• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINGKAT PENALARAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN RANKING TASK EXERCISE PEER INSTRUCTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINGKAT PENALARAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN RANKING TASK EXERCISE PEER INSTRUCTION"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINGKAT PENALARAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA DALAM PEMBELAJARAN RANKING TASK EXERCISE PEER INSTRUCTION

A. Ranking Task Exercise

Ranking taskexercise (selanjutnya disingkat RTE) adalah “suatu format

baru latihan konseptual yang pertama kali dijelaskan pada penelitian pendidikan fisika oleh David Maloney (1987)” (Hudgins, 2007). Menurut Cox (2005) RTE adalah “latihan yang menuntut siswa untuk membandingkan berbagai konfigurasi yang sedikit berbeda”. Lietz (2010) menambahkan bahwa

RTE tidak seperti rata-rata pertanyaan dalam buku teks fisika, disini siswa memerlukan cara berpikir berbeda. Mereka menuntut siswa untuk menganalisis skenario fisika dari sudut pandang konsep. RTEmemerlukan siswa untuk memutuskan bagaimana variabel berpengaruh terhadap sistem.

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa RTE merupakan format latihan konseptual yang memerlukan siswa untuk membandingkan berbagai konfigurasi yang sedikit berbeda dari sudut pandang konsep. Perbedaan RTE dengan latihan yang biasa adalah RTE menghindari adanya proses penyelesaiansoaldengan hanyamemindahkanangka ke persamaan tanpa adanya pemahaman yang kuat terhadap masalah (Cox, 2005).

„RTE didasarkan pada teknik yang disebut aturan penilaian‟ (O‟Kumaet

al. 2004: xiii). Pada RTE ini menyajikan empat sampai delapan variasi pada

(2)

mulai paling besar sampai paling kecil atau paling kecil sampai paling besar (Mattern,2011). Menurut Maloney (1987, dalam O‟Kumma, 2004)

Struktur RTE ada empat unsur, yaitu deskripsi situasi, batasan dan dasar aturan peringkat; sebuah tempat untuk mengidentifikasi urutan yang dipilih atau menunjukan semua urutan adalah sama; dan tempat untuk menjelaskan alasan dari jawaban yang dihasilkan.

Gambar 2.1 Struktur RTE

Mattern (2011) menyatakan bahwa “RTE didesain untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dan kemampuan penalaran siswa dalam fisika”. Mc. Kagan et al. (2011a) menyatakan bahwa kemampuan yang dikembangkan RTE adalah pemahaman konsep konten fisika. O‟kuma (2004)

Deskripsi situasi Batasan dan dasar aturan peringkat Tempat mengurutkan Tempat menjelaskan

(3)

menyatakan salah satu alasan pentingnya penggunaan RTE adalah “ ... the

fact that they frequently elicit students’ natural ideas aboutthe behavior of physical systems rather than a memorized response.”

RTE digunakan dalam proses pembelajarandikembangkan oleh

O‟Kuma et al.

(2000).MerekamenunjukankeuntungandengancarakualitatifpadaRTEsebagaila

tihan tutorial.

RTEsebagailatihanmemintalebihdarisekedarresponhapalansiswadalammenja wabnya. O‟Kuma (2004) menyatakan penggunaan RTE dalam pembelajaran dengan berbagai cara, yaitu RTE dapat digunakan sebagai tugas rumah karena RTE simpel dan mudah bagi siswa untuk memahami konsep tetapi memerlukan ketelitian dan analisis untuk memperoleh jawaban yang benar. RTE juga dapat digunakan jika guru menginginkan untuk menciptakan diskusi kelas atau mengikutsertakan siswa dalam peer instruction atau group

work. Memberi RTE kepada siswa yang telah dibagi menjadi kelompok kecil,

dan setiap kelompok menjelaskan, kemudian mengadakan persetujuan jawaban yang benar adalah salah satu cara menggunakan RTE. Berdasarkan pengembangan tersebut, Hudgins (2005) mengembangkanRTE menjadi pola latihan konseptual yang dikombinasikan dengan aktivitas kolaboratif peserta didik di dalam kelas, dengan sebutan Collaborative Ranking Task. Hasilnya adalah RTE dapat membantu siswa dalam pemahaman konsep.

Wijaya (2010) menyatakan beberapa keunggulan dan kelemahan dari RTE. Berikut ini adalah beberapa keunggulan dari RTE berikut ini:

(4)

1. Latihankonseptual yang dapatdigunakansebagai model pembelajaransekaligusinstrumenassessmentingkatpenalaransiswa

2. Menggalilebihbanyakranahkemampuandanketerampilansehinggadapatme latihdanmembangunskema mental berpikirmerekalebihfleksibeldankuat. 3. Fleksibeluntukdikombinasikandenganjenispendekatan lain

(dapatdigunakansebagai LKS Inkuiri) Adapunbeberapakelemahannyaialah:

1. Jikatidakdigabungkandenganjenispendekatanlain, makaranahpsikomotorsiswakurangterasah

2. Membutuhkanwaktu yang relative lebih lama dalam proses belajarnyadibandingkandenganpembelajaranklasikal.

B. Peer Instruction

Peer instruction(selanjutnya disingkat PI) dipopulerkan oleh Mazur pada

tahun 1991. PI ini muncul untuk mengatasi kesalahpahaman arti proses belajar.Proses pembelajaran yang hanya berfokus pada penyampaian materi meyakinkan siswa bahwa langkah yang dilakukan untuk memahami materidengan cara menghapal materi tersebut.

Zingaro et al. (2011) mendefinisikan “PI adalah pendekatan pembelajaran yang mengajak siswa mengkonstruksi pemahaman konsepnya. Siswa merespon pertanyaan kemudian mendiskusikannya, dan kembali merespon pertanyaan yang sama.”Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa konstruksi pemahaman konsep dilakukan melalui kegiatan proses diskusi. Proses diskusi

(5)

ini merupakan bentuk interaksi siswa dengan lingkungan dalam proses konstruksi kognitif untuk memperoleh pengetahuan. Mazur (2007) menyatakan bahwa

PI adalah strategi pembelajaran yangmelibatkan setiap siswadalam kelas melalui proses pertanyaan terstruktur. ... . PI melibatkan siswa melalui aktivitas yang memerlukan setiap siswa menerapkan konsep inti yang disajikan dan menjelaskan konsep tersebut kepada temannya.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa proses konstruksi pemahaman yang dimaksud Zingaro adalah bersifat deduktif. Pada pembelajaran bersifat deduktif

„mereka akan belajar konseptual baru dengan memperoleh penyajian atribut-atribut kriteria dari konsep, dan kemudian mereka akan menghubungkan atribut-atribut ini dengan gagasan-gagasan relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif mereka.‟ (Ausubel, dalam Dahar, 1989:81)

Hal tersebut merupakan prinsip dasar PI. Mazur(2009) menyatakan bahwa prinsip dasar PI adalah membantu siswa untuk mengasimilasi materi. Hal ini berbeda dengan pembelajaran tradisional yang berfokus sepenuhnya pada transfer informasi.

Tujuan dari PI (Mazur, dalam Veronica, 2003) adalah „untuk mendorong siswa berinteraksi dalam pembelajaran dan memfokuskan siswa pada konsep dasar yang sedang dipelajari‟.Keterampilan yang dikembangkan dalam PI (McKagan et al.) diantaranya: pemahaman konsep konten fisika, menghubungkan pemahamaan konsep dengan matematika, memecahkan masalah, dan berpikir seperti ilmuan.

Struktur implementasi peer instruction ada dua bagian, yaitu :

(6)

Guru menjelaskan beberapa hal yang fundamental atau menyamakan persepsi guru dengan siswa bahwa mereka mempunyai pemahaman yang sama terkait pokok bahasan yang sama. Pada tahapan ini dapat dilakukan dengan demonstrasi.

2. Concept test

Pada tahap ini ada beberapa kegiatan. Pertama guru mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan adalah untuk menyelidiki pemahaman konsep siswa yang telah disajikan. Kedua, siswa diberi kesempatan untuk menghasilkan jawaban secara idividu dan melaporkan jawabannya kepada guru. Ketiga, siswa melakukan diskusi dengan temannya. Pada tahapan diskusi ini dilakukan kegiatan eksperimen untuk mengkonstruksi pemahaman siswa. Tahapan berikutnya adalah siswa kembali melaporkan jawaban mereka setelah sesi diskusi. Kemudian guru meminta alasan siswa atas jawabannya dan guru membantu mengarahkan jawaban siswa kepada jawaban yang benar.

Pertanyaan yang diajukan untuk mengungkapkan kesulitan siswa terhadap materi dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi konsep-konsep penting. Kriteria dasar dalam pembuatan konsep tes (Mazur, 2007) sebagai berikut:

a. Fokus pada konsep penting, idealnya sesuai dengan kesulitan siswa secara umum

(7)

b. Mengajak siswa berpikir, bukan hanya sekedar memasukan angka ke dalam persamaan

c. Kata-kata tidak ambigu

d. Jangan terlalu sukar atau mudah

Bentuk pertanyaan ini dapat berupa pilihan ganda atau pertanyaan terbuka.Pada pertanyaan terbuka, teknik yang digunakan dengan meminta perwakilan siswa menjelaskan jawaban yang dihasilkan. Pada pertanyaan pilihan ganda, teknik yang digunakan adalah voting yang dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu(Mazur, 2007):

1)Mengacungkan Tangan

Mengacungkan tangan setelah siswa menjawab pertanyaan untuk kedua kali adalah cara yang paling mudah. Kelemahan dari cara ini adalah keakuratan, mungkin siswa tidak percaya diri pada saat menngacungkan tangan dikarenakan takut salah atau dipengaruhi teman-teman sekeliling.

2) Flashcard

Ketika menggunakan flashcard sebagai umpan balik, siswa sbelumnya telah dibekali satu set kartu yang telah dilabeli. Pada saat guru meminta vote atas jawaban, siswa menunjukan flashcardnya. Karena

flashcard diangkat secara bersamaan, maka siswa tidak dapat melihat

jawaban mayoritas yang dipilih. Kelemahan penggunaan cara ini adalah tidak ada perekam jawaban siswa sebelum dan setelah diskusi.

(8)

3) Scanning form

Cara yang lain adalah dengan menggunakan scanning form. Dengan cara ini data yang dikumpulkan sangat banyak mengenai pemahaman siswa, kemajuan siswa, dan juga membutuhkan waktu yang sangat singkat. Kelemahan dari cara ini adalah data baru diperoleh setelah proses pembelajaran. Interpretasi dilakukan setelah pengolahan data. Penggunaan RTE sebagai bentuk tes pada pelaksanaan tahapan concept

test berdasarkan pertimbangan kriteria pembuatan tes yang diutarakan di atas.

Poin b dari kriteria pembuatan tes merupakan pernyataan yang dikemukakan oleh Cox (2005) bahwa RTE sebagai latihan yang menghindari hanya pemasukan angka ke dalam persamaan. Pernyataan tersebut diperkuat oleh O‟Kuma (2004) yang telah diutarkan di atas bahwa RTE menuntut siswa bukan sekedar respon hapalan.

C. Penguasaan Konsep

Menurut Rosser (1984, dalam Dahar 1989:80) „konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama.‟Berdasarkan pernyataan tersebut konsep adalah pemberian label kelompok yang memiliki kesamaan. Selanjutnya Dahar (1989) menyatakan bahwa “konsep-konsep itu adalah abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman-pengalaman.” Dari pernyataan tersebut konsep terbentuk melalui pengalaman.“Suatu konsep telah dipelajari, bila yang diajar dapat

(9)

menampilkan perilaku-perilaku tertentu.” (Dahar, 1989:81). Konsep terbentuk melalui suatu proses dan menghasilkan suatu perilaku.

Konsep diperoleh melalui dua cara (Ausubel, dalam Dahar, 1989:81), yaitu formasi konsep dan asimilasi konsep. Pembentukan konsep ini mengikuti pola. Pembentukan konsep merupakan proses induktif. Siswa diberikan sejumlah contoh dan non-contoh dari konsep tertentu. Melalui proses tertentu kemudian melalui proses diskriminasi dan abstraksi, dia menetapkan suatu aturan yang menentukan kriteria konsep tersebut. Berbeda dengan asimilasi konsep. Peroleh konsep dengan cara ini adalah dengan cara deduktif. Anak diberikan terlebih dahulu konsep, kemudian dihubungkan dengan gagasan-gagasan yang relevan dengan struktur kognitif mereka.(Ausubel, dalam Dahar 1989:82)

Penguasaan dalam kamus bahasa Indonesia adalah pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan (pengetahuan,kepandaian,dsb). Jadi penguasaan konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa untuk menggunakan konsep. Penggunaan konsep ditunjukan dalam menyelesaikan berbagai persoalan, baik terkait konsep tersebut atau penerapannya.

“Evaluasi pada ranah kognitif menyangkut masalah “benar/salah” yang didasarkan atas dalil, hukum, prinsip pengetahuan.” (Arikunto, 2009: 120). Penguasaan konsep adalah kemampuan menggunakan konsep yang ditunjukan dalam menyelesaikan berbagai persoalan terkait konsep atau penerapannya. Kemampuan tersebut terukur dengan siswa menjawab

(10)

benar/salah berbagai persoalan yang didasarkan konsep. Hal ini berarti penguasaan konsep merupakan ranah kognitif Bloom.

Bloom (Munaf, 2001) membagi ranah kognitif kedalam enam jenjang kemampuan secara hirarkis, yaitu

a. Hafalan (C1)

Jenjang hapalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip, prosedur atau istilah yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau menggunakannya. Suatu soal dikatakan berbentuk hafala apabila materi yang ditanyakan terdapat (ada) dalam buku pelajaran, atau siswa sudah pernah diberitahukan oleh guru.

b. Pemahaman (C2)

Pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan dalam proses berfikir dimana siswa dituntut untuk memahami yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari beberapa segi. Dalam kemampuan ini termasuk kemampuan untuk mengubah suatu bentuk menjadi bentuk lain. Materi yang dinyatakan merupakan perluasan dari materi yang ada dalam buku.

c. Penerapan (C3)

Penerapan merupakan kemampuanberfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman. Jenjang penerapan merupakan kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi baru.

(11)

d. Analisis (C4)

Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikansuatubahanataukeadaanmenurutbagian-bagian yang lebihkecil, danmampumemahamihubungan di antarabagian-bagianataufaktor-faktor yang satudenganfaktor-faktor yang lainnya. e. Sintesis (C5)

Sintesis merupakan kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah menjai suatu keseluruhan yang terpadu, atau menggabungkan bagian-bagian (unsur-unsur) sehingga terjelma pola yang berkaitan secara logis, atau mengambil kesimpulan dari peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya satu dengan yang lainnya.

f. Evaluasi (C6)

Evaluasi merupakan kemampuan tertinggi, yaitu bila seseorang dapat melakukan penilaian terhadap suatu situasi, nilai-nilai, atau ide-ide. Untuk dapat menilai seseorang sudah dapat memahamii, dapat menerapkan, mampu mensintesis, dan menganalisa.

Penguasaan konsep pada penelitian yang akan dilaksanakan, hanya meliputi empat aspek ranah kognitif yaitu C1, C2, C3, dan C4. Keempat aspek kognitif tersebut diprediksi dapat meningkat dengan pembelajaran

ranking task exercise peer instruction. Lebih jelasnya dapat dilihat pada

(12)

Tabel 2.1 Tingkatan kemampuan kognitif yang diprediksi meningkat dengan pembelajaran ranking task exercise peer instruction

Tahapan Pembelajaran Aspek penguasaan konsep yang diprediksi meningkat

Brief Lecture C1, C2, C4

Concept Test C2, C3, C4

D. TingkatPenalaran

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008) penalaran adalah cara berpikir logis; proses mengembangkan mental dari fakta dan prinsip. Bruner (Lohman et al., 2009) menyatakan bahwa “penalaran adalah proses penarikan kesimpulan dari informasi. Penalaran selalu melebihi informasi yang diberikan.”Penalaran adalah serangkaian proses yang memungkinkan kita untuk memperoleh informasi lebih (Tn). Penalaran memiliki sifat tertentu, yaitu pola berpikir secara luas (logika) dan bersifat analitik. Jadi penalaran merupakan proses berpikir logis untuk memperoleh kesimpulan dari informasi yang diberikan.

Profil tingkat penalaran dapat dilihat dari hasil pengelompokan siswa berdasarkan jawaban yang dikemukakan pada soal ranking task exercise. Pengelompokannya menggunakan rubrik yang dikemukakan oleh Hudgins (2007). Hudgins menganalisis narasi yang diutarakan siswa pada RTE dengan menggunakan rubrik yang didefinisikan dalam lima tingkat penalaran. Pengelompokan siswa ini yang berdasarkan penggunaan bahasa ilmiah, identifikasi variabel penting, dan hubungan antar konsep. Tabel 2.2 adalah rubrik tingkat penalaran yang diutarakan oleh Hudgins

(13)

Tabel2.2 Rubrik Tingkat Penalaran (Hudgins, 2007)

Level of Students Understanding

Description

Level 5:Expert

Complex and accurate, student demonstrates a grasp of all relative concepts.Includes naming of critical

variables and correctly describing how

essentialvariables and rules affect the outcome of the phenomena. A robust generalprocess described with correct scientific language.

Level 4: Functional

Yielding correct solution, but a briefer (but generally

correct) description ofmajor variables and

interactions. Somewhat short of demonstrating a robustgeneral process.

Level 3: Near functional

Student description identifies two or more relevant variables andrelationships of relevant concepts but omits describing at least one essentialelement of knowledge. Description sometimes shows some minor confusionin language or terms but often still results in correct solution. However, thestudent

description suggests a limited conceptual

understanding that does

not have the depth or flexibility to deal with small changes in the format orpresentation of the problem

Level 2: Subfunctional

Student explanation correctly identifies at least one relevant variable, butonly portions of the component

concepts are demonstrated.

Importantinterrelationships of variables are not suggested by student narrative, and thestudent’s description may include significant misapplication of language,contradictions, or simplifications of logic Level 1:

Unstructured/alternative

Student may identify one relevant variable, but he or she does not describeor appear to recognize any of the component concepts. Or, the studentdescribes an alternative model not based on science studies

Gambar

Gambar 2.1 Struktur RTE
Tabel 2.1 Tingkatan kemampuan kognitif yang diprediksi meningkat  dengan pembelajaran ranking task exercise peer instruction

Referensi

Dokumen terkait

KOMUNIKASI SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (Studi Kuasi Eksperimen pada Salah Satu SMP di

4.25 Deskripsi Perbedaan Rataan Pretes, Postes dan N-gain Kemampuan Pemahaman Komunikasi Berdasarkan Indikator

Pengunjung juga dapat mendaftarkan diri sebagai anggota secara online, melihat Katalog buku perpustakaan Fajrul Islam, dan berdiskusi di dalam Forum Diskusi sehingga pengunjung

Dapat dilihat bahwa kedua belah pihak yaitu Melanesian Spearhead Group (termasuk United Liberation Movement for West Papua ) dan Indonesia saling beradu dalam pengaruh

Bukti kontrak pengalaman paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk

jika anda mempunyai lebih dari 1 network card, anda perlu memilih ethernet card yang utama.. Masukkan

8) Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi, (c) sumber belajar(sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan), (d) target siswa (siapa yang

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah terkait penelitian ini antara lain,berapa kuantitas pembelian obat secara swamedikasi dalam waktu 3 bulan