Modul ini mencakup bahasan tentang
sifat fisik tanah yaitu:
1.tekstur,
2. bulk density,
3. porositas,
4. struktur
5. agregat
6. warna tanah
7. Konsistensi
 Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah oleh karena warna dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah.
 Penyebab perbedaan warna tanah umumnya adalah akibat perbedaaan kandungan bahan organik; semakin banyak kandungan bahan organik tanah tersebut maka warnanya akan semakin gelap.
 Sebagian tanah warnanya disebabkan oleh warna mineral tanah itu sendiri.
 Pada lapisan bawah, warna tanah banyak
dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe.
 Pada daerah yang berdrainase buruk, yaitu sering tergenang air, maka seluruh tanah berwarna abu-abu karena senyawa Fe terdapat dalam keadaan tereduksi, sedangkan pada tanah berdrainase
baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam keadaan oksidasi yang
berwarna merah atau limonit yang berwarna kuning coklat.
 Bila tanah kadang-kadang basah dan kadang kering maka disamping berwarna abu-abu
didapat pula bercak-bercak karatan merah atau kuning yaitu dimana udara dapat masuk sehingga terjadi oksidasi besi di tempat tersebut.
 Warna tanah ditentukan dengan menggunakan warna-warna baku yang terdapat dalam buku
Munsell Soil Color Chart.
 Warna tanah akan berbeda bila tanah basah,
lembab atau kering, sehingga dalam menentukan warna tanah perlu dicatat apakah dalam keadaan basah, lembab atau kering.
Ada 3 komponen penentu warna tanah, yaitu:
hue, kroma (chrome) dan nilai (value).
 Hue: menunjukkan panjang gelombang
cahaya dominan yang dipantulkan benda. Ada 5 hue tunggal (R, Y, G, B, P); dan 5 hue gabungan (YR, GY, BG, PB, RP)
 Kroma: ukuran derajat kemurnian atau
kejenuhan warna hue. Memiliki skala dr 0-20. Makin tinggi warna makin terang.
 Nilai: ukuran tingkat kebersihan atau
kekotoran (terang-gelapnya) warna. Dinyatakan dengan skala 1-10 ( derajat kombinasi pigmen hitam dan putih).
 Tekstur tanah menunjukkan
perbandingan relatif antara fraksi tanah baik pasir, debu, dan liat.
 Menurut perbandingan tersebut diperoleh kelompok tekstur tanah sebanyak 14 macam (Tabel 1).
Sebagian ahli membaginya ke dalam 12 saja.
 Ada banyak sifat tanah terutama sifat fisik dipengaruhi oleh tekstur tanah.
Tabel 1. Jenis tekstur tanah
Kasar : Pasir , Pasir berlempung
Agak kasar : Lempung berpasir, Lempung berpasir halus
Sedang : Lempung berpasir sangat halus, Lempung, Lempung berdebu, Debu Agak halus : Lempung liat, Lempung liat berpasir,
Lempung liat berdebu
Halus : Liat berpasir, Liat berdebu, Liat
• Penentuan Tekstur Dilakukan dengan
 Tanah-tanah yang bertekstur pasir, karena butir-butirnya berukuran lebih besar, maka setiap
satuan berat mempunyai luas permukaan yang
lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara.
 Tanah-tanah yang bertekstur liat karena lebih
halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga
kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi.
 Tanah-tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar.
Tekstur mempengaruhi beberapa sifat tanah, yaitu :
 Kapasitas tukar kation (KTK)  Kandungan bahan organik  Kadar air  Drainase  Permeabilitas  Struktur  Konsistensi  Erodibilitas
 Struktur tanah cara tersusunnya butiran tanah, atau gumpalan kecil dari butir-butir tanah; yang sering juga disebut agregat.
 Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain.
 Gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda.
 Struktur tanah cara tersusunnya butiran tanah, atau gumpalan kecil dari butir-butir tanah;
disebut agregat.
 Gumpalan ini terjadi karena butir-butir pasir, debu dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat
Bentuk Struktur Tanah Bentuk Struktur Tanah Bentuk Struktur Tanah
Bentuk – bentuk struktur tanah
Bentuk Struktur Tanah:
 Lempeng (platy): sumbu vertikal < sumbu
horisontal, di hor E atau pada lapisan padas liat. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi (deposited)
 Prismatik: sumbu vertikal > sumbu horisontal, hor B, daerah iklim kering.
 Tiang (columner): sumbu vertikal >sumbu
horisontal, bagian atas membulat, hor B, daerah iklim kering.
 Gumpal bersudut (angular blocky): seperti kubus dengan sudut-sudut tajam, sumbu
vertikal=sumbu horisontal, horizon B, daerah iklim basah
 Gumpal membulat(rounded blocky): seperti kubus dengan sudut membulat, sumbu vertikal=sumbu horisontal, hor B, daerah iklim basah
 Granular: Agregat yang membulat, biasanya diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang dalam keadaan lepas disebut "Crumbs" atau Spherical.
 Remah (single grain): bulat sangat porous, di horizon A
Ukuran
Tabel 2. Ukuran butir-butir struktur tanah
Ukuran Lempeng Prisma/tiang Gumpal Granular Remah -mm ---Sangat halus < 1 < 10 < 5 < 1 < 1 Halus (kecil) 1 – 2 10 – 20 5 – 10 1 – 2 1 - 2 Sedang 2 – 5 20 – 50 10 – 20 2 – 5 2 - 5 Kasar (besar) 5 – 10 50 – 100 20 – 50 5 – 10 -Sangat kasar > 10 > 100 > 50 > 10
- Kemantapan atau Tingkat Perkembangan Struktur  Tingkat perkembangan struktur ditentukan
berdasarkan atas kemantapan atau ketahanan
bentuk struktur tanah tersebut terhadap tekanan.  Ketahanan struktur tanah dibedakan menjadi:
1. tingkat perkembangan lemah 2. tingkat perkembangan sedang 3. tingkat perkembangan kuat
Agregat tanah terbentuk sebagai akibat
adanya interaksi dari butiran tunggal, liat,
oksida besi/ almunium dan bahan organik.
Agregat yang baik terbentuk karena flokulasi
maupun oleh terjadinya retakan tanah yang
kemudian dimantapkan oleh pengikat
(sementasi) yang terjadi secara kimia atau
adanya aktifitas biologi.
Faktor yang mempengaruhi pembentukan agregat:
1. Bahan Induk
 Variasi penyusun tanah tersebut mempengaruhi pembentukan agregat-agregat tanah serta
kemantapan yang terbentuk.
 Kandungan liat menentukan dalam pembentukan agregat, karena liat berfungsi sebagai pengikat
yang diabsorbsi pada permukaan butiran pasir dan setelah dihidrasi tingkat reversiblenya sangat
lambat.
 Kandungan liat > 30% akan berpengaruh terhadap agregasi, sedangkan kandungan liat < 30% tidak berpengaruh terhadap agregasi.
2. Bahan organik tanah
 Bahan organik tanah merupakan bahan pengikat setelah mengalami pencucian.
 Pencucian tersebut dipercepat dengan adanya organisme tanah.
 Sehingga bahan organik dan organisme di dalam tanah saling berhubungan erat.
3. Tanaman
 Tanaman pada suatu wilayah dapat membantu pembentukan agregat yang mantap.
 Akar tanaman dapat menembus tanah dan membentuk celah-celah.
 Disamping itu dengan adanya tekanan akar, maka butir-butir tanah semakin melekat dan padat.
 Selain itu celah-celah tersebut dapat terbentuk dari air yang diserap oleh tanaman tersebut.
4. Organisme tanah
 Organisme tanah dapat mempercepat terbentuknya agregat.
 Selain itu juga mampu berperan langsung dengan membuat lubang dan menggemburkan tanaman.  Secara tidak langsung merombak sisa-sisa tanaman
yang setelah dipergunakan akan dikeluarkan lagi menjadi bahan pengikat tanah.
5. Waktu
 Waktu menentukan semua faktor pembentuk tanah berjalan.
 Semakin lama waktu berjalan, maka agregat yang terbentuk pada tanah tersebut semakin mantap. 6. Iklim
 Iklim berpengaruh terhadap proses pengeringan, pembasahan, pembekuan, pencairan.
 Iklim merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan agregat tanah.
 Konsistensi menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir
tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.
 Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya
yang akan mengubah bentuk.
 Dalam keadaan lembab tanah dibedakan ke dalam bentuk
konsistensi gembur sampai teguh.
 Dalam keadaan kering, tanah dibedakan ke dalam
konsistensi lunak sampai keras.
 Dalam keadaan basah dibedakan plastisitasnya yaitu dari
plastis sampai tidak plastis atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.
Tanah basah: kandungan air di atas kapasitas lapang Kelekatan : tidak lekat, agak lekat, lekat, sangat
lekat
Plastisitas : tidak plastis, agak plastis, plastis, sangat plastis
 Tanah lembab: kandungan air mendekati kapasitas lapang
Lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, sangat teguh sekali
 Tanah kering : tanah dalam keadaan kering angin
Lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, sangat keras sekali.
 Konsistensi merupakan bagian dari rheologi yaitu ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan
bentuk dan aliran suatu benda. Sifat-sifat rheologi tanah dipelajari dengan menentukan angka
Atterberg yaitu angka-angka kadar air tanah pada beberapa macam keadaan.
 Sifat-sifat tanah yang berkaitan angka Atterberg tersebut adalah :
- Batas mengalir : jumlah air terbanyak yang dapat ditahan tanah
- Batas melekat : kadar air dimana tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain
 Batas menggolek : kadar air dimana gulungan tanah mulai tidak dapat digolekkan lagi
 Indeks plastisitas : kadar air batas mengalir-batas menggolek
 Jangka olah : kadar air batas melekat-batas menggolek
 Batas ganti warna : tanah yang telah mencapai batas menggolek masih dapat kehilangan air, sehingga tanah lambat laun menjadi kering dan pada suatu ketika tanah menjadi berwarna lebih terang.
 Bobot isi tanah menunjukkan perbandingan antara berat
tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah.
 Bulk density = berat tanah kering (g)
volume tanah (cm3)
 Bobot isi tanah adalah petunjuk kepadatan tanah.
 Makin padat tanah maka makin tinggi bulk density yang
berarti makin sulit untuk meneruskan air atau ditembus akar tanaman.
 Pada umumnya, bobot isi tanah berkisar antara 1,1-1,6
 Bulk density berbeda dengan particle density (kerapatan jenis zarah).
 Particle density = berat kering persatuan volume partikel-partikel (padat) tanah (jadi tidak termasuk volume pori - pori tanah).
 Tanah mineral mempunyai particle density = 2,65 g/cm3, dengan mengetahui bulk density dan
particle density, maka dapat diketahui banyaknya
(%) pori-pori total tanah sebagai berikut :
Bulk density X 100 % = % bahan padat tanah
 % pori total tanah = 100% - % bahan padat tanah
 Ruang pori total (%) = ( 1 - Bulk density )
7. Pori-pori Tanah
 Pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan
padat tanah (terisi oleh udara dan air).
Pori-pori tanah dapat dibedakan menjadi pori-pori kasar dan pori-pori halus. Pori-pori kasar berisi udara atau air gravitasi, sedangkan pori-pori halus berisi air kapiler atau udara. Tanah-tanah pasir mempunyai pori-pori kasar
lebih banyak daripada tanah liat. Tanah ini sulit menahan air sehingga tanaman sering mengalami kekeringan.
Tanah-tanah liat mempunyai pori total lebih tinggi dari tanah berpasir. Porosistas dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah.
 Porositas tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah dengan
struktur granuler atau remah porositas lebih tinggi dibanding yang berstruktur masif
Drainase Tanah
 Tanah ditemukan baik di daerah yang tergenang air maupun daerah-daeah kering yang tidak pernah
tergenang air. Mudah tidaknya air hilang dari tanah menentukan kelas drainase tanah tersebut.
 Drainase tanah dikenal dua macam; drainase eksternal dan drainase internal.
 Air dapat hilang melalui permukaan tanah (external
drainage) maupun melalui peresapan ke dalam
tanah (internal drainage). External drainage banyak ditentukan oleh bentuk permukaan tanah/lahan, sedang internal drainage ditentukan oleh tekstur tanah.
 Berdasar atas kelas drainasenya tanah dibedakan atas kelas drainase terhambat (tergenang) sampai sangat cepat (air sangat cepat hilang dari tanah).  Keadaan drainase tanah menentukan jenis
tanaman yang dapat tumbuh. Sebagai contoh, padi dapat hidup pada tanah-tanah dengan drainase
buruk, tetapi jagung, karet, cengkeh, kopi dan lain-lain tidak akan dapat tumbuh dengan baik kalau
 Foth, H.D. 1990. Fundamentals of Soil Science.
8Ed. John Wiley & Sons. New York.
 Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah.
Akademika Pressindo. Jakarta.
 Singer, M.J. and D.N. Munns. 1991. Soils An
Introduction. 2nd. Macmilan Publishing Company. New York.