• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan migren terhadap terjadinya gangguan tidur pada remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan migren terhadap terjadinya gangguan tidur pada remaja"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

 

HUBUNGAN MIGREN TERHADAP TERJADINYA GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA

TESIS

LINA WATY

087103004/IKA

PROGRAM MAGISTER KLINIS – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

 

Judul Tesis : Hubungan migren terhadap terjadinya

gangguan tidur pada remaja

Nama Mahasiswa : Lina Waty

Nomor Induk Mahasiswa : 087103004

Program Magister : Magister klinis

Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Anak

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

Prof. dr. Bistok Saing, SpA(K) Ketua

dr. Supriatmo, SpA(K)

Anggota

Ketua Program Magister, Ketua TKP PPDS

(3)

Telah diuji pada

Tanggal: 20 September 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Bistok Saing, Sp.A(K) ……….

Anggota: 1. dr. Supriatmo, Sp.A(K) ……….

2. Prof. dr. H. Aznan Lelo,PhD,Sp.FK ……….

3. Prof. dr. Atan Baas Sinuhaji, Sp.A(K) ……….

4. dr. Hj. Melda deliana, Sp.A(K) ……….

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas

akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan

Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan

segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga

dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan

penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. dr. Bistok Saing, Sp.A(K) dan dr.

Supriatmo, Sp.A(K),yang telah memberikan bimbingan, bantuan

serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan

penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Prof. dr. H. Munar Lubis, Sp.A(K), selaku Ketua Program Studi

(5)

Deliana, Sp.A(K), sebagai Sekretaris Program Studi yang telah

banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

3. dr. H. Ridwan M. Daulay, Sp.A(K), selaku Ketua Departemen Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik

Medan yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan

penyelesaian tesis ini.

4. Prof. dr.H. Aznan Lelo, PhD, Sp.FK, Prof. dr. Atan Baas Sinuhaji,

Sp.A(K) dan dr. Hj. Melda Deliana, Sp.A(K) yang sudah

membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU

/ RSUP H. Adam Malik Medan dan RS. dr. Pirngadi Medan yang

telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan

penelitian dan penulisan tesis ini.

6. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah

membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun

penyelesaian tesis ini, kak Yanti, bang Hendri, kak Ifo, kak Windya,

kak Ade, kak Lisye, kak Nash, kak Nuraini, kak Meirina, Hafaz,

Arida, Winra, Yuni, kak Naomi, kak Popi, kak Fastralina, Karina,

Fitriyanti, Ade Rahmat dan bang Ade Saifan . Terimakasih untuk

kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.

(6)

7. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang

telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta

penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orangtua saya Alm.

Mawardi Tan dan Rusnah atas pengertian serta dukungan yang sangat

besar, terima kasih karena selalu mendoakan saya dan memberikan

bantuan moril dan materil. Begitu juga abang, kakak dan adik saya yang

selalu mendo’akan dan memberikan dorongan selama mengikuti

pendidikan ini. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan

dari Tuhan Yang Maha Esa.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 10 Juni 2010

(7)

 

(8)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 29

6.2 Saran 29

Ringkasan 30

DAFTAR PUSTAKA 33

LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian

2. Personil Penelitian

3. Perkiraan Biaya

4. Lembar Penjelasan pada Orangtua

5. Lembar Persetujuan

6. Kuesioner nyeri kepala 7. Kuesioner Evaluasi Tidur pada Anak 8. Persetujuan Komite Etik

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik Sampel Penelitian 18

Tabel 4.2. Hubungan Migren dengan Insomnia 19

Tabel 4.3. Hubungan Migren dengan Sleep Apnoe 19

Tabel 4.4. Hubungan Migren dengan Restlessness 20

Tabel 4.5. Hubungan Migren dengan Parasomnia 20

Tabel 4.6. Hubungan Migren dengan Narkolepsi 21

Tabel 4.7. Hubungan Migren dengan Excessive Daytime

Sleepiness 21

Tabel 4.8. Hubungan Migren dengan Gangguan Tidur 22

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Profil Penelitian 17

Gambar 4.2. Grafik Perbedaan Skor Gangguan Tidur pada Kelompok

(11)

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

EEG : Elektroensefalogram

CT- scan : Computed tomografi scanning

MRI : Magnetic resonance imaging

REM : Rapid eye movement

NREM : Non rapid eye movement

SWS : Slow wave sleep

5-HIAA : 5- hydroxyindoleacetic acid

SMP : Sekolah menengah pertama

SMU : Sekolah menegah atas

ICHD-II : International Classification of headache

disorders edisi ke-II

dkk : dan kawan-kawan

z : Deviat baku normal untuk 

z : Deviat baku normal untuk 

n : Jumlah subjek / sampel

Sd : Standar deviasi gabungan

d : Perbedaan klinis ( presisi )

α : Kesalahan tipe I

β : Kesalahan tipe II

P : Besarnya peluang untuk hasil yang diobservasi

bila hipotesis nol benar

(12)

ABSTRAK

Latar belakang. Migren merupakan tipe nyeri kepala yang paling sering ditemukan pada anak dengan prevalensi pada anak usia 7 tahun dan 15 tahun yaitu berkisar 8% sampai 23%. Nyeri kepala dan gangguan tidur merupakan masalah yang sering pada anak. Hubungan antara keduanya belum diketahui sepenuhnya dan penelitian mengenai hubungan antara keduanya juga masih sedikit, padahal dengan menemukan hubungan antara keduanya memungkinkan untuk dilakukan deteksi dini serta pengobatan yang dini terhadap kedua masalah tersebut.

Metode. Cross sectional pada bulan Desember 2009 di SMP dan SMU di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dilakukan skrining migren pada anak sekolah kemudian diberikan kuesioner dan dilakukan wawancara mengenai pola tidur pada kelompok kasus dan kontrol.

Hasil. Besar sampel pada kelompok remaja dengan migren dan remaja tanpa migren masing-masing 50 anak. Remaja penderita migren lebih sering mengalami gangguan tidur dibandingkan remaja sehat. Gangguan tidur yang paling sering dijumpai pada remaja migren adalah parasomnia.

Kesimpulan. Migren terbukti mempunyai hubungan terhadap terjadinya gangguan tidur pada remaja.

(13)

ABSTRACT

Background. Migraine is the most common headache in children. The prevalence of migraine ranges from 8% to 23% in children aged 7 and 15 years old. Both headache and sleep disorders are common problem in children, Although it is common thinking that headache and sleep disorders are related, there has been little research in this area. By finding this relation, early diagnosis and treatment could be done.

Methods. A cross sectional on December 2009 was carried out in junior and senior high school in Secanggang district, Langkat regency, North Sumatera. Migraine screening was done to the students. Students who fulfilled criteria divided into 2 groups, students who suffer from migrain as case group and healthy students as control group. Questionnaires were given to the both group. Interview was also done.

Results. 50 students were enrolled in case group and 50 students in control group. Students who suffer from migraine complain more frequently of sleep disorders. The most common sleep disorders in adolescents who experience migraine is parasomnia.

Conclusions. Migraine headache in adolescents were associated with sleep disorders.

Keywords: Headache, migraine, sleep disorders

(14)

ABSTRAK

Latar belakang. Migren merupakan tipe nyeri kepala yang paling sering ditemukan pada anak dengan prevalensi pada anak usia 7 tahun dan 15 tahun yaitu berkisar 8% sampai 23%. Nyeri kepala dan gangguan tidur merupakan masalah yang sering pada anak. Hubungan antara keduanya belum diketahui sepenuhnya dan penelitian mengenai hubungan antara keduanya juga masih sedikit, padahal dengan menemukan hubungan antara keduanya memungkinkan untuk dilakukan deteksi dini serta pengobatan yang dini terhadap kedua masalah tersebut.

Metode. Cross sectional pada bulan Desember 2009 di SMP dan SMU di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Dilakukan skrining migren pada anak sekolah kemudian diberikan kuesioner dan dilakukan wawancara mengenai pola tidur pada kelompok kasus dan kontrol.

Hasil. Besar sampel pada kelompok remaja dengan migren dan remaja tanpa migren masing-masing 50 anak. Remaja penderita migren lebih sering mengalami gangguan tidur dibandingkan remaja sehat. Gangguan tidur yang paling sering dijumpai pada remaja migren adalah parasomnia.

Kesimpulan. Migren terbukti mempunyai hubungan terhadap terjadinya gangguan tidur pada remaja.

(15)

ABSTRACT

Background. Migraine is the most common headache in children. The prevalence of migraine ranges from 8% to 23% in children aged 7 and 15 years old. Both headache and sleep disorders are common problem in children, Although it is common thinking that headache and sleep disorders are related, there has been little research in this area. By finding this relation, early diagnosis and treatment could be done.

Methods. A cross sectional on December 2009 was carried out in junior and senior high school in Secanggang district, Langkat regency, North Sumatera. Migraine screening was done to the students. Students who fulfilled criteria divided into 2 groups, students who suffer from migrain as case group and healthy students as control group. Questionnaires were given to the both group. Interview was also done.

Results. 50 students were enrolled in case group and 50 students in control group. Students who suffer from migraine complain more frequently of sleep disorders. The most common sleep disorders in adolescents who experience migraine is parasomnia.

Conclusions. Migraine headache in adolescents were associated with sleep disorders.

Keywords: Headache, migraine, sleep disorders

(16)

 

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Nyeri kepala merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak-anak.1,2

Nyeri kepala dapat mempengaruhi akademik, kepribadian, ingatan dan

hubungan interpersonal seperti kehadiran disekolah. Hal ini bergantung

pada etiologi, frekuensi dan intensitas nyeri kepala.1

Dikatakan sekitar 70% anak pernah mengalami nyeri kepala

minimal satu kali dan 20% anak usia 15 tahun mengalami nyeri kepala

yang berulang.2 Migren merupakan tipe nyeri kepala yang paling sering

ditemukan pada anak dengan prevalensi pada anak usia 7 tahun dan 15

tahun yaitu berkisar 8% sampai 23%.3 Anak yang pernah mengalami nyeri

kepala pada masa kanak-kanak cenderung akan berlanjut hingga dewasa,

dimana anak tersebut berisiko mengalami nyeri kepala saat dewasa 2,2

kali lebih sering dibanding anak yang tidak mengalami nyeri kepala pada

masa kecilnya.4

Tidur merupakan suatu fenomena yang umum dimana terjadi

keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan merupakan

suatu keadaan fisiologik aktif yang ditandai dengan adanya fluktuasi yang

dinamik pada parameter susunan saraf pusat, hemodinamik, ventilasi dan

(17)

2

merupakan proses penting dalam konsolidasi ingatan serta proses

penyembuhan.5

Hampir 25% anak mengalami gangguan tidur, bervariasi mulai dari

kesulitan untuk tidur, terbangun tengah malam sampai dengan gangguan

tidur primer yang serius seperti obstuctive sleep apnea.6 Gangguan tidur

sering dijumpai pada anak dan remaja yang memakai obat medis

berlama-lama, gangguan perkembangan neurologis dan masalah

psikiatrik.6,7 Gangguan tidur menyebabkan morbiditas yang berarti serta

mengganggu akademik, sistim kardiovaskular dan endokrin serta

memperberat persepsi nyeri.8

Nyeri kepala dan gangguan tidur merupakan masalah yang sering

pada anak-anak. Hubungan antara keduanya belum diketahui

sepenuhnya dan penelitian mengenai hubungan antara keduanya juga

masih sedikit, padahal dengan menemukan adanya hubungan antara

keduanya memungkinkan untuk dilakukan deteksi dini serta pengobatan

yang dini terhadap kedua masalah tersebut.9,10

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara

(18)

3

1.3. Hipotesis

Ada hubungan antara migren terhadap terjadinya gangguan tidur pada

remaja

1.4. Tujuan Penelitian

1.Mengetahui hubungan migren terhadap terjadinya gangguan tidur pada

remaja

2.Membandingkan kejadian gangguan tidur pada remaja penderita migren

dengan remaja sehat

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Dibidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan mengenai

adanya hubungan antara gangguan tidur pada remaja dengan

migren sehingga memungkinkan deteksi dini dan pengobatan dini

1.5.2. Dibidang pelayanan masyarakat : meningkatkan pelayanan

kesehatan pada remaja dengan migren dan gangguan tidur

1.5.3. Dibidang pengembangan penelitian : memberikan masukan

mengenai hubungan terjadinya gangguan tidur pada remaja

(19)

 

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Migren

Nyeri kepala merupakan masalah yang sering terjadi pada anak-anak dan

remaja.11 Nyeri kepala merupakan penyebab tersering anak-anak dirujuk

ke ahli neurologi anak.12 Nyeri kepala yang sering terjadi pada anak

adalah migren.13,14 Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya migren

adalah genetik (riwayat keluarga), usia (lebih sering pada pubertas),

menstruasi, makanan, terlambat makan, adanya rangsangan yang

berlebihan (sorotan cahaya, bau yang menyengat), perubahan cuaca,

terlalu banyak atau kurang tidur dan stres.11,15

Diagnostik diperoleh dengan anamnesa yang tepat, pemeriksaan

fisik, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan psikologik. Pemeriksaan

laboratorium, elektroensefalogram (EEG), CT-scan kepala dan Magnetic

Resonance Imaging (MRI) dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa

diferensial dan bila dicurigai adanya nyeri kepala sekunder.11,14,16

2.2. Gangguan tidur

Lamanya kebutuhan tidur adalah bervariasi antara tiap orang dan sangat

sulit untuk menilai berapa lama tidur yang dibutuhkan seseorang untuk

dapat berfungsi optimal. Pada suatu penelitian membuktikan bahwa tidur

(20)

5

kurang dari 6 jam dapat menyebabkan defisit kognitif, juga dilaporkan

remaja dengan gangguan tidur mengalami gangguan emosi, defisit

akademik, kehadiran sekolah, defisit penampilan sosial.5,6

Tahapan bangun dan tidur dikarakteristikkan oleh pengukuran

fisiologik yang dinilai dengan polisomnografi. Tidur terdiri dari fase rapid

eye movement (REM) dan non rapid eye movement (NREM), fase NREM

dibagi menjadi empat tingkat dimana tingkat 1 dan 2 merupakan tidur

NREM ringan sedangkan tingkat 3 dan 4 merupakan tidur NREM yang

dalam, disebut juga delta atau slow wave sleep (SWS). Siklus tidur yang

normal dimulai dari tingkat 1 diikuti tingkat 2 kemudian SWS dan kembali

dengan cepat ketingkat 2 dan kemudian tidur REM dimulai.11,17

Pola tidur akan berubah sejalan dengan pertambahan usia. Bayi

baru lahir mengalami tidur REM yang lebih panjang dibanding anak-anak

dan dewasa. Bayi cukup bulan akan menghabiskan sekitar 50% total

waktu tidurnya pada tidur REM. Pada usia 10 tahun, total tidur REM akan

menyerupai proporsi pada orang dewasa yaitu 20 sampai 25% waktu

tidur.5,18,19

Terjadinya gangguan tidur pada anak ada empat mekanisme yaitu :

lama tidur yang tidak adekuat berdasarkan usia dan kebutuhan tidur (

kuantitas tidur yang insufisien ), gangguan dan fragmentasi tidur (kualitas

(21)

6

Gangguan tidur dapat berupa sleep apnea, insomnia, parasomnia,

restless leg syndrome, narkolepsi, excessive daytime sleepines.9,21

2.3. Hubungan migren dengan gangguan tidur

Hubungan antara tidur dengan nyeri kepala telah lama diketahui.17 Ada

tiga kemungkinan hubungan antara nyeri kepala dan gangguan tidur yaitu

nyeri kepala menyebabkan gangguan tidur, gangguan tidur menyebabkan

nyeri kepala dan keduanya disebabkan oleh faktor intrinsik. Nyeri kepala

primer belum diamati sebagai penyebab langsung gangguan tidur mayor

kecuali depresi pada nyeri kepala atau penggunaan analgetik berlebihan.

Gangguan tidur yang dapat menyebabkan terjadinya nyeri kepala

umumnya terjadi pada obstructive sleep apnea.9,17,22 Keduanya

disebabkan oleh faktor intrinsik yaitu dipacu oleh perubahan

neurotransmiter , mungkin karena dipengaruhi oleh obat yang

mempengaruhi neurotransmiter atau karena perubahan cuaca.9,23

Kadar serotonin mempengaruhi tidur REM dan migren, dimana

serotonin bekerja mengatur tidur REM. Selama serangan migren terjadi

pemecahan produk serotonin, 5-hydroxyindoleacetic acid (5-HIAA), maka

akan terjadi gangguan tidur.9,24

Anatomi dan fisiologi hipotalamus mempengaruhi nyeri kepala dan

mekanisme tidur, dimana hipotalamus mengandung hypocretin

(22)

7

terjadinya narkolepsi. Hipotalamus juga berhubungan dengan

periaqueductal gray matter, spinal noriceptive neuron dan sistem retikular

yang berperan dalam pengaturan rasa sakit dan nyeri kepala.25,26

Pada penelitian yang dilakukan oleh Michael dkk untuk melihat

prevalensi gangguan tidur dan gejala-gejalanya pada 64 anak dengan

nyeri kepala didapati bahwa anak dengan nyeri kepala lebih sering

mengalami gangguan tidur berupa mengantuk yang berlebihan di siang

hari, narkolepsi dan insomnia bila dibandingkan dengan anak tanpa nyeri

kepala tetapi tidak ditemukan prevalensi yang tinggi untuk gejala sleep

apnoe, restlessness dan parasomnia.9

Pada penelitian yang dilakukan oleh Miller dkk pada 1 008 anak

usia 2 sampai 12 tahun ditemukan bahwa anak dengan nyeri kepala

migren lebih sering mengalami gangguan tidur dibandingkan pada anak

normal. Gangguan tidur yang sering dialami anak dengan migren adalah

keterlambatan onset tidur, lebih banyaknya resistensi jam tidur, durasi

waktu tidur lebih pendek, sering mengantuk di siang hari, sering terbangun

malam, kecemasan saat akan tidur, parasomnia dan gangguan nafas saat

(23)

2.4. Kerangka Konsep -Excessive daytime sleepiness

- Ketidakhadiran disekolah - Gangguan emosi

- Defisit akademik

- Defisit penampilan sosial

(24)

 

BAB 3. METODE

3.1. Desain

Desain penelitian cross sectional digunakan untuk melihat hubungan

antara migren terhadap terjadinya gangguan tidur pada remaja

penderitanya dibandingkan dengan remaja sehat.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP dan SMU di Kecamatan Secanggang,

Kabupaten Langkat, Sumatera Utara dengan waktu penelitian bulan

Desember 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah remaja yang mengalami migren dan remaja sehat

tanpa migren.

Populasi terjangkau adalah remaja penderita migren dan remaja sehat

tanpa migren di Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera

Utara.

(25)

3.4. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus sampel untuk uji

hipotesis 2 populasi independen, yaitu:28

2

n1= n2= (Zα + Zβ ) Sd

10

d

n = jumlah subjek

Zα = nilai batas normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada

nilai α yang ditentukan, untuk α = 0,05 maka Zα = 1,96

Zβ = nilai batas normal dari tabel Z yang besarnya tergantung pada

nilai β yang ditentukan, untuk β = 0,10 maka Zβ = 1,282

Sd = standar deviasi gabungan antara skor gangguan tidur pada

kelompok kasus dan kontrol = 6,49

d = perbedaan klinis yang diinginkan ( presisi ) = 3

Dengan menggunakan rumus di atas maka didapat jumlah sampel untuk

masing-masing kelompok sebanyak 50 orang.

3.5. Kriteria Inklusi dan eksklusi

3.5.1. Kriteria inklusi

1. Remaja yang mengalami migren berdasarkan kriteria The

international classification of headache disorders edisi kedua dan

remaja sehat tanpa migren

(26)

11

3.5.2 Kriteria Eksklusi

1.Remaja yang menderita trauma atau mempunyai kelainan pada

sistim saraf pusat dan kelainan psikiatri

2.Menderita penyakit sistemik lainnya seperti keganasan, sinusitis dan

infeksi virus seperti demam berdarah

3.6. Persetujuan/informed consent

Semua subyek penelitian telah diminta persetujuan dari orang tua setelah

dilakukan penjelasan terlebih dahulu. Formulir penjelasan terlampir dalam

usulan penelitian

3.7. Etika penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komisi Etika Penelitian Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

3.8. Cara Kerja dan alur penelitian

3.8.1. Cara kerja

3.8.1.1. Data dasar diperoleh dari wawancara dan kuesioner

3.8.1.2. Remaja yang memenuhi kriteria diagnostik migren sebagai

kelompok kasus serta remaja sehat tanpa migren yang

disesuaikan umur dan jenis kelaminnya sebagai kelompok kontrol

(27)

12

dilakukan oleh dokter anak yang telah mendapat pendidikan

tambahan neurologi anak kemudian dimasukkan ke dalam

penelitian dengan diberi penjelasan (inform consent) sebelumnya

dan persetujuan mengikuti penelitian

3.8.1.3. Masing – masing remaja dan orangtua diberi kuesioner dan

dijelaskan. Orangtua disuruh mengamati pola tidur anak selama

seminggu, setelah itu kuesioner dikembalikan dan dilakukan

wawancara terhadap orangtua dan remaja

3.8.1.4. Dokter PPDS dan dokter spesialis neurologi anak menilai

terjadinya gangguan tidur pada kelompok kasus dan kontrol

3.8.1.5. Data dimasukkan dalam tabel dan kemudian dianalisis lebih lanjut

3.8.2. Alur penelitian

Kuesioner , wawancara Kuesioner, wawancara

Remaja dengan migren Remaja tanpa migren

(28)

1 3

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Migren Nominal

Variabel tergantung

Gangguan tidur Nominal

3.10. Definisi Operasional

-Migren menurut The international classification of headache disorders

edisi kedua (ICHD-II)12 :

Migren

Migren tanpa aura pada anak:

A. Sekurang-kurangnya terjadi 5x serangan yang memenuhi kriteria B-D

B.Serangan nyeri kepala berlangsung 1 – 72 jam

C. Nyeri kepala mempunyai sedikitnya dua diantara karakteristik berikut:

1.Lokasi unilateral, mungkin bilateral, frontotemporal ( tanpa

oksipital )

2. Kualitas berdenyut

3. Intensitas nyeri sedang atau berat

4. Keadaan bertambah berat oleh aktifitas fisik atau penderita

menghindari aktivitas fisik rutin ( seperti berjalan atau naik

(29)

14

D. Selama nyeri kepala disertai salah satu dibawah ini :

1. Nausea dan atau muntah

2. Fotofobia dan fonofobia

E. Tidak berkaitan dengan kelainan lain

Migren dengan aura pada anak :

A. Sekurang-kurangnya terjadi 2 serangan yang memenuhi kriteria B

B. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi

tidak dijumpai kelemahan

1. Gangguan visual yang reversibel termasuk : positif atau negatif

( seperti cahaya yang berkedip-kedip, bintik-bintik atau

garis-garis)

2. Gangguan sensoris yang reversibel termasuk positif ( seperti

diuji dengan peniti dan jarum ) atau negatif (hilang rasa/kebas )

3. Gangguan bicara disfasia yang reversibel sempurna

C. Paling sedikit dua dari dibawah ini:

1. Gejala visual homonim atau gejala sensoris unilateral

2. Sedikitnya timbul satu macam aura secara gradual ≥ 5 menit

atau aura yang lainnya ≥ 5 menit

3. Tiap gejala berlangsung ≥ 5 menit dan ≤ 60 menit

D. Tidak berkaitan dengan kelainan lain

-Gangguan tidur adalah gangguan dalam keadaan hilangnya persepsi

(30)

15

tidur dinilai dengan menggunakan kuesioner evaluasi tidur pada anak

yang mencakup lima aspek yaitu insomnia ( empat pertanyaan ), sleep

apnoe ( empat pertanyaan ), restlessness ( 12 pertanyaan ), narkolepsi (

dua pertanyaan ), excessive daytime sleepiness ( empat pertanyaan ).

Pertanyaan pada aspek insomnia mempunyai dua tingkatan penilaian

yaitu 0 ( tidak ada ) dan 1 ( ya ). Pertanyaan dalam keempat aspek lainnya

mempunyai lima tingkatan penilaian terhadap gangguan tidur dimana 0 =

tidak pernah, 1 = tidak sering ( < 1 hari dalam seminggu ), 2 =

kadang-kadang ( 1 sampai 2 hari dalam seminggu ), 3 = sering ( 3 sampai 5 hari

dalam seminggu ), 4 = sangat sering ( 6 sampai 7 hari dalam seminggu

).15 Selanjutnya nilai tersebut dijumlahkan dan diambil nilai rata-ratanya.

Dikatakan mempunyai gangguan tidur bila nilai rata-ratanya lebih tinggi.

-Excessive daytime sleepiness adalah suatu keadaan yang secara

langsung disebabkan karena tidur yang kurang atau kualitas tidur yang

terganggu dimana keadaan ini mengganggu pekerjaan sehari-hari,

sekolah ataupun aktivitas sosial.29

-Narcolepsy adalah suatu keadaan yang ditandai dengan mengantuk yang

berlebihan, katapleksi, halusinasi hipnogogik dan paralisis saat tidur.5

-Insomnia adalah suatu keadaan sangat sukar dalam memulai atau

mempertahankan tidur.30

(31)

16

otak berkurang sehingga terbangun dari tidur dengan gejala berupa

mengorok keras, henti nafas, perasaan tercekik, nokturia.5,8

-Restlessness adalah suatu dorongan yang berlebihan untuk

menggerakkan kaki atau kadang-kadang tangan yang biasanya disertai

sensasi tidak nyaman atau dorongan mendesak untuk menggerakkan

kaki, memburuk pada sore hari atau malam dan sering mengganggu saat

akan memulai tidur.8

-Parasomnia adalah suatu kejadian fisik yang tidak dikehendaki yang

terjadi secara predominan atau eksklusif saat akan tidur dan saat akan

bangun tidur, contohnya seperti hentakan lokal pada tungkai dan bagian

lain.31

-Remaja adalah anak berusia 12 sampai 17 tahun.

3.11. Rencana Pengolahan dan Analisis Data :

Data yang terkumpul akan diolah, dianalisis dan disajikan dengan

menggunakan program komputer. Untuk menilai perbedaan skor

gangguan tidur antara kelompok remaja dengan migren dan kelompok

(32)

BAB 4. HASIL

Selama proses penelitian didapatkan jumlah remaja SMP sebanyak 457

orang dan remaja yang menderita migren yang memenuhi kriteria inklusi

adalah sebanyak 50 remaja dan sebanyak 50 remaja tanpa migren.

Semua remaja dan orangtua diberi kuesioner dan dijelaskan, kemudian

orangtua disuruh mengamati pola tidur anak selama satu minggu. Setelah

itu kuesioner dikembalikan dan dilakukan wawancara terhadap remaja

dan orangtuanya. (Gambar 4.1).

Remaja dengan migren (n = 50) Remaja tanpa migren (n = 50)

Remaja SLTP di 3 sekolah (n=457)

Pembagian kuesioner dan kuesioner dikembalikan 1 minggu kemudian dan juga dilakukan wawancara

Skrining nyeri kepala migren

(33)

18

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian

Karakteristik

Kelompok Migren

n=50

Kelompok Sehat

n=50

Jenis kelamin, n (%)

Laki-laki 25 (50) 26 (52)

Perempuan 25 (50) 24 (48)

Umur (tahun), rerata (SD) 13.08 (0.92) 13.22 (1.05)

Berat badan (kg), rerata (SD) 41.24 (7.22) 36.82 (6.54)

Tinggi badan (cm), rerata (SD) 148.54 (7.92) 145.84 (7.88)

Indeks massa tubuh, rerata (SD) 18.65 (2.78) 17.27 (2.52)

Dalam tabel 4.1 ditampilkan karakteristik responden yang mengikuti

penelitian ini. Pada kelompok responden yang mengalami migren jumlah

laki-laki dan perempuan sama yaitu sebanyak 25 orang dengan rentang

usia 12 sampai 16 tahun, rentang berat badan 29 sampai 56 kg, dan

rentang tinggi badan 135 sampai 164 cm. Responden dalam kelompok

yang tidak mengalami migren memiliki rentang usia yang sama dengan

kelompok migren, rentang berat badan 25 sampai 50 kg dan rentang

tinggi badan 132 sampai 165 cm. Indeks massa tubuh untuk kedua

(34)

19

Tabel 4.2. Hubungan migren dengan insomnia Insomnia

Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara ada tidaknya migren dengan terjadinya insomnia (nilai P = 0,003)

Tabel 4.3. Hubungan migren dengan sleep apnoe

Sleep Apnoe

Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara ada tidaknya migren dengan terjadinya sleep apnoe (nilai P =

(35)

20

Tabel 4.4. Hubungan migren dengan restlessness

Restlessness

Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara ada tidaknya migren dengan terjadinya restlessness (nilai P =

0,0001)

Tabel 4.5. Hubungan migren dengan parasomnia Parasomnia

Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara ada tidaknya migren dengan terjadinya parasomnia (nilai P =

(36)

21

Tabel 4.6. Hubungan migren dengan narkolepsi Narkolepsi

Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara ada tidaknya migren dengan terjadinya narkolepsi (nilai P = 0,008)

Tabel 4.7. Hubungan migren dengan excessive daytime sleepiness

Excessive daytime sleepiness

Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara ada tidaknya migren dengan terjadinya excessive daytime

(37)

22

Tabel 4.8. Hubungan migren dengan gangguan tidur Gangguan Tidur

Ya Tidak Total

n % N % n %

P

Migren ya 35 70 15 30 50 100

Tidak 7 14 43 86 50 100

Total 42 42 58 58 100 100

0,0001

Dari tabel diatas diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara ada tidaknya migren dengan adanya gangguan tidur (nilai P =

(38)

23

Tabel.4.9. Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur pada Kelompok

Responden

Manifestasi gangguan tidur yang dialami oleh kelompok responden

pendeita migren adalah parasomnia yaitu sebanyak 38 orang (76%),

insomnia sebanyak 31 orang (62%), diikuti oleh sleep apnoe dan

(39)

24

Gambar 4.2. Grafik perbedaan skor gangguan tidur pada kelompok

(40)

 

BAB 5. Pembahasan

Nyeri kepala dan gangguan tidur merupakan gangguan yang umum

dijumpai dalam populasi dan sering terjadi bersamaan pada seseorang.

Kedua gangguan ini saling berhubungan dimana nyeri kepala dapat terjadi

selama dan setelah tidur serta berhubungan dengan tahapan-tahapan

tidur.32,33 Nyeri kepala migren mempunyai sifat khas yaitu bersifat

unilateral, berdenyut, intensitas sedang sampai berat dan diperberat oleh

aktivitas fisik serta diikuti rasa mual dan / atau muntah, fotofobia dan

fonofobia.32 Pada penelitian ini kriteria migren yang digunakan juga

berdasarkan kriteria ICHD-II.

Prevalensi migren meningkat sesuai usia. Migren predominan pada

anak laki-laki pada masa prepubertal dan meningkat prevalensinya pada

anak perempuan pada masa pubertal.11,34 Puncak insidensi migren pada

anak perempuan sekitar usia 14 sampai 17 tahun, sedangkan pada anak

laki-laki pada usia kurang dari 13 tahun.11 Pada penelitian ini, didapatkan

50 remaja dengan migren berusia sekitar 12 sampai 16 tahun dengan

jumlah yang sama antara anak laki-laki dan perempuan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan migren

terhadap terjadinya gangguan tidur pada remaja serta membandingkan

(41)

26

Penelitian yang dilakukan oleh Isik dkk pada tahun 2006 yang

bertujuan untuk melihat prevalensi migren pada anak usia sekolah serta

melihat hubungan antara nyeri kepala dan gangguan tidur pada anak

migren dan anak dengan nyeri kepala non migren didapatkan bahwa

gangguan tidur lebih sering dijumpai pada anak migren dibandingkan

dengan anak tanpa migren dan anak tanpa nyeri kepala.11 Penelitian ini

juga mendapatkan hubungan yang tinggi antara migren dengan terjadinya

parasomnia. Kejadian parasomnia lebih rendah pada populasi umum

dibandingkan anak dengan kelainan neurologik.11,35

Anak-anak dengan nyeri kepala biasanya mengalami gangguan

tidur seperti tidur yang kurang, tidur harus ditemani oreangtua, sulit

tertidur, restless, sering terbangun dan mimpi buruk.2,36 Suatu penelitian

yang dilakukan pada populasi anak dalam jumlah besar mendapatkan

hubungan yang kuat antara nyeri kepala dan gangguan tidur seperti

parasomnia, insomnia dan mengantuk yang berlebihan.9

Penelitian yang dilakukan oleh Heng dkk pada tahun 2006

didapatkan bahwa anak dengan migren lebih cenderung mengalami

gangguan tidur dan tingkah laku dibandingkan pada anak tanpa nyeri

kepala. Gangguan tidur yang terjadi terutama keterlambatan tidur dan

mengantuk yang berlebihan pada sianghari.37 Ada juga penelitian yang

menduga adanya peranan faktor kronobiologikal pada migren yaitu

(42)

27

musim, menstruasi, waktu sirkadian sehingga diduga ada peranan

kronobiologikal.27,37

Penelitian lain yang dilakukan oleh Bruni dkk pada tahun 2008 yang

meneliti hubungan antara nyeri kepala dan kualitas tidur pada anak dan

remaja serta hubungan antara nyeri kepala dan irama sirkadian

didapatkan bahwa tidur dan nyeri kepala adalah berhubungan.2

Pada penelitian ini, pola tidur remaja diamati orangtua selama satu

minggu kemudian baru dilakukan pengisian kuesioner dan wawancara.

Dalam penelitian ini juga didapatkan adanya hubungan yang bermakna

antara migren dengan terjadinya gangguan tidur. Pada penelitian ini juga

didapatkan bahwa gangguan tidur yang lebih sering terjadi pada remaja

dengan migren adalah parasomnia dan excessive daytime sleepiness.

Penelitian lain yang dilakukan di Amerika tahun 2008 juga

mendapatkan hubungan yang kuat antara migren dengan gangguan tidur

dimana anak dengan migren mengalami gangguan tidur tiga kali lebih

sering dibandingkan anak tanpa migren.34

Penderita migren sering mengalami mimpi buruk yang menetap.11

Serangan migren pada malam hari paling sering terjadi pada tidur tahap

lambat dan transisi dari periode REM yang mengatur mimpi. Bahkan tanpa

serangan migren pada malam hari , penderita migren juga lebih

(43)

28

Ada beberapa alasan yang mendasari penderita migren berisiko

untuk mengalami gangguan tidur, diantaranya nyeri kepala yang sering

akan mencegah anak untuk cepat tertidur atau meyebabkan sering

terbangun. Alasan lainnya bahwa banyak anak migren mengantuk jika

serangan datang siang hari dan hal ini akan mengganggu siklus tidur

bangun yang normal sehingga terjadi gangguan tidur pada anak.

Perasaan khawatir atau cemas anak atau keluarga bahwa nyeri kepala

merupakan indikasi adanya suatu penyakit serius juga akan mengganggu

tidur. Berapa obat profilaksis migren mempunyai efek samping sedasi

sehingga anak dapat mengalami somnolen pada siang hari.27

Penelitian ini masih dijumpai beberapa kekurangan antara lain

desain penelitian yang bersifat cross sectional. Penelitian lanjutan masih

dibutuhkan untuk menilai secara langsung hubungan antara migren

dengan gangguan tidur. Penelitian longitudinal dapat menerangkan

hubungan migren dengan perubahan pola tidur. Pada penelitian ini, pola

tidur juga bersifat subjektif yaitu hanya berdasarkan keterangan orangtua

(44)

 

BAB 6. KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

Migren terbukti mempunyai hubungan terhadap terjadinya gangguan tidur

pada remaja. Kejadian gangguan tidur lebih tinggi pada remaja penderita

migren dibandingkan remaja sehat. Gangguan tidur yang paling sering

dijumpai pada remaja migren adalah parasomnia dan excessive daytime

sleepiness. Masih dibutuhkan penelitian lanjutan dimasa yang akan

datang untuk mendukung hasil studi ini.

6.2. Saran

Disarankan juga penelitian lanjutan dengan mengamati pola tidur lebih

lama, seperti tiga kali pembagian kuesioner dan masing-masing diamati

selama satu minggu, kemudian ketiga kuesioner dinilai dan diambil

rata-ratanya, sehingga penilaian gangguan tidur akan lebih baik.

Diharapkan kepada dokter spesialis anak dan neurologi anak untuk

(45)

33

DAFTAR PUSTAKA

1. Haslam RH. Headache. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders;2007.h.2479-83

2. Bruni O, Russo PM, Ferri R, Novelli R, Galli F, Guidetti V. Relationships between headache and sleep in a non-clinical population of children and adolescents. J Sleep Medicine. 2007; 9:542-8

3. Poduri A. Headache. Dalam: Zaoutis LB, Chiang VW, penyunting. Comprehensive pediatric hospital medicine. Edisi ke-1. Philadelphia : Mosby Inc;2007.h.801-6

4. Samaz T, Bugdayci R, Ozge A, Karakelle A, Kurt O, Kaleagasi H. Are parents aware of their school children’s headaches?. Eur J Public Health. 2004; 14:366-8

5. Bae CJ, Schaefer NF. Normal human sleep. Dalam: Carney PR, Berry RB, Geyer JD, penyunting. Clinical sleep disorders. Edisi ke-2. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2005.h.29-37

6. Owens J. Classification and epidemiology of childhood sleep disorders. J Pop. 2008; 06:532-46

7. Tibbitts GM. Sleep disorders: causes, effects, and solutions. J Pop. 2008; 07:818-37

8. Panossian LA, Avidan AY. Review of sleep disorders. J Mcna. 2008; 09:408-25

9. Luc ME, Gupta A, Birnberg JM, Reddick D, Kohrman MH. Characterization of symptoms of sleep disorders in children with headache. J Pediatrneurol. 2005; 06:7-12

10. Isik U, Hamutcu E, Ay P, Save D, Arman AR, Karakoc F, et al. Prevalence of headache and its association with sleep disorders in children. J pediatrneurol. 2006;11:146-51

11. Rothner D, Menkes JH. Headaches and nonepileptic episodic disorders. Dalam : Menkes JH, penyunting. Child neurology. Edisi ke-7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;2006.h.943-64

12. Lewis DW. Headaches in infants and children. Dalam: Swaiman KF, Ashwal S, Ferriero DM, penyunting. Pediatric neurology principles & practice. Edisi ke-4. Philadelphia: Mosby Inc; 2006.h.1183-99

13. Milovanovic M, Jarebinski M, Martinovic Z. Prevalence of primary headaches in children from Belgrade, Serbia. J Ejpn. 2006; 11:136-41

(46)

34

15. Weiss HD. Headache and facial pain. Dalam: Johnson RT, Griffin JW, McArthur JC, penyunting. Current therapy in neurologic disease, Edisi ke-7. St.Louis: Mosby Inc;2002.h.81-6

16. Bockowski L, Sobanec W, Smigielska KJ, Kulak W, Solowiej E. The pattern-reversal visual evoked potentials in children with migraine with aura and without aura. Headache. 2005;48:154-7

17. Dodick DW, Eross EJ, Parish JM. Clinical, anatomical, and physiologic relationship between sleep and headache. Headache. 2003;4 3:282-92

18. Owens JA. Pediatric insomnia. Sleep Med Clin. 2006; 06:423-35 19. Grebb JA. Tidur normal dan gangguan tidur. Dalam: Kaplan HI,

Sadock BJ, Grebb JA, penyunting. Sinopsis psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: Binarupa aksara;2010.h.210-35

20. Owens JA. Sleep medicine. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders;2007.h.91-100

21. Halbower AC, Marcus CL. Sleep disorders in children. Curr Opin Pulm Med.2005;09:471-6

22. Rains JC, Poceta JS. Sleep and headache. Headache. 2010; 12:1-15 23. Okawa M, Uchiyama M. Circadian rhythm sleep disorders:

characteristics and entrainment pathology in delayed sleep phase and non-24 sleep-wake syndrome. Jsmrv. 2007; 11:485-96

24. Pakalnis A, Splaingard M, Splaingard D, Kring Dm Colvin A. Serotonin effects on sleep and emotional disorders in adolescent migraine. Headache. 2009; 17:1486-92

25. Poceta JS, Rains JC. Sleep and headache syndromes. Sleep Med Clin. 2008; 03:427-41

26. Overeem S, Vliet JA, Lammers GJ, Zitman FG, Swaab DF, Ferrari MD. The hypothalamus in episodic brain disorders. Lancet Neurology. 2002; 01:437-44

27. Miller VA, Palermo TM, Powers SW, Scher MS, Hershey AD. Migraine headaches and sleep disturbances in children. Headache. 2002;43:362-8

28. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam : Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-2. Jakarta: CV Agung Seto;2002.h.259-86

29. Blunden S, Hoban TF, Chervin RD. Sleepiness in children. Sleep Med Clin. 2005; 11:105-18

30. Mai E, Buysse DJ. Insomnia : Prevalence, impact, pathogenesis, differential diagnosis, and evaluation. Jsmc. 2008; 02:167-74

(47)

35

32. Alberti A. Headache and sleep. Jsmrv. 2006; 10: 431-7

33. Marca DG, Vollono C, Rubino M, Trapani GD, Mariotti P, Tonali PA. Dysfunction of arousal systems in sleep related migraine without aura. Cephalalgia. 2006; 26:857-64

34. Hershey AD. Current approaches to the diagnosis and management of paediatric migraine. Jneurol. 2010; 9:190-204

35. Archbold KH, Pituch KJ, Panahi P, Chervin RD. Symptoms of sleep disturbances among children at two general pediatric clinics. Pediatrics. 2005; 140:97-102

36. Gori S, Morelli N, Maestri M, Fabbrini M, Bonanni E, Murri L. Sleep quality, chronotypes and preferential timing of attacks in migraine without aura. J headache pain. 2005;6:258-60

37. Heng K, WirrellE. Sleep disturbances in children with migraine. J child neurol. 2006; 21:761-6

38. Soriani S, Fiumana E, Manfredini R. Circadian and seasonal variation of migraine attacks in children, Headache. 2006; 46:1571-4

39. Vgontzas A, Cui LH, Merkangas KR. Are sleep difficulties associated with migraine attributable to anxiety and depression?. Headache. 2008; 48:1451-9

40. Mindell JA, Owens JA, penyunting. A clinical guide to pediatric sleep: diagnosis and management of sleep problems. Philadelphia: Lippincott Williams & wilkins; 2006

(48)

 

LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian

Kegiatan/ Waktu November 2009

2. Personil penelitian

1. Ketua Penelitian

Nama : dr. Lina Waty

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/ RSHAM

1. Akomodasi dan Transportasi : Rp. 5.000.000 2. Penyusunan dan penggandaan hasil : Rp. 3.000.000 3. Seminar hasil penelitian : Rp. 2.000.000

(49)

4 Lembar Penjelasan

Kepada Yth Bapak/ Ibu…

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri, nama saya dokter ……,

bertugas di Divisi Neurologi Departemen Ilmu kesehatan Anak FK USU/

RSUP H. Adam Malik Medan.

Bersama ini kami ingin menyampaikan kepada Bapak/ Ibu bahwa

Divisi Neurologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUSU-RSHAM

Medan, bermaksud mengadakan penelitian mengenai migren, karena

migren penting dan sering pada remaja serta penyebab umum

ketidakhadiran remaja di sekolah.

Selain itu migren juga berhubungan dengan terjadinya gangguan

tidur pada remaja, gangguan tidur akan menyebabkan remaja mengalami

defisit kognitif serta penampilan sosial. Tetapi penelitian mengenai

hubungan hal ini masih sangat sedikit, oleh karena itu kami akan meneliti

hubungan antara migren dan gangguan tidur pada remaja.

Jika Bapak/ Ibu bersedia maka kami mengharapkan bapak/ibu

menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan. Demikianlah

kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima

kasih.

Bapak/ Ibu dapat menghubungi peneliti setiap waktu bila ingin

menanyakan masalah kesehatan putra / putri anda atau masalah lain

seputar penelitian ini yang belum Anda pahami melalui:

Dr. Lina Waty

Divisi Neurologi - Dep. Ilmu Kesehatan Anak FKUSU-RS H.Adam Malik

Jl. Bunga Lau No. 17 Medan Telp. 8365663

Atau Kompleks Asia Mega Mas BB no 33 Medan

(50)

5. Lembar

Persetujuan Setelah Penjelasan Penelitian

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Alamat :

Orang tua dari :

Telah menerima dan mengerti penjelasan dokter tentang penelitan

“Hubungan migren terhadap terjadinya gangguan tidur pada remaja “.

Dengan kesadaran serta kerelaan sendiri saya bersedia menjadi peserta

penelitian tersebut.

Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat tanpa paksaan siapapun.

Medan, ………

(51)

Lampiran

Divisi Neurologi

Dept. Ilmu Kesehatan Anak FK USU – RSHAM Medan

KUESIONER PENELITIAN

Tanggal : Pencatat :

1. Nama Anak :

2. Tanggal Lahir : Umur ( ) tahun , ( ) bulan

3. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan 4. Urutan anak dalam keluarga:

5. Jumlah bersaudara:

JIka mengalami nyeri kepala, jawablah pertanyaan dibawah dan pilih yang sesuai dengan memberI tanda benar

A Lokasi nyeri kepala:

( ) Sebelah kepala saja

C. Lama nyeri dalam sekali serangan: ( ) < 1 jam E. Nyeri kepala telah dialami

(52)

Ya Tidak F. Dicetuskan oleh stres/makanan ( ) ( ) /menstruasi

G. Nyeri bertambah jika belajar ( ) ( )

H. Disertai rasa mual ( ) ( )

I. Disertai muntah

J. Sebelum nyeri, tidak tahan

cahaya terang atau suara yang keras ( ) ( )

11. Apakah anak anda pernah mengalami trauma atau cedera pada kepala?

___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ______________________

12. Tulislah gangguan psikologik, psikiatri, gangguan emosi dan tingkah laku pada anak anda jika ada.

___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ _________________________________

13. Jika anak anda mengalami masalah kesehatan dalam jangka panjang, tulislah 3 masalah yang anda anggap penting,

(53)

6.KUESIONER EVALUASI TIDUR PADA ANAK40

Petunjuk: Jawablah setiap pertanyaan dengan menulis atau memilih jawaban yang paling tepat. Hal ini akan membantu dalam mengetahui keluarga dan anak anda.

Nama anak :

Apakah pendapat anda mengenai tidur anak anda?

___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ _________________________________

Apa yang telah anda lakukan untuk mengatasi masalah tersebut?

___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ___________________________________________________________ RIWAYAT TIDUR

Jadwal tidur hari biasa

Jumlah tidur anak selama 24 jam(tambahkan tidur siang dan malam hari):__jam__menit

Jam berapa anak biasanya tidur malam hari

____:______

Jam berapa anak biasanya bangun pagi hari

____:_______

Jadwal tidur saat liburan (akhir minggu/ malam minggu)

Jumlah tidur anak selama 24 jam(tambahkan tidur siang dan malam hari):__jam__menit

Jika tidur siang, jadwal tidur siang :

Dari pukul ___:___ sampai pukul ___:___

Tidur secara umum

(54)

Untuk pertanyaan dibawah, berilah tanda lingkar pada pilihan yang sesuai Masalah tidur sekarang

Insomnia

Lama waktu anak untuk tertidur : (0) ≤ 30 menit

(1) > 30 menit

Anak sering menolak tidur ( takut untuk tidur ) (0) Tidak

(1) Ya

Jadwal tidur setiaphari berubah-ubah: (0) Tidak

(1) Ya

Sering terbangun tiba – tiba setelah tertidur dan sulit untuk tertidur kembali (0) Tidak

(1) Ya

Keterangan untuk pertanyaan dibawah:

0= Tidak pernah 1= Tidak sering ( < 1 hari dalam seminggu) 2= kadang-kadang ( 1 sampai 2 hari dalam seminggu) 3= sering (3 sampai 5 hari dalam seminggu) 4= sangat sering ( 6 sampai 7 hari dalam seminggu)

Sleep apnoe

1 Sulit bernafas ketika tidur 0 1 2 3 4

2 Henti nafas ketika tidur 0 1 2 3 4

3 Mengorok 0 1 2 3 4

4 Merasa lemah atau kehilangan kontrol terhadap otot tubuh, sangat emosi

(55)

tertidur atau terbangun Narkolepsi

17 Tidak dapat bergerak ketika tertidur atau saat akan terbangun

0 1 2 3 4

18 Menendang saat tidur 0 1 2 3 4

Excessive daytime sleepiness

19 Sulit bangun pagi hari 0 1 2 3 4

20 Tertidur di kelas 0 1 2 3 4

21 Tidur siang setelah pulang sekolah 0 1 2 3 4

22 Mengantuk disiang hari 0 1 2 3 4

Tulislah nama obat yang sekarang ini digunakan anak:

Nama obat Dosis Seberapa sering?

Penampilan sekolah sekarang (jika usia sekolah)

Kelas______________________________________________________ ___________

Pernahkah anak tidak naik kelas? Pernah Tidak pernah

Apakah anak anda ikut dalam kelas pendidikan khusus? Ya Tidak Berapa hari anak absen sekolah dalam 1 tahun ini?_____________________________

Berapa hari anak absen sekolah tahun lalu?________________________________

Prestasi anak tahun ini : Sangat bagus Bagus Cukup Kurang Jelek

Gambar

Gambar 4. 1. Profil penelitian
Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian
Tabel 4.2. Hubungan migren dengan insomnia
Tabel 4.5. Hubungan migren dengan parasomnia
+4

Referensi

Dokumen terkait

Selain perbedaan dari segi pendidikan dan umur/ wajah baru anggota DPR ini/ memberi keterwakililan yang berbeda dilihat dari latar belakang pekerjaan// Mereka yang

Akan tetapi, banyak kaum muslimin yang menganggap remeh hal ini. Mereka merasa nyaman dengan adanya hutang yang “melilit‟ dirinya. Bahkan, sebagian dari mereka

Dengan menyusun lapisan lapisan ganda ferromagnetic NiFe clan antiferromagnetik Fe203 telah terbentuk suatu system Top-spin-valves yang menunjukkan sifat interaksi tukar tukar

Pokja Pengadaan Jaket Almamater Mahasiswa Baru ULP Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Tahun 2016 akan melaksanakan Lelang Sederhana

In this way the names reflect the fact that each Module, Requirement and Test is owned by a single Requirements Class or Conformance Class, and each Requirements Class or

Sekuen ITS beserta 5.8S rDNA tidak dapat memisahkan semua sampel, baik berasal dari rumput maupun padi yang digunakan pada penelitian ini. Oleh karena itu, data tersebut

Simbol Aljabar p pada contoh-1, U pada contoh-2, dan a pada contoh-3 di atas adalah contoh variabel karena p mewakili banyak pohon yang mungkin dimiliki Pak Amir, U

Metode yang digunakan adalah rancangbangun instalasi teknologi pulsa cahaya ultraviolet (UV) dan uji coba penggunaan sinar UV untuk mendapatkan pengaruh penghambatan atau