• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN. A. Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE DAN OBJEK PENELITIAN. A. Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE DAN OBJEK PENELITIAN

A. Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang peneliti pergunakan adalah metode penelitian deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang menggambarkan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan data dan fakta yang ada pada saat penelitian berlangsung, kemudian data yang diperoleh dikumpulkan, diolah, dianalisis dan dapat menarik suatu kesimpulan.

2. Teknik Pengmpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah instrumen-instrumen yang dipergunakan untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

a. Penelitian Kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data yang didapat dengan cara mempelajari buku-buku, catatan, dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti maupun hanya sebagai penunjang dan referensi.

b. Penelitian Lapangan, terdiri dari :

1) Observasi non partisipan, yaitu suatu teknik pengumpulan data dan informasi dengan jalan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti pada Bidang Industri Formal Pada Dinas

(2)

Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, tetapi peneliti tidak terlibat langsung dalam proses kerja.

2) Wawancara, merupakan percakapan yang berlangsung secara sistematis dan terorganisir yang dilakukan oleh penulis dengan Kepala Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung untuk mendapatkan sejumlah informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3) Angket, yaitu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan pernyataan secara tertulis kepada responden yang disertai dengan alternatif jawaban guna memperoleh keterangan-keterangan sehubungan dengan masalah yang diteliti.

Hasil jawaban angket yang disebarkan kepada responden, merupakan data yang kemudian diolah menjadi informasi. Adapun proses pengolahan data yaitu sebagai berikut :

a) Editing adalah penelitian kembali catatan-catatan yang telah didapat di lapangan untuk mengetahui apakah catatan itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya.

b) Coding adalah usaha untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya. Langkah dalam melakukan coding adalah menentukan kategori-kategori yang akan digunakan dan mengalokasikan jawaban individual pada kategori-kategori tersebut. c) Tabulasi adalah proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel.

(3)

data. Pada tahap ini data dapat dianggap telah selesai diproses sehingga tabulasi merupakan tahap yang penting. Dengan tabulasi data lapangan akan segera tampak ringkas dan bersifat rangkuman. Dalam keadaan yang ringkas dan tersusun ke dalam suatu tabel yang baik, data dapat dibaca dengan mudah dan maknanya akan mudah dipahami. Dan ini juga berupa daftar skor jawaban angket dari setiap variabel. Jawaban positif diberi bobot lebih tinggi dibanding dengan jawaban yang negatif. Untuk lebih jelasnya, peneliti akan melihat bobot/nilai dari setiap alternatif jawaban pada tabel 1, yaitu sebagai berikut :

TABEL 1

SKOR JAWABAN ANGKET JAWABAN PERNYATAAN SKOR JAWABAN DARI PERNYATAAN POSITIF SKOR JAWABAN DARI PERNYATAAN NEGATIF Sangat setuju 5 1 Setuju 4 2 Netral 3 3 Tidak setuju 2 4

Sangat tidak setuju 1 5

Sumber : Sugiono dalam bukunya “Metode Penelitian Administratif” (2005:108)

4) Populasi yaitu keseluruhan responden yang terdapat pada Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dengan anggota populasi untuk keseluruhan responden sebanyak 14 orang, maka peneliti menggunakan teknik Sensus yaitu keseluruhan Populasi yang terdapat pada Seksi Pengembangan Usaha Konsumsi berhak untuk ikut berpartisipasi dalam pengisian angket.

(4)

n

n

di

rs

n i

 3 1 2

6

1

3. Teknik Analisis Data

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu Kualitas Sumber Daya Manusia dan Kinerja Pegawai, dan skala pengukuran kedua variabel adalah skala ordinal, maka koefisien yang paling tepat adalah koefisien korelasi Rank Spearman.

Secara operasional hipotesis statistiknya : 1. Ho : ρs  0

Kualitas Sumber Daya Manusia (X) → Kinerja Pegawai (Y) artinya antara kualitas sumber daya manusia dengan kinerja pegawai tidak ada hubungan yang signifikan (hubungan tidak bermakna)

2. H1 : ρs  0

Kualitas Sumber Daya Manusia (X) → Kinerja Pegawai (Y) artinya antara kualitas sumber daya manusia dengan kinerja pegawai ada hubungan yang signifikan (hubungan yang bermakna)

Maka rumus yang digunakan : a. Jika tidak ada data kembar

(Siegel, 1992:52) Keterangan :

rs = Koefesien korelasi yang dicari di = Jumlah selisih rangking x-y

(5)

b. Jika ada data kembar

(Conover. Dikutip oleh Nirawan Sk Sitepu 1995:25) Keterangan :

rs : Koefesien Korelasi Rank Sperman R(Xi) : Ranking untuk X untuk data yang ke-1 R(Yi) : Ranking untuk Y untuk data yang ke-1 N : Banyaknya responden

Cara-cara perhitungan melalui langkah-langkah, sebagai berikut : 1. Tiap-tiap angket diberi nomor.

2. Menyusun daftar jawaban angket yang telah diberi nomor 3. Skor item dianggap X

4. Total skor item dianggap Y 5. Mencari rangking dari X 6. Mencari rangking dari Y

Operasionalisasi variabel merupakan penjelasan dan pengertian teoritis variabel untuk dapat diamati dan diukur sesuai dengan alat ukur yang dijabarkan kedalam indikator pernyataan angket serta disusun urutan item pernyataan dari setiap varisbel penelitian. Adapun variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Kualitas Sumber Daya Manusia

rs =

   

 

 

                                       

   2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 n n Yi R n n Xi R n n Yi R Xi R n I i n I i n I i

(6)

sebagai variabel bebas (Variabel X) dan Kinerja Pegawai sebagai variabel terikat (variabel Y) dapat dilihat pada Tabel 2.

TABEL 2

OPERASIONALISASI VARIABEL KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA

NO VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR ITEM + - 1. Variabel Bebas : Kualitas Sumber Daya Manusia 1. Kualitas Fisik dan Kesehatan.

a. Kesehatan fisik yang baik.

b. Kesegaran jasmani. c. Tingkat kehidupan yang

layak dan manusiawi.

1 2 3 4 8 10 2. Kualitas Intelektual (Pengetahuan dan Keteramplan). a. Memiliki kemampuan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

b. Penguasaan bahasa asing.

c. Keterampilan dalam pekerjaan.

d. Keterampilan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. 5 6 34 7 12 9 33 13 3. Kualitas Spiritual (Kejuangan). a. Ketakwaan terhadap Tuhan YME b. Toleransi beragama yang tinggi

c. Semangat kerja yang tinggi

d. Kejujuran e. Mengutamakan

kepentingan bersama f. Sikap kritis dan adaptif

terhadap pengaruh negatif dari luar

g. Kedisiplinan

h. Semangat Kompetisi yang tinggi.

i. Berpikiran positif dalam menghadapi masalah pekerjaan

j. Sifat keterbukaan

k. Kesadaran hukum yang tinggi 11 14 16 15 21 25 23 24 27 35 36 17 19 20 18 26 22 28 29 32 30 31 Sumber:Sudarwan Danim(1996:45-47), Transformasi Sumber Daya Manusia

(7)

TABEL 3 OPERASIONALISASI VARIABEL KINERJA PEGAWAI NO VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR ITEM + - 1. Variabel terikat : Kinerja Pegawai

1. Kuantitas a. Jumlah pekerjaan yang diberikan kepada pegawai.

b. Hasil kerja yang dicapai sesuai target yang diharapkan.

37

43 46

39

2. Kualitas a. Penempatan pegawai

sesuai dengan pendidikan. b. Ketelitian dalam melaksanakan pekerjaan. c. Peninjauan terhadap hasil kerja pegawai.

38 40 41 44 47 48 3. Ketepatan Waktu

a. Adanya batasan waktu penyelesaian pekerjaan. b. Hadir di kantor tepat

waktu.

42 45

49 50 Sumber : Agus Dharma (2003 : 355) dalam bukunya Manajemen Supervisi.

Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik dengan skala pengukuran ordinal untuk kedua variabel yang kemudian dicari korelasinya dengan menggunakan analisis koefisien korelasi rank spearman (rs) dengan rumus, sebagai berikut:

a. Signifikan adalah data yang mempunyai makna penting, maksudnya dalam suatu item hasil perhitungan dengan totalnya menunjukan koefisien korelasi yang signifikan. Artinya, perhitungan tersebut mempunyai makna arti penting.

b. Titik Kritis digunakan untuk pengertian batas antara signifikan dengan non signifikan tentang suatu nilai yang dihitung.

(8)

c. Alpha (a) yaitu tingkat keabsahan atau disebut dengan derajat kepercayaan tingkat simpang baku misalnya a = 0,05 artinya tingkat kepercayaan 95%, apabila terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam analisis tersebut dapat diterima atau ditoleransi hanya sampai 5% dalam ilmu sosial umumnya menggunakan a = 0,05

d. ρs, yaitu simbol untuk mengetahui eratnya antara dua variabel yaitu

Variabel Bebas (X) dengan Variabel Terikat (Y).

e. Menentukan keeratan hubungan kedua variabel menggunakan kriteria Guilfor dari S.K Sitepu dalam bukunya “Analisis Korelasi” (1995:12) adalah sebagai berikut :

1. 0,00  0,20 : Hubungan yang sangat kecil 2. 0,20  0,40 : Hubungan yang kecil

3. 0,40  0,70 : Hubungan yang moderat 4. 0,70  0,90 : Hubungan yang erat

5. 0,90  1,00 : Hubungan yang sangat erat

f. Pedoman untuk untuk memberikan imterpretasi koefisien determinasi menurut S.K Sitepu dalam bukunya Analisis Korelasi (1995:11), sebagai berikut :

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 1. 0 - 4 Rendah atau lemah sekali 2. 5 - 16 Rendah tapi pasti

3. 17 - 48 Cukup kuat 4. 49 - 81 Tinggi atau kuat

(9)

B. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung.

1. Kedudukan Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagagan Kota Bandung

Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah provinsi, kabupaten/kota yang dipimpin oleh seorang kepala yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur, Bupati/Walikota Melalui Sekda.

Sebagai konsekwensi logis penerapan Peraturan Pemerintah No.41 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah , maka keluarlah Peraturan Daerah Kota Bandung No.13 tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah dimana terjadi penggabungan dua SKPD yaitu Dinas Koperasi dan Dinas Perindustrian Perdagangan menjadi Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung.

2. Tugas pokok dan fungsi Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung.

1) Tugas Pokok

Melaksanakan urusan pemerintah di bidang koperasi usaha kecil menengah dan perindustrian perdagangan berdasarkan asas otonomi dan pembantuan.

2) Fungsi

a) Perumusan kebijakan teknis dibidang industri kecil dan dagang kecil non formal, industri formal, perdagangan dan kelembagaan

(10)

dan pendaftaran, pengembangan usaha koperasi aneka usaha dan simpan pinjam serta usaha kecil dan menengah:

b) Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang industri kecil dan dagang kecil non formal, industri formal, perdagangan dan kelembagaan dan pendaftaran , pengembangan usaha koperasi aneka usaha dan simpan pinjam serta usaha kecil dan menengah;

c) Pembinaan dan pelaksanaan dibidang industri kecil dan dagang kecil non formal, industri formal, perdagangan dan kelembagaan dan pendaftaran ,pengembangan usaha koperasi aneka usaha dan simpan pinjam serta usaha kecil dan menengah;

d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan

e) Pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan penyelenggaraan kegiatan Dinas.

3. Struktur Organisasi Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Kota Bandung.

Struktur Organisasi mempunyai peranan yang penting didalam suatu organisasi. Begitu pula pada Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung struktur organisasi dapat membantu dan menyelaraskan tugas-tugas/pekerjaan dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai.

(11)

Struktur kerja yang ada pada setiap organisasi pada dasarnya merupakan kerangka pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari pegawai yang melaksanakan pekerjaannya. Struktur kerja disusun untuk memudahkan perangkat organisasi dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dengan demikian, masing-masing dari pegawai mengetahui dan memahami hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No.13 tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah dimana terjadi penggabungan dua SKPD yaitu Dinas Koperasi dan Dinas Perindag menjadi Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung dengan struktur organisasi Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung terdiri dari :

1. Kepala Dinas

2. Sekretaris , membawahkan :

1) Kepala Sub Bagian Umum dan kepegawaian; 2) Kepala Sub Bagian Keuangan dan Program;

3. Kepala Bidang Industri Kecil dan Dagang Kecil Non Formal, membawahkan :

1) Kepala Seksi Industri Kecil Non Formal;

2) Kepala Seksi Perdagangan Barang dan Jasa Non Formal 4. Kepala Bidang Industri Formal, membawahkan; :

(12)

2) Kepala Seksi Industri Argo, Kimia, Logam, Alat Transportasi dan Elektronika.

5. Kepala Bidang Perdagangan , membawahkan; :

1) Kepala Seksi Bimbingan Usaha dan Sarana Perdagangan 2) Kepala Seksi Perlindungan Konsumen dan Kemetrologian

3) Kepala Seksi Ekspor-Impor dan Hubungan Kerjasama Luar Negeri 6. Kepala Bidang Kelembagaan dan Pendaftaran , membawahkan; :

1) Kepala Seksi Bina Kelembagaaan Koperasi 2) Kepala Seksi Pendaftaran

7. Kepala Bidang Pengembangan Usaha Koperasi Aneka Usaha dan Simpan Pinjam, membawahkan; :

1) Kepala Seksi Pengembangan Usaha Produksi dan Jasa 2) Kepala Seksi Pengembangan Usaha Konsumsi

3) Kepala Seksi Pengembangan Koperasi Simpan Pinjam 8. Kepala Bidang Usaha Kecil Menengah, membawahkan; :

1) Kepala Seksi Usaha Kecil 2) Kepala Seksi Usaha Menengah

Selanjutnya untuk lebih jelasnya mengenai bagan struktur organisasi Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung dapat dilihat pada gambar 3 :

(13)
(14)

4. Tugas Pokok dan Fungsi Bidang Industri Formal Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung.

4.1 Tugas pokok Bidang Industri Formal yaitu melaksanakan tugas Dinas lingkup industry formal.

4.2 Fungsinya antara lain yaitu :

a) Penyusunan rencana dan program lingkup industry tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta industry agro, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika.

b) Penyusunan petunjuk teknis lingkup industry tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta industry agro, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika.

c) Pelaksanaan pembinaan dan fasilitasi industry tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta industry agro, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika.

d) Pengkajian rekomendasi, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan usaha industry dan usaha kawasan industry; dan e) Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup industry

tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta industry agro, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika. 4.3 Seksi Industry Tekstil, Produk Tekstil dan Mesin Elektronik

1. Tugas pokok Seksi Industri Tekstil, Produk Tekstil dan Mesin Elektronik yaitu melaksanakan sebagian tugas Bidang Industri

(15)

Formal lingkup Industri Tekstil, Produk Tekstil dan Mesin Elektronik dan aneka.

2. Fungsinya antara lain yaitu :

a) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup industri tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka;

b) Penyusunan petunjuk teknis lingkup industri tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka;

c) Pelaksanaan lingkup industri tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka yang meliputi pendataan industry tekstil, produk tekstil, mesin elektronik dan aneka, fasilitasi, bimbingan teknik, penyuluhan dan pembinaan usaha dan pengembangan produksi industri tekstil, produk tekstil dan mesin elektronik dan aneka serta fasilitasi kerjasama pengembangan usaha dan produksi industry tekstil, produk tekstil, mesin elektronik dan aneka;

d) Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan usaha industry; dan

e) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup industry tekstil, produk tekstil, mesin elektronik dan aneka.

4.4 Seksi Argo, Kimia, Logam, Alat Transportasi Dan Elektronika 1. Tugas pokok Seksi Argo, Kimia, Logam, Alat Transportasi Dan

(16)

Formal lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika.

2. Fungsinya antara lain yaitu :

a) Pengumpulan dan penganalisaan data lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika;

b) Penyusunan bahan perencanaan dan petunjuk teknis lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika; c) Pelaksanaan lingkup industry argo, kimia, logam, alat

transportasi dan elektronika yang meliputu pendataan industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika, fasilitasi, bimbingan teknik, penyuluhan dan pembinaan usaha dan pengembangan produksi industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika serta fasilitasi kerjasama pengembangan usaha dan produksi industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika; dan

d) Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup industry argo, kimia, logam, alat transportasi dan elektronika.

(17)

C. Keadaan Pegawai dan Fasilitas Kerja Bidang Industri Formal pada Dinas koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung.

1. Keadaan Pegawai Bidang Industri Formal pada Dinas koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung.

Keadaan pegawai pada dasarnya mempunyai peranan yang sangat penting bagi organisasi dalam upaya mencapai tujuan, meskipun aspek manusia bagi organisasi merupakan sumber daya yang paling penting keberadaannya dan juga sebagai pelaksana kerja yang baik dalam bentuk fisik maupun pemikiran merupakan faktor pendukung dalam proses pencapaian tujuan organisasi.

Mengingat hal tersebut di atas peneliti akan menggambarkan keadaan pegawai berdasarkan satuan atau unit kerja jumlah pegawai Bidang Industri Formal sebagai berikut :

TABEL 4

KEADAAN PEGAWAI BERDASARKAN UNIT KERJA BIDANG PENGEMBANGAN USAHA KOPERASI ANEKA USAHA DAN

SIMPAN PINJAM PADA DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG.

No. Unit Kerja Jumlah Pegawai

1. Kepala Bidang Industri Formal 1

2. Seksi Industry Tekstil, Produk Tekstil Dan Mesin Elektronik

5 3. Seksi Industry Argo, Kimia, Logam, Alat

Transportasi Dan Elektronika

8

Jumlah 14

Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2010.

(18)

Selanjutnya peneliti akan menyajikan keadaan pegawai berdasarkan pangkat dan golongan, yaitu sebagai berikut :

TABEL 5

DATA PEGAWAI BIDANG INDUSTRI FORMAL BERDASARKAN PANGKAT DAN GOLONGAN

No. Pangkat Gol/Ruang Jumlah

1. Pembina Tk. I IV/b 1

2. Penata Tk. I III/d 2

3. Penata Muda III/b 3

4. Penata Muda III/a 5

5. Penata Muda II/a 1

6. CPNS - 2

Jumlah 14

Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2010.

Dari gambaran Tabel 5 diatas jelas bahwa para pegawai rata-rata sudah mencapai tingkat atau golongan tiga yang menandakan bahwa kemampuan pegawai sudah dapat dikatakan cukup baik.

Berikut ini akan peneliti kemukakan keadaan pegawai berdasarkan jenis kelamin, yaitu sebagai berikut :

TABEL 6

KEADAAN PEGAWAI BERDASARKAN JENIS KELAMIN BIDANG INDUSTRI FORMAL PADA DINAS KOPERASI UKM DAN

PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG

No. Jenis Kelamin Jumlah

1. Laki-laki 6

2. Perempuan 8

Jumlah 14

Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2010.

Peneliti akan menguraikan mengenai tingkat pendidikan pegawai pada bidang industri formal, untuk lebih jelasnya keadaan pegawai berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

(19)

TABEL 7

KEADAAN PEGAWAI BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN BIDANG INDUSTRI FORMAL PADA DINAS KOPERASI UKM DAN

PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN KOTA BANDUNG.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. S2 1

2. S1 7

3. SMA 3

4. STM 3

Jumlah 14

Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2010.

2. Fasilitas kerja pegawai Bidang Industri Formal pada Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung.

Fasilitas kerja dapat menunjang dalam pelaksanaan tugas karena dengan fasilitas kerja yang dimiliki dapat menunjang mempengaruhi para pegawai, serta peralatan dan perlengkapan yang tersedia dapat menunjang meningkatnya kinerja pegawai yang berdaya guna dan berhasil guna, dengan tidak terlepasnya dari dorongan kepala bidang industry formal untuk mengarahkan kea rah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Berikut dapat dilihat peralatan dan perlengkapan yang dimiliki bidang industry formal pada tabel 8 berikut ini :

(20)

TABEL 8

DAFTAR FASILITAS KERJA BIDANG INDUSTRI FORMAL PADA DINAS KOPERASI UKM DAN PERINDUSTRIAN PERDAGANGAN

KOTA BANDUNG

No. Jenis Barang Jumlah Kondisi

1. Meja kerja 9 Baik

2. Kursi lipat 15 Baik

3. Kursi putar 6 Baik

4. Lemari buku 12 Baik

5. Lemari arsip 5 Baik

6. Papan visual 1 Baik

7. Televisi 1 Baik

8. Dispenser 1 Baik

9. Monitor 2 Baik

10. CPU 4 Baik

11. Printer 4 Baik

12. Meja computer 3 Baik

13. AC 1 Baik

14. Note book 1 Baik

15. Proyektor 3 Baik

16. Camera digital 1 Baik

17. Computer 1 Baik

Sumber : Data Pegawai Bidang Industri Formal Pada Dinas Koperasi UKM Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, 2010.

D. Gambaran Umum Hubungan Kualitas Sumber Daya Manusia Dengan Kinerja Pegawai

Kualitas sumber daya manusia merupakan hal terpenting dalam sebuah organisasi, dimana tercapai tidaknya suatu tujuan organisasi/perusahaan tergantung pada kualitas Sumber daya manusia yang ada, keterlibatan anggota-anggota individual dari personil dalam organisasi / perusahaan jasa sangat diperlukan di mana perilaku dan performance individual secara langsung memberikan dampak kepada Kinerja Pegawai. Dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas maka kinerja pegawai

(21)

dapat ditingkatkan berdasarkan standar pengukuran Kinerja pegawai yang ada.

Gambaran umum dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada bidang industry formal berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh keterangan yang bertitik tolak dari pada alat analisis dari indikator-indikator kualitas sumber daya manusia.

Berikut ini peneliti sajikan gambaran umum mengenai kualitas sumber daya manusia yang ada pada bidang industry formal, sebagai berikut :

a. Kualitas fisik dan kesehatan

Merupakan hal terpenting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena dengan fisik yang sehat manusia akan dapat menghidupi dirinya sendiri yang selanjutnya akan menjurus pada peningkatan jiwa yang sehat.

Dalam hal ini, kualitas fisik dan kesehatan pegawai pada bidang industry formal sudah cukup memuaskan. Masalah ini menjadi perhatian utama Pimpinan karena dengan memiliki kondisi fisik yang prima, maka pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya secara maksimal.

b. Kualitas Intelektual ( Pengetahuan dan Keterampilan )

Kualitas intelektual menitikberatkan pada peningkatan Kualitas manusia melalui peningkatan kemampuan berpikir atau rasio intelektual yang antara lain dilaksanakan melalui peningkatan kemampuan untuk menilai keadaan salah atau benar. Pengetahuan merupakan pembentukan pemikiran berdasarkan kenyataan dan pengalaman yang berulang-ulang tanpa

(22)

pemahaman mengenai kausalitas yang hakiki dan universal. Sedangkan keterampilan merupakan kemampuan teknis untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu yang dapat dipelajari dan dikembangkan yang dilakukan secara sadar, progmatis, sistematis, khususnya dalam berbagai bidang yang sifatnya teknis dan dalam penerapannya lebih ditujukan kepada kegiatan-kegiatan operasional.

Dalam hal ini, Kualitas keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai pada bidang industry formal menunjukkan kondisi yang kurang memuaskan. Hal ini terlihat dari kurangnya keterampilan pegawai dalam hal pengetikan/mengoperasikan program komputer serta kurangnya kemampuan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh pimpinan.

c. Kualitas Spiritual (Kejuangan)

Berkaitan dengan peningkatan etika dalam melaksanakan pekerjaan, yang biasanya dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk memberikan penilaian baik atau buruk suatu keadaan/kondisi di lingkungan kerja.Dalam hal ini kualitas spiritual (Kejuangan), menurut pengamatan peneliti di lapangan pada kenyataannya cukup memuaskan. Meskipun masih terdapat sedikit kekurangan, seperti faktor motivasi, semangat kerja dan sikap kritis terhadap pekerjaan masih perlu ditingkatkan. Hal ini menjadi kendala yang berarti sehingga menghambat proses pelaksanaan pekerjaan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti Masih adanya pegawai bidang industry formal yang tidak masuk kerja pada saat jam kerja.

(23)

Gambaran tentang keadaan Kinerja Pegawai pegawai pada bidang industry formal yang peneliti ukur berdasarkan indikator-idikator kinerja pegawai menunjukan pelaksanaannya belum semaksimal mungkin sehingga hasil yang dicapai belum sesuai yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut :

a. Kuantitas

Merupakan jumlah yang harus diselesaikan atau harus dicapai. Perhitungan kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan ini dengan jumlah keluaran yang dihasilkan. Dalam melaksanakan pekerjaan kinerja pegawai dapat dipengaruhi oleh kuantitas oleh pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan terhadap pegawai, sehingga pegawai tidak merasa terbebani oleh tugas yang diberikan.

Dalam hal ini pada Bidang Industry Formal Dinas Koperasi Ukm Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung, Kepala Bidang Industri Formal belum sepenuhnya berusaha untuk menyesuaikan jumlah pekerjaan yang diberikan kepada pegawai dengan kemampuan yang dimilikinya.

b. Kualitas

Merupakan mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Hal tersebut tidak terlepas dari pegawai yang professional dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai, sehingga pegawai mampu bekerja dengan teliti.

(24)

c. Ketepatan Waktu

Sesuai tidaknya waktu yang direncanakan. Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari kuantitatif yng menentukn ketepatan waktu penyelesaian suatu pekerjaan. Dalam hal ini Bidang Industry Formal Dinas Koperasi Ukm Dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung masih banyaknya pekerjaan yang tidak terselesaikan tepat pada waktunya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan permasalahan yang ada dimana terjadi kekurangan terhadap ketersediaan air bersih untuk pemenuhan kebutuhan pada permukiman masyarakat rawa Ogan Desa

Oleh karena itu hendaknya setiap hotel mampu memberikan pelayanan yang terbaiknya dengan memenuhi beberapa dimensi kualitas pelayanan yang meliputi keberwujudan

yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) kepada nasabah guna memperoeh manfaat suatu jasa. Bahwa LKS perlu merespon keperluan masyarakat yang berkaitan

Hal ini menyebabkan ditemukannya pergeseran bentuk dalam TSa, khususnya pergeseran bentuk pada unit, karena terjemahan verba pasif TSu diterjemahkan menjadi verba

Hasil penelitian mencatat, keanekaragaman spesies tumbuhan berguna di HAIM yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebanyak 176 spesies yaitu untuk konstruksi berat 69

Pemberian ekstrak etanol herba putri malu (Mimosa pudica L.) dapat menghasilkan jumlah sel neutrofil yang lebih tinggi pada tikus galur Wistar yang telah

pelanggan baru potensial. Pelanggan pada kelompok ini memiliki karakteristik yang serupa dengan pelang- gan setia, tetapi lama keanggotaannya berada di bawah.. Dengan

Pemanfaatan bahan aktif dari ekstrak kulit jeruk sebagai repelen merupakan salah satu cara alternatif untuk menghindari frekuensi kontak antara manusia dengan nyamuk