• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK BA AISYIYAH KARANGDOWO KECAMATAN KARANGDOWO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK BA AISYIYAH KARANGDOWO KECAMATAN KARANGDOWO"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK BA

AISYIYAH KARANGDOWO KECAMATAN KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2012 / 2013

Diajukan Oleh : SRI WINARNI

N I M : A.53B090192 Program Studi : SI P A U D

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

JURNAL PUBLIKASI

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK BA

AISYIYAH KARANGDOWO KECAMATAN KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN TAHUN AJARAN 2012 / 2013

Diajukan Oleh : SRI WINARNI

N I M : A.53B090192 Program Studi : SI P A U D

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(3)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JL.A.Yani Tromol Pos I – Pabelan, Kartasura Telp.(0271)717417 Psw. 213 Surakarta – 57102 Website: http://www.ums.ac.id Email: ums@ums.ac.id

Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir: Nama : Aryati Prasetyarini, M.Pd

NIP/NIK : 725

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa:

Nama : Sri Winarni NIM : A53B090192

Program Studi : Pendidikan Anak Usia Dini

Judul Skripsi : UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN

KEMANDIRIAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK BA AISYIYAH

KARANGDOWO TAHUN AJARAN 2012/2013

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, 28 Maret 2013 Pembimbing

Aryati Prasetyarini, M.Pd NIK. 131943782

(4)

ABSTRAKS

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KEMANDIRIAN

MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK BA AISYIYAH KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2012 / 2013

SRI WINARNI, NIM. A53B090192 UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KEMANDIRIAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN DI KELOMPOK A TK BA AISYISYAH KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN 2012/2013. Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2013, halaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan kemandirian menggunakan metode bermain peran pada pokok bahasan, memperagakan cara memasangkan kancing baju sendiri, membuka tali sepatu sendiri, mengerjakan tugas tanpa bantuan orang lain, dapat makan bekal dan mencuci piring sendiri. Penerima tindakan adalah anak kelompok A TK BA Aisyiyah karangdowo Klaten yang berjumlah 12 anak.

Subyek pelaksanaan tindakan adalah anak. Pelaksanaan ini dilaksanakan dalam 3 putaran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan wawancara. Teknik analisis data secara deskriptif komparatif dengan analisis kritis terhadap kelemahan dan kelebihan kinerja anak dan guru dalam proses pembelajaran yang terjadi didalam kelas selama penelitian berlangsung.

Hasil penelitian adalah terjadi perkembangan kemandirian menggunakan metode bermain peran. Perkembangan kemandirian pada prasiklus 35,71%, siklus I Perkembangan kemandirian mencapai 54,46%, siklus II sebesar 64,58% dan siklus III mencapai 83,47%. Dengan demikian berdasarkan hipotesis metode bermain peran dapat mengembangkan kemampuan kemandirian di TK BA Aisyiyah Karangdowo..

(5)

PENDAHULUAN

Berdasarkan evaluasi terhadap pengamatan dan pengalaman proses pembelajaran yang kami lakukan selama kurang lebih 4 tahun, mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terbukti adanya kesulitan pada anak di TK BA Aisyiyah Karangdowo Klaten untuk mandiri. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pengamatan yang kami lakukan terhadap data kemajuan anak yang ada di sekolah, rata-rata tiap semester ada beberapa anak yang belum mandiri dalam proses belajarnya. Mulai tahun 2009 jumlah dalam 1 kelas 25 anak, 17 anak sudah mandiri dalam belajarnya, sedangkan 8 anak masih memerlukan pendamping dalam belajarnya, memasuki tahun 2010 jumlah anak dalam 1 kelas 23 anak yakni 15 anak yang sudah mandiri 8 anak masih membutuhkan bimbingan dan pendamping agar dapat mandiri dan pada tahun 2011 ini dalam 1 kelas ada 21 anak dengan kategori 14 anak sudah mandiri dalam mengikuti proses belajar dan 7 anak masih harus pendampingan saat proses belajar berlangsung. Adapun ciri yang anak tidak mandiri diantaranya : (1) Selalu mengharap bantuan dari guru. (2) Tidak pernah percaya diri dengan kemampuannya. (3) Selalu menyalahkan teman apabila gagal dalam suatu hal. (4) Selalu membanggakan orang lain.

Beberapa ciri anak mandiri antara lain : (1) Belajar sendiri tanpa bantuan guru. (2) Percaya diri dengan kemampuan belajarnya sehingga tidak sedikit-sedikit bertanya. (3) Tidak takut dengan kegiatan pembelajaran di kelas dan berani mengambil resiko. Kemandirian pada anak sangat penting karena merupakan salah satu Life Skill yang perlu dimiliki. Pada dasarnya

(6)

setiap anak dilahirkan dengan potensi menjadi mandiri, beberapa faktor yang menyebabkan anak tidak mandiri yaitu : (1) Kesibukan orang tua dengan pekerjaannya, orang tua bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan anak-anaknya tetapi tidak ada salahnya jika kesibukan orang tua dengan pekerjaannya tidak melupakan akan tanggungjawab untuk memberi perhatian kepada anak-anaknya, agar anak tersebut dapat tumbuh dan bekembang secara mandiri dan tidak sepenuhnya bergantung kepada orang lain. (2) Pola asuh dari orang tua, saudara atau pembantu tumah tangga yang berlebihan,

Pengasuh orang tua kepada anaknya terkadang berpengaruh besar dimasa yang akan datang, orang tua sering melarang anaknya untuk tidak melakukan hal-hal yang dirasa membahayakan menurut pendapatnya dan semua yang melakukan saudara atau pembantu rumah tangganya bahkan anak tidak diberi kesempatan untuk melakukan hal yang sebenarnya memang perlu dimengerti oleh anak tersebut. Hal ini yang menyebabkan kemandirian kurang anak baik, rasa ingin tahu pada anak merupakan salah satu ciri perkembangan anak dan beri kesempatan kepada anak untuk melakukan dan mencoba sesuai dengan tingkat perkembangan dan selalu dalam pengawasan dan bimbingan orang tua, saudara atau pembantu rumah tangga. (3) Terbatasnya jumlah guru di sekolah di TK BA Aisyiyah Karangdowo Klaten jumlah anak didik TK 23 anak dengan 2 guru dan letaknya bersebelahan dengan Kelompok Bermain dengan jumlah anak didik 37 dengan 3 guru atau pendidik yang memang satu atap dengan TK, kami selalu bekerjasama dalam pemberian materi kegiatan dan di bidang lain. Hal inilah yang menjadi

(7)

kendala kami apabila di kelompok bermain ada salah satu guru yang tidak masuk dan guru TK yang menggantikannya mengajar di kelompok bermain, bagi anak TK yang mandiri tidak ada masalah namun bagi anak TK yang kurang mandiri sangat terasa sekali dengan jumlah satu guru menyampaikan dan memberikan kegiatan atau materi pada 23 anak. Faktor inilah yang menjadi penyebab kemandirian anak berkurang.

Metode pembelajaran dari guru yang kurang menarik, berhasilnya proses belajar mengajar di sekolah disebabkan adanya keterkaitan antara guru dengan anak didik, Guru selaku fasilitator di sekolah harus berlaku sebagai sahabat anak didik yang tidak ditakuti bahkan guru harus bisa memahami karakter murid-muridnya. Karakter dari anak-anak di sekolah inilah membuat guru menemukan metode yang tepat untuk pembelajaran. Selama ini metode yang di pakai di sekolah untuk menyampaikan materi kepada anak-anak kurang menarik dan terkesan setiap hari hanya monoton dan mengarah ke calistung. Padahal karakter setiap anak berbeda-beda mungkin ada yang suka calistung tapi ada juga yang tidak tertarik sama sekali dengan calistung tetapi lebih menyukai yang memperagakan langsung sepertu berpura-pura menjadi guru, dokter, polisi dan lain sebagainya.

Dari hasil beberapa analisis terhadap faktor-faktor yang menjadi penyebab terhambatnya peningkatan kemandirian pada anak-anak di sekolah, kemungkinan faktor yang segera diatasi adalah kurang penerapan metode pembelajaran yang kreatif, inovatif dan menyenangkan. Hal ini memang saya menyadari karena pembelajaran dan pengajaran yang saya berikan pada

(8)

anak-anak selama ini secara monoton, kadang kurangnya perhatian dan motivasi kepada anak-anak sehingga kemampuan untuk mengembangkan kemandiriannya sekali yakni dengan pemberian metode bermain peran anak akan lebih konsentrasi dengan apa yang saat itu sedang dimainkan atau perankan bahkan sampai anak-anak mempunyai keinginan lagi untuk mengulang kegiatan yang menggunakan metode bermain peran tersebut dilain hari. Faktor-faktor yang tadinya dapat mengganggu konsentrasi dan kemandirian anak dalam belajar akhirnya bisa teratasi dengan baik.

Keterkaitannya kemandirian dengan metode pembelajaran yang kreatif adalah seorang guru dituntut untuk kreatif atau mengembangkan atau menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan anak. Kreatifitas guru dapat menyebabkan anak memperoleh ide baru pada saat belajar, anak menyukai pembelajaran baik dirumah atau di sekolah, membantu alat bantu belajar sederhana, dan guru dapat menemukan inspirasi baru dari anak setelah metode pembelajaran yang kreatif dilaksanakan guru di sekolah.

Metode pembelajaran yang inovatif untuk anak di TK sangatlah penting sekali karena dengan metode ini diharapkan anak mampu memberikan pendapatnya. Metode ini menurut Sneck (2009:191) untuk terlihat saling bertukar pikiran, berkolaborasi dan berkomunikasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dinginkan sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan berkomunikasi. Metode inilah yang mendukung anak untuk menerapkan kemandirian dalam belajarnya.

(9)

Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang menyenangkan siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (time on task) tinggi. Suasana belajar di kelas sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses belajar mengajar, guru harus berusaha menciptakan suasana di kelas menyenangkan agar anak merasa nyaman mengikuti proses belajar mengajar dan tercipta kemandirian pada tiap-tiap anak.

Salah satu metode yang bisa diaplikasikan untuk mengembangkan kemandirian anak dengan menggunakan metode bermain peran. Penerapan metode bermain peran saya pilih dengan alasan : (1) Penggunaan metode bermain peran sebagai salah satu bentuk kegiatan anak yang mempunyai tingkat kemandirian yang tinggi. (2) Metode bermain peran lebih memberikan pengalaman belajar yang banyak kepada anak untuk berlatih karena di dalam metode tersebut ada proses kerjasama dan saling membutuhkan. (3) Dengan kerjasama dalam bermain peran diharapkan lebih sering dilakukan dan hasil akhir dapat meningkat kemandirian dapat tercapai secara baik.

Metode pembelajaran juga mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar sehingga kemandirian anak meningkat, salah satu metode atau pendekatan yang digunakan dalam kegiatan belajar tersebut adalah metode bermain peran. Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, judul penelitian ini adalah : “Upaya Mengembangkan Kemandirian Dengan Menggunakan Metode Bermain Peran Di Kelompok A TK BA Aisyiyah Karangdowo Klaten Tahun Ajaran 2012 / 2013

(10)

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut, kemampuan kemandirian anak di kelas kurang karena guru kurang kreatif dalam menyampaikan materi atau kegiatan untuk anak. Anak tidak diberi kesempatan untuk memilih kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran sehingga anak tidak terlatih untuk mandiri. Suasana kelas yang tidak menyenangkan atau tidak kondusif mengakibatkan kemandirian anak saat belajar kurang. Berdasarkan identifikasi masalah diatas dalam penelitian ini, maka penulis membatasi permasalahan pada judul penelitian ini sebagai berikut, mengembangkan kemandirian yang dimaksud adalah upaya membantu mengembangkan kemandirian anak di sekolah. Metode bermain peran terbatas pada bermain peran makro. Berdasarkan pada pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah penggunaan metode bermain peran dapat mengembangkan kemandirian anak pada kelas A di TK BA Aisyiyah Karangdowo Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.?

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan peneliti ini adalah untuk mengetahui metode bermain peran dalam mengembangkan kemandirian anak di TK BA Aisyiyah Karangdowo Klaten. Tujuan umum, untuk mengembangkan kemampuan kemandirian anak di TK BA Aisyiyah Karangdowo Klaten. Tujuan khusus mengetahui perkembangan kemandirian pada anak kelas A TK BA Aisyiyah Karangdowo Klaten melalui metode bermain peran. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

(11)

memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam mengembangkan kemandirian pada anak, khususnya pendidik atau guru dalam menentukan metode yang tepat. Manfaat praktis, bagi siswa hasil penelitian ini bermanfat untuk memberikan pengalaman pada anak, sehingga kemandirian dapat ditingkatkan, bagi guru penelitian ini dapat dimanfaatkan guru untuk mengembangkan kemampuan dalam merancang dan menentukan metode pembelajaran secara efektif, kreatif, dan inovatif dengan menggunakan metode bermain peran, serta dapat menambah pengalaman guru, bagi sekolah hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan gambaran tentang kompetensi guru dalam mengajar dan kompetensi siswa dalam kemandiran belajar supaya ditingkatkan.

Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan strategi umum yang digunakan dalam mengumpulkan data dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi (Suharsini Arikunto, 1996 : 150). Berdasarkan tujuan penelitan dapat dibedakan menjadi yaitu : metode deskriptif, metode kolerasional, metode ex post facto, dan metode eksperimen (Syamsuddin, 2007 : 17). Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang tujuannya adalah secara sistematis mendeskripsikan objek penelitian secara faktual dan akurat. Metode deskriptif ini berusaha mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian yang teriadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, metode deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada

(12)

masalah-masalah yang aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Metode kolerasional merupakan metode penelitian yang tujuannya mengkaji sejauh mana variasi dalam suatu variable berhubungan dengan variasi dalam satu variable lain atau lebih berdasarkan koefisien korelasi. Metode ini bertujuan menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara mengamati gejala yang telah ada dan melacak kembali faktor-faktor yang diduga menyebabkan munculnya gejala itu. Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengkaji hubungan sebab akibat dengan cara memberikan perlakuan tertentu pada kelompok eksperimen dan kemudian membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang tidak memperoleh perlakuan tersebut.

Berdasarkan uraian beberapa metode diatas, penelitian ini termasuk penelitian metode metode tindakan kelas dimana peneliti memaparkan permasalahan yang sedang dihadapi TK BA Aisyiyah Karangdowo Klaten. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha memecahkan masalah praktis yang sedang dihadapi yaitu kurangnya kemandirian dengan bermain peran. Adapun jenis-jenis penelitian yang berdasarkan pendekatan terdiri dari Longitudinal, Cross-sectional, Kuantitatif, survei, assesment, evaluasi, dan action research

(http://wikipedia.com/). Penelitian longitudinal, dalam penelitian ini, peneliti

melakukan pencatatan secara berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan jangka waktu yang sangat panjang dengan menggunakan sample yang sama. Dalam studi ini sampelnya adalah semua subjek dikelas tersebut. Kendala pendekatan longitudional yang paling utama adalah memakan waktu yang

(13)

sangat lama. Penelitian cross-sectional, metode cross sectional dilaksanakan dalam waktu yang pendek. Pelaksanan pendekatan ini perolehan data dilakukan secara serentak walaupun dengan tingkat kelas yang berbeda. Kemudian hasil pengukuran dibandingkan untuk setiap kelas dan sample-sampel tersebut digunakan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan analisis data numerical (angka) yang diolah dengan tehnik statistic (Azwar, 1997: 5). Pendekatan kuantitatif biasanya dilakukan pada pengujian hipotesis, sampel cukup besar, menyaridarkan kesimpulan pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil, sehingga diketahui signifikan hubungan antara variabel. Penelitian survei dilakukan untuk memperoleh fakta dari gejala yang ada. Setelah memperoleh data maka dilakukan evaluasi serta perbandingan terhadap hal yang telah dilakukan orang lain dalam menangani hal yang serupa.

Dari jenis-jenis penelitian diatas yang digunakan penulis adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris sering disebut Classroom Action Research (CAR) yaitu merupakan suatu percermatan terhadap kegiatan-kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Suharsini Arikunto, 2007). Penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk mengembangkan kemampuan sosial emosional melalui bermain peran. Penelitian kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari, Perencanaan (planning), Pelaksanaan

(14)

(action), Pengumpulan data (observing), Menganalisis data / informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting). PTK bercirikan perbaikan terus menerus Sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur hasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut. Langkah-langkah untuk setiap siklus dapat diilustrasikan sebagai berikut, setelah dilakukan refleksi yang mencakup analisa, sintesa dan penelitian terhadap hasil tindakan, biasanya muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian sehingga pada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang.

Penelitian ini dilakukan di TK BA Aisyiyah Karangdowo Klaten. Sekolah ini dipimpin oleh Ibu Ponirah yang membawahi 3 orang guru, 2 orang bertindak selaku Guru TK A, dan 1 guru selaku Guru TK B. Sekolah ini memiliki 2 ruang kelas, 1 ruang guru, 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang tamu, 1 kamar mandi, serta parkir guru yang cukup bervariasi, namun sebagian besar berasal dari tingkat ekonomi menengah kebawah. Alasan pemilihan TK BA Aisyiyah Karangdowo Klaten sebagai lokasi penelitian adalah karena sekolahan ini berstatus yayasan, mempunyai prestasi baik dan letaknya yang strategis. Selain itu tenaga kerja pengajar yang ramah, sopan dan mempunyai alat peraga yang komplit. Waktu Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dipakai sebagai subjek penelitian adalah kelompok A. Penelitian diusahakan dari kelompok yang memiliki tingkat hiterogenitas yang tinggi, baik dalam hal kemandirian dalam bermain peran. Penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut, tahap persiapan meliputi, pengajuan judul, pembuatan proposal,

(15)

survey di sekolah yang bersangkutan, pemohonan ijin serta penyusunan instrument penelitian di lakukan pada bulan Januari 2013. Tahap pelaksanaan, yaitu kegiatan uang berlangsung dilapangan meliputi, perencanaan tindakan, implementasi tindakan, pengamatan kelas, refleksi, analisis, dan intreprestasi data, perumusan hasil kegiatan, jangka waktu yang dibutuhkan dua bulan mulai bulan Januari sampai Maret 2013. Tahap akhir adalah pengolahan data dan penyusun laporan penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2013.

Metode pengumpulan data adalah suatu kegiatan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan dapat diolah menjadi suatu data yang dapat disajikan sesuai dengan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan anak didik dalam pembelajaran kemandirian yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengambilan data dilakukan dengan, metode observasi, observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamalan secara teliti dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 1998: 28). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar anak didik di kelas. Metode wawancara, wawancara adalah pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya secara langsung kepada responden (Nasution, 1995: 13). Wawancara merupakan suatu proses interaksi tatap muka/situasi peran pribadi mengenai masalah / pengalaman tertentu responden. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu (moleong, 2002: 135). Catatan lapangan merupakan alat yang sangat penting

(16)

dalam penelitian kualitatif, dalam hal ini catatan lapan|an digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian penting yang muncul pada saat proses peran dengan menggunakan alat peraga. Model catatan lapangan dalam penelitian ini adalah catatan pengalaman yang dilakukan oleh peneliti dan guru. Menurut Bogdan dan Biklen (Moleong, 2000: 153) Catalan lapangan adalah Catalan tertulis lenlang apa yang didengar, dilihat dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan dala dan refleksi terhadap data dan penelitian. Metode Dokumentasi, dokumentasi adalah setiap bahan tulis ataupun film yang tidak disengaja dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik (Moleong, 2000: 160). Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa foto-foto yang diambil langsung oleh peneliti saat subyek di dalam kelas A, saat melakukan kegiatan dalam bermain peran. Teknik pengumpulan data berupa dokumentasi ini diharapkan dapat digunakan untuk memperkuat hasil wawancara dan observasi.

Data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah tentang peningkatan sosial emosional melalui bermain peran. Metode pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut, peningkatan kemandirian pengumpulan data untuk mengetahui peningkatan kemandirian digunakan teknik observasi yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung dengan teliti, cermat, dan hati-hati terhadap fenomena yang sesungguhnya tentang pembelajaran mengembangkan kemandirian anak. Observasi ini ditujukan kepada anak sebagai subjek penelitian. Observasi yang dilakukan meliputi kemandirian anak yang dapat dilihat dari pencapaian indikator yang telah ditetapkan

(17)

melalui kegiatan bermain peran. Penerapan bermain peran metode pengumpulan data yang digunakan. untuk mengetahui pelaksanaan bermain peran agar sesuai dengan rencana yang telah ditentukan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Pelaksanaan observasi ini ditujukan kepada guru sebagai pelaksana pembelajaran. Catatan lapangan digunakan untuk mencatat temuan selama pembelajaran yang diperoteh peneliti yang tidak teramati dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berapa aktivitas siswa dan permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan berlangsung.

Instrumen merupakan alat bantu yang digunakan untuk mencatat atau mendapatkan data yang diperlukan. Pembuatan instrumen disusun sebelum peneliti terjun ke lapangan. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan yaitu, lembar observasi peningkatan kemandirian, yang berisi tentang catatan hasil pelaksanaan kegiatan mengenai perilaku anak yang sesuai dengan indikator yang akan dicapai.

Analisis data merupakan teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah analisis data komparatif. Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis berdasarkan hasil observasi kegiatan pembelajaran maupun dari hasil tindakan yang telah dilakukan. Analisis data dari hasil observasi terhadap guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran digunakan untuk melakukan refleksi, agar peneliti dapat menentukan tindakan yang akan diambil pada siklus berikutnya. Analisis data terhadap anak dilakukan beberapa tahap sebagai berikut,

(18)

menjumlahkan skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan. Membuat tabulasi skor observasi peningkatan keterampilan menyimak anak yang terdiri dari nomor, nama anak, butir amatan, jumlah skor.

Keberhasilan kegiatan penelitian ini akan tercermin dengan adanya peningkatan yang signifikan terhadap kemandirian anak didik meliputi aspek bermain bersama, sikap moral yang disiplin, sikap ramah dan selalu kerjasama.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan kemandirian anak didik sebelum tindakan sampai Siklus III menunjukkan perkembangan. Hal ini dapat didukung dengan data dan tabel bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan kemandirian adalah metode pembelajaran yang digunakan yang salah satunya metode bermain. Dalam penelitian ini bermain peran. Metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan kemandirian karena dengan bermain peran anak akan berlatih berfikir memecahkan masalah bagaimana beraxting dan berekspresi tersebut dengan tepat sesuai dengan peran yang sudah ditentukan guru sehingga dialog anak akan terasah dan bertambah pengetahuan tentang kosa katanya. Yang kesemuanya itu termasuk pada tingkatr pencapaian perkembangan yang harus dicapai pada aspek perkembangan kemandirian. Adapun perkembangan disetiap siklus tidak menunjukkan suatu kestabilan. Prosentase perkembangan sebelum tindakan sampai dengan Siklus I perkmbangannya mencapai

(19)

17,85%. Dari Siklus I sampai II perkembangannya mencapai 11,20%, dan perkembangannya dari Siklus II sampai Siklus III mencapai 19,78%. Perkembangannya dari Siklus I sampai Siklus II menurun dibandingkan dengan Siklus II ke Siklus III, hal ini disebabkan karena pada Siklus I ke Siklus II peran yang dimainkan anak berbeda gambar yang diperankan sehingga anak belum hafal dialognya dan ekspresinya. Sedangkan Siklus II ke Siklus III sangat signifikan, karena pada Siklus II ke Siklus III peran yang dimainkan sama sehingga anak sudah hafal dialognya ekspresinya. Pada Siklus III anak diberikan reward tambahan yaitu penghapus karet dan stempel bintang sehingga anak lebih antusias. Berdasarkan hasil observasi diketahui pula bahwa kemampuan kemandirian anak ini tidak merata. Hal ini disebabkan karena kemampuan dan karakteristik anak dan tingkat intelegensi memang berbeda-beda yang disebabkan dari banyak faktor yang mempengaruhinya.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa anak yang prosentasenya masih dibawah target yang ditetapkan peneliti. Pada siklus I peneliti menargetkan pencapaian > 50%, namun dari pelaksanaan Siklus I ini kemampuan anak masih ada yang prosentasenya < 50%. Pada Siklus II terdapat 4 anak yang belum mencapai prosentase pencapaiaan > 60% dari yang ditargetkan peneliti. Pada Siklus III ada 4 anak yang prosentasenya masih dibawah 80% dari yang ditargetkan peneliti, hal ini disebabkan karena kedua anak ini termasuk anak hiperaktif, tidak bisa diam, suka mengganggu teman dan tidak bisa berkonsentrasi. Rehan asyik dan suka

(20)

bicara sendiri dan Rohmah suka mengganggu teman dan bikin masalah. Namun jika dilihat dari prosentase anak dari prasiklus hingga Siklus III kemampuan anak selalu berkembang.

Dari pembahasan tersebut diatas dapat diketahui bahwa kemampuan kemandirian anak didik sebelum tindakan sampai Siklus III menunjukkan perkembangan. Adanya beberapa butir amatan yang mudah dilakukan oleh anak antara lain dapat menyebut nama kendaraan dan dapat berekspresi saat senang, sedih, gembira. Hal ini disebabkan peran tersebut adalah peran yang pernah dilihat anak saat piknik, dan pengenalan tentang kendaraan pariwisata sehingga anak sudah hafal akan nama-namanya. Beberapa butir amatan yang sulit dicapai anak dapat pula diketahui dari tabel diatas. Butir amatan tersebut antara lain pada Siklus I yaitu : dapat memerankan sebagai pemandu wisata dan memerankan sebagai penjual tiket. Hal ini disebabkan karena dialognya belum hafal sehingga anak sulit memahami alur ceritanya, konsentrasi anak yang Cuma sebentar serta disebabkan karena melihat teman yang lain sudah ada yang selesai maka menyebabkan anak berburu-buru dan menyebabkan dialognya kurang jelas menjadi kurang, akhirnya tidak cepat selesai dalam berakting.

Pada Siklus II, setelah diberikan kegiatan lain dan reward sehingga anak yang belum selesai tidak terganggu konsentrasinya dan tidak takut ketinggalan karena semua teman masih kegiatan. Dan karena reward yang diberikan guru mengakibatkan ketepatan, ketelitian dan kecepatan dalam berdialog mulai berkembang.. Namun untuk kemampuan berakting dan

(21)

berekspresi anak masih sedikit kesulitan hal ini disebabkan karena masih malu yang mengakibatkan dialognya tersendat-sendat. Pada Siklus III, setelah guru sedikit menjelaskan cara berekspresi dan berakting dalam dialog menjadi utuh, lalu memperlihatkan ke anak cara dialognya maka anak-anak pun dapat memahami alur cerita sehingga perannya lancar.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan melalui beberapa tindakan dari Siklus I, II, dan III serta dari hasil seluruh pembahasan dan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, metode bermain peran dapat meningkatkan kemampuan kemandirian anak didik. Hal ini ditunjukkan dari adanya peningkatan rata-rata prosentase kemampuan kemandirian dari sebelum tindakan sampai pada Siklus I, yakni pada saat sebelum tindakan 40%, Siklus I 50,15%, Siklus II mencapai 60,95% dan Siklus III mencapai 80,03%. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti dan kolaburator mak dapt disimpulkan bahwa hipotesis tindakan terbukti kebenarannya karen hasilnya sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil penelitian pembahasan dan kesimpulan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut, bagi Kepala Sekolah, agar terus mengupayakan berbagai cara untuk mengembangkan mutu proses pembelajaran yang menyeluruh bagi anak didik dan demi majunya sekolah yang dipimpin diantaranya meningkatkan kemampuan kemandirian anak. Bagi guru, guru hendaknya menggunakan metode

(22)

pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan kemandirian. Mengingat hal metode bermain peran dapat mengembangkan kemampuan kemandirian anak, guru gendaknya menerapkan metode ini serta sering melakukan pendekatan terhadap anak. Untuk mengatasi butir amatan yang kurang maksimal seperti memahami cara dialog dan berakting dalam memerankan seorang tokoh. Guru hendaknya lebih memberikan motivasi dan variasi-variasi pembelajaran agar anak sabar dan tidak marah dalam menunggu giliran bermain peran. Bagi orangtua, orang tua diharapkan selalu berperan aktif untuk memberikan perhatian kepada anak-anaknya agar menyediakan kebutuhan anak, yaitu bermain dengan permaian yang dapat merangsang otak untuk berfikir dan langsung mengamati dan menemukan sendiri pengalamannya, tentunya bahannya yang tidak berbahaya bagi anak, yaitu dengan menyediakan gambar-gambar tempat rekreasi dengan usia dan taraf perkembangan anak. Kepada peneliti berikutnya, peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian yang serupa tetapi dengan materi dan pendekatan yang berbeda untuk mendapatkan teman yang lebih baik lagi.

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Ariyani, 2010, Peningkatan Sikap Perilaku Anak Usia Dini Melalui Metode Bercerita Pada Anak Didik Kelompok B di BA Aisyiyah Nogosari, Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Bachri, S Bachtiar. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita Teknik dan Prosedurnya. Jakarta : Dekdikbud.

Bafadal, Ibrahim. 2004. Dasar-dasar Manajemen dan Supervisi Taman Kanak-kanak. Jakarta : Bumi Aksara.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta dan Dekdikbud.

Gunarti Winda, Lilis Suryani, Azizah Muis, 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.

Humalik, Oemar, 1995. Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara. Munif, Ahmad, 2009, Penggunaan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas I Sekolah Dasar Negeri II Bondong Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi Universitas Negeri Semarang.

Moeslichatone. 2004. Metode Pengajaran Anak TK. Jakarta : Rineka Cipta. Mustaqim, Muh, N. 2005. Peran Cerita Dalam Pembentukan Perkembangan

Anak TK. Jakarta : Erlangga.

Musfiroh, Takdikrotun, 2005. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta : Depdiknas. Patmonodewo, Soemiarti, 2000. Pendidikan Anak Pra Sekolah. Jakarta : Rineka

Cipta.

Rusyan, A. Tabrani dan Daryani, Yani, 1989. Penuntun Belajar Yang Sukses. Jakarta : Nine Karya.

Suyanto, S. 2005, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta : Hidayat Publishing.

Wahyuti, 2011. Model Pembelajaran di Taman Kanak-kanak,

http://wahyuti4tklarasati.blogspot.com/.,diakses tanggal 10 Januari 2013. Wahyuni, Sri, 2008. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Secara

Runtut, Baik, dan Benar Melalui Penerapan Metode Bermain Peran Bersambung, Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas I MI Al Azhar Bandung Tahun Pelajaran 2008/2009, Laporan Perbaikan Pembelajaran Melalui PTK Universitas Terbuka.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Deteksi dan Identifikasi Spesies Nematoda Puru Akar Meloidogyne Penyebab Umbi Berbintil pada Kentang adalah benar karya saya

pada berat relatif organ sistem sirkulasi mencit dengan kumulasi dosis radiasi berbeda dan setelah pemulihan selama 30 hari ..……… 87 33 Pengaruh pemberian radioprotektif

Pada kondisi ischialgia akibat compresi L4-L5, penulis dapat merumuskan masalah, yaitu (1) bagaimana manfaat SWD, Lumbal Traksi dan William Flexion Exercise dapat

(2) Ada hubungan antara sikap tentang seks pra nikah dengan perilaku seks pranikah para remaja di SMK PGRI Karangmalang Sragen dengan nilai r= 0,426 dan p =0,000 (3) Ada

Berdasarkan hasil penelitian yang di- laksanakan pada siklus I dan siklus II da- pat dijelaskan bahwa pembelajaran IPS pada materi peran tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa hewan uji tikus putih galur Sprague dawley yang dibuat trombositopenia dengan pemberian heparin 0.1 mL/100 g bobot badan

Mathematics Department on Behalf of Faculty of Sciences Brawijaya University.. III IlJis

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tes tertulis untuk melihat hasil dari proses belajar siswa serta untuk mengetahui sejauh mana keterampilan siswa dalam menulis