah air sekarang sudah selesai, maka sekarang perjuangan berlanjut untuk membebaskan bangsa dari kemiskinan, kebodohan dan ke-tertinggalan. Kedua, FRETILIN tidak ingin melepaskan rakyat dalam frustrasi, dan perubahan menjadi partai politik adalah tanggungjawab untuk terus me-mimpin perjuangan pembebasan bang-sa. Ketiga, FRETILIN ingin menegas-kan sejarah perjuangan yang sesung-guhnya kepada generasi muda, teruta-ma peran FRETILIN dalam perjuang-an demokratisasi. “Agar generasi muda tahu apa sesungguhnya demokrasi itu,” katanya.

Di bidang ekonomi, FRETILIN berpegang pada prinsip “pembangun-an dari basis”, yakni pemb“pembangun-angun“pembangun-an yang berlandaskan pengorganisasian rakyat. Setiap keluarga akan diberi ke-sempatan, dibantu dan didukung un-tuk melakukan kegiatan ekonominya

sehingga da-pat mem-bentuk ke-lompok da-lam semua sektor pere-konomian. I n v e s t a s i asing tetap memainkan p e r a n p e n t i n g , karena

ke-lompok-kelompok usaha itu tidak bisa berkembang tanpa bantuan dari luar. Walau begitu, kepentingan rakyat sendiri tetap akan diutamakan. “Sebelum kita bisa mengadopsi dan mengasuh anak orang lain, tentunya kita harus bisa mengasuh anak kita dengan baik dan mandiri, bukan?” kata Alkatiri, kepada José Luís de Oliveira dan Edio Saldanha dari Cidadaun.

Di tahun 1975 FRETILIN adalah kekuatan utama dalam pembentukan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Saat ini FRETILIN jelas akan memperjuangkan restorasi hari kemer-dekaan, lagu kebangsaan dan bendera nasional. “Sekali merdeka, tetap mer-deka,” kata Alkatiri. Namun ada ber-bagai perubahan dalam sistem peme-rintahan. FRETILIN akan memilih sis-tem semi-presidensial, agar presiden nantinya tidak dapat sewenang-wenang mengambil kebijakan. Presiden seba-iknya tidak disibukkan dengan masalah pendidikan, kesehatan dan sebagainya.

“Ia harus lebih berfungsi sebagai sta-bilisator politik dan perdamaian bagi negara, sementara tugas-tugas di bi-dang lain dapat diserahkan kepada se-orang perdana menteri. Hanya dalam bidang-bidang penting, seperti perta-hanan dan hubungan luar negeri, pe-merintah memerlukan nasehat dan pen-dapat dari presiden.”

Mengenai penegakan hak asasi ma-nusia, FRETILIN akan membentuk sistem hukum yang menjamin hak-hak itu. Dalam pelaksanaannya, sistem hu-kum harus bebas dari intervensi peme-rintah.

Mengingat kecilnya wilayah Timor Lorosae, sistem administrasi wilayah menurut FRETILIN cukup dibagi da-lam 3-4 bagian, ditambah Oe-cusse se-bagai satu wilayah dengan status khusus. Sedangkan departemen yang perlu di-bentuk, menurut FRETILIN cukup 11 departemen saja. l

UDC/PDC

P

artai ini lahir di Lisabon Portu gal pada 14 Maret 1998. Sebulan kemudian, bersama partai-par-tai lain turut menghadiri konferensi Pe-niche yang sepakat mengubah CNRM menjadi CNRT. Menurut Vicente da Silva Guterres, presiden partai tersebut, partai ini merupakan sebuah partai de-mokratik kristen yang benar karena lan-dasan inspirasinya ada pada ajaran so-sial gereja, yang dalam tugasnya akan melakukan pengabdian sesuai dengan nilai-nilai kekristenan yang dianut oleh masyarakat Timor Lorosae.

Partai ini bukan didirikan untuk menjadi tandingan partai lain, tetapi merupakan hasil refleksi ide yang ber-sumber pada pengalaman partai-par-tai berhaluan Kristen di Eropa setelah PD ke II berakhir. “Semua orang tahu bahwa ada mata rantai politik mulai da-ri komunis, sosialis sampai sosial-de-mokrat. Tapi sebenarnya ada mata ran-tai lain, yaitu demokrasi kristen yang ber-peran penting melakukan rekonstruksi di Eropa dan berjuang menuntut

de-mokratisasi di Amerika Latin,” kata Vi-cente, kepada Sebastião da Silva

Dalam pemilihan umum untuk Ma-jelis Konstituante ini UDC/PDC ber-harap bahwa lembaga itu benar-benar beranggotakan orang-orang yang mempunyai integritas dan semangat pe-ngabdian yang baik, serta mempunyai kapasitas untuk berdebat dalam proses penyusunan konstitusi. “Pemilihan ang-gota Majelis Konstitusi karena itu men-jadi sangat penting,” katanya.

Selama kampanye dan perdebatan tentang program bersama partai lain, UDC/PDC tidak mau memberi janji-janji. “Kami memilih jalan tengah,” de-mikian Vicente. Mengenai sistem pe-merintahan, partai ini cenderung men-dukung gagasan sistem semi-pre-sidensial. “Ini sebuah langkah penyegar-an. Kami tidak rela kalau Xanana yang kemungkinan besar akan terpilih seba-gai presiden Timor Lorosae akan dihu-jani kritik karena kebijakan-kebija-kannya.”

Dalam hal-hal mendasar seperti

res-torasi proklamasi ke-merdekaan, partai ini be-lum bisa menentukan si-kap sebelum melihat pi-lihan rakyat. Jika meng-hendaki restorasi seba-gian simbol negara, se-perti hari kemerdekaan, bendera nasional dan la-gu kebangsaan, UDC/ PDC tidak punya masa-lah. “Semua itu sekadar simbol negara,” kata Vi-cente. “Tapi kalau rakyat menginginkan tanggal 30 Agustus sebagai hari ke-merdekaan dan

meng-gunakan bendera CNRT, juga tidak ada masalah.”

Untuk memajukan pembangunan material dan spiritual, partai melihat isu rekonsiliasi sangat penting untuk di-kedepankan. Rekonsiliasi di sini adalah proses terus-menerus yang tidak selalu bisa dirasakan langsung hasilnya. Perlu waktu untuk merealisasikan hasil-ha-silnya. Rekonsiliasi juga bukan hanya di bidang politik, tapi juga budaya dan a-gama dalam keluarga maupun ling-kungan masyarakat kita.

Mengenai pertahanan dan keamanan, menurut partai UDC/PDC di zaman modern ini, kalau bisa semua anggota masyarakat baik pria maupun perem-puan harus diberi kesempatan yang sa-ma untuk membelah negaranya, namun kekuatan angkatan pertahanan kita harus disesuaikan dengan kemampuan peme-rintah untuk membiayainya, karena

da-na yang diguda-nakan da-nantinya tidak lagi berasal dari donatur, tetapi keuangan pemerintah Timor Lorosae sendiri.

Mengenai pemberdayaan ekonomi rakyat, menurut partai UDC/PDC bahwa, masyarakat kita adalah masya-rakat agraris sehingga perekonomian harus berbasiskan pertanian, untuk itu ekonomi rakyat harus dititik beratkan pada pembangunan sektor pertanian.

Menurut partai UDC/PDC hasil Timor Gap, bahwa penggunaan hasil yang diperoleh dari minyak tersebut harus waspada, karena minyak merupa-kan hasil bumi yang tidak dapat diper-baharui. “Untuk itu hasil minyak dari Timor Gap tersebut harus digunakan dengan sebaik-baiknya untuk memo-dernisasikan pertanian dan industri subtitusi di Timor Lorosae,” kata Vi-cente kepada Cidadaun.l

A.Castro Augusto Castro

(8)

l

ADVOKASI

l

Himbauan Pastoral

Mengenai Pemilihan

Majelis Konstituante

l l l

Upacara ASDT di Dili.

ZE’SOPOL CAMINHA

Menjelang pemilihan umum Uskup Belo

mengirim pesan perdamaian melalui

himbauan pastoralnya. Surat ini adalah

pesan tertulis pertama mengenai

perkem-bangan politik di Timor Lorosae. Surat

ini bukan campurtangan gereja dalam

politik, karena seperti disebutkannya

Gereja “tidak memihak dengan

komu-nitas politik atau terikat pada suatu

sis-tem politik.”, tetapi sebuah pesan

ke-pada seluruh rakyat untuk mengingat

bahwa pemilihan umum ini adalah

ba-gian penting dari perjuangan bersama

menuju kemerdekaan.

“Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Mark 10: 43-45)

Saudara-saudariku yang terkasih, 1. Sekali lagi kita berada dalam situasi

yang krusial dalam sejarah kita. Ini adalah pemilu kita yang pertama, yang dalam lebih dua dasawarsa ini kita akan memilih untuk pertama ka-linya para pemimpin kita, para wakil rakyat Timor Lorosae yang akan di-berikan tugas tanggungjawab yang berat untuk merancang sebuah Konstitusi yang akan menjadi dasar dan perencanaan negeri baru yang kita sama-sama dirikan ini.

2. Tentu saja seluruh dunia akan

meng-amati kita. Kita akan menjadi bangsa pertama dalam milenium ini. Di du-nia ini dimana demokrasi sedang ter-cabik-cabik, korupsi di negara-negara merajalela, dan kekerasan menjadi jalan untuk mengakhiri kon-flik-konflik, kita bertanggungjawab pada seluruh dunia yang membantu kita dalam perjalanan menuju kemer-dekaan untuk meyakinkan mereka bahwa kita akan mengadakan pemi-lu yang jujur, benar, dan bisa diper-caya, diwarnai oleh kedamaian dan partisipasi penuh oleh rakyat. 3. Adalah penting jika kita memilih

orang-orang (laki-laki dan perempu-an) yang paling tepat untuk duduk di Majelis Konstituante dan memas-tikan bahwa hasil dalam pemilu ini akan dihormati. Merancang sebuah Konstitusi adalah suatu tanggungja-wab yang sakral, karena akan me-nyuarakan cita-cita kita yang mulia dan mewujudkan dasar-dasar hu-kum yang akan memberikan kesem-patan kepada rakyat untuk mencapai kebahagiaan dalam kondisi yang be-bas, adil, dan memiliki persamaan. 4. Kita akan memilih dan berpartisipasi

bukan karena loyalitas kita pada satu partai atau pelindung partai, tetapi menurut hati nurani yang benar. 5. Merupakan suatu tugas yang penting

untuk menaruh orang-orang yang paling tepat dan terampil di Majelis Konstituante. Siapa mereka-mereka itu? Siapa yang ditugaskan untuk menjalankan otoritas yang meng-agumkan ini yang berasal dari Dia? (Rom. 13:1).

6. Dalam pemilihan wakil-wakil kita di

arena politik adalah penting untuk melihat plataforma dan program masing-masing partai. Kita harus melihat program-program politik yang akan memperhatikan masalah-masalah dasar dalam membangun bangsa kita, yakni: perdamaian, ke-adilan, dan pembangunan. 7. Perlu juga agar melihat sifat-sifat apa

yang harus dimiliki oleh wakil-wakil rakyat kita. Ada beberapa yang ingin kita tekankan:

I. Kompetensi

Apakah kandidat itu bisa menjalan-kan tugas tanggungjawabnya seba-gai wakil di sidang Konstitusional? Para kandidat harus kompeten dan ini bisa diukur menurut sifat-sifat pribadi dan rekor-rekor prestasinya dalam melayani masyarakat. Perbu-atan bukan janji atau popularitas me-nunjukkan ujian prestasi seseorang. II. Integritas Personal

Integritas menyangkut sikap-sikap yang bermoral, jujur, berprinsip. Itu berarti komitmen absolut untuk menegakkan hak asasi manusia dan kebebasan orang lain, juga menjun-jung tinggi kesucian hidup berkelu-arga. Integritas menyangkut kesetia-an pada jkesetia-anji sebagai pegawai pe-merintahan negara. Integritas berarti mengikuti melalui perkataan dan perbuatan kehendak Tuhan melalui pelayanan.

III. Komitmen pada Kebaikan Bersama

Dalam surat pastoral saya yang lalu, saya menyatakan bahwa tujuan poli-tik kita kita adalah untuk mengabdi pada kebaikan bersama. Kita ha-rus memilih para kandidat yang da-pat memperhatikan semua orang Timor Lorosae, bukan hanya ke-pentingan diri atau keluarga, “Mere-ka seharusnya menjadi teladan “Mere- kare-na tanggungjawab dan dedikasi pa-da kebaikan bersama; mereka harus berusaha memberi contoh di mana otoritas bisa dijalankan dengan ke-bebasan, inisiatif pribadi, dan de-ngan solidaritas dan

kebutuhan-ke-butuhan seluruh struktur sosial”. (GS, 75)

8. Pedoman-pedoman ini berdasarkan ajaran Yesus (MK. 10: 35-45, Mt. 24: 45-51, 25: 14:30, Jn. 13: 1-35) dan Ajaran Gereja agar membantu saudara-saudari untuk memilih wa-kil-wakil yang tepat. Namun, kita i-ngin menegaskan bahwa ini bukan tugas pastoral kami untuk menyebut-kan orang-orang yang memiliki ke-cakapan tersebut. “Gereja karena peran dan wewenangnya tidak me-mihak dengan komunitas politik a-tau terikat pada suatu sistem politik.” (GS, 76)

9. Merupakan tanggungjawab pihak a-wam agar mendapatkan informasi dan pendidikan untuk melihat kuali-fikasi-kualifikasi kandidat masing-masing, untuk menimbang dan ber-tindak dalam memilih para kandidat sesuai dengan pedoman tersebut. 10. Kami mengajukan agar

saudara-saudari:

a) Memohon bimbingan dan ber-kat ilahi untuk pemilihan yang bebas dan jujur.

b) Memilih dengan jujur menurut hati nurani sesudah memper-timbangkan kandidat, partai, atau pokok persoalan tersebut. c) Harus keluar dari egoisme, per-timbangan keluarga, partai atau daerah. Pilihlah orang-orang yang bisa berbuat banyak keikan untuk bangsa kita yang ba-ru ini.

d) Menolak semua upaya untuk menipu, mengintimidasi dan memakai kekerasan dari sum-ber apa pun pada waktu kam-panye atau dari tahap apa saja dalam proses pemilihan. e) Tidak melibatkan diri dalam

korupsi atau tindakan-tindakan imoral yang menyangkut me-milih atau tidak meme-milih atau menipu demi seorang kandidat. f) Waspadalah agar suara kita sungguh-sungguh diberikan, dihitung, dan dilaporkan secara baik dan jujur.

Sekali lagi kami ingin mengambil kesempatan ini untuk menyampaikan rasa terima kasih kami yang mendalam kepada UNTAET dan semua komuni-tas dari seluruh penjuru dunia dalam mendampingi kami dalam perjalanan menuju demokrasi, perdamaian, dan pembangunan. Hati kami penuh de-ngan rasa syukur karena tanpa orang-orang ini tantangan besar untuk mem-bangun kembali Timor Lorosae pasti akan lebih susah. Obrigado.

Akhirnya, semua usaha kita yang ba-ik dan semua pedoman akan sia-sia tanpa bantuan Tuhan. Menyadari se-muanya itu, kami mohon perantaraan Bunda Maria, pelindung Timor Lorosae dan Ibu kita semua agar kami bisa mendamaikan wakil-wakil rakyat yang pantas melalui pemilu yang akan datang.

Dili, 15 Agustus 2001

Referensi

Dokumen terkait

di sini merupakan sosok orang tua sebagai pengganti orang tua asli atau kandung anak-anak yang terlantar, jika pengurus panti asuhan memiliki pola asuh yang baik dan

Hal ini dapat dilihat pada analisis data hasil belajar siklus I, setelah dilaksanakan pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik berbantuan Project

Pengaruh Pemberian Ekstrak dan Fraksi Daun Katuk (Sauropus androgynus (L.) Meer) terhadap Involusi Uterus Tikus (Rattus norvegicus).. Skripsi

Berdasarkan uraian di atas, seiring fokus pembelajaran matematika yang diarahkan untuk pengembangan keterampilan 4Cs (berpikir kritis dan pemecahan masalah,

Literasi keuangan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Shaari et al.. kelamin 5) Fakultas 6) Tahun masuk kuliah berpengaruh terhadap literasi keuangan. Menurut

Selain alam, Kabupaten Buleleng juga memiliki banyak potensi budaya berupa pura-pura bersejarah yang sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda yang tersebar di desa-desa seperti

Nama Pekerjaan : Belanja Alat Tulis Kantor (ATK), Belanja Cetak Spanduk, Dokumentasi dan Laporan, Belanja Penggandaan Materi dan Belanja Makan/Minum untuk Kegiatan