• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

A. Sejarah dan Perkembangan PT Sucofindo (Persero)

PT Sucofindo (Persero) berdiri pada tanggal 22 Oktober 1956 sebagai perusahaan inspeksi pertama di Indonesia. PT Sucofindo (Persero) didirikan oleh Pemerintah melalui Lembaga Penyelenggara Perusahaan Indonesia (LPPI) bermitra dengan Societe Generale de Surveillance (SGS) SA Holdings

Geneva Swiss. Pada awal pendirian proporsi saham masing-masing 59 %, komposisi kepemilikan saham mengalami beberapa kali perubahan dan saat ini kepemilikan saham dimiliki oleh Negara Republik Indonesia sebesar 95 % dan SGS SA Holdings Geneva sebesar 5%. (PT Sucofindo 2009).

Pada masa awal berdiri hingga tahun 1985 PT Sucofindo (Persero) lebih berfokus pada jasa inspeksi komoditas pertanian, diantaranya beras untuk pengadaan kebutuhan dan cadangan pangan Nasional, pengawasan pemuatan barang ekspor dan pembongkaran barang impor atas permintaan

buyer ataupun shipper. Jasa inspeksi kemudian diperluas pada jasa inspeksi teknik dan supervisi pelaksanaan proyek.

Sesuai tujuan PT Sucofindo (Persero) untuk turut melaksanakan serta menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan Nasional maka PT Sucofindo (Persero) pada tahun 1986 mulai aktif berperan serta dalam menunjang pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah di bidang ekonomi melalui kegiatan pemeriksaan barang ekspor, pemeriksaan verifikasi daftar induk (Masterlist). Verifikasi laporan realisasi ekspor dan verifikasi dalam rangka penetapan tingkat kandungan lokal kendaraan bermotor atau komponen buatan dalam negeri.

PT Sucofindo (Persero) pada tahun 2010 memiliki 2700 pegawai profesional dibidangnya yang tersebar di seluruh Indonesia dengan komposisi 2300 orang pegawai tetap dan 400 orang pegawai tidak tetap. Sumber daya manusia sebagai salah satu aset terpenting oleh karenanya pengembangan sumber daya manusia dilaksanakan secara konsisten di seluruh tingkatan posisi pekerjaan melalui berbagai jenis pelatihan mulai dari kompetensi dasar,

(2)

fungsional hingga kepeminpinan. Program-program pelatihan dilakukan baik secara internal maupun secara eksternal bekerja sama dengan institusi

domestik maupun luar negeri. PT Sucofindo (Persero) percaya bahwa keberadaan sumber daya manusia yang berkualitas dan profesional yang dilengkapi dengan nilai-nilai perusahaan yang kuat dan unik akan mampu mendukung keberhasilan PT Sucofindo (Persero) di masa mendatang.

Dalam perjalanannya PT Sucofindo (Persero) telah mengalami pasang surut sesuai dengan kondisi perekonomian maupun politik di dalam negeri. Pada tahun 2009 PT Sucofindo (Persero) membukukan total pendapatan sebesar Rp. 1.108,20 milyar atau 101,5% dari anggaran sebesar Rp. 1.092,21 milyar, realisasi total biaya mencapai Rp. 1.041,34 milyar atau 101,6 % dari anggaran sebesar Rp. 1.024,48 milyar, laba bersih setelah pajak sebesar Rp. 42,003 milyar atau 100,2% dari anggaran sebesar Rp. 41,92 milyar (PT Sucofindo, 2009). Upaya peningkatan kinerja selama tahun 2009 dengan menerapkan kebijakan low price & cost yang diikuti dengan intensifikasi pelaksanaan sistem pengelolaan akun pelanggan (Account Management System) yang fokus terhadap Strategic Account (SA) dan Key Acoount (KA) untuk meningkatkan pendapatan.

B. Produk PT Sucofindo (Persero)

PT Sucofindo (Persero) melaksanakan kegiatan usaha dalam jenis dan bidang usaha jasa sebagai berikut:

a. Pemeriksaan, pengawasan, pemantauan, pengujian, pemeriksaan dan pemeliharaan yang berkenaan dan berkaitan dengan perbankan, insdustri, teknologi, komoditas dan perdagangan.

b. Sertifikasi dan audit yang berkenaan dengan sistem manajemen mutu, lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja.

c. Manajemen yang berkaitan dan berkenaan dengan logistik, pergudangan, properti dan sistem informasi.

Sebagai konsekuensi dari perubahan arah bisnis dan portofolio dengan memperhatikan kompetensi perusahaan dan kebutuhan pelanggan maka pada tahun 2002 perusahaan melakukan perubahan pengelompokan jasa-jasa yang

(3)

dilakukan dengan pendekatan sektoral menjadi 10 (sepuluh) sektor usaha, yaitu :

a. Sektor Pertanian

b. Sektor Produk Industri dan Konsumen c. Sektor Rekayasa dan Transportasi d. Sektor Mineral

e. Sektor Minyak dan Gas

f. Sektor Sucofindo Internasional Certification Services

g. Sektor Jasa Pendukung Bisnis Finansial

h. Sektor Kehutanan Kelautan-Perikanan dan Lingkungan i. Sektor Pemerintah dan Institusi Internasional

j. Sektor Jasa Umum

C. Kondisi Lingkungan 1. Lingkungan Internal

Salah satu kekuatan PT Sucofindo (Persero) adalah jaringan pelayanan jasa termasuk laboratorium yang tersebar diseluruh Indonesia yang memungkinkan perusahaan untuk merespon kebutuhan pelanggan dengan cepat. Dalam melaksanakan kegiatan usaha di bentuk unit-unit kerja yang bersifat profit center, yaitu Strategic Business Unit (SBU) dan untuk menangani kegiatan usaha disetiap wilayah yang cukup besar dibentuk 31 Cabang. Disamping itu untuk menangani kegiatan usaha di daerah yang lebih kecil dan berada didaerah terpencil dibentuk 16 liaison Officer (Site) yang berada dibawah koordinasi Cabang setempat (PT Sucofindo, 2009).

Unit kerja operasional yang melaksanakan kegiatan operasi sebagai

profit center adalah semua Cabang, Liaison Officer (Site) dan SBU yang berada di kantor Pusat, yang terdiri dari :

a) Sektor Pertanian

b) Sektor Produk Industri dan Konsumen c) Sektor Rekayasa dan Transportasi d) Sektor Mineral

(4)

f) Sektor Sucofindo Internasional Certification Services

g) Sektor Jasa Pendukung Bisnis Finansial

h) Sektor Kehutanan Kelautan-Perikanan dan Lingkungan i) Sektor Pemerintah dan Institusi Internasional

j) Sektor Jasa Umum

PT Sucofindo (Persero) juga mengembangkan jaringan usaha ditingkat internasional menjalin kemitraan strategis dengan perusahaan inspeksi diluar negeri, antara lain SGS SA Swiss, Nippon Kaiji Kensei Kyokai (NKKK)

Japan Audit and Certification Organization for Environment and Quality ( JACO) Jepang, OMIC Jepang, Vina Control Vietnam, Lioyds Inggris, RWTUV Jerman, PSB Singapura, SIRIM Malaysia, DNV Norwegia, AFAQ Perancis, BVQI Perancis, UL America Serikat, CCIC Republik Rakyat Cina, HKSTC Hongkong, INSPEKTA Republik Cheko, KQMI Korea Selatan, SEMC-TAFE Australia.

Disamping itu PT Sucofindo (Persero) merupakan anggota dari lembaga profesi dan asosiasi bisnis tingkat Nasional dan Internasional diantaranya dengan :

a) International Federation of Inspection Agencies (IFIA), Inggris b) RvA Belanda, akreditasi lembaga sertifikasi sistem mutu (ISO 9000) c) NATA Australia, akreditasi laboratorium penguji tekstil, mainan

anak-anak dan batu bara

d) IRCA Inggris, sertifikasi auditor lembaga sertifikasi sistem mutu (ISO 9000)

e) EARA Inggris, sertifikasi auditor lembaga sertifikasi sistem manajemen lingkungan (ISO 14000)

f) Liverpool Cotton Association (LCA) Inggris

g) Grains and Feed Trade Association (GAFTA), Inggris

h) American Society for Non Destructive Testing (ASNT), USA

i) Asean Vegetable Oil Club (AVOC), Malaysia

j) Ikatan Konsultan Indonesia ( INKINDO) k) Asosiasi Lembaga Sertifikasi Indonesia (ALSI)

(5)

2. Lingkungan Eksternal

Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) PT Sucofindo (Persero) tahun 2010 memiliki tema “Meningkatkan Kompetensi, Memperluas Bidang dan Wilayah Usaha.” Sejalan dengan tema tersebut, tantangan ke depan yang dihadapi PT Sucofindo (Persero) adalah mempertahankan dan meningkatkan pendapatan serta meningkatkan pangsa pasar yang lebih luas di bidang bisnis survey. Upaya penetrasi yang dilakukan dengan pola Account Manager yang ditempatkan ditiap-tiap Strategic Business Unit (SBU) dan Branch Office menunjukkan keseriusan PT Sucofindo (Persero) dalam mengefektikkan kegiatan pemasaran dan pengelolaan pelanggan sehingga kebutuhan setiap pelanggan dapat terakomodasi dengan cepat dan baik sesuai kebutuhan pelanggan. Upaya efisiensi biaya dilaksanakan dengan penerapan cost reduction program

(CRP) dengan upaya efisiensi pendukung operasional Perusahaan tanpa mengurangi kualitas pelayanan operasional dan pelayanan pelanggan, selektif dalam melakukan investasi dan pengadaan barang dan jasa, diantaranya melanjutkan penjualan atau penyewaan gedung dan aset tanah perusahaan yang tidak terpakai.

D. Perkembangan Program Kemitraan dan Bina Lingungan (PKBL) PT Sucofindo (Persero)

PT Sucofindo (Persero) telah melaksanakan Program Kemitraan (PK) dengan usaha kecil dan Koperasi sejak tahun 1991 dengan suatu konsep pembinaan terpadu dan berkesinambungan yang dalam pelaksanaannya bekerja sama dengan lembaga/instansi terkait yang berkompeten di bidangnya. Pembinaan kepada usaha kecil dan koperasi yang dilakukan PT Sucofindo (Persero) sejak tahun 1991 sesuai keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 1232/KMK.013/1989 yang mewajibkan semua BUMN menyisihkan laba sebesar 1% - 3% untuk pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan Koperasi (Pegelkop), Kemudian berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 316/KMK.016/1994 program ini berganti nama menjadi program Pembinaan

(6)

Usaha Kecil dan Koperasi (PUKK), terakhir melalui Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor : Per-05/MBU/2007 nama program diganti menjadi Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan, yang dinamakan sebagai program kemitraan dan bina lingkungan atau PKBL. Berdasarkan kebijakan tersebut BUMN diwajibkan untuk menyisihkan maksimum 2% dari laba setelah pajak untuk program bina lingkungan.

Pada tahun 2010 Program Kemitraan (PK) dilaksanakan melalui penyaluran dana pinjaman dan hibah kepada usaha kecil pada sektor industri, perdagangan, peternakan, pertanian, perikanan, perkebunan dan jasa di 16 (enam belas) propinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah & DIY, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

Program Bina Lingkungan dilaksanakan dengan menyalurkan dana untuk program bantuan bencana alam, bantuan untuk peningkatan pendidikan, kesehatan, bantuan pengembangan prasarana dan sarana umum, bantuan sarana ibadah dan bantuan pelestarian alam.

1. Struktur Organisasi PKBL PT Sucofindo (Persero)

Organisasi Unit Kerja PKBL PT Sucofindo (Persero) berdasarkan Keputusan Direksi nomor 06/KD/2009 tanggal 3 Maret 2009 tentang Struktur Organisasi Unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan yang disajikan pada Gambar 1.

Berdasarkan keputusan direksi Nomor 06/KD/2009 tanggal 3 Maret 2009 susunan penanggungjawab PKBL adalah sebagai berikut :

Direktur Keuangan dan Administrasi : Hendi Kariawan, SE, MSc Senior Manager PKBL : Ir. Johar Maturidi

Manager Administrasi & keuangan PKBL : Farida Lestari, SE Manager Pembinaan PKBL : Riza, SE

(7)

Sumber: Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero)Tahun 2010

Gambar 1 Struktur Organisasi PKBL PT Sucofindo (Persero)

2. Strategi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Sucofindo (Persero)

Sesuai Laporan PKBL Tahun 2010 PT Sucofindo (Persero), dalam rangka pencapaian sasaran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran (RKA) PKBL tahun 2010 telah ditetapkan strategi program kemitraan dan bina lingkungan yang efisien dan efektif dalam pembinaan dan pengembangan usaha kecil dan koperasi untuk menjadi usaha kecil yang tangguh dan mandiri. Adapun strategi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Sucofindo (Persero) tahun 2010 adalah sebagai berikut :

a. Penyaluran pinjaman dialokasikan pada 17 Propinsi atau sesuai dengan RKA PKBL tahun 2010 dan Surat Keputusan Kementerian BUMN tentang alokasi dana dan wilayah pembinaan.

b. Penyaluran pinjaman diprioritaskan kepada sektor usaha yang potensial dan produktif dengan karakter pengusaha yang baik serta mengedepankan prinsip kehati-hatian.

c. Menerapkan pola inti plasma dan pembinaan yang berkelanjutan. d. Monitoring dan penagihan angsuran pinjaman secara intensif dan

mengoptimalkan peran forum komunikasi di seluruh cabang serta Direktur

Keu & Adm

Adm & Keu

Manager Cabang Officer PKBL Pengembangan UNIT PKBL Manager UNIT PKBL Senior Manager

(8)

bekerjasama dengan pihak terkait khusus untuk menangani piutang bermasalah.

e. Kegiatan Program Bina Lingkungan dilaksanakan oleh Divisi terkait, Kantor Pusat atau langsung oleh bagian PKBL setelah mendapatkan rekomendasi dari Direktur Keuangan dan Administrasi serta persetujuan dari Direktur Utama.

Kebijakan dan program kerja yang mendukung atas pelaksanaan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan sehingga strategi program kemitraan dan bina lingkungan dapat dilaksanakan dengan baik dan tepat sasaran adalah :

a. Pola penyaluran dana

- Keputusan layak bina ditetapkan oleh Cabang dan penyaluran pinjaman dana ditetapkan oleh Kantor Pusat.

- Kegiatan hibah di seluruh cabang harus mendapatkan rekomendasi unit PKBL Kantor Pusat.

- Menerapkan pola/konsep pinjaman khusus di seluruh Cabang. - Penyaluran pinjaman diprioritaskan kepada mitra binaan yang telah

melunasi pinjaman dengan kategori lancar.

- Penyaluran dana kepada mitra binaan per wilayah disesuaikan dengan konstribusi dana masing-masing cabang.

b. Kegiatan PKBL di Cabang

Pelaksanaan program PKBL di seluruh Cabang melibatkan senior officer/officer PKBL dengan pengawasan langsung dari kepala Cabang.

c. Tertib Administrasi Program PKBL

Penerapan sistem dan prosedur yang konsisten, seluruh kegiatan PKBL dilaksanakan berdasarkan aturan (sistem dan prosedur) yang berlaku baik prosedur, kebijakan dan peraturan dari Kementerian BUMN atau prosedur yang telah ditetapkan secara intern.

d. Sistem Pengelolaan Kinerja

Penerapan sistem pengelolaan kinerja diterapkan di unit Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam rangka meningkatkan motivasi

(9)

staf PKBL dalam mencapai sasaran kerja yang telah ditetapkan, diberikan penghargaan berupa reward, khususnya terhadap pencapaian kinerja kolektibilitas dan penyaluran.

Tahapan dalam proses pemberdayaan usaha kecil adalah sebagai berikut : Pemberdayaan usaha kecil yang layak bina menjadi layak kredit (bankable)

Membina dan mengembangkan usaha kecil yang bankable menjadi usaha kecil mandiri yang memiliki sistem manajemen yang efektif dan efisien.

Membina dan mengembangkan usaha kecil mandiri menjadi usaha kecil yang mampu memberikan pembinaan kepada usaha kecil lainnya, sehingga akan terjalin jaringan usaha yang saling menguntungkan. Dana program kemitraan yang terhimpun dari pembagian laba, angsuran usaha kecil dan penerimaan lainnya disalurkan kepada mitra binaan dalam bentuk:

Pinjaman modal kerja dan investasi serta pinjaman khusus dalam jangka waktu pinjaman maksimal 2 (dua) tahun.

Hibah diberikan kepada usaha kecil untuk membiayai pendidikan, pelatihan, pemagangan, pemasaran, promosi, pengkajian, penelitian, konsultasi manajemen dan sebagainya (Laporan PKBL tahun 2010).

3. Program Kemitraan dan Bina Lingungan (PKBL) PT Sucofindo (Persero)

Program kemitraan dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: 05 /MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dana dan Program Bina Lingkungan, yang biasa disebut sebagai Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). BUMN XYZ telah membuat rencana kerja dan anggaran (RKA) tahun 2010 program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL) yang telah disyahkan dalam RUPS tanggal 7 Desember 2009.

Realisasi jumlah usaha kecil dan koperasi yang telah dilakukan pembinaan diseluruh Indonesia sejak tahun 1991 sampai dengan 31

(10)

Desember 2010 sebanyak 5.752 unit usaha dengan total dana yang telah disalurkan sebanyak Rp 189.576.013.093. Sebanyak 5.752 usaha kecil dan koperasi tersebut, 3.084 usaha kecil dan koperasi telah berakhir masa pembinaannya dan telah melunasi pinjamannya sampai dengan Desember 2010 dengan jumlah dana sebesar Rp 103.829.640.393.

Pada tahun 2010 telah dilaksanakan kegiatan pelatihan, asestensi dan konsultasi manajemen sesuai dengan kebutuhan mitra binaan bekerja sama dengan lembaga pendidikan, penguruan tinggi dan instansi terkait kepada 66 usaha kecil di 16 propinsi (Laporan PKBL tahun 2010).

Dalam rangka meningkatkan akses pasar bagi mitra binaan pada tahun 2010, telah diikutsertakan 67 usaha kecil mitra binaan dalam kegiatan pameran berskala Nasional maupun Internasional yang dilaksanakan sebanyak 11 kali pameran yaitu:

1) Pameran gelar karya PKBL BUMN 2010 yang diselenggarakan pada tanggal 24 s/d 28 Maret 2010 di Balai Sidang Jakarta Confention Center

dengan mengikutkan 4 (empat) mitra binaan dari DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Sumatera Selatan dengan transaksi penjualan ritail sebesar 260 juta.

2) Pameran Inacraf 2010 yang diselenggarakan pada tanggal 21 s/d 25 April 2010 di Balai Sidang Jakarta Confention Center dengan mengikutksertakan 6 (enam) mitra binaan dari Propinsi Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bandar Lampung, Jawa Tengah dan Bali dengan transaksi penjualan retail sebesar 305,6 juta serta transaksi pemesanan sebesar Rp 154,3 juta.

3) Pameran Sriwijaya Expo 2010 tanggal 16 s/d 23 Juni 2010 di Palembang dengan mengikutsertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Sumatera Selatan dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 127,9 juta dan transaksi pemesanan sebesar Rp 112,1 juta.

4) Pamaeran Flora Fauna Jakarta 2010 tanggal 2 Juli s/d 3 Agustus 2010 di lapangan banteng Jakarta dengan mengikursertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Riau dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 107,9 juta.

(11)

5) Islamic Festival 1431 H & Halal Expo 2010 tanggal 5 s/d 8 Agustus 2010 di Balai Kartini Jakarta dengan mengikutsertakan 4 unit usaha kecil dari Propinsi DKI Jakarta dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 118,9 juta

6) Mega Bazar PT Sucofindo 2010 tanggal 24 s/d 27 Agustus 2010 di gedung Graha Sucofindo dengan mengikutsertakan 39 unit usaha kecil dari Propinsi Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bandar Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Kalimantan Selatan dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 299,5 juta serta transaksi pemesanan sebesar Rp 130,3 juta.

7) Pameran Kesetiakawanan Sosial Nasional (KSN) Expo & Award 2010 tanggal 30 September s/d 3 Oktober 2010 di Jakarta Convention Center dengan mengikutsertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 118,4 juta serta transaksi pemesanan sebesar 107 juta.

8) Pameran Lampung Expo 2010 tanggal 15 s/d 19 Oktober di Graha Wangsa Lampung dengan mengikutsertakan 5 unit usaha kecil dari Propinsi Bandar Lampung dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 153,7 juta

9) Pameran Jogyakarta Export Expo 2010 tanggal 27 s/d 31 Oktober di Jogyakarta dengan mengikutsertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Jawa Tengah dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 13,5 juta 10) Pameran PKBL BUMN Expo 2010 tanggal 27 s/d 31 Oktober 2010 di

Surabaya dengan mengikutsertakan 2 unit usaha kecil dari Propinsi Jawa Timur dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 101,5 juta serta transaksi pemesanan sebesar Rp 103,3 juta.

11) Pameran ICRA 2010 tanggal 24 s/d 28 Nopember di Jakarta Convention Center dengan transaksi penjualan retail sebesar Rp 145,6 juta. (Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero) tahun 2010)

Dalam rangka meningkatkan keahlihan sumber daya manusia dibidang pemasaran bagi mitra binaan pada tahun 2010 telah diikutsertakan sebanyak 30 usaha kecil dan koperasi dari 17 propinsi dalam pelatihan

(12)

“Manajemen Pemasaran Terpadu” bekerja sama dengan LPMB Universitas Airlangga yang diselenggarakan pada tanggal 10 s/d 11 Maret di Denpasar Bali.

4. Realisasi Anggaran PKBL BUMN XYZ tahun 2010

Sumber dana untuk PKBL berasal dari dana pengembalian pinjaman usaha kecil (dana bergulir) serta alokasi dana dari penyisihan laba

perusahaan tahun 2009. Tahun 2010 dana yang tersedia sebesar Rp 15.740.232.834 yang terdiri dari saldo awal sebesar Rp 616.381.183

ditambah alokasi dana penyisihan laba sebesar Rp 840.077.986 penerimaan pengembalian pokok pinjaman sebesar Rp 14.189.543.622 penerimaan pengembalian pokok pinjaman bermasalah sebesar Rp 73.680.043 dan penerimaan yang belum teridentifikasi sebesar Rp 20.350.000.

Selain itu terdapat penerimaan sebesar Rp 1.807.261.545 terdiri dari jasa administrasi sejumlah Rp 1.138.747.873 jasa administrasi pinjaman bermasalah Rp 2.424.389 jasa giro, bunga deposito sebesar Rp 66.089.074 pendapatan lainnya sebesar Rp 600.000.000 dan penerimaan kelebihan anggaran Rp. 209. Sedangkan realisasi jumlah penyaluran dana PKBL tahun 2010 (audited) sebesar Rp 15.314.888.382 terdiri dari pengembalian pinjaman sebesar Rp 14.071.000.000 yang telah disalurkan kepada 277 usaha kecil di 14 propinsi dan untuk kegiatan pembinaan kepada usaha kecil sebesar Rp 1.243.888.382. Dana tersedia dan penggunaannya dibandingkan dengan anggaran 2010 disajikan pada Tabel 3.

Jumlah penyaluran dana sampai tahun 2010 sebesar Rp 15.314.888.382 atau 106,2 % dari anggaran tahun 2010 di 17 propinsi yaitu : (1) Sumatra Utara, (2) Sumatra Barat, (3) Riau, (4) Sumatra Selatan, (5) Lampung, (6) DKI Jakarta, (7)Tangerang dan Cilegon, (8) Jawa Barat, (9) Jawa Tengah, (10) DIY, (11) Jawa Timur, (12) Bali, (13) Kalimantan Timur, (14) Kalimantan Barat, (15) Kalimantan Selatan, (16) Sulawesi Selatan, (17) Sulawesi Utara. Yang terdiri dari pinjaman kepada usaha kecil sebsar Rp 14.071.000.000 kepada 277 unit usaha kecil dan kegiatan pembinaan kepada usaha kecil sebesar Rp 1.243.888.382

(13)

Tabel 3 Anggaran dan Realisasi Penyaluran Pinjaman PKBL 2010

Sumber: Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero) Tahun 2010

5. Program Bina Lingkungan PT Sucofindo (Persero) tahun 2010

Dengan dikeluarkannya Surat Edaran dari Kementarian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Nomor: S-366/M-MBU/2002 tanggal 6 Mei 2002 tentang program bina lingkungan yang disempurnakan dengan Peraturan Kementarian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) nomor : Per-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program kemitraan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan usaha kecil dan program bina lingkungan, bahwa BUMN dapat melaksanakan program bina lingkungan dengan menyisihkan laba bersihnya sebesar maksimum 2 %, realisasi program bina lingkungan BUMN XYZ pada tahun 2010 sebesar Rp 678.701.646 yang disalurkan dalam kegiatan : (1) Bantuan korban bencana alam BUMN peduli (2) Bantuan peningkatan pendidikan masyarakat (3) Bantuan peningkatan kesehatan masyarakat (4) Bantuan pengembangan prasarana dan sarana umum (5) Bantuan perbaikan sarana ibadah.

( Dalam Jutaan Rupiah )

1 2 3 4 = 2/1 5 = 2/3

I. Saldo Awal 1.245,6 616,4 540,6 49,5 114,0

II. Penerimaan 15.466,6 16.894,6 14.878,4 109,2 113,6

a. Alokasi Dari Laba Tahun 2008 0,0 0,0 400,3 0,0 0,0 b. Alokasi Dari Laba Tahun 2009 838,4 840,1 0,0 0,0 0,0 c. Angsuran UKK 14.562,6 15.404,4 14.416,3 105,8 106,9 - Pokok Pinjaman 13.749,1 14.263,2 13.295,9 103,7 107,3 - Bunga Pinjaman 813,4 1.141,2 1.120,4 140,3 101,9 d. Jasa Giro 65,7 59,0 50,6 89,9 116,7 e. Bunga Deposito 0,0 7,1 0,0 0,0 0,0 f. Lain - lain 0,0 584,0 11,3 0,0 5.189,1 III. Pengeluaran 15.300,3 16.429,9 14.802,6 107,4 111,0 a. Penyaluran Dana ke UKK 14.423,0 15.314,9 13.711,1 106,2 111,7 - Pinjaman Modal Kerja 12.185,2 13.343,5 12.438,3 109,5 107,3 - Pinjaman Investasi 1.037,6 727,5 389,3 70,1 186,9 - Konsultasi Manajemen / Hibah 1.200,2 1.243,9 883,6 103,6 140,8 b. Biaya Administrasi dan Umum 877,3 1.115,0 1.091,6 127,1 102,2

IV. Saldo Akhir 1.411,9 1.081,0 616,4 76,6 175,4

Keterangan Anggaran Tahun 2010 Real Thn 2010 Thd. Real Thn 2009 Realisasi Tahun 2010 (Audited) Realisasi Tahun 2009 (Audited) Perbandingan Realisasi Real Thn 2010 Thd. Angg Thn 2010

(14)

Tabel 4 Anggaran dan Realisasi Program Bina Lingkungan 2010

Sumber: Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero) Tahun 2010

Saldo piutang pinjaman mitra binaan per 31 Desember 2010 (audited) dan 2009 (audited) terdiri dari saldo pokok pinjaman, rincian piutang pinjaman mitra binaan dan mutasinya secara keseluruhan adalah sebagai berikut :

Tabel 5 Akumulasi Penyaluran Pinjaman PKBL PT Sucofindo (Persero)

URAIAN

POKOK PINJAMAN

s/d 2010 s/d 2009

Audited (Rp) Audited (Rp) Realisasi pemberian pinjaman 189.576.013.093 175.505.013.093 Realisasi angsuran mitra binaan 149.059.216.246 134.795.992.582

Saldo piutang 40.516.796.847 40.709.020.511

Saldo piutang bermasalah 7.853.846.836 5.701.580.317 Saldo piutang per Desember (bersih) 32.662.950.011 35.007.440.194 Sumber: Laporan PKBL PT Sucofindo(Persero) tahun 2010

Kualitas pinjaman mitra binaan per 31 Desember 2010 dan 2009 diklasifikasikan dapat dilihat pada Tabel 6.

( Dalam Jutaan Rupiah )

1 2 3 4=2/1 5=2/3

1.Saldo Awal 70,0 646,0 563,6 922,9 114,6 2. 853,4 859,2 413,9 100,7 207,6 2.1. Alokasi Dari Laba Tahun 2009 838,4 840,1 - 100,2 -2.2. Alokasi Dari Laba Tahun 2008 0,0 - 400,3 - -2.3. Jasa Giro 15,0 11,0 - 73,4 -2.4. Bunga Deposito - - 13,7 - -2.5. Lain - lain - 8,1 - - 3.Penggunaan Dana 837,4 678,8 331,5 81,1 204,7 3.1. Program Bina Lingkungan BUMN Peduli 272,5 200,0 - 73,4 -3.2. Program Bina Lingkungan 525,0 458,8 313,0 87,4 146,6 3.1.1. Bantuan Korban Bencana Alam 75,0 84,7 134,5 112,9 62,9 3.1.2. Bantuan Pendidikan dan Pelatihan 50,0 94,7 35,5 189,4 266,8 3.1.3. Bentuan Peningkatan Kesehatan 75,0 84,5 44,8 112,6 188,7 3.1.4. Pengembangan Prasarana dan Sarana Umum 75,0 72,9 5,5 97,2 1.326,1 3.1.5. Bantuan Sarana Ibadah 100,0 101,5 50,0 101,5 203,0 3.1.6. Pelestarian Alam 150,0 20,6 42,7 13,7 48,1 3.3. Biaya Operasional 39,9 19,9 18,6 49,9 107,3 3.2.1. Beban Survey/penelitian, Monitoring/Evaluasi 19,9 17,2 15,4 86,5 112,1

dan Penyerahan bantuan

3.2.2. Beban Pengiriman Barang 14,4 - - - -3.2.3. Beban Administrasi dan PPN 5,6 2,7 3,2 48,0 84,2 3.4. Lain - lain 0,0 0 - - 4.Saldo Akhir 86,0 826,4 646,0 960,9 127,9 Penerimaan Realisasi Tahun 2010 (Audited) Realisasi Tahun 2009 (Audited) Perbandingan Realisasi Thn 2010 thd Angg. Thn 2010 (Audited) Thn 2010 thd Real Thn 2009 (Audited) KETERANGAN Anggaran Tahun 2010

(15)

Tabel 6 Klasifikasi Pinjaman PKBL Mitra Binaan per 31 Des 2010

Kualitas Pinjaman 2010 Audited

(Rp) a. Lancar (umur piutang ≤ 30 hari)

b. Kurang Lancar (umur piutang > 30 hari dan ≤ 180 hari ) c. Diragukan (umur piutang > 180 hari dan ≤ 270 hari) d. Macet ( umur piutang > 270 hari)

19.045.175.815 3.251.426.858 1.413.725.948 8.952.621.390

Jumlah 32.662.950.011

Sumber : Laporan PKBL PT Sucofindo (Persero) tahun 2010

Tabel 7 Klasifikasi Pinjaman PKBL Mitra Binaan per 31 Des 2009

Kualitas Pinjaman 2009 Audited

(Rp) a. Lancar (umur piutang ≤ 30 hari)

b. Kurang Lancar (umur piutang > 30 hari dan ≤ 180 hari ) c. Diragukan (umur piutang > 180 hari dan ≤ 270 hari) d. Macet ( umur piutang > 270 hari)

22.902.512.964 2.245.322.457 1.041.626.103 8.817.978.670

Jumlah 35.007.440.194

Sumber : Laporan PKBL Sucofindo (Persero) tahun 2010

6. Pembinaan Usaha Kecil dan koperasi

PT Sucofindo (Persero) telah mengeluarkan dana Rp 189.576.013.093 kepada 5.752 unit usaha dan koperasi (UKK) di 17 Propinsi selama 20 tahun sejak tahun 1991 s/d 2010 (PT Sucofindo, 2010). Upaya pembinaan kepada usaha kecil dan koperasi tersebut sejalan dengan kebijakan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) yang intinya mensyaratkan BUMN memberdayakan dan mengembangkan kondisi sosial ekonomi melalui program kemitraan BUMN dengan usaha kecil dan program bina lingkungan (PT Sucofindo, 2010).

Sasaran pembinaan PT Sucofindo (Persero) terhadap usaha kecil dan koperasi terfokus pada bidang usaha:

a. Industri kecil (IK) yang berorientasi ekspor dan padat karya yang terdiri dari industri pengolahan dan industri kerajinan.

(16)

b. Agrobisnis: Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Perikanan.

c. Perdagangan barang (Warung makan, waserda dan penjualan bahan bangunan).

d. Jasa (bengkel mobil/motor, warnet).

E. Karakteristik Responden

Dalam kajian ini dilakukan pengamatan terhadap 37 responden yang telah menjadi mitra binaan PT Sucofindo (Persero) yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Secara lebih lengkap karakteristik mitra binaan PT Sucofindo (Persero) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 8 Karakteristik Responden Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero)

No Karakteristik Jumlah Persentase

1 Jenis Usaha a. Sembako 6 16% b. Makanan 8 22% c. Kerajinan 4 11% d. Farmasi 1 3% e. Konveksi 5 14% f. Agrobisnis 4 11% g. Service / Jasa 9 24% 2 Sektor Usaha a. Perdagangan 11 30%

b. Industri, Agrobisnis, Jasa 26 70% 3 Lama Usaha a. < 10 tahun 11 30% b. > 10 tahun 26 70% 4 Periode Kredit a. Sebelum tahun 2009 16 43% b. Setelah Tahun 2009 21 57%

5 Jangka Waktu Kredit

a. 12 Bulan 21 57% b. 24 Bulan 16 43% 6 Plafon Kredit a. < dari 40 Juta 17 46% b. > dari 40 Juta 20 54% 7 Total Asset a. < dari 100 Juta 27 73% b. > dari 100 Juta 20 54%

(17)

F. Analisis Deskriptif

Dengan menghitung profitabilitas dapat diketahui sejauh mana suatu perusahaan telah mengoptimalkan pengelolaan aset dan kewajibannya dalam memaksimalkan laba, oleh karenanya analisa rasio profitabilitas akan sangat bermanfaat untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan khususnya dalam pencapaian laba. Sedangkan Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur aktivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki atau dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan efiktivitas pemanfaatan atau penggunaan sumber daya perusahaan. Seperti telah disampaikan dimuka bahwa analisa

profitabilitas dan rasio aktivitas (activity ratio) yang digunakan dalam kajian ini adalah profit margin (PM), return on asset, (ROA), return on total assets (ROTA), perputaran modal kerja ( working capitaltTurn over), Penjualan dan perubahan jumlah tenaga kerja.

Perbandingan Rasio profitabilitas dan rasio aktivitas (activity ratio) yang dicapai oleh mitra binaan PT Sucofindo (Persero) sebelum dan setelah pemberian kredit sebagaimana terlihat dalam Lampiran 3. Dari Lampiran 3 tersebut di atas jika dikelompokkan berdasarkan: jenis usaha (Perdagangan dan Industri kecil, Agrobisnis dan Jasa), jangka waktu kredit (12 bulan dan 24 bulan), lama usaha (kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun), total aset (kurang dari Rp 100 juta dan lebih dari Rp 100 juta), pemberian kredit (sebelum tahun 2009 dan setelah tahun 2009) dan plafon kredit (kurang dari Rp 40 juta dan lebih dari Rp 40 juta) dapat disajikan sebagai berikut:

a) Berdasarkan jenis/sektor usaha.

Jenis/sektor usaha mitra binaan PT Sucofindo (Persero) terdiri dari dua kelompok yaitu sektor usaha perdagangan dan sektor usaha industri kecil, agrobisnis dan jasa, seperti pada Lampiran 4.

b) Berdasarkan jangka waktu kredit.

Jangka waktu kredit kepada mitra binaan terbagi dalam dua kelompok yaitu kredit dengan jangka waktu 12 bulan dan kredit dengan jangka waktu 24 bulan, seperti dalam Lampiran 5.

(18)

c) Berdasarkan lama usaha.

Lama usaha mitra binaan yang diberikan kredit terbagi dalam dua kelompok yaitu kurang dari 10 tahun dan lebih dari 10 tahun, seperti dalam Lampiran 6.

d) Berdasarkan total aset.

Total aset mitra binaan terdiri dari dua kelompok yaitu total aset kurang dari Rp 100 juta dan lebih dari Rp 100 juta, seperti dalam Lampiran 7. e) Berdasarkan tahun pencairan / realisasi kredit.

Tahun pencairan atau realisasi kredit terdiri dari dua kelompok yaitu pencairan kredit ≤ tahun 2009 dan ≥ tahun 2009, seperti dalam Lampiran 8.

f) Berdasarkan plafon kredit.

Plafon atau besaran kredit yang diberikan kepada mitra binaan PT Sucofindo (Persero) terbagi dua kelompok yaitu kredit ≤ dari Rp 40 juta dan kredit ≥ dari Rp 40 juta, seperti dalam Lampiran 9.

Berdasarkan Lampiran 3 – 9 tersebut, dapat disampaikan pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada tabel 9 – 14.

1. Analisis Profit Margin (PM)

Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada atas rasio rata-rata profit margin (PM) disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan pada Tabel 9, pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja

profit margin (PM) usaha mitra binaan adalah :

a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 2,50% terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan.

b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 3 % terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, sektor usaha perdagangan dan sektor industri, agrobisnis dan jasa memberikan kenaikan yang sama terhadap PM.

(19)

Tabel 9 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan profit margin (PM) No Keterangan PM ( % ) Pengaruh/ Kenaikan % Sebelum Sesudah

A. Berdasarkan Jangka Waktu

1 12 Bulan 18 21 3

2 24 Bulan 22 24 2

3 Rataan 20,00 22,50 2,50

B. Berdasarkan Sektor Usaha

1 Perdagangan 17 20 3

2 Industri, Agrobisnis, Jasa 21 24 3

3 Rataan 19,00 22,00 3,00 C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 22 23 1 2 ≥ 10 Tahun 19 22 3 3 Rataan 20,50 22,50 2,00 D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 19 21 2

2 Tahun 2009 dan Setelah

2009 20 23 3 3 Rataan 19,50 22,00 2,50 E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 18 21 3 2 ≥ 40 Juta 21 24 3 3 Rataan 19,50 22,50 3,00 F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 18 21 3 2 ≥ 100 Juta 23 27 4 3 Rataan 20,50 24,00 3,50

c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 2 % terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 2 % dibandingkan dengan lama usaha ≤ 10 tahun.

d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 2,50% terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 dan setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan

(20)

PM lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan periode kredit sebelum tahun 2009.

e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 3 % terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, besaran kredit < Rp 40 juta dan ≥ Rp 40 juta memberikan kenaikan yang sama terhadap PM.

f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 3,50% terhadap kenaikan PM usaha mitra binaan, total aset ≥ Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan PM lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan total aset < Rp 100 juta.

2. Analisis Return On Total Assets (ROTA).

Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada atas rasio rata-rata ROTA, seperti disajikan dalam Tabel 10.

Berdasarkan pada Tabel 10 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja return on total assets (ROTA) usaha mitra binaan adalah:

a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 5 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 2 % dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan.

b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 5 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, sektor usaha perdagangan dan sektor industri, agrobisnis dan jasa memberikan kenaikan yang sama terhadap ROTA.

c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 4 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun dan lama usaha ≤ 10 tahun memberikan kenaikan yang sama terhadap ROTA

d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 3,50% terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 dan setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan

(21)

ROTA lebih tinggi sebesar 3 % dibandingkan dengan periode kredit sebelum tahun 2009.

Tabel 10 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROTA

No Keterangan ROTA ( % )

Pengaruh/ Kenaikan

%

Sebelum Sesudah

A. Berdasarkan Jangka Waktu

1 12 Bulan 15 21 6

2 24 Bulan 10 14 4

3 Rataan 12,5 17,5 5

B. Berdasarkan Sektor Usaha

1 Perdagangan 15 20 5

2 Industri, Agrobisnis, Jasa 12 17 5

3 Rataan 13,5 18,5 5 C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 14 18 4 2 ≥ 10 Tahun 13 17 4 3 Rataan 13,5 17,5 4 D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 15 17 2

2 Tahun 2009 dan Setelah 2009 13 18 5

3 Rataan 14 17,5 3,5 E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 15 20 5 2 ≥ 40 Juta 11 15 4 3 Rataan 13 17,5 4,5 F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 15 20 5 2 ≥ 100 Juta 8 10 2 3 Rataan 11,5 15 3,5

e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 4,5 % terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, besaran kredit < Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 1 % dibanding besaran kredit ≥ Rp 40 juta.

f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 3,50% terhadap kenaikan ROTA usaha mitra binaan, total aset ≤ Rp

(22)

100 juta mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 3 % dibandingkan dengan total aset ≥ Rp 100 juta.

3. Analisis Return On Equity (ROE).

Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada atas rasio rata-rata ROE, seperti disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan ROE

No Keterangan ROE ( % )

Pengaruh/ Kenaikan

%

Sebelum Sesudah

A. Berdasarkan Jangka Waktu

1 12 Bulan 13 19 6

2 24 Bulan 18 24 6

3 Rataan 15,5 21,5 6

B. Berdasarkan Sektor Usaha

1 Perdagangan 14 20 6

2 Industri, Agrobisnis, Jasa 16 22 6

3 Rataan 15 21 6 C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 16 21 5 2 ≥ 10 Tahun 15 21 6 3 Rataan 15,5 21 5,5 D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 15 20 5

2 Tahun 2009 dan Setelah 2009 15 22 7

3 Rataan 15 21 6 E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 13 18 5 2 ≥ 40 Juta 17 24 7 3 Rataan 15 21 6 F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 14 20 6 2 ≥ 100 Juta 17 24 7 3 Rataan 15,5 22 6,5

(23)

Berdasarkan pada Tabel 11 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) usaha mitra binaan adalah :

a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan dan jangka waktu 24 bulan memberikan kenaikan rataan ROE yang sama terhadap ROE.

b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, sektor usaha perdagangan dan sektor industri, agrobisnis dan jasa memberikan kenaikan rataan yang sama terhadap ROE.

c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 5,5 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan lama usaha ≤ 10 tahun.

d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 dan setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan ROTA lebih tinggi sebesar 2 % dibandingkan dengan periode kredit sebelum tahun 2009.

e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 6 % terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, besaran kredit ≥ Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 2 % dibanding besaran kredit ≤ Rp 40 juta.

f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 6,50% terhadap kenaikan ROE usaha mitra binaan, total aset ≥ Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan ROE lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan total aset ≤ Rp 100 juta.

4. Analisis Perputaran Modal Kerja (PMK)

Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada rasio rata-rata perputaran modal kerja disajikan pada Tabel 12.

(24)

Tabel 12 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan PMK

No Keterangan PMK ( % )

Pengaruh/ Kenaikan

Sebelum Sesudah %

A. Berdasarkan Jangka Waktu

1 12 Bulan 12 14 2

2 24 Bulan 16 19 3

3 Rataan 14 16,5 2,5

Tabel 12 Lanjutan

B. Berdasarkan Sektor Usaha

1 Perdagangan 12 12 0

2 Industri, Agrobisnis, Jasa 14 17 3

3 Rataan 13 14,5 1,5 C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 14 16 2 2 ≥ 10 Tahun 13 16 3 3 Rataan 13,5 16 2,5 D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 14 17 3

2 Tahun 2009 dan Setelah 2009 13 16 3

3 Rataan 13,5 16,5 3 E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 11 14 3 2 ≥ 40 Juta 15 18 3 3 Rataan 13 16 3 F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 13 16 3 2 ≥ 100 Juta 15 17 2 3 Rataan 14 16,5 2,5

Berdasarkan pada Tabel 12 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja perputaran modal kerja (working capital turn over) usaha mitra binaan adalah :

a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 2,5 % terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 24 bulan mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 1% dibandingkan dengan jangka waktu 12 bulan.

(25)

b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 1,5 % terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, sektor sektor industri, agrobisnis dan jasa mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 3% dibandingkan dengan sektor usaha perdagangan. c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar

2,5% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan lama usaha ≤ 10 tahun.

d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 3% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 & setelah tahun 2009 dan periode kredit sebelum tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan PMK sama.

e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 3% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, besaran kredit ≥ Rp 40 juta dan besaran kredit ≤ Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan PMK yang sama.

f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 2,50% terhadap kenaikan PMK usaha mitra binaan, total aset ≤ Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan PMK lebih tinggi sebesar 1 % dibandingkan dengan total aset ≥ Rp 100 juta.

5. Analisis Omset Penjualan

Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada rasio rata-rata omset penjualan disajikan pada Tabel 13. Berdasarkan pada Tabel 13 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja omset penjualan usaha mitra binaan adalah:

a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 19,3% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 24 bulan mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 4,1% dibandingkan dengan jangka waktu 12 bulan.

(26)

Tabel 13 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan omset penjualan. NO.

Keterangan Omset Penjualan

Pengaruh / Kenaikan

Sebelum Sesudah %

A. Berdasarkan Jangka Waktu

1 12 Bulan 30.183.766 35.404.914 17,3%

2 24 Bulan 72.732.040 88.294.434 21,4%

3 Rataan 51.457.903 61.849.674 19,3%

B. Berdasarkan Sektor Usaha

1 Perdagangan 33.585.825 39.447.563 17,5%

2 Industri, Agrobisnis, Jasa 41.209.423 50.590.577 22,8%

3 Rataan 37.397.624 45.019.070 20,1% C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 36.262.500 43.725.000 20,6% 2 ≥ 10 Tahun 39.562.500 48.456.250 22,5% 3 Rataan 37.912.500 46.090.625 21,5% Tabel 13 lanjutan D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 40.662.350 49.373.500 21,4%

2 Tahun 2009 dan Setelah

2009 38.306.133 46.501.600 21,4% 3 Rataan 39.484.241 47.937.550 21,4% E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 28.305.534 34.001.365 20,1% 2 ≥ 40 Juta 47.984.750 58.562.750 22,0% 3 Rataan 38.145.142 46.282.057 21,1% F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 32.169.966 38.593.637 20,0% 2 ≥ 100 Juta 57.230.000 70.725.000 23,6% 3 Rataan 44.699.983 54.659.318 21,8%

b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 20,1% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, sektor sektor industri, agrobisnis dan jasa mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 5,3% dibandingkan dengan sektor usaha perdagangan.

c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 21,5% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, lama

(27)

usaha ≥ 10 tahun mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 1,9% dibandingkan dengan lama usaha ≤ 10 tahun. d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh

sebesar 21,4% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 & setelah tahun 2009 dan periode kredit sebelum tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan omset penjualan yang sama.

e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 21,1% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, besaran kredit ≥ Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 1,9% dibandingkan dengan besaran kredit ≤ Rp 40 juta.

f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 21,9% terhadap kenaikan omset penjualan usaha mitra binaan, total aset ≥ Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan omset penjualan lebih tinggi sebesar 3,6% dibandingkan dengan total asset ≤ Rp 100 juta.

6. Analisis Jumlah Pegawai

Hasil pengaruh pemberian kredit terhadap kinerja keuangan mitra binaan pada rasio rata-rata jumlah pegawai yang disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan pada Tabel 14 pengaruh penyaluran kredit terhadap kinerja jumlah pegawai usaha mitra binaan adalah:

a. Pemberian kredit berdasarkan jangka waktu mempunyai pengaruh sebesar 18,7% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, jangka waktu kredit 12 bulan mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 2,5% dibandingkan dengan jangka waktu 24 bulan.

b. Pemberian kredit berdasarkan sektor usaha mempunyai pengaruh sebesar 16,4% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, sektor perdagangan mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 0,6% dibandingkan dengan sektor usaha sektor industri, agrobisnis dan jasa.

(28)

Tabel 14 Pengaruh pemberian kredit terhadap rataan jumlah pegawai

NO. Keterangan Jumlah Pegawai

Pengaruh / Kenaikan

Sebelum Sesudah %

A. Berdasarkan Jangka Waktu

1 12 Bulan 5 6 20,0%

2 24 Bulan 12 14 17,5%

3 Rataan 8,5 10 18,7%

B. Berdasarkan Sektor Usaha

1 Perdagangan 6 7 16,7%

2 Industri, Agrobisnis, Jasa 7 8 16,1%

3 Rataan 6,5 7,5 16,4% C. Lama Usaha 1 < dari 10 tahun 6 7 16,7% 2 ≥ 10 Tahun 6 7 16,7% 3 Rataan 6,0 7,0 16,7% D. Periode Kredit 1 Sebelum tahun 2009 7 8 18,0%

2 Tahun 2009 dan Setelah 2009 6 7 19,8%

3 Rataan 6,5 7,5 18,9% E. Besaran Kredit 1 < dari 40 Juta 5 6 20,0% 2 ≥ 40 Juta 8 9 14,3% 3 Rataan 6,5 7,5 17,1% F. Total Asset 1 < dari 100 Juta 6 7 16,7% 2 ≥ 100 Juta 8 9 13,2% 3 Rataan 7,0 8,0 14,9%

c. Pemberian kredit berdasarkan lama usaha mempunyai pengaruh sebesar 16,7% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, lama usaha ≥ 10 tahun dan lama usaha ≤ 10 tahun mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai yang sama.

d. Pemberian kredit berdasarkan periode kredit mempunyai pengaruh sebesar 18,9% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, periode kredit tahun 2009 & setelah tahun 2009 mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 1,8% dibanding dengan periode kredit sebelum tahun 2009.

(29)

e. Pemberian kredit berdasarkan besaran kredit mempunyai pengaruh sebesar 17,1% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, besaran kredit ≤ Rp 40 juta mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 5,7% dibandingkan dengan besaran kredit ≥ Rp 40 juta.

f. Pemberian kredit berdasarkan total aset mempunyai pengaruh sebesar 14,9% terhadap kenaikan jumlah pegawai usaha mitra binaan, total aset ≤ Rp 100 juta mempunyai kenaikan rataan jumlah pegawai lebih tinggi sebesar 3,5% dibandingkan dengan total asset ≥ Rp 100 juta.

G. Analisis Inferensial 1. Hasil Uji t

Hasil uji t atas hipotesis tentang perubahan kinerja dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Hasil uji t atas hipotesis tentang perubahan kinerja

--- Variable N Mean StDev SE Mean 95% CI T P --- PMDift 37 0.02824 0.01523 0.00250 (0.02316, 0.03332) 11.28 0.000 ROTADift 37 0.04609 0.02321 0.00382 (0.03835, 0.05383) 12.08 0.000 ROEDift 37 0.05960 0.02845 0.00468 (0.05011, 0.06908) 12.74 0.000 PMKDift 37 2.626 2.033 0.334 ( 1.948, 3.304) 7.86 0.000 SaleDift 37 0.2175 0.0857 0.0141 ( 0.1889, 0.2461) 15.44 0.000 WorkDift 37 0.1978 0.2444 0.0402 ( 0.1163, 0.2793) 4.92 0.000 ---

Rata-rata perubahan PM adalah 0.028 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.015 dan 0.003, rata-rata perubahan ROTA adalah 0.046 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.023 dan 0.004, rata-rata perubahan ROE adalah 0.060 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.023 dan 0.005. Adapun rata-rata perubahan PMK adalah 2.626 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 2.033 dan 0.334, rata-rata perubahan penjualan adalah 0.218 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.086 dan 0.014. Sedangkan rata-rata perubahan jumlah pekerja adalah 0.198 dengan simpangan baku dan galat baku masing-masing 0.244 dan 0.040.

(30)

Hasil uji-t atas hipotesis (Tabel 15) , menunjukkan nilai – p yang lebih kecil dari 0.05, sehingga keputusan ujinya pada adalah tolak H0, baik untuk perubahan PM (PMDift), ROTA (ROTADift), ROE (ROEDift), PMK (PMKDift), Penjualan (SaleDift), maupun jumlah pekerja(WorkDift). Dengan keputusan uji ini maka dapat disimpulkan bahwa nilai-tengah ukuran-ukuran kinerja tersebut adalah lebih dari nol. Dengan kata lain, telah terjadi peningkatan kinerja pada keadaan setelah menerima bantuan dari keadaan sebelum mendapat bantuan. Hal ini tampak pula dari selang kepercayaan 95% bagi nilai-tengah perubahan kinerja yang batas bawah dan batas atasnya masing-masing bernilai positif.

2. Hasil Uji F

Hasil uji F atas model analisis ragam perubahan kinerja sebagai peubah respon pada lima peubah faktor disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 Hasil Uji-F model Analisis Ragam Perubahan Kinerja Pada Lima Peubah Faktor

Faktor Nilai-p dari uji-F untuk peubah respon

PM ROTA ROE PMK Penjualan Pekerja Keseluruhan 0.1871 0.0357 0.3897 0.0264 0.2651 0.2624 Sektor Usaha 0.8597 0.0221 0.9090 0.8793 0.9485 0.3617 Jangka waktu kredit 0.4278 0.1100 0.1020 0.0085 0.0114 0.0868 Pemberian kredit 0.0884 0.7159 0.1206 0.8104 0.9683 0.1440 Plafon Kredit 0.7266 0.2726 0.6469 0.5255 0.5088 0.5082 Total asset 0.0283 0.0914 0.3934 0.0072 0.9485 0.6397

Uji atas keseluruhan model menunjukkan bahwa peubah respon memiliki keterkaitan dengan peubah-peubah faktor adalah peubah ROTA dan PMK dengan nilai-p masing-masing kurang dari 0.05. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa variasi perubahan nilai ROTA dan variasi perubahan nilai PMK terkait dengan perbedaan pada nilai-nilai peubah faktor.

Untuk peubah ROTA, faktor yang signifikan pengaruhnya atas variasi perubahan ROTA ini adalah jenis usaha dan total asset, masing-masing

(31)

dengan nilai-p 0.0221 dan 0.0914. Dari nilai-p ini, jenis usaha dapat dikatakan signifikan pengaruhnya terhadap nilai ROTA pada taraf nyata 0.05, sedangkan total asset signifikan pada taraf nyata 0.10. Rata-rata perubahan nilai ROTA pada berbagai sektor (Gambar 2) menunjukkan bahwa sektor industri dan sektor perdagangan menunjukkan perubahan nilai ROTA yang lebih tinggi dibandingkan dengan sektor jasa.

Gambar 2 Rata-rata perubahan ROTA pada sektor usaha yang berbeda

Perubahan nilai ROTA disebabkan antara lain : sektor perdagangan menjual barangnya dengan perputaran relatif cepat sehingga mempengaruhi penerimaan kas atau cash flow, biaya produksi sektor perdagangan kecil bahkan tidak ada sehingga keuntungannya cukup tinggi, tidak memerlukan sumber daya manusia atau pegawai yang banyak dan tidak membutuhkan investasi yang banyak. Rata-rata perubahan nilai ROTA pada nilai aset yang berbeda (Gambar 3) menunjukkan bahwa usaha-usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah memberikan perubahan ROTA yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah. Pemberian pinjaman pada mitra binaan dengan aset ≥ Rp. 100 juta pada usaha-usaha di bidang jasa bengkel ahas dan konveksi memerlukan investasi banyak sehingga dengan pinjaman senilai ≥ Rp. 40 juta sampai Rp. 75 juta tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada peningkatan ROTA sedangkan pemberian bantuan pada

(32)

mitra binaan dengan aset ≤ Rp.100 juta lebih banyak kepada pegadang pasar atau sembako sehingga dengan pinjaman Rp.40 juta sangat berpengaruh kepada peningkatan nilai ROTA.

Gambar 3 Rata-rata perubahan ROTA pada total aset yang berbeda

Untuk peubah PMK, faktor yang signifikan pengaruhnya atas variasi perubahan PMK ini adalah jangka waktu kredit dan total asset, masing-masing dengan nilai-p 0.0085 dan 0.0072. Dari nilai-p ini, kedua faktor ini dapat dikatakan signifikan pengaruhnya terhadap nilai PMK pada taraf nyata 0.01. Rata-rata perubahan nilai PMK pada jangka waktu kredit yang berbeda (Gambar 4) menunjukkan bahwa usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 24 bulan menunjukkan perubahan nilai PMK yang lebih tinggi dibandingkan dengan jangka waktu kredit 12 bulan. Pinjaman dengan jangka waktu 24 bulan terdapat sektor agribisnis yang perputaran modal kerjanya setahun hanya 2 atau 3 kali sebagai contoh usaha pengemukan sapi dan ikan hias sedangkan sektor perdagangan dan jasa hanya membeli produk jadi yang dijual langsung sangat berpengaruh pada peningkatan PMK.

(33)

Gambar 4 Rata-rata perubahan PMK pada jangka waktu kredit yang berbeda

Rata-rata perubahan nilai PMK pada nilai aset yang berbeda (Gambar 5) menunjukkan bahwa usaha-usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah memberikan perubahan PMK yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah.

Gambar 5 Rata-rata perubahan PMK pada total aset yang berbeda

Pemberian pinjaman pada mitra binaan dengan aset ≥ Rp. 100 juta banyak terdapat pada usaha-usaha di bidang jasa bengkel ahas dan konveksi memerlukan investasi banyak sehingga dengan pinjaman senilai ≥ Rp. 40

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 12 bln 24 bln 2.10 3.31

(34)

juta sampai Rp. 75 juta tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada peningkatan PMK sedangkan pemberian bantuan pada mitra binaan dengan aset ≤ Rp.100 juta lebih banyak kepada pegadang pasar atau sembako sehingga dengan pinjaman Rp.40 juta sangat berpengaruh kepada peningkatan PMK.

Hasil Uji-F untuk keseluruhan model bagi empat peubah respon lainnya, yaitu (1) PM, (2) ROE, (3) Penjualan, dan (4) jumlah pekerja, menunjukkan bahwa keempat peubah respon tidak dapat dikatakan memiliki keterkaitan dengan peubah-peubah faktornya, dengan nilai-p masing-masing lebih dari 0.05. Namun demikian uji-F masing-masing faktor menunjukkan bahwa beberapa faktor dapat dikatakan berpengaruh signifikan terhadap peubah respon. Untuk perubahan nilai PM, pemberian kredit dan total aset tampak berpengaruh dengan nilai-p masing-masing kurang dari 0.10, dan kurang dari 0.05. Untuk perubahan nilai ROE, jangka waktu kredit tampak berpengaruh dengan nilai-p sedikit lebih besar dari 0.10. Adapun untuk peubah Penjualan dan jumlah pekerja, jangka waktu kredit tampak berpengaruh dengan nilai-p masing-masing kurang dari 0.05, dan kurang dari 0.10.

(35)

Gambar 7 Rata-rata perubahan PM pada total aset yang berbeda

Untuk peubah PM, usaha-usaha dengan pemberian kredit mulai tahun 2009 memiliki rata-rata perubahan PM yang lebih tinggi daripada usaha-usaha dengan pemberian kredit sebelum 2009 (Gambar 7). Usaha mitra binaan sebelum tahun 2009 mempunyai pengalaman dan keahlian pemilik mitra binaan sangat mempengaruhi pengelolaan usaha secara lebih efisien sehingga memberikan peningkatan PM lebih tinggi. Sedangkan usaha-usaha dengan total aset lebih dari atau sama dengan 100 juta rupiah memiliki rata-rata perubahan PM yang lebih tinggi daripada dengan usaha-usaha dengan total aset kurang dari 100 juta rupiah (Gambar 7). Usaha mitra binaan dengan aset ≥ 100 juta banyak bergerak pada jasa bengkel ahas yang disamping menjual jasa, usaha ini juga dapat membeli spare part secara tunai dengan memperoleh discount yang cukup besar sehingga memberikan peningkatan PM.

Untuk peubah ROE, usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 24 bulan memiliki rata-rata perubahan ROE yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 12 bulan (Gambar 8). Demikian pula halnya untuk peubah Penjualan (Gambar 9) dan Jumlah Tenaga Kerja (Gambar 10). Bahwa usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 24 bulan memiliki rata-rata perubahan pejualan dan rata-rata perubahan jumlah tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan usaha-usaha dengan jangka waktu kredit 12 bulan. Mitra binaan yang

(36)

mendapatkan pinjaman dengan jangka waktu lebih lama (24 bulan) memberikan pengaruh pada peningkatan omset penjualan lebih tinggi sehingga berpengaruh pada peningkatan ROE, dengan peningkatan omset penjualan berpengaruh pada beberapa mitra binaan terhadap penambahan jumlah pegawai dari mitra binaan tersebut.

Gambar 8 Rata-rata perubahan ROE pada jangka waktu kredit yang berbeda

Gambar 9 Rata-rata perubahan penjualan pada jangka waktu kredit yang berbeda 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 12 bln 24 bln 5.32% 6.80% 0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 12 bln 24 bln 19.09% 25.24%

(37)

Gambar 10 Rata-rata perubahan jumlah tenaga kerja pada jangka waktu kredit yang berbeda.

Gambar

Gambar 1  Struktur Organisasi PKBL PT Sucofindo (Persero)
Tabel 3  Anggaran dan Realisasi Penyaluran Pinjaman PKBL 2010
Tabel 4   Anggaran dan Realisasi Program Bina Lingkungan 2010
Tabel 8  Karakteristik Responden Mitra Binaan PT Sucofindo (Persero)
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Terlihat bidang pada background yang berbentuk persegi empat dan lingkaran, laluu penulis menyusun bidang tersebut dengan komposisi tertutup dan keseimbangan simetris

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Efektifitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 2018 di Desa Dawan Klod,

identitas pasien, diagnosis, obat hipertensi, obat lain, regimen dosis (dosis, rute dan frekuensi pemberian obat), serta data laboratorium.Karakteristik pasien, penyakit penyerta,

Kesimpulan dari kasus yaitu asuhan 7 langkah Varney dan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yang digunakan untuk proses penyelesaian masalah kebidanan telah

[r]

Identifikasi bahaya dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara dan observasi pada area kerja proses produksi JOB Pertamina-Talisman (Ogan Komering) sedangkan

E-money pada masyarakat pemilik uang elektronik atau E-money di wilayah Tanah Abang yang ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,910, nilai signifikansi