• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI KAYU BRUMBUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH. Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) KESATUAN BISNIS MANDIRI INDUSTRI KAYU BRUMBUNG PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH. Oleh :"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Della Karnegi

NIM. 130 500 041

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2016

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan

: Laporan Praktik Kerja Lapang Kesatuan Bisnis

Mandiri Industri Kayu Brumbung Perum Perhutani

Unit I Jawa Tengah

Nama

: Della Karnegi

Nim

: 130 500 041

Program Studi

: Teknologi Hasil Hutan

Jurusan

: Teknologi Pertanian

Menyetujui/Mengesahkan,

Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Hj. Eva Nurmarini S, Hut, MP

NIP. 197508081999032002

Lulus Ujian Pada Tanggal :

Pembimbing, Penguji I,

Penguji II,

Ir. Sumiati

Heriad Daud Salulu,S.Hut,MP Ir. Joko Prayitno, MP

NIP. 195906121989032004 NIP. 197008301997031001

NIP. 196607041992031005

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat serta berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan Praktek Kerja Lapang dengan lancar.

Adapun maksud penyusunan laporan ini adalah untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya Diploma III (D3) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Penulis menyadari sepenuhnya dari segi teknis penulisan dan uji materi penulisan masih sangat jauh dari kesempurnaan dan penulis menyadari pula bahwa keterbatasan akan kemampuan yang dimiliki. Hal yang wajar jika dalam penyelesaian Laporan Praktik Kerja Lapang masih banyak mengalami hambatan dan masalah. Namun berkat bimbingan dan petunjuk serta dorongan dari berbagai pihak, sehingga Laporan Praktik Kerja Lapang ini dapat terselesaikan.

Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ayahanda Bernabas Seleki dan Ibunda Remita tercinta yang telah mengasuh dan memberikan bantuan yang sangat berharga kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini dengan baik dan tepat waktu.

2. Untuk Martius Tang tercinta, terimaksih telah memberikan semangat, dukungan dan kasih sayang kepada penulis.

3. Semua Pihak Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Industri Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah yang tidak dapat disebutkan satu persatu, dimana sudah banyak memberikan pengalaman serta wawasan baru terutama tentang cara berfikir kritis dan mampu memberikan solusi terhadap kendala yang dihadapi suatu perusahaan baik itu dilapangan maupun di industrinya sendiri.

4. Dosen pembimbing yaitu Ibu Ir. Sumiati yang telah membimbing dan memberikan saran, sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan laporan ini.

5. Dosen Penguji I Bapak Heriad Daud Salulu, S.Hut, MP dan Dosen Penguji II Bapak Ir. Joko Prayitno, MP yang telah banyak memberikan saran untuk kesempurnaan laporan ini.

6. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Ibu Hj. Eva Nurmarini, S. Hut, MP.

7. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Bapak Hamka S.TP, MP, M.Sc.

8. Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, yaitu Bapak Ir. Hasanudin, MP.

9. Seluruh anggota keluarga atas dukungannya serta semua pihak yang tidak disebutkan satu-persatu.

10. Para staf pengajar, administrasi dan PLP di Program Studi Teknologi Hasil Hutan.

(4)

Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu berbagai saran beserta kritik akan sangat membantu dalam menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat, umumnya bagi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan khususnya Program Studi Teknologi Hasil Hutan.

Samarinda, 23 Mei 2016

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

Bab I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL) ... 1

C. Hasil yang Diharapkan ... 2

Bab II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN... 3

A. Tinjauan Umum Perusahaan... 3

B. Manajemen Perusahaan ... 6

C. Lokasi Dan Waktu Kegiatan PKL ... 14

Bab III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG ... 15

A. Persiapan Bahan Baku ... 15

1. Tujuan ... 15

2. Dasar Teori ... 15

3. Alat dan Bahan... 15

4. Prosedur Kerja ... 16

5. Hasil yang Dicapai ... 23

6. Pembahasan... 23

B. PGM (Penggergajian Mesin) ... 24

1. Tujuan ... 24

2. Dasar Teori ... 24

3. Alat dan Bahan... 24

4. Prosedur Kerja ... 25

5. Hasil yang Dicapai ... 28

6. Pembahasan... 28

C. Kiln dry (Pengeringan) ... 29

1. Tujuan ... 29

2. Dasar Teori ... 29

3. Alat dan Bahan... 29

4. Prosedur Kerja ... 30

5. Hasil yang Dicapai ... 32

(6)

D. Flooring ... 33

1. Tujuan ... 33

2. Dasar Teori ... 33

3. Alat dan Bahan... 33

4. Prosedur Kerja ... 34

5. Hasil yang Dicapai ... 37

6. Pembahasan... 41

E. Garden Furniture ... 41

1. Tujuan ... 41

2. Dasar Teori ... 41

3. Alat dan Bahan... 41

4. Prosedur Kerja ... 42

5. Hasil yang Dicapai ... 46

6. Pembahasan... 46

F. Fingerjoint Laminating (FJL)... 46

1. Tujuan ... 46

2. Dasar Teori ... 46

3. Alat dan Bahan... 47

4. Prosedur Kerja ... 48

5. Hasil yang Dicapai ... 50

6. Pembahasan... 50

G. TPK Output ... 51

1. Tujuan ... 51

2. Dasar Teori ... 51

3. Alat dan Bahan... 51

4. Prosedur Kerja ... 52

5. Hasil yang Dicapai ... 52

6. Pembahasan... 52

Bab IV. KESIMPULAN DAN SARAN... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama Halaman 1. Daftar Jumlah Karyawan Menurut Tingkat Pendidikan dan

Status ... 5 2. Daftar Kelas Panjang Log ... 22

(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama Halaman Gambar 1. Struktur Organisasi Divisi Industri Kayu Wilayah I Sub

Brumbung... 6

Gambar 2. Furniture Jati ... 7

Gambar 3. Finish Flooring ... 7

Gambar 4. Finish Decking ... 8

Gambar 5 Finish Skirting... 8

Gambar 6. Papan Finger Joint Laminating ... 9

Gambar 7. Finish Parquet Block... 9

Gambar 8. Komponen Rough Saw Timber ... 10

Gambar 9. RST Flooring ... 10

Gambar 10. RST Decking... 11

Gambar 11. RST Skirting ... 11

Gambar 12. Housing Componen ... 12

Gambar 13. RST Parquet Block ... 12

Gambar 14. Reng... 13

Gambar 15. Lis ... 13

Gambar 16. Flow Chart Proses Penerimaan BBI/LOG di TPK Input... 17

Gambar 17. Penurunan Bahan Baku Log di TPK Input/Log yard ... 19

Gambar 18. Penomoran Nomor Urut Log Menggunakan Kapur Lilin ... 20

Gambar 19. Penumpukan Kayu di TPK Input/Log yard ... 22

Gambar 20. Flow Chart Penggergajian Mesin (PGM) ... 25

Gambar 21. Pengankutan Log Menggunakan Mesin Katrol ... 26

(9)

Gambar 23. Pembelahan Kedua di Mesin Band Resaw (BRS)... 27

Gambar 24. Pembelahan Ketiga di Mesin Cross Cut ... 27

Gambar 25. Komponen Sortimen Hasil Penggergajian ... 28

Gambar 26. Flow Chart Pengeringan/KD... 30

Gambar 27. Proses Pengeringan di Kilin Dry (KD) ... 31

Gambar 28. Flow Chart Flooring ... 35

Gambar 29. Finish Product Flooring 2S T&G... 37

Gambar 30. Finish Product Flooring 4S T&G... 37

Gambar 31. Finish Product Flooring Engenering T&G ... 38

Gambar 32. Finish Product Decking E2E... 38

Gambar 33. Finish Product Decking E4E... 39

Gambar 34. Finish Product Parquet Block 2S T&G ... 39

Gambar 35. Finish Product Parquet Block 4S T&G ... 40

Gambar 36. Finish Product Skirting ... 40

Gambar 37. Flow Chart Garden Furniture ... 45

Gambar 38. Flow Chart Finger Joint Laminating... 48

Gambar 39. Papan Finger Joint Laminating... 50

Gambar 40. TPK Output/Gudang ... 52

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki berbagai sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam yang termasuk terbesar adalah sumber daya hutan, karena hutan Di negara kita termasuk yang terbesar di dunia. Banyak hasil yang dapat diperoleh dari hutan, misalnya rotan, damar dan terutama kayu. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan pertambahan penduduk, penggunaan kayu juga semakin bertambah, sehingga turut memicu dan perkembangan industri pengolahan kayu di Indonesia.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan oleh mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Teknologi Hasil Hutan merupakan kurikulum yang sudah ditentukan. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari perkuliahan yang ditempuh selama dibangku kuliah, dan mempunyai acuan kepada mahasiswa yang bersangkutan, sehingga mempunyai koordinasi antara Mahasiswa, Akademik dan perusahaan yang ditempati, sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik.

Dalam rangka memantapkan materi perkuliahan yang didapatkan dibangku kuliah maka diadakan Praktek Kerja Lapang (PKL) selama kurang lebih dua bulan untuk menambah pengalaman.

B. Tujuan Praktek Kerja Lapang (PKL)

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapang ini adalah agar mahasiswa lebih memahami prinsip kerja kegiatan industri pengolahan kayu padat dan industri pengolahan kayu lainnya, memiliki pengetahuan

(11)

teknis dan keterampilan praktis tertentu, pengetahuan untuk menambah kepercayaan diri, melatih menggunakan daya nalar terhadap kegiatan di lapangan, disamping itu juga memahami penggunaan alat sarana yang lainnya dalam tahapan industri pengolahan kayu.

C. Hasil Yang Diharapkan

Diharapkan setelah mahasiswa selesai melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dapat menambah pengalaman dan memperluas ilmu pengetahuan, juga dimaksudkan agar mahasiswa dapat melihat langsung kegiatan di lapangan, sehingga dapat membandingkan antara teori yang diterima dari bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan.

(12)

BAB II

KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

A. Tinjauan Umum Perusahaan

1. Sejarah Berdirinya KBM Industri Kayu Brumbung

Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu (KBMIK) Brumbung adalah penggabungan dari Industri Pengolahan Kayu (IPK) Brumbung dengan Kesatuan Pengolahan Kayu Mranggen sesuai dengan surat keputusan Direksi nomor 554/Kpts/Dir/2005, tanggal 26 September 2005.

Terhitung mulai tanggal 2 Januari 2006 penggabungan antara Indrustri Pengolahan Kayu (IPK) Brumbung dengan Kesatuan Pengolahan Kayu Mranggen berubah nama menjadi Kesatuan Bisnis

Mandiri Industri Kayu (KBMIK) Brumbung.

KBM IK Brumbung adalah satuan organisasi dibawah Kantor Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah yang bertanggungjawab atas penyelenggaraan pengelolaan usaha bisnis Perum Perhutani secara mandiri untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.

Struktur Organisasi Perum Perhutani, sesuai Surat Keputusan Direksi Nomor : 007/Kpts/Dir/2014 Tanggal 13 Januari 2014, Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Kayu (KBMIK) Brumbung berubah nama dengan sebutan Industri Kayu Brumbung (IKB).

Pembentukan organisasi baru ini merupakan bagian dari perubahan struktur organisasi Perum Perhutani secara global yang membedakan antara kelola hutan dan kelola bisnis.

(13)

a. Wilayah Kerja

Lokasi kerja terletak di Desa Kembangarum, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak, Propinsi Jawa Tengah yang menempati areal seluas ± 5.456 M2.

Unit-Unit kerja antara lain :

- 3 (tiga) Unit penggergajia Mesin (PGM) di pengolahan Brumbung - 2 (satu) Unit Pabrik Moulding

- 1 (satu) Unit Pabrik FJL

Dan didukung pula unit penunjang antara lain : pabrik pengeringan (KD), TPK (Log, RST, Finish Produk), Bengkel/Pengasahan, Teknik Mesin & Listrik, Teknik Bangunan dan Kantor Administrasi.

b. Visi dan Misi Perusahaan

Dalam mewujudkan perusahaan sesuai standar yang ditetapkan, Industri Kayu Brumbung menuangkan Visi dan Misi perusahaan sebagai berikut :

Visi

Menciptakan lapangan kerja dan nilai tambah Perum Perhutani di bidang industri perkayuan, guna mendukung Visi Perum Perhutani.

Misi

1. Memenuhi target pendapatan Industri kayu Brumbung guna mencapai nilai tambah perusahaan.

2. Mencari dan memperluas pasar produk Indusri Kayu Brumbung . 3. Meningkatkan komunikasi kerja sama pasar dengan pihak ketiga. 4. Membina semangat Sumber Daya Manusia (SDM) Industri Kayu

Brumbung dalam rangka meningkatkan produktifitas dan pendapatan perusahaan.

(14)

5. Melaksanakan tugas rutin lain yang ditetapkan perusahaan.

2. Ketenagakerjaan

KBM Industri Kayu Brumbung memiliki komitmen terhadap peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM). Hal ini dapat menjamin bahwa setiap karyawan mampu melakukan tugas mereka dengan efisien dan selamat serta bertanggung jawab. Seluruh karyawan KBM Industri Kayu Brumbung yang aktif dalam perusahaan tersebut berjumlah kurang lebih 81 orang, 40 orang karyawan mutasi, dan pekerja pelaksana kurang lebih 200 orang. Seluruh karyawan memiliki tanggungjawab pada tiap satu unit bagian dan menggunakan sistem kerja berupa shift atau rolling.

Kelanjutan dan keberhasilan pabrik tersebut akan tergantung kepada kemampuan dan semangat para pekerja yang terlibat. Dalam hal ini manajemen KBM Industri Kayu Brumbung telah mempersiapkan sistem pelatihan yang menyeluruh, baik managerial maupun keahlian untuk menunjang karyawan menjadi profesional.

Tabel 1. Daftar jumlah karyawan menurut tingkat pendidikan dan status

Karyawan

Perum Pekerja Pelaksana Jumlah

Pendidikan L P L P L P SD 3 - - - - - SMP 20 3 - - - - SMA 51 - - - - - DIPLOMA 1 1 - - - - S1 2 - - - - - S2 - - - - JUMLAH 77 4 - - 77 4

(15)

3. Struktur Organisasi

Menurut Struktur Organisasi yang baru Industri Kayu Brumbung dipimpin oleh 1 (satu) orang Manager. Dalam kegiatannya Manager bertanggung jawab kepada General Manager. Didalam menjalankan Usaha dibantu oleh 7 (tujuh) orang Asisten Manager dan 11 (sebelas) orang Kepala Urusan.

Untuk lebih jelasnya tentang gambaran struktur organisasi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1. Struktur Organisasi Divisi Industri Kayu Wilayah 1 Sub Brumbung

Manajer Produksi

Pengendali Kinerja

Kaur Renc

Prod Mentenance Kaur

Kaur Teknik & Asah Kaur SIM Asman PGM Kaur Intake Kaur Produksi Asman Maintenance Asman PPIC, R & D Kaur FJL & KD Kaur Moulding Kaur Umum Kaur SDM Penguji Tk II Penguji Tk I Asman SDM, UM & Keu Asman Moulding Asman Intake Kaur Keuangan

(16)

B. Manajemen Perusahaan

1. Bahan Baku

KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) dari arel pemasaran Wilayah I (Tegal) meliputi Kendal, Balapulang, Pemalang, Semarang, Banyumas Barat, Kedu Utara dan dari areal pemasaran Wilayah II (Cepu) meliputi Kebonharjo, Purwodadi, Randublatung, Gundih, Telawa, Pati, Mantingan, Cepu, Blora, Surakarta. KPH tersebut sebagai penyuplai bahan baku industri pengolahan kayu di KBM Industri Kayu I Brumbung.

2. Produk yang Dihasilkan

a. Finish Product/Produk Akhir

1. Furniture Jati

(17)

2. Finish Product Flooring

Gambar 3. Finish Product Flooring, Kegunaannya Untuk Dinding

3. Finish Decking

(18)

4. Finish Skirting

Gambar 5. Finish Skirting, Kegunaan Untuk Tepi Tangga

5. Finger Joint Laminating (FJL) Jati

(19)

6. Finish Parquet Block

Gambar 7. Finish Parquet Block, Kegunaan Untuk Lantai

b. Rought Saw Timber/Kayu Gergajian Kasar

1. RST Garden F urniture

Gambar 8. Komponen RST GF, Ukuran 20-80 x 62-152 x 600 up

(20)

2. RST Flooring

Gambar 9. RST Flooring, Ukuran 12,15,19 x 70,90,120,140,300 up mm

3. RST Decking

(21)

4. RST Skirting

Gambar 11. RST Skirting, Ukuran 11 x 75,105 x 1300 mm

5. Housing Componen (HC) untuk indor/local (kusen,pintu)

Gambar 12. Housing Componen, Ukuran 60 x 120,160 x 1200 up mm (bahan kusen). 30,40 x 120-700 x 2100 up mm (bahan pintu)

(22)

6. RST Parquet Block

Gambar 13. RST Parquet Block, Ukuran 12,15,18 x 52 x 205, 255 x 305 mm

7. Reng

(23)

8. Lis

Gambar 15. Lis, Ukuran 15 x 15,20 x 250-600 mm

3. Pemasaran

KBM (Kesatuan Bisnis mandiri) Industri Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah memproduksi kayu jati dan kayu gergajian dengan kualitas ekspor. Panjang log yang akan digergaji adalah 1 - 3 meter. Untuk ukuran khusus diperuntukkan khusus permintaan buyer/pembeli, dengan rata - rata diameter 30 - 60 cm.

Pemasaran Ekspor dari hasil Industri KBM Industri Kayu Brumbung menembus kawasan Asia seperti China, Korea dan Eropa seperti Jerman. Dan untuk pemasaran lokal melayani pesanan diberbagai daerah di Indonesia dengan langsung berhubungan dengan Perum Perhutani KBM Industri Kayu Brumbung.

(24)

C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL

1. Lokasi

Kompleks industri dengan luas areal 350,603 m2 berlokasi di Jl. Raya Semarang-Purwodadi KM. 15 No. 58 Mranggen, Demak, Jawa Tengah. Jarak dari Semarang ke KBM IKB melalui jalan darat memakan waktu 1 jam atau 15 km.

2. Waktu

Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di KBM Industri Kayu Brumbung ini dilaksanakan pada tanggal 03 Maret 2016 sampai dengan tanggal 30 April 2016 dengan waktu kerja mulai pukul 08.00 WIB sampai jam 13.30 WIB dengan jumlah hari kerja 5 hari dalam 1 minggu.

(25)

BAB III

HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG

A. Persiapan Bahan Baku

Kegiatan perusahaan diawali dengan persiapan bahan baku diantaranya yaitu proses penyediaan log.

1. Tujuan

Tujuan persiapan bahan baku ini adalah untuk menjamin bahwa proses penerimaan bahan baku di TPK Input bisa memenuhi standar yang berlaku dengan mengindahkan segala terapan sistem yang diberlakukan dalam setiap proses penggergajian dapat berjalan lancar dan sesuai dengan rencana.

2. Dasar Teori

Bahan baku perlu dipersiapkan dan direncanakan sedetail mungkin, mengingat semua proses kerja sesuai dengan SOP (Standar Operational Prosedure). Bahan baku industri dimulai dengan membeli log dari KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) atau supplier, pada saat pembelian log dari KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) tim langsung memilih ukuran dan mutu log sesuai dengan peruntukan yang akan diproduksi. Setelah melakukan pembayaran maka log akan dikirim ke lokasi industri. Penerimaan log dilokasi akan dilakukan pengecekan ulang terhadap jumlah log, ukuran dan mutu log terhadap DKB (Daftra Kayu Bulat),setelah melakukan pengecekan log akan disusun berdasarkan asal KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) ukuran dan kelas panjang log. Penyusunan log harus ditempat yang kering dan posisi log melajur berlawanan arah matahari untuk menghindari retak pada penampang log.

(26)

3. Alat dan bahan

a. Alat

- Meteran - Fork klift - Truk trailer

- Alat tulis menulis b. Bahan

- Log

4. Prosedur Kerja

Kayu jati yang dipasok dari daerah Jawa sendiri, 16 KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) menjadi penyuplai kayu/log. Kayu jati/log diangkut ke pabrik menggunakan kendaraan besar atau truk. Setelah truk sampai dipabrik kayu/log dibawa ke TKP (Tempat Penumpukan Kayu) input. Kayu/log diturunkan dari truk dan disusun dengan rapi sesusai KPH (Kesatuan Pengeloaan Hutan) supplier. Khusus untuk AI (log berdiameter <19 cm) & AII (log berdiameter 20-29 cm) penurunan dan penyusunan secara manual, sedangkan untuk AIII(log berdiameter 30 up cm) dibantu menggunakan fork lift.

Untuk lebih jelasnya tentang gambaran alur penerimaan log di TPK (Tempat Penumpukan Kayu) Input dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

(27)

BBI/LOG yang diterima diKelompookan Pengiriman BBI/LOG

Ke Pabrik dengan

DK.304

Gambar 16. Flow Chart Penerimaan Bahan Baku BBI/di TPK Input

1. Penerimaan Bahan Baku Log di TPK Input.

a. Pada dasarnya semua kayu-kayu log AIII (Log berdiameter 30 up mm) dan AII (Log berdiameter 20-2 cm) dari TPK Supplier untuk kayu bersertifikat FSC (Forest Stewardship Council), mandor penerimaan hasus memastikan bahwa pada saat surat bukti FA-KB (Faktor Angkutan Kayu Bulat) atau DKB (Dokumen Kayu Bulat) harus mencantumkan kode sertifikat supplier serta kelompok produk FSCnya (Forest Stewardship

SELESAI PELAPORAN

BBI / LOG Dari TPK/KPH Suplier

PENERIMAAN BBI / LOG

PERSEDIAAN BBI / LOG

PABRIK / PGM Dok. supli 1. FA_KB ( DK.A.301 ) 2. DKB_FA 3. PERNI 51 Dok. supli er 1. Lembar penerimaan Angkutan Hasil hutan dari lain daerah 2. Berita acara Serah

Terima FA-KB

(28)

Council). Pada dasarnya semua kayu-kayu log di TPK (Tempat Penumpukan Kayu) Supplier sebelum dikirim ke KBM (Kesatuan Bisnis Mandiri) Industri Kayu Brumbung harus mengalami proses dipilih dahulu oleh tim pemilih BBI (Bahan Baku Industri) Log dari KBM (Kesatuan Bisnis Mandiri) Industri Kayu Brumbung yang hasilnya dituangkan dalam BAP (Biaya Angara Produksi) form Pemilihan Kayu BBI (Bahan Baku Industri). Untuk kayu yang bersetifikat FSC (Forest Stewardship Council), Mandor penerimaan harus memastikan bahwa pada surat bukti FAKB (Faktor Ankutan Kayu Bulat) atau DKB (Daftar Kayu Bulat) harus mencantumkan kode sertifikat supplier serta kelompok produk FSCnya (Forest Stewardship Council). Apa bila log-log yang berasal dari KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) yang bersertifikat dikirim ke KBM (Kesatuan Bisnis Mandiri) IK (Industri Kayu) Brumbung ternyata pada dokumen FAKBnya (Faktor Angkutan Kayu Bulat) tidak mencantumkan kode sertifikat kelompok produk, maka itu dianggap log-log yang uncontroll. Selanjutkan dibuatkan berita acara mangacu pada instruksi kerja.

b. Kayu log datang dari KBM (Kesatuan Bisnis Mnadiri) pemasaran, disertai surat bukti FAKB (Faktor Angkutan Kayu Bulat), DKB (Daftar Kayu Bulat) dan laporan managemen/HJD (Harga Jual Dasar), dan perni 51, kayu log dibongkar dilokasi TPK (Tempat Penumpukan Kayu) input. Diadakan perhitungan jumlah batang pada fisik kayu baik yang bersertifikat FSC(Forest Stewardship Council) dan COC (Chain Of Costody).

(29)

c. Selesai peghitungan, dibuat nota penerimaan.

Gambar 17. Penurunan bahan baku log di TPK Input/log yard

d. Kayu log yang dilasah, untuk memberi nomor urut kayu pada bontosnya menggunakan kapur lilin.

e. Sebelum mandor penerimaan melaksanakan penerimaan fisik kayu dilapangan terlebih dahulu mandor penerimaan memberikan nomor urut pada DKB (Daftar Kayu Bulat), sesuai dengan banyaknya kayu yang tertulis dari FAKB (Faktor Angkutan Kayu Bulat) tersebut. Kayu-kayu yang bersertifikat FSC (Forest Stewardship Council) dan COC (Chain Of Costody) atau pun kayu non FSC (Forest Stewardship Council) atau non sertifikat.

f. Kayu log yang datang berdasarkan lokasi, tidak dilakukan pemeriksaan ulang pada saat kayu datang, karena sebelum kayu-kayu dikirim sudah di uji terlebih dahulu oleh penguji kayu KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) supplier, ada pun kayu-kayu tersebut berasal dari kawasan hutan

(30)

perhutani tersendiri dan untuk kayu-kayu yang berasal dari luar perhutani dibuatkan instruksi kerja.

g. Identifikasi penerimaan Bahan Baku Industri (BBI) ; Untuk jenis kayu FSC berasal dari Mutu Hutan Lestari (MHL), penerimaan di KBM IK Brumbung di pilahkan dan diberi tanda sesuai dengan warna masing-masing ;

- BBI log AII dan AIII yang bersertifikat FSC pada penampang depan diberi tanda cat berwarna ( Merah untuk KPH Kendal, Putih untuk KPH Randublatung, Hijau untuk KPH Kebonharjo, Biru untuk KPH Cepu dan sesuai instruksi penggunaan warna identitas yang berlaku di KBM IK Brumbung diikuti pemberian nomor dengan kapur lilin.

Gambar 18. Penomoran nomor urut log menggunakan kapur lilin - BBI log AII dan AIII yang non sertifikat pada penampang tidak ada

pemberian tanda cat, dan langsung diberi nomor urut penerimaan KBM dengan menggunakan kapur lilin.

h. Kayu-kayu yang log sudah diterima di catat pada buku register penerimaan BBI untuk kayu yang bersertifikat FSC dibuat rekapitulasi penerimaan log

(31)

setiap bulan sebagai dasar pembuatan material balances dan dilaporkan di bagaian PPIC.

i. Kayu-kayu yang sudah diterima dicatat pada buku register penerimaan untuk kayu yang bersertifikat FSC dibuat rekapitulasi penerimaan log mingguan dengan form yang ada dan dilaporkan ke PPIC sebagai dasar pembuatan neraca FSC.

j. Untuk order-oder yang mensyaratkan sertifikat FSC maka semua dokumen yang terkait di stempel FSC-100%.

k. Kayu-kayu yang dikirim ke PGM dilakukan pencocokan antara fisik dengan pilihan PGM, dan harus tahu kayu-kayu tersebut untuk dibuatkan dokumen pengiriman oder siapa atau SPK (Surat Perintah Kerja) nomor berapa, kemudian dibuatkan dokumen pengiriman kayu ke PGM, untuk dokumen pengiriman kayu sertifikat FSC diberi stempel kayu ke PGM, untuk dokumen pengiriman kayu bersertifikat FSC diberi stempel FSC-100%, untuk order yang mensyaratkan sertifikat FSC maka semua dokumen yang terkait distempel FSC-100%.

l. Bila terjadi ketidak sesuaian fisik dengan dokumen penerimaan, petugas segera berkoordinasi dengan pihak pengirim, bila terjadi kesepakatan DKB (Dokumen Kayu Bulat) lansung disesuaikan fisik kayu, namun kalau terjadi ketidak sepakatan dibuatkan berita acara.

m. Untuk perlakuan cara perlindungan dari kerusakan terhadap kayu-kayu log yang khusus untuk bahan baku rimba untuk ditumpuk dibawah pohon pelindung.

(32)

2. Penyimpanan Bahan Baku Log di TPK Input.

a. Penyimpanan atau penumpukan BBI kayu bundar atau log ditempat yang teduh dan tidak becek dengan harapan kadar air tidak meningkat,

b. Mengatur jarak tempuh untuk memudahkan identifiaksi kayu dan pelayanan.

c. Pengelompokan tumpukan kayu dalam setiap blok, dipilahkan menurut kelas panjang dengan harapan memberikan kemudahan dalam pelayanan dan diupayakan pada tempat yang teduh dan jauh dari genangan air. Tabel 2. Daftar Ukuran Kelas Panjang

Sumber : Prosedur Kerja TPK Input (PK-SMPHT.05-005 Tahun 2013) d. Posisi log melajur berlawanan matahari dengan harapan menghindari

pada penampang log.

Gambar 19. Penumpukan kayu di TPK Input/log yard KELAS PANJANG

Ukuran Satuan

< 1.00 Meter

1.00-1.90 Meter

(33)

e. Setiap tumpukan kayu maksimal terdiri 8 (delapan) susun. Bahan baku log rimba, pada bontos kayu baik ujung maupun pangkalnya dilabur dengan paselin atau lem.

f. Kayu sertifikat FSC 100% di tempat terpisah dan di beri warna hijau pada bontos lognya.

3. Pengiriman/Penyerahan Bahan Baku Log

a. Pengiriman bahan baku undustri log atas dasar permintaan dan pemilihan PGM (Penggergajian Mesin) dari penggergajian yang bersangkutan.

b. Pengiriman bahan baku industri log ke PGM disertai surat bukti daftar pengangkutan sementara berupa kitir (F-SMPHT-05-005/004) untuk log AIII dan (F-SMPHT-05-005/005) untuk log AII dan diikuti DK. 304a.

c. Sebelum di kirim ke PGM log di bersihkan dari label KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) asal dan label di simpan.

d. Pengiriman bahan baku industri log menggunakan alat angkut fork klift.

4. Pemeriksaan Berkala

a. Untuk mencegah kerusakan atau pelapukan bahan baku dan produk yang belum terkirim, perlu diadakan pemeriksaan secara cermat dan teratur. b. Pemeriksaan persediaan BBI Log di TPK input dilaksanakan setiap 3 bulan

sekali.

c. Pemeriksaan Berkala meliputi : - Kondisi fisik dan mutu.

- Kelayakan metode penumpukan.

(34)

5. Hasil Yang Dicapai

Dengan adanya dasar teori dan prosedur kerja di KBM Industri Kayu brumbung yang dilakukan dalam dunia kerja, hasil yang dicapai selama melakukan kegiatan praktek kerja lapang memuaskan.

6 Pembahasan

Dengan adanya kegiatan persiapan bahan baku, maka kelangsungan proses produksi akan berjalan terus menerus dan terjamin kelancarannya. Persiapan bahan baku ini merupakan langkah awal sebelum masuk kedalam produksi sehingga proses ini sangat menentukan proses produksi selanjutnya.

B. PGM (Penggergajian Mesin)

1. Tujuan

Membelah log menjadi beberapa bagian dengan ukuran berbeda-beda sesuai dengan prosedur yang ditentukan (sesuai Pesanan buyer/pembeli).

2. Dasar teori

Log yang akan di gergaji biasanya merupakan kayu jati yang sudah dipilih oleh petugas dari penggergajian itu sendiri, petugas dari penggergajian akan memilih langsung log yang ada di TPK input.

Penentuan kualitas kayu jati yang akan dikirim ke pabrik ditentukan oleh penguji lapangan yang ditempatkan di KPH. Kayu jati sendiri di ambil dari beberapa daerah seperti Blora, Randublatung, Kendal, dan beberapa daerah lainnya.

(35)

3. Alat dan Bahan

a. Alat

- Fork klift - Mesin Catrol - Log Carriage

- Log Band Saw (LBS)/Gergaji Pita - Band ReSaw (BRS)/Gergaji Pita - Cross Cut/Memotong

b. Bahan - Log

Untuk lebih jelasnya tentang gambaran alur proses penggergajian mesin dapat dilihat dibawah ini :

(36)

4. Prosedur Kerja

Gambar 20. Flow Chart Penggergajian Mesin (PGM)

a. Menerima Surat Perintah Kerja (SPK) dan membuat Rencana Kerja PGM (KBM-IKB) meliputi : Jenis produk yang akan dikerjakan dan Jumlah Order pesanan.

b. Proses produksi sampai dengan menghasilkan output harus dapat mengkategorikan, memisahkan dan menandai proses dan hasil proses dengan status bahannya (Sertifikat atau Non Sertifikat).

c. Log diangkut dari TPK Input menggunakan fork lift kemudian diangkat dan diletakkan ke Mesin Log Carriage menggunakan Mesin Katrol.

TPK INPUT

Penerimaan SPK (Surat Perintah Kerja)

Rencana Kerja PGM (Penggergajian

Tempat penumpukan dilos PGM Permintaan BBI ( Bahan Baku Industri)

Mesin Catroll Mesin Log

Carriage Mesin LBS

(Log Band Saw) Mesin BRS

(Band ReSaw)

Cross Cut Pencacatan

Produksi

TPK Out Put Klin Dry Quality

(37)

Gambar 21. Pengangkatan log menggunakan mesin katrol

d. Kemudian log di belah menggunakan mesin LBS (Log Band Saw).

Gambar 22. Pembelahan pertama di mesin log band saw (LBS)

e. Setelah log terbelah, kemudian belahannya diproses lagi sesuai tebal dan lebar menggunakan mesin Band ReSaw.

(38)

Gambar 23. Pembelahan kedua di mesin band resaw (BRS)

f. Berlanjut ke mesin Cross Cut untuk memotong menurut jenis ukurannya.

Gambar 24. Pemotongan ketiga di mesin cross cut

g. Kemudian disusun dan diikat untuk selanjutnya dikirim ke TPK Output dan Kiln Dry.

(39)

Gambar 25. Komponen sortimen hasil dari penggergajian

5. Hasil Yang Dicapai

Dari proses penggergajian log diperoleh berupa :

a. Komponen GF/Sortimen dengan ukuran 20-80 × 62-152 × 600 up b. RST Decking dengan ukuran 19 × 97,127 × 1200 up mm.

c. RST Flooring dengan ukuran 12,15,19 × 70, 90, 120,140 × 300 up mm. d. RST Skirting dengan ukuran 11× 75,105 × 1300 mm.

e. BB FJL dengan ukuran 15,20 × 25,30 × 200 up mm.

f. RST Parquet block dengan ukuran 12,15,18 × 52 × 205,255,305 up mm. g. Parquet stock dengan ukuran 12,15,18 × 52 × 155,185 up mm.

h. Reng dengan ukuran 15,20 × 25, 30 × 200 up mm. i. Lis dengan ukuran 15 × 15,20 × 250-600 mm.

6. Pembahasan

Hasil penggergajian di Rough Sawn Timber (RST), yaitu berupa Komponen GF, RST Decking, RST Flooring, RST Skirting, BB FJL, RST Parquet block, Parquet stock, Reng, dan List. Sisa penggergajian yang tidak masuk ukuran RST digunakan untuk bahan bakar boiler atau di Kiln Dry.

(40)

Dengan demikian rendemen yang dihasilkan bisa lebih tinggi karena sedikit kayu yang terbuang.

Di Rough Sawn Timber (RST) ini operator penggergajian harus mampu memperhatikan arah serat dalam menggergaji log, agar hasil produk sesuai dengan yang diinginkan (mulus). Operator penggergajian juga harus mampu mempertimbangkan hasil produksi untuk memanfaatkan log sebisa mungkin agar tak banyak membuang limbah kayu.

C. Kiln Dry (Pengeringan) 1. Tujuan

Kiln dry adalah untuk memberikan jaminan bahwa proses produksi yang dilakukan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi kepuasan pelanggan.

2. Dasar teori

Pengertian dari pengeringan adalah proses untuk mengeluarkan air yang terdapat didalam kayu. Untuk memperoleh kayu dengan kualitas yang baik, pengeringan kayu sangat diperlukan. Dalam pengeringan kayu bertujuan untuk Memperkecil kandungan air didalam kayu, Mencegah serangan terhadap kayu oleh jamur dan serangga, Meningkatkan kekuatan kayu serta Mempermudah pengerjaan. mengeluarkan Kadar Air yang tinggi dalam kayu menjadi kadar air yang rendah (8-12%) untuk menambah daya kuat dan pemakaian kayu itu sendiri dalam jangka panjang. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan air yang dipanasi yang dialirkan melalui pipa-pipa koil di dalam chamber.

(41)

3. Alat dan Bahan

a. Alat

- Chamber/oven

- Blower pengatur suhu - Fork klift

- MC (Moisture Content)/Alat Pengukur Suhu b. Bahan

- Komponen Sortimen

Untuk lebih jelasnya tentang gambaran alur proses pengeringan di KD (Kiln Dry) atau Pengeringan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

(42)

4. Prosedur Kerja

Gambar 26. Flow Chart Proses Pengeringan/KD 1) Persiapan Proses Pengeringan

a. Sortimen hasil penggergajian di PGM (penggergajian mesin) yang dikirim ke kiln dry (pengeringan), dihitung, dicek kesesuaiannya dengan kitir penyerahan bahan baku kayu RST/komponen GF dari PGM/TPK. MULAI PGM TPK SELESAI BBI / RST REGISTER PENERIMAAN STACKING/LABEL PALLET PROSES PENGERINGAN PENGIRIMAN F/KD/DK304 F/KD/01 F/KD/02 F/KD/03 F/KD/DK 304 Cek MC Akhir Cek MC Awal

(43)

b. Dicatat dalam buku register. 2) Stacking/Penyusunan

a. Stacking/penyususun sortimen di atas palet berdasarkan ukuran masing-masing sortimen

b. Membuat Label palet (F-SMPHT.05-07/01).

c. Khusus kayu yang bersertifikat FSC ditempel kertas warna hijau pada fisik kayu dan didokumen pendukung di stempel FSC 100%.

d. Setelah selesai proses stacking/penyusunan maka sortimen diangkat menggunakan fork lift ke chamber atau ruang oven.

Gambar 27. Proses Pengeringan di Kiln Dry 3) Proses Pengeringan

a. Proses pengovenan pertama dengan suhu 45oC dan suhu naik 5oC per/hari hingga berakhirnya proses pengeringan. Untuk proses pengeringan RST Floring dilakukan selama kurang lebih 6 hari dan untuk kusen atau komponen GF (garden Furnitur) yang tebal 45mm

(44)

dilakukan selama kurang lebih 10 hari. Pengecekan dilakukan sebanyak 3 kali dalam 24 jam yaitu jam 06.00 pagi - 14.00 siang, kemudian di lanjutkan pengecekkan jam 22.00 malam - sampai jam 06.00 pagi) pengecekan ini berdasarkan shift kerja.

4) Setelah selesai proses pengeringan dan pengiriman

a. Kayu yang sudah kering di keluarkan dan dibongkar dari atas palet atau kereta.

b. Dilakukan pengujian untuk memastikan kadar air sudah sesuai dengan yang dipersyaratkan (8-12%).

c. Kayu yang sesuai persyaratan, dikirim menurut kebutuhan pabrik (DK.304), sedangkan yang belum memenuhi persyaratan dilakukan proses ulang.

5. Hasil Yang dicapai

a. Flooring b. Skirting c. Decking d. Kusen e. Lis f. Reng g. Komponen Sortimen 6. Pembahasan

Dalam ruangan chamber/oven dapat memuat 35m3 RST Floring untuk chamber Basuki dan 25m3 Floring untuk chamber Westair. Dalam proses pengeringan ini sendiri bahan bakar yang digunakan adalah limbah dari proses pengolahan kayu jati yang tidak dapat digunakan

(45)

lagi/serpihan-serpihan kayu. Saat proses pengeringan bahan bakar akan selalu ditambah agar suhu tidak berubah untuk mengoptimalkan proses pengeringan. Pengecekkan berkala juga perlu dilakukan untuk mengetahui setiap kenaikan/penurunan kadar air.

D. Flooring 1. Tujuan

Melaksanakan proses produksi Flooring yang berupa produk decking, skirting, dan parquet block untuk menjadi finish product flooring 2S T&G, 4S T&G, Engenering T&G, E2E dan E4E yang biasanya digunakan untuk pasar ekspor.

2. Dasar Teori

Flooring adalah produk/hasil proses olahan lanjutan dari BBI (Bahan Baku Industri)/RST (Rough Sawn Timber) menjadi barang jadi berdasarkan cara kerjanya menggunakan beberapa mesin untuk membentuk setiap bagiannya.

3. Alat dan Bahan

a. Alat

- Mesin Side Planner digunakan untuk pelurusan sisi samping benda kerja.

- Mesin Cross Cut digunakan untuk pemotongan bagian cacat yang perlu dilakukan pemotongan.

- Mesin Moulder digunakan untuk penghalusan,penyamaan ketebalan serta pembuatan 2 side T & G.

- Mesin Sanding Master digunakan untuk penghalusan pada papan Finger Joint Laminating.

(46)

- Mesin Double “N” digunakan untuk pemotongan pada bagaian bontos dan pembuatan 4 side T & G.

- Fork klift digunakan untuk mengangkut log atau sortimen hasil penggergajian.

b. Bahan

- Sortimen adalah bahan baku yang digunakan untuk proses pembuatan produk lanjutan sesuai dengan pemesan/buyer.

- Isolasi, kardus, streofoom, dan lain-lain digunakan untuk proses tahap akhir/packing dimasukkan kedalam kardus yang sudah tersedia.

4. Prosedur Kerja

a. Menerima SPK (surat Perintah Kerja) dari General Manager b. Membuat Rencana kerja (F-SMPHT.05-031/01).

1) Rencana kebutuhan bahan baku. 2) Rencana bahan penolong. 3) Perlengkapan peralatan. 4) Waktu penyelesaian.

c. Membuat Permintaan Kebutuhan Bahan Baku (F-SMPHT.05-031/02) 1) Atas dasar SPK (surat perintah kerja) pabrik flooring melakukan

pemilihan BBi di PGM/TPK Bahan Baku Industri yang MC > 12% akan dikirim ke pengeringan untuk dikeringkan, minimal 8-12%. Bahan baku industry yang MC nya 8-12% langsung dikirim ke pabrik flooring.

d. Penerimaan bahan Baku

(47)

- Penerimaan BBI disertai kitir (F-SMPHT.05-031/03)

- Mencocokkan jumlah dan ukuran BBI dengan kitir (Daftar Pengangkutan Sementara)

- Apabila terjadi ketidaksesuaian antara jumlah BBi dengan kitir dilakukan pembetulan catatan pada kitir.

- Penerimaan DK.304.

- Khusus untuk kayu-kayu yang bersertifikat FSC dilakukan secara terpisah administrasi di stempelFSC 100% maupun fisik kayu (penandaan dengan kertas warna hijau pada palet). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini tentang alur proses di bagian flooring :

MULAI SPK Rencana Kerja Permintaan BBI PGM KD PENERIMAAN

Proses BBI & Pelabelan Pallet

Sortir / Revisi QC F. PPIC F. 01 F. 02 F.03/DK 304 F. 04/DK. 340 F. 05

(48)

Gambar 28. Flow chart flooring

e. Proses Produksi

1) Tahapan Proses Produksi sebagai berikut ;

- Proses BBI & pelabelan palet dicatat pada DK.304 (F-SMPHT.05-031/04).

- Sortir revisi bahan baku/kartu reject (F-SMPHT.05-031/05). - Packing (F-SMPHT.05-031/06).

- Pengiriman produk ke TPK Output (F-SMPHT.05-031/DK.304).

- Khusus kayu-kayu yang bersertifikat FSC diperlakukan secara terpisah baik administrasi maupun fisik kayu.

2) Tahapan Proses I :

- Mesin Side Planner digunakan untuk pelurusan sisi samping benda kerja.

- Mesin Cross Cut digunakan untuk pemotongan bagaian cacat yang perlu dipotong.

Packing Hasil Industri Pengiriman F. 06 F. DK. 342 F. DK. 304 SELESAI

(49)

- Mesin Moulder digunakan untuk penghalusan, penyamaan ketebalan serta pembuatan 2 side T & G.

- Mesin Sanding Master digunakan untuk penghalusan permukaan benda kerja.

- Mesin Double “N” digunakan untuk pemotongan pada bagian atas dan pembuatan 4 side T & G.

3) Tahapan Proses II :

- Sortir Grade/revisi yaitu pengaturan atau pemilihan warna dan serat.

- Packing yaitu pengepakan produk akhir.

- Pengiriman adalah hasil produk yang sudah selesai dan siap untuk dikirim sesuai pesanan.

5. Hasil yang dicapai

Dari proses yang berlang dapat dihasilkan produk jadi berupa ; a. Finish Product Flooring 2S T&G

(50)

b. Finish Product Flooring 4S T&G

Gambar 30. Finish Product Flooring 4S T&G

c. Finish Product Flooring Engenering T&G

(51)

d. Finish Product Decking E2E

Gambar 32. Finish Product Decking E2E e. Finish Product Decking E4E

(52)

f. Finish Product Parquet Block 2S T&G

Gambar 34. Finish Product Parquet block 2S T&G

g. Finish Product Parquet Block 4S T&G

(53)

h. Finish Product Skirting

Gambar 36. Finish Product Skirting

6. Pembahasan

Produk yang dihasilkan di pabrik Flooring memiliki peminat lebih banyak untuk penjualan ekspor dikarenakan produk yang di hasilkan memiliki persyaratan khusus yang disesuaikan dengan permintaan pasar luar negeri, dan dengan kualitas mutu yang sangat diperhatikan. Sedangkan untuk dalam negeri sendiri untuk produk ini masih sangat kurang, hal tersebut dikarenakan produk ini memiliki harga yang relatif mahal dan juga penggunanya juga relatif kecil atau hanya digunakan oleh kalangan atas saja.

Untuk pemesanan tambahan atau permintaan bentuk dan ukuran dari pihak buyer/pembeli akan dikonfirmasikan ke pabrik.

(54)

E. Garden Furniture 1. Tujuan

Melaksanakan proses produksi Garden Furniture yang berupa produk furniture dan Housing Componen untuk pasar ekspor sesui permintaan buyer/pembeli.

2. Dasar Teori

Garden Furniture adalah produk/hasil proses olahan lanjutan dari BBI (bahan baku industri), RST menjadi sebuah produk berupa kursi, meja, kusen, pintu atau komponen-komponen kerajinan.

3. Alat dan Bahan

a. Alat

- Mesin Side Planner / Fore Sade Moulder digunakan untuk pelurusan atau mempresisikan benda kerja pada bagian samping. - Tickneser Planner digunakan untuk penghalusan permukaan atas

dan bawah benda kerja.

- Mesin Cross Cut digunakan untuk pemotongan bagian cacat yang perlu dilakukan pemotongan.

- Mesin Spindel digunakan untuk pembuatan bentuk khusus sesuai pesanan.

- Mesin Sanding Master digunakan untuk penghalusan permukaan benda kerja.

- Mesin Mortizer digunakan untuk pembuatan lubang pen pada benda kerja.

(55)

- Mesin Router digunakan untuk pembuatan alur profil pada benda kerja.

- Mesin Booring digunakan untuk pembuatan lubang pada benda kerja.

- Mesin Planner/Hand Planner digunakan untuk menyerut benda kerja.

- Kuas/spray digunakan untuk finishing (Penyemprotan atau pengecetan vernis pada benda kera)

- Fork lift digunakan untuk mengirim produk akhir ke TPK output (Gudang).

b. Bahan

- Komponen Garden Furniture - HC (Housing Componen)

4. Prosedur Kerja

1. Menerima SPK (Surat Perintah Kerja) dari General Manager a. Membuat Rencana Kerja (F-SMPHT.05-009/01)

- Rencana Kebutuhan Bahan Baku - Rencana Bahan Penolong

- Perlengkapan Peralatan

b. Persyaratan produk (gambar, mal contoh kontruksi, dimensi) c. Waktu penyelesaian.

2. Membuat Permintaan Kebutuhan Bahan Baku (F-SMPHT.05-009/02) a. Atas dasar SPK (Surat Perintah Kerja) pabrik Garden Furniture

melakukan pemilihan BBI di PGM/TPK Bahan Baku Industri yang MC > 12% yang akan dikirim ke pengeringan untuk dikeringkan,

(56)

minimal 8-12%. Bahan Baku Industri yang MC nya 8-12% (untuk ekspor) langsung dikirim ke pabrik GF.

3. Penerimaan Bahan Baku

a. Penerimaan BBI di GF sebagai berikut ;

- Penerimaan BBI di sertai kitir (FSMPHT.05-009/03) - Mencocokkan jumlah dan ukuran BBI dengan kitir.

- Apabila terjadi ketidaksesuaian antara jumlah BBI dengan kitir dilakukan pembetulan pencatatan pada kitir.

- Penerimaan DK.304.

- Khusus untuk kayu-kayu bersertifikat FSC dilakukan secara terpisah administrasi maupun fisik kayu ( penandaan cat warna hijau pada bontos kayu).

4. Proses Produksi

Tahapan Proses Produksi sebagai berikut ;

a. Proses produksi dicatat pada DK.340 (F-SMPHT.05-009/04) b. Permintaan Komponen siap rakit (F-SMPHT.05-009/05) c. Laporan rakit harian (F.SMPHT.05-009/06)

d. Laporan kartu pengambilan komponen reject (F-SMPHT.05-009/07)

e. Laporan produksi jadi/finishing (F-SMPHT.05-009/08) f. Daftar Hasil Idustri Kayu (DK.342)

g. Pengiriman produk ke Ware House (DK.34)

h. Khusus kayu-kayu yang bersertifikat FSC diperlakukan secara i. terpisah baik administrasi maupun fisik kayu.

(57)

1) Tahapan Proses I :

- Mesin Side planner/Fore Sade Moulder digunakan untuk pelurusan atau mempresisikan benda kerja.

- Mesin Tickneser Planner digunakan untuk penghalusan permukaan atas bawah benda kerja.

- Mesin Cross Cut digunakan untuk pemotongan pada bagian cacat yang perlu dilakukan pemotongan.

- Mesin Spindel digunakan untuk pembuatan bentuk khusus sesuai pesanan.

- Mesin Sanding Master digunakan untuk penghalusan permukaan benda kerja.

2) Tahapan Proses II :

- Mesin Mortizer digunakan untuk pembuatan lubang pen pada benda kerja.

- Mesin Tennon digunakan untuk pembutan pen pada benda kerja.

- Mesin Rourter digunakan untuk pembuatan alur profil pada benda kerja.

- Mesin Booring digunakan untuk pembuatan lubang pada benda kerja.

- Mesin Planner/Hand Planner digunakan untuk menyerut benda kerja.

3) Tahapan Proses III :

- Pengaturan warna dan serat adalah pengecekan warna dan serat benda kerja sesuai atau tidak.

(58)

- Perakitan komponen adalah pembuatan produk dari bentuk RST menjadi finish product.

- Finishing adalah penyemprotan atau pengecekan vernis pada benda kerja.

- Packing adalah pengepakan produk yang telah selesai/finish product.

- Pelabelan Produk adalah pemberian label untuk identitas produk.

- Kirim ke TPK Output yaitu produk yang telah selesai packing dikirim ke gudang/were house.

Untuk lebih jelasnya tentang gambaran alur proses garden furniture dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

MULAI SPK Rencana Kerja Permintaan BBI PGM KD PENERIMAAN

Proses BBI & Pelabelan Pallet QC F. PPIC F. 01 F. 02 F.03/DK 304 F. 04/DK. 340 F. 07

(59)

Gambar 37. Flow Chart Garden Furniture

5. Hasil yang dicapai

a. Kursi b. Meja c. Rak buku d. Kusen e. Pintu f. Lemari 6. Pembahasan

Produk yang dihasilkan di pabrik Garden Furnitur ini memiliki tingkat kesulitan, jika permintaan produk menginginkan bentuk alur atau profil bercorak. untuk produk massal atau stok akan di proses sesuai SPK (surat perintah kerja).

Produk yang akan dirakit, motif, serat, dan warna kayunya harus serasi/sepadan agar produk nantinya memiliki nilai estetika. Setelah proses terakhir pengamplasan pun harus ada pengecekkan ulang

sudut-Hasil Rakit FINISHING/PRODUK JADI PACKING/PENGIRIMAN Perakitan F. 06 F. 08 F. 05 F. DK. 304 SELESAI F. DK 342

(60)

sudut profil, sambungan-sambungan agar memperoleh hasil yang presisi dan agar ukuran tepat sesuai dengan ketentuan dan permintaan.

F. FJL (Fingerjoint Laminating) 1. Tujuan

Melaksanakan proses produksi Fingerjoint Laminating yang berupa produk papan lembaran, kursi, pintu, jendela, dll.

2. Dasar Teori

Fingerjoint Laminating adalah produk/hasil olahan BBI/RST dari pabrik yang dimanfaatkan sebagai bahan baku yang kemudian dirangkai melalui penempelan dan laminating.

3. Alat dan Bahan

a. Alat

- Mesin Cross Cut digunakan untuk pemotongan bagian cacat yang perlu dilakukan pemotongan.

- Mesin Moulder/moulding digunakan untuk penghalusan, penyamaan ketebalan serta pembutan 2 side T & G.

- Mesin Press Rotary digunakan untuk pengepresan papan sambungan FJL menjadi papan FJL.

- Mesin Sliding/Cross Cut digunakan untuk pembelahan papan FJL/benda kerja sesuai ukuran pemesan.

- Mesin Sanding Master digunakan untuk penghalusan dan mempresisikan permukaan benda kerja.

- Fork lift digunakan untuk mengangkut produk yang selesai ke TPK output.

(61)

b. Bahan

- Perekat yaitu pemberitan perekat pada gigi dan lubang gigi papan sambung

- Dempul digunakan untuk mendempul bagian yang perlu didempul. Untuk lebih jelasnya tentang gambaran alur proses finger joint laminating dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

4. Prosedur Kerja

Gambar 38. Flow Chat Finger Joint Laminating MULAI SPK PERMINTAAN BBI KD PROSES PRODUKSI TPK OUT PUT LAP. PROD JADI

QC

(62)

1. Menerima SPK (Surat Perintah Kerja) dari General Manager a. Membuat Rencana Kerja (F-SMPHT.05-008/01)

- Permintaan Kebutuhan Bahan Baku - Kebutuhan Bahan Penolong

- Perlengkapan Peralatan

- Persyaratan produk (kontruksi, dimensi)

2. Membuat Permintaan Kebutuhan Bahan Baku (F-SMPHT.05-008/02)

a. Atas dasar SPK (Surat Perintah Kerja) pabrik FJL melakukan pemilihan BBI di PGM/TPK Bahan Baku Industri yang MC > 12% yang akan dikirim ke pengeringan untuk dikeringkan, minimal 8-12%. Bahan Baku Industri yang MC nya 8-12% langsung dikirim ke pabrik GF (Garden Furniture). 3. Penerimaan Bahan Baku

a. Penerimaan BBI di FJL sebagai berikut ;

- Penerimaan BBI di sertai kitir (FSMPHT.05-008/03) - Mencocokkan jumlah dan ukuran BBI dengan kitir.

- Apabila terjadi ketidaksesuaian antara jumlah BBI dengan kitir dilakukan pembetulan pencatatan pada kitir.

- Penerimaan DK.304. 4. Proses Produksi

a. Tahapan Proses Produksi sebagai berikut ; - Proses produksi dicatat pada DK.340

- Membuat laporan produksi masuk (F-SMPHT.05-008/04) - Membuat laporan produksi harian (F.SMPHT.05-008/05) - Membuat kartu reject bahan baku (F-SMPHT.05-008/06) - Membuat laporan produksi jadi keluar (F-SMPHT.05-008/07)

(63)

- Membuat Daftar Hasil Idustri Kayu (DK.342)

- Membuat daftar pengiriman produk ke Ware House (DK.304)

Khusus kayu-kayu yang bersertifikat FSC diperlakukan secara terpisah baik administrasi maupun fisik kayu.

b. Tahapan proses di mesin-mesin :

- Mesin Cross Cut digunakan untuk pemotongan bagian cacat yang perlu dilakukan pemotongan.

- Mesin Moulder/Moulding digunakan untuk penghalusan, penyamaanketebalan serta pembutan 2 side T & G.

- Mesin Double Sharpper digunakan untuk pembuatan gigi sambug dan lubang gigi benda kerja.

- Mesin Press Rotary digunakan untuk pengepresan stik menjadi papan Finger Join Laminating.

Gambar 39. Papan Finger Joint Laminating

- Mesin Sliding/Cross Cut digunakan untuk pembelahan papan FJL/benda kerja sesuai ukuran pemesan/buyer.

(64)

- Mesin Sanding Master digunakan untuk penghalusan permukaan benda kerja.

5. Hasil yang dicapai

Hasil yang dicapai dalam pabrik FJL ini adalah lembaran FJL yang telah melalui proses laminating serta proses pengujian.

6. Pembahasan

Dalam pabrik FJL adalah salah satu bagian dari perusahaan perum perhutani yang sangat memberi keuntungan, karena bahan baku yang digunakan dalam pembuatan Finger Joint Laminating adalah bahan baku yang tidak dapat digunakan lagi yaitu berupa reng atau potongan-potongan kecil yang kemudian di proses menjadi lembaran yang bisa terpakai lagi. Ukuran dari Finger Joint Laminating sendiri bermacam-macam diantaranya :

a. 12 x 500 x 4000 mm b. 13 x 500 x 4000 mm c. 22 x 500 x 4000 mm

Untuk proses pengepresan di mesin Press Rotary dibutuhkan waktu pengepresan berkisar ± 30/> menit, setelah dikeluarkan dari Press Rotary dibiarkan selama 30 menit atau lebih.

Untuk pengujian FJL hanya ada dua kelas mutu yaitu mutu B dan C pengujiannya dilihat dari warna permukaannya jika warna cenderung gelap masuk mutu B dan jika cenderung cerah atau ada bagian berwarna putih akan masuk kelas C.

(65)

G. TPK Output 1. Tujuan

TPK Output merupakan tempat semua produk dari berbagai pabrik (penggergajian, moulding, FJL) disimpan dan di data setiap produk yang masuk. Sehingga setiap produk yang masuk ke TPK Output akan terdata dan di susun atan dikapling berdasarkan jenis dan ukurannya.

2. Dasar Teori

Pengertian TPK Output adalah Gudang penyimpanan hasil produk dari setiap pabrik yang kemudian akan di data dan dibuatkan kapling menurut jenis dan ukuran produk tersebut.

3. Alat dan bahan

a. Alat

- Fork klift

- Alat tulis menulis - Label kapling b. Bahan

- Komponen Rough Saw Timber, Finish Product

Untuk lebih jelasnya tentang gambara alur proses TPK Output dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

(66)

4. Prosedur Kerja

Gambar 40. TPK Output/Gudang

5. Hasil yang capai

a. Produk RST

b. Finish Produk Flooring

c. Produk Garden Furniture & Housing Componen d. Finger Joint Laminating (FJL)

6. Pembahasan

Dalam gudang TPK Output semua barang/produk di kapling berdasarkan jenis, ukuran, dan kualitas mutunya. Semua barang yang masuk ke TPK Output telah di cek kembali menurut kitir dari setiap pengiriman yang dilakukan oleh pabrik dan agar memastikan kembali di TPK Output dilakukan pengujian kembali. Barang/produk akan diangkut menggunakan forklift.

Pembeli akan melihat barang yang akan dibeli langsung di TPK Output dengan didampingi seorang dari bagian TPK Output untuk mengantar dan memilihkan barang yang diinginkan oleh pembeli. Setelah melakukan proses registrasi pembayaran di bagian pemasaran, pembeli

PGM MOULDING (GF & FLOORING)

TPK OUTPUT

(67)

akan datang kembali ke TPK Output untuk memastikan barang yang akan dibeli kembali sebelum proses pengiriman dilakukan. Barang yang sudah selesai diregistrasi akan di kapling di depan TPK Output untuk selanjutnya diangkut ke truk dan akan dikirim ke pembeli.

(68)

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan praktik kerja lapang di pabrik secara langsung dapat disimpulkan bahwa ada beberapa prosedur yang digunakan pada PERUM PERHUTANI INDUSTRI KAYU I SUB BRUMBUNG mengenai proses pengolahan kayu jati menjadi produk setengah jaji (RST) dan barang jadi. Diawali dari :

1. Persiapan hingga penyediaan bahan baku (TPK Input) 2. Penggergajian (PGM)

3. Pengeringan (Klin Dry) 4. Flooring

5. Garden Furniture

6. Finger Join Laminating (FJL) 7. TPK Output/Gudang

Alat-alat yang digunakan dalam proses pengolahan di pabrik memiliki banyak alat dan mesin di setiap bagian pengolahan. Perawatan pada alat dan mesin tersebut juga sangat diperhatikan oleh Perum Perhutani Industri Kayu I SUB Brumbung, sehingga pemakaian alat dan mesin terhitung cukup lama.

B. Saran

Program kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) memberikan manfaat yang sangat besar bagi mahasiswa yang telah melaksanakannya dalam menghadapi dunia kerja nantinya. Melihat kondisi di lokasi praktik dari hasil Praktik Kerja Lapang penulis menyarankan untuk perusahaan yaitu,

(69)

1. Agar lebih memperhatikan dan menetapkan keselamatan kerja kepada karyawan serta memberikan arahan kepada karyawan untuk

memperhatikan keselamatan kerja pada saat proses produksi berlangsung.

2. Perusahaan juga perlu bertindak tegas terhadap karyawan yang tidak mematuhi standar keselamatan kerja karyawan.

3. Didalam proses produksi, karyawan harus memperhatikan alat keselamat kerja misalnya menggunakan sarung tangan, helm pelindung kepala, menggunakan sepatu but standar, menggunakan kacamata untuk melindungi mata dari serpihan serbuk.

4. Perusahaan juga perlu memperhatikan karyawan yang mempunyai keterampilan lebih sehingga dapat memberikan motivasi terhadap karyawan yang lainnya

5. Perusahaan juga dapat memanfaatkan limbah disetiap pabrik selain agar tidak menumpuk, limbah dapat juga dioptimalkan untuk menjadi bahan bakar serta dapat memberikan pendapantan yang menguntungkan bagi perusahaan sendiri.

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Job Desc, 2015. Industri Kayu I Sub Brumbung Perhutani

PK-SMPHT.05-005, 2013. Prosedur Kerja Tempat Penumpukan Kayu Input PK-SMPHT.05-007, 2013. Prosedur Kerja Kiln Dry

PK-SMPHT.05-031, 2013. Prosedur Kerja Flooring

PK-SMPHT.05-009, 2013. Prosedur Kerja Garden Furniture PK-SMPHT.05-008, 2013. Prosedur Kerja Finger Joint Laminating

(71)
(72)

Gambar 42. Proses Penurunan BBI/Log

(73)

Gambar 44. Penomoran log dengan kapur lilin

(74)

Gambar 46. Pengankutan log dengan mesin katrol

(75)

Gambar 48. Pembelahan log dimesin Band Resaw (BRS)

(76)

Gambar 50. Pemotongan sesuai ukuran di mesin cross cut

(77)

Gambar 52. Proses pengerinan/KD

(78)

Gambar 54. Alat Pengukur Suhu/MC (Moisture Content)

(79)

Gambar 56. Pabrik Garden Furniture

(80)

Gambar 58. Proses pengepresan di mesin press rotary

(81)

Gambar 60. Pengepakan Produk

(82)
(83)

Gambar

Tabel 1. Daftar jumlah karyawan menurut tingkat pendidikan dan status  Karyawan
Gambar 1. Struktur Organisasi Divisi Industri Kayu Wilayah 1 Sub Brumbung
Gambar 13. RST Parquet Block, Ukuran 12,15,18 x 52 x 205,                        255 x 305 mm
Tabel 2. Daftar Ukuran Kelas Panjang
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Oleh karenanya dapat dikatakan salah satu faktor penting yang menentukan kegiatan belajar mengajar adalah metode yang digunakan guru dalam proses pembelajaran,

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang memerlukan solusi pengembangan produk. Analisis kebutuhan dilaksanakan melalui observasi, angket dan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan yang terkait yaitu; kemampuan mengapresiasi drama sinetron keluarga

1) Semakin tinggi kecepatan feedwater (kecepatan tube), maka koefisien konveksi sisi tube akan semakin meningkat, dengan laju alir massa feedwater konstan.

Hasil studi ini menunjukkan bahwa pengukuran obesitas menggunakan IMT, LP atau rasio LP/TB sama kuatnya terhadap kejadian DMT2, dapat dilihat dari rentang OR dengan

Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak diberikan asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizid. Bila anak kurang gizi

Timing belt juga perlu untuk diperiksa apakah kondisi karet bagus, apakah ada bagian yang apakah kondisi karet bagus, apakah ada bagian yang muali terlihat getas, retak- muali

Magkadaop ang mga kamay ng pari sa pabulong na pagdarasal: Panginoong Hesukristo, Anak ng Diyos na buhay, sa kalooban ng Ama kasama ng Espiritu Santo, binuhay mo sa iyong pagkamatay