• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Gangguan Istirahat Tidur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP Gangguan Istirahat Tidur"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

DI RUANG BELIBIS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WANGAYA

OLEH :

I DEWA GEDE DWIJA YASA 1202105066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA 2014

(2)

A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi

Istirahat merupakan keadaan yang relaks tanpa adanya tekanan emosional, bukan hanya dalam keadaan tidak beraktifitas saja akan tetapi istirahat juga membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti menyegarkan diri atau diam setelah melakukan kerja keras, suatu keadaan untuk melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan melepaskan diri dari segala hal yang membosankan, menyulitkan, bahkan menjengkelkan.

Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar dimana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai (Guyton, 1986). Tidur merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh (Mass, 2002). Dengan kata lain, tidur merupakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relative, bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih kepada suatu urutan siklus yang berulang. Tidur memiliki ciri, yaitu adanya aktivitas yang minimum, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapatnya perubahan proses fisiologis, dan terjadinya penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.

Tidur merupakan suatu kondisi tidak sadar yang mana individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai atau juga dapat dikatakan suatu keadaan tidak sadarkan diri yang relative, yang bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan akan tetapi lebih merupakan sutu urutan siklus yang berulang, dengan ciri-ciri minimnya aktifitas, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat perubahan-perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap rangsangan dari luar.

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur dan rasa mengantuk di siang hari.

Fungsi dan tujuan dari tidur secara jelas tidak diketahui akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional dan kesehatan, mengurangi stress pada pulmonary, kardiovascular, endokrin dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga energy diarahkan kembali pada fungsi cellular

(3)

yang penting. Tidur dapat pula dipercaya mengkontribusi pemulihan psikologis dan fisiologis. Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel dan sel otak. Teori lain tentang fungsi tidur adalah tubuh menyimpan energy selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan karena tidak adanya kontraksi maka otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler.

Tabel. Kebutuhan Dasar Manusia

Umur Tingkat Perkembangan Jumlah Kebutuhan Tidur 0-1 bulan Bayi baru lahir 14-18 jam/hari

1-18 bulan Masa bayi 12-14 jam/hari 18 bulan -3 tahun Masa anak 11-12 jam/hari 3-6 tahun Masa prasekolah 11 jam/hari 6-12 tahun Masa sekolah 10 jam/hari 12-18 tahun Masa remaja 8,5 jam/hari 18-40 tahun Masa dewasa 7-8 jam/hari 40-60 tahun Masa muda paruh baya 7 jam/hari 60 tahun ke atas Masa dewasa tua 6 jam/hari

2. Epidemiologi

Studi yang dilaksanakan oleh Liu X dan kawan-kawan di SMU di provinsi Shandong, Cina. Hasil studi menyatakan rata-rata lama tidur di malam hari adalah 7,64 jam dan menurun dengan meningkatnya usia. Penelitian yang dilakukan oleh Johnson EO dkk pada remaja 13 hingga 16 tahun mengenai epidemiologi insomnia sesuai DSM-IV pada remaja menunjukkan bahwa prevalensi insomnia adalah 10,7% dengan usia median timbulnya insomnia adalah 11 tahun.Penelitian Halbower dan Marcus yang menyatakan gangguan tidur yang paling banyak ditemukan pada remaja adalah insomnia

(4)

3. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur :

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain :

a. Status kesehatan

Seseorang yang kondisi tubuhnya sehat memungkinkan dapat tidur dengan nyenyak. Tetapi pada orang yang sakit dan rasa nyeri, maka kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak dapat dipenuhi dengan baik sehingga tidak dapat tidur dengan nyenyak. Banyak penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur, seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi terutama infeksi limpa. Infeksi limpa berkaitan denga keletihan sehingga penderitanya membutuhkan banyak tidur untuk mengatasinya. Banyak juga keadaan sakit yang membuat penderitanya kesulitan tidur atau bahkan tidak bisa tidur. Misalnya pada klien dengan gangguan pada sistem pernapasan. Dalam kondisinya yang sesak napas, maka seseorang tidak mungkin dapat istirahat dan tidur.

b. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang nyaman dan aman bagi seseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya, lingkungna yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur.

c. Stress psikologis

Kecemasan merupakan perasaan yang tidak jelas, keprihatinan dan kekhawatiran karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan seseorang (Carpenito, 2000). Cemas dan depresi akan menyebabkan gangguan pada frekuensi tidur. Hal ini disebabkan karena pada kondisi cemas akan meningkatkan norepinefrin darah melalui sistem saraf simpatis. Zat ini akan mengurangi tahap IV NREM dan REM.

d. Obat-obatan

Obat dapat juga memengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang memengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat diuretic yang dapat menyebabkan insomnia, antidepresan yang dapat menekan REM, kafein yang

(5)

dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur, golongan beta blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan golongan narkotik dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.

e. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses tidur. Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur karena dihasilkan tripofan. Tripofan merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur. Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga memengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur

f. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, sehingga dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.

4. Patofisiologi

Fisiologi tidur merupakan pengaturan tidur yang melibatkan hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun. Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis. Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat, termasuk pengaturan kewaspadaan dan tidur. Pusat pengaturan kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons. Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating sistem (RAS) akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar synchronizing regional (BSR), sedangkan saat bangun bergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dipusat otak dan sistem limbic. Dengan demikian, sistem batang otak yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR.

Selama tidur, dalam tubuh seseorang terjadi perubahan proses fisiologis, yaitu: - Penurunan tekanan darah dan denyut nadi

(6)

- Kadang-kadang terjadi peningkatan aktivitas traktus gastrointestinal - Relaksasi otot-otot rangka

- Basal matabolsme rate menurun 10-30%

5. Klasifikasi

Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur, pertama jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi retikularis. Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otaknya sangat lambat, atau disebut tidur nonrapid eye movement (NREM). Kedua jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak, meskipun kegiatan otak tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang kedua disebut dengan jenis tidur paradox atau rapid eye movement (REM).

a. Tidur gelombang lambat/NREM, jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, atau juga dikenal dengan tidur yang nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah menyegarkan, tanpa mimpi atau tidur dengan gelombang delta. Ciri lainnya adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang dan metabolisme menurun. Perubahan selama proses NREM tampak melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap tersebut yaitu ; kewaspadaan penuh dengan gelombang delta yang berfrekuensi tinggi dan bervoltase rendah, istirahat tenang yang dapat diperlihatkan pada gelombang alfa, tidur ringan karena terjadi perlambatan gelombang alfa ke jenis beta atau delta yang bervoltase rendah, dan tidur nyenyak gelombang lambat dengan gelombang delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2 perdetik.

Tahapan tidur jenis NREM :  Tahap I

Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri sebagai berikut : rileks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.

(7)

 Tahap II

Tahap ini merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri sebagai berikut : mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun, temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, serta berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.

 Tahap III

Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi, frekuensi napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini disebabkan oleh adanya dominasi sistem parasimpatis sehingga sulit dibangunkan.

 Tahap IV

Tahap ini merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan pernapasan menurun, jarang bergerak, sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun dan tonus otot menurun.

b. Tidur paradox/REM, tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama timbul 80-100 menit. Namun apabila kondisi seseorang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat dan bahkan jenis tidur ini tidak ada. Ciri tidur REM adalah sebagai berikut :

 Biasanya disertai dengan mimpi aktif

 Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak NREM

 Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis

 Frekuensi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur  Pada otot perifer, terjadi gerakan otot yang tidak teratur

 Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat atau berfluktuasi, sekresi gaster meningkat, dan metabolism meningkat

 Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi

Apabila seseorang mengalami kehilangan tidur REM, maka akan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut :

(8)

 Cenderung hiperaktif

 Kurang dapat mengendalikan diri dan emosi  Nafsu makan bertambah

 Bingung dan curiga

Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut: Bangun (Pratidur)

NREM I Tidur REM

NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Gambar. Siklus tidur (sumber : Potter & Perry, 1997) Jenis-jenis gangguan tidur :

a. Insomnia

Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan individu tidak mampu mendapatkan tidur yang adekuat, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga individu tersebut hanya tidur sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu inisial insomnia. intermiten insomnia dan terminal insomnia. Inisial insomnia merupakan ketidakmampuan individu untuk jatuh tidur atau memulai tidur. Intermitten insomnia merupakan ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam hari. Sedangkan terminal insomnia merupakan ketidakmampuan untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses gangguan tidur ini kemungkinan besar disebakan adanya rasa khawatir dan tekanan jiwa.

b. Hipersomia

Hipersomia merupakan gangguan tidur dengan criteria tidur berlebihan. Pada umumnya, lebih dari sembilan jam pada malam hari, yang disebabkan oleh kemungkinan masalah psikologis, depresi, cemas, gangguan sususnan sistem saraf pusat, ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.

(9)

c. Parasomia

Parasomia merupakan kumpulan penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pola tidur. Misalnya somnmbulisme yang banyak terjadi pada anak-anak yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM.

d. Enuresis

Enuresis merupakan buang air kecil yang tidak sengaja pada waktu tidur. Enuresis ada dua macam, yaitu enuresis nocturnal dan enuresis diurnal. Enuresis nocturnal merupakan mengompol pada waktu tidur. Umumnya, terjadi sebagai gangguan tidur NREM. Enuresis diurnal merupakan mengompol pada saat bangun tidur.

e. Somnambulisme

Somnambulisme adalah gangguan tingkah laku yang sangat kompleks mencakup adanya otomatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membuka pintu, menutup pintu, duduk di tempat tidur, menabrak kursi, termasuk tingkah laku berjalan dalam beberapa menit kemudian kembali tidur.

f. Narkolepsi

Narkolepsi merupakan suatu kondisi yang dicirikan oleh keinginan yang tidak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan bahwa narkolepsi adalah serangan mengantuk yang mendadak, sehingga ia dapat tertidur pada saat dimana serangan tidur tersebut datang.

g. Night terrors

Night terrors merupakan mimpi buruk. Umumnya terjadi pada anak-anak. Setelah tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terjaga dan berteriak, pucat, dan ketakutan.

h. Mendengkur

Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan terhadap pengaliran udara di hidung dan mulut. Amandel yang membengkak dan adenoid dapat menjadi faktor yang turut menyebabkan mendengkur. Pangkal lidah yang menyumbat saluran napas pada lansia. Otot-otot di bagian belakang mulut mengendur lalu bergetar jika dilewati udara pernapasan.

Selain gangguan tidur yang telah diuraikan diatas, terdapat pula gangguan tidur yang diklasifikasikan menjadi empat kategori utama (Thorpy, 1994), yaitu :

(10)

a. Disomnia

Merupakan gangguan primer yang berasal dari sistem tubuh yang berbeda dan dibagi lagi menjadi tiga kelompok besar, diantaranya :

 Gangguan tidur intrinsik meliputi gangguan untuk memulai dan mempertahankan tidur, yaitu berbagai bentuk insomnia dan gangguan rasa kantuk yang berlebihan seperti narkolepsi dan apnea tidur obstruktif

 Gangguan tidur ekstrinsik terjadi akibat beberapa faktor eksternal, yang jika dihilangkan menyebabkan hilangnya gangguan tidur.

 Gangguan irama sirkadian sewaktu tidur dapat terjadi karena ketidaksejajaran antara waktu tidur dan apa yang diinginkan oleh individu atau norma sosial. b. Parasomnia

Merupakan perilaku tidak diinginkan yang terjadi terutama pada saat tidur diantaranya gangguan terjaga, terjaga sebagian, atau selama transisi dalam siklus tidur atau dari tidur ke terbangun.

c. Gangguan tidur yang berhubungan dengan gangguan medis dan psikiatrik

Banyak gangguan tidur medis dan psikiatrik yang berhubungan dengan gangguan tidur dan bangun. Gangguan tidur tersebut dibagi menjadi gangguan tidur yang yang berhubungan dengan psikiatrik, neurologik, atau gangguan medis lainnya. d. Gangguan tidur yang masih bersifat usulan

Merupakan gangguan baru yang belum memiliki banyak informasi yang adekuat mengenai keberadaan gangguan tersebut.

6. Gejala Klinis

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan gejala seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, daya tahan tubuh menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.

Gejala tidur REM adalah sebagai berikut : - Biasanya disertai dengan mimpi aktif

(11)

- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis

- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur

- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur - Mata cepat tertutup dan terbuka

7. Pemeriksaan Fisik

a. Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu, konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat kusut dan lelah b. Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara lambat,

postur tubuh tidak stabil

8. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik merupakan hal penting dalam perawatan klien di rumah sakit. Dimana validitas dari hasil pemeriksaan diagnostik sangat ditentukan oleh bahan pemeriksaan, persiapan klien, alat dan bahan yang digunakan serta pemeriksaannya sendiri.

9. Diagnosis

a. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kerusakan transfer oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, imobilisasi, nyeri pada kaki, lingkungan yang mengganggu.

b. Cemas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur, henti nafas saat tidur.

c. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan insomnia.

10. Penanganan

Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap yaitu : a. Terapi non farmakologi

Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat dilakukan antara lain :

(12)

- Terapi relaksasi

Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.

- Terapi tidur yang bersih

Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.

- Terapi pengaturan tidur

Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu tidurnya

- Terapi psikologi/psikiatri

Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter psikiatri

- Mengubah gaya hidup

Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.

b. Terapi Farmakologi

Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain :

(13)

- Golongan obat hipnotik - Golongan obat antidepresan

- Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin - Golongan obat antihistamin.

Ada terapi khusus untuk kasus-kasus gangguan tidur tertentu selain yang telah disebutkan di atas. Misalnya pada sleep apnea yang berat dapat dibantu dengan pemakaian masker oksigen (Continuous positive airway pressure) atau tindakan pembedahan jika disebabkan kelemahan otot atas pernapasan.Pada Restless Leg

Syndrome kita harus mencari penyakit dasarnya untuk dapat memperoleh terapi yang

adekuat.

11. Komplikasi

a. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi , irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.

b. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya.

c. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.

d. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian

(14)

Nama : Umur : Alamat : Pekerjaan : No. Reg : Tgl. MRS : Tgl. Pengkajian : Dx Medis :

2) Identitas Penanggung Jawab Nama : Umur : Pendidikan : Pekerjaan : Hub. dgn pasien : 3) Riwayat Kesehatan  Keluhan utama :

Perawat memfokuskan pada hal-hal yang menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti :

- Apa yang dirasakan klien

- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan dan sejak kapan dirasakan

- Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari - Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien

 Riwayat penyakit sekarang :

Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien diluar gangguan yang dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya, namun karena tidak mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak dikeluhkan.

(15)

 Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat mencerminkan gangguan pola tidur. Pola dan kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor penyebab, oleh karena itu kondisi ini perlu dikaji : - Penurunan berat badan yang drastis

- Selera makan yang menurun - Pola makan dan minum sehari-hari

- Kebiasaan mengonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi pencernaan

 Riwayat Tidur :

Data yang perlu dikaji seperti deskripsi masalah tidur klien, pola tidur biasa, perubahan tidur terakhir, rutinitas menjelang tidur dan lingkungan tidur, penggunaan obat tidur, pola asupan diet, gejala yang dialami selama terbangun, penyakit fisik yang terjadi secara bersamaan, status emosional dan mental saat ini.

 Status Sosial Ekonomi

Kaji status sosial ekonomi klien dengan menghindarkan pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai pendapatan melainkan lebih difokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu. Mendiskusikan dan menyimpulkan bersama-sama merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan penafsiran.

 Riwayat kesehatan keluarga :

Mengkaji kondisi kesehatan keluarga klien untuk menilai ada tidaknya hubungan dengan penyakit yang sedang dialami oleh klien.

4) Pola Kesehatan Fungsional Pola Gordon  Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan  Pola nutrisi dan metabolic

 Pola cairan dan metabolic  Pola istirahat dan tidur  Pola aktivitas dan latihan

(16)

 Pola eliminasi

 Pola persepsi dan kognitif  Pola reproduksi dan seksual  Pola persepsi dan konsep diri  Pola mekanisme koping  Pola nilai dan kepercayaan 5) Pengkajian Fisik

 Keadaan umum pasien  Kesadaran

 Pemeriksaan TTV

Secara umum, teknik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai penyimpangan fungsi adalah : Inspeksi, Palpasi, Auskultasi dan Perkusi. Pengkajian Psikososial : Mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman dan handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat dan sakit. Analisa (pengelompokan data)

DS :

 Klien mengeluh nyeri

 Klien mengaku tidak bisa beristirahat dengan baik dan selalu mengantuk  Klien mengeluh sulit tidur dan jika tertidur terbangun lagi beberapa jam

kemudian DO :

 Klien tampak pucat  Klien tampak lemas  Klien tampak bingung  Klien sesak nafas

 Frekuensi pernafasan klien >24 x/menit  Frekuensi nadi klien >100 x/menit 6) Pemeriksaan Penunjang

(17)

 Pemeriksaan radiologic 2. Diagnosa Keperawatan

Dari sekian penyakit yang berhubungan dengan gangguan pola tidur, saya mengangkat penyakit insomnia. Pathway dari insomnia (terlampir).

Diagnosa yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yaitu:

- Insomnia yang berhubungan dengan faktor lingkungan (bising) yang ditandai dengan pasien menyatakan sulit tidur

3. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1 Insomnia yang berhubungan dengan factor lingkungan (bising) yang ditandai dengan pasien menyatakan sulit tidur

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama … x24 jam, pasien dapat tidur dengan rasa nyeri yang berkurang dengan criteria hasil: Comfort Status: Enviroment  Terciptanya lingkungan yang kondusif untuk tidur  Terciptanya lingkungan yang penuh kenyamanan NIC Label : Enviromental Management : Comfort  Pilih teman sekamar yang memiliki kesamaan kepentingan lingkungan  Kurangi pengunjung  Cegah interupsi-interupsi yang tidak perlu dan

 Teman sekamar yang memiliki kepentingan terhadap lingkungan yang sama memungkinkan minimalisasi suara bising pada kamar  Pengunjung yang

terlalu banyak bisa menimbulkan suara yang bising  Interupsi-interupsi

yang tidak perlu mengurangi atau

(18)

izinkan dalam beberapa periode  Kecilkan volume dari bunyi handphone atu alarm mengganggu waktu tidur pasien  Volume yang kecil

bisa mengurangi gangguan tidur pada pasien

4. Evaluasi

S: Pasien mengatakan sudah mulai bisa tidur dengan nyenyak O: Pasien tidak mengalami kesulitan dalam tidur

A: Insomnia

(19)

Daftar Pustaka

Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3. Jakarta: Salemba Medika

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi

2012-2014. Jakarta: EGC

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., Swanson, Elizabeth. 2006.

Nursing Outcomes Classification (NOC), Fourth Edition. Missouri: Mosby

Dochterman, Joanne Mccloskey, Bulechek, Gloria M. 2004. Nursing Interventions

Referensi

Dokumen terkait

1. Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan

Sekretariat Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan

Prosesi Semana Santa di Larantuka, Nusa Tenggara Timur telah mengalami inkulturasi antara kepercayaan masyarakat lokal, ajaran gereja, dan tradisi yang dibawa oleh

Saat ini dikembangkan kecerdasan buatan (artificial inteligence, AI) untuk meningkatkan kemampuan mesin dalam memberikan keputusan output berdasarkan input yang dapat

Petunjuk pelaksanaan pemberian hibah kepada satuan pendidikan se- Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2009 sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 ayat (3)

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kesabaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah

Berdasarkan hasil penelitian dan pambahasan pada bab sebelumnya, untuk menjawab permasalahan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh inovasi produk dan media

Obat kumur gambir mempunyai aktivitas antibakteri yang hampir sama dengan kontrol positif pada konsentrasi gambir 3%.. Sedangkan aktivitas antibakteri yang diberikan