• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Tempat wisata di Kota Madya Jogjakarta

Seiring dengan kebutuhan dan perkembangan jaman, banyak kota diseluruh Indonesia mulai berbenah diri dari sistem otonomi yang diberikan oleh pemerintahan pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus wilayahnya masing-masing. Kota Jogjakarta salah satunya, kota ini kini sedang belajar dari pengalaman kota-kota besar lainnya untuk menghadapi perkembangan dan permasalahan pada jumlah penduduk yang terus bertambah dan nilai guna lahan perkotaan yang semakin mahal serta lahan perkotaan yang semakin sempit karena lahan dikota tidak dapat ditambah lagi. Banyak hal yang dilakukan oleh pemerintah kota, salah satunya penataan ulang tempat-tempat publik seperti melakukan penggusuran rumah-rumah illegal untuk membersihkan wajah kota agar tidak terlihat kumuh dan mempercantik kota dengan menanam vegetasi pada open space pada jalan-jalan protokol.

Adapun kebijakan dalam penataan kota ini berpengaruh pada tempat-tempat fasilitas umum seperti tempat wisata dan rekreasi baik tempat yang dibuat oleh manusia dan juga yang dipengaruhi oleh kondisi alam yang berada dipusat kota Jogjakarta. Pengaturan penataan kota terhadap fasilitas umum diatur dalam kebijakan otonomi daerah tentang Peraturan Bangunan Gedung No 36 Tahun 20051, dimana fasilitas umum termasuk tempat wisata dan rekreasi tersebut harus mempersiapkan diri pada pembenahan dan pengelolaan untuk mempercantik tempat wisata sebagai daya tarik untuk mengundang para wisatawan/pelancong untuk datang dan melakukan kunjungan kembali. Kini salah satu tempat wisata yang berada dipusat kota Jogjakarta yang tetap menjadi pusat perhatian adalah Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembiraloka dimana tempat wisata ini bukan saja

1

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 36/PRT/M/2006 dan Lampiran Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No 30/PRT/2006 pada jenis bangunan.

(2)

mengatur keadaan alamnya saja tetapi pada penglolaan satwa dan dampak-dampak pada sektor sosial masyarakat disekeliling tempat wisata tersebut.

1.1.2. Menurunnya minat pengunjung sebagai awal indikasi permasalahan yang terjadi di KRKB Gembiraloka

Dengan perkembangan dan pertumbuhan kota Jogjakarta dari tahun ke tahun yang selalu mengalami perubahan secara dinamis akibat dari banyaknya jumlah pendatang yang berasal dari luar kota Jogjakarta untuk menetap di kota Jogja, maka Kota Jogjakarta sekarang ini dilirik oleh para investor sebagai kota yang memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan dimasa yang akan datang. Para investor baru yang sedang mengembangkan usahanya dikota Jogjakarta berupaya saling mempengaruhi kepada masyarakat sebagai konsumen baru yang sudah menetap agar nyaman untuk tinggal selama mungkin dikota Jogjakarta dan menempatkan Kota Jogjakarta pada prioritas teratas. Salah satu strategi yang dilakukan para investor ialah menciptakan dan menyediakan berbagai jenis fasilitas hiburan seperti wisata belanja, wisata kuliner, wisata kehidupan malam dan dalam berbagai bentuk lain sebagainya sebagai daya tarik kenyamaan dari pemenuhan kebutuhan bagi dan dari masyarakat Kota Jogjakarta; yang kegiatan ini mulai berjalan atau dilakukan dari pagi sekitar pukul 8 hingga 9 pagi dan mulai berakhir hingga tengah malam hari sekitar pukul 11 malam hingga pukul 12 malam.

Dengan keadaan seperti ini, sangat sangat berpengaruh sekali terhadap jenis wisata yang telah ada dikota Jogjakarta. Dengan melihat data statistik jumlah pengunjung yang diperoleh melalui Badan Statistik DIY yang menerangkan mengenai jumlah pengunjung di Gembiraloka dan membandingkan dengan data jumlah pengunjung yang datang ke Kebun Raya dan Kebun Binatang (KRKB) Gembiraloka Jogjakarta yang diperoleh dari humas Gembiraloka menerangkan bahwa jumlah pengunjung yang datang ke KRKB Gembiraloka Jogjakarta terus mengalami penurunan dari tahun 1998 hingga 2002. Berikut ini adalah data statistik tempat wisata dan jumlah pengunjung di kota Jogjakarta:

(3)

DATA JUMLAH PENGUNJUNG OBYEK WISATA Kota Madya Jogjakarta tahun 1998 – 2002

Tabel 1. Angka jumlah wisatawan ke obyek wisata di Kota Madya Jogjakarta dari tahun 1998-2002 (Sumber : Humas KRKB Gembiraloka Jogjakarta 2006)

DATA PENGUNJUNG

KEBUN RAYA DAN KEBUN BINATANG GEMBIRALOKA

Tabel 2. Angka jumlah pengunjung yang datang di KRKB Gembiraloka 2003-2006 (Sumber: Statistik Pariwisata DIY, BPS DIY 2002)

Melalui data statistik mengenai minat terhadap tempat pariwisata di Yogyakarta menunjukan bahwa KRKB Gembiraloka masih menjadi prioritas pilihan tempat untuk berekreasi walaupun minat pengunjung terus mengalami penurunan. Adapun penurunan jumlah pengunjung dapat dilihat melalui data pembanding yang dimiliki oleh bagian Humas Gembiraloka sebagai pendekatan awal permasalahan yang

No Bulan 2003 2004 2005 2006 Jml Jml Jml Perorgan Rmbngan Jml 1 Januari 57.354 69.402 73.832 27.224 16.559 43.783 2 Februari 29.674 37.616 27.600 10.096 3.841 13.937 3 Maret 32.667 27.087 33.683 11.095 9.156 20.251 4 April 47.206 36.563 44.878 16.547 27.349 43.896 5 Mei 57.194 58.417 48.745 11.229 17.114 28.343 6 Juni 97.188 114.688 120.425 7.224 8.496 15.720 7 Juli 64.382 59.372 75.939 17.247 4.651 21.898 8 Agustus 31.230 30.156 25.546 11.218 2.130 13.348 9 September 31.048 29.716 23.592 10.369 3.378 13.747 10 Oktober 31.902 24.369 5.590 85.254 2.726 87.980 11 November 100.701 139.947 76.052 19.726 3.943 23.669 12 Desember 58.226 45.765 18.591 19.272 8.474 27.746 Jumlah 638.782 673.098 574.473 246.501 107.817 354.318 NO Jenis Kunjungan 1998 1999 2000 2001 2002 Jml Jml Jml Jml Jml 1 Kraton Yogyakarta 206.907 312.352 355.898 316.122 299.960 2 Pesanggrahan Tamansari 38.735 62.751 40.429 13.561 42.007 3 Kebun Binatang Gembiraloka 514.351 513.193 458.988 247.142 355.515

4 Purawisata - - - - 174.790

(4)

dihadapi oleh KRKB Gembiraloka. Pendekatan lainnya adalah pada penerapan pada jenis fasilitas yang ditawarkan oleh pihak pengelola KRKB Gembiraloka saat ini sudah tidak sesuai dengan selera pengunjung dan dengan melihat perkembangan yang telah dicapai melalui fasilitas wisata dari kondisi pelayanan fisik gedung/bangunan yang ditawarkan kepada pengunjung sebagai berikut:

1.1.2.1. Kondisi Kebun Raya

o Banyaknya prasarana hiburan yang sudah rusak, tua dan belum diganti atau mengalami peremajaan dan keadaan ini diambil diarea Kebun Raya.

Gambar 1 . Kondisi fasilitas bangunan di area Kebun Raya (Sumber: Pengamatan Penulis, Juni 2006)

o Belum direalisasikan program rekreasi Kebun Raya sebagai potensi daya tarik alternatif dibidang flora yang hingga kini belum mengalami olah keberadaanya. Kebun Raya hingga saat ini hanya dipakai untuk menampung hasil dari kotoran pada satwa yang ada di Kebun Binatang.

Gambar 2. Kondisi hutan di area Kebun Raya (Sumber: Pengamatan Penulis, Juni 2006)

1.1.2.2. Kondisi Kebun Binatang

o Dalam kurun waktu yang cukup lama tidak terdapat pertambahan jenis koleksi spesies satwa baru dan jumlah pertambahan binatang yang dihasilkan oleh pihak pengelola pun lambat (jarak waktu antar satwa yang dihasilkan/melahirkan satu jenis tertentu dengan jenis yang lain cukup lama).

o Penerapan jenis material pengaman atau pengolahan kondisi alam atrivisial yang digunakan pada kandang yang kurang tepat dan sudah

(5)

ditinggalkan seperti penggunaan trali besi/ram kawat dengan jarak yang terlalu rengkat sehingga pengunjung kesulitan melihat satwa kedalam kandang, banyaknya kandang yang kosong dan beberapa kondisi kandang lainnya.

Gambar 3. Kondisi dan penampilan kandang peaga yang sulit dinikmati (Sumber: Pengamatan Penulis, Juni 2006)

o Kondisi fasilitas pada fisik bangunan yang terdapat di area Kebun Binatang mengalami kerusakkan akibat bencana alam.

Gambar 4. Kondisi fasilitas gedung yang rusak di area kebun binatang (Sumber: Pengamatan Penulis, Juni 2006)

o Display kandang satwa yang kurang representatif dan hanya dua kandang saja yakni kandang primata (Simpanse dan Orangutan) yang mengalami peremajaan dan kandang kura-kura Aldabra serta yang lain masih belum, keadaan kandang kurang habitatif/kurang mencerminkan habitat asalnya).

Gambar 5. Kondisi fasilitas kandang primata yang sudah mengalami peremajaan (Sumber: Pengamatan Penulis, Juni 2006)

o KRKB Gembiraloka sangat lambat dalam meresponi perkembangan kebutuhan wisata kebun binatang itu sendiri, seperti perkembangan yang sekarang terjadi adalah para kebun binatang lainnya baik dari dalam

(6)

dalam luar negeri berusaha menyajikan tipe-tipe dari suasana tertentu pada ruang-ruang wisata yang disajikan kepada pengunjung, sehingga dapat mempengaruhi psikologi pengunjung dapat menikmati suasana yang ada didalamnya.

1.1.3. Potensi dan kondisi KRKB Gembiraloka

Sekarang ini letak KRKB Gembiraloka termasuk dalam kawasan pusat kota Jogjakarta yang memiliki fungsi sebagai tempat wisata atau rekreasi publik yang menampilkan suasana lingkungan alam yang masih asri (belum banyak perubahan pada tapak), terdapat pula flora endemik yang masih dilestarikan dan merupakan ruang hijau ditengah kota yang sekaligus sebagai salah satu paru-paru kota.

Gambar 6. Kondisi KRKB Gembiraloka melalui foto udara (Sumber: www.google.earth.com )

Adapun fungsi lain dari KRKB Gembiraloka selain sebagai tempat rekreasi, berfungsi dalam hal konservasi yakni sebagai tempat penangkaran dan pengembangan satwa liar yang sedang dan telah ditangkarkan dengan tujuan mempertahankan keberadaan jenis satwa langka yang hampir punah dialam aslinya dan memanfaatkan satwa dengan mempertunjukan kepada masyarakat. Dibidang yang lain seperti dibidang pendidikan, Gembiraloka juga melayani informasi yang dibutuhkan para pelajar maupun mahasiswa yang mengadakan studi mengenai ekologi, biologi dan penelitian flora-fauna liar secara langsung serta dapat dibantu oleh tenaga ahli yang berkerja dibidang flora dan fauna didalam KRKB Gembiraloka.

Site Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembiraloka

Pusat Kota Jogjakarta

(7)

Bila dilihat dari letak site dari KRKB Gembiraloka dalam perkembangan Kota Jogjakarta yang terus berkembang hingga saat ini dengan mulai lengkapnya beberapa jenis fasilitas didalam kota seperti pusat perbelanjaan dari pasar tradisional hingga yang mengarah pada bentuk pusat perbelanjaan modern seperti mall, trade center atau plaza dan beberapa gedung perbankkan pada area bisnis; gedung pameran atau expo center yang berada didekat jalur lingkar timur dan pusat layanan transportasi seperti bandara udara, stasiun kereta api dan terminal bus maka letak dari Gembiraloka sudah berada ditempat yang sangat strategis dan ditambah dengan jenis kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Kota Jogjakarta yang berlangsung dan berakhir hingga tengah malam hari; hal ini merupakan potensi baik atau peluang terbaik yang belum dan jarang dilirik oleh para pengembang dunia wisata dibidang kebun binatang di Indonesia pada umumnya.

Dengan kondisi dan pontesi seperti ini mengapa tidak bila kegiatan wisata di dalam KRKB Gembiraloka juga berlangsung hingga malam hari dan dapat ditujukan bagi para masyarakat yang sangat sibuk pada siang hari dengan aktivitas kesehariannya dapat pula melepaskan penatnya sambil berekreasi/refreshing pada malam hari di kebun binatang. Sementara ini kondisi jalan disekitar site KRKB Gembiraloka (Jalan Kusumanegara dan Kebun Raya) terus ramai dan dilalui oleh beberapa jenis kendaraan umum hingga malam hari, tapi kondisi site KRKB Gembiraloka sangat sunyi dan gelap sekali. Berikut ini adalah kondisi jalan pada siang dan malam hari sekitar KRKB Gembiraloka dan letak Gembiraloka dari perkembangan kota Jogjakarta saat ini:

Gambar 7. Kondisi persimpangan jalan Kusumanegara dan Kebun Raya pada siang hari (Sumber: Pengamatan Penulis, April 2007 )

(8)

Gambar 8. Kondisi persimpangan jalan Kusumanegara dan Kebun Raya pada malam hari (Sumber: Pengamatan Penulis, April 2007)

Keadaaan pemekaran kota Jogjakarta terhadap KRKB Gembiraloka

Gambar 9. Foto Udara kota Jogjakarta dan pemekarannya (Sumber: www.google.earth.com )

1.2. Permasalahan

1.2.1. Permasalahan non arsitektural

• Banyaknya pilihan jenis fasilitas hiburan yang ditawarkan di kota Jogjakarta dari pagi hingga malam hari sehingga minat dan memprioritaskan rekreasi alam bukan sebagai pilihan rekreasi yang utama atau alternatif pilihan terbesar. Kota Jogjakarta Lama Bandara udara Adisudjipto Site KRKB Gembiraloka Kraton Jogjakarta Jogja expo

Terminal bus Giwangan Stasiun kereta

Tugu

Area bisnis Tugu Jogja

Jalur luar kota ring road

timur-selatan Jalur transport kota

(9)

• Sulit dan lambannya birokarasi dari pemerintah mengenai surat ijin pertukaran, pengiriman antar kebun binatang tiap daerah, pemberdayaan dana pelestarian satwa liar dan pengembalian serta perehabilitasi satwa liar kembali kehutan. • Kurang bahkan tidak adanya inovasi acara-acara baru yang diadakan secara

regular dengan memanfaatkan plaza/atrium sebagai ruang publik terbuka dan acara yang sering diadakan adalah musik dangdut dimana acara ini kurang relevan dengan program wisata kebun raya dan kebun binatang pada umumnya. 1.2.2. Permasalahan arsitekural

• Penyediaan fasilitas pada ruang wisata yang ditawarkan belum dapat menarik perhatian pengunjung untuk kembali lagi KRKB Gembiraloka dalam waktu yang dekat karena usianya display fasilitas wisata sudah tua dan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar wisata (pengunjung)

Gambar 10. Kondisi fasilitas wisata Gembiraloka (Sumber: Pengamatan Penulis, Juni 2006)

• Belum memiliki standar atau aturan yang disepakati oleh lembaga yang bergerak pada bidang wisata kebun raya/botanical dan kebun binatang/zoolical yang lebih detail seperti mengenai kelayakan kandang satwa (kandang peraga/display dan kandang tidur satwa), fasilitas dan pelengkapan dari kebun binatang pada umumnya.

Gambar 11. Kondisi kandang peraga satwa Gembiraloka (Sumber: Pengamatan Penulis, Juni 2006)

• Lingkungan pada kandang peraga satwa belum memberikan informasi yang tepat dan belum semuanya menggambarkan pada tempat yang mendekati tempat aslinya (kurang habitatif) kepada pengunjung.

(10)

Gambar 12. Situasi lingkungan sekitar kandang satwa (Sumber: Pengamatan Penulis, Juni 2006)

• Pengelola kurang memperhatikan kenyamanan, kebersihan dan keamanan pengunjung dalam berekreasi.

Gambar 13. Pengelola kurang memperhatikan situasi lingkungan wisata (Sumber: Pengamatan Penulis, Juni 2006)

1.3. Rumusan Masalah

Bagaimana menata ruang-ruang wisata yang ada di KRKB Gembiraloka agar dapat memberikan suasana rekreatif, edukatif dan aktivitas wisata dapat dilakukan dari pagi hari hingga malam hari dengan kondisi nyaman, bersih, aman dan sehat.

1.4. Tujuan dan Sasaran

Tujuan

Menata ruang-ruang wisata yang ada di KRKB Gembiraloka agar dapat memberikan suasana rekreatif, edukatif dan aktivitas wisata dapat dilakukan dari pagi hari hingga malam hari dengan kondisi nyaman, bersih, aman dan sehat dimana pengunjung dapat menikmati fasilitas dan koleksi flora-fauna secara mandiri yang dihadirkan oleh pengelola KRKB Gembiraloka.

Sasaran

Menata kembali ruang-ruang wisata yang memiliki potensi dan bagian-bagian yang sulit seperti sisi sebelah utara dari area kebun binatang, danau Mayang Tirta, tepi sungai dan sisi tebing yang menjorok kesungai dan area Kebun Raya dan meminimalkan ruang sisa yang

(11)

dihasilkan dari perencanaan dan perancangan di dalam Kebun Raya dan Kebun Binatang Gembiraloka.

1.5. Lingkup dan Batasan Pembahasan

• Merencanakan pendistribusian dari tingkat aktivitas wisata yang terpusat pada salah satu zone bangunan kandang display dan bangunan pengelola agar tidak memusat pada satu tempat saja.

• Merencanakan dan merancang kembali pada tata ruang-ruang wisata dan beberapa jenis display kandang satwa agar dapat memberikan informasi yang lebih jelas kepada pengunjung mengenai suasana ruang wisata dan suasana artifisial pada display kandang dengan mengatur letak dari tempat pengamatan pengunjung terhadap perilaku satwa yang ditontonnya

• Pengaturan pada letak jalur sirkulasi pengunjung dan jalur sirkulasi kegiatan service dengan menambahkan beberapa fasilitas yang dibutuhkan pada jalur sirkulasi.

1.6. Metode Pembahasan

1.6.1. Metode mencari data

• Wawancara kepada pengunjung dan staff KRKB Gembiraloka

• Studi Pustaka/literatur mengenai pengolahan lahan berkontur dan standar mengenai kebun binatang dan aquarium (oceanarium).

• Survey lapangan mengenai kekurangan yang dimiliki oleh Gembiraloka dan mencoba membandingkan kebun binatang lain untuk melihat dan mempelajari kelebihan yang dapat ditransformasikan di dalam KRKB Gembiraloka.

1.6.2. Metode menganalisis data.

• Kuantitatif dengan mengolah data berupa table statistik jumlah pengunjung sebagai data prediksi pendekatan masalah.

• Kualitatif dengan mengolah data berupa hasil wawancara dan pengamatan langsung untuk mendapatkan hipotisis secara naratif untuk menyelesaikan masalah yang ada.

(12)

1.6.3. Metode perancangan

Menerapkan prinsip-prinsip rancangan bangun pada lahan yang berkontur dengan memberikan batasan pada jarak sirkulasi dan menambahkan pusat-pusat orientasi kegiatan pada simpul-simpul sirkulasi agar mudah dikontrol pengawasannya yang dapat ditransformasikan pada site Gembiraloka yang berbentuk linier.

1.7. Keaslian Penulisan

• Andri Feri.K, Oceanarium di Kawasan pantai Baron, Ruang Pamer sebagai Media Memamerkan Hasil Biota Laut, 72.043/Fer/O/02/91

• Beta Puspita Ratri, Redisain Kebun Binatang Surabaya, 01/147693/TK/26182.

• Irma Rahmadani, Oceanarium Sebagai Sarana Rekreasi dan Edukasi di Pantai Citepus Pelabuhan Ratu Sukabumi 96/108676/TK/20627.

• Silfia Mona Aryani, Rumah Sakit Hewan, 72.043/Ary/R/02/70. • Agus, Oceanarium di Tanjung Bunga Makasar, 72.043/Agu/O/04/168

1.8. Kerangka Pola Berpikir

Latar Belakang: Jenis fasilitas wisata

di Gembirloka saat ini tidak cocok

dengan selera pengunjung. Tinjauan Faktual: Potensi Site Tinjauan Teoritis Permasalahan: Gembiraloka sepi Pembahasan terhadap: Penataan kembali pada fasilitas rekrasi kebun binatang dapat memberikan layanan hiburan yang rekreatif dan edukasi yang informative dengan kondisi nyaman, bersih, aman dan sehat.

Analisis:

Pendekatan pada ruang wisata, ruang sisa dan kondisi fisik bangunan pada site yang berkontur serta memperhatikan jenis dan jumlah pada satwa yang telah dan akan dikoleksi dengan mempertimbangkan penataan pada display kandang yang lebih habitatif dan pemilihan jenis fasilitas yang akan diterapkan.

Analisis

Konsep dasar

Perencanaan dan perancangan redisain KRKB Gembiraloka

(13)

1.9. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup pembahasan, metode dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Wisata Kebun Binatang Gembiraloka di Kota

Madya, Jogjakarta

Mengungkapkan letak dan kondisi fasilitas yang dimiliki, potensi dan masalah yang didihadapi oleh KRKB Gembiraloka Jogjakarta.

BAB III : Tinjauan Teoritis Kebun Binatang

Mengungkapkan syarat-syarat pokok arsitektur dan teknologi yang harus dipenuhi dalam penataan suatu kebun binatang dengan melakukan studi banding dengan beberapa tipologi kebun binatang yang telah berhasil dan perkembangan kebun binatang saat ini yang mengarahkan pada pembentukan suasana dalam suatu tema-tema tertentu.

BAB IV : Analisis Menuju Konsep Perancangan dan Perencanaan

Kebun Binatang Pada Lahan Berkontur

Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep redisain pada penataan ruang wisata didalam kebun binatang melalui pendekatan permasalahan yang dialami dengan metode-metode tertentu, agar dapat diaplikasikan lebih baik lagi pada kawasan KRKB Gembiraloka.

BAB V : Konsep Perencanaan dan Perancangan dari Redisain

KRKB Gembirloka

Mengungkapkan dari beberapa konsep yang dihasilkan dan sesuai serta dapat ditrasformasikan dalam rancangan fisik pada redisain kawasan Kebun Binatang Gembiraloka.

Gambar

Tabel 1. Angka jumlah wisatawan ke obyek wisata di Kota Madya Jogjakarta dari tahun 1998-2002                    (Sumber : Humas KRKB Gembiraloka Jogjakarta 2006)
Gambar 1 . Kondisi fasilitas bangunan di area Kebun Raya  (Sumber: Pengamatan Penulis, Juni 2006)
Gambar 3. Kondisi dan penampilan kandang peaga yang sulit dinikmati   (Sumber: Pengamatan Penulis, Juni 2006)
Gambar 11. Kondisi kandang peraga satwa Gembiraloka   (Sumber: Pengamatan Penulis, Juni 2006)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Oleh sebab itu, salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah pemberian kompensasi finansial langsung yang sesuai untuk karyawan agar tingkat

Apakah kepemilikan instituasional, kepemilikan manajemen, dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor asuransi yang terdaftar

Untuk menjadikan kepentingan dan pengalaman perempuan dan laki-laki menjadi dimensi integral dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian kebijakan-kebijakan dalam

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi penentu kebijakan terutama yang berkaitan dengan Studi Niaga Jembatan

Jauharoti Alfin, Op.cit, h.4-13.. pesan secara lengkap meskipun belum sempurna dalam arti strukturnya menjadi benar, pilihan kata semakin tepat, kalimat-kalimatnya

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Apakah ekstrak etanol umbi wortel (Daucus carota L.) mempunyai aktivitas antibakteri serta berapakah konsentrasi terkecil yang dibutuhkan untuk membunuh Propionibacterium acnes

Hal ini tentu saja meningkatkan biaya produksi terutama dalam hal biaya transportasi dan tenaga kerja yang terlibat.Selain itu, agar tanaman kelapa sawit menjadi lebih