• Tidak ada hasil yang ditemukan

135702148-Makalah-Nefrolitiasis-Urolitiasis.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "135702148-Makalah-Nefrolitiasis-Urolitiasis.pdf"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit yang diakibatkan oleh terbentuknya batu di dalam ginjal ini merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita di Indonesia.Batu ginjal lebih sering terjadi bila dibandingkan batu kandung kemih. Di Indonesia, data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia pada tahun 2002 adalah sebanyak 37.636 kasus baru dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang. Sedangkan jumlah pasien yang dirawat adalah sebesar 19.018 orang, dengan jumlah kematian adalah sebesar 378 orang. Batu ginjal yang paling sering terbentuk adalah batu kalsium oksalat (80%).Jenis batu lainnya yang tersering berturut-turut adalah batu asam urat, batu kalsium fosfat, batu struvit, dan batu sistin.

Di Indonesia sendiri dicurigai adanya fenomena gunung es dimana jumlah kasus yang tidak terdeteksi jauh lebih banyak daripada yang terdeteksi akibat kurangnya pengetahuan masyarakat dan jangkauan pelayanan kesehatan yang masih rendah. Gejala penyakit batu ginjal sangat bervariasi, mulai dari tidak ada gejala sama sekali sampai dengan nyeri pinggang yang hebat disertai kencing berdarah. Pada banyak kasus bahkan berupa gejala “silent stone” yaitu adanya batu ginjal tidak dirasakan sama sekali oleh penderitanya dan terdeteksi secara tidak sengaja pada saat cek kesehatan rutin.

Menyikapi isu diatas, maka peran perawat sebagai salah satu pemberi asuhan keperawatan bukan hanya memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat komperhensif tetapi juga sebagai edukator dan konselor sangat diperlukan dalam memberikan pengetahuan kepada masyarakat terkait penyakitNefrolitiasis &urolitiasis dan perawatannya selama sakit ataupun setelah menjali pengobatan dirumah.

(2)

2 B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mahasiswa memahami tentang Nefrolitiasis &Urolitiasis dan Asuhan keperawatannya dan menyusun asuhan keperawatan dengan klien urolithiasis & Nefrolitiasis

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa memahami tentang anatomi dan fisiologi ginjal b. Mahasiswa memahami definisi Nefrolitiasis &Urolitiasis c. Mahasiswa memahami etiologi Nefrolitiasis &Urolitiasis

d. Mahasiswa memahami manfestasi klinis Nefrolitiasis &Urolitiasis e. Mahasiswa memahami patofisiologi Nefrolitiasis &Urolitiasis

f. Mahasiswa memahami komplikasi yang terjadi pada Nefrolitiasis &Urolitiasis g. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan medis Nefrolitiasis &Urolitiasis h. Mahasiswa mampu memahami konsep askep Nefrolitiasis &Urolitiasis

i. Mahasiswa memahami asuhan keperawatan dengan klien gangguan N Nefrolitiasis &Urolitiasis

3. METODE PENULISAN

Adapun metode penulisan dalam makalah ini dengan metode deskrptif dan melalui pengumpulan- pengumpulan literatur dari berbagai sumber. Dalam penyampain ini kami menggunakan metode presentasi supaya audien dapat dengan mudah mencerna materi ini

4. SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini yaitu:

Bab I: Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, tujuan penulisan,metode penulisan, dan sistematika enulisan

Bab II: Tinjauanteoritis yang terdiri dari:Anatomi dan fisiologi ginjal, konsep dasar penyakit urolitiasis, dan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan urolitiasis. Bab III: Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan saran

(3)

3

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI GINJAL

1. ANATOMI GINJAL

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

Sistem perkemihan (urinari) terdiri atas ginjal beserta salurannya, ureter, buli-buli dan uretra.

a. Ginjal

sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian atas di sepanjang kolumna vertebra. Pada posisi supine ginjal terletak antara vertebra thorakal XII – vertebra lumbal III, pada saat posisi trendelenberg posisinya bisa naik ke atas sampai ruang intercosta X, sedangkan pada saat berdiri letak ginjal bisa turun sampai di atas permukaan sacroiliaka. Karena adanya hepar, ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri.

Bentuk ginjal menyerupai kacang mente dengan sisi cekungnya menghadap ke medial dan disebut sebagai hilus renalis, yaitu tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Besar dan berat ginjal sangat bervariasi, hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain.

Pada autopsi klinik didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal). Beratnya bervariasi antara 120-170 gram atau kurang lebih 0,4 % dari berat badan. Ginjal dibungkus oleh jaringan fibrus tipis dan mengkilat yang disebut true capsule (kapsula fibrosa) ginjal dan di luar kapsul ini terdapat jaringan lemak perirenal.Di sebelah kranial ginjal terdapat kelenjar anak ginjal atau glandula adrenal/suprarenalis yang berwarna kuning.Kelenjar adrenal bersama-sama ginjal dan jaringan lemak perirenal dibungkus oleh fasia gerota.

(4)

4

Fasia ini berfungsi sebagai barier yang berfungsi menghambat meluasnya perdarahan dari parenkim ginjal serta menghambat ekstravasasi urine pada saat terjadi trauma, di luar fasia gerota terdapat jaringan lemak retroperitoneal atau disebut jaringan lemak pararenal.Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot-otot punggung yang tebal serta tulang rusuk XI dan XII, sedangkan di sebelah anterior dilindungi oleh organ – organ intraperitoneal.Ginjal kanan di kelilingi oleh hepar, kolon dan duodenum; sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan kolon. Secara anatomik jaringan parenkim ginjal terdiri atas : korteks, medulla.

Gambar 2.1 struktur ginjal 1) Korteks

Bagian korteks merupakan bagian luar yang berhubungan langsung dengan kapsul, sedang medula merupakan bagian dalam yang berada di bawah korteks.

2) Medula

Ginjal terbagi menjadi beberapa massa jaringan berbentuk kerucut yang disebut piramida ginjal, terdapat 12 sampai 18 piramida tiap ginjal. Kolumna dari Bertin merupakan tonjolan korteks ke dalam medula dan memisahkan medula.Ujung atau bagian akhir piramida disebut papila yang menyalurkan urine

(5)

5

yang terbentuk ke dalam ‘collecting system’ dan berhubungan dengan kaliks minor. Beberapa kaliks minor bergabung membentuk kaliks mayor, dimana kaliks mayor akan bergabung lagi membentuk pelviks renal yang terletak di atas ureter. Aliran darah ginjal

Aliran darah ke ginjal berasal dari arteri renal, merupakan arteri tunggal (end artery) cabang dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis yang bermuara ke dalam vena cava inferior.Saluran getah bening (limfe) dari ginjal mengalir ke kelenjar limfe di hilus renalis selanjutnya ke kelenjar limfe paraaorta.Persyarafan dari ginjal dilaksanakan oleh sistem otonom, yaitu simpatis dan parasimpatis. Bila diperiksa secara histologik maka ginjal terdiri dari satuan unit fungsional yang disebut nefron, masing-masing ginjal terdapat 1 juta sampai 1,25 juta nefron, semua berfungsi sama dan independen.

Nefron

Tiap nefron terbentuk dari dua komponen utama:Glomerulus dan Kapsula Bowman’s, tempat air dan larutan difiltrasi dari darah dan Tubulus, yang mereabsorpsi material penting dari filtrat dan memungkinkan bahan-bahan sampah dan material yang tidak dibutuhkan untuk tetap dalam ‘filtrat’ (material hasil filtrasi glomerulus) dan mengalir ke pelvis renalis sebagai urine. Glomerulus terdiri atas sekumpulan kapiler-kapiler yang mendapat suplai nutrisi dari arteriole afferen dan diperdarahai oleh arteriole afferen. Glomerulus dikelilingi oleh kapsula bowman’s, arteriole efferen mensuplai darah ke kapiler peritubuler. Cairan filtrat dari kapiler masuk ke kapsula kemudian mengalir ke dalam sistem tubular, yang terdiri atas empat bagian: tubulus proksimus, ansa henle, tubulus distalis, tubulus kolegentes.

(6)

6

Gambar 2.2: Bagian- bagian dari nefron

Berdasarkan letak nefron pada massa ginjal, ada dua tipe nefron : 1. Nefron kortikal

Nefron yang memiliki glomerulus dan terletak di luar korteks disebut nefron kortikal, nefron tersebut mempunyai ansa henle pendek yang menembus ke dalam medula dengan jarak dekat.Struktur vaskuler nefron kortikal, seluruh sistem tubulus dikelilingi oleh jaringan kapiler peritubular yang luas.

2. Nefron jukstamedular

Nefron jukstamedular kira-kira 20 % sampai 30 % mempunyai glomerulus dan terletak di korteks renal sebelah dalam dekat medula, nefron ini mempunyai ansa henle yang panjang dan masuk sangat dalam ke medula, pada beberapa tempat semua berjalan ke ujung papila renal. Struktur vaskuler jusktamedular, arteriol efferen panjang akan meluas dari glomerulus turun ke bawah menuju medula bagian luar dan kemudian membagi diri menjadi kapiler-kapiler peritubular khusus yang disebut vasa rekta, meluas ke bawah menuju medula dan terletak berdampingan dengan ansa henle.

(7)

7

b. Ureter

Ureter adalah tuba dari ginjal ke kandung kemih.masing-masing ureter mempunyai panjang kira-kira 25cm,dimulai pada pelvis bagian yang melebar melekat ke hilum ginjal,menjalar ke bawah dari dinding posterior abdomen dibelakang peritorium,pada pelvis menurun kea rah luar dank e dalam untuk memasuki kandung kemih melalui dinding-dindingnya yang menjalar secara oblik.

Struktur

Ureter mempunyai membrane mukosa yang dilapisi dengan Epitel kuboid dan dinding otot yang tebal.Urin disemprotkan ke bawah ureter oleh gelombang peristaltikyang terjadi sekitar 1-4 kali per menit,urin memasuki kandung kemih dalam serangkaian semburan.masuk melalui dinding kandung kemih menjamin bahwa ujung dasarnya tertutup selama mikturisi oleh kontraksi kandung kemih,sehingga menghalangi arus balik urin ke ureter dan menghalangi penyebaran infeksi dari kandung kemih kea rah atas.

c. Kandung kemih

Kandung kemih adalah kantong yang berbentuk dari otot tempat urin mengakir dari ureter.Ketika kandung kemih kosong atau terisi setengahnya kandung kemih tersebut terletak di dalam pelvis,ketika kandung kemih terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih tersebut menekan dan timbul ke atas dalam abdomen di atas pubis.

Struktur

 Kandung kemih terdiri membrane mukosa jatuh ke dalam lipatan ketika kandung kemih dalam keadaan kosong

 lapisan submukosa

 lapisan otot;membentuk bagian yang terbesar dari dinding kandung kemih yang tebal sebagian darinya membentuk spinkter melingkar ostium uretra

(8)

8

Gambaran klinis

Kandung kemih dapat mengalami distensi yang berlebihan bila terdapat obstruksi aliran urin melalui uretra,misalnya laki-laki oleh perbesaran dari kelenjar prostat.adalah merupakanhal yang mungkin untuk mengalirkan seluruh isi kandung kemih atau mendapatkan specimen urin melalui stab suprapubic jarum diinsersikan melalui dinding abdomen langsung kedalam kantong kemih;tidak terdapat bahaya untuk melakukan fungsi pada peritorium karena hal ini akan mengurangi tekanan pada bagian atas dari kandung kemih.Sistitis adalah imflamasi kandung kemih urin secara khusus mungkin dapat terinfeksi apabila terdapat obstruksi terhadap alirannya.Sitoskopi adalah pemeriksaan bagian anterior dari kandung kemih melalui sistoskop,sebuah tuba yang diatur dengan Cermin dan cahaya yang melewati uretra,karena dikemas menjadi tuba yang tipis maka dapat diinsersikan ke dalam ostium uretrae denganTujuan bahwa urin dari maisng-masing ginjal dapat dikumpulkan secara terpisah.

d. Uretra

Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan Panjang kira-kira 20 cm dan memanjang dari kandung kemih ke ujung penis.uretra pada laki-laki mempunyai 3 bagian:

Uretra prostatika;panjang sekitar 3 cm;terletak arah transversal dari kelenjar prostat;menerima dua buah duktus ejakulatoris dan beberapa duktus yang kecil dari kelenjar prostat.

Uretra membranosa mempunyai panjang sekitar 2cm;terletak arah transversal denganDiafragma urogenial,lapisan fibrosa tepat dibawah kelenjar prostat;ditutup oleh spinkter dari serat-serat otot.Disebut sebagai membranosa karena terdapat membrane yang tipis.

Uretra spongiosa;mempunyai panjang kira-kira 15cm menjalar melalui korpus spongiosa dari penis samapi ke ujungnya.

(9)

9

Urin didorong; sepanmajng uretra oleh kontraksi dari kandung kemih .Masuk ke dalam uretra dan dikeluarkan oleh kontraksi spinkter yang mengitari uretra membranosa.

Gambaran klinis

Ruptur uretra dapat diikuti dengan Astride;bila pasien kemudian mengosongkan kandung kemig urin memasuki jaringan lunak sekitar ureter.uretritis adalah imflamasi dari ureter penyebab yang umum adalah gonorea dan infeksi kelamin yang tidak spesifik.stenosis dari uretra adlah sehunungan denganTerbentuknya jaringan parut setelah penyembuhan dari rupture atau setelah mendapat serangan gonorea.

Uretra pada wanita merupakan tube yang mempunyai panjang 3 cm dan memanjang dari kandung kemih kea rah ositilium di antara labia minora kira-kira 2,5 cm disebelah belakang klitoris.uretra menjalar tepat disebelah depan vagina.

Uretritis merupakan imflamasi dari uretra secara umum berhubungan dengan Gonorea dan infeksi kelamin yang tidak spesifik.

2. FISIOLOGI GINJAL

Ginjal menjalankan berbagai fungsi penting untuk mempertahankan homeostasis, antara lain:

a. Pengeluaran cairan

Elektrolit dan keseimbangan asam basa serta pengeluaran nitrogen dan produk sisa b. Aktivitas hormonal

Melalui efek beberapa hormon dan pengaturan keseimbangan cairan, ginjal juga ikut mengatur tekanan darah.

1) Fungsi regulasi/pengaturan

Proses fisiologis yang terlibat dalam pengaturan lingkungan interna adalah termasuk :

(10)

10 a) Filtrasi glomerulus

Merupakan proses penting dalam pembentukan urine. Sewaktu darah mengalir dari arteriole afferen masuk glomerulus, sejumlah air, elektrolit dan zat terlarut (seperti kreatinin, urea nitrogen dan glukosa) difiltrasi melewati membran glomerular masuk kapsul bowman’s membentuk filtrat. Substansi dan berat molekul lebih dari 69.000 terlalu besar untuk melewati membran dan merupakan subyek terjadinya ’penolakan elektrostasis’ pada membran kapiler glomerulus (Guyton, 1991), sehingga substansi seperti protein-albumin, globulin dan SDM normalnya tidak terdapat dalam filtrat. Adanya tekanan positif memungkinkan terjadinya filtrasi glomerulus.

Tekanan hidrostatik merupakan tekanan utama yang mendukung terjadinya ultrafiltrasi darah dimana ada tekanan yang melawan filtrasi glomerulus, yaitu tekanan onkotik plasma dari darah di dalam glomerulus dan tekanan filtrat tubular dari filtrat di dalam kapsul bowman’s.Filtrat glomerulus terjadi apabila tekanan hidrostatik lebih besar dari tekanan oposisinya (tekanan onkotik plasma dan filtrat tubular).

Ginjal mempunyai kemampuan autoregulasi untuk mempertahankan atau mengatur tekanan dan aliran darah ginjal, sehingga memungkinan Glomerular Filtration Rate (GFR) berjalan relatif konstan dimana otot polos arteriole afferen dan efferen bertanggung jawab dalam proses ini. Hal ini dapat kita lihat, meskipun tekanan darah sistemik darah meningkat dan dapat meningkatkan GFR, namun vasodilatasi dari arteriole afferen akan menurunkan tekanan darah ke ginjal, sehingga GFR berlangsung konstan. Hal yang sama juga terjadi apabila tekanan darah sistemik menurun, maka akan terjadi vasokonstriksi arteriole afferen, sehingga tekanan darah ke ginjal naik, akibatnya filtrasi tetap berlangsung tanpa perubahan yang besar.

Autoregulasi akan terjadi selama tekanan sistolik dipertahankan antara 75 sampai 160 mmHg (Guyton, 1991). Setiap hari sekitar 180 liter terbentuk filtrat dari glomerulus atau normalnya GFR berkisar 125 ml/menit, dari

(11)

11

sejumlah tersebut hanya sekitar 1 sampai 2 liter yang dikeluarkan sebagai urine.

b) Reabsorpsi tubular

Merupakan proses kedua yang juga ikut mempertahankan konsentrasi plasma normal dan pengeluaran cairan serta solut melalui urine secara tepat. Sewaktu filtrat mengalir melalui komponen tubular dari nefron, sejumlah air, elektrolit dan solut lain direabsorpsi oleh tubuh. Reabsorpsi terjadi dari filtrat yang berada dalam lumen tubular masuk ke dalam kapilar peritubuler atau vasa rekta.Di dalam tubulus proksimal direabsorpsi sekitar 65 % dari filtrat. Reabsorpsi air : lebih dari 99 % filtrat air direabsorpsi kembali oleh tubulus ke dalam tubuh. Beberapa proses juga membantu ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan antara lain kemampuan mempertahankan interstisial medula hipertonik dan kemampuan memproduksi variasi dalam volume urine. Sebagian besar air direabsorpsi dari filtrat ke dalam plasma saat melewati tubulus proksimal, saat filtrat berada pada pars desenden air juga direabsorpsi. Pada pars asenden yang berdinding berdinding tipis, sodium dan klorida secara aktif direabsorpsi, akan tetapi dindingnya tidak permeabel terhadap air, sehingga cairan jaringan interstisial medula menjadi hipertonik.

Pada saat filtrat melewati tubulus distal reabsorpsi air juga terjadi karena dindingnya permeabel terhadap air.Dinding membran tubulus distal dapat menjadi lebih permeabel terhadap air atas pengaruh vasopresin (ADH).ADH meningkatkan permeabilitas membran terhadap air dan meningkatkan reabsorpsi air.Aldosteron juga mengubah permeabilitas membran, aldosteron meningkatkan reabsorpsi sodium dalam tubulus distal; sedangkan reabsorpsi air terjadi sebagai hasil perpindahan sodium.Reabsorpsi solut : sebagian besar sodium, clorida dan air direabsorpsi sewaktu di tubulus proksimal dan reabsorpsi yang sama juga terjadi pada tubulus koligentes dan biasa terjadi atas pengaruh aldosteron. Potassium utamanya direabsorpsi pada tubulus proksimal dimana 20 % sampai 40 % potassium direabsorpsi pada pars asenden yang

(12)

12

berdinding tebal. Bikarbonat, kalsium dan phospat utamanya juga direabsorpsi pada tubulus proksimal dan sebagian pada pars asenden dan tubulus distal.

Reabsorpsi bikarbonat menjadi dasar penetralan asam dalam plasma dan membantu mempertahankan pH serum normal.Kalsitonin dan paratiroid hormon (PTH) juga mempengaruhi reabsorpsi dan sekresi kalsium. Magnesium terutama direabsorpsi pada pars asenden dinding tebal dan sebagian kecil pada tubulus proksimal. Biasanya ambang batas ginjal terhadap glukosa adalah pada tingkat kadar glukosa serum sekitar 220 mg/dl. Normalnya hampir semua glukosa dan beberapa asam amino atau protein yang difiltrasi kemudian direabsorpsi kembali, sekitar 50 % dari urea yang ada difiltrat difiltrasi dan tidak ada kreatinin yang diabsorpsi.

c) Sekresi tubular

Sekresi tubular adalah proses ketiga dalam pembentukan urine dan merupakan perpindahan substansi dari plasma ke dalam filtrat tubular. Selama sekresi tubular, molekul-molekul mengalir dari kapiler peritubular melewati membran kapiler masuk ke dalam sel di sekitar tubular.Sebuah pertukaran molekul secara konstan dan reaksi koreksi kimia memungkinkan pengeluaran hydrogen (melalui ammonium klorida), pelepasan potassium dari tubuh dan regenerasi bikarbonat.

Adapun mekanisme masing-masing proses di atas meliputi :  Difusi

 Transport aktif  Osmosis  Filtrasi

d) Fungsi hormonal

Ginjal memproduksi beberapa hormon yang signifikan mempengaruhi fisiologi, antara lain :

(13)

13 1) Erithropoetin

Erythropoetin diproduksi dan dikeluarkan sebagai respon terhadap penurunan tekanan oksigen pada suplai darah ginjal.Erythropoetin menstimuli pembentukan SDM dalam sumsum tulang. Saat massa parenkim ginjal menurun; produksi erythropoetin juga menurun.

2) Pengaktif vitamin D

Ginjal menghasilkan bentuk aktif vitamin D, yaitu 1,25-Dihidroksi vitamin D3, dimana bentuk aktif ini diperlukan pada pengaturan kalsium dan phospat. 3) Rennin

Renin memegang peranan dalam pengaturan tekanan darah.Renin dibentuk dan dikeluarkan apabila ada penurunan dalam aliran darah, volume atau tekanan dalam arteriole serta apabila adanya penurunan konsentrasi ion sodium yang dideteksi oleh reseptor jukstaglomerular.

Angiotensinogen yang dihasilkan oleh hati diaktifkan oleh angiotensinogen I pada waktu terdapatnya renin.Enzim pada paru-paru mengubah angiotensin I menjadi bentuk aktif; angiotensinogen II.Angotensinogen II merupakan vasokonstriktor yang kuat yang juga merangsang dikeluarkannya aldosteron oleh kelenjar adrenal.Aldosteron meningkatkan reabsorpsi sodium oleh ginjal, air mengikuti sodium, berdampak peningkatan volume darah.

4) Prostaglandin

Prostaglandin diproduksi salah satunya termasuk dalam parenkim ginjal.Prostaglandin dibentuk dari metabolisme asam arakidonik yang merupakan derivat dari asam lemak.Protaglandin spesifik yang diproduksi dalam korteks renal adalah prostaglandin E2 (PGE2) dan prostasiklin (PGI2).Prostaglandin ini memegang peranan dalam pengaturan filtrasi glomerulus, resistensi vaskular dan produksi renin.

Didalam medulla PGE2 mempengaruhi tubulus distal dan koligentes dalam menghambat sekresi ADH, menurunkan permeabilitas membran,

(14)

14

meningkatkan sekresi sodium dan air.Sekresi lain seperti kinin, mempengaruhi aliran darah ginjal dan permeabilitas kapiler. Ginjal juga berperan dalam penghambatan dan pengeluaran insulin.

B. KONSEP DASAR PENYAKIT UROLITIASIS 1. DEFINISI

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

Urolithiasis merujuk pada adanya kalkuli (batu) dalam urinari tract, sedang nephrolitiasis menggambarkan bahwa kalkuli terbentuk dalam parenkim ginjal.

Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, kalkuli (batu ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal.Urolithiasis terjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan.Batu itu sendiri disebut kalkuli.

2. ETIOLOGI

Menurut (Price, 2006), yaitu :

a. Hiperkalemia dan hiperkalsiuria disebabkan oleh hiperparatiroidisme, asidosis tubulus ginjal, multiple myeloma, serta kelebihan asupan vitamin D, susu, dan alkali.

b. Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan imobilitas.

c. Diet tinggi purin dan abnormalitas metabolismr purin (hiperuremia dan gout) d. Infeksi kronis dengan urea mengandung bakteri (proteus vulgaris).

e. Sumbatan kronis di mana urine tertahan akibat benda asing dalam saluran kemih. f. Kelebihan absorbsi oksalat pada penyakit inflamasi usus dan reseksi atau

ileostomi.

(15)

15 3. FAKTOR PRESDIPOSISI

Menurut (Price, 2006), yaitu :

a. Sekitar tiga atau empat pasien dengan batu ginjal adalah laki-laki dengan rentang usia 20-30 tahun. Banyak batu berpindah dari atas ke bawah (menyebabkan kolik hebat) dan ditemukan di saluran kemih bawah). Batu secara spontan pada saluran dapat diantisipasi 80% pada pasien urolitiasis.

b. Batu bisa tertinggal di dalam pelvis ginjal, ureter, atau leher kandung kemih yang menyebabkan sumbatan, edema, infeksi sekunder, dan berbagai kasus kerusakan nefron.

c. Orang yang pernah menderita batu ginjal cenderung untuk kambuh.

4. PATOFISIOLOGI

Menurut (Price, 2006), yaitu :

Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius.Batu terbentuk ketika konsentrasi substansi seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat meningkat.Batu juga dapat terbentuk ketika difisiensi substrats tertentu.Seperti sitrat yang secaa normal mencegah kristalisasi dalam urine, serta status cairan pasien.Infeksi, stasis urine, serta drainase renal yang lambat dan perubahan metabolic kalsium, hiperparatiroid, malignansi, penyakit granulo matosa (sarkoldosis, tuberculosis), masukan vitamin D berlebih merupakan penyebab dari hiperkalsemia dan mendasari pembentukan batu kalsium.

Batu asam urat dapat dijumpai pada penyakit Gout. Batu struvit mengacu pada batu infeksi, terbentuk dalam urine kaya ammonia – alkalin persisten akibat uti kronik. Batu urinarius dapat terjadi pada inflamasi usus atau ileostomi.Batu sistin terjadi pada pasien yang mengalami penurunan efek absorbsi sistin (asam ammonia) turunan.

(16)

16 5. PATHWAY UROLITIASIS

Asam urat Kalsium fosfat Defisiensi sitrat Periode Immobilisasi

Kristal Asam Kristal Kalsium Kristalisasi Statis Urine Oksalat fosfat

Akumulasi anorganik

Nefrolitiasis

Mengganggu saluran Urine tertahan Kemih

Obtruksi Tekanan hidrostatik /

Tekanan arah balik Merusak jaringan

Menuju kearah ginjal Dan terjebak di traktus urinarius

Merusak jaringan

Skema 2.1 Pathway Urolitiasis Gangguan eliminasi urine Resiko infeksi Nyeri

(17)

17 6. MANIFESTASI KLINIS

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu : a. Nyeri : pola tergantung pada lokasi sumbatan.

b. Batu ginjal menimbulkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pelvis ginjal serta ureter proksimal yang menyebabkan kolik. Nyeri hilang setelah batu keluar. c. Batu ureter yang besar menimbulkan gejala atau sumbatan seperti saat turun ke

ureter (kolik uretra).

d. Batu kandung kemih menimbulkan gejala yang mirip sistisis.

e. Sumbatan : batu menutup aliran urine akan menimbulkan gejala infeksisaluran kemih, demam dan menggigil.

f. Gejala gastrointestinal : meliputi mual, muntah, diare, dan perasaan tidak mual di perut berhubungan dengan refluks renointestinal dan penyebaran saraf (ganglion celic) antara ureter dan infestin.

7. KOMPLIKASI

Menurut (Price, 2006), yaitu : a. Sumbatan : akibat pecahan batu.

b. Infeksi : akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.

c. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan batu ginjal.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu : a. Ultrasonografi

1) Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu

2) Pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang alergi kontras radiologi

(18)

18

3) Dapat diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi sistem kolektikus. Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukkan batu ureter, da tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen.

b. Pemeriksaan radiografi Foto abdomen biasa

1) Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi 2) Membedakan batu kalsifikasi

3) Densitas tinggi: kalsium oksalat dan kalsium fosfat

4) Densitas rendah: struvite, sistin, dan campuran keduanya 5) Indikasi dilakukan uji kualitatif sistin pada pasien muda c. Urogram

1) Dateksi batu radiolusen sebagai defek pengisisan (filling) (batu asam urat, xantin, 2,8 dihidroksiadenin ammonium urat)

2) Menunjukkan likasi batu dalam sistem kolektikus 3) Menunjukkan kelainan anatonis

d. CT-scan halikal dan kontras

Pemeriksaan labotarurium ritin, sampel dan air kemih. Pemeriksaan Ph, berat jenis air kemih, sedimen air kemih untuk menentukan hematuri, leukosituria, dan kristaluria. Pemeriksaan kultur kuman penting untuk adanya infeksi saluran kemih. Apabila batu keluar, diperlukan pencarian faktor risiko dan mekanisme timbulnya batu.

Perlu dilakukan :

1) Penampunganair kenih 24 jam (atau waktu tertentu) 2) Pengurangan pH air kemih

3) Penampungan air kenih denagn bahan pengawet 10 mL timol 5% di dalam isopropanol untuk 2 L atau 15 mL HCL6 N

4) Pemeriksaan serum 5) Mengikuti protokol diet

(19)

19 Cara pengumpulan air kemih :

1) Pada hari penampugan air kemih, air kemih dibuang sesudah bangun pagi dan dicatat waktu penggosongan air kemih

2) Sesudahnya, semua air kemih ditampung ke dalam botol. Diusahakan jangan ada air kemih yang hilang. Tampungan disimpan dalam tempat dingin

3) Penampungan sampai dengan waktu yang sama dengan sehari sebelumnya 4) Bila pengumpulan lengkap, kemudian dibawa ke laboraturium secepatnya

9. PENATALAKSANAAN MEDIS

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah batu yang telah menimbulkan : obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endourologi, bedah laparaskopi atau pembedahan terbuka.

Endourologi merupakan tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.Alat tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).Sedangkan pemecahnya dapat dilakukan secara mekanik dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara atau dengan energi laser.Salah satu tindakan endourologi adalah PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy).

C. KONSEP DASAR PENYAKIT NEFROLITIASIS 1. PENGERTIAN NEFROLITIASIS

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

Nefrolitiasis adalah adanya batu/kalkulus dalam parenkim ginjal, sedangkan urolitiasis adalah adanya batu/kalkulus dalam sistem urinarius.Urolithiasis mengacu

(20)

20

pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius.Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.

Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal.Batu atau kalkuli dibentuk di dalam ginjal (parenkim ginjal) oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urine.Urolitiasis merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan.Sebanyak 60% kandungan batu ginjal terdiri atas kalsium oksalat, asam urat, magnesium, amonium, dan fosfat atau gelembung asam amino.

Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus (batu ginjal)

2. ETIOLOGI

Menurut (Price, 2006), yaitu :

Banyak faktor yang sering menjadi predisposisi timbulnya batu : a. Faktor Endogen

1) Faktor genetik familial pada hiper sistinuria

Suatu kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam amino di membran batas sikat tubuli proksimal.

2) Faktor hiperkalsiuria primer dan hiper oksaluria primer. b. Faktor eksogen

1) Infeksi

Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH urium menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehinggga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.

2) Obstruksi dan statis urin

Mempermudah terjadinya infeksi 3) Jenis kelamin

(21)

21 4) Ras 5) Keturunan 6) Air minum 7) Pekerjaan 8) Makanan 9) Suhu

3.

PATOFISIOLOGI

Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).

Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukuran bervariasi dari defosit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye. Factor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, statis urine, periode immobilitas. Faktor-faktor yang mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium dalam darah dan urine, menyebabkan pembentukan batu kalsium (Price, 2006).

(22)

22 4. PATHWAY NEFROLITIASIS

Asam urat Kalsium fosfat Defisiensi sitrat Periode Immobilisasi

Kristal Asam Kristal Kalsium Kristalisasi Statis Urine Oksalat fosfat

Akumulasi anorganik

Nefrolitiasis

Mengganggu saluran Urine tertahan Kemih

Obtruksi Tekanan hidrostatik /

Tekanan arah balik Merusak jaringan

Menuju kearah ginjal Dan terjebak di traktus urinarius

Merusak jaringan

Skema 2.1 Pathway Nefrolitiasis Gangguan eliminasi urine Resiko infeksi Nyeri

(23)

23 5. MANIFESTASI KLINIK

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

Adanya batu dalam traktius urinarius tergantung pada adanya obstruksi, infeksi, dan edema.Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.Infeksi dan sistisis yang disertai menggigil, demam, dan disuria dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus.Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedik\it gejala namun secara perlahan merusak unit fungsional ginjal. Sedangkan yang lain menyebabkan nyeri yang luar biasa dan menyebabkan ketidaknyamanan.

Batu di piala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus menerus diarea konstovertebral.Hematuria dan piuria dapat dijumpai.Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik, yang menyebar kepaha dan genitalia.Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu.Batu yang terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria.

6. KOMPLIKASI

Menurut (Price, 2006), yaitu :

Batu yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat memberikan komplikasi obstruksi baik sebagian atau total.

Hal tersebut diatas dipengaruhi oleh : a. Sempurnanya obstruksi

b. Lamanya obstruksi c. Lokasi obstruksi d. Ada tidaknya infeksi

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara lain:

(24)

24

a. Statis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong pertumbuhan organisme maupun pembentukan kristal khususnya magnesium amonium fosfat atau struvita

b. Meningkatkan tekanan intraluminal menyebabkan pertumbuhan mukosa saluran kemih berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh.

c. Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Klinik

1) Jumlah batu yang sebelumnya keluar atau dikeluarkan 2) Derajat kerusakan ginjal

3) Riwayat keluarga 4) Analisa batu

5) Tanda dan gejala penyakit penyebab :

a) Hiperparatiroidisme ; keluhan batu, penyakit tulang, ulkus, pankreatitis. b) Asidosis Tubuler Renalis ; langkah terhuyung – huyung, sakit pada tulang. c) Sarkoidosis ; limphadenopati, eritemanodosum.

d) Sebab lain : Infeksi traktus urinarius yang berulang kali, penyakit paget, imobilisasi, kelebihan vitamin-D, pemasukan purin berlebihan, kelebihan alkali dan penyakit khusus.

b. Pemeriksaan Laboratorium 1) Urinalisis 2) Hematuria 3) Piuria 4) Kristalisasi 5) Bakteriologi

6) Kerangka kerja metabolic 7) Darah

(25)

25

9) Analisa batu untuk unsur kimia dan bakteriologi 10) Status batu c. Pemeriksaan Radiologi 1) Pielografi ( IVP) 2) Pieolgrafi retrograde 3) U S G 4) Tomografi 5) CT- Scan 8. PENATALAKSANAAN MEDIS

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu : a. Terapik medik dan simtomatik

b. Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu

c. Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya koli ginjal yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum bendofluezida 5 – 10 mg/hr.

d. Terapi mekanik

E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy e. Terapi pembedahan

Jika tidak tersedia alat litotriptor

9. PENCEGAHAN

Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :

Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.

(26)

26

Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :

a. Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih harus dikoreksi

b. Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type batu

(27)

27

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UROLITIASIS

LAPORAN KASUS

Pada bab ini seorang penulis menguraikanlaporan kasus tentangasuhan keperawatan pada Ny ‘’S’” dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal di Ruang (C)

Rumah Sakit Umum Dr. Soedarso Pontianak yang dilakukan pada tanggal 10 November 2012. A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian keperawatan penulis lakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan study partisipatif, yang dilakukan pada tanggal 10 november 2012 dengan pengamatan langsung, wawancara dengan klien, keluarga dan tim kesehatan, pemeriksaan fisik dan data-data medical record (MR).

1. Identitas Klien

Nama : Ny “S”

Umur : 41 tn

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Bangsa /suku : Indonesia/Melayu

Pendidikan : SD

Pekerjaan :Ibu Rumah tangga Status perkawinan : Sudah kawin

Alamat :Dusun Sui.Belabun lima, Desa Kalimas Baru Kec. Tembang Titi Ketapang

Ruangan : C No. RM :799436

Tanggal Masuk :1 November 2012 Tanggal Pengkajian : 10 November 2012 Diagnosa Medis : Pre op batu ginjal Penanggung jawab : Tn. M

(28)

28 2. Riwayat Kesehatan Klien

a. Kesehatan masa lalu

Klien sudah 4 kali di rawat di RS untuk keluhan penyakit yang sama dengan saat ini (batu ginjal). Klien pertama kali dirawat di RS Agoesjam selama 7 hari yang dimulai tanggal 10September 2012.Kemudian klien di rujuk ke RS Sudarso dan masuk tanggal 10 November 2012 dan dirawat 10 hari, klien pulang karna rencana operasi dibatalkan, masuk ketiga kali pada tanggal 10 Oktober 2012 untuk rencana operasi ke dua dan dirawat selama 3 hari dan rencana operasi dibatalkan, yang terakhir tanggal 10 November 2012 sampai sekarang. Menurut klien rencana operasinya batal dengan alasan yang kurang jelas.

b. Riwayat kesehatan Sekarang

1) Keluhan utama/alasan masuk rumah sakit

Klien mengatakan selama kurang lebih 1 bulan sebelum masuk RS dia mengalami kencing yang bercampur nanah, dan sakit saat mau BAK seperti rasa terbakar, kemudian klien pergi ke RS Agoesjam ketapang untuk berobat. Dari hasil foto USG didapat data bahwa klien mengalami penyakit batu ginjal.Selama di rawat di RS ketapang klien mendapat pengobatan B1, B6, B complex, dan antasida.Klien di rujuk ke RS soedarso untuk menjalani operasi pengangkatan batu ginjal.

2) Keluhan Waktu Didata

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 10 november 2012 diperoleh data subjektif

Dari klien dan keluarga yaitu :

a) Klien mengeluh nyeri pada saat BAK P : Nyeri saat BAK

Q : seperti terbakar

R : abdomen kuadran kanan bawah S : 4 (sedang)

(29)

29

b) Klien mengatakan BAKnya berwarna putihkeruh dan berbau.

c) Klien mengatakanperutnya terasa penuh, mual, sakit jika makan terlalu banyak.

d) Klien mengatakan abdomen kuadran kanan bawahsering nyeri pada malam hariseperti rasa terbakar.

e) klien mengatakan badan nya menjadi kurus selama sakit 3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut klien didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakitseperti yang dialaminya saat ini (batu ginjal).Klien juga mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM dan asma, serta penyakit menular seperti TBC.

4. Struktur keluarga/genogram Keterangan : : Perempuan :Laki-laki : Klien : Meninggal ... :Satu rumah

(30)

30 5. Data biologis

a) Pola nutrisi

Sebelum sakit : Klien makan 3x sehari dengan jenisnasi dan lauk pauk. Menurut klien ia merasa gatal-gatal jika makan udang. Klien tidak memilih dalam hal makan.

Saat sakit : klien makan 3x sehari dengan menu yang disediakan RS. Klien mengatakan perutnya terasa penuh, mual dan nyeri saat makan banyak, sehingga ia hanya menghabiskan setengah porsi makannannya.

b) Pola minum

Sebelum sakit : klien minum air putih kurang lebih 3 L/hari, menurut klien jika ada acara-acara besar ia sering minum alcohol dengan jenis arak dan tuak, kopi dan teh.

Saat sakit : Klien minum air putih kurang lebih 3 L/hari tanpa keluhan c) Pola eliminasi

Sebelum sakit : klien BAK 5-6x/hari dengan warna urinjernih agak kekuningan, tanpa keluhan, menurut klien kadang ia terbiasa menahan BAK nya. Klien BAB 1x/hari dengan konsisternal lunak tanpa keluhan. Saat sakit : klien BAK kurang lebih 10x/hari, warna urin putih keruh seperti air cucian beras, tidak berbau dan nyeri seperti terbakar saat BAK. Klien BAB 1x/2hari tanpa keluhan.

d) Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit : klien tidur siang dari pukul 12.00-14.00, dan malam hari dari pukul 21.00-06.00. klien tidur dengan menggunakan bantal dan penerangan cukup. Klien tidak mengalami kesulitan tidur.Klien tidur kurang lebih 11 jam/hari.

Saat sakit : klien tidur siang dari pukul 12.00-14.00, tidur sore dari pukul 18.00-19.00, dan tidur malam dari pukul 20.00-06.00. klien tidur13 jam/hari

(31)

31

Sebelum sakit : Klien mandi 2x/hari, gosok gigi dan cuci rambut setiap kali habis mandi, klien memotong kuku bila panjang.

Saat sakit : klien mandi 2x/hari, gosok gigi dan cuci rambut setiap kali habis mandi, kuku klien dipotong jika panjang

f) Pola aktifitas

Sebelum sakit : Klien tidak pernah berolahraga. Aktifitas klien sebatas mengurus rumahdan membantu suaminya berladang.

Saat sakit :Selama di rawat klien tidak pernah berolahraga. Aktifitas klien hanya berbaring, duduk atau berjalan disekitar ruangan RS.

6. Pemeriksaan Fisik

a. keadaan umum : Lemah

b. kesadaran : Compos mentis c. Tanda-tanda vital :

TD : 80/60 mmHg LL kiri : 19,5 cm N : 78x/menit BB sebelum sakit : 40kg S : 36,6 BB saat ini : 35 kg R : 18x/menit

d. Kepala, leher dan axila

Kepala : Rambut klien berwarna hitam dan pendek, distribusi rambut merata, saat di palpasi tidak teraba massa, tidak terdapat lesi pada kepala klien. Leher : Tidak terdapat bendungan vena jugularis, tidak terdapat pembesaran

kelenjar tyroid, tidak terdapat lesi pada leher klien.

Axila : Saat dipalpasi tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening dan tidak terdapat lesi pada axila klien.

e. Mata

Bentuk simetris, sclera tidak ikterik, tidak terdapat lingkar hitam pada mataklien, konjungtiva anemis, pupil isokor, reflek pupil terhadap cahaya +/+, pandangan agak kabur, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan.

(32)

32 f. Telinga

Bentuk simetris, kebersihan baik, tidak terdapat aliran serumenpada kedua lubang telinga klien, pendengaran telinga kanan dan kiri baik.

g. Hidung

Bentuk simetris, kebersihan baik, mukosa klien lembab, klien tidak mengalami polip.

h. Mulut dan faring

Bentuk bibir simetris, bibir tidak kering, mukosa mulut lembab dan berwarna merah muda, gigi geraham bagian atas sudah di cabut karena berlubang, ovula tidak mengalami peradangan, faring tidak mengalami peradangan, klien tidak mengalami sariawan, mulut klien tidak halitosis.

i. Dada

1) Rongga thorax

Bentuk simetris, pergerakan dada regular 18x/menit tidak terdapat retraksi pada pernafasan klien.

2) Paru-paru

Pengembangan antara paru kanan dan kiri sama, getaran antara paru kanan dan kiri sama saat dilakukan uji focal femitus, saat di auskultasi terdengar ronchi basah dan weezing, saat diperkusi terdengar bunyi resonan.

3) Jantung

Terdengar bunyi S1 dan S2, tidak terdengar bunyi gallop dan murmur saat di auskultasi

4) Payudara

Bentuk simetris tidak terdapat lesi, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar mammae.

j. Abdomen

Kulit abdomen keriput, pada kuadran kanan atas teraba adanya pembesaran dan nyeri tekan pada hati, tidak terdapat asites, saat diperkusi terdengar bunyi dullness di kuadran kanan atas. Tidak teraba distensi pada kuadran kiri atas,

(33)

33

terdengar bunyi tympani saat diperkusi, tidak teraba adanya pembesaran lympa, padakuadran kanan bawah terdapat nyeri tekan pada ginjal, tidak terdapat distensi. Bising usus terdengar 6-7x/menit

k. Punggung

Bentuk simetris, tidak terdapat kiposis, scoliosis dan lordosis pada punggung klien. Klien mengeluh pinggang bagian belakang sering terasa sakit pada malam hari .

l. Genetalia dan rectum

Klien mengeluh pruritus pada vagina, kebersihan anal dan vagina baik, klien tidak mengalami keputihan.

m. Ekstermitas

Atas :Pergerakan baik, tidak terdapat oedem dan lesi pada ekstermitas atas, lengan kanan terpasang infus RL 20 tts/menit, balutan infus tampak kotor, tidak terdapat phlebitis pada daerah yang terpasang infus, infus sudah terpasang selama 4 hari, kulit tidak kering, capillary refill >2 detik.

Bawah : Pergerakan baik,tidak terdapat udem dan lesi pada kedua ekstermitas bawah, kulit tidak kering.

S S S S

7. Data Psikologis

a. Status emosi: Klien tampak tenang selama pengkajian, klien tampak kooperatif dan mau menjawab pertanyaan yang di berikan.

b. Konsep diri

1) Ideal diri : Klien dapat menyebutkan nama dan alamat tempat tinggalnya. 2) Gambaran diri : menurut klien ia menyayangi seluruh anggota tubuhnya. 3) Peran diri : di dalam keluarganya klien berperan sebagai ibu rumat tangga.

(34)

34

4) Identitas diri : klien mengatakan orang lain menilai dirinya sebagai seorang pasien.

5) Harga diri: klien tidak merasa malu dengan penyakit yang dideritanya dan berharap cepat sembuh.

c. Gaya komunikasi: Komunikasi lancar, kontak mata (+), selama wawancara klien menggunakan bahasa Indonesia yang kadang di campur dengan bahs daerah (ketapang)

d. Pola interaksi : Pola interaksi klien hanya sebatas keluarga yang menjaga, perawat, dan pasien lain yang di rawat di ruangan dengan klien.

e. Pola koping : Klien mengatakan setiap ada permasalahan ia biasanya menceritakannya dengan keluarga.

8. Data sosial

a. Pendidikan dan pekerjaan

Pendidikan terakhir klien SD dan pekerjaan klien adalah sebagai ibu rumah tangga dan kadang membantu suaminya di ladang.

b. Hubungan sosial

Menurut klien ia terbiasa berkumpul dengan para tetangganya terutama pada saat ada acara besar seperti pernikahan atau hari raya.

c. Faktor sosiokultural

d. Klien bersuku bangsa melayu, dan menurut klien tidak ada tindakan medis dan perawatan yang di terimanya selama di RS yang bertentangan dengan budayanya.

e. Gaya hidup

Menurut klien sebelum sakit ia terbiasa mengkonsumsi alkohol, klien juga kadang merokok jika berkumpul bersama tetangganya.

9. Pengetahuan tentang penyakit

Menurut klien ia kurang memahami tentang penyakitnya hingga ia sampai biasa mengalami kencing batu padahal ia sudah cukup banyak minum, klien juga

(35)

35

mengatakan ia belum tahu persiapan apa yang dilakukan sebelum operasi selain bercukur dan di pasang selang kencing.

10. Data spiritual

Selama dirawat klien selaqlu berdoa kepada Tuhan agar penyakitnya segera sembuh. 11. Data penunjang

a. Hasil laboratorium

1) Tanggal 9 November 2012 :

Jenis pemeriksaan : Normal

Ureum : 22 mg/dl 10-50mg/dl

Creatinine : 0,8mg/dl 0,6-1,1 mg/dl Gula darah : 116 mg/dl 55-150mg/dl Leukosit : 8.600/ul 5.000-10.000 mg/dl Trombosit : 737.000/ul 4-5 juta/ul

Hematocrit : 24,9 vol% 37-43 vol% 2) Tanggal 10 November 2012

Jenis pemeriksaan : Normal

Hb : 9,6 g/dl 12-14 g

(36)

36 ANALISA DATA

DATA SENJANG ETIOLOGI PROBLEM

Ds :

- Klien mengeluh nyeri saat BAK P : Nyeri saat BAK

Q : seperti terbakar

R : Abdomen kuadran kanan bawah S : 4 (Sedang)

T : Hilang-timbul

- Klien mengeluh abdomen kuadran kanan bawah terasa terbakar pada malam hari

- Klien mengeluh pinggang bagian belakang terasa sakit pada malam hari

Do :

- Klien mengalami nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan bawah, dan ditandai dengan klien mengerang saat abdomen kuadran kanan bawah dipalpasi

- TTV = TD : 120/80; N : 90 X/m; RR : 25; S : 37oC.

Trauma jaringan

Nyeri

Ds :

- Klien mengeluh perutnya terasa penuh, nyeri dan mual jika makan terlalu banyak

- Klien mengatakan badannya menjadi kurus selama sakit - Klien mengatakan ia hanya menghabiskan setengah porsi

makanan yang diberikan pihak RS padanya Do :

- Klien tampak dapat menghabiskan makanannya saat ditemani

- Hb pada tanggal 10 november 2012 : 9,6 g/dL - Konjungtiva anemis

- Berat badan sebelum sakit 40 Kg - Berat badan saat ini 35 Kg

- Lingkar lengan tangan klien : 19,5 cm - Anoreksia, Mual Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Ds :

- Klien mengatakan BAK nya berwarna putih keruh dan berbau

- Klien mengeluh nyeri saat BAK

- Klien mengatakan balutan infus belum diganti Do :

- Hasil leukosit klien pada tanggal 9 november 2012 : 8600/ul.

- Urine klien berwarna putih keruh (seperti air cucian beras)

Imflamasi, tindakan invasif

Resiko tinggi infeksi

(37)

37

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

- Nyeri akut b/d trauma jaringan.

- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia. - Resiko tinggi infeksi b/d inflamasi, tindakan invasif

dan tidak berbau

- Klien mendapatkan terapi injeksi cefotaxim 3x1 gram - Klien terpasang infus RL 20 tts/mnt, balutan infus klien

(38)

38

No Diagnosa Keperawatan Perencanaan Rasional

Tujuan & KH Intervensi 1 Nyeri akut b/d trauma jaringan,

d/d : Ds

- Klien mengeluh nyeri saat BAK P : Nyeri saat BAK

Q : seperti terbakar

R : Abdomen kuadran kanan bawah

S : 4 (Sedang) T : Hilang-timbul

- Klien mengeluh abdomen kuadran kanan bawah terasa terbakar pada malam hari - Klien mengeluh pinggang

bagian belakang terasa sakit pada malam hari

Do :

- Klien mengalami nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan bawah, dan ditandai dengan klien mengerang saat abdomen kuadran kanan bawah dipalpasi Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, dg KH : Ds: - Klien mengatakan nyerinya berkurang ke skala 3 (ringan) Do : - klien tidak mengerang saat abdomen kuadran kanan bawah dipalpasi - TTV dalam batas normal - Observasi TTV

- Kaji ulang karakteristik nyeri

- Jelaskan penyebab nyeri

- Berikan tindakan nyaman (pijatan punggung dan masase punggung)

- Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam

- Tingkatkan pemasukan cairan sedikitnya 3-4 L/hari

- Berikan kompres hangat pada punggung

- Berikan terapi meditasi anlgesik sesuai indikasi

- Untuk menentukan intervensi selanjutnya

- Untuk mengetahui karakteristik nyeri

- Membantu dan meningkatkan kemampuan koping klien dan dapat menurunkan ansietas

- Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot dan memperlancar sirkulasi

- Membantu dalam relaksasi otot

- Membantu pencegahan batu

selanjutnya

- Mengurangi tegangan otot dan dapat menurunkan refleks spasme - Analgesik bekerja memblok

reseptor nyeri di SSP

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual d/d : Ds : Kebutuhan nutrisi terpenuhi, setelah dilakukan tindakan 3x24 jam dg KH : Ds : - Observasi keadaan umum klien

- Kaji ulang jumlah makanan klien

- Mengetahui keadaan klien sebagai dasar intervensi selanjutnya

- Untuk mengetahui adanya perubahan nutrisi yang dialami C. RENCANA KEPERAWATAN

(39)

39 - Klien mengeluh perutnya

terasa penuh, nyeri dan mual jika makan terlalu banyak - Klien mengatakan badannya

menjadi kurus selama sakit - Klien mengatakan ia hanya

menghabiskan setengah porsi makanan yang diberikan pihak RS padanya

Do :

- Klien tampak dapat menghabiskan makanannya saat ditemani

- Hb pada tanggal 10 november 2012 : 9,6 g/dL

- Konjungtiva anemis

- Berat badan sebelum sakit 40 Kg

- Berat badan saat ini 35 Kg - Lingkar lengan tangan klien :

19,5 cm - Klien mengatakan ia dapat menghabiskan porsi makanan yang diberikan kepadanya. Do :

- Berat badan klien meningkat

- Hb klien meningkat - Klien dapat

menghabiskan porsi makanannya

- Anjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi sering

- Berikan makanan yang disukai klien namun tidak melanggar kontra indikasi

- Berikan diet makanan tinggi karbohidrat rendah protein

- Timbang berat badan setiap hari

- Kolaborasi dalam pemeriksaan hasil lab (Hb)

klien

- Memaksimalkan masukan nutrisi

- Untuk meningkatkan pemasukan nutrisi klien

- Untuk memperbaiki status nutrisi klien menjelang operasi

- Untuk mengukur keefektifan nutrisi adekuat

- Untuk mengukur keefektifan intervensi yang diberikan

3 Resiko tinggi infeksi b/d inflamasi, tindakan invasif yang d/d :

Ds :

- Klien mengatakan BAK nya berwarna putih keruh dan berbau

- Klien mengeluh nyeri saat

Infeksi tidak terjadi, setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, dengan KH : Ds : - klien mengatakan balutan infusnya sudah diganti. Do : - Monitor TTV - Lakukan tindakan perawatan infus dengan tekhnik steril

- Observasi urine terhadap tanda-tanda infeksi

- Berikan terapi medikasi

- Untuk mengetahui intervensi selanjutnya.

- Menghindari kemungkinan terjadi infeksi nosokomial.

- Untuk mendeteksi gejala awal infeksi.

(40)

40 BAK

- Klien mengatakan balutan infus belum diganti

Do :

- Hasil leukosit klien pada tanggal 9 november 2012 : 8600/ul.

- Urine klien berwarna putih keruh (seperti air cucian beras) dan tidak berbau

- Klien mendapatkan terapi injeksi cefotaxim 3x1 gram Klien terpasang infus RL 20

tts/mnt, balutan infus klien tampak kotor

- Hasil lab leukosit dalam batas normal (5000-10000 /ul)

antibiotik sesuai dengan indikasi

- Kolaborasi dalam pemeriksaan lab (leukosit)

kuman penyebab infeksi.

- Untuk mendeteksi adanya infeksi yang mungkin sedang terjadi

(41)

[Type text] Page 41 No

Dx Tanggal Tindakan keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan 1,2, 3 11/11/2 012 - Mengkaji TTV klien H : - Td : 80/60 mmHg, N : 78x/menit, S : 36,6o c, R : 18x/menit

1 - Mengkaji karakteristik nyeri klien

R : P : Nyeri saat BAK, Q : seperti terbakar, R : Abdomen kuadran kanan bawah, S : 4 (Sedang), T : Hilang-timbul

2 - Mengkaji jumlah mkanan yang dapat dihabiskan klien

H : klien tampak dapat menghabiskan satu porsi makanannya. 2 - Menimbang berat badan dengan timbangan injak

H : berat badan 35 kg

2 - Mengukur lengan kiri klien H : lingkar lengan kiri 19,5 cm 3 - Memonitor pengeluaran urine klien

H : urine klien berwarna putih keruh seperti air cucian beras dan tidak berbau 1,2, 3 12/11/ 2012 - Mengkaji TTV klien H : - Td : 90/60 mmHg, N : 78x/menit, S : 36,7o c, R : 18x/menit 1 - Mengkaji karakteristik nyeri

R : P : Nyeri saat BAK, Q : seperti terbakar, R : Abdomen kuadran kanan bawah, S : 4 (Sedang), T : Hilang-timbul

1,2, 3

- Mengkaji keadaan umum klien H : klien tampak lemah

1 - Mengganti alat tenun klien

H : alat tenun tampak bersih dan rapi 2 - Mengkaji ulang pemasukan nutrisi klien

R : klien mengatakan ia menghabiskan porsi makanannya 3 - Melakukan tindakan melepas infus

H : infus klien dilepas

2 - Berkolaborasi dengan tim analis dalam pemeriksaan kadar Hb H : nilai Hb 9,8 gr/dl

3 - Memasang infus pada pulmo radialis sebelah kiri dengan menggunakan abocath nomer 22, cairan dextrose 5% , infus makro 20 tts/mnt

H : klien terpasang infus dextrose 20 tts/mnt

(42)

[Type text] Page 42

1 - Mengajarkan tentang penggunaan tekhnik relaksasi nafas dalam

H : klien mengikuti contoh dengan baik

3 - Menganjurkan klien untuk mempertahankan pemasukan cairan minimal 3-4 ltr/hari

R : klien minum 2 botol aqua besar (1500 cc) 1 - Menjelaskan penyebab nyeri pada klien

H : klien tampak mengerti tentang penyebab nyeri 3 - Mengambil urine untuk pemeriksaan lab

H : urine terdapat 50 cc 2 13/11/2

012

- Merapikan tempat tidur klien

H : tempat tidur tampak bersih dan rapi

3 - Mengkaji urin klien terhadap tanda-tanda infeksi

H : urin klien berwarna putih keruh seperti air cucian beras 1 - Melakukan tindakan masase punggung

H : klien tampak merasa nyaman 1,2,

3

- Mengkaji TTV klien

(43)

[Type text] Page 43 5. CATATAN PERKEMBANGAN

No dx Tanggal Perkembangan ( SOAP)

1 13/11/2012 S : Kien mengeluh nyeri saat BAK

P : Nyeri saat BAK, Q : seperti terbakar, R : Abdomen kuadran kanan bawah, S : 4 (Sedang), T : Hilang-timbul

O : - klien tampak sudah dapat memperagakan tekhnik relaksasi nafas dalam

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan tindakan sesuai intervensi - Obeservasi TTV

- Ajarkan tekhnik masase punggung - Berikan terapi medikasi analgesik

2 S : klien mengatakan dapat menghabiskan semua porsi makanan yang diberikan

O :

- klien tampak menghabiskan porsi makanan yang diberikan - hasil lab Hb 9,8 g/dl

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan tindakan sesuai intervensi - kaji ulang jumlah makan klien

- timbang berat badan klien setiap hari 3 S : klien mengatakan BAK berwarna putih keruh

O : - Urine klien tampak putih keruh seperti air cucian beras - klien tidak terpasang infus

A : masalah teratasi sebagian

P : lanjutkan tindakan sesuai dengan intervensi - Monitor TTV

- Ganti balutan infus

(44)

[Type text] Page 44

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Urolitiasis merujuk pada adanya kalkuli (batu) dalam urinaria tract, sedangkan nefrolitiasis menggambarkan bahwa kalkuli terbentuk dalam parenkim ginjal. Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran kemih dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urine. Urolitiasis merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan. Sebanyak 60% kandungan batu ginjal terdiri atas kalsium oksalat, asam urat, magnesium, amonium, dan fosfat atau felembung asam amino.

Penyebab yang akan timbul hiperkalemia dan hiperkalsiuria disebabkan oleh hiperparatiroidisme, asidosis tubulus ginjal, multiple myeloma, serta kelebihan asupan vitamin D, susu, dan alkali. Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan imobilitas. Adapun faktor predisposisinya orang yang pernah menderita batu ginjal cenderung untuk kambuh.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangka meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien denagna Nefrolitiasis dan Urolitiasis. Adapun saran-saran adalah sebagi berikut :

1. Pasien

Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit Nefrolitiasis da Urolitiasis hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan tindakan keperawatan.

(45)

[Type text] Page 45 2. Perawat

Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secra teoritis maupun praktek tentang Nefrolitiasis dan Urolitiasis agar dapat melakukan tindakan keperawatan.

3. Rumah sakit

Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita Nefrolitiasis da Urolitiasis mendapatkan ruangan dan fasilitas media yang seharusnya ada sehingga dapat melakukan tndakan keperawatan untuk mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakitNefrolitiasis dan Urolitiasis.

(46)

[Type text] Page 46

DAFTAR PUSTAKA

 Guyton & Hall. 2008. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta

 Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. EGC: Jakarta.

 Pearce, Evelyn C. 2009. ANATOMI DAN FISIOLOGIS UNTUK PARAMEDIS. Pt Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

 Santoso, Beatricia I . 2001. FISIOLOGI MANUSIA : DARI SEL KE SISTEM. EGC : Jakarta.  Sudoyo, Aru W. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Departemen ilmu penyakit dalam FKUI:

Jakarta.

 Wilkinson, Judith M. 2006. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC ed.7. EGC: Jakarta.

(47)

Gambar

Gambar 2.1 struktur ginjal  1)  Korteks
Gambar 2.2: Bagian- bagian dari nefron

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan budaya antara kontraktor asing dan domestik merupakan masalah besar dalam proyek IJO dan sangat mungkin memberikan dampak pada hubungan kerja dalam IJO dari pihak yang

Data yang diperoleh menunjuk- kan bahwa responden yang memilih tidak berpengaruh sangat dominan 28 responden (71,8%). Dengan nilai skor rata-rata 2,23 yang tergolong dalam

EuroShield ® dirancang untuk dipasang pada atap dengan kemiringan 4/12 atau lebih seperti dengan kemiringan 4/12 atau lebih seperti yang dijelaskan dalam yang dijelaskan

-emim8in ini :uga tidak senang mengambil resiko, sementara 8eker:aan 8erawat mem8unyai resiko yang sangat tinggi karena berhubungan dengan nyawa seseorang. -asien menyerahkan dan

Adapun kriteria dan subkriteria yang dilakukan untuk melakukan pengukuran kinerja UMKM dengan menggunakan metode balanced score-.. card (Gambar

Dari pemeriksaan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa dari sampel bakso daging I, II, III, IV, V, VI, VII, dan VIII yang diuji secara kualitatif menggunakan uji nyala

Menggunakan komputer berukuran kecil mempunyai rasio harga atau kinerja yang lebih dibanding komputer yang besar karena komputer mainframe memiliki kecepatan sepuluh

Jadi kelainan dan atau hendaya perkembangan menjadi jelas untuk pertama kalinya pada usia setelah 3 tahun; dan/atau tidak cukup menunjukkan kelainan dalam satu atau dua dari tiga