• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Banyuwangi"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

1

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Struktur perekonomian Indonesia ditompang oleh beragam jenis badan usaha dan bergerak diberbagai macam bidang usaha. Diantara badan usaha yang berkembang di Indonesia terdapat satu badan usaha yang berbeda dengan badan usaha yang lainnya, badan usaha tersebut adalah koperasi. Pada awalnya koperasi lahir di Inggris sekitar tahun 1944 dimana lahirnya koperasi merupakan suatu wujud reassi terhadap kapitalisme dari masa revolusi industri. Koperasi dianggap berbeda dengan badan usaha lainnya karena mengusung prinsip yang tidak biasa dalam suatu badan usaha. Dalam UU Nomor 25 Tahun 1992 mengenai koperasi dijelaskan bahwa koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.

Prinsip yang menonjol dari koperasi berdasarkan UU tersebut adalah terlihat dari definisi koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Ditengah gencarnya arus globalisasi ekonomi dan berkembangnya ekonomi kapitalis dimana dalam era ini orang yang memiliki kapital atau modal akan dapat bertahan dalam lingkaran perekonomian sedangkan orang yang tidak memiliki capital yang kuat akan tersingkir dalam putaran perekonomian maka koperasi tentunya merupakan salah satu terobosan yang unik ditengah kondisi tersebut.

Koperasi lebih mengusung gerakan ekonomi rakyat yang artinya kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh rakyat yang dengan secara swa-daya mengelola sumberswa-daya apa saja yang dapat dikuasainya dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya. Prinsip

(2)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

2

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

lainnya adalah koperasi mengedepankan prinsip kekeluargaan berarti koperasi mengedepankan setia kawan dan kesadaran berpribadi, sekaligus bertujuan untuk menyejahterakan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Prinsip koperasi tersebut tentunya jauh berbeda dengan prinsip kapitalis yang mendewakan “laba” sebagai tujuan utamanya.

Dalam sejarah perkembangan perekonomian di Indonesia, koperasi memiliki peranan yang cukup berarti dan dengan prinsip yang diusungnya, koperasi diharapkan dapat mampu menjadi soko guru perekonomian terutama ekonomi kerakyatan yang mendominasi struktur perekonomian di Indonesia. Harapan terhadap koperasi memang cukup beralasan sebab sangat ironis ditengah gencarnya arus globalisasi Indonesia mayoritas ekonominya didominasi oleh ekonomi kerakyatan yang sangat lemah terhadap terkaman kapitalisasi. Koperasi melalui prinsip yang diusung diharapkan menjadi tiang pondasi ekonomi kerakyatan untuk menopang dari himpitan arus liberalisasi sehingga mampu untuk bertahan bahkan berkompetisi didalamnya.

Keseluruhan wilayah di Indonesia pada umumnya struktur ekonomi ditompang oleh usaha kerakyatan termasuk Kabupaten Banyuwangi. Sebagai salah satu wilayah di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Banyuwangi termasuk sebagai 10 besar dengan tingkat perekonomian tertinggi sehingga merupakan daerah andalan. Seperti kebanyakan daerah di Indonesia, Kabupaten ekonomi struktur perekonomian terbesar didominasi oleh jenis usaha kerakyatan yaitu usaha yang berskala menengah, kecil bahkan mikro.

Karena struktur perekonomian di Kabupaten Banyuwangi di tompang oleh usaha berskala menengah, kecil bahkan mikro (UMKM) maka kehadiran koperasi tentu akan sangat membantu. Sebagai salah satu unit usaha dalam perekonomian, UMKM memiliki ciri umum yang melekat yaitu permodalan yang masih lemah, inovasi rendah, pemasaran

(3)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

3

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

yang sempit, serta kelemahan lainnya. Padahal modal merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung peningkatan produksi dan kinerja Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) itu sendiri, terlebih pada pengusaha mikro maupun pedagang golongan ekonomi lemah (usaha kecil).

Dengan ciri khas yang melekat pada UMKM tersebut, tentu hal tersebut dapat menjadi bumerang bagi perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi. Koperasi melalui prinsip yang diusung diharapkan mampu menjadi solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh UMKM.

Dibalik kelemahan yang dimiliki oleh UMKM sebenarnya terdapat kekuatan yang dimiliki oleh UMKM yaitu dalam hal penyerapan tenaga kerja pada umumnya UMKM adalah sektor yang padat karya dan mampu menyerap tenaga kerja baik tenaga kerja terdidik maupun tenaga kerja tidak terdidik. Dari segi ketahanan terhadap permasalahan ekonomi global UMKM juga terlihat lebih kokoh dibandingkan industri besar maka dari itu UMKM manjadi tiang penyelamat terakhir perekonomian Indonesia.

Berdasarkan penjabaran mengenai koperasi dan UMKM diatas Nampak bahwa betapa kedua hal tersebut memegang peranan penting bagi Kabupaten Banyuwangi. Kedua bidang ini hendaknya dapat terus dikembangkan guna mendukung perkembangan Kabupaten Banyuwangi apalagi bila kedua bidang ini saling bersinergi tentu akan menjadi suatu kekuatan lebih untuk dapat lebih memacu perekonomian terutama untuk mendukung perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi.

Untuk dapat mengembangkan serta mensinergikan antara koperasi dan UMKM maka diperlukan suatu kajian yang komprehensif mengenai bagaimanakah peranan koperasi guna menunjang perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi.

(4)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

4

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah peran koperasi terhadap UMKM di Kabupaten Banyuwangi

2. Apakah permasalahan yang menghambat fungsi koperasi dan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

3. Bagaimanakah strategi peningkatan peran Koperasi untuk menunjang perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisa peran koperasi terhadap UMKM di Kabupaten Banyuwangi

2. Menganalisa permasalahan Koperasi dan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

3. Menyusun strategi peningkatan peran Koperasi untuk menunjang perkembangan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari kegiatan Peran Koperasi Terhadap Usaha Menengah, Kecil dan Mikro Kabupaten Banyuwangi adalah memberikan masukan secara ilmiah dan komprehensif bagi pengambil kebijakan di Kabupaten Banyuwangi mengenai perkembangan koperasi dan UMKM.

(5)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

5

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Koperasi

Pada hakekatnya koperasi merupakan suatu lembaga ekonomi yang sangat diperlukan dan penting untuk dipertahankan, koperasi merupakan suatu alat bagi orang-orang yang ingin meningkatkan taraf hidupnya. Dasar kegiatan koperasi adalah kerjasama yang dianggap sebagai suatu cara untuk memecahkan berbagai masalah atau persoalan yang dihadapi oleh masing-masing masyarakat khususnya untuk kalangan ekonomi yang lemah.

Koperasi lahir pada permulaan abad ke-19, sebagai reaksi terhadap sistem liberialisme ekonomi, yang pada waktu itu segolongan kecil pemilik-pemilik modal menguasai kehidupan masyarakat. Kata koperasi berasal dari bahasa latin coopere yang dalam bahasa Inggris disebut cooperation dan cooperative. Koperasi berasal dari kata co dan operation yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. Kerjasama adalah adanya dua orang atau lebih yang bekerja bersama-sama untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koperasi adalah suatu bentuk kerja sama dalam waktu yang relatif lama.

Sistem pemikirian esensialis-nominal yang dikemukakan oleh

Hanel pada tahun 1989. Dalam hal ini Hanel mengemukakan bahwa ada dua pendekatan 18 dalam mendefinisikan koperasi baik dalam teori maupun praktek. Kedua pendekatan yang dimaksud yaitu, pendekatan

ilmiah esensialis (pengertian koperasi menurut hukum) dan kedua,

pendekatan ilmiah nominalis (pengertian koperasi menurut ekonomi).

Pendekatan imiah esensial (legal sense) adalah suatu pendekatan dalam

mendefinisikan koperasi selalu bertitik tolak dari prinsip-prinsip koperasi, terutama prinsip-prinsip koperasi yang diterapkan oleh para pelopor

(6)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

6

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

koperasi. Pedekatan esensialis beranggapan bahwa prinsip-prinsip koperasi di satu pihak memuat sejumlah nilai, norma, dan tujuan konkrit yang harus ditemukan pada semua koperasi. Di pihak lain, prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip-prinsip pengembangan organisasi dan pedoman-pedoman kerja yang pragmatis, yang hanya berhasil diterapkan pada keadaan-keadaan tertentu.

Pengertian atau definisi koperasi menurut pendekatan ilmiah esensial (pengertian koperasi menurut hukum) : menurut Undang - Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian dalam pasal 1 ayat (1) menyatakan : "bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan; ayat (2) Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi; ayat (3) Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang; ayat (4) Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi; ayat (5) Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi Koperasi dan kegiatan perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama Koperasi".

Berbeda dengan pendapat para esensialis, maka menurut pengertian nominalis, yang sesuai dengan pendekatan ilmiah modern dalam ilmu ekonomi koperasi, koperasi adalah lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi yang tanpa memperhatikan bentuk hukum atau wujudnya memenuhi kriteria tersebut sesuai dengan pendapat Alfred Hanel (Graha Ilmu, 2005) :

1. Sejumlah individu yang bersatu dalam suatu kelompok atas dasar sekurang-kurangnya satu kepentingan atau tujuan yang sama (Kelompok Koperasi)

(7)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

7

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

2. Anggota-anggota kelompok koperasi secara individual bertekad mewujudkannya, yaitu memperbaiki situasi ekonomi dan sosial mereka, melalui usaha bersama dan saling tolong menolong (Swadaya dari Kelompok Koperasi)

3. Sebagai instrumen (wahana) untuk mewujudkannya adalah suatu perusahaan yang dimiliki dan dibina secara bersama (Perusahaan Koperasi)

4. Perusahaan Koperasi itu ditugaskan untuk menunjang kepentingan para anggota koperasi itu, dengan cara menyediakan atau menawarkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh para anggota dalam kegiatan ekonominya, yaitu dalam perusahaan atau rumah tangganya masing-masing (Tujuan/Tugas dan Promosi Anggota)

Dari pengertian-pengertian tersebut koperasi merupakan organisasi ekonomi, tindakan ekonomi dalam koperasi antara lain dalam bentuk usaha untuk meningkatkan usaha koperasi itu sendiri. Dengan demikian sebagai organisasi ekonomi, koperasi melakukan kegiatan ekonomi melalui unit-unit usaha yang diadakannya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan anggota serta untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sehingga kesejahteraan yang merata bagi masyarakat Indonesia yang kita cita-citakan dapat terwujud.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam, kegiatan usaha simpan pinjam adalah kegiatan yang dilakukan untuk menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut melalui usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi yang bersangkutan, koperasi lain atau anggotanya. Sebagai sebuah lembaga keuangan non bank, koperasi adalah suatu usaha yang dimiliki dan diawasi oleh pengguna jasanya serta

(8)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

8

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

membagikan keuntungan (manfaat ekonomi) yang diperoleh dari kegiatan bisnis berdasarkan tingkat partisipasi anggotanya (David W. Cobia,1989).

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang fungsi, peran dan prinsip koperasi diatur dalam Bab III Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi adalah sebagai berikut :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial mereka. 2. Turut serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas

kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai soko gurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Dari pengertian koperasi tersebut dapat dikemukakan tiga konsep operasional koperasi sebagai berikut :

1. Prinsip kepemilikan

Koperasi dimiliki oleh anggota yang mendanai dan sekaligus menggunakan jasa koperasi itu.

2. Prinsip kontrol (pengawasan)

Koperasi dalam menjalankan kegiatan bisnisnya diawasi oleh para anggotanya sendiri yang bukan hanya berkedudukan sebagai pemilik melainkan juga sebagai pengguna jasa koperasi itu.

3. Prinsip pembagian keuntungan

Hasil usaha koperasi dibagikan kepada para anggotanya sesuai dengan intensitas keterlibatannya dalam koperasi.

(9)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

9

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

2.1.1 Landasan, Asas dan Tujuan Koperasi

Landasan ideal koperasi Indonesia adalah Pancasila, didasarkan atas pertimbangan bahwa Pancasila adalah pandangan falsafah, pandangan hidup, dan ideologi bangsa Indonesia. Pancasila akan menjadi pedoman yang mengarahkan semua tindakan koperasi dan organisasi-organisasi lainnya dalam mengemban fungsinya masing-masing di tengah-tengah masyarakat. Landasan struktural koperasi Indonesia adalah Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, dengan pertimbangan bahwa pasal tersebut pada dasarnya mengatur perikehidupan ekonomi bangsa Indonesia yang di dalam gerak pelaksanaannya dilandasi oleh prinsip-prinsip demokrasi ekonomi. Artinya, usaha pemenuhan kebutuhan ekonomi warga Negara Indonesia harus dilakukan melalui usaha berasama di antara anggota masyarakat. Dalam Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 ditegaskan bahwa perekonomian yang hendak disusun di Indonesia adalah suatu usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Artinya, susunan perekonomian usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan itu adalah koperasi. Hal ini terdapat dalam penjelasan Pasal 33 UUD 1945 dan berulang kali telah ditegaskan oleh Muhammad Hatta bahwa yang dimaksud dengan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan itu ialah koperasi.

Asas koperasi Indonesia adalah kekeluargaan (Pasal 2 UU Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian). Semangat kekeluargaan ini merupakan pembeda utama antara koperasi dengan bentuk-bentuk badan usaha lainnya. Semangat kekeluargaan mengandung tiga unsur :

1. Kesadaran akan harga diri sebagai pribadi (individualitas)

Kesadaran bahwa setiap manusia tidak akan dapat berkembang dengan baik bila tidak bekerja sama dengan orang lain. Kesadaran seperti itulah yang kemudian mendorong tumbuhnya sikap mental yang mengarah pada semangat kekeluargaan.

(10)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

10

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

2. Rasa setia kawan (solidaritas)

Rasa setia kawan ini sangat penting bagi perkembangan usaha koperasi, karena rasa setia kawan akan mendorong setiap anggota koperasi untuk merasa sebagai satu keluarga besar yang senasib dan sepenanggungan. Bertolak dari rasa setia kawan ini akan tumbuh kehendak untuk bersatu, bekerja sama, dan tolong-menolong dalam koperasi. Rasa setia kawan itu antara lain terwujud dalam bentuk gotong royong yang telah lama ada dalam masyarakat Indonesia.

3. Kepercayaan pada diri sendiri (self-help)

Sikap percaya pada diri sendiri yang tumbuh karena adanya saling tolong menolong di antara sesama anggota koperasi akan mendukung kesadaran berpribadi dan rasa setia kawan yang berguna bagi pengembangan koperasi. Ketiga unsur tersebut diharapkan saling memperkuat setiap anggota koperasi dalam melakukan usaha untuk meningkatkan kemakmuran bersama. Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dengan demikian, dalam garis besarnya tujuan koperasi Indonesia meliputi 3 (tiga) hal :

1. Untuk memajukan kesejahteraan anggota. 2. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.

3. Ikut serta membangun tatanan perekonomian nasional.

Pada peraturan koperasi yang terbaru yaitu UU No 17 Tahun 2012 pada pasal 5 ayat 1 disebutkan bahwa nilai yang mendasari kegiatan koperasi yaitu :

(11)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

11

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

1. kekeluargaan;

2. menolong diri sendiri; 3. bertanggung jawab; 4. demokrasi;

5. persamaan; 6. berkeadilan; dan 7. kemandirian.

Selain itu koperasi juga menganut nilai dalam pelaksanaannya yang diacantumkan dalam pasal 5 ayat 2 yang yaitu :

1. Kejujuran 2. keterbukaan;

3. tanggung jawab; dan

4. kepedulian terhadap orang lain

Pasal 6 UU 17 tahun 2012 menyebutkan bahwa prinsip koperasi meliputi :

1. keanggotaan Koperasi bersifat sukarela dan terbuka;

2. pengawasan oleh Anggota diselenggarakan secara demokratis; 3. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi Koperasi; 4. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan

independen;

5. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Anggota, Pengawas, Pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan Koperasi;

6. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat Gerakan Koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional; dan

7. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh Anggota.

(12)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

12

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

2.1.2 Bentuk dan Jenis Koperasi di Indonesia

Berdasarkan Pasal 15 UU Nomor 25 Tahun 1992 hanya terdapat 2 macam koperasi dimana koperasi berbentuk koperasi primer dan koperasi sekunder. Jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya, yaitu :

1. Koperasi Primer (Primary Cooperative)

Koperasi primer adalah koperasi yang anggotanya orang perorangan, pada intinya anggota-anggota sebagai badan hukum koperasi, yang berkedudukan sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Koperasi primer biasanya beroperasi di tingkat lokal. Di atas koperasi primer, kesemuanya itu disebut koperasi sekunder (secondary cooperative), yaitu koperasi yang anggota-anggotanya merupakan badan hukum koperasi.

2. Koperasi Sekunder (Secondary Cooperative)

Pengertian koperasi sekunder meliputi semua jenis koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi primer dan atau koperasi sekunder. Berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi, koperasi sekunder dapat didirikan oleh koperasi sejenis maupun berbagai jenis atau tingkatan. Dalam hal koperasi mendirikan koperasi sekunder dalam berbagai tingkatan, maka terdapat berbagai koperasi seperti yang selama ini dikenal sebagai :

 Aliansi koperasi (tingkat internasional)

 Induk koperasi (tingkat nasional)

 Gabungan koperasi (tingkat provinsi)

 Pusat koperasi (tingkat kabupaten)

 Primer koperasi (tingkat lokal)

Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan kegiatan, kepentingan, dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Oleh karena itu,

(13)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

13

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

disamping dua macam koperasi yang telah disebutkan di atas, masih ada lagi jenis koperasi yang lain, seperti misalnya koperasi simpan pinjam (kredit), koperasi konsumen (konsumsi), koperasi produsen (produksi), koperasi penjualan (pemasaran), dan koperasi jasa. Khusus untuk koperasi yang dibentuk oleh golongan fungsional seperti pegawai negeri, anggota ABRI, karyawan dan sebagainya, bukan merupakan jenis koperasi tersendiri. Perkoperasian tersebut dikenal lima jenis, yaitu :

1. Koperasi Produsen

Koperasi produsen adalah koperasi yang anggota-anggotanya adalah para produsen. Anggota koperasi ini adalah pemilik (owner) dan pengguna pelayanan (user), dimana dalam kedudukannya sebagai produsen, anggota koperasi produsen mengolah bahan baku/input menjadi barang jadi/output, sehingga menghasilkan barang yang dapat diperjualbelikan, memperoleh sejumlah keuntungan dengan transaksi dan memanfaatkan kesempatan pasar yang ada. Koperasi produsen berperan dalam pengadaan bahan baku, input atau sarana produksi yang menunjang ekonomi anggota sehingga anggota merasakan manfaat keberadaan koperasi karena mampu meningkatkan produktivitas usaha anggota dan pendapatannya. Koperasi ini menjalankan beberapa fungsi, di antaranya :

a) Pembelian ataupun pengadaan input yang diperlukan anggota b) Pemasaran hasil produksi (output) yang dihasilkan dari usaha

anggota

c) Proses produksi bersama atau pemanfaatan sarana produksi secara bersama

d) Menanggung resiko bersama atau menyediakan kantor pemasaran bersama

(14)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

14

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

2. Koperasi Konsumen

Koperasi konsumen adalah koperasi yang melaksanakan kegiatan bagi anggota dalam rangka penyediaan barang atau jasa yang dibutuhkan anggota. Koperasi konsumen berperan dalam mempertinggi daya beli sehingga pendapatan riil anggota meningkat. Pada koperasi ini, anggota memiliki identitas sebagai pemilik (owner) dan sebagai pelanggan (customer). Dalam kedudukan anggota sebagai konsumen, kegiatan mengkonsumsi (termasuk konsumsi oleh produsen) adalah penggunaan mengkonsumsi barang/jasa yang disediakan oleh pasar. Adapun fungsi pokok koperasi konsumen adalah menyelenggarakan :

a) Pembelian atau pengadaan barang/jasa kebutuhan anggota yang dilakukan secara efisien, seperti membeli dalam jumlah yang lebih besar.

b) Inovasi pengadaan, seperti sumber dana kredit dengan bunga yang lebih rendah, diantaranya pemanfataan dana gulir, pembelian dengan diskon, pembelian dengan kredit.

3. Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi ini sering kali juga disejajarkan dengan nama koperasi kredit, koperasi ini menyelenggarakan layanan tabungan dan sekaligus memberikan kredit bagi anggotanya. Layanan-layanan ini menempatkan koperasi sebagai pelayan anggota memenuhi kebutuhan pelayanan keuangan bagi anggota menjadi lebih baik dan lebih maju. Dalam koperasi ini anggotanya memiliki kedudukan identitas ganda sebagai pemilik (owner) dan nasabah (customers).

Dalam kedudukan sebagai nasabah anggota melaksanakan kegiatan menabung dan meminjam dalam bentuk kredit kepada koperasi. Pelayanan koperasi kepada anggota yang menabung

(15)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

15

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

dalam bentuk simpanan wajib, simpanan sukarela, dan deposito, merupakan sumber modal bagi koperasi. Penghimpunan dana dari anggota menjadi modal yang selanjutnya oleh koperasi disalurkan dalam bentuk pinjaman atau kredit kepada anggota dan calon anggota. Dengan cara pinjam (KSP) dan atau Unit Usaha Simpan Pinjam (USP) Koperasi. Dengan cara itulah koperasi melaksanakan fungsi intermediasi dana milik anggota untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada anggota yang membutuhkan. Penyelenggaraan kegiatan simpan pinjam oleh koperasi dilaksanakan dalam bentuk/wadah koperasi simpan pinjam.

4. Koperasi Pemasaran

Koperasi pemasaran seringkali disebut koperasi penjualan. Identitas anggota sebagai pemilik (owner) dan penjual (seller) atau pemasar. Koperasi pemasaran mempunyai fungsi menampung produk barang maupun jasa yang dihasilkan anggota untuk selanjutnya memasarkannya kepada konsumen. Anggota berkedudukan sebagai pemasok barang atau jasa kepada koperasinya. Dengan demikian bagi anggotanya, koperasi merupakan bagian terdepan dalam pemasaran barang ataupun jasa anggota produsen. Sukses fungsi pemasaran ini mendukung tingkat kepastian usaha bagi anggota untuk tetap dapat berproduksi.

5. Koperasi Jasa

Adalah koperasi dimana identitas anggota sebagai pemilik dan nasabah konsumen jasa dan atau produsen jasa. Dalam status anggota sebagai konsumen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi pengadaan jasa. Sedangkan dalam status anggota sebagai produsen jasa, maka koperasi yang didirikan adalah koperasi produsen jasa atau koperasi pemasaran jasa. Sebagai

(16)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

16

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

koperasi pemasaran, bilamana koperasi melaksanakan fungsi memasarkan jasa hasil produksi anggota. Dalam praktek dikenal pula penjenisan koperasi atas dasar cakupan pengelolaan bisnis (usaha), yaitu jenis koperasi Single Purpose (satu usaha) dan Multi Purpose (banyak usaha). Koperasi dengan satu kegiatan usaha, misalnya Koperasi Simpan Pinjam (KSP), Koperasi Produsen Susu, Koperasi tahu tempe (Primkopti), Koperasi Bank Perkreditan Rakyat dan sebagainya. Koperasi dengan lebih dari satu kegiatan usaha, sering disebut sebagai koperasi melaksanakan pemasaran produk barang dan jasa

2.2 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Usaha Mikro Berdasarkan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) adalah usaha produktif milik orang perorangan dan / atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 29

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

(17)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

17

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

Usaha mikro merupakan kegiatan usaha yang dapat memperluas lapangan pekerjaan serta memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta berperan mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, usaha mikro adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang medapatkan kesempatan utama, dukungan, perlindungan serta pengembangan yang secara luas sebagai wujud pihak yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa harus mengabaikan peranan usaha besar dan badan usaha milik pemerintah. Menurut Departemen Tenaga Kerja (Depnaker) usaha mikro adalah usaha yang memiliki kurang dari 5 orang tenaga kerja.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pasal 3 disebutkan bahwa usaha mikro bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan ekonomi yang berkeadilan. Pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan. Menurut Rudjito (2003) usaha mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin. Usaha mikro sering disebut dengan usaha rumah tangga. Besarnya kredit yang dapat diterima oleh usaha adalah Rp 50 juta. Usaha mikro adalah usaha produktif secara individu atau tergabung dalam koperasi dengan hasil penjualan Rp 100 juta. Kriteria Usaha Mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Pasal 6, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50 juta tidak temasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

(18)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

18

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

Ciri-ciri usaha mikro yaitu:

1. Jenis barang usahanya tidak tetap,dapat berganti pada periode tertentu;

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, dapat berubah sewaktu-waktu;

3. Belum melaksanakan administrasi keuangan yang sederhana dan tidak memisahkan antara keuangan keluarga dengan keuangan usaha; Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa enterpreuner yang memadai;

4. Tingkat pendidikan rata-rata relatif rendah;

5. Pada umumnya belum akses ke perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

6. Umumnya tidak mempunyai izin usaha atau prasyaratan legalitas lainnya termasuk Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

2.2.1 Peranan Usaha Mikro di Indonesia

UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) pada masa sekarang telah diakui oleh berbagai pihak sehingga memiliki peran yang cukup besar dalam perekonomian nasional. Menurut Bank Indonesia ada beberapa peran strategis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) antara lain:

1. Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang besar dan terdapat dalam tiap-tiap sektor ekonomi;

2. Menyerap banyak tenaga kerja dan setiap investasi menciptakan lebih banyak kesempatan kerja;

3. Memiliki kemampuan untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau;

(19)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

19

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

Sedangkan peran Usaha Mikro dalam perekonomian Indonesia menurut (Urata dalam Sulistyastuti, 2004) adalah :

1. Usaha mikro merupakan pemain utama dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.

2. Penyediaan kesempatan kerja.

3. Pemain penting dalam pengembangan ekonomi lokal dan pengembangan masyarakat.

4. Penciptaan pasar dan inovasi melalui fleksibilitas dan sensitivitas atas keterkaitan dinamis antar kegiatan perusahaan.

5. Memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekspor non migas.

Pentingya peranan usaha mikro di negara Indonesia terkait dengan posisi strategis berbagai aspek yatitu terdiri atas:

a) Aspek permodalan

Usaha mikro tidak memerlukan modal yang besar sehingga dalam pembentukkan usaha tidak akan sesulit perusahaan atau perseroan besar.

b) Tenaga kerja

Tenaga kerja yang diperlukan untuk usaha ini tidak menuntut pendidikan formal atau tinggi tertentu ( Tambunan,2001 dalam Sulistyastuty, 2004).

c) Lokasi

Sebagian besar usaha mikro berlokasi di pedesaan dan tidak memerlukan infrastruktur sebagaimana perusahaan besar (Sulistyastuti, 2004).

d) Ketahanan

Peranan usaha mikro ini terbukti bahwa usaha mikro memiliki ketahanan yang kuat (strong survival) ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi (Sandee, 2000).

(20)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

20

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

Perkembangan Usaha Mikro di Indonesia tidak terlepas dari berbagai masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari masalah-masalah tersebut tidak dapat berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah atau lokasi, antar sentra, antar sektor, antar sektor atau subsektor atau jenis kegiatan dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor yang sama (Tambunan, 2000). Meskipun demikian masalah dasar yang dihadapi oleh usaha mikro menurut Tambunan (2002) adalah :

1) Kesulitan pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi perkembangan Usaha Mikro dan Kecil. Hasil studi lintas negara yang dilakukan James dan Akrasanee (dikutip Tambunan, 2002) di sejumlah negara ASEAN menunjukkan bahwa termasuk growth constrains yang dihadapi oleh banyak pengusaha kecil menengah (kecuali Singapura). Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestik dari produk serupa buatan usaha besar dan impor, maupun pasar ekspor. Selain itu, terbatasnya informasi banyak usaha kecil menengah, khususnya yang kekurangan modal dan SDM (Sumber Daya Manusia) serta berlokasi di daerah-daerah pedalaman yang relatif terisolir dari pusat informasi, komunikasi, dan transportasi, juga mengalami kesulitan untuk memenuhi standar-standar internasional yang terkait dengan produksi dan perdagangan.

2) Keterbatasan finansial Usaha mikro,

khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial : mobilisasi modal awal (star-up capital) dan akses ke modal kerja, seperti finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi pertumbuhan output jangka panjang. Kendala ini disebabkan karena lokasi bank yang terlalu jauh bagi banyak

(21)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

21

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

pengusaha yang tinggal di daerah yang relatif terisolasi, persyaratan terlalu berat, urusan administrasi terlalu bertele-tele, dan kurang informasi mengenai skim-skim perkreditan yang ada dan prosedur.

3) Keterbatasan sumber daya alam (SDM)

Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak usaha mikro di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek enterpreunership, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntasi, data processing, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Keterbatasan ini menghambat usaha mikro di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional.

4) Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya) juga sering menjadi salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi banyak Usaha Mikro di Indonesia. Keterbatasan ini dikarenakan harga baku yang terlampau tinggi sehingga tidak terjangkau atau jumlahnya terbatas.

5) Keterbatasan teknologi

Usaha Mikro di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi lama atau tradisional dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya total factor productivity dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat. Keterbatasan teknologi, khususnya usaha-usaha rumah tangga (mikro) disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru atau menyempurnakan proses produksi, keterbatasan informasi mengenai

(22)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

22

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

perkembangan teknologi atau mesinmesin dan alat-alat produksi baru dan keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru atau melakukan inovasi-inovasi dalam produk maupun proses produksi.

Muhammad Yunus (dalam Gilang, 2007) menjelaskan bahwa upaya untuk mengatasi kemiskinan dengan memberikan kesempatan untuk mengoptimalkan kemampuan yang sudah mereka miliki melalui pinjaman mikro tanpa agunan. Kemiskinan bukan disebabkan karena mereka malas atau tidak mau bekerja tetapi karena mereka tidak memperoleh kesempatan untuk mengembangkan usaha disebabkan keterbatasan modal.

Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Reupublik Indonesia Nomor 03/Per/M.UKM/III/2009 menjelaskan bahwa masalah permodalan, baik keterbatasan kepemilikan modal maupun kesulitan dalam mengakses pembiayaan merupakan kendala bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK) dalam menjalankan dan mengembangkan usaha.

Sesuai dengan UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM, pengertian usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (MKM) mengacu kepada kriteria usaha, yaitu : 1. Usaha mikro :

a) Usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan

b) yang memenuhi kriteria usaha mikro.

c) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(23)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

23

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

2. Usaha kecil :

a) Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung atau maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.

b) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Usaha menengah :

a) Usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung atau maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar.

b) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Namun demikian, pengertian kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) yang digunakan dalam penelitian ini masih menggunakan defi nisi

(24)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

24

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

yang digunakan untuk keperluan statistik Bank Indonesia, yaitu kredit mikro adalah kredit dengan plafon maksimum Rp50 juta, kredit kecil adalah kredit dengan plafon antara Rp50 juta s.d Rp500 juta, dan kredit menengah adalah kredit dengan plafon antara Rp500 juta s.d Rp5 miliar.

2.3 Pengertian Kredit

Adapun definisi untuk kredit konsumsi, modal kerja dan investasi sesuai dengan Laporan Bank Umum (LBU) adalah sebagai berikut:

1. Kredit konsumsi adalah pemberian kredit untuk keperluan konsumsi dengan cara membeli, menyewa atau dengan cara lain. Misalnya: Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), Kredit Multiguna, Kredit Pegawai dan Pensiunan, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA).

2. Kredit modal kerja adalah kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai keperluan modal kerja debitur.

3. Kredit investasi adalah kredit jangka menengah/panjang untuk pembelian barangbarang modal dan jasa yang diperlukan guna rehabilitasi, modernisasi, ekspansi dan relokasi proyek dan atau pendirian usaha baru.

Sebenarnya kata “kredit” berasal dari bahasa Romawi yaitu credere yang artinya “percaya”. Bila dihubungkan dengan bank, maka terkandung pengertian bahwa bank selaku kreditur percaya meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah/debitur, karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannnya setelah jangka waktu yang ditentukan.

Sedangkan pemerintah sendiri mendefinisikan kredit dalam UU No.7 tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan (pasal 1 angka 11) tentang perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank

(25)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

25

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga. Dengan definisi tersebut kata kredit seolah diperuntukkan bagi perbankan dengan prinsip operasional konvensional (Pasha, 2007).

Menurut Supramono (1995) kredit merupakan perjanjian pinjam-meminjam uang antara bank sebagai kreditur dengan nasabah sebagai debitur. Dalam perjanjian ini bank sebagai pemberi kredit percaya terhadap nasabahnya dalam jangka waktu yang disepakatinya akan dikembalikan (dibayar) lunas. Tenggang waktu antara pemberian dan penerimaan kembali prestasi ini menurut Edy Putra (dalam Supramono, 1995) merupakan suatu hal yang abstrak,yang sukar diraba.

Sedangkan Kasmir (2004) menjelaskan bahwa baik kredit maupun pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang,misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur) dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sangsi apabila sidebitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.

Dalam perjanjian kredit antar pihak tidak hanya kepercayaan saja yang diperlukan, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Tetapi terdapat beberapa unsur yang mempengaruhi pemberian kredit tersebut, Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut (Kasmir,2004):

1. Kepercayaan

Suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang,barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa mendatang

(26)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

26

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki jangka waktu

4. Resiko

faktor resiko kerugian dapat diakibatkan dua hal yaitu resiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan resiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam.

5. Balas jasa

Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tentu mengharapkan suatu keuntungan dalam jumlah tertentu. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama bank. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

2.3.1 Jenis-Jenis Kredit

Dalam praktek perbankan, kredit-kredit yang diberikan kepada nasabahnya dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut (Supramono,1995):

1. Menurut jangka waktunya

Dari segi jangka waktu terdapat tiga macam kredit yaitu kredit jangka pendek,jangka menengah dan jangka panjang. Yang

(27)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

27

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

disebut kredit jangka pendek adalah kredit yang berjangka waktu paling lama satu tahun. Jangka menengah adalah kredit yang berjangka waktu antara satu tahun samapi dengan tiga tahun, Sedangkan kredit jangka panjang waktunya lebih dari tiga tahun. 2. Menurut kegunaannya

Dilihat dari kegunaannya juga bisa digolongkan dalam tiga golongan yakni:

a) Kredit investasi

Kredit yang diberikan kepada nasabah untuk keperluan penanaman modal yang bersifat ekspansi, modernisasi maupun rehabilitasi perusahaannya.

b) Kredit modal kerja

Kredit yang dimaksudkan untuk kepentingan kelancaran modal kerja nasabah, Jadi kredit ini sasarannya untuk membiayai operasi usaha nasabah.

c) Kredit profesi

Kredit yang diberikan kepada nasabah semata-mata untuk kepentingan profesinya. Misalnya kredit yang diberikan kepada seorang dokter untuk membeli peralatan medis.Meskipun namanya kredit profesi,namun sebenarnya kredit tersebut tidak berbeda dengan kredit investasi, yang berbeda hanya terletak pada kedudukan (status) nasabah.

3. Menurut pemakaiannya a) Kredit Konsumtif

Kredit konsumtif adalah kredit yang diberikan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

b) Kredit Produktif

Pada kredit produktif ini pembiayaan bank ditujukan untuk keperluan usaha nasabah agar produktifitas meningkat. Bentuk kredit produktifitas dapat berupa kredit investasi maupun

(28)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

28

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

kredit modal kerja, karena kedua kredit ini diberikan nasabah untuk meningkatkan produktifitas usahanya.

4. Menurut sektor yang dibiayai

Disamping bermacam-macam kredit yang diterangkan diatas, masih ada beberapa macam kredit yang diberikan nasabah dipandang dari sektor yang dibiayai bank,sebagai berikut: kredit perdagangan,kredit pertanian,kredit perindustrian,dll.

Beragamnya jenis kegiatan usaha mengakibatkan beragam pula kebutuhan akan kebutuhan jenis kreditnya. Dalam prekteknya kredit yang ada dimasyarakat terdiri dari beberapa jenis, begitu pula dengan pemberian fasilitas kredit oleh bank kepada masyarakat. Pembagian jenis yang dilakukan pemberian fasilitas kredit oleh bank ditujukkan untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu mengingat setiap jenis usaha memiliki berbgai karakteristik tertentu.

Kasmir (2004) menjelaskan secara umum jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dan dilihat dari berbagai segi adalah:

1. Dilihat dari segi kegunaan

Maksud jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Dan ditinjau dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit:

a) Kredit investasi

Kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.

b) Kredit modal kerja

Kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

(29)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

29

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

2. Dilihat dari segi tujuan kredit

Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemakaian suatu kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi.

a) Kredit produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Artinya kredit ini digunakan untuk diusahakan sehingga menghasilkan suatu baik berupa barang maupun jasa.

b) Kredit konsumtif

Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan.

c) Kredit perdagangan

Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang daganagan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

3. Dilihat dari segi jangka waktu

Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit mulai dari pertama sekali diberikan sampai masa pelunasannya jenis kredit ini adalah:

a) Kredit jangka pendek

Kredit ini merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lana 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

b) Kredit jangka menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.

(30)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

30

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

Beberapa bank mengklasifikasikan kredit menengah menjadi kredit jangka panjang.

c) Kredit jangka panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu diatas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet dan untuk juga kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4. Dilihat dari segi jaminan

Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan. Jenis kredit ini terdiri dari:

a) Kredit dengan jaminan

Kredit yang diberiakn dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon debitur.

b) Kredit tanpa jaminan

Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha,karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.

5. Dilihat dari segi sektor usaha

Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karena itu pemberian fasilitas kredit pun berbeda pula. Jenis kredit jika dilihat dari sektor usaha sebagai berikut:

a) Kredit industri, yaitu kredit untuk membiayai industry pengolahan baik untuk industry kecil,menengah atau besar. b) Kredit profesi diberikan kepada kalangan para professional

(31)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

31

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

c) Dan sektor-sektor usaha lainnya.

2.3.2 Kredit Mikro

Kredit merupakan penyaluran dana yang dilakukan oleh pihak perbankan kepada masyarakat agar dana dapat tersalurkan bagi mereka yang membutuhkan. Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, imbalan, atau hasil pembagian keuntungan.

Kredit juga dapat diartikan sebagai hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta atau pada waktu yang akan datang karena penyerahan barang-barang yang sekarang (Kent dalam Ramadhini 2008). Berdasarkan beberapa pengertian maka dapat disimpulkan bahwa unsur yang terkandung dalam kredit (Suyatno, 2007) adalah :

1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang maupun jasa benar-benar diterima kembali dalam jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang.

2. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang.

3. Degree of Risk, yaitu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di kemudian hari. Adanya unsur resiko ini menyebabkan adanya jaminan dalam pemberian kredit.

(32)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

32

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

Pengertian dari kredit mikro sangat terkait dengan pengertian usaha mikro. Secara universal pengertian kredit mikro adalah definisi yang dicetuskan dalam pertemuan The World Summit in Microcredit di Washington pada tanggal 2-4 Februari 1997 yaitu program atau kegiatan memberikan pinjaman yang jumlahnya kecil kepada masyarakat golongan kelas menengah ke bawah untuk kegiatan usaha meningkatkan pendapatan, pemberian pinjaman untuk mengurus dirinya sendiri dan keluarganya (The World Summit in Microcredit, 2007 dalam Ramadhini, 2008).

Grameen Banking (2003) dalam Ramadhini (2008) mendefinisikan kredit mikro sebagai pengembangan pinjaman dalam jumlah kecil kepada pengusaha yang terlalu rendah kualifikasinya untuk dapat mengakses pada pinjaman dari bank tradisional.

Calmeadow (1999) mengartikan kredit mikro sebagai arisan pinjaman modal untuk mendukung pengusaha kecil dalam beraktivitas, umumnya dengan alternatif jaminan kolateral dan sistem monitoring pengembalian. Pinjaman diberikan utnuk melayani modal kerja sehari-hari, sebagai modal awal untuk memulai usaha, atau sebagai modal investasi untuk membeli asset tidak bergerak.

Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu kredit kepada debitur usaha mikro, kecil dan menengah yang memenuhi definisi dan kriteria usaha mikro, kecil dan menengah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, UMKM adalah usaha produktif yang memenuhi kriteria usaha dengan batasan tertentu kekyaan bersih dan hasil penjualan tahunan.

(33)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

33

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

2.3.3 Prinsip Prinsip Perkreditan

Dalam memberikan kredit, Bank atau lembaga perkreditan lainnya wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, maka sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian dengan seksama baik itu terhadap watak, kemampuan, maupun prospek usaha debitur. Penilaian yang dilakukan untuk memperkecil kemungkinan penyimpangan kredit dari yang diperjanjikan adalah melakukan analisis pada beberapa faktor, salah satu analisis yang popular adalah analisis 5C (Pasha, 2007), antara lain:

1. Character (Watak)

Merupakan cerminan dari konsistensi dan kemauan calon debitur dalam memenuhi kewajiban kreditnya. Mengingat unsur karakter bersifat abstrak, biasanya kreditur menilai dari sisi kejujura, integritas, dan kepercayaan. Sebagai alat bantu dapat menggunakan referensi dari orang yang dikenal atau berdasarkan penelusuran track record kredit calon debitur.

2. Capacity (Kemampuan Membayar)

Kemampuan membayar merujuk kepada kemampuan calon debitur untuk menghasilkan keuntungan dalam memenuhi kewajiban kreditnya. Analisis kemampuan membayar bank melakukan analisis-analisis mengenai jumlah penjualan,tingkat keuntungan,arus kas, dan lain-lain terhadap calon debitur yang akan dibiayai.

3. Capital (Modal)

Modal mencerminkan besarnya porsi cover resiko yang ikut ditanggung calon debitur terhadap proyek yang akan dibiayai. 4. Collateral (Agunan)

(34)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

34

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

Agunan merupakan jaminan tambahan yang dipersyaratkan bank sebagai alat terakhir bila terjadi masalah dengan kredit yang diberikan. Agunan dapat berupa agunan fisik maupun non-fisik 5. Condition (Kondisi ekonomi dan usaha)

Kondisi ekonomi mencerminkan keadaan dan prospek yang lingkungan mikro dan makro yang dihadapi oleh calon debitur. Perhatian pada lingkungan mikro dan makro berguna bagi bank untuk memperkirakan prospek usaha dikemudian hari.

Menurut Kasmir (2004), prinsip-prinsip penilaian kredit tidak hanya 5C tetapi juga 7P. Kedua prinsip ini memiliki persamaan yaitu apa-apa yang terkandung dalam 5C dirinci lebih lanjut dalam prinsip 7P dan didalam prinsip 7P disamping lebih terperinci juga jangkauan analisisnya lebih luas dari 5C. Penilaian 7P terdiri dari:

1. Personality

Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap,emosi,tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Personality hampir sama dengan character dari 5C.

2. Party

Mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.

3. Perpose

Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit,termasuk jenis kredit yang diinginkan nasbah. Tujuan

(35)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

35

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah tujuan untuk konsumtif atau untuk tujuan produktif atau tujuan perdagangan. 4. Prospect

Menilai usaha nasabah dimasa mendatang apakah menguntungkan atau tidak, dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga ansabah.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara ansabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. 6. Profitability

Menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari period eke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Selain melakukan penilaian pemberian kredit hal lain yang dapat dilakukan bank dalam melindungi kredit yang macet akibat dari berbagai hal baik itu musibah ataupun faktor internal adalah dengan menerapakan jaminan. Dalam hal ini jaminan merupakan tambahan karena apabila suatu kredit telah dilakukan penelitian secara mendalam maka

(36)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

36

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

fungsi jaminan kredit hanyalah untuk berjaga-jaga. Fungsi jaminan kredit adalah untuk melindungi bank dari kerugian, Dengan adanya jaminan kredit dimana nilai jaminan biasanya melebihi nilai kredit maka bank akan aman. Dalam praktiknya yang dapat dijadikan jaminan kredit oleh calon debitur adalah sebagai berikut (Kasmir, 2004):

1. Jaminan dengan barang-barang seperti :

 Tanah

 Bangunan

 Kendaraan bermotor

 Dan barang-barang berharga lainnya 2. Jaminan surat berharga seperti :

 Sertifikat Saham

 Sertifiakt obligasi

 Sertifikat tanah

 Dan surat berharga lainnya 3. Jaminan orang atau perusahaan

Jaminan yang diberikan oleh seseorang atau perusahaan kepada bank terhadap fasilitas kredit yang diberikan. Apabila kredit tersebut macet maka orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah yang diminta ertanggung jawabannya atau menanggung resikonya. 4. Jaminan asuransi

Yakni bank menjamin kredit tersebut kepada pihak asuransi, terutama terhadap fisik obyek kredit, seperti kendaraan,geung dan lainnya. Jadi apabila terjadi kehilangan atau kebakaran maka pihak asuransilah yang akan menanggung kerugian tersebut.

Di negara-negara maju jaminan kredit bukan dalam bentuk barang atau surat-surat berharga, biasanya kredit ini diberikan karena kredibilitas perusahaan yang sangat dipercaya. Kredit ini diberikan untuk perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan profesional, sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula

(37)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

37

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

kredit tanpa jaminan dengan penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.

2.3.4 Penggolongan Kualitas Kredit

Dendawijaya (2001) menyebutkan beberapa pengertian mengenai kategori kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia, sebagai berikut:

1. Kredit lancar

Kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunga.

2. Kredit kurang lancer

Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 (tiga) bulan dari waktu yang diperjanjikan.

3. Kredit diragukan

Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunanya telah mengalami penundaan selama 6 (enam) bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.

4. Kredit macet

Kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo menurut jadwal yang telah diperjanjikan.

Sedangkan Bank Rakyat Indonesia (dikutip oleh Hidayat,2007) menyebutkan penggolongan kualitas kredit berdasarkan prospek usaha digolongan menjadi 5 klas yaitu: lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet.

(38)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

38

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

 Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik.

 Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

 Persaingan yang terbatas, termasuk posisi yang kuat dalam pasar

 Manajemen yang sangat baik

 Perusahaan afiliasi atau group stabil dan mendukung usaha

 Tenaga kerja yang memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan

2. Dalam perhatian khusus

 Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas.

 Posisi di pasar yang baik dan tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

 Pangsa pasar yang sebanding dengan pesaing

 Manajemen yang baik

 Perusahaan afiliasi atau group tidak stabil dan tidak memiliki dampak yang memberatkan terhadap debitur

 Tenaga kerja yang pada umumnya memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan

3. Kurang lancar

 Industri atau kegiatan usaha yang menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan

 Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

 Posisi di pasar cukup baik tetapi banyak pesaing, namun dapat pulih kembali jika melaksanakan strategi

(39)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Kabupaten Banyuwangi

2013

39

Peran Koperasi Dalam Mendukung Pengembangan dan Penguatan UMKM di Kabupaten Banyuwangi

 Hubungan dengan perusahaan afiliasi atau group mulai memberikan dampak yang memberatkan terhadap debitur

 Tenaga kerja berlebihan namun hubungan pimpinan dan karyawan pada umumnya baik.

4. Diragukan

 Industri atau kegiatan usaha yang menurun.

 Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian.

 Persaingan usaha sangat ketat dan operasional perusahaan mengalami

 perusahaan yang serius.

 Manajemen yang kurang berpengalaman

 Perusahaan afiliasi atau group telah memberikan dampak yang memberatkan terhadap debitur

 Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yang besar sehingga dapat menimbulkan keresahan.

5. Macet

 Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali

 Kemungkinan besar kegiatan usaha akan terhenti

 Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurunan

 Manajemen sangat lemah

 Perusahaan afiliasi sangat merugikan debitur

 Terjadi pemogokan tenaga kerja yang sulit diatasi.

2.4 Pemberdayaan

Kata power dalam empowerment diartikan “daya” sehingga empowerment diartikan sebagai pemberdayaan. Para ilmuan sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai rumusan yang

Gambar

Gambar 4.1. Proporsi pemanfaatan lahan
Gambar 4.2. Piramida Penduduk Kabupaten Banyuwangi
Tabel 4.1. Angkatan Kerja Di Kabupaten Banyuwangi
Tabel 4.2. Jumlah Tenaga Kerja Pada Usaha Dengan  Tempat Tidak Permanen dan permanen 2006  No  Sektor Kegiatan Usaha  Jumlah Tenaga Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kota Layak Anak (KLA) merupakan model pembangunan kota yang mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam rangka memenuhi

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden dalam persen (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan atau uang saku per

Meskipun terdapat hasil yang berbeda pada (Janićijević et al., 2018) yang mengatakan bahwa motivation berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap job

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi secara kuantitatif mengenai pendugaan potensi biomassa tegakan dan potensi karbon terikat

Sebagai bentuk apresiasi kepada Bapak/Ibu yang telah menjadi nasabah Bank BTN dengan ini Bank BTN memberikan kesempatan kepada Bapak/Ibu untuk memperoleh keuntungan lebih dari

Dua glikoprotein tersandi virus, hemaglutinin (HA) berfungsi untuk megikat partikel virus pada sel-sel rantat dan merupakan antigen utama terhadap antibody

Pada perancangan mobil listrik dibagi 3 konsep perancangan yaitu perancangan rear part pada sistem suspensi belakang dan sistem penggerak, perancangan front part

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mencoba menerapkan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak melalui media audio visual (film animasi) dengan