• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap manusia pada dasarnya membutuhkan barang dan/atau jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beraneka ragam dan dapat dibedakan atas berbagai macam kebutuhan. Jika dilihat dari tingkatannya, maka kebutuhan konsumen dapat terbagi menjadi tiga yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tertier. Selain itu kebutuhan manusia juga dapat dibagi menjadi kebutuhan jasmani dan rohani. Dengan adanya bermacam-macam dan berbagai jenis kebutuhan tersebut maka setiap manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.1

Air merupakan salah satu dari sekian banyak zat yang ada di alam yang penting bagi kehidupan manusia. Air adalah kebutuhan dasar (primer) yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang menduduki urutan kedua setelah udara. Kebutuhan masyarakat akan air minum layak dan aman untuk dikonsumsi semakin meningkat setiap hari sedangkan ketersediaan air layak minum yang berkualitas dan terjamin dari segi kesehatan semakin sulit diperoleh. Hal ini juga dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penduduk yang meningkat sangat cepat serta kuantitas dan kualitas air tanah yang mengalami penurunan yang cukup tajam yang dapat disebabkan adanya kerusakan alam dan resiko pencemaran yang semakin tinggi.

1

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata

(2)

Semakin lama kesadaran masyarakat semakin tinggi tentang pentingnya air minum yang sehat sebagai salah satu kebutuhan yang esensial untuk beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan masyarakat akan air yang layak dan aman untuk dikonsumsi itupun setiap hari semakin meningkat dari tahun ke tahun. Adanya peningkatan konsumsi air terutama air minum oleh masyarakat ini tidak diimbangi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai perusahaan air minum yang belum dapat menyediakan air bersih bagi masyarakat.

Air yang berasal dari PDAM tidak setiap hari mengalir dan terkadang tidak bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan memasak bahkan untuk minum. Ditambah lagi dengan banyaknya keluhan masyarakat mengenai air yang berasal dari PDAM mulai dari soal kualitas dan kuantitas seperti halnya air yang mengandung timbal atau kasinogenik, air berwarna kecoklat-coklatan atau keruh, air berbau larutan zat kimia atau berasa aneh hingga debit air yang kerap kali tidak mengalir sama sekali atau sangat kecil keluarnya.2

Oleh karena itu, PDAM dinilai tidak memiliki kapasitas untuk bisa menyediakan air bersih yang cukup bagi masyarakat. Padahal air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi manusia sehingga air bersih menjadi syarat utama untuk bisa hidup sehat. Berkaitan dengan ketidakmampuan PDAM menyediakan air bersih yang berkualitas, menurut data yang berasal dari Koalisi Rakyat Untuk Hak Atas Air menyebutkan dari

2

Amstrong Sembiring, “Menyoal Masyarakat Konsumen Air”, dikutip dari <http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/24/menyoal-masyarakat-konsumen-air/>, pada tanggal 2 September 2010.

(3)

353 (tiga ratus lima puluh tiga) jumlah PDAM di seluruh Indonesia, hanya 275 (dua ratus tujuh puluh lima) PDAM yang beroperasi dan hanya bisa melayani sekitar 38% (tiga puluh delapa persen) penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan.3

Rendahnya kualitas dan kuantitas air yang berasal dari PDAM khususnya di kota Medan diakibatkan karena air yang selama ini dipenuhi dengan sumber air sumur atau sumber air dalam tanah semakin menipis, kerusakan alam dan percemaran serta kepercayaan masyarakat terhadap jumlah dan kualitas air yang baik yang berasal dari PDAM. Kendala-kendala inilah yang kemudian menjadi cikal bakal meningkatnya prospek usaha air minum dalam kemasan (AMDK) yang memasukkan produk air minum sehingga menjadi alternatif bagi masyarakat terutama dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih yang layak dan aman untuk dikonsumsi setiap hari.

Untuk saat ini, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan AMDK dan mengkonsumsinya untuk kebutuhan sehari-hari sebagai air minum. Pada saat itu, seakan-akan kehidupan manusia tidak lepas dari AMDK. AMDK ini dikenal berbagai macam jenis kemasan. Mulai dari kemasan 240 (dua ratus empat puluh) ml, 600 (enam ratus) ml, 1 (satu) liter hingga galonan. Hal ini dianggap sangat wajar karena selain praktis dan efisien, produk AMDK terjaga kebersihan dan keamanannya yang ditunjukkan dengan label Standar Nasional Indonesia (SNI) yang terdapat dalam kemasan. Pemerintah mewajibkan label SNI produk AMDK tersebut dan telah tertuang

3

“Tak Mampu Sediakan Air Bersih”, dikutip dari <http://bataviase.co.id/detailberita-10537162.html>, pada tanggal 2 September 2010.

(4)

dalam Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) Nomor 69 tahun 2009 tertanggal 3 Juli 2009 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) AMDK secara wajib yang berlaku sejak 6 bulan ditetapkan. Adapun untuk produk AMDK yakni SNI No. 01.3553.2006. Tujuannya adalah melindungi masyarakat dan juga untuk mendorong peningkatan persaingan usaha yang sehat, keselamatan konsumen dan melestarikan fungsi lingkungan hidup.4 Oleh karena itu AMDK merupakan produk yang aman untuk dikonsumsi dan telah sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen.

Menurut data dari Indonesian Bottled Drinking Water Association, perkembangan produksi AMDK dalam kurun waktu tahun 1994 hingga tahun 2002 mencapai pertumbuhan sebesar 24% (dua puluh empat persen) pertahun (lihat tabel 1) diringi juga dengan perkembangan konsumsinya yang semakin meningkat (lihat tabel 2).

Tabel 1

Perkembangan Produksi AMDK (1997-2002) 5

No Tahun Produksi (Liter Pertahun) Pertumbuhan (%) 1 2002 6,693,671,000 18.91 2 2001 5,629,173,000 37.39 3 2000 4,097,356,000 29.36 4

Faizal, “AMDK Wajib SNI, Melanggar Kena Sanksi”, dikutip dari <http://klm-micro.com/blog/air%20minum/amdk-wajib-sni-melanggar-kena-sanksi>, pada tanggal 2 September 2010.

5

Erwanto, “Analisis Sensitivitas Harga dan Loyalitas Konsumen Terhadap Air Minum Dalam Kemasan (AMDK), Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian, hal. 16.”

(5)

4 1999 3,167,474,000 48.96

5 1998 2,126,393,000 12.68

6 1997 2,435,062,000 - Rata-Rata 4,024,854,833

Sumber : Deperindag (2003)

Dari tabel di atas, dapat dilihat perkembangan produksi AMDK dari tahun 1998 hingga tahun 1999 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 36,28% (tiga puluh enam koma dua puluh delapan persen). Sedangkan mulai pada tahun 2000 hingga tahun 2002 mengalami dinamika kenaikan dan penurunan rata-rata 15% (lima belas persen) setiap tahunnya.

Tabel 2

Perkembangan Konsumsi AMDK di Indonesia Tahun 1997-2004 6

Tahun Konsumsi (Kilo Ltr/tahun) Konsumsi Perkapita (Liter) 2004 10,200,000* 47.66 2003 8,200,000* 38.86 2002 6,435,705 31.47 2001 5,600,555 27.16 2000 4,068,963 20.04 1999 3,142,845 15.64 1998 2,124,907 10.71 1997 2,417,342 12.31

Sumber : Riset Frontier dalam Irawan (2005)

6

(6)

Dari tabel perkembangan konsumsi AMDK diatas, dapat dilihat bahwa selalu terjadi kenaikan tingkat konsumsi setiap tahunnya yang mencapai angka rata-rata 5% (lima persen) per tahun. Penurunan konsumsi terdapat pada tahun 1997 ke tahun 1998 dimana terjadi penurunan sebesar 1,6% (satu koma enam persen). Angka penurunan ini tidak terlalu besar dibandingkan kenaikan di tahun-tahun berikutnya ditambah lagi dengan faktor krisis moneter yang terjadi pada saat itu.

Produksi AMDK untuk sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai 13,7 (tiga belas koma tujuh) miliar liter atau tumbuh 7,03% (tujuh koma nol tiga persen) dibandingkan dengan produksi pada 2009 sebesar 12,8 (dua belas koma delapan) miliar liter. Menurut Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin), peluang usaha air kemasan ini pun terus tumbuh setiap tahun. 7

Perubahan perekonomian bangsa dan meningkatnya harga kebutuhan pokok karena krisis moneter yang berkepanjangan berimbas pada naiknya harga AMDK. Hal ini juga berkaitan dengan biaya produksinya yang semakin tinggi terutama untuk produksi kemasan sehingga AMDK mulai tidak dapat terjangkau oleh sebagian konsumen. Hal ini dapat terlihat dari grafik perkembangan volume penjualan AMDK mulai dari tahun 1999 hingga tahun 2005 yang menurun sampai pada angka 11% (sebelas persen).8

7

“Produksi AMDK Tahun 2010 diperkirakan tumbuh 7,03%”, dikutip dari <http://www.airminumisiulang.com/news/63/Produksi-AMDK-tahun-2010-diperkirakan-tumbuh-7-03> pada tanggal 3 September 2010.

8

Fujiro Red, “Bisnis AMDK”, dikutip dari <http://fujiro.com/bisnis-amdk/>, pada tanggal 3 September 2010.

(7)

Gambar 1

Sumber : Riset Frontier dalam Irawan (2005)

Tingginya kebutuhan air minum bersih dan sehat serta cukup mahalnya harga produk AMDK memunculkan inovasi-inovasi baru. Atau dengan kata lain, hal ini mendatangkan peluang usaha baru di masa krisis yang belum menampakkan adanya perbaikan. Peluang usaha tersebut adalah munculnya usaha air minum depot (AMD) isi ulang yang mulai booming mulai tahun 2000-an yang hingga kini terus tumbuh dan berkembang pesat di berbagai daerah.

Peranan air minum isi ulang semakin besar, hal ini terlihat dengan semakin bertambahnya jumlah air minum isi ulang dimana-mana. Masyarakat diberi kesempatan untuk memenuhi kebutuhannya untuk memilih dan menggunakan AMD isi ulang karena sesuai dengan keinginan dan kemampuan sebagian konsumen. Para pelaku usaha kemudian melihat peluang ini sebagai peluang baru yang menjanjikan untuk membangun bisnis baru

(8)

yaitu Air Minum Depot (AMD) isi ulang yang pertumbuhannya semakin menjamur karena dapat dijangkau dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan AMDK. Hal inilah yang kemudian menjadikan AMD isi ulang lebih populer dan berkembang lebih pesat daripada AMDK.

Seiring dengan semakin populer dan menjamurnya usaha AMD isi ulang ini, timbul beberapa permasalahan terutama mengenai kualitas AMD isi ulang. Kualitas dari AMD isi ulang ini yang menjadi tolak ukur apakah air minum yang berasal dari AMD isi ulang layak dikonsumsi atau tidak. Selain itu juga banyak pelanggaran-pelanggaran yang terjadi atau yang dilakukan oleh depot-depot air minum isi ulang khususnya di kota Medan. Pelanggaran tersebut sebagian besar mengenai perizinan serta pelaporan secara berkala (enam bulan sekali) mengenai kualitas terkait higienitas serta sanitasi lingkungan depot air isi ulang yang akan dijual ke masyarakat. 9

Permasalahan-permasalahan lain yang muncul pada umumnya berkaitan dengan pemberian label merk serta segel pada kemasan produksi air minum isi ulang, pemasangan label SNI pada kemasan padahal kenyataannya belum mendapatkan SNI, tidak memenuhi standar sanitasi yang baik dalam proses produksinya, 10 serta penjualan keliling air minum isi ulang dengan mobil terbuka karena rentan terhadap pencemaran kimia. Khusus mengenai larangan dengan mobil terbuka dengan rasionalisasi bahwa jika terkena matahari dalam waktu lama maka akan terjadi pemanasan zat kimia yang

9

“Masih Banyak Pengusaha Depot Air Isi Ulang di Deli Serdang Belum Taat Uji Kelayakan”, Harian SIB Medan 17 Juli 2009.

10

YogyaOnline, “Banyak Depot Air Minum yang Tidak Memenuhi Standar Sanitasi”, dikutip dari <http://yogyaonline.net/kesehatan/banyak-depot-air-minum-yang-tidak-memenuhi-standar-sanitasi.html>, pada tanggal 2 September 2010.

(9)

terkandung oleh galon (yang terbuat dari plastik) sehingga menyebabkan air minum tercemar. 11

Permasalahan mengenai AMD isi ulang ini terkait dengan perlindungan konsumen karena masyarakat sebagai konsumen merupakan elemen yang paling erat dengan konsumsi AMD isi ulang yang harus diperhatikan oleh para pihak yang terkait baik oleh pelaku usaha maupun pemerintah. Upaya perlindungan konsumen yang dapat dilakukan adalah dengan memperhatikan dan menjamin keselamatan dan keamanan dalam mengkonsumsi AMD isi ulang tersebut.

Konsumen dalam berbagai kondisi seringkali ditempatkan pada posisi yang lemah, bila dibandingkan dengan pelaku usaha. Kedudukan konsumen dan pelaku usaha tidak seimbang dimana konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. 12 Hal tersebut menyebabkan hukum perlindungan konsumen dianggap penting keberadaannya. 13 Sudah menjadi hal yang umum pada saat sekarang hak-hak konsumen sering kali terabaikan. Banyak orang yang tidak menyadari bagaimana pelanggaran hak-hak konsumen yang dilakukan oleh pelaku usaha dan konsumen cenderung mengambil sikap “diam”. Hukum perjanjian yang seharusnya dapat diasumsikan berlaku

11

“Dinkes Solok Selatan Tetapkan Regulasi Air Minum Isi Ulang”, Harian Antara Sumbar 7 Agustus 2009.

12

Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), hal.12

13

Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta : PT.Grasindo, 2004), hal.13.

(10)

seimbang dalam kenyataannya terkadang sulit untuk disamakan karena posisi tawar konsumen biasanya selalu lebih rendah daripada pelaku usaha.

Masalah perlindungan konsumen semakin gencar dibicarakan. Permasalahan ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalah tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan. Permasalahan mengenai perlindungan konsumen mengenai hak-hak konsumen, kewajiban pelaku usaha serta jalinan transaksi antara konsumen dan pelaku usaha akan dikaji lebih mendalam terutama kaitannya dengan perlindungan konsumen terhadap usaha AMD isi ulang. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dan peraturan lain yang terkait berpengaruh dalam rangka melindungi masyarakat yang mengkonsumsi AMD isi ulang.

Selain itu, permasalahan-permasalahan tersebut dapat juga disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hak-haknya sebagai konsumen.14 Minimnya pengetahuan konsumen sering dimanfaatkan oleh pelaku usaha sebagai celah untuk mengelabui konsumen. Oleh karena itu dibutuhkan suatu landasan hukum untuk melindungi konsumen sehingga hak-haknya dapat dilindungi dan tidak diabaikan oleh pelaku usaha. UUPK merupakan landasan hukum bagi penyelenggaraan perlindungan konsumen di Indonesia.

14

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 17.

(11)

Sebagai konsumen, masyarakat juga harus mengerti benar bagaimana AMD isi ulang yang dikonsumsinya, apakah depot air minum isi ulang tersebut telah menggunakan sanitasi yang baik, apakah air tersebut telah memenuhi syarat dan kualitas air sesuai dengan peraturan yang berkaitan yaitu Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum serta peranan pemerintah dalam rangka pengawasan untuk melindungi konsumen dan pembinaan terhadap depot-depot air minum isi ulang yang dinyatakan melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tersebut khususnya depot-depot air minum isi ulang yang ada di Kota Medan.

Tulisan ini akan menyajikan pembahasan tentang bagaimana sebenarnya perlindungan hukum terhadap konsumen yang mengkonsumsi air minum isi ulang di depot-depot yang ada di Kota Medan ditinjau dari aturan-aturan yang telah berlaku dan berkaitan dengan air minum isi ulang. Oleh karena itu, penulisan skripsi ini diberi judul “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Mengkonsumsi Air Minum Depot (AMD) Isi Ulang di Kota Medan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum”.

(12)

B. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang penulisan dan judul skripsi ini yaitu, maka yang jadi pokok permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengaturan air minum depot isi ulang dalam hukum perlindungan konsumen di Indonesia serta apakah permasalahan yang dialami oleh konsumen dalam rangka mengkonsumsi air minum depot isi ulang?

2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen air minum isi ulang serta pembinaan dan pengawasan pemerintah dan instansi terkait terhadap pengelolaan depot air minum isi ulang?

3. Bagaimanakah mekanisme penyelesaian sengketa konsumen yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan berbagai pelanggaran air minum depot isi ulang di Kota Medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Penulisan dalam rangka penyusunan skripsi ini mempunyai tujuan yang hendak dicapai, sehingga penulisan ini akan lebih terarah serta dapat mengenai sasarannya. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaturan air minum depot isi ulang dalam hukum perlindungan konsumen di Indonesia serta permasalahan yang dialami oleh konsumen dalam rangka mengkonsumsi air minum depot isi ulang.

(13)

2. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen air minum isi ulang serta pembinaan dan pengawasan pemerintah dan instansi terkait terhadap pengelolaan depot air minum isi ulang.

3. Untuk mengetahui mekanisme penyelesaian sengketa konsumen yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan berbagai pelanggaran air minum depot isi ulang di Kota Medan.

Dari pembahasan skripsi ini, diharapkan juga dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Secara teoretis

Skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan, masukan atau tambahan dokumentasi karya tulis dalam bidang hukum perdata pada umumnya. Secara khusus, skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan masukan terutama bagi penyempurnaan perangkat ketentuan perlindungan konsumen dalam kaitannya dengan usaha AMD isi ulang. 2. Secara praktis

Bagi penulis secara pribadi, hal ini merupakan salah satu bentuk latihan menyusun suatu karya ilmiah walaupun masih sangat sederhana. Skripsi ini ditujukan kepada kalangan penegak hukum dan masyarakat untuk lebih mengetahui bagaimana aspek perlindungan hukum terhadap konsumen dalam kaitannya dengan usaha air AMD isi ulang serta memberi informasi dan masukan kepada para praktisi, civitas akademik, dan pemerintah sendiri.

(14)

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Mengkonsumsi Air Minum Depot Isi Ulang di Kota Medan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum belum pernah ditulis sebelumnya. Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini adalah merupakan karya sendiri yang asli dan bukan jiplakan dari skripsi orang lain yang diperoleh melalui pemikiran, referensi buku-buku, makalah-makalah, media elektronik yaitu internet serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan azas-azas keilmuan yang jujur, rasional, serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

E. Tinjauan Kepustakaan

Penulisan skripsi ini berkisar tentang masalah Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen dalam Mengkonsumsi Air Minum Depot Isi Ulang di Kota Medan Ditinjau dari UUPK dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

(15)

Berbicara mengenai perlindungan konsumen tentunya tidak terlepas dari peraturan-peraturan yang berlaku dalam hukum positif. Perlindungan hukum terhadap konsumen adalah sebuah penegakan hukum yang membutuhkan peraturan-peraturan berupa ancaman kepada si pelanggar. Hal ini tercermin dalam UUPK yang merupakan suatu perundangan di Indonesia dengan kepentingan pemberian perlindungan kepada konsumen.

Perlindungan konsumen menyangkut banyak aspek dan salah satunya adalah aspek hukum. Dalam berbagai kajian hukum, perlindungan konsumen seolah-olah mengambang dan masih mengabaikan kepentingan konsumen. Isu perlindungan hukum hanya terdengar sepintas lalu tertutup oleh pembangunan ekonomi lainnya sementara telah banyak terjadi pelanggaran hak-hak konsumen. Hal ini dapat terlihat dengan belum berlaku efektifnya UUPK sejak disahkan dan diundangkan pada tanggal 20 April 1999 hingga setahun berikutnya. 15

Dalam hal perlindungan hukum kepada konsumen ini dikatakan oleh Munir Fuady bahwa “apabila suatu hukum telah ditegakkan terhadap seseorang, berarti suatu langkah untuk merealisasi kebahagiaan masyarakat luas telah diambil, sekaligus pula terwujudnya suatu langkah kesengsaraan (penggerogotan kebahagiaan) terhadap pihak melanggar ketentuan hukum”.16

Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan

15

Op.Cit. hal. 52. 16

Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 22.

(16)

konsumen itu sendiri.17

Munculnya istilah perlindungan konsumen ini adalah disebabkan adanya aktivitas-aktivitas perekonomian. Kesenjangan ekonomi merugikan berbagai pihak yang terlibat dalam aktivitas ekonomi. Konsumen merupakan pelaku ekonomi yang paling sering dirugikan.

Secara harfiah, konsumen diartikan sebagai seseorang yang membeli barang atau menggunakan jasa atau seseorang yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu, juga seseorang atau sesuatu yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang. 18

Pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan, para ahli hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai pemakai produksi terakhir dari benda dan jasa (uitendelijke gebruiker van goederen en

diensten). Dengan rumusan itu Hondius ingin membedakan antara konsumen

bukan pemakai terakhir (konsumen antara) dan konsumen pemakai terakhir. 19 Dalam peraturan perundang-undangan, tidak ada pasal yang memberikan definisi maupun pengertian mengenai AMD isi ulang. Namun dari beberapa bahan bacaan, diperoleh beberapa definisi mengenai pengertian usaha AMD isi ulang. Antara lain disebutkan bahwa yang dimaksud dengan usaha AMD isi ulang adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air bersih menjadi air minum dan menjual secara langsung kepada konsumen di lokasi pengolahan. Sedangkan Suprihatin, ketua tim peneliti laboratorium teknologi dan manajeman lingkungan, Institut Pertanian Bogor

17

Janus Sidabalok, Loc.Cit

18

John Sinclair (ed), Collins Cobuild English Language Dictionary, (Glasgow : William Collins Suns&Co, 1998), hal.303.

19

(17)

dan R. Hening Darpito, direktur penyehatan air dan sanitasi, Dirjen PPM-PL Departemen Kesehatan, memberikan definisi depot air minum adalah penjualan air minum kepada masyarakat yang dilakukan secara perorangan, dimana konsumen harus membawa wadah galon sendiri, baru mengisinya di depot tersebut.20

Selain konsumen, pihak lain yang berkaitan dengan hukum perlindungan konsumen adalah pelaku usaha dan pemerintah. Istilah pelaku usaha umumnya lebih dikenal dengan sebutan pengusaha. Pengusaha adalah setiap orang atau badan usaha yang menjalankan usaha memproduksi, menawarkan, menyampaikan atau mendistribusikan suatu produk kepada masyarakat luas selaku konsumen. Pengusaha memiliki arti yang luas, tidak semata-mata membicarakan pelaku usaha, tetapi juga pedagang perantara atau pengusaha. 21

Pemerintah memiliki peranan yang penting dalam upaya melindungi konsumen. Dalam hal ini, peranan pemerintah dapat berupa pembentukan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan usaha untuk melindungi kepentingan konsumen dan juga melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan. Dengan adanya undang-undang perlindungan konsumen, maka akan memberikan jaminan adanya kepastian hukum terhadap segala kepentingan konsumen berkaitan dengan pemenuhan kebutuhannya. Dalam praktek perdagangan yang merugikan konsumen yang marak belakangan ini

20

Suprihatin dan Hening Darpito, “Air Minum Isi Ulang Layakkah Dikonsumsi”, Femina, Maret 2004, hal.83.

21

Mariam Darus, Perlindungan Konsumen dilihat dari Perjanjian Baku (Standar), Kertas

(18)

dituntut konsistensi pemerintah yang berpihak kepada masyarakat yang kebanyakan beperan sebagai konsumen.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal utama dalam upaya mencapai tujuan hukum tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara yuridis normatif, yakni penelitian yang dilakukan dan ditujukan pada peraturan-peraturan tertulis dan bahan-bahan referensi lainnya. Penelitian yuridis membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam ilmu hukum. 22 Penelitian terhadap asas hukum merupakan suatu penelitian hukum yang bertujuan untuk menemukan asas hukum atau doktrin hukum positis yang berlaku.23

Nama lain dari penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum doktriner, juga disebut sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen. Disebut penelitian hukum doktriner karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain. Sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen disebabkan penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada di perpustakaan. Penelitian perpustakaan

22

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 118.

23

(19)

demikian dapat dikatakan pula sebagai lawan dari penelitian empiris (penelitian lapangan).

Termasuk dalam data sekunder meliputi buku-buku, buku-buku harian, surat-surat pribadi dan dokumen-dokumen resmi dari pemerintah. Data sekunder ini dapat bersifat pribadi dan bersifat publik. Yang bersifat pribadi misalnya surat-surat, sejarah, kehidupan seseorang, buku-buku harian dan lain-lain. Sedang yang bersifat publik meliputi data resmi pada instansi pemerintah, data arsip, yurisprudensi Mahkamah Agung, dan sebagainya. Pada penelitian hukum normatif, data sekunder sebagai sumber/bahan informasi dapat merupakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. 24 Adapun bahan hukum primer misalnya Undang-Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR, Undang-Undang dan lain-lain. Bahan hukum sekunder, misalnya karya-karya ilmiah, rancangan undang-undang dan juga hasil-hasil dari suatu penelitian. Sedangkan bahan hukum tertier, misalnya bibliografi, kamus dan lain-lain. 2. Data dan Sumber Data

Pada umumnya, data dibagi dalam dua jenis data yakni data primer dan data sekunder. Data primer (primary data) adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari sumber pertama, yakni perilaku individu atau masyarakat. Untuk memperoleh data primer, perlu dilakukan pengumpulan data langsung kepada masyarakat dengan cara wawancara, quisioner/angket, pengamatan (observasi) baik secara pastisipatif maupun

24

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hal.14.

(20)

nonpastisipatif. Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh dari sumber pertama. Data sekunder bisa diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian, laporan, buku harian, surat kabar, makalah, dan lain sebagainya. 25

Dalam penulisan skripsi ini, menggunakan data sekunder yaitu sebagai materi dalam skripsi ini adalah dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini antara lain adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, serta Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Selain itu, data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang merupakan informasi atau hasil kajian tentang air minum depot (AMD) isi ulang seperti buku, majalah, artikel-artikel, makalah-makalah, koran dan sumber dari internet yang berkaitan serta bahan lainnya

3. Alat Pengumpul Data

Dalam skripsi ini menggunakan dua alat pengumpul data yaitu studi pustaka dan wawancara. Yang dimaksud dengan studi pustaka adalah pengumpulan data dari berbagai sumber bacaan atau data-data sekunder dengan menggunakan metode content analysis.26 Sedangkan wawancara adalah komunikasi verbal antara peneliti dengan responden dan/atau informan dimana dalam hal ini responden adalah masyarakat yang

25

Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, “Bahan Ajar Metode Penelitian dan Penulisan Hukum”, Fakultas Hukum USU, Medan, hal. 29.

26

(21)

mengkonsumsi air minum depot isi ulang dan informan adalah pemilik usaha depot air minum isi ulang di kota Medan

4. Analisis Data

Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian dianalisa secara persfektif dengan menggunakan metode kualitatif karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang menggunakan data sekunder. Metode kualitatif adalah cara penelitian yang menghasilkan penelitian yang bersifat deskriptif analitis.

G. Sistematika Penulisan

Di dalam penulisan skripsi sangatlah diperlukan suatu sistematika penulisan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penulis dalam melakukan penulisan ini, dan juga untuk memudahkan pembaca untuk mengerti dan memahami isi dari skripsi ini. Skripsi ini dibahas dalam lima bab yang terdiri dari pendahuluan, kendala-kendala atau permasalahan-permasalahan konsumen dalam mengkonsumsi AMD isi ulang, bentuk perlindungan konsumen yang mengkonsumsi AMD isi ulang serta peranan dan tanggung jawab pemerintah dan pihak terkait lainnya dalam melindungi konsumen dalam mengkonsumsi AMD isi ulang khususnya di kota Medan. Sistematika penulisan ini adalah :

Bab I yaitu pendahuluan diuraikan latar belakang masalah yang menjadi dasar penulisan. Kemudian berdasarkan latar belakang masalah

(22)

tersebut dibuat rumusan masalah dan tujuan penulisan. Bab ini juga menjelaskan tentang keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II merupakan pembahasan mengenai pengaturan mengenai AMD isi ulang dan permasalahan yang dihadapi konsumen dalam mengkonsumsi air minum depot isi ulang. Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengertian konsumen dan pelaku usaha, hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha, pengaturan dan persyaratan air minum depot isi ulang serta permasalahan yang dihadapi konsumen air minum depot isi ulang.

Bab III merupakan pembahasan mengenai bentuk perlindungan hukum bagi konsumen yang mengkonsumsi AMD isi ulang serta pembinaan dan pengawasan pemerintah dan instansi terkait terhadap pengelolaan depot air minum isi ulang. Dalam bab ini ditinjau lebih jauh mengenai pengertian perlindungan konsumen, upaya-upaya perlindungan hukum yang dapat dilakukan bagi konsumen AMD isi ulang serta pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dan instansi terkait terhadap pengelolaan air minum depot isi ulang.

Bab IV merupakan pembahasan mengenai mekanisme penyelesaian sengketa konsumen yang dapat ditempuh untuk menyelesaikan berbagai perlanggaran air minum depot isi ulang. Mekanisme tersebut dijelaskan lebih rinci mengenai penjelasan pengertian sengketa konsumen, penyelesaian sengketa di luar pengadilan baik secara damai maupun melalui Badan Penyelesaian Kengketa Konsumen (BPSK) serta penyelesaian sengketa

(23)

melalui pengadilan melalui mekanisme hukum perdata, pidana dan administrasi negara.

Bab V yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan diperoleh berdasarkan uraian dan penjelasan secara keseluruhan dari bab-bab terdahulu. Sedangkan saran-saran merupakan usul dari penulis terhadap topik yang dibahas.

Referensi

Dokumen terkait

Di Indonesia hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKKRI) 2012 mengungkapkan beberapa perilaku berpacaran remaja yang belum menikah, antara lain: remaja

a) 1 Head line dan 1 Stern Line , yang masing-masing membentuk sudut maksimum 45° terhadap axis memanjang dermaga. b) 2 Breast Line ( after dan forward ), yang

beradaptasi dengan camilan zaman sekarang dan orang justru merasa bangga bisa menikmati bipang di masa sekarang. Pemilihan Jangkar sebagai merek dan logo itu bermula

permainan playdough ? 3)Apakah ada pengaruh permainan playdough terhadap kemampuan motorik halus anak usia 5- 6 tahun di TK Heaven Kid’s Kecamatan Tampan Kota

Peningkatan keaktifan belajar IPA pada materi pertumbuhan mahkluk hidup di kelas VI SD YPPK Santo Petrus Nabire sebesar 44,4 % dan n- Gain rata-rata dengan

menambahkan dopan dengan dua atau lebih kation heterovalen (aliovalen) menunjukan hasil peningkatan konduktivitas ionik, memiliki kestabilan termal pada suhu sedang dan densitas

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja manajerial seperti partisipasi anggaran, komitmen organisasi, dan job relevant information telah dilakukan

Sistem Informasi Akademik ini mengolah data siswa, data guru, data mata pelajaran, data nilai raport, data pengumuman dan data berita.... iv