• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA RESMI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI OKTOBER 2017 STATISTIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BERITA RESMI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI OKTOBER 2017 STATISTIK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BERITA

RESMI

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 02/11/5300/Th. XX, 01

November 2017

STATISTIK

Provinsi Nusa Tenggara Timur

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

O

KTOBER

2017

• Nilai Tukar Petani (NTP) bulan Oktober 2017 didasarkan pada perhitungan NTP dengan tahun dasar 2012 (2012=100). Penghitungan NTP ini mencakup 5 subsektor, yaitu subsektor padi & palawija, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan.

• Pada bulan Oktober 2017, NTP Nusa Tenggara Timur sebesar 103,32 dengan NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 104,51 untuk subsektor tanaman padi-palawija (NTP-P); 102,29 untuk subsektor hortikultura (NTP-H); 98,22 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-TPR); 107,59 untuk subsektor peternakan Pt) dan 106,36 untuk subsektor perikanan (NTP-Pi).

• Terjadi peningkatan sebesar 0,32 persen jika NTP Oktober 2017 dibandingkan dengan NTP September 2017. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kesejahteraan petani cenderung naik dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini disebabkan karena biaya produksi pertanian dan kebutuhan sehari-hari rumah tangga petani meningkat tetapi masih lebih rendah dibandingkan penerimaan petani.

• Di daerah perdesaan terjadi deflasi pada bulan Oktober 2017 sebesar 0,27%. Seluruh subkelompok mengalami inflasi kecuali subkelompok bahan makanan yang mengalami deflasi (0,73%). Inflasi tertinggi terjadi pada subkelompok sandang (0,50%) dan terendah terjadi pada subkelompok transportasi (0,01%).

Nilai Tukar

Petani (NTP)

Oktober 2017

sebesar 103,32

artinya

kemampuan

daya beli

petani di

pedesaan

semakin baik

NTP Oktober

2017 naik 0,32

persen jika

dibandingkan

dengan NTP

September

2017.

(2)

1. Nilai Tukar Petani (NTP)

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di NTT pada Oktober 2017, NTP di Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan dibandingkan September yaitu sebesar 0,32 persen. Hal ini disebabkan karena naiknya indeks harga hasil produksi pertanian. Indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga sendiri mengalami penurunan. Ditinjau per subsektor dengan membandingkan NTP Oktober dengan NTP September maka subsektor yang mengalami peningkatan adalah subsektor tanaman padi-palawija (0,20%), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,12%); subsektor peternakan (0,94%) dan subsektor perikanan (0,03%). Subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor hortikultura (-0,11%).

2. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)

Indeks harga yang diterima petani dari ke lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Oktober 2017, indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,14 persen dibandingkan September 2017 yaitu dari 130,37 menjadi 130,55.

3. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)

Melalui indeks harga yang dibayar petani dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar di pedesaan serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Oktober 2017 indeks harga yang dibayar petani dilaporkan mengalami penurunan dibandingkan September 2017 yaitu dari 126,57 menjadi 126,35 atau turun sebesar 0,18 persen. Karena Ib turun dan It mengalami kenaikan, maka hal itu menyebabkan NTP bulan Oktober mengalami peningkatan.

4. NTP Subsektor

a. Subsektor Padi & Palawija

NTP subsektor padi dan palawija di Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan sebesar 0,20 persen pada Oktober 2017. Hal ini disebabkan karena It naik sebesar 0,02 persen dan Ib turun sebesar 0,18 persen. Naiknya

It dipengaruhi oleh naiknya subkelompok palawija (0,27%) meskipun subkelompok padi turun (-0,51%). Sedangkan turunnya Ib dipengaruhi oleh turunnya subkelompok konsumsi rumah tangga (-0,75%) walaupun subkelompok lain mengalami kenaikan termasuk pada BPPBM/biaya produksi dan penambahan biaya modal (0,28%).

b. Subsektor Hortikultura

NTP untuk subsektor hortikultura mengalami penurunan sebesar 0,12 persen pada Oktober 2017. Hal ini disebabkan oleh turunnya It sebesar 0,31 persen dan Ib turun lebih besar yaitu sebesar 0,21 persen. It

(3)

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani NTT Per Subsektor September – Oktober 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan September 2017 Oktober 2017

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Padi-Palawija

a. Indeks yang Diterima 132,71 132,74 0,02

b. Indeks yang Dibayar 127,24 127,01 -0,18

c. Nilai Tukar Petani 104,30 104,51 0,20

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima 129,87 129,46 -0,31

b. Indeks yang Dibayar 126,83 126,56 -0,21

c. Nilai Tukar Petani 102,40 102,29 -0,11

3. Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR)

a. Indeks yang Diterima 126,57 126,50 -0,06

b. Indeks yang Dibayar 129,02 128,78 -0,18

c. Nilai Tukar Petani 98,10 98,22 0,12

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima 131,53 132,55 0,77

b. Indeks yang Dibayar 123,40 123,20 -0,17

c. Nilai Tukar Petani 106,59 107,59 0,94

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima 132,43 132,59 0,12

b. Indeks yang Dibayar 124,55 124,66 0,09

c. Nilai Tukar Petani 106,33 106,36 0,03

5.1 Penangkapan Ikan

a. Indeks yang Diterima 136,80 137,16 0,27

b. Indeks yang Dibayar 124,81 124,91 0,08

c. Nilai Tukar Petani 109,61 109,81 0,19

5.2 Budidaya Perikanan

a. Indeks yang Diterima 121,53 121,16 -0,31

b. Indeks yang Dibayar 123,89 124,05 0,12

c. Nilai Tukar Petani 98,09 97,67 -0,43

Gabungan/Nusa Tenggara Timur

a. Indeks yang Diterima 130,37 130,55 0,14

b. Indeks yang Dibayar 126,57 126,35 -0,18

c. Nilai Tukar Petani 103,00 103,32 0,32

c. Subsektor Perkebunan Rakyat

NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat Oktober 2017 naik sebesar 0,12 persen dibandingkan periode

September 2017. Hal ini terjadi karena penurunan pada It sebesar 0,06 persen lebih rendah dari penurunan Ib

sebesar 0,18 persen. Pada Ib subkelompok konsumsi rumah tangga turun sebesar 0,27 persen sedangkan indeks subkelompok BPPBM naik sebesar 0,35 persen pada periode Oktober 2017.

d. Subsektor Peternakan

NTP subsektor peternakan naik pada Oktober 2017 sebesar 0,94 persen. Hal ini disebabkan oleh naikny It

sebesar 0,77 persen sedangkan Ib turun sebesar 0,17 persen. Naiknya It dipengaruhi oleh naiknya seluruh subkelompok kecuali hasil ternak. Untuk Ib subkelompok konsumsi rumah tangga turun sebesar 0,25 persen dan subkelompok BPPBM naik 0,07 persen pada periode Oktober 2017.

(4)

Tabel 2.

Indeks Harga Diterima Petani, Indeks Harga Dibayar Petani per Subkelompok Pengeluaran serta Perubahannya Oktober 2017

(2012=100)

Kelompok/SubKelompok Indeks Gabungan Subsektor Persentase Perubahan September 2017 Oktober 2017

(1) (2) (3) (4)

1. INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI 130,37 130,55 0,14

2. INDEKS HARGA YANG DIBAYAR PETANI 126,57 126,35 -0,18

2.1. KONSUMSI RUMAH TANGGA 129,66 129,31 -0,27

2.1.1. Bahan Makanan 135,80 134,81 -0,73

2.1.2. Makanan Jadi 129,09 129,21 0,10

2.1.3. Perumahan 121,09 121,55 0,38

2.1.4. Sandang 133,01 133,68 0,50

2.1.5. Kesehatan 121,30 121,44 0,12

2.1.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 112,68 112,73 0,05

2.1.7. Transportasi dan Komunikasi 123,36 123,36 0,01

2.2. BIAYA PRODUKSI & PENAMBAHAN BARANG MODAL 115,25 115,54 0,25

2.2.1. Bibit 114,84 114,92 0,07

2.2.2.Obat-obatan dan Pupuk 112,95 113,65 0,62

2.2.3. Sewa Lahan, Pajak dan Lainnya 109,86 109,87 0,01

2.2.4. Transportasi 125,63 125,69 0,05

2.2.5. Penambahan Barang Modal 115,07 115,18 0,09

2.2.6. Upah Buruh Tani 113,22 113,64 0,37

3. NILAI TUKAR PETANI 103,00 103,32 0,32

4. NILAI TUKAR USAHA PERTANIAN 113,12 112,99 -0,11

e. Subsektor Perikanan

NTP subsektor perikanan secara umum naik sebesar 0,03 persen pada Oktober 2017. Hal ini disebabkan It

naik sebesar 0,12 persen, lebih tinggi dari Ib yang naik sebesar 0,09 persen. Kenaikan It disebabkan oleh kenaikan subkelompok tangkap sebesar 0,27 persen dan subkelompok budidaya turun sebesar 0,31 persen. Naiknya Ib dipengaruhi oleh naiknya subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,13 persen dan BPPBM tidak mengalami perubahan signifikan pada Oktober 2017.

Subkelompok Penangkapan Ikan

NTP subkelompok penangkapan ikan mengalami peningkatan 0,19 persen dari 109,61 pada September

menjadi 109,81 pada Oktober 2017. Hal ini disebabkan naiknya It sebesar 0,27 persen dan Ib mengalami peningkatan lebih rendah yaitu sebesar 0,08 persen. Perubahan pada Ib disebabkan oleh naiknya subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,13 persen dan subkelompok BPPBM turun sebesar 0,05 persen.

Subkelompok Budidaya Perikanan

NTP subkelompok budidaya perikanan mengalami penurunan sebesar 0,43 persen dari 98,09 pada

(5)

5. Inflasi Perdesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara umum di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Oktober 2017 di daerah pedesaan mengalami deflasi sebesar 0,27 persen yang utamanya dipengaruhi oleh turunnya subkelompok bahan makanan sebesar 0,73 persen. Subkelompok lain mengalami inflasi pada bulan Oktober 2017. Subkelompok makanan jadi mengalami inflasi sebesar 0,10 persen, perumahan mengalami inflasi sebesar 0,38 persen, sandang mengalami inflasi sebesar 0,50 persen, pendidikan, rekreasi dan olahraga mengalami inflasi sebesar 0,05 persen dan transportasi dan komunikasi mengalami inflasi sebesar 0,01 persen.

Tabel 3.

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Oktober2017 (2012=100)

Pada bulan Oktober 2017 terjadi inflasi perdesaan (deflasi) sebesar -0,27 persen dengan inflasi tertinggi terjadi pada terjadi pada subkelompok sandang sebesar 0,50 persen dan subkelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,73 persen. Hampir seluruh subsektor juga mengalami deflasi kecuali subsektor perikanan. Subsektor padi palawija deflasi 0,29 persen, hortikultura deflasi 0,30 persen, tanaman perkebunan rakyat deflasi sebesar 0,27 persen, subsektor peternakan deflasi 0,25 persen, dan subsektor perikanan inflasi 0,13 persen. Inflasi year on year (Oktober 2017 dibandingkan dengan

Oktober 2016) sebesar 4,55 persen, sedangkan inflasi tahun kalender (Januari 2017 dibandingkan dengan Oktober 2017) adalah 2,88 persen.

Kelompok Subsektor NTT

Padi palawija Hortikultura TPR Peternakan Perikanan

Umum/ KRT -0,29 -0,30 -0,27 -0,25 0,13 -0,27 Bahan Makanan -0,75 -0,75 -0,74 -0,73 0,12 -0,73 Makanan Jadi 0,09 0,08 0,12 0,07 0,24 0,10 Perumahan 0,32 0,29 0,46 0,47 -0,11 0,38 Sandang 0,52 0,48 0,49 0,51 0,51 0,50 Kesehatan 0,11 0,12 0,08 0,15 0,15 0,12

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0,04 0,05 0,04 0,06 0,08 0,05 Transportasi dan Komunikasi 0,00 0,01 0,02 0,01 -0,04 0,01

(6)

Tabel 4,

Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Periode Desember 2016 – Oktober2017

(2012=100)

Bulan

Kelompok

Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, &

Olahraga Transportasi & Komunikasi Umum/KRT (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 2016 Desember 1,57 0,02 0,35 1,48 0,72 0,15 0,21 0,94 2017 Januari 1,74 0,48 0,92 0,91 1,03 0,87 0,30 1,20 Februari 1,53 1,28 0,40 0,21 0,56 0,75 -0,07 1,09 Maret 0,07 0,04 0,69 0,40 0,23 0,06 0,21 0,17 April -0,27 0,17 0,09 0,18 0,78 0,12 0,24 -0,03 Mei 0,55 0,31 0,39 0,17 0,22 -0,14 -0,10 0,37 Juni 0,45 0,41 0,37 0,66 0,33 0,98 0,25 0,45 Juli -0,75 -0,16 0,07 0,28 0,29 0,16 -0,10 -0,37 Agustus -0,13 0,35 0,21 0,05 0,78 0,27 0,04 0,07 September 0,11 0,27 0,36 0,06 0,40 0,02 0,13 0,17 Oktober -0,73 0,10 0,38 0,50 0,12 0,05 0,01 -0,27

Referensi

Dokumen terkait

terwujudnya kemampuan Pengolahan Hasil Pertanian dan Perkebunan di dalam negeri, melalui integrasi antara Klaster Industri Pengolahan Hasil Pertanian antara Klaster Industri

Rumusan masalah penelitian ini adalah: 1) Apakah ada hubungan kecederungan yang dilihat/persepsi gejala dengan persepsi ancaman kesehatan?; 2) Apakah ada hubungan

55 Alimentarius, bahan tambahan makanan didefinisikan sebagai bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan,

Disamping itu, pada pemberian rangsangan terhadap otot saraf katak menunjukkan bahwa rangsangan tercepat saat diberikan pada tendon achiles katak dari

Hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan menyebutkan bahwa Penerapan Aneka jalur seleksi penerimaan mahasiswa baru di UIN Sunan Ampel Surabaya sudah dilakukan secara

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian tindakan kelas ini, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja guru matematika Sekolah Menengah Kejuruan

Pola baru tafsir Indonesia modern adalah keberadaan corak pendidikan dalam tafsir.Upaya Mahmud Yunus dalam Tafsir Al-Qur’a>n Karim bertujuan untuk menggali