• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan UMKM Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan UMKM Jawa Barat"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Perkembangan UMKM Jawa Barat

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Jawa Barat terus mengalami perkembangan pada periode 2011-2012. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat dapat dilihat jumlah serapan tenaga kerja berdasarkan tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1

Jumlah Serapan Tenaga Kerja (Jiwa) Jawa Barat Periode 2011-2012 Tahun Mikro Kecil Menengah Besar Total

2011 13.172.794 607.236 498.372 2.270.763 16.549.165 2012 13,861,814 623,556 522,325 2,374,805 17,382,500 Sumber : BPS Jawa Barat (2013)

Pada tabel 1.1 menunjukkan jumlah serapan tenaga kerja di Jawa Barat terdapat kenaikan jumlah tenaga kerja yang meliputi unit usaha mikro,kecil,menengah dan unit usaha besar. Serapan tenaga kerja untuk usaha mikro mengalami peningkatan dari 13.172.794 jiwa menjadi 13.861.814 jiwa. Selain itu,serapan tenaga kerja untuk usaha kecil, menengah dan usaha besar juga mengalami peningkatan. Untuk usaha kecil, jumlah tenaga kerja serapan pada tahun 2011 adalah sebesar 607.236 jiwa dan menjadi 623.556 jiwa pada tahun 2012. Lalu, jumlah tenaga kerja untuk usaha menengah pada tahun 2011 sebesar 498.372 unit meningkat menjadi 522.325 jiwa pada tahun 2012. Dan untuk usaha besar juga mengalami peningkatan jumlah tenaga kerja dari 2.270.763 jiwa menjadi 2.374.805 jiwa pada tahun 2012. Berikut peranan UMKM terhadap PDRB Jawa Barat periode 2011-2012 dapat dilihat pada tabel 1.2 :

(2)

2 Tabel 1.2

Peranan Terhadap PDRB (Persen) Jawa Barat Periode 2011-2012

Tahun Skala Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah Besar

2011 54,20 % 45,80 %

2012 54,55 % 45,45 %

Sumber : BPS Jawa Barat (2013)

Pada tabel 1.2 ini menjelaskan peranan UMKM terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat. Pada tahun 2011,peranan (UMKM) memiliki 54,20% terhadap PDRB Jawa Barat dan mengalami peningkatan menjadi 54,55 % pada tahun 2012. Sebaliknya, usaha besar mengalami penurunan dari 45,80% pada tahun 2011 menjadi 45,45% pada tahun 2012. Berikut PDRB per kapita Jawa Barat periode 2011-2012 dapat dilihat pada tabel 1.3 :

Tabel 1.3

PDRB Per Kapita Jawa Barat Periode 2011-2012

PDRB Per Kapita Tahun 2011 Tahun 2012 Atas Dasar Harga Berlaku

(Rupiah) 19,65 21,00

Atas Dasar Harga Konstan

(Rupiah) 7,83 8,08

Sumber : BPS Jawa Barat (2013)

Berdasarkan tabel 1.3 menunjukkan PDRB per kapita dengan 2 cara perhitungan, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. Untuk PDRB atas dasar harga berlaku, pada tahun 2011 menunjukkan 19,65 mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 21,00. Sementara itu PDRB atas dasar harga konstan juga mengalami peningkatan dari 7,83 pada tahun 2011 menjadi 8,08 pada tahun 2012.

(3)

3 1.1.2 Profil Industri Rajut Binong Jati

Sentra rajut Binong terletak di Jalan Binong Jati, kecamatan Batununggal, Bandung. Fokus sentra ini adalah memproduksi berbagai macam jenis pakaian yang berbahan rajut.Macam-macam produk rajutan yang diproduksi diantaranya seperti Sweater, Jaket, Cardigan, Syal dan Baju hangat. Terdapat kurang lebih 293 pengrajin rajut. Kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 852.200 Lusin dengan nilai investasi Rp.31,366 Milyar dan menyerap tenaga pekerja sebanyak 2.143 Orang. (http://www.serbabandung.com diakses 2 April)

Binong Jati terkenal sebagai tempat produksi perajin rajutan di Bandung. Gapura yang bertuliskan "Sentra Industri Rajutan Binong Jati" di Jl. Gatot Subroto, Bandung, menjadi penandanya. Di sekitar gapura, terdapat sebuah pasar yang bernama Pasar Binong. Saat memasuki gapura itu, kita akan melihat jalan setapak yang dipadati oleh rumah penduduk sepanjang kurang lebih 5 km. Daerah itu tak ubah seperti pemukiman pada umumnya. Namun, bila menyusuri jalan setapak tersebut, dapat terlihat di beberapa rumah, belasan perajin sedang merajut. (http://www.bandungtourism.com diakses 2 April)

Meski kawasan ini sudah di resmikan sebagai sentra industri sejak 2007 namun para pengrajin kerap mengeluhkan infrastruktur yang kurang memadai. Akses masuk dari jalan Gatot Subroto maupun jalan Ibrahim Adjie (Kiaracondong) dinilai terlalu sempit sehingga menyulitkan rombongan pengunjung yang biasanya menggunakan bus untuk masuk ke lokasi. Selain itu pengrajin tidak banyak yang membuka toko sehingga Sentra industri rajutan Binongjati kurang menarik sebagai kawasan belanja. (http://news.indonesiakreatif.net/ diakses 19 Januari 2015)

(4)

4 1.2 Latar Belakang Penelitian

Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-9 di Bali pada tahun 2003, para kepala Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) menyepakati pembentukan komunitas ASEAN (ASEAN Community) dalam bidang Keamanan Politik (ASEAN Political-Security Community), Ekonomi (ASEAN Economic Community), dan Sosial Budaya (ASEAN Socio-Culture Community) dikenal dengan Bali Concord II. Untuk pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, ASEAN menyepakati pewujudannya diarahkan pada integrasi ekonomi kawasan yang implementasinya mengacu pada ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint. Implementasi AEC 2015 akan berfokus pada 12 sektor prioritas, yang terdiri atas 7 sektor non migas (industri pertanian, peralatan elektonik, otomotif, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasis kayu, dan tekstil) dan 5 sektor jasa (transportasi udara, pelayanan kesehatan, pariwisata, logistik, dan industri teknologi informasi) (depkop.go.id) diakses 18 Februari. Pada tahun 2015, apabila AEC tercapai, maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal dimana terjadi arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil yang bebas, serta arus modal yang lebih bebas diantara Negara ASEAN. Dengan terbentuknya pasar tunggal yang bebas tersebut maka akan terbuka peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya di kawasan ASEAN. (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2013)

Konsep AEC ini berawal dari Krisis keuangan dan ekonomi yang terjadi di kawasan Asia Tenggara pada periode 1997–1998 memicu kesadaran negara-negara ASEAN mengenai pentingnya peningkatan dan penguatan kerjasama intra kawasan. Pada tahun 1997, para Kepala Negara ASEAN menyepakati ASEAN Vision 2020 yaitu mewujudkan kawasan yang stabil, makmur dan berdaya-saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang merata yang ditandai dengan penurunan tingkat kemiskinan dan perbedaan sosial ekonomi (Departemen Perdagangan Republik Indonesia,2013).

Pembentukan AEC akan memberikan peluang bagi negara-negara anggota ASEAN untuk memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi, meningkatkan daya tarik sebagai tujuan bagi investor dan wisatawan, mengurangi biaya transaksi perdagangan, serta memperbaiki

(5)

5 fasilitas perdagangan dan bisnis. Di samping itu, pembentukan AEC juga akan memberikan kemudahan dan peningkatan akses pasar intra-ASEAN serta meningkatkan transparansi dan mempercepat penyesuaian peraturan- peraturan dan standardisasi domestik. Potensi Indonesia untuk merebut persaingan AEC 2015, yaitu Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN). Hal ini dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan dengan kesempatan penguasaan pasar dan investasi. Selain itu, Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi negara ASEAN di Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih tinggi dari rata-rata proporsi investasi negara-negara ASEAN di ASEAN yang hanya sebesar 15%. Dan Indonesia juga berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor Indonesia ke intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar 80-82% dari total ekspornya. Hal ini berarti peluang untuk meningkatkan ekspor ke intra-ASEAN masih harus ditingkatkan agar laju peningkatan ekspor ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan impor dari intra-ASEAN. (http://www.setneg.go.id/) diakses 26 Januari

Salah satu tujuan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah untuk meningkatkan daya saing ASEAN. Banyak organisasi melakukan studi daya saing termasuk World Economic Forum (WEF), yang menerbitkan Global Competitiveness Report (Kementrian Perdagangan dan Perindustrian Malaysia). Peringkat WEF ini berdasarkan dari Gross Domestic Product (GDP) setiap negara untuk menggabungkan pada peringkat tersebut dan memberikan gambaran posisi ASEAN secara keseluruhan yang dapat dilihat pada tabel 1.4 :

(6)

6 Tabel 1.4

Global Competitive Index

Negara 2010-2011 2011-2012 Brunei 28 28 Kamboja 109 97 Indonesia 44 46 Malaysia 26 21 Filipina 85 75 Singapura 3 2 Thailand 38 39 Vietnam 59 65

Sumber : World Economic Forum 2010-2011 dan 2011-2012

Berdasarkan tabel 1.4 bahwa posisi Indonesia dalam daya saing global dinilai masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya seperti Malaysia, Brunei, Thailand dan Singapura. Hal ini bahwa Indonesia yang mempunyai sumber daya alam dan manusia yang sangat melimpah, namun sumber daya tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal dan pengelolaan sumber daya manusia yang belum baik.

Menurut Susilo (2010) dengan diberlakukannya AEC pada tahun 2015, menjadi peluang sekaligus tantangan bagi produk-produk yang dihasilkan oleh UMKM di Indonesia. Dalam hal ini peningkatan daya saing UMKM menjadi faktor kunci agar mampu menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang dari implementasi China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) 2010 dan MEA 2015. Hal lain yang harus menjadi prioritas UMKM adalah meningkatkan kerjasama antar unit UKM atau antar sentra UKM dan juga meningkatkan jaringan kerjasama dengan stakeholders.

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia terus mengalami perkembangan. Berikut perkembangan UKM di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.5 di bawah ini :

(7)

7 Tabel 1.5

Perkembangan UKM Indonesia Periode 2011-2012

Indikator Satuan Tahun 2011 Tahun 2012

Unit Usaha (UK + UM) Unit 646.475 678.415

- Usaha Kecil (UK) Unit 602.195 629.418

- Usaha Menengah (UM) Unit 44.280 48.997

Tenaga Kerja (UK +UM) Orang 6.764.661 7.797.993

- Usaha Kecil (UK) Orang 3.919.992 4.535.970 - Usaha Menengah (UM) Orang 2.844.669 3.262.023

PDB Atas Dasar Harga Berlaku (UK +

UM) Rp. Milyar 1.742.441,6 1.918.447,5

- Usaha Kecil (UK) Rp. Milyar 740.271,3 798.122,2 - Usaha Menengah (UM) Rp. Milyar 1.002.170,3 1.120.325,3

PDB Atas Dasar Harga Konstan (UK +

UM) Rp. Milyar 608.097,2 660.634,6

- Usaha Kecil (UK) Rp. Milyar 261.315,8 294.260,7 - Usaha Menengah (UM) Rp. Milyar 346.781,4 366.373,9 Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM (2013)

Tabel 1.5 menunjukkan perkembangan UKM di Indonesia yang meliputi perkembangan unit usaha, tenaga kerja, Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga berlaku dan PDB atas harga konstan. Perkembangan unit usaha kecil mengalami peningkatan dari 646.475 unit pada tahun 2011 menjadi 678.415 unit pada tahun 2012, dengan kata lain unit usaha mengalami peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2012 sebesar 27.223 unit atau 4,52%. Sementara itu pada unit usaha menengah juga mengalami peningkatan jumlah unit usaha. Pada tahun 2011, jumlah unit usaha menengah sebesar 44.280 unit dan meningkat menjadi 48.997 unit, yang berarti meningkat sebesar 4.717 unit atau 10,65%. Perkembangan tenaga kerja untuk usaha kecil mengalami peningkatan dari 3.919.992 orang pada tahun 2011 menjadi 4.535.970 orang pada tahun 2012, meningkat sebesar 615.997 orang. Sementara itu untuk usaha menengah mengalami peningkatan dari 2.844.669 orang pada tahun 2011 menjadi 3.262.023 orang pada tahun 2012, meningkat sebesar 417.354 orang.

(8)

8 Selain jumlah unit usaha dan jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan. Perkembangan unit usaha dan tenaga kerja, PDB atas harga berlaku dan harga konstan juga mengalami perkembangan. PDB atas harga berlaku untuk usaha kecil mengalami peningkatan dari 740.271,3 Milyar pada tahun 2011 menjadi 798.122,2 Milyar pada tahun 2012, mengalami peningkatan sebesar 57.851 Milyar. Sementara itu PDB atas dasar harga konstan untuk usaha kecil mengalami peningkatan dari 261.315,8 Milyar pada tahun 2011 menjadi 294.20,7 Milyar pada tahun 2012. PDB atas dasar harga berlaku untuk usaha menengah mengalami peningkatan dari 1.002.170,3 Milyar pada tahun 2011 menjadi 1.120.325,3 Milyar pada tahun 2012, sementara itu PDB atas dasar harga konstan untuk usaha menengah mengalami peningkatan dari 346.781,4 Milyar pada tahun 2011 dan 366.373,9 Milyar pada tahun 2012, meningkat sebesar 19.593 Milyar.

Saat ini UMKM banyak tersebar di berbagai provinsi di Indonesia tidak terkecuali pada provinsi Jawa Barat. Berikut adalah perkembangan UMKM di Jawa Barat periode tahun 2011-2012 pada tabel 1.6:

Tabel 1.6

Jumlah Unit Usaha Jawa Barat Periode 2011-2012

Tahun Kecil Menengah Total 2011 116.062 8.181 124.243 2012 115.749 8.235 123.984 Sumber : BPS Jawa Barat (2013)

Tabel 1.6 menunjukkan perkembangan UMKM dari jumlah unit UMKM pada periode 2011-2012. Pada tahun 2011, unit usaha kecil mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 116.062 unit menjadi 115.749 unit pada tahun 2012. Sementara itu unit usaha menengah mengalami peningkatan jumlah yang tidak terlalu besar,yaitu dari jumlah 8.181 unit pada tahun 2011 menjadi 8.235 unit pada tahun 2012.

Selain perkembangan UKM di Jawa Barat, kota Bandung memiliki tujuh kawasan industri dan perdagangan yang berpotensi menjadi pusat bisnis sekaligus tempat wisata industri berkelas internasional di masa yang akan datang. Pemerintah setempat bersama berbagai pihak tengah bahu membahu

(9)

9 mewujudkannya. Pemerintah Kota Bandung menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan industri dan perdagangan dengan mengembangkan tujuh kawasan sentra industri perdagangan antara lain Sentra Industri dan Perdagangan Rajutan Binongjati, Sentra Perdagangan Kain Cigondewah, Sentra Perdagangan Jeans Cihampelas, Sentra Industri Kaos Suci, Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Sentra Industri Tahu & Tempe Cibuntu dan terakhir Sentra Industri Boneka Sukamulya Sukajadi Kota Bandung, menjadi kawasan industri potensial, menjadi ikon Kota Bandung yang mendorong meningkatnya kota tujuan wisata. (http://sentraindustribandung.com/). Tujuh sentra industri Bandung yang berpotensi dapat dilihat pada tabel 1.7 :

Tabel 1.7

7 Sentra Industri Berpotensi di Bandung Tahun 2012

No Sentra Industri Unit

Usaha

Tenaga Kerja

Kapasitas Produksi/Thn 1 Sentra Industri Rajut Binong Jati 293 2143 852200 Lusin 2 Sentra Industri Produk Tekstil

Cigondewah 313 567 -

3 Sentra Industri Jeans Cihampelas 59 352 - 4 Sentra Industri Sepatu Cibaduyut 577 3008 3114022 Pcs 5 Sentra Industri Sablon Kaos Suci 409 2721 177300 Lusin 6 Sentra Industri Tahu Cibuntu 408 1518 2160,6 Juta Pcs 7 Sentra Industri Boneka Sukamulya 17 212 768940 Lusin

Total 2076 10521 -

Sumber : sentraindustribandung.com (2013)

Pada tabel 1.7 menunjukkan tujuh sentra industri yang berpotensi di Bandung yang terdiri dari jumlah unit usaha, tenaga kerja dan kapasitas produksi per tahun. Pada sentra industri rajut Binong Jati memiliki unit usaha kurang lebih sebanyak 293 unit,memiliki 2.143 tenaga kerja dan berkapasitas 852.200 lusin untuk setiap produksi per tahun. Sentra industri tekstil Cigondewah memiliki kurang lebih 313 pengusaha tekstil dan memiliki 567 tenaga kerja. Sentra industri Jeans Cihampelas memiliki kurang lebih 59 pengrajin jeans dan menyerap tenaga

(10)

10 kerja sebesar 352 orang. Sentra industri sepatu Cibaduyut memiliki kurang lebih 577 pengusaha sepatu,memiliki 3008 pengrajin sepatu dan memproduksi tiap tahunnya sebesar 3.114.022 sepatu.

Pada sentra industri kaos suci memiliki kurang lebihnya 409 unit usaha, memiliki 2.721 pengrajin sablon dan setiap tahunnya memproduksi 177.300 lusin. Sentra industri tahu cibuntu memiliki kurang lebih 408 pengusaha tahu,memiliki tenaga kerja 1.518 orang dan setiap tahunnya memproduksi 2160,6 Juta tahu. Dan sentra industri boneka Sukamulya mempunyai kurang lebih 17 unit usaha, menyerap tenaga kerja sebesar 212 orang dan menghasilkan 768.940 lusin untuk setiap tahunnya.

Perkembangan UKM menarik perhatian yang lebih serius dari berbagai kalangan baik pemerintah ataupun masyarakat umum. Peran UKM dalam perekonomian nasional dinilai sangat strategis. Sektor ini juga dianggap sebagai penyelamat krisis yang dihadapi Indonesia sejak tahun 1997 karena fleksibilitasnya dalam menyiasati perubahan dan kemampuannya menyerap tenaga kerja sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan (Darwanto,2011). UKM memainkan peran penting dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan negara berkembang (Kalpande et al,2010). UKM adalah entitas pertama yang berkembang ketika ekonomi berada pada jalan yang benar, tetapi UKM juga yang pertama untuk membayar harga dari resesi ekonomi. Hal ini juga diketahui bahwa UKM merupakan tulang punggung perekonomian beradaptasi lebih baik untuk permintaan pasar, beradaptasi lebih mudah untuk strategi alternatif, karena fleksibilitas mereka dalam ukuran dan orientasi dan memainkan peran sosial yang besar melalui penciptaan lapangan kerja baru (Vasilescu, 2008). Pada tahun 2012, UKM di Indonesia menyerap 90 juta tenaga kerja atau sekitar 97% dari total tenaga kerja. (Kementrian Koperasi dan UKM, 2012)

Menurut kepala Dinas KUKM Jabar (Anton Gustomi), ada beberapa permasalahan mendasar dalam KUKM seperti kurangnya infrastruktur yang mendukung, sumber daya manusia yang masih kurang dari standar internasional, regulasi yang masih belum jelas dan produktivitas terhadap modal. Lalu, Anton mengatakan ada beberapa peluang dan tantangan bagi KUKM Jabar untuk dapat

(11)

11 dikenal dan bersaing dengan negara lain. Peluang dan tantangan ini berhubungan dengan persaingan di tingkat pasar internasional. KUKM perlu mempunyai dukungan teknologi yang mutakhir, perlu adanya sumber daya manusia dari pengelola KUKM yang profesional, dan posisi nilai tawar yang dimiliki tiap UKM. (Diskumkm Jabar, 2013). Menurut Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UMKM (I Wayan Dipta) mengatakan bahwa ada tantangan UMKM lainnya, yaitu UKM perlu melakukan diversifikasi produk yang dibuatnya dan UKM juga perlu memanfaatkan fasilitas yang sudah sepakati yaitu pembiayaan yang disepakati dalam kerjasama ASEAN (http://swa.co.id/ diakses 3 Maret).

Menurut Kristiyanti (2012) Pengembangan UKM perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya UKM. Pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan UKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.

Menurut Darwanto (2011) Pemberdayaan UKM secara terstruktur dan berkelanjutan diharapkan akan mampu menyelaraskan struktur perekonomian nasional, mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi tingkat pengangguran terbuka, menurunkan tingkat kemiskinan, mendinamisasi sektor riil, dan memperbaiki pemerataan pendapatan masyarakat. Pemberdayaan UKM seharusnya diarahkan pada upaya meningkatkan produktivitas dan daya saingnya, serta secara sistimatis diarahkan pada upaya menumbuhkan wirausaha baru di sektor-sektor yang memiliki produktivitas tinggi yang berbasis pengetahuan, teknologi dan sumber daya lokal. Berikut kendala pemberdayaan UKM yang di analisis oleh BPS pada tabel 1.8:

(12)

12 Tabel 1.8

Kendala Pemberdayaan KUMKM Tahun 2013

No Jenis Kendala Persentase

1 Persaingan 29,57

2 Permodalan 21,62

3 Sarana dan Prasarana 5,09

4 Biaya Produksi Tinggi, Harga Bahan Baku Tinggi 6,36

5 Cuaca 6,04

6 Sulit Memperoleh Bahan Baku 3,34

7 Pemasaran 7,63

8 Lain-Lain 20,35

Total 100,0

Sumber : BPS (2013)

Pada tabel 1.8 menunjukkan jenis-jenis kendala KUMKM pada tahun 2013. Jenis kendala yang pertama adalah persaingan sebesar 29,57%,lalu yang ke dua permodalan sebesar 21,62 %, kendala ketiga yaitu sarana dan prasarana sebesar 5,09%,selanjutnya kendala ke empat yaitu biaya produksi tinggi dan harga bahan baku sebesar 6,36%, lalu kendala yang ke lima adalah cuaca sebesar 6,04,kendala ke enam adalah sulit memperoleh bahan baku memiliki nilai persentase sebesar 3,34%, selanjutnya kendala yang ke tujuh adalah pemasaran memiliki nilai sebesar 7,63% dan kendala yang terakhir adalah kendala lain-lain memiliki nilai 20,35%.

Bandung terkenal sebagai pusat mode Indonesia. Banyak butik, distro, dan industri fesyen tumbuh di Kota Kembang. Termasuk sentra kain rajutan di Kampung Binong Jati yang sudah ada sejak tahun 1970-an. Hampir seluruh warga kampung yang menjadi salah satu tujuan wisata ini berprofesi sebagai perajut. Perkembangan mode di ibukota Jawa Barat ini ditandai dengan menjamurnya industri fesyen, baik yang berskala rumahan hingga besar, seperti

butik, factory outlet, dan distro.

Perkembangan mode di Bandung tak lepas juga dari sentra kain rajutan Kampung Binong Jati, Batununggal. Kampung yang sebagian besar warganya bekerja sebagai perajin kain rajutan ini telah bertahan lebih dari 35 tahun. Sehingga Pemerintah Kota Bandung menetapkan Kampung Binong Jari sebagai salah satu tujuan wisata pada 2007. (http://peluangusaha.kontan.co.id/ diakses 19 Januari 2015)

(13)

13 Usaha Rajut Binong Jati merupakan usaha yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Untuk generasi senior yang berpengalaman dalam merajut mempunyai tugas khusus untuk membina dan mengkaderisasi untuk berbagi pengalaman dan kemampuannya untuk mendirikan usaha di Sentra Rajut Binong Jati. Lalu untuk generasi yang muda fokus pada inovasi, mengumpulkan dan mengelola informasi, membuat event-event promosi dan mengikuti program pemerintah seperti pelatihan, pengembangan dan studi banding. (Hasil wawancara dengan Eka, selaku koordinator Sentra Rajut Binong Jati Tanggal 6 Mei 2015)

Permasalahan utama pada UKM di Sentra Rajut Binong Jati adalah infrastruktur yang kurang memadai,karena jalannya yang sempit sehingga menyulitkan rombongan yang membawa bis untuk masuk ke dalam sentra rajut. Para pengrajin menginginkan adanya akses jalan baru ke arah terusan kiaracondong agar konsumen lebih nyaman dan industri lebih berkembang. Lalu, permasalahan lainnya adalah manajemen yang masih belum dikelola dengan baik. Eka mengatakan bahwa manajemen UKM di sentra Industri Rajut ini memiliki 20% yang sudah memiliki manajemen yang terstruktur dan 80% manajemennya masih belum terstruktur. Eka juga menyebutkan permasalahan lainnya adalah kurangnya SDM ketika permintaan banyak dan tenaga pemasaran yang masih kurang karena pesanan para pelaku UKM di Sentra Rajut ini tidak secara kontinuitas yang artinya pesanannya itu tidak berkelanjutan seperti hal nya retail, jadi mereka hanya mendapatkan pesanan hanya dalam bentuk musiman. Oleh karena itu, produk pelaku UKM di Sentra Rajut selalu mengikuti event nasional untuk melakukan branding ke luar negeri ataupun ke dalam negeri yang diharapkan mampu menarik wisatawan untuk datang ke Sentra Rajut. Pelaku UKM di Sentra Rajut juga mengharapkan adanya showroom. Dengan adanya showroom ini, diharapkan menjadi sebuah peluang ekspansi untuk memperkuat manajemen sentra itu sendiri. Showroom bertujuan agar para pengunjung bisa melihat proses rajutan dan bisa membuat langsung rajutannya sendiri. (Hasil wawancara dengan Eka, selaku Koordinator Sentra Rajut Binong Jati Tanggal 6 Mei 2015)

(14)

14 Peran Stakeholder dalam memberdayakan UKM sangatlah penting dalam menentukan keberhasilannya. Semua elemen terus mengalami perkembangan terkait cara pandang dan kebijakan pemerintah terhadap UKM (Karsidi, 2007). Unsur-unsur yang terlibat dalam stakeholder UKM dalam konteks Binong Jati antara lain, instansi pemerintah, konsumen, masyarakat, supplier, koperasi dan lembaga keuangan. Keterlibatan pemerintah dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang memberdayakan UKM dapat mempermudah kelancaran bisnis pelaku UKM yang sangat diharapkan para pelaku UKM di sentra rajut. Pelaku UKM menuntut untuk terus diberdayakan oleh pemerintah melalui kemudahan-kemudahan yang didapatkan. Adapun peran pemerintah terhadap UKM di sentra rajut adalah memfasilitasi dan memberdayakan UKM seperti fasilitas Hak Kekayaan Intelektual, permodalan, pelatihan, pameran, infrastruktur dan layanan perizinan keberadaan UKM. Lalu, peran masyarakat yang berada di lingkungan sentra rajut adalah mendukung kelancaran aktivitas bisnis yang berada di sentra rajut Binong Jati berupa mental, moral dan modal. Seperti menjalin baik dengan para pelaku UKM, berperilaku baik kepada pelaku UKM. Masyarakat juga dapat menjadi bagiannya dengan ikut serta menjadi tenaga kerja serta investor bagi UKM.

Selanjutnya peran supplier yang berada di sentra rajut diantaranya menjalin hubungan dengan baik kepada para pelaku UKM di sentra rajut, selalu menjaga komunikasi,memastikan ketersediaan bahan baku ketika sewaktu-waktu diperlukan oleh pelaku UKM dan disiplin dalam menjaga ketepatan waktu hingga pesanan sampai di tangan pelaku. Semua hal itu dilakukan demi terciptanya loyalitas dan kepercayaan antara kedua belah pihak. Peran lembaga keuangan bagi para pelaku UKM untuk meminjam dana modal bukan melalui bank, namun meminjam dana dari koperasi yang dikelola oleh Telkom (PKBL) yang memberikan pelatihan, pengembangan dan pinjaman modal yang memiliki bunga lebih rendah dari bank konvensional sehingga dapat dimanfaatkan para pelaku UKM di sentra rajut untuk memajukan usahanya. Dan peran pelaku UKM selalu menjalin komunikasi dengan konsumen sehingga konsumen mendapatkan ruang untuk beraspirasi memberi masukkan kepada pelaku UKM mengenai kualitas, perkembangan produk yang ada sehingga dapat terciptanya kepercayaan satu

(15)

15 sama lain. serta peranan koperasi terhadap pelaku UKM di sentra rajut adalah memfasilitasi simpan pinjam pelaku usaha dan sebagai wadah penyatu keanggotaan untuk saling bertukar informasi serta sharing knowledge mengenai perkembangan sentra rajut Binong Jati.

UKM di Sentra Rajut Binong Jati membutuhkan strategi terutama pada pemasaran untuk dapat mendongkrak penjualan dan persiapan SDM yang memadai atau kompeten. (Hasil wawancara dengan Eka selaku koordinator Sentra Rajut Binong Jati Tanggal 6 Mei 2015)

Oleh karena itu, percepatan pelaksanaan AEC dari tahun 2020 menjadi 2015 memerlukan peta strategi yang jelas (Suatma, 2012). UKM perlu menyusun strategi untuk bertahan hidup dan berkembang dalam lingkungan yang kompetitif yang disebabkan oleh proses liberalisasi dan globalisasi. Strategi perlu dilaksanakan melalui taktik. Kebanyakan UKM yang dibebani dengan masalah operasional sehari-hari cenderung mengadopsi taktik tanpa pandangan strategis. (Sharma, 2011)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti yang berjudul “Pengembangan Strategi Daya Saing Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) Di Bandung Pada UKM Di Sentra Industri Rajut Binong Jati Bandung.”

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah mengenai:

1. Bagaimana kondisi lingkungan internal UMKM di Sentra Industri Rajut Binong Jati Kota Bandung?

2. Bagaimana kondisi lingkungan eksternal UMKM di Sentra Industri Rajut Binong Jati Kota Bandung?

3. Bagaimana strategi UMKM di Sentra Industri Rajut Binong Jati Kota Bandung untuk meningkatkan daya saing dengan menggunakan analisis SWOT?

(16)

16 1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan diatas. Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk Mengetahui Kondisi Lingkungan Internal UMKM Sentra Industri Rajut Kota Bandung.

2. Untuk Mengetahui Kondisi Lingkungan Eksternal UMKM Sentra Industri Rajut Kota Bandung.

3. Untuk Mengetahui Strategi UMKM di Sentra Industri Rajut Binong Jati Kota Bandung Untuk Meningkatkan Daya Saing dengan Menggunakan Analisis SWOT.

1.5 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dengan melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aspek teoritis:

Penelitian ini berguna bagi peneliti untuk mengaplikasikan teori dan memberikan kontribusi teori untuk manajemen strategi dimana teori tersebut bisa dihubungkan langsung dengan kondisi bisnis di lapangan serta dapat merumuskan formulasi strategi untuk AEC 2015 yang sedang berlangsung sehingga dapat dijadikan referensi penelitian.

2. Aspek praktis:

Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif bagi Sentra Industri Rajut Binong Jati dan Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Bandung dalam menjalankan bisnis untuk meningkatkan dan mengformulasikan strategi daya saing di UKM untuk menghadapi AEC 2015.

1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusun suatu sistematika penulisan yang berisi informasi yang akan dibahasa tiap bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

(17)

17 BAB I Pendahuluan, Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian, Bab ini mengemukakan tentang hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan topik dan variabel penelitian.

BAB III Metode Penelitian, Bab ini menegaskan pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan hasil penelitiaan.

BAB V Kesimpulan dan Saran, Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan dan penulis memberikan saran mengenai masalah yang terjadi dalam penelitian.

Gambar

Tabel  1.5  menunjukkan  perkembangan  UKM  di  Indonesia  yang  meliputi  perkembangan unit usaha, tenaga kerja, Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga  berlaku dan PDB atas harga konstan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu entitas yang berguna untuk berbagai pengguna

Sesudah mengalami asimilasi progresif total, bunyi-bunyi yang sama tersebut kembali mengalami perubahan bunyi, zeroisasi sinkope, pada salah satu bunyi dari dua

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Berniatlah, “Ya Allah/Ya Tuhan, Saya niat bermeditasi untuk mencapai kesehatan selalu dalam hidup saya.” Atau jika Anda sedang menderita suatu penyakit tertentu,

Corebima (2010) mengemukakan bahwa keterampilan berpikir perlu diberdayakan secara sengaja dan terencana. Lebih lanjut beliau mengemukakan, ”apakah pada

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Metode yang digunakan yaitu metode penelitian kuantitatif dan (one-shot) model yaitu model pendekatan yang menggunakan satu kali pengumpulan data dengan cara

Tujuan umum dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan yang tepat bagi pasien dengan tindakan operasi obstruksi