• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KASUS. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Dokter Spesialis Radiologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KASUS. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Dokter Spesialis Radiologi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

1

CORPUS ALIENUM GIGI PALSU DI OESOPHAGUS DENGAN

PEMERIKSAAN X-RAY DAN OESOPHAGOGRAFI

LAPORAN KASUS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Meraih Derajat Dokter Spesialis Radiologi

Oleh

dr. Andi Rizal

Pembimbing

dr. Yana Supriatna, Sp.Rad, Ph.D

BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

(2)

2

BAB I

PENDAHULUAN

Tertelan benda asing merupakan masalah umum pada orang dewasa dan anak-anak yang paling sering dijumpai di ruang emergensi.6 Benda asing di esofagus menyumbang sekitar 20% dari semua benda asing gastrointestinal, ditemui lebih sering di masa kanak-kanak tetapi juga dapat dilihat pada orang dewasa dan orang tua.2

Tingginya pemakaian gigi palsu meningkatkan insidensi tertelan gigi palsu seperti yang ditemukan di Nigeria 25 tahun terakhir dengan kejadian sebesar 4,9%.30 Menurut penelitian yang dilakukan oleh Onotai dan Etawo, lokasi benda asing pada esofagus paling sering ditemukan setinggi sfingter krikofaringeus esofagus dan benda asing yang paling sering ditemukan adalah tulang.

Gambaran radiologi corpus alienum gigi palsu bersifat radiolusen pada x-ray karena bahan dasar gigi palsu polymethylmethacrylate (PMMA) yang bersifat radiolusen sehingga pada foto polos tampak adanya indirek sign dan pemeriksaan esophagografi untuk menentukan lokasi, jumlah dan perkiraan ukuran.

Alasan dalam pemilihan kasus ini adanya kesulitan mendiagnosis corpus alienum di esophagus yang berdensitas nonlogam dan tujuan untuk menilai indirek sign adanya corpus alienum di oeshopagus baik pada foto polos maupun dengan esophagografi.

(3)

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ESOFAGOGRAFI 1. Definisi

Esofagografi atau barium swallow merupakan pemeriksaan radiologi untuk menilai bentuk dan fungsi (menelan) dari faring dan esophagus.1.2

2. Anatomi dan fisiologi 1

Esofagus berawal dari sfinter esophagus superior ( batas inferior kartilago krokoid) pada ketinggian vertebra cervical VI sampai sfinter esophagus inferior pada ketinggian vertebra thoracal XI. Esofagus memiliki panjang sekitar 25 cm dan diameter 2 cm. Dinding esophagus terdiri dari empat lapisan. Lapisan paling luar yaitu lapisan fibrosa, kemudian lapisan muscularis, lapisan subnmukosa dan yang paling dalam adalah lapisan mukosa. Mukosa esophagus terdiri dari sel skuamosa ( pipih) yang berubah menjadi sel kolumnar pada perbatasan esofagogastrik ( Z line). Esofagus dapat dibagi menjadi 3 segmen yaitu segmen cervicalis, segmen thoracalis dan segmen abdominalis.Esofagus memiliki beberapa penyempitan fisiologis : Perbatasan faringoesofagus, arcus aorta, bronkus utama kiri dan hiatus esophagus.

Motilitas normal dari esophagus diawali oleh gelombang peristaltik primer. Gelombang peristaltic primer dimulai saat bolus makanan mulai ditelan. Gelombang peristaltik sekunder dimulai ketika masih terdapat sisa makanan di esophagus atau ada sebagian makanan yang refluks dari lambung. Gelombang peristaltic sekunder akan membersihkan esophagus dari makanan. Gelombang

(4)

4 peristaltic tersier merupakan abnormal dari esophagus yang tidak beraturan dan non-propulsif.

3. Indikasi

Disfagia, odinofagia ( Nyeri menelan), penilaian fistula trakeoesofageal ( gunakan zat kontras ionik), penilaian perforasi ( gunakan zat kontras non-ionik), varises oeshopagus, benda Asing, gastroesofageal refluks disease ( GERD ), divertkulum Zenker ( divertikulum pada bagian proximal dari esophagus), barrett,s oesophagus, akalasia tumor esophagus 1,2.4

4. Kontraindikasi

Alergi terhadap zat kontras, perforasi ( gunakan zat kontras non-ionik ), fistula trakeosofageal ( gunakan zat kontras non-ionik ), kehamilan ( gunakan perisai untuk melindungi janin ), obstruksi total dari saluran cernah ( gunakan zat kontras non ionok) 1.2

5. Persiapan

Oleh karena esophagus biasanya kosong, maka pasien tidak memerlukan persiapan. Pakaian dan perhiasan berbahan metal antara mulut dan pinggang harus di tanggalkan. Pasien diminta untuk menggunakan gaun dari rumah sakit. Persiapan lembar informed consent dan diberikan penjelasan kepada pasien mengenai prosedur yang akan kita lakukan beserta komplikasi yang dapat terjadi. Tanyakan mengenai status kehamilan pasien. Beritahu pasien agar berhati-hati meletakkan tangan di meja pemeriksaan agar tidak terjepit ketika meja bergeser.

Esofagografi menggunakan zat kontras barium sulfat dengan perbandingan 1 : 1 dengan air. Zat kontras dengan barium sulfat merupakan pilihan utama oleh

(5)

5 karena memberikan penggambaran detil mukosa yang lebih baik, lebih resisten terhadap dilusi, dan lebih murah dibandingkan dengan zat kontras water soluble ( non-ionik), Persiapan – 100cc atau lebih jika diperlukan. 1

Zat kontras water soluble digunakan jika ada kecurigaan perforasi atau fistula trakeoesofagus. Zat kontras water soluble juga digunakan jika akan dilakukan operasi atau prosedur endoscopic yang melibatkan saluran pencernaan dalam jangka waktu dekat (sebelum zat kontras barium dieksresikan dari saluran pencernaan). Barium merupakan zat yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh melalui sirkulasi darah ke ginjal. Barium yang tidak keluar tersebut dapat menyebabkan reaksi granulasi pada jaringan. Zat kontras water soluble yang digunakan pada esofagografi sebaikanya memiliki konsentrasi 290-367 mgl/ml. Baberapa dosis media kontras ( Perbandingan barium dengan air) yang dapat digunakan pada berbagai literature : Perbandingan bubuk barium dan air 100% w/v ( departemen radiologi RS Hasan sadikin), 150 % w/v --- 150 gr barium dicampur ke dalam 100 cc air ( Chapman), Bubuk barium : air = 3-4 : 1 ( Bontranger), 30-50 % w/v untuk single contrast dengan persentase yang lebih tinggi jika digunakan double contrast ( Balllinger) 1.

(6)

6 6. Prosedur

Lakukan pemeriksaan foto polos untuk menyesuaikan pengaturan KV dan mAS dan untuk melihat kelainan sebelum pemberian kontras. Kontras diminum kemudian diatahan dalam rongga mulut. Pemotretan dilakukan setelah 3-4 kali gerakan menelan. Foto dapat diambil pada posisi RAO, Lateral, AP atau PA. Posisi RAO dan lateral dapat memperlihatkan esophagus tanpa superimposisi dengan vertebra. Pada posisi AP atau PA esophagus akan superimposisi dengan vertebra dan bayangan jantung. 1

Pemeriksaan esophagus juga bertujuan untuk menilai refluks dari gaster ke esophagus. Terdapat beberapa metode untuk melihat refluks, yaitu : Valsava maneuver ( pasien diminta untuk menarik napas dalam, kemudian mengedan). Water test ( pasien pada posisi LPO, diminta untuk meminum air setelah diberikan zat kontras sebelumnya ) Compression paddle technique, The toe-touch maneuver1

Penilaian fungsi menelang atau peristaltic esophagus dilakukan dengan menelan bolus kontras satu kali saja. Gelombang peristaltik primer akan terlihat membawah bolus kontras ke lambung. Gelombang peristaltik sekunder yang membersihkan esophagus dari sisa kontras akan mengikuti gelombang peristaltik primer. Pasien diminta untuk menelan satu kali saja. Jika pasien menelan lebih dari satu kali, maka gelombang peristaltik primer dari penelanan bolus kontras yang pertama. Hal ini menyebabkan penilaian gelombang peristaltik primer sulit dilakukan.1

(7)

7 7. Ekspertise

Beberapa aspek yang dinilai antara lain: Pasase kontras di esophagus, besar, bentuk dan posisi esophagus, ada tidaknya hernia esophagus, Mukosa esophagus ( penilaian lebih optimal pada pemeriksaan dengan double contrast), ada luput isi ( filling defect) atau bayangan tambahan ( additional shadow), penilaian refluks gastroesofagus.1

8. Komplikasi 1

Kebocoran zat kontras barium dari perforasi yang tidak diperkirakan, Aspirasi.

B. Corpus Alienum oesophagus

1. Definisi

Benda asing esofagus adalah semua benda, baik berupa bolus makanan atau agen korosif yang tertelan dengan sengaja atau tidak yang dapat menyebabkan perlukaan esofagus.5,7,8 Benda asing esofagus juga bisa diartikan benda yang tajam maupun yang tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan baik disengaja maupun tidak disengaja5.

2. Etiologi

Benda asing pada esofagus dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu benda asing yang sebenarnya dan benda asing yang berhubungan dengan makanan. 6 Beberapa penyebab tersangkutnya benda asing di esofagus yaitu striktur (37%), keganasan (10%), cincin esophageal (6%), dan akalasia (2%). 5 Berdasarkan data yang ada, frekuensi tertelan benda asing sangat bervariasi. Benda asing yang

(8)

8 paling sering tertelan oleh orang dewasa adalah tulang ikan (9-45%), tulang (8-40%), gigi palsu (4-18%).5,6

3. Patofisiologi

Benda asing dalam esofagus dapat terjadi pada semua golongan umur baik itu anak-anak maupun orang dewasa, pada anak-anak berusia antara 6 bulan dan 6 tahun 5 dan yang mempunyai resiko tinggi atas kejadian ini adalah anak yang berumur 14 bulan (fase oral) 4 dan 6 tahun (ketika gigi mulai tumbuh) sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi akibat gangguan patologi pada umumnya. 5.6

Tiga daerah paling sering benda asing tertahan pada esofagus adalah tepat di bawah muskulus krikofaringeal (70%), daerah di mana arkus aorta menyilang dinding anteromedial esofagus (20%), dan gastroesophageal junction (10%).6 Kelemahan struktur otot peristaltik esofagus servikalis bagian atas diduga sebagai penyebab utama tersangkutnya benda asing. Pemeriksaan manometrik pada esofagus normal menunjukkan adanya area dengan amplitudo kontraksi yang lemah pada proksimal esofagus. Diyakini daerah tersebut merupakan peralihan dari otot lurik menjadi otot polos.8

4. Gejala dan Tanda

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran cerna tergantung pada lokasi benda asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk dan ukuran benda asing.8 Sebagian besar pasien dewasa dengan benda asing di esofagus memiliki riwayat tertelan benda asing dan gejala sumbatan seperti disfagia , odinofagi, regurgitasi, hipersalivasi dan atau sensasi adanya benda asing , sering kali mereka dapat menunjukan kemungkinan lokasi benda asing yang tertelan.3,4,5,7 Sedangkan pada

(9)

9 anak-anak riwayat tertelan mungkin tidak jelas dan gejala pernafasan lebih sering terlihat dibandingkan gejala gastrointestinal. Pemeriksaan fisik biasanya didapatkan normal pada 90% pasien. Beberapa temuan klinis yang mungkin ada walaupun jarang adalah demam, eritema pada faring, abrasi palatum, wheezing, dan emfisema subkutis.4

5. Gambaran Radiologis 5,6,7,13

Pemeriksaan konvensional x-ray digunakan sebagai pemeriksaan awal untuk membantu menegakkan diagnosis adanya benda asing di oesophagus. Evaluasi radiologis dilakukan untuk menilai lokasi, ukuran dan jumlah benda asing.6,7 Pemeriksaan foto cervical proyeksi AP dan lateral, foto thorax dan foto abdomen dapat dilakukan untuk mengetahui benda asing radioopaque.5,6,11, Benda asing esophagus nonopaque dapat ditandai dengan melihat pelebaran jarak antara vertebra cervicalis dengan laring atau adanya udara dalam oesophagus pars cervicalis. Jika pemeriksaan x-ray konvensional tidak ditemukan adanya benda asing maka dapat dilakukan pemeriksaan esophagus dengan kontras atau MSCT .5,6,7,13

6. Diagnosis

Diagnosa dapat ditegakkan melalui anamnesis, baik alloanamnesis maupun autoanamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis. Anamnesis yang lengkap merupakan alat diagnostik yang penting. Pasien umumnya dapat mengingat jenis benda asing yang tertelan dan durasi sejak tertelan benda asing. Pasien juga harus ditanyakan mengenai gejala-gejala benda asing di esofagus seperti disfagia, odinofagia, regurgitasi, hipersalivasi, dan

(10)

10 sensasi adanya benda asing.5,6,7 Pada anak-anak, perhatian khusus harus diberikan pada gejala-gejala pernafasan. Gejala-gejala yang terlihat akan membantu pertimbangan pemilihan tatalaksana. Walaupun tidak ada gejala-gejala dan tanda benda asing di esofagus pada sebagian besar pasien, pemeriksaan faring, leher, trakea, paru-paru dan abdomen harus dilakukan.

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan benda asing di esophagus tergantung pada berbagai parameter seperti usia pasien, kondisi klinis , jenis, ukuran, bentuk, lokasi dan jumlah. Pada umumnya endoskopi merupakan metode yang disukai untuk ekstraksi benda asing dengan tingkat keberhasilan yang dilaporkan sekitar 83%, baik yang riged maupun fleksibel endoskopi, dilakukan di bawah anestesi umum , masing-masing, yang dianggap aman.

8. Komplikasi

Benda asing di esofagus dianggap kondisi klinis yang serius, baik pada orang dewasa dan anak-anak, karena kemungkinan dapat menimbulkan komplikasi yang fatal seperti abses paraesofagus atau retroesofagus, mediastinitis, empiema, perforasi esofagus fistula trakeoesofagus dan obstruksi jalan napas13, Diagnosis yang cepat dan akurat serta penanganan yang tepat dapat menurungkan angka mortalitas dan morbiditas.8,11

Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan radiologi merupakan dasar untuk melakukan tindakan baik dengan intervensi bedah maupun esophagoscopy. 6

(11)

11

BAB III LAPORAN KASUS

Dilaporkan seorang laki-laki usia 28 tahun rujukan dari RSUD Wonosobo dengan keluhan utama sulit menelan dan sakit pada saat menelan, dialami sekitar 16 jam SMSR karena tertelan gigi palsu pada saat tidur. Sesak napas (-).

Keadaan pasien pada saat di rumah sakit, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah : 120/60 mmhg, heart rate :60 x/ menit, respirasi ; 16 x/mnt, suhu : afebris Hasil pemeriksaan laboratorium tgl 10.02.2014 dalam batas normal. Pemeriksaan Radiologis esophagografi : corpal yang terlumuri kontras setinggi DIV VC VI – Th I.

Penatalaksanaan korpus alienum gigi palsu pada kasus ini berupa extraksi corpal dengan endoscopi dalam pengawasan anestesi umum. Terapi post tindakan pemeberian antibiotik dan analgetik. Evaluasi dilakukan setelah 5 hari setelah tindakan.

(12)

12 BAB IV

PEMBAHASAN

Dilaporkan kasus seorang laki-laki berusia 28 tahun dengan riwayat tertelan benda asing gigi palsu di esophagus. Tertelan benda asing umumnya terjadi pada anak, namun tidak jarang terjadi pada orang dewasa. Shivakumar et al 6 melaporkan dari 152 kasus tertelan benda asing 48 (31,57%) terjadi pada orang dewasa, 4 (8,3%) kasus di antaranya tertelan gigi palsu. Tingginya pemakaian gigi palsu meningkatkan insidensi tertelan gigi palsu 17. Tujuan menggunakan gigi palsu selain meningkatkan estetika wajah, membantu mengunyah makanan dan memperjelas artikulasi pada saat berbicara.11,17

Biasanya mendiagnosis tertelan gigi palsu tidak sulit karena dalam anamnesis adanya riwayat tertelan gigi palsu, gejala klinis dan pemeriksaan radiologi.13 Tujuan pemeriksaan radiologi untuk menentukan lokasi, jumlah dan perkiraan ukuran corpus alienum. Pada umumnya bahan dasar gigi palsu polymethylmethacrylate (PMMA) 11,14,15,16 yang bersifat radiolusen pada x-ray sehingga perlu dilakukan pemeriksaan esophagografi. Gigi palsu terbuat dari bahan akrilik yang mana akan berupa gambaran radiolusen pada pemeriksaan radiologi, tetapi apabila terdapat kawat pada gigi palsu tersebut, maka akan terlihat gambaran radioopak pada pemeriksaan radiologi. Apabila benda asing hanya terlihat gambaran radiolusen, pemeriksaan radiologi dengan menggunakan kontras sebaiknya dilakukan untuk melihat lokasi benda asing yang tersangkut. Pada foto polos benda asing yang bersifat radiolusen yang terperangkap di esofagus dapat di perkirakan dengan adanya indirek sign berupa

(13)

13 adanya udara yang terperangkap di bagian proximal benda asing dan bertambahnya jarak antara vertebra cervical dengan laring atau trakea pada esofagus bagian cervical 11,14,16.

Pada kasus ini pasien dengan keluhan sulit menelan dan sakit pada saat menelan baik makanan padat maupun cairan. Kejadian timbul pada saat beberapa jam setelah tertelan gigi palsu pada saat tidur. Pada pemeriksan foto polos cervical ditemukan adanya penebalan soft tissue di regio retrotracheal space = 23,6 mm – 26,1 mm ( Normalnya = < 22 mm ) 12 setinggi VC VI-VII dengan lusensi di dalamnya. dikesankan sangat mungkin corpal eshophagus pars cervical setinggi VC VI-VII. Penebalan soft tissue retrotracheal space disebabkan adanya benda asing dengan disertai adanya reaksi inflamasi disekitranya yang menyebabkan obstruksi parsial dan menyebabkan adanya rasa sakit pada saat menelan.

Dilakukan pemeriksaan esophagografi AP dan oblique view dengan fluroscopy (fluoroskopi) menggunakan suspensi barium encer. Tampak pasase kontras melewati esophagus pars cervical, thoracal dan abdominal. Tampak kaliber esophagus pars cervical melebar dengan dinding irreguler setinggi VC V dan VII. Kaliber dan dinding esophagus pars thoracal dan abdominal normal. Pada foto oblique view tampak pasase kontras terhambat di VC V sampai VII yang membentuk suatu area lusensi bentuk amorf, batas tegas, tepi licin dan kontras kembali menyatu di bagian distal area lusensi tersebut. Area lucensi yang terbentuk pada foto tersebut merupakan corpus alienum gigi palsu yang menahan pasase kontras yang menyebabkan obstruksi parsial karena masih tampak kontras melewati pada aspek anterior dan aspek posterior . pada foto AP tampak sebagian

(14)

14 sisa kontras setinggi VC V –VI, pasien minum air dan dilakukan kembali foto AP, masih tampak sisa kontras setinggi DIV VC VI-VII dan DIV VC VII – Th I.

Pemeriksaan radiologi pada kasus ini baik foto polos maupun esofagografi tidak dapat menentukan bentuk dan jumlah karena bahan dasar gigi palsu terbuat dari akrilik yang bersifat radiolusen. Benda asing tersangkut pada setinggi C7-Th1, merupakan tempat yang sering karena terdapat penyempitan fisiologis setinggi sfingter krikofaring.13 Nwaorgu et all melaporkan sebagian besar gigi palsu (63,6%) tersangkut di esofagus proksimal (antara krikofaring dengan toraks)11,17

Pada kasus ini gigi palsu tertelan ketika pasien sedang tidur dan memakai memasang gigi palsu yang sudah patah sebelumnya. Pemakaian gigi palsu yang sudah patah merupakan penyebab tertelannya gigi palsu. Naswanto dkk melaporkan dua kasus tertelan gigi palsu. Keduanya juga disebabkan pasien memakai gigi palsu yang sudah patah. Hal yang sama juga dilaporkan Marbun,38 dari 18 kasus gigi palsu di esofagus terjadi karena pemakaian gigi palsu yang sudah patah. Kecerobohan pasien merupakan penyebab yang sering dilaporkan sebagai penyebab tertelannya gigi palsu 17

Penatalaksanaan korpus alienum gigi palsu pada kasus ini dengan endoscopi dalam anestesi umum. Terapi setelah dilakukan tindakan berupa pemberian analgetik, antiinflamasi dan antibiotik.

(15)

15 BAB V

KESIMPULAN

Dilaporkan pasien laki-laki umur 28 tahun dengan keluhan sulit dan sakit pada saat menelan, riwayat tertelan gigi palsu. Pada umumnya bahan dasar gigi palsu polymethylmethacrylate (PMMA) yang bersifat radiolusen pada x-ray sehingga perlu dilakukan pemeriksaan esophagografi untuk menentukan lokasi. Pada foto polos gambaran corpus alienum gigi palsu di oesophagus dapat ditemukan indirek sign dan pada esophagografi dapat berupa filling defek di oeshopagus.Lokasi gigi palsu berada setinggi C7-Th1, merupakan tempat yang sering karena terdapat penyempitan fisiologis setinggi sfingter krikofaring.

Penatalaksanaan korpus alienum gigi palsu pada kasus ini dengan endoscopi dalam anestesi umum dan pemberian analgetik, antiinflamasi dan antibiotik.

(16)

16 DAFTAR PUSTAKA

1. Soetikno RD. Gastrointestinal & urogenital . Prosedur pemeriksaan radiologi .2014

2. Anonim 1. Barium meal / Barium swallow / Barium follow-through. European Society of Radiology (ESR) http://www.myesr.org

3. Smith MB ChB MGP. Update on barium x-ray examinations of the gastro-intestinal tract. Volume 28 Number 5, October 2001

4. Anonim 2. Esophagrams and upper gastrointestinal examination in adults. American College of Radiology. Amended 2014.

5. Ambe P, Weber S a, Schauer M, Knoefel WT. Swallowed foreign bodies in adults. Dtsch Arztebl Int . 2012 Dec:869–75.

6. Ashoor AA, Momen A Al. Foreigin bodies of the esophagus : A two-year prospective study. 2000; 20(2):173–5.

7. Young CA, Menias CO, Bhalla S, Prasad SR. RadioGraphics . Emergencies T. CT Features of Esoph-. 2008;63110:1541–54.

8. Anonim 1 Coin in the Esophagus. Learning radiology. http://www .learning radiology .com/archives 2008 ;1–4.

9. Saki S. Nikakhlagh , et al. Diagnostic Accuracy of Conventional Radiography for Esophageal Foreign Bodies in Adults. Journal iran 2008;5(4):199–204. 10. Bianchini SPC, Pastore ACA. Unusual foreign body in the upper cervical

(17)

17 11. Nwaorgu OG, Onakoya PA, Sogebi OA, Mb DDK, Zaria BS, Dosumu O, et al. Esophageal Impacted Dentures.journal of the national medical association .2004;1350–3.

12. Anonim 2. Imaging of the Cervical Spine. Soft Tissue Space .https://www.med-ed.Virginia.edu/courses/rad/cspine/ interpretation . Diakses tanggal 27.8.2014

13. Yadav R, Mahajan G, Mathur RM. Denture plate foreign body of esophagus. Indian J Thorac Cardiovasc Surg [Internet]. 2008 Oct 30;24(3):191–4. Available from: http://link.springer.com/10.1007/s12055-008-0040-2.

14. Saleh M, Mendis D. Late Presentation of an Ingested Partial Denture. Int J Case Reports Images. 2014. Oct 30 ;2(7):13. Available from: http://www. Ijcasereport sandimages. com/archive/2011/007-2011.

15. Soepardi EA. Difficult factors in Management of Impacted Dental Prosthesis in Esophagus. Med J Indones 2005; 14: 33-6.

16. Okugbo SU, Okoro E, Kesieme ESu O. Removal of imfacted dentures with polypectomy snare. Journal of Biomedical Sciences. June 2012;11(1):14–9. 17. Cahyono A, Hermani B, Hadjat F, Rahman S. Ekstraksi benda asing gigi palsu

di esofagus dengan esofagotomi servikal. Laporan kasus . ORLI .2012;42(1). 18. Ashraf O. Foreign body in the esophagus : a review. Sao Paulo Med Jurnal

2006;124 (6)346-9.

19. Rathore PK, Raj A, Sayal A, Meher R, Gupta B, Girhotra M. Prolonged foreign body impaction in the oesophagus. Case report. Singapore Med J 2009; 50(2) :53–4.

(18)

18 20. Ekim H. Management of esophageal foreign bodies : A report on 26 patients

and literature review. Eastern Journal of Medicine 15 (2010) 21-25.

21. Gallas M, Blanco M, Martinez-Ares D, Rivo E, Fontán E, García-Gontán E, et al. Unnoticed swallowing of a unilateral removable partial denture. Case report. Gerodontology . 2012 Jun 9(2):e1198–200. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22612837.

22. Fitri F, Triola S, Telinga B, Tenggorok H, Kepala B. Penatalaksanaan Benda Asing Gigi Palsu di Esofagus. 2011;1–5.

(19)

19 LAMPIRAN

Anatomi esophagus

(20)

20 Foto Thorax AP / lateral : 10 02. 2014

(21)

21 Foto esofagografi : 10 02. 2014

(22)

22 Corpal gigi palsu

Referensi

Dokumen terkait

/ubektomi adalah setiap tindakan yang dilakukan pada kedua saluran telur anita yang mengakibatkan orang yang bersangkutan tidak akan mendapatkan keturunan lagi% Kontrasepsi

Beberapa persolan khusus yang dimaksud adalah berkaitan dengan hambatan dan kesulitan siswa tertentu dalam ketuntasan kompetensi pembelajaran apresiasi sastra dalam

Sebelum kita aktifkan OSPF pada R2 dan R3, berhubung tidak ada priority router yang di konfigurasi manual , maka priority setiap router akan sama dan dengan begitu DR dan BDR

Pada akhir musim penghujan, wader pari induk yang sebelumnya hidup di daerah lindung- an akan melakukan ruaya pemijahan ke daerah sungai di bagian atas dengan pola

Jumlah kelompok telur inang yang terparasit dan tingkat parasitisasi yang lebih tinggi pada petak polikultur mengindikasikan bahwa manipulasi habitat yang dilakukan

Melihat kasus di atas, pelanggaran yang dilakukan oleh Junta Militer Myanmar terhadap Etnis Rohingya dapat dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat karena

Setela# melakukan pengamilan data sekunder, dilakukan pengamilan data*data  primer dengan (ara pengamilan data se(ara langsung $ang terdapat pada lokasi penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas seni rupa anak usia dini melalui teknik mozaik pada kelompok B TK Muslimat