• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIASI GENETIK UBI JALAR (Ipomoea batatas Linn.) MAGELANG BERDASARKAN POLA PITA ISOZIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VARIASI GENETIK UBI JALAR (Ipomoea batatas Linn.) MAGELANG BERDASARKAN POLA PITA ISOZIM"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

VARIASI GENETIK UBI JALAR (Ipomoea batatas Linn.) MAGELANG BERDASARKAN POLA PITA ISOZIM

GENETIC DIVERSITY OF SWEET POTATO (Ipomoea batatas Linn.) MAGELANG BASED ON ISOZYME BANDING PATTERN

Nur Laely, Nita Etikawati, Estu Retnaningtyas

Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta

ABSTRACT

Sweet potato (Ipomoea batatas) is one of the important ingredients commodity in Indonesia. The local varieties of sweet potato in Magelang such as Sembowo, Jegros and Merketek have a big potential but until now it was never research on molecular stage. The research aim was to study the genetic diversity and genetic distance from the peroxydase and esterase isozymes analyse with electrophoresis method.

The research was conducted in Biotechnology Forest Laboratory, Forestry Faculty of Gajah Mada University on January until March 2008. There are 9 samples bud of leaves was put from each varieties. The samples was extracted with extract buffer and then samples was centrifuged with 1500 rpm velocity until 20 minutes. Next 10 µl supernatan was put and take on to the electrophoresis gel. Poliacrylamides gel was used are running gel and separated gel. Next the samples was electrophoresed with 85 voltage until 3 hours and 100 mA then gel was moved on to the staining plate for colouring with peroxydase and esterase enzymes. After that was conducted fixation process until 24 hours at 4 °C and then gel was dried and looked on.

The genetic diversity was knowable from the analyse result of isozyme banding pattern and calculated the genetic diversity of parameters. And then genetic distance was knowable based on the matric of genetic distance which applied on the shape of dendogram with UPGMA (Unweighted Pair Group Method With Arithmatic Averages) method and calculated with SPSS 13 software.

The result of the research showed that genetic diversity of sweet potato Sembowo, Jegros and Merketek varieties. It was showed from polymorphic locus was produced, they are POD-1 loci and EST loci. Based on clustering samples was produced the same dendogram not only peroxydase but also esterase dendogram which showed that Jegros and Merketek varieties have nearest the genetic distance that on resemblance number 0 and so far the genetic distance with Sembowo varieties that on resemblance number 25.

Key words : sweet potato, isozyme banding pattern, genetic diversity, genetic distance, peroxydase and esterase enzymes.

(2)

Ubi jalar merupakan salah satu komoditas bahan pangan penting di Indonesia. Potensi ubi jalar dapat dilihat dari segi konsumsi, gizi maupun kesehatan. Meskipun potensinya cukup besar, tetapi studi genetika sebagai dasar pengembangan kultivar masih terbatas (Nihayatul, 2002). Selama ini inventarisasi

dan penamaan varietas ubi jalar telah dilakukan, tetapi belum pernah dilakukan determinasi, karakterisasi maupun pengenalan sifat-sifat unggulnya secara sistematis (Purwanto et al., 2002).

Salah satu daerah di Indonesia yang berpotensi dalam hal pengembangan budidaya ubi jalar adalah Kabupaten Magelang. Kabupaten Magelang mempunyai beberapa varietas ubi jalar yang berpotensi menjadi varietas unggul seperti varietas Sembowo, Jegros dan Merketek. Ketiga varietas tersebut mempunyai perbedaan yang sangat mencolok bila ditinjau dari segi anatomi maupun morfologinya. Namun sampai saat ini belum diketahui secara pasti variasi genetik dan jarak genetik antar varietas ubi jalar tersebut (Pratomo, Komunikasi Pribadi).

Menurut Sudarmono (2006), metode penelitian yang biasa digunakan untuk identifikasi genetik secara molekuler adalah melalui analisis isozim dan DNA. Identifikasi variasi genetik dengan isozim mempunyai beberapa kelebihan antara lain menghasilkan data yang lebih akurat karena isozim merupakan ekspresi gen akhir, relatif sederhana dan memerlukan biaya cukup murah atau ekonomis (Avise, 1994 dan Mariani, 2002).

Penanda biokimia seperti isozim ini merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengkarakterisasi dan mengklasifikasi koleksi

(3)

plasma nutfah, karena isozim relatif stabil terhadap lingkungan dan umumnya bersifat polimorfik (Aradya, et al., 1994). Isozim juga dapat dipergunakan sebagai penanda genetik untuk mempelajari keanekaragaman antar individu dalam suatu populasi, mengidentifikasi kultivar/varietas dan hibridanya (Beer et al., 1993; Murphy dan Phillips, 1993; Pierce dan Brewbaker, 1973). Isozim dimanfaatkan pula untuk mengetahui pola pewarisan sifat dalam suatu populasi serta menyeleksi sifat ketahanan terhadap penyakit (Alcazar et al., 1995; Bandiab et al.,1993; Hunter, 1981).

Menurut Mariani (2002), isozim adalah beberapa enzim yang memiliki struktur kimia yang berbeda tetapi mengkatalisis reaksi yang sama pada proses metabolisme suatu organisme. Isozim yang paling sering digunakan adalah peroksidase dan esterase karena secara teknis mampu menghasilkan pola pita yang jelas dan polimorfis serta telah banyak digunakan untuk mengidentifikasi tanaman seperti Ranunculus nanus (Suranto, 2001), nanas (Hadiati dan Sukmadjadja, 2002), jeruk besar (Purwanto, dkk., 2002), dan kedelai (Cahyarini, 2004).

Berdasarkan kondisi di atas, maka perlu dilakukan identifikasi variasi genetik dan jarak genetik pada ubi jalar varietas Sembowo, Jegros dan Merketek. Jarak genetik atau hubungan kekerabatan diantara varietas menggambarkan perbedaan genetik antar varietas. Cluster dari sampel didasarkan pada matrik jarak genetik yang dapat ditampilkan dalam bentuk dendogram dengan menggunakan metode Unweighted Pair Group Method With Arithmatic Averages (UPGMA) (Bridge, 1993).

(4)

BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan tanaman dan bahan kimia. Bahan tanaman berupa kuncup daun pada tanaman ubi jalar varietas Sembowo, Jegros dan Merketek. Adapun metode yang dilakukan meliputi : ekstraksi sampel, pembuatan media gel, proses elektroforesis, pewarnaan gel, proses fiksasi, pengeringan dan penyimpanan gel.

Kuncup daun sebanyak 100 mg ditumbuk hingga hancur menggunakan mortar lalu ditambahkan dengan buffer ekstraksi. Setelah hancur dan homogen dimasukkan ke dalam tabung effendorf dan disentrifuse dengan kecepatan 15000 rpm selama 20 menit. Larutan supernatan sebanyak 10 µl diambil dengan menggunakan mikropipet untuk proses elektroforesis. Terdapat 2 macam gel poliakrilamid yang berbeda kepekatannya untuk proses elektroforesis yaitu running gel yang terletak di bagian bawah dengan kepekatan 7,5% dan gel pemisah yang terletak di bagian atas dengan kepekatan 3, 75 %. Sebelum sumuran pada gel diisi dengan larutan supernatan terlebih dahulu dibilas dengan larutan bromphenol blue. Larutan ini juga berfungsi sebagai indikator pada saat elektroforesis.

Proses elektroforesis dilakukan dengan menggunakan electrophoresis bath pada suhu 4 ºC dan kuat arus yang digunakan sebesar 100 mA. Proses ini dihentikan setelah bromphenol blue ± 0,5 – 1 cm di atas dari dasar running gel dan biasanya memerlukan waktu 3 jam. Untuk proses staining isozim esterase selama 10 menit sedangkan peroksidase selama 120 menit. Selanjutnya larutan

(5)

pewarna dibuang dan diganti dengan larutan fiksasi sebanyak 50 ml. Untuk isozim esterase dan peroksidase larutan fiksasi yang digunakan adalah larutan fiksasi B. Selanjutnya gel disimpan dalam suhu dingin 4 ºC selama 24 jam dan ditutup dengan plastik agar larutan fiksasi tidak menguap. Gel yang telah difiksasi perlu dikeringkan supaya gel tetap awet, mudah disimpan dan didokumentasikan. Berbagai keterangan mengenai sistem isozim, tanggal pengamatan, dan nomor sampel yang digunakan dicatat.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pola Pita Isozim

Hasil analisis elektroforesis dengan menggunakan gel poliakrilamid pada isozim peroksidase dan esterase dapat diketahui pada gambar berikut ini. A B C Lok us PO D-1 Lok us PO D-2

Gambar 1. Zimogram isozim peroksidase

(6)

Pada gambar zimogram isozim peroksidase di atas dapat diketahui bahwa pola pita yang ditunjukkan oleh varietas Sembowo berbeda dengan pola pita kedua varietas lainnya. Pada zimogram Sembowo, baris pertama lokus POD-1 (peroksidase-POD-1) ditemukan adanya pita isozim yang terekspresi sedangkan pada zimogram Jegros dan Merketek tidak ditemukan adanya pita isozim. Zimogram pada varietas Jegros dan Merketek justru menunjukkan adanya kesamaan pola pita isozim baik pada lokus POD-1 (peroksidase-1) maupun lokus POD-2 (peroksidsase-2). A B C Lok us EST

Gambar 2. Zimogram isozim esterase

Keterangan : A = Sembowo ; B = Jegros ; C = Merketek

Pada gambar zimogram isozim esterase di atas pun menunjukkan bahwa pola pita varietas Sembowo berbeda dengan pola pita kedua varietas lainnya. Pada zimogram Sembowo, baris pertama tidak terdapat pita isozim sedangkan pada zimogram Jegros dan Merketek justru ditemukan adanya pita isozim, kemudian ditemukan lagi adanya pita isozim di baris ketiga dan keempat pada zimogram varietas Sembowo yang tidak ditemukan pada zimogram varietas

(7)

Jegros dan Merketek. Zimogram pada varietas Jegros dan Merketek justru menunjukkan kesamaan pola pita isozim pada lokus EST (esterase).

Secara kualitatif, baik pada zimogram isozim peroksidase maupun esterase, pola pita isozim yang ditunjukkan oleh varietas Sembowo berbeda dengan kedua varietas lainnya. Secara morfologi, varietas Sembowo pun menunjukkan adanya perbedaan yang khas yaitu bentuk daun varietas Sembowo bulat lonjong seperti jantung sedangkan varietas Jegros dan Merketek berbentuk bulat menjari. Jadi, informasi genetik dengan analisis isozim ini semakin mendukung dan mendasari adanya perbedaan morfologi atau kenampakan fenotipe antara varietas Sembowo dengan varietas Jegros dan Merketek.

Analisis elektroforesis pada peroksidase dan esterase menunjukkan ada 3 lokus isozim yang telah terdeteksi . Dua lokus di antaranya bersifat polimorfik yaitu lokus POD-1 (Peroksidase) dan lokus EST (Esterase), sedangkan lokus POD-2 (Peroksidase) bersifat monomorfik.

Tabel 1. Isozim, lokus yang terdeteksi dan polimorfisme pada ubi jalar varietas Sembowo, Jegros dan Merketek

No Isozim Lokus Polimorfisme

1. Peroksidase POD-1 P

2. Peroksidase POD-2 M

3. Esterase EST P

Keterangan : M = Monomorfik ; P = Polimorfik

Berdasarkan zimogram di atas, terlihat adanya polimorfisme pola pita isozim antara varietas Sembowo dengan Jegros maupun Merketek pada lokus POD-1 (peroksidase-1) dan EST (esterase). Keragaman pola pita pada tiap

(8)

berbeda pula pada tiap individu tanaman, karena enzim merupakan produk langsung dari gen dengan asam amino sebagai penyusunnya (Purwanto, 2002).

Sedangkan pada lokus POD-2 (peroksidase-2) tidak terlihat adanya polimorfisme pola pita isozim, hal ini disebabkan pola pita yang terdeteksi hanya didasarkan pada perbedaan muatan pada protein terlarut saja. Padahal dari 30 % protein yang terlarut pada sel tanaman hanya 25 % yang memiliki muatan berbeda yang dapat terdeteksi dengan elektroforesis (Weir, 1990).

B. Variasi Genetik

Hasil perhitungan frekuensi alel dapat digunakan untuk menentukan sifat lokus tempat alel tersebut berada. Suatu lokus dikatakan bersifat polimorfik jika frekuensi alelnya yang terbesar sama atau kurang dari 0,95. Sebaliknya, suatu lokus dikatakan bersifat monomorfik jika frekuensi alelnya yang terbesar melebihi 0,95 (Susanto, 2004).

Tabel 2. Genotip teramati, genotip harapan dan frekuensi alel dalam kesetimbangan Hardy-Weinberg pada 3 varietas ubi jalar (Sembowo, Jegros dan Merketek) untuk lokus polimorfik

Varietas Ubi jalar

Lokus Genotip N Frekuensi alel χ2

AA AB BC A B C Sembowo POD 1 Obs - 3 -Exp - 3 -3 0,5 0,5 - 0 POD 2 ObsExp 33 -- - -3 1 - - 0 EST Obs - - 3 Exp - - 3 3 - 0,5 0,5 0 Jegros POD 1 Obs - - 3 Exp - - 3 3 - 0,5 0,5 0 POD 2 Obs 3 - -Exp 3 - -3 1 - - 0 EST Obs - 3 -Exp - 3 -3 0,5 0,5 - 0

(9)

Merketek POD 1 Obs - - 3 Exp - - 3 3 - 0,5 0,5 0 POD 2 Obs 3 - -Exp 3 - -3 1 - - 0 EST Obs - 3 -Exp - 3 -3 0,5 0,5 - 0

Keterangan : Obs = Observasi ; Exp = Expected

Nilai frekuensi alel untuk lokus POD-1 dan EST baik pada varietas Jegros, Sembowo dan Merketek adalah kurang dari 0,95 (Tabel 2). Oleh karena itu kedua lokus tersebut dikatakan bersifat polimorfik. Sedangkan nilai frekuensi alel untuk lokus POD-2 baik pada varietas Jegros, Sembowo dan Merketek frekuensi alelnya lebih dari 0,95. Oleh karena itu lokus tersebut dikatakan bersifat monomorfik.

Dan nilai χ2 lokus polimorfik pada ketiga varietas ubi jalar tersebut adalah 0. Hal ini berarti proporsi genotip ubi jalar varietas Sembowo, Jegros dan Merketek berada dalam kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan uji Chi-Square (χ2). Suatu kondisi dikatakan setimbang jika nilai χ2 dari semua lokus lebih kecil dari nilai χ2 tabel (0,05) = 3,84 (Caughley & Gunn, 1996 ; Warwick dkk, 1984). Ada persyaratan lain yang harus dipenuhi bagi berlakunya hukum keseimbangan Hardy-Weinberg, yaitu terjadinya migrasi, mutasi, dan seleksi. Dengan perkatan lain, terjadinya peristiwa-peristiwa ini serta sistem kawin yang acak akan mengakibatkan perubahan frekuensi alel (Nugroho, 2004).

Tabel 3. Nilai parameter variasi genetik pada ubi jalar varietas Sembowo, Jegros dan Merketek

(10)

Nilai heterozigositas rata-rata untuk varietas Sembowo, Jegros dan Merketek sebesar 0,22. Nilai heterozigositas yang rendah ini menunjukkan bahwa variasi genetiknya juga rendah. Hal ini kemungkinan diakibatkan oleh adanya perkawinan acak yang sangat sedikit, sehingga terjadi pembatasan pertukaran gen dari beberapa pasangan yang melakukan perkawinan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perkawinan sekerabat (inbreeding) yang tinggi. Apabila inbreeding dibiarkan terjadi secara berulang-ulang maka peluang munculnya individu homozigot akan lebih tinggi. Jika suatu populasi nilai homozigositasnya tinggi maka akan mucul kemungkinan rentan terhadap perubahan lingkungan dan serangan penyakit, sehingga peluang dan daya kelangsungan hidupnya rendah (Harlt, 1980 dalam Imron, 1998).

C. Jarak genetik

Informasi jarak genetik dapat dijadikan dasar untuk menentukan varietas yang akan dipilih sebagai materi persilangan. Semakin jauh jarak genetik antar varietas, maka akan memiliki efek heterosis yang tinggi apabila disilangkan.

No. Parameter Sembowo Jegros Merketek Rata-rata

1. Jumlah sampel 3 3 3 3

2. Jumlah lokus 3 3 3 3

3. Jumlah lokus polimorfik 2 2 2 2

4. Persentase / proporsi lokus

polimorfik 0,67 0,67 0,67 0,67

5. Jumlah alel per lokus 1,67 1,67 1,67 1,67

6. Heterozigositas teramati

(Ho) 0,22 0,22 0,22 0,22

(11)

Walaupun demikian dalam seleksi materi untuk persilangan, tidak hanya faktor jarak genetik yang diperhitungkan, tapi karakter-karakter lain yang menarik dan menonjol perlu diikutsertakan untuk menghasilkan rekombinan yang baik (Miftahorrachman, 2006).

Hubungan kekerabatan antara dua individu dapat diukur berdasarkan kesamaan sejumlah karakter dengan asumsi bahwa karakter berbeda disebabkan oleh adanya perbedaan susunan genetik. Karakter pada makhluk hidup dikendalikan oleh gen. Gen merupakan potongan DNA yang hasil aktivitasnya (ekspresinya) dapat diamati melalui perubahan karakter morfologi yang dapat diakibatkan oleh pengaruh lingkungan (Kartikaningrum et al., 2002; Souza dan Sorells cit. Hadiati, 2003).

Kemunculan pola pita isozim peroksidase dan esterase pada varietas ubi jalar disajikan dalam bentuk data biner dan jarak genetik antar varietas ubi jalar berdasarkan pola pita isozim peroksidase dan esterase ditampilkan dalam bentuk dendogram dengan menggunakan metode UPGMA yang dihitung dengan software SPSS 13.

(12)

Gambar 3. Dendogram pada ubi jalar varietas Sembowo, Jegros dan Merketek berdasarkan analisis isozim peroksidase dan esterase

Dendogram pada ubi jalar varietas Sembowo, Jegros dan Merketek berdasarkan analisis isozim peroksidase dan esterase ternyata menunjukkan hasil yang sama. Angka 0 menunjukkan anggota kelompok mempunyai kemiripan sempurna dan angka 25 berarti jarak kemiripannya semakin jauh. Ada 2 kelompok utama yang diperoleh dari hasil pengelompokan (cluster) sampel tersebut.

Kelompok pertama yaitu varietas Jegros dan Merketek, sedangkan kelompok kedua yaitu varietas Sembowo. Varietas Jegros mempunyai karakter morfologi yang hampir sama dengan varietas Merketek. Hal ini dapat dilihat dari bentuk daun, warna daun, warna batang dan tekstur tepi daun. Varietas Sembowo mempunyai morfologi daun yang sangat berbeda dari varietas Merketek dan Jegros. Daun varietas Sembowo berbentuk bulat lonjong seperti jantung sedangkan daun varietas Merketek dan Jegros berbentuk menjari. Perbedaan ini

(13)

cukup menunjukkan bahwa varietas Sembowo mempunyai hubungan kekerabatan yang paling jauh dengan kedua varietas lainnya dengan jarak kemiripan pada angka 25.

Berdasarkan matrik jarak genetik (Euclidean genetik distance) isozim peroksidase, varietas Sembowo mempunyai jarak genetik pada angka 1 terhadap varietas Jegros maupun Merketek. Adapun pada matrik jarak genetik isozim esterase, varietas Sembowo mempunyai jarak genetik pada angka 2,449 terhadap varietas Jegros maupun Merketek.

Penelitian ini telah cukup jelas menunjukkan adanya variasi genetik dan jarak genetik antara varietas Sembowo, Jegros dan Merketek hanya dengan menggunakan 2 macam isozim saja. Namun dengan penambahan jenis isozim lagi akan lebih baik untuk menguatkan adanya variasi genetik pada ketiga varietas tersebut. Selain itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan penanda molekuler DNA sehingga dapat secara representative mewakili keragaman genetik yang ada dan memberikan gambaran variasi dan jarak genetik secara lebih akurat baik antar varietas maupun kerabat jauhnya karena sebagai material genetik, DNA tidak dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan umur tanaman.

KESIMPULAN

Variasi genetik pada ubi jalar varietas Sembowo, Jegros dan Merketek dapat diketahui dari adanya lokus polimorfik yang dihasilkan yaitu lokus POD-1 (Peroksidase) dan lokus EST (Esterase). Varietas Jegros mempunyai hubungan

(14)

kekerabatan yang sangat dekat dengan varietas Merketek dan keduanya mempunyai hubungan kekerabatan yang sangat jauh dengan varietas Sembowo berdasarkan hasil dendogram isozim peroksidase maupun esterase.

DAFTAR PUSTAKA

Alcazar, M.D., C. Egea, A. Espin, and E. Cadela. 1995. Peroxidase Isozymes in The Defense Response of Capsium annum to Phytophtora capsici. Physiology of Plant 94: 736-742.

Avise. 1994. Molecular Analysis of Genetic Variation. Oxford Forestry Institute Tropical Forestry Paper. No. 40 pp: 1.

Aradya, K.M., F. Zee, and R. M. Manshardt. 1994. Isozyme Variation in Cultivated and Wild Pineapple. Euphytica Journal 79 : 87-99.

Bailey, L. W. 1983. The Use and Abuse of Anatomical Data in The Study of Phylogeni an Classification Phytomorphology. Ed 1. p 67-69.

Bandiab, K., M. Braziz, and H, Sendra. 1993. Correlation of Isozymes Polymorphisme and Beyond Diseases Resistance in Date Palm Cultivar and Progeny. Euphytica Journal 65 (1): 22-23.

Beer, S.C., J. Grofeda, T.D. Philips, J.P. Murphy, and M.E. Sorrels. 1993. Assesment of Genetic Variation in Avena sterilis using Morphological Traits, Isozyme and RFLPs. Crop Science Journal 33:1386-1393.

Brar, D. S. 1992. Isozyme : Technique and Applications in Rice Improvement. Third Rice Biotechnology Training Course, Los Banos, 5 October-27 November 1992. 18 p.

Bridge, P. D. 1993. A Practical Approach : Biological Data Analysis : Classification. Oxford University Press, New York.

Brown, A. D. H. and B. S. Weir. 1983. Measuring Genetic Variability in Plant Population. P. 219-240. Part A. Elsevier, Amsterdam.

Cahyarini, R. D. 2004. Identifikasi Keragaman Genetik beberapa Varietas Kedelai di Jawa berdasarkan Análisis Isozim. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

(15)

Conkle, M. T., P. D. Hodskiss, L. B. Nunnally, and S. C. Hunter. 1982. Starch Gel Electrophoresis of Conifer Seed, A Laboratorory Manual. Pasific Southwest Forest and Range Experiment, Barkeley.

Cooper, T. 1977. The Tools of Biochemistry. H. Willey Interscience Publisher, New York.

Davis, L., Kehl, M. Battey, J. 1994. Basic Methods in Molecular Biology. 2nd Edition. Norwalk, Connecticut, USA.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Agro. 2007.

[email protected]

[23 September 2007].

Finkeldey, R. 2003. An Introduction to Tropical Forest Genetic. Institut of Forest Genetics and Forest Tree Breeding, Gottingen.

Gaspar, T., C. Penel, T. Thorpe and H. Greeppin, 1980. Peroxidases A Survey of Their Biochemical and Physiological Roles in Higher Plant. Geneva University, Switzerland.

Glaubitz J. C., and Mooran G, F. 2000. Genetics tool “ The use of Biochemical and Molecular Markers” . CABI Publishing, USA.

Hadiati, S., dan Sukmadjadja, D. 2002. Keragaman Pola Pita beberapa Varietas Nenas berdasarkan Analisis Isozim. Jurnal Bioteknologi Pertanian 7 (20): 62-70.

Hadiati, S. 2003. Pendugaan Jarak Genetik dan Hubungan Kekerabatan Nanas Berdasarkan Analisis Isozim. Jurnal Hortikultura XIII (2): 87-94.

Hames, B. D. and D. Rickwood. 1990. Gel Electrophoresis of Proteins. Oxford University, England.

Hara, M. and U. Na-Nakorn. 1996. Development of Sustainable Aquaculture Technology in Southeast Asia. Japan and Thailand: International Research Center for Agricultural Sciences and the Faculty of Fisheries. Kasetsart University.

Hunter, G. E. 1981. Chromatographic Documentation of Interspesific Hybridization in Vernonia : Compositae. Amer. J. Bot 54 (4) : 473-477. Imron, 1998. Keragaman Morfologis dan Biokimia Stock Keturunan Udang

Windu (Penaeus monodon) Asal Laut yang Dibudidayakan di Tambak. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(16)

Juliani, 2005. Keanekaragaman Genetik Beberapa Populasi Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth.) Berdasarkan Analisis Isozim. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB, Bogor.

Kartikaningrum, S., N. Hermiati, A. Baihaki, M. Haeruman dan N. Toruan-Mathius. 2002. Kekerabatan Antar Genus Anggrek Sub Tribe Sarcanthinae Berdasarkan Data Fenotip dan Pola Pita DNA. Zuriat Journal XIII (1): 1-10.

Lehninger. A. L. 1990. Dasar-dasar Biokimia. Jilid I. Penerbit Erlangga, Jakarta. Macaranas, J. M. 1991. A Practical Laboratory Guide to The Techniques and

Methodology of Electrophoresis and its Application to Fisheries Management. Fisheries Technology Manual Journal 11 : 21-24.

Mariani, Y. 2002. Studi tentang Variasi Isozim dari Beberapa Koloni Wereng Hijau (Nephotettix virescens) sebagai Vektor Pembawa Penyakit Tunggro pada Padi. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Matsudaira, P. 1993. A Practical Guide to Protein and Peptide Purification for Microsequensing. Second Ed. Academic Press Inc, California.

May, B. 1998. Starch Gel Electrophoresis of Allozymes. Oxford University Press, New York .

Miftahorrahman. 2006. Diversitas Genetik Tujuh Aksesi Plasma Nutfah Pinang (Areca catechu L.) asal Pulau Sumatera. Jurnal Penelitian Tanaman Industri 12(1) : 27 – 31.

Murphy, J. And T.D. Philips. 1993. Isozyme Variation in Cultivated Oats and its Progenitor Species Avena sterilis. Crop Science Journal 33: 1366-1372. Nihayatul, Ninik W. 2002. Daya Silang Ubi Jalar Berdaging Umbi Jingga dengan

Ipomoea trífida Diploid dan Hubungan Genetiknya Berdasarkan RAPD. Jurnal Natur Indonesia 5 (1) : 1-8. Universitas Riau Press, Riau.

Nugroho, C.S., Susanto, A.H., dan Sasongko, N.D. 2004. Jarak Genetik Antara Beberapa Genotipe Tanaman Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) Berdasarkan Analisis Isozim. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biokimia dan Biologi Molekuler Indonesia di Yogyakarta : 332 – 342. Nei, M. 1987. Estimation of Average Heterozygosity and Genetic Distance from a

(17)

Papageorgiu, A. C. 1998. Population Variation Studies and Their Application in Tree Improvement. Page 155-168. Science Publisher Inc, USA.

Pasteur N., G. Pasteur, F. Bonhomme, J. Catalan, and J. B. Davidian. 1988. Practical Isozyme Genetics. John Willey and Sons, New York.

Pierce, L.C. and J.L Brewbakar. 1973. Aplications of Isozyme Analysis. Horticultural Science 8 (1): 17-22.

Permana, G. N., S. B. Moria, Haryanti, dan K. Sugama. 2001. Pengaruh Domestifikasi terhadap Variasi Genetik pada Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) yang Dideteksi dengan Alozim Elektroforesis. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 7 (1) : 25-29

Pratomo. 2007. Komunikasi Pribadi. [12 Oktober 2007] [18 Oktober 2007] [23 Oktober 2007] [9 November 2007] [1 Desember 2007].

Purwanto, E., Sukaya, A. Setianto, dan H. Santoso. 2002. Identifikasi berdasarkan Penanda Isozim terhadap Plasma Nutfah Jeruk Besar (Citrus máxima Merr.) di Blora, Jawa Tengah. BioSMART 4 (2) : 44-47.

Rahayu, Sri., SB. Sumitro, T. Susilowati, dan Soemarno. 2006. Analisis Isoenzim untuk Mempelajari Variasi Genetik Sapi Bali di provinsi Bali. Jurnal Hayati 12 : 1-5.

Riesenberg, L. H., Peterson, D. E. Soltis, and C. R. Annable. 1987. Genetic Devergence and Isozyme Number Variation amoung Four Varietas of Allium doglassi (Aliaceae). American Journal of Botany 74 (11) : 1614-1624.

Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar. Prospek Agrobisnis dan Teknik Usaha Tani. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Salisbury, F. B. and C. W. Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Jilid II (diterjemahkan oleh Diah R. Lukman dan Sumaryono). ITB Press, Bandung.

Shannon, L. M. 1968. Plant Isozymes. Plant Physiology Journal 19 : 187-125. Shields, C. R., T. J. Orton and C. W. Stuber. 1983. An Outline of General

Resource Needs and Procedures for Tissue. Elsevier Science Publishers, Amsterdam.

Sudarmono. 2006. Pendekatan Konservasi Tumbuhan dengan Teknik Molekuler Elektroforesis. Jurnal Inovási 7 (18).

(18)

Sugama, K., Haryanti, and F. Cholik. 1996. Biochemical genetic of Tiger Shrimp Penaeus monodon : Description of Electrophoresis Detectable Loci. IFR Journal 2 (1) : 19-28.

Suranto. 1991. Studies of Population Variation in Species of Ranunculus. Thesis. Departement of Plant Science University of Tasmania Hobart.

. 2000. Electrophoresis Studies of Ranunculus triplodontus Populations. Biodiversitas 1 (1) : 1-7.

. 2001. Isozyme Studies on The Morphological Variation of Ranunculus nanus Populations. AGRIVITA 23 (2) : 139-146.

Susanto, A. H. dan N. D. Sasongko. 2004. Variasi Biokimia Genetik Populasi Tanaman Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus) Berdasarkan atas Isozim Esterase dan Peroksidase. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biokimia dan Biologi Molekuler Indonesia di Yogyakarta : 343 – 350. Setianto, A. 2001. Karakterisasi Jeruk Besar ( Citrus grandis (L.) Obsbeck) di

Kecamatan Jepon dan Jiken Kabupaten Blora Berdasarkan Penanda Isozim dan Morfologi Buah. Tesis. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Press, Surakarta.

Soltis, D. E and P. S. Soltis. 1989. Isozymes in Plant Biology. Discorides Press. Portland, Oregon.

Thebbaud, C. and R. J. Abbott. 1995. Characterization of Invasive Consa spesies (Asteraceae) in Europe. Quantitative Trait and Isozyme Analysis. American Journal of Botany 82 (3) : 360-368.

Vallejos, C. E. 1983. Enzyme Activity Staining. Page 469-519 in S. D. Tanskley and T. J Orton. Isozyme in Plant Genetic and Breeding Part A. Elsevier Science Publisher, Amsterdam.

Wulan, R. 2003. Struktur dan Keragaman Populasi Sengon (Paraseriantes falcataria (L) Nielsen) pada Hutan Rakyat Jawa. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB Press, Bandung.

Weeden, N. F. and J. F. Wendel. 1989. Visualization and Interpretation of Plant Isozymes. In D. E. Soltis and P. S. Soltis. Isozymes in Plant Biology. Dioscorides Press Portland, Oregon.

Weir. 1990. Genetic data analysis : Methods for Discrete Population Genetic Data. Sunderland, Massachusetts. P :1-20.

(19)

Zulkarnaen, Iskandar Siregar. 2004. Keragaman Genetik Pohon Plus Mahoni (Swietenia macrophylla) di Jawa Tengah dan Jawa Timur Berdasarkan Analisa Isozim. Tesis. Program Pasca Sarjana IPB Press, Bandung.

Gambar

Gambar 1. Zimogram isozim peroksidase
Gambar 2. Zimogram isozim esterase
Tabel 1. Isozim, lokus yang terdeteksi dan polimorfisme pada ubi jalar varietas  Sembowo, Jegros dan Merketek
Tabel   2.   Genotip   teramati,   genotip   harapan   dan   frekuensi   alel   dalam  kesetimbangan  Hardy-Weinberg  pada   3   varietas   ubi   jalar   (Sembowo,  Jegros dan Merketek) untuk lokus polimorfik
+3

Referensi

Dokumen terkait

pangan) cake ubi jalar ungu dengan berbagai variasi bahan baku.

Berdasarkan optimasi pembuatan tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki yang telah dilakukan, modifikasi metode pengukusan 7 menit pada potongan ubi jalar ungu setebal 1

terhadap empat variasi umbi Ipomoea batatas (L.) Lam sehingga diketahui ubi jalar yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi, juga diketahui kandungan fenolik dari

Penggunaan tepung mocaf + ubi jalar ungu (tepung ubi jalar ungu maupun pasta ubi jalar ungu) meningkatkan senyawa fungsional (antosianin, aktivitas antioksidan

Delapan ubi jalar yang diperoleh dari tiga Kecamatan di Kabupaten Ngawi menunjukkan adanya perbedaan signifikan menurut hasil uji ANAVA dan Kruskal Wallis pada

Hal ini karena ubi jalar varietas Biang memiliki kadar air dan kadar gula reduksi yang rendah, serta kadar pati dan kadar antosianin yang tinggi dibandingkan ubi jalar

Penggunaan tepung mocaf + ubi jalar ungu (tepung ubi jalar ungu maupun pasta ubi jalar ungu) meningkatkan senyawa fungsional (antosianin, aktivitas antioksidan

Panjang umbi pada penelitian dipengaruhi oleh masing- masing klon dan varietas yaitu sifat genetik dari setiap tanaman ubi jalar dicirikan oleh bentuk masing-