• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan makanan terhadap migren pada remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan makanan terhadap migren pada remaja"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MAKANAN TERHADAP MIGREN PADA REMAJA

TESIS

MAGDA BOUHAIRET O67103014/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN MAKANAN TERHADAP MIGREN PADA REMAJA

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang

Ilmu Kesehatan Anak / M.Ked (Ped) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

MAGDA BOUHAIRET 067103014

PROGRAM MAGISTERKLINIK-SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

(3)

Judul Tesis : Hubungan makanan terhadap migren pada remaja

Nama : Magda Bouhairet

Nomor Induk Mahasiswa : 067103014

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. Bistok Saing, SpA(K)

Anggota

Dr. Muhammad Ali, SpA(K)

Ketua Program Studi Ketua TKP PPDS

Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K) Dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K)

Tanggal lulus: 15 Juli 2010

(4)

Telah diuji pada Tanggal: 15 Juli 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bistok Saing, SpA(K) ... Anggota : 1. Dr. Muhammad Ali, SpA(K) ... 2. Prof. Dr. H. Harun Al Rasyid, SpPD, SpGK ... 3. Dr. Hj. Tiangsa Sembiring, SpA(K) ... 4. Dr. Lily Irsa, Sp A(K) ...

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama Prof. Dr. Bistok Saing, SpA(K), Dr. Muhammad Ali, SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Dr. Yazid Dimyati, SpA dan Dr. Johannes H Saing, SpA yang telah sangat banyak membimbing serta membantu saya dalam menyelesaikan penelitian serta tesis ini

(6)

3. Prof. Dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK- USU dan Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K), sebagai sekretaris program yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.

4. Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K), selaku Kepala BIKA Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode 2003-2007 dan Dr. H. Ridwan M Daulay, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode 2008 sampai sekarang, yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

5. Seluruh staf pengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

6. Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. DR. Dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), SpA(K) dan rektor periode sebelumnya Prof. Dr. H. Chairuddin P Lubis, DTM&H, SpA(K) serta Dekan FK-USU yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK- USU.

7. Para kepala Yayasan Pendidikan Islam Miftahussalam, kepala sekolah dan guru-guru SLTP, SLTA Swasta Darussalam yang telah memberikan izin dan fasilitas pada penelitian ini sehingga dapat terlaksana dengan baik.

(7)

8. Teman-teman yang tidak mungkin saya lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, Wagito, Nanda Susanti, Ade Saifan Surya, Muhammad Hatta, Juliana, Dina Olivia, Syamsil Alam, yang selama empat tahun bersama-sama dalam suka dan duka serta teman sejawat PPDS BIKA dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Teristimewa untuk orangtua yang tercinta, H. Zainuddin Tgk. A. Djalil (Alm), dan Hj. Nurjannah Hasan serta abang saya DR. Kamaluddin Pascha SE, Aven Rosch dan adik saya Muammar Wasfi Djalil, SH, ST. Terima kasih juga saya sampaikan kepada suami tercinta H. Muchlis Yunus dan anak saya Oky Tarvi Pascha yang selalu mendoakan, memberikan dorongan, bantuan moril dan materil selama penulis mengikuti pendidikan ini. Terima kasih atas doa, pengertian, dan dukungan selama penulis menyelesaikan pendidikan ini, semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, 15 Juni 2010

Magda Bouhairet

(8)

DAFTAR ISI

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 15 3.3. Populasi Penelitian 15

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 17 3.9. Identifikasi Variabel 19

3.10. Definisi Operasional 19

3.11. Pengolahan dan Analisis Data 21

(9)

Bab 4. Hasil Penelitian 22

Bab 5. Pembahasan 26

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan 33

6.2 Saran 33

Bab 7. Ringkasan 34

Daftar Pustaka 38

Lampiran:

1. Surat Pernyataan Kesediaan 2. Lembar Penjelasan 3. Lembar Kuesioner 4. Lembar Persetujuan Komite Etik 5. Riwayat Hidup

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Kriteria diagnosis migren (IHS) 5 Tabel 2.2. Jenis kimiawi dan makanan pencetus migren 9 Tabel 2.3. Diet pencetus dan alternatif makanan 12 Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian 23 Tabel 4.2. Faktor sekunder pancetus migren 24 Tabel 4.3. Jenis makanan pencetus migren 25

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Patofisiologi migren 7

Gambar 2.2. Kerangka konseptual 14

Gambar 3.1. Alur penelitian 18

Gambar 4.1. Profil penelitian 22

(12)

DAFTAR SINGKATAN

AAN : American Academy of Neurology

bb : berat badan

CGRP : calcitonin gene-related peptide CI : confident interval

cm : centi meter

dkk : dan kawan-kawan

gr : gram

HT : Hyroxytryptamine

IHS : International Headache Society

ISPA : Infeksi Saluran Napas Akut

kg : kilogram

mg : milligram

MSG : monosodium glutamat

OMSK : Otitis Media Supuratif Kronis

SD : Standard Deviation

SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

SP : substance P

SPSS : Statistical Package for Social Science

TNC : trigeminal nerve cortex

USU : Universitas Sumatra Utara US : United State

WHO : World Health Organization

(13)

DAFTAR LAMBANG

α : Kesalahan tipe I

β : Kesalahan tipe II n : Jumlah subjek / sampel P : Proporsi

P1 : Proporsi sembuh untuk kelompok I P2 : Proporsi sembuh untuk kelompok II Q : 1 – P

Q1 : 1 – P1 Q2 : 1 – P2

zα : Deviat baku normal untuk α zβ : Deviat baku normal untuk β

P : Tingkat kemaknaan

x2 : Kai kuadrat > : Lebih besar dari < : Lebih kecil dari

≥ : Lebih besar sama dengan dari ≤ : Lebih kecil sama dengan dari

(14)

ABSTRAK

Latar belakang Migren merupakan masalah yang sering dijumpai pada masyarakat umum khususnya pada remaja, biasanya bersifat kronik dan berulang. Setiap sakit kepala sangat penting dihubungkan dengan diet sebagai faktor pencetus migren. Namun masih sedikit diketahui hubungan diet dengan migren.

Tujuan Untuk mengetahui hubungan makanan terhadap migren pada remaja. Metode Suatu penelitian cross sectional dilakukan di Medan, Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai September 2009. Subyek adalah anak berusia 13 sampai 18 tahun yang menderita migren sesuai dengan International Headache Society (IHS). Data diperoleh dengan kuesioner dimana 90 responden menyelesaikan kuesioner secara lengkap. Jenis makanan yang diamati adalah susu, coklat, es krim, keju, roti, mie instan, bakso, saus, pemanis buatan, minuman fermentasi, pizza, snack, makanan dan minuman lainnya. Untuk mengetahui hubungan makanan terhadap migren digunakan uji kai kuadrat.

Hasil Sebanyak 90 remaja mengikuti penelitian dimana wanita (61.1%) lebih sering mengalami migren dibandingkan laki-laki (38.9%). Secara statistik, terdapat hubungan yang bermakna pada makanan sebagai pencetus migren

P = 0.045 (IK 95% 0.59;0.79) dan riwayat keluarga menderita migren P = 0.043 (IK 95% 0.46;0.66). Faktor pencetus stres P = 0.16, menstruasi P = 0.996, pengaruh cahaya atau suara P = 0.577 tidak berhubungan bermakna terhadap migren. Jenis makanan yang umum mencetuskan migren saus (75%), es krim (71%), susu (71%), mie instan (67.7%), coklat (61%), kacang (59.7%), keju (54.8%), bakso (54.8%).

Kesimpulan Hubungan makanan dan riwayat keluarga yang menderita migren bermakna secara statistik terhadap serangan migren pada remaja. Kata kunci: Migren, makanan pencetus, makanan alternatif

(15)

ABSTRACT

Background Migraine is a common problem worldwide especially in adolescent and is usually chronic with frequent relapses.Therefore, any risk of headaches related to diet has important implications on migraineurs. However, very few are aware of the association between migraine and diet. Objective To study the association of dietary in adolescent migraine.

Methods We conducted a cross sectional study on August until September 2009 in the Darussalam senior high school Medan, North Sumatera. Adolescent were 13 to 18 years old. Participants eligible for the diagnosis of migraine according to International Headache Society (IHS) criteria were included in this study. Ninety respondents completed the questionnaire. The food observed were milk, chocolate, ice cream, cheese, bread, instant noodles, meat ball, sauce, sweetener, yoghurt, pizza, snack, and other foods and beverages.Chi squaretest was used in this study.

Results A total of 90 participants, female had migraine more frequently (61.1%) than male. There were statistically significant association on migraine triggered by foods P = 0.045 (95%CI 0.59;0.79), and family history P = 0.043 (95%CI 0.46;0.66). Stress (P = 0.164), menstruation (P = 0.996), sound or light (P = 0.577) have no significant association with migraine. A wide variety of food and beverages had been implicated as migraine precipitants, the most common were sauce (75%), ice cream (71%), milk (71%), instant noodles (67.7%), chocolate (61%), peanuts (59.7%), cheese (54.8%) and meat ball (54.8%).

Conclusion Food and family history of migraine had a significant association with the occurence of migraine in adolescents.

Key words: Migraine, food trigger, alternative foods

(16)

ABSTRAK

Latar belakang Migren merupakan masalah yang sering dijumpai pada masyarakat umum khususnya pada remaja, biasanya bersifat kronik dan berulang. Setiap sakit kepala sangat penting dihubungkan dengan diet sebagai faktor pencetus migren. Namun masih sedikit diketahui hubungan diet dengan migren.

Tujuan Untuk mengetahui hubungan makanan terhadap migren pada remaja. Metode Suatu penelitian cross sectional dilakukan di Medan, Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai September 2009. Subyek adalah anak berusia 13 sampai 18 tahun yang menderita migren sesuai dengan International Headache Society (IHS). Data diperoleh dengan kuesioner dimana 90 responden menyelesaikan kuesioner secara lengkap. Jenis makanan yang diamati adalah susu, coklat, es krim, keju, roti, mie instan, bakso, saus, pemanis buatan, minuman fermentasi, pizza, snack, makanan dan minuman lainnya. Untuk mengetahui hubungan makanan terhadap migren digunakan uji kai kuadrat.

Hasil Sebanyak 90 remaja mengikuti penelitian dimana wanita (61.1%) lebih sering mengalami migren dibandingkan laki-laki (38.9%). Secara statistik, terdapat hubungan yang bermakna pada makanan sebagai pencetus migren

P = 0.045 (IK 95% 0.59;0.79) dan riwayat keluarga menderita migren P = 0.043 (IK 95% 0.46;0.66). Faktor pencetus stres P = 0.16, menstruasi P = 0.996, pengaruh cahaya atau suara P = 0.577 tidak berhubungan bermakna terhadap migren. Jenis makanan yang umum mencetuskan migren saus (75%), es krim (71%), susu (71%), mie instan (67.7%), coklat (61%), kacang (59.7%), keju (54.8%), bakso (54.8%).

Kesimpulan Hubungan makanan dan riwayat keluarga yang menderita migren bermakna secara statistik terhadap serangan migren pada remaja. Kata kunci: Migren, makanan pencetus, makanan alternatif

(17)

ABSTRACT

Background Migraine is a common problem worldwide especially in adolescent and is usually chronic with frequent relapses.Therefore, any risk of headaches related to diet has important implications on migraineurs. However, very few are aware of the association between migraine and diet. Objective To study the association of dietary in adolescent migraine.

Methods We conducted a cross sectional study on August until September 2009 in the Darussalam senior high school Medan, North Sumatera. Adolescent were 13 to 18 years old. Participants eligible for the diagnosis of migraine according to International Headache Society (IHS) criteria were included in this study. Ninety respondents completed the questionnaire. The food observed were milk, chocolate, ice cream, cheese, bread, instant noodles, meat ball, sauce, sweetener, yoghurt, pizza, snack, and other foods and beverages.Chi squaretest was used in this study.

Results A total of 90 participants, female had migraine more frequently (61.1%) than male. There were statistically significant association on migraine triggered by foods P = 0.045 (95%CI 0.59;0.79), and family history P = 0.043 (95%CI 0.46;0.66). Stress (P = 0.164), menstruation (P = 0.996), sound or light (P = 0.577) have no significant association with migraine. A wide variety of food and beverages had been implicated as migraine precipitants, the most common were sauce (75%), ice cream (71%), milk (71%), instant noodles (67.7%), chocolate (61%), peanuts (59.7%), cheese (54.8%) and meat ball (54.8%).

Conclusion Food and family history of migraine had a significant association with the occurence of migraine in adolescents.

Key words: Migraine, food trigger, alternative foods

(18)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sakit kepala migren umumnya sering terjadi pada anak dan meningkat menjelang usia remaja.1 Sakit kepala migren dapat mempengaruhi kegiatan sehari-hari, kepribadian, kepandaian, hubungan interpersonal dan berpengaruh juga terhadap kehadiran di sekolah.2-4 Migren pada remaja merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian yang besar.3,4

Di Amerika Serikat prevalensi migren pada anak meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan dewasa yaitu sekitar 25% sampai 40%.2 Diperkirakan nyeri kepala tersebut terjadi hingga 75% pada anak remaja dan 25% pada anak yang lebih muda.4

Penyebab peningkatan serangan migren belum diketahui. Diet berperan penting sebagai pencetus sakit kepala pada anak dan remaja yang menderita migren. Beberapa makanan, minuman yang mengandung zat aditif (tambahan) yang sering dikonsumsi oleh remaja sebagai pencetus migren. Makanan dan minuman tersebut seperti keju, coklat, buah sitrus, hot dog, monosodium glutamate (MSG), aspartam, makanan berlemak, es krim, ketagihan kafein, minuman alkohol, dan minuman ringan (soft drink). Soft drink merupakan penyebab utama yang signifikan dari serangan migren pada remaja saat ini.2

(19)

2

Penelitian di London mendapatkan bahwa setelah dilakukan intervensi selama satu sampai dua bulan berturut-turut dengan diet makanan pencetus migren dengan hasil sangat menguntungkan sekitar 30% sampai 40%.5 Penelitian lain sekitar 7% sampai 44% dilaporkan bahwa makanan atau minuman tertentu dapat mencetuskan migren. Diet yang ketat dari makanan dan minuman yang dapat mencetuskan migren masih kontroversi. Penghindaran diet berlebihan dan menetap sangat tidak disukai pada remaja. Pendekatan yang baik dengan meninjau kembali daftar makanan tertentu yang diyakini berhubungan dengan migren.6

Diperkirakan lebih dari 60% penderita migren yang diperkenalkan kembali pada makanan yang dicurigai sebagai pencetus migren, mengalami kekambuhan berulang serangan migren. Pengamatan ini menunjukan bahwa faktor makanan berperan penting sebagai pencetus serangan migren. Selain obat-obatan, pengaturan diet dengan cara menghindari makanan tertentu yang mencetuskan migren merupakan pengobatan yang efektif dan potensial untuk serangan migren.5

(20)

3

karena penderita lebih memilih pengobatan dengan berbagai obat-obatan tanpa memikirkan efek samping dari obat tersebut.2

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian: Apakah ada hubungan makanan terhadap migren pada remaja?

1.3. Hipotesis

Ada hubungan makanan terhadap migren pada remaja

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan makanan terhadap migren pada remaja

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Di bidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan mengenai adanya pengaruh faktor makanan terhadap pencetus serangan migren sehingga meningkatkan kewaspadaan dalam mendeteksi dini terhadap serangan migren

1.5.2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan pelayanan kesehatan anak terhadap makanan yang bisa mencetuskan serangan migren 1.5.3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan mengenai

(21)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi dan Kriteria Diagnosis Migren

Sakit kepala merupakan keluhan yang sangat umum pada anak.6 Sakit

kepala termasuk migren adalah alasan yang paling sering pada anak dan

keluarga untuk mencari pengobatan sebagai perawatan awal dengan

mendatangi unit gawat darurat ataupun pergi ke dokter subspesialis.7 Migren

adalah suatu sindroma neurovaskular dengan karakteristik berupa serangan

sakit kepala berulang yang berhubungan dengan fotofobia, mual dan

muntah.8 Jika sakit kepala berulang, anak dan orang tua menjadi khawatir

dan tertarik mencari penyebab sakit kepala serta mencari pertolongan atau

bantuan pengobatan. Hal ini juga orang tua memastikan kebenaran

penyakitnya tidak mengancam nyawa.7

Migren dibagi dalam dua kelompok yaitu migren tanpa aura (migren

umum) dan migren dengan aura (migren klasik) yang didahului oleh episode

aura visual atau aura sensoris selama 15 sampai 20 menit.8 Kriteria

diagnostik untuk migren telah dikembangkan dan diadaptasikan untuk anak

dan remaja sesuai dengan Internasional Headache Society [IHS], 2004

(Tabel 2.1)

(22)

5

4

Tabel 2.1. Kriteria diagnostik serangan migren untuk masyarakat internasional 7,9

I. Migren tanpa aura

Minimal lima serangan yang memenuhi kriteria A sampai D: A. Serangan sakit kepala yang berlangsung 4 sampai 72 jam B. Sakit kepala memiliki minimal dua dari karakteristik berikut: 1. Lokasi unilateral

2. Kualitas denyutan

3. Intensitas nyeri sedang hingga berat

4. Memberat oleh ataupun menyebabkan penghindaran aktivitas fisik rutin (misalnya berjalan atau naik tangga)

C. Selama sakit kepala minimal salah satu dari berikut: 1. Mual dan/atau muntah

2. Fotofobia dan fonofobia

D. Tidak berhubungan dengan gangguan lain

II. Migren dengan aura

Ada 6 sub bentuk migren dengan aura, yang masing-masing memiliki kriteria spesifik Kriteria untuk subbagian yang paling umum, termasuk aura dengan sakit kepala migren Subbagian lainnya terdapat dalam daftar di bawah ini:

Subbagian: Tipikal aura dengan sakit kepala migren

Minimal dua serangan yang memenuhi kriteria A sampai D:

A. Aura didapati minimal salah satu yang berikut namun tidak ada kelemahan motor: a. Gejala visual sepenuhnya berulang positif (misalnya: cahaya yang berkedip, bintik-

bintik, garis) dan/atau gambaran negatif (misalnya: hilang pandangan)

b. Gejala sensoris yang sepenuhnya berulang positif (misalnya: peniti dan jarum) dan/atau gambaran negatif (misalnya: kelumpuhan)

c. Gangguan percakapan disphasik yang bisa berulang B. Minimal dua dari yang berikut:

a. Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris unilateral

b. Minimal satu gejala aura berkembang secara bertahap lebih > 5 menit dan/atau gejala aura yang berbeda terjadi secara berurutan selama lebih > 5 menit

c. Setiap gejala timbul > 5 menit dan < 60 menit

C. Sakit kepala yang memenuhi kriteria A sampai D untuk migren tanpa aura dimulai selama aura atau setelah aura dalam waktu 60 menit

D. Tidak berhubungan dengan gangguan lain *variasi migren tanpa aura pada anak:

- Serangan bisa berlangsung 1 sampai 72 jam

- Nyeri pada umumnya bilateral pada anak usia muda, pola nyeri bersifat unilateral pada usia dewasa biasanya mulai awal remaja atau akhir remaja

- Nyeri biasanya di frontotemporal; sakit kepala pada bagian ocipital pada anak, baik uniilateral maupu bilateral, jarang disangkakan ada luka struktural

- Fotofobia dan fonofobia bisa dijumpai pada remaja non-verbal melalui pengamatan perilakunya, seperti menutup mata atau telinga, atau mencari ruangan gelap dan/atau yang nyaman.

(23)

6

2.2. Patofisiologi Migren

Pemicu kimia dapat menstimulasi neuroreseptor yang mengakibatkan

pelepasan neurotransmiter. Neurotransmiter dapat mempengaruhi langsung

terhadap neuron pada jalur migren trigeminovaskular sehingga melepaskan

substance P (SP), calcitonin gene-related peptide (CGRP) dan neurokinin

yang di aktifkan dari berbagai pencetus.8,10,11 Patogenesis migren ini dapat

dilihat pada Gambar 2.1.8 Substance P berhubungan dengan vasodilatasi,

degranulasi mast cell, peningkatan permeabilitas dan edema meningeal.

Secara bersamaan terjadi pembentukan fenomena yang disebut peradangan

neurogenik. Aktivitas ganglia trigeminal yang berlebihan dan peradangan

pada neurovaskular dari meningeal menyebabkan serangan migren.8,10,11

Hubungan aura dan komponen serangan migren merupakan dasar

mekanisme aksi potensial terhadap diet pencetus. Fase primer adalah

neuronal dengan depolarisasi neuron kortikal dan sensitisasi ganglia saraf

trigeminal. Fase sekunder merupakan vasokonstriksi, vasodilatasi dan

peradangan vaskular yang diperantarai oleh neurotransmiter kimia khususnya

reseptor serotonin.2,10,11 Adanya hubungan migren dengan vasokonstriksi

arteri intrakranial pada awal, yang menimbulkan aliran darah menurun ke

korteks visual, kemudian diikuti periode vasodilatasi ekstrakranial.2,8 Bagian

terdekat dengan inervasi trigeminal dari pembuluh serebral, duramater dan

kulit kepala menunjukan lokasi dari serangan migren.2,8,11

(24)

7

Pencetus diet mempengaruhi patofisiologi fase proses serangan

migren dengan terjadinya pelepasan serotonin dan norepinefrin. Hal ini

mengakibatkan vasokonstriksi atau vasodilatasi maupun dengan stimulasi

langsung ganglia trigeminal, talamus, batang otak dan jalur neuronal

korteks.2,10 Mekanisme potensial dan mediator kimia dari pemicu ini

mengakibatkan beberapa reaksi. Reaksi tersebut yaitu pelepasan

norepineprin yang diperantarai oleh tyramin dan phenylethylamine, pelepasan

nitritoksida oleh nitrat dan nitrit serta pengaruh histamin dan reseptor

glutamat oleh histamin dan MSG. Pemicu kimia ini menstimulasi

neuroreseptor mengakibatkan pelepasan neurotransmiter atau pengaruh

langsung terhadap neuron dalam jalur migren trigeminovaskular.2,11

Gambar 2.1. Neuron trigeminovaskular yang respon terhadap berbagai pemicu mengakibatkan

pelepasan substan P (SP) dan calcitonin gene-related peptide (CGRP) yang menyebabkan vasodilatasi, perubahan permeabilitas vaskular dan edema pada meningeal. Pelepasan trigeminal yang berlebihan seperti pada aktivitas yang berbeda dari biasanya, dimana struktur anatomi yang terlibat menyebabkan respon nyeri pada migren 8

(25)

8

2.3. Diet Pemicu dan Mekanisme Migren

Selain dari makanan dan minuman tertentu, hal lain yang merupakan faktor

yang diketahui sebagai pencetus serangan migren adalah stres, kelelahan,

kurang tidur, lampu yang terlalu terang, trauma kepala, infeksi, menstruasi

dan kontrasepsi.2,12 Anak dan remaja, sering menghubungkan sakit kepala

dengan stres. Pengamatan tentang peranan diet pada migren merupakan hal

yang kompleks, oleh karena berbagai macam pencetus dan faktor tertentu

bisa mengubah ambang nyeri seseorang.11-13

Pada hasil penelitian yang berbasis klinis, prevalensi pencetus

makanan didapatkan sekitar 18% sampai 30%.14 Berberapa makanan

sebagai pencetus migren yang paling umum yaitu coklat, keju, buah sitrus

dan minuman beralkohol.12 Pada penelitian terhadap 500 penderita migren

dimana yang sensitif makanan setelah menerima kuesioner, didapati coklat

(75%) sebagai pencetus, keju (48%), jeruk sangkis (30%) dan minuman

beralkohol (25%). Pada remaja yang sering mencetuskan serangan migren

adalah keju, coklat, dan jeruk sangkis.2 Suatu penelitian cross sectional

melaporkan rerata penderita migren berhubungan secara bermakna dengan

makanan sebagai pencetus serangan migren dibandingkan dengan pencetus

lain.2,15 Tabel 2.2. menunjukan daftar jenis makanan potensial yang telah

(26)

dilaporkan sebagai pencetus serangan migren dan unsur kimia yang

terkandung dalam mekanisme serangan.2,16,17 9

Tabel 2.2. Jenis kimiawi dan makanan pencetus migren 2,16,17

Makanan Pemicu Kimia Pemicu

- Keju Tiramin

- Coklat Peniletilamin,theobromin

- Buah sitrus Phenolik amin, oktopamin

- Hot dog, babi, daging pengawet Nitrit, nitritoxid

- Produk susu, probiotik Alergi protein (kasein dll)*

- Lemak dan makanan goreng Linolenik and asam lamak jenuh

- Makanan bekuan, makanan ringan Monosadium glutamat

- Kopi, teh, cola Kafein, tergantungan kafein

- Makanan kaleng Tartrazin, sulfites

- Pemanis buatan Aspartam

- Minuman anggur, bir Histamin, tiramine, sulfit

- Puasa Hormon pemicu stres, hipoglikemi

* Es krim menyebabkan sakit kepala, karena efek dingin yang timbulkan sehingga terjadi refleks vasokonstriksi

Serangan migren terjadi setelah mengkonsumsi keju, dimana

kandungan tiramin yang tinggi dari keju bersama dengan konjugasi enzim

dan monoamin oksidase yang diserap dari usus ke dalam sirkulasi. Pengaruh

vasokonstriktor bisa timbul dengan pelepasan norepineprin dari ujung saraf

simpatis.17 Suatu studi klinis yang pertama melaporkan hubungan migren

dengan tiramin (125 mg) didapatkan sekitar 80% pencetusnya tiramin

sedangkan plasebo hanya 8% pada migren.18

Unsur coklat yang terlibat dalam mekanisme migren yang dipicu oleh

diet meliputi phenylethylamine, theobromine, kafein dan katekin.

Phenylethylamine merupakan biogenik amino yang dimetabolisme oleh enzim

(27)

monoamino oksidase, theobromine dan kafein merupakan methilxantin dan

katekin adalah senyawa phenolik. Kimia ini memulai reaksi terhadap nyeri

kepala dengan perubahan aliran darah serebral dan pelepasan norepinefrin

dari sel saraf simpatis.2,17 Suatu uji klinis acak tersamar ganda yang menilai

klinis migren didapati coklat sebagai pencetus serangan migren pada

remaja.19 Studi lain pada anak juga menunjukan adanya hubungan antara

coklat dengan migren yaitu dengan menghidari diet ”oligoantigenik” yang

diikuti dengan pengenalan kembali satu atau lebih jenis makanan tertentu.

Suatu penelitian dari 99 penderita migren, didapatkan 82 penderita respon

terhadap diet coklat dan 30% dari 82 penderita tidak respon terhadap

serangan migren yang dicetuskan coklat.20

10

Kafein dikonsumsi secara reguler dalam jumlah yang banyak dan

penghentian secara mendadak bisa menimbulkan migren dan juga dapat

memperberat migren. Sakit kepala dimulai 24 sampai 48 jam setelah

menghentikan kafein dan berlangsung selama 1 sampai 6 hari. Kafein yang

terkandung dalam minuman bervariasi mulai dari 150 mg dalam 5 gelas kecil

kopi, 35 mg dalam kaleng cola. Vasokonstriksi serebral selama asupan kafein

diikuti oleh vasodilatasi rebound dan aliran darah arterial yang meningkat bila

kafein dihentikan.17,21

Monosodium glutamate yang ditambahkan pada makanan khususnya

makanan harian sebagai penyedap rasa atau aroma, umumnya ditambahkan

pada makanan bekuan seperti: sop kaleng, ikan kaleng, mayones salad,

(28)

daging olahan, saus dan makanan ringan (snack). Monosodium glutamate

merupakan vasokonstriktor yang potensial di dasar pembuluh darah yang

menyebabkan timbulnya gejala. Munculnya gejala sekitar 15 sampai 60 menit

setelah mengkonsumsi MSG sewaktu perut kosong.2,17,22

11

Suatu penelitian di Amerika Serikat yang berjudul ”Teen Tipplers”

melaporkan anak yang berusia 12 sampai 17 tahun didapati 25%

mengkonsumsi alkohol yang menyebabkan serangan migren seperti anggur,

bir atau minuman keras lainnya.2 Pada anak dan remaja yang mengalami

migren berulang dimana alkohol merupakan penyebab yang potensial.

Alkohol menyebabkan sakit kepala dengan berbagai mekanisme: tiramin

melepasan norepinephrin, histamin melepaskan nitritoksid dari endotelium

vaskular dan flavonoid dengan melepaskan serotonin dari platelet.23

Makanan berlemak terutama asam linoleik dan asam oleik juga

melibatkan mekanisme serangan migren. Peningkatan yang signifikan pada

tingkat asam lemak bebas dalam darah dan lipid darah terjadi secara

simultan dengan agregabilitas platelet, penurunan serotonin dari platelet

dengan pengaruh yang bervariasi terhadap pembuluh darah serebral

khususnya vasodilatasi.2,17

Es krim ataupun makanan bekuan lainnya, bisa menyebabkan

serangan migren. Nyeri bisa terlokalisir di dahi ataupun di belakang mata.

Masuknya stimulus dingin dari mulut ataupun kerongkongan bisa

mengakibatkan refleks penyempitan pembuluh darah sekitar kepala yang

(29)

menimbulkan terjadinya nyeri kepala pada individu yang mengalami

migren.2,17,24 Beberapa jenis makanan dan minuman sebagai pencetus

migren yang harus dihindari serta alternatif makanan dan minuman yang

relatif aman (Tabel 2.3). 2,17

12

Tabel 2.3. Diet pencetus dan alternatif yang aman untuk penderita yang sensitif terhadap

migren 2,17

Makanan yang dibatasi atau hindari Pilihan makanan yang aman

Susu : keju olahan atau murni,susu kental, Keju rendah lemak, susu rendah

es krim lemak.

Roti : sourdough, roti gandum Jenis nasi, kentang, pasta

Daging : daging siap saji atau kaleng, Daging lembu, ayam, ikan hot dog, daging goreng, sosis

Sayuran : buncis, arcis, tomat, kacang polong Brokoli, kol, bunga kol

buah zaitun

Sop : sop kaleng, sop dengan MSG Sop buatan sendiri, air daging

Buah : sitrus, ara, buah frambus Pisang, apel

Makanan penutup : coklat, permen hitam Serbat, kue, agar-agar

Snack : makan malam, pizza, kacang, selai, Permen keras, jeli, sele, madu saus kecap, keripik

Minuman : anggur merah, bir, sulfites, aspartan, Jus, cola tanpa kafein, gula,

kafein yang berlebihan kopi tanpa kafein

Penelitian uji klinis acak tersamar ganda skala besar melaporkan

bahwa diet penghindaran makanan terhadap 88 remaja yang sering migren

diobati dengan diet oligoantigenik (rendah lemak) serta menghindari

makanan tertentu, didapatkan 52% yang respon dan bebas dari migren. Jenis

makanan yang dimakan oleh penderita migren sebaiknya terbuat dari daging

(domba ataupun ayam), tepung (kentang atau beras), buah-buahan (pisang,

pear atau apel), sayuran (brokoli, bunga kol), air mineral dan suplemen

vitamin.17,25

(30)

Sebelum menghindari makanan tertentu yang dapat mencetus migren,

terlebih dahulu memperhatikan dan mengidentifikasi jenis makanan yang

dimakan sebelum tejadi serangan migren. Pengaturan diet yang seimbang

sangat penting dengan menghindari jenis makanan tertentu serta puasa juga

diperlukan untuk mencegah serangan migren. Pencegahan sakit kepala yang

efektif adalah dengan menghindari faktor pencetus dari pada pemberian

pengobatan profilaksis jangka panjang dengan risiko mendapatkan efek

samping yang buruk.2

13

(31)
(32)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian cross sectional digunakan untuk mengetahui hubungan

makanan terhadap migren pada remaja

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Penelitian dilakukan di SLTP dan SLTA Darusallam Kotamadya Medan

Propinsi Sumatera Utara

3.2.2. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai September 2009

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target adalah remaja yang mengalami serangan migren yang

ditetapkan berdasarkan anamnesis yang mendasarinya. Populasi terjangkau

adalah populasi target yang berusia 13 tahun sampai 18 tahun di SLTP dan

SLTA di Kotamadya Medan Propinsi Sumatera Utara. Sampel adalah

populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

3.4. Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel tunggal

untuk uji hipotesis estimasi proporsi suatu populasi, yaitu:26

(33)

15 n = Zα2PQ

d2

n = jumlah subjek

Zα = deviat baku normal untuk α = 1,96

P = proporsi = 16% = 0,161

Q = 1 - P = 1 - 0,16 = 0,84

d = perbedaan hasil yang diamati = 10% = 0,1

Dengan menggunakan rumus di atas maka didapat jumlah sampel sebanyak

52 orang

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi

3.5.1.1. Anak usia 13 sampai 18 tahun

3.5.1.2. Memenuhi kriteria migren sesuai Internasional Headache

Society (IHS)

3.5.1.3. Bersedia mengisi kuesioner secara lengkap

3.5.1.4. Mendapat izin orang tua secara tertulis

3.5.2. Kriteria Eksklusi

3.5.2.1. Nyeri kepala kronik setiap hari

3.5.2.1. Terdapat gangguan medis (sinusitis, polip hidung, ISPA,

(34)

OMSK), neurologi (epilepsi)

17

3.6. Persetujuan (Informed Consent)

Semua subjek penelitian diminta persetujuan dari orang tua setelah

dilakukan penjelasan terlebih dahulu mengenai kondisi penyakit yang dialami

dan efek yang ditimbulkan dapat mempengaruhi kegiatan sehari-hari,

kepribadian, hubungan interpersonal serta kehadiran disekolah, bila tidak

dihindari dimana faktor pencetusnya berupa makanan tertentu sangat

berhubungan dengan pencetus migren

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 3.8.1. Cara kerja

3.8.1.1. Data dasar diperoleh dari wawancara dan kuesioner

3.8.1.2. Pasien yang memenuhi kriteria diagnostik migren dilakukan

pemeriksaan fisik dan neurologis untuk menyingkirkan kriteria

eksklusi. Pemeriksaan ini dilakukan oleh peneliti dan dokter

spesialis konsultan neurologi anak yang sudah diberi

(35)

penjelasan (informed consent) sebelumnya dan bersedia

mengisi kuesioner

3.8.1.3. Setiap anak diberi kuesioner mengenai jenis makanan yang

dapat mencetuskan migren.

18

3.8.1.4. Peneliti dan dokter spesialis neurologi anak menilai faktor

makanan yang dapat mencetuskan serangan migren

3.8.1.5. Data dimasukkan dalam tabel dan kemudian dianalisis lebih

lanjut

3.8.2. Pengolahan dan analisis data

Alur penelitian:

Pelajar SLTP/SLTA berusia 13-18 tahun

Kriteria international headache society diagnostic criteria for migraine headaches

Pemeriksaan fisik

Kuesioner

Penilaian:

- Faktor makanan - Bukan faktor makanan

(36)

Gambar 3.1. Alur penelitian

19

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Jenis makanan nominal dikotom

- Pencetus migren

- Bukan pencetus migren

Variabel tergantung Skala Migren nominal

3.10. Definisi Operasional

3.10.1. Remaja adalah anak yang telah mencapai umur 13 sampai 18

tahun untuk anak perempuan dan 13 sampai 20 tahun untuk

anak laki-laki.2

3.10.1. Makanan tertentu atau makanan pemicu serangan migren

adalah keju, coklat, jeruk sangkis, snack, seafood, daging

pengawet, produk susu, es krim, kopi, teh, minuman cola,

(37)

pemanis buatan, minuman anggur, alkohol, makanan dan

minuman ringan.2

3.10.3. Nyeri kepala migren adalah suatu sindroma neurovaskular

dengan karakteristik berupa serangan sakit kepala berulang

yang berhubungan dengan fotofobia, mual dan muntah.9

3.10.4. Fonofobia adalah takut pada suara-suara tertentu.3

3.10.5. Fotofobia adalah kepekaan abnormal terhadap cahaya.3 20

3.10.6. Aura adalah perasaan atau gejala neurologik fokal yang

mendahului serangan migren.10

3.10.7. Aura visual adalah berupa fotopsia (sensasi kilatan cahaya)

atau skotoma (hilangnya sebagian lapangan pandangan).

Paling khas pada migren ialah teichopsia (suatu sensasi

penglihatan berupa pola-pola geometrik yang dimulai/muncul

dari titik fiksasi pandangan, kemudian menyebar ke seluruh

lapangan pandangan dengan pola zig-zag atau berkilat) atau

cahaya berwarna yang berkelap-kelip (scintillating).7,9

3.10.8. Aura sensoris adalah dialami sebagai parestesia (kesemutan)

lengan dan wajah.7,9

3.10.9. Sinusitis adalah adanya pembengkakan di pipi sampai kelopak

mata bawah yang berwarna kemerah-merahan yang

menunjukkan sinusitis maksila.3

(38)

3.10.10. Polip hidung adalah masa yang lunak, berwarna putih atau

kebiruan yang terdapat di dalam rongga hidung.3

3.10.11. ISPA adalah hidung tersumbat, sputum berlebihan dan rabas

hidung (pilek).3

3.10.12. OMSK adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan adanya

perforasi membran timpani dan sekret yang keluar di liang

telinga luar terus menerus atau hilang timbul.3

21

3.10.11. Epilepsi adalah anamnesis di dapatkan adanya riwayat

kejang-kejang dengan berbuih mulut dan setelah itu sadar.4

3.11. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan

program komputer (SPSS for Windows 15.0, Microsoft Excell tahun 2003).

Untuk mengetahui hubungan makanan terhadap migren digunakan uji kai

kuadrat. Interval kepercayaan (IK) yang digunakan adalah 95% dan batas

kemaknaan P < 0.05.

(39)

BAB 4. HASIL

Dilakukan skrining untuk mencari penderita migren pada 2 sekolah, yaitu

SLTP dan SLTA Darusallam di Medan, Sumatera Utara. Dari 200 remaja

yang diskrining, terdapat 150 remaja dengan nyeri kepala berulang; 100

remaja yang menderita migren sesuai kriteria HIS, namun hanya 90 orang

yang bersedia mengikuti penelitian. 5 orang menolak ikut penelitian, 1 orang

menderita sinusitis, 4 orang menderita ISPA. Setiap remaja penderita migren

diberi kuesioner tentang jenis makanan yang dapat mencetuskan migren.

Seluruh sampel penelitian mengisi kuesioner penelitian secara lengkap. Profil

penelitian terlihat pada Gambar 4.1.

Pelajar SLTP/SLTA (N=200)

150 orang nyeri kepala berulang

100 orang migren sesuai kriteria IHS

5 orang menolak ikut penelitian 1 orang sinusitis

4 orang ISPA

90 orang

Kuesioner

- Faktor makanan - Bukan faktor makanan

Gambar 4.1. Profil penelitian

22

(40)

23

Tabel 4.1 dari karakteristik sampel penelitian memperlihatkan rentang

umur 13 sampai 13.9 tahun merupakan kelompok yang terbanyak mengalami

serangan migren yaitu 35 orang (38.9%). Sedangkan yang paling sedikit

pada usia di atas 15 tahun sebanyak 2 orang (2.2%). Wanita lebih banyak

mengalami migren sebanyak 55 orang (61.1%) dibanding pria 35 orang

(38.9%). Berat badan rerata 38.5 kg, tinggi badan rerata 153.4 cm.

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian

Tabel 4.2 menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada hubungan

makanan terhadap serangan migren (68% vs 31.1%; P = 0.045) dan riwayat

keluarga menderita migren (55.6% vs 44.4%; P = 0.043). Pada faktor

pencetus migren yang lain seperti stres, menstruasi, dan tidak tahan cahaya

ataupun suara (lingkungan) tidak dijumpai hubungan yang bermakna.

(41)

24

Tabel 4.2. Faktor sekunder pencetus migren

Faktor sekunder

Tabel 4.3 menunjukkan jenis makanan pencetus migren. Makanan

terbanyak mencetuskan migren adalah saus dan diikuti oleh jenis makanan

lain.

(42)

25

Tabel 4.3. Jenis makanan pencetus migren

(43)

BAB 5. PEMBAHASAN

Anak yang menderita migren adalah suatu masalah yang sering menarik

perhatian.28 Hanya sedikit informasi mengenai terapi preventif serangan

migren pada anak dan remaja.2,28 Langkah pertama untuk mencari penderita

migren adalah dengan melakukan skrining, karena sekitar 50% anak dan

keluarga penderita migren yang datang ke unit gawat darurat ataupun ke

dokter untuk berobat.7,29 Suatu skrining prevalensi anak sekolah usia 3

sampai 7 tahun mendapatkan migren 1.2% sampai 3.2% lebih banyak wanita,

usia 7 sampai 11 tahun (4% sampai 11%) pria sama dengan wanita,

sedangkan usia 15 tahun (8% sampai 23%) wanita lebih banyak dari pria.6

Prevalensi migren pada remaja tiga kali lipat pada wanita dibanding

pria, sedangkan pada anak prevalensi wanita sama dengan pria. Hal ini

disebabkan karena wanita sangat berhubungan dengan faktor hormonal,

ketidaksesuaian pada masa pubertas ketika wanita mulai menstruasi oleh

karena hormonal yang naik turun tidak stabil.30

Diperkirakan penderita migren pada anak 3% sampai 7% dan sekitar

16% anak yang berobat ke dokter dengan keluhan nyeri kepala sebelah.

Pada penelitian lain dikatakan usia 6 tahun sekitar 25% anak penderita

migren, usia 6 sampai 10 tahun sekitar 60%. Semakin muda usia terjadi

serangan migren semakin sulit mengevaluasi gejala klinis. Anak pria lebih

sering pada usia 11 sampai 14 tahun sedangkan anak wanita mencapai

26

(44)

27

puncak pada usia di atas 12 tahun.31 Penelitian di Amerika Serikat tentang

hubungan usia dengan migren mendapatkan tidak ada perbedaan yang

signifikan pada usia dengan jenis kelamin.32

Pada penelitian kami mendapatkan usia puncak terbanyak yaitu

remaja berusia 13 sampai 13.9 tahun (38.8%). Prevalensi yang mengalami

migren pada remaja wanita lebih besar (61.1%) dibandingkan dengan remaja

pria (38.9%).

Penyebab migren secara umum tidak diketahui, dan hanya sedikit

diketahui faktor risiko timbulnya migren pada anak, namun faktor genetik dan

faktor diet diduga cukup berperan. Beberapa faktor yang dapat mencetuskan

serangan migren pada anak dan remaja penderita migren termasuk

menstruasi pada wanita, stres, lingkungan dan faktor diet seperti coklat, kopi

dan lain-lain.33,34 Penelitian secara klinis mendapatkan faktor pencetus

makanan sering terjadi pada penderita migren.35

Faktor pencetus migren umumnya pada wanita disebabkan oleh

menstruasi. Persentase wanita migren yang berhubungan dengan menstruasi

lebih dari 60% dan telah dicoba terapi migren dengan menggunakan

bermacam obat hormonal, ternyata tidak berhasil.36 Penelitian di Brazil dari

200 penderita migren, terdapat 53% disebabkan faktor hormonal selama

premenstruasi yang merupakan faktor tersering sebagai pencetus migren.

Penelitian lain menyatakan bahwa faktor hormonal wanita berperan penting

sebagai pencetus migren yaitu selama premenstruasi (26%) dan menstruasi

(45)

28

(24.5%).37 Berbeda dengan penelitian di atas, penelitian kami mendapatkan

bahwa menstruasi bukan pencetus migren (P = 0.996; Tabel 4.2).

Standar klinis yang dianjurkan untuk terapi penderita serangan migren

berulang yaitu dengan cara menghindari faktor pencetus sakit kepala.38,39

Ada dua cara yang harus dihindari yaitu: pertama berdasarkan data empiris

dari beberapa literatur yang dianjurkan, kedua membuat strategi untuk

menghindari sakit kepala berulang, stres dan ketakutan.38 Penelitian lain

mendapatkan, umumnya stres pada remaja dapat mencetuskan migren.

Stres pada masa anak dan remaja biasanya disebabkan oleh salah satu

faktor berikut: konflik keluarga, ketakutan, diejek teman, sering dimarahi dan

problem pelajaran sekolah.40

Penelitian di Austria mendapatkan, umumnya faktor pencetus pada

penderita migren yaitu pengaruh lingkungan atau cuaca (82.5%), stres

(66.7%) dan relaksasi setelah stres (50%). Sebagian besar faktor pencetus

umumnya menyebabkan migren namun tidak bersifat menetap.35 Penelitian

di Brazil didapati kedua faktor pencetus migren yang signifikan terhadap

faktor lingkungan (68%) dan faktor stres (65%).37 Penelitian di London dari

lima faktor pencetus migren secara umum yang diteliti yaitu makanan,

alkohol, stres, kelelahan dan lingkungan (visual trigger) didapati hasil yang

signifikan pada rangsangan visual yang berhubungan dengan lingkungan

terhadap migren.41 Berbeda dengan penelitian tersebut diatas, pada

(46)

29

penelitian kami mendapatkan bahwa stres dan lingkungan keduanya bukan

faktor pencetus migren (masing-masing P = 0.164 dan P = 0.577; Tabel 4.2).

Faktor hormonal dan genetik juga memegang peranan sebagai

pencetus migren.37 Sebuah penelitian di Amerika Serikat tentang faktor

pencetus atau penyebab serangan migren didapatkan adanya perbedaan

yang bermakna pada penderita migren yang mempunyai riwayat keluarga

sebesar 67% sampai 100% (P = 0.001).42 Pada penelitian kami didapatkan

hasil yang sama yaitu terdapat hubungan yang bermakna pada penderita

migren yang mempunyai riwayat keluarga menderita migren (P = 0.043).

Suatu clinical double-blind, randomised, cross-over trial yang pertama

kali di Turki didapati penurunan yang signifikan secara statistik jumlah

serangan migren berdasarkan pembatasan diet yang merupakan strategi

yang efektif dalam mengurangi frekuensi serangan migren.43 Meskipun

terdapat berbagai macam obat pencegahan untuk serangan migren, namun

banyak penderita yang tidak menunjukkan perbaikan klinis yang signifikan

baik dari frekuensi maupun beratnya serangan migren kecuali dengan

perubahan atau modifikasi gaya hidup.44 Penelitian kami mendapatkan hasil

yang sama seperti tersebut di atas dimana dijumpai makanan berhubungan

bermakna terhadap seranga migren pada remaja (P = 0.045).

Beberapa tahun ini banyak penelitian tentang hubungan makanan

terhadap pencetus migren. Masih sedikit dokter yang menganjurkan untuk

menghindari jenis makanan pencetus migren. Penderita migren biasanya

(47)

30

dianjurkan untuk mencatat jenis makanan yang dimakan dalam waktu 24 jam

sebelum serangan migren. Sebagian besar penderita migren tidak

mempunyai catatan jenis makanan yang dapat mencetuskan migren.36 Bagi

penderita yang mempunyai catatan harian jenis makanan yang dimakan,

mereka akan menghindari makanan tersebut dan hasilnya dapat mengurangi

frekuensi dan tingkat keparahan serangan migren.36,45 Upaya terkini untuk

mengidentifikasi zat kimia tertentu yang terkandung dalam makanan yang

mungkin sebagai pemicu migren masih kontroversi.36

Diperkirakan 20% penderita migren sensitif terhadap jenis makanan

tertentu. Makanan yang mengandung amina vasoaktif seperti tyramine dan

fenilalanin dapat mencetuskan migren.45 Makanan yang sensitif sering

dikonsumsi remaja yang umum mencetuskan migren seperti keju, anggur

merah, bir, coklat, dan yakult, produk susu, kopi, teh, minuman cola, pemanis

buatan, makanan siap saji. Bahan tambahan pada makanan sebagai

penyedap rasa seperti monosodium glutamat, aspartam, dan natrium nitrat

juga sebagai pencetus migren.45,46

Hubungan makanan terhadap pencetus serangan migren masih

kontroversi. Faktor pencetus makanan dapat diidentifikasi sebesar 10%

sampai 30% penderita migren pada remaja yang sesuai dengan jenis

makanan pencetus. Pendekatan yang dilakukan dengan memberi daftar

makanan tradisional maupun modern sebagai pencetus serangan migren.

Penderita kemudian disarankan untuk menandai salah satu daftar jenis

(48)

31

makanan pencetus migren. Dalam proses pengatur gaya hidup, maka

diperlukan pembuatan daftar makan yang teratur.40 Penelitian lain

melaporkan bahwa bila tidak menghindari faktor makanan sebagai pencetus

migren maka akan mengalami serangan migren yang lebih berat.40,47

Studi lain yang mendukung penelitian migren berpendapat bahwa

migren bertambah berat bila tidak menghidari faktor pencetus makanan. Dari

60 pasien migren, yang menghindari faktor pencetus makanan selama lima

hari didapati hasil selama lima hari juga tidak mengalami serangan migren.

Jenis makanan tersering pencetus migren yaitu: gandum (78%), jeruk (65%),

telur (45%), teh (40%), kopi (40%), coklat (37%), susu (37%), daging sapi

(35%), jagung (33%), tebu (33%), ragi (33%), jamur (30%), dan kacang

(28%). Ketika menghidari makanan tersebut pasien tidak mengalami

serangan migren.47 Para peneliti di Israel meneliti pelajar usia 6 sampai 18

tahun panderita migren yang mengkonsumsi kafein. Setelah menghindari

kafein didapati 33 penderita bebas migren dari 36 pasien yang dievaluasi.40

Suatu studi provokasi double blind dengan mengunakan coklat

sebagai pencetus migren dan carob sebagai plasebo, didapati perbedaan

yang bermakna antara coklat sebagai pencetus migren dengan plasebo.

Percobaan ini dilakukan selama dua minggu masa pembatasan bahan

makanan yang mengandung vasoaktif amine, hasilnya coklat lebih cenderung

mencetuskan migren.48 Suatu analisis didapatkan MSG yang dapat

mencetuskan migren bila mengkonsumsi lebih dari 2,5 gr MSG. Tingginya

(49)

32

pengunaan MSG dalam masakan tidak merubah asupan makanan yang di

konsumsi seseorang, bahkan menyatakan makin istimewa rasa masakan

tersebut.46

Penelitian kami mendapatkan hasil jenis makanan pencetus migren

mulai frekuensi tertinggi sampai terendah dari 20 jenis makanan dimana saus

(75%), es krim (71%), susu (67.7%), mie instan (67.7%), coklat (61.3%),

kacang tanah (59.7%), seafood (58%), minuman kaleng (54.8%), bakso

(54.8%), keju (54.8%), pizza (54.8%), minuman fermentasi (54.8%), minuman

cola (53.2%), donat (53.2%), anggur (51.6%), snack (50%), daging kambing

(48.4%), sosis (48.4%), penyedap (48.4%), pemanis buatan (43.5%).

Penghindaran bertujuan untuk mengurangi terjadinya serangan migren

dengan menurunkan agregasi platelet dan mencegah pelepasan

neurotransmiter vasoaktif dengan menghindari faktor pencetus dari

makanan.45 Identifikasi makanan pencetus dengan bantuan catatan harian

makanan adalah cara yang murah dan aman untuk mengurangi atau

mencegah serangan migren.44

(50)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dijumpai hubungan yang bermakna antara makanan dan migren pada

remaja. Penelitian ini juga mendapatkan hubungan yang bermakna antara

riwayat keluarga menderita migren dan migren pada remaja.

6.2. Saran

Remaja dengan migren hendaknya tidak mengkonsumsi jenis makanan

pencetus migren dan lebih baik mengkonsumsi makanan yang berserat

tinggi. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan terapi

farmakologi sebagai terapi preventif serangan migren dengan terapi

nonfarmakologi yaitu penghindaran faktor pencetus migren, salah satunya

diet pencetus migren.

33

(51)

BAB 7. RINGKASAN

Migren merupakan suatu masalah yang sering dijumpai pada masyarakat

umum khususnya pada remaja dan biasanya bersifat kronik serta berulang.

Setiap sakit kepala sangat penting dihubungkan dengan diet sebagai faktor

pencetus migren. Namun masih sedikit diketahui hubungan diet dengan

migren.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan makanan

terhadap serangan migren pada remaja. Penelitian dilakukan secara cross

sectional pada bulan agustus sampai september 2009 di SLTP dan SLTA

Darussalam Kotamadya Medan, provinsi Sumatera Utara.

Populasi penelitian adalah remaja sekolah berusia antara 13 sampai

18 tahun. Penderita yang memenuhi kriteria migren sesuai dengan

International Headache Society (IHS) masuk penelitian. Terdapat 90 remaja

yang mengisi kuesioner sampai selesai dengan lengkap. Dilakukan

pemeriksaan fisik untuk menyingkirkan kriteria eksklusi. Kemudian diberikan

kuesioner tentang jenis makanan sebagai pencetus serangan migren. Untuk

mengetahui hubungan makanan terhadap migren mengunakan uji kai

kuadrat.

Hasil penelitian kami mendapatkan hubungan makanan terhadap

migren (68 vs 31.1; P = 0.045) dan hubungan riwayat keluarga menderita

migren terhadap migren (55.6 vs 44.4; P = 0.043). Faktor pencetus stres P =

34

(52)

35

0.16, menstruasi P = 0.996, pengaruh cahaya atau suara P = 0.577 tidak

berhubungan bermakna terhadap migren

Pada akhir penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan makanan

dan riwayat keluarga yang menderita migren mempunyai hubungan yang

bermakna terhadap serangan migren pada remaja.

(53)

SUMMARY

Migraine is a common problem worldwide especially among adolescent and is

usually chronic with frequent relapses. Therefore, any risk of headache

related to diet has important implication for migraineurs. However, very few

are aware of the association between migraine and diet.

The aim of this paper was to study the association between dietary factorsand adolescent migraines. We conducted a cross sectional study from August until September of 2009 in the Darussalam senior high school Medan, North Sumatera.

The population group that was studied were teenage adolescents

between 13 until 18 years old. Patients that fit the criteria for migraine based

on the International Headache Society (IHS) were used in this study. There were a total of 90 adolescents who filled in the questionnaire through to its completion. Physical examinations were performed to remove any exclusion criteria. Patients were then presented with a questionnaire about types of

food that could trigger migraine attacks. Chi square test was used in this

study.

We found a significant association on migraine triggered by foods (68

vs 31.1; P = 0.045) and family history of migraine (55.6 vs 44.4 P = 0.043).

Stress (P = 0.164),menstruation (P = 0.996), sound or light (P = 0.577) have

no significant association with migraine

36

(54)

37

We concluded that food and family history of migraine had a significant association with the occurence of migraine in adolescent.

(55)

DAFTAR PUSTAKA

1. Lewis. D, Ashwal.S.hershey.A, Hirtz.D, Yonker.M, Silberstein.S. Practice parameter: pharmacological treatment of migraine headache in children and adolescents. Neurology.2004;63:2215-24

2. Millichap JG and Yee MM. The diet factor in pediatric and adolescent migrene. Pediatr Neurol.2003;28:9-15

3. Haslam RH. Headache. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders.2004.h.2012-4

4. Lazuardi S. Nyeri kepala pada anak dan remaja. Dalam: Soetomenggolo TS, Ismael S, penyunting. Buku ajar neurologi anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit IDAI.2000.h.78-86

5. Rees T, Watson D, Lipscombe S, Speight H, Cousins P, Hardman G. A prospective audit of food intlerance among migraine patients in primary care clinical practice. Headache Care.2005;2:11-4

6. Lewis, DW. Pediatric migraine. Pediatrics in Review.2007;28:42-52

7. Gunner K B, Smith HD. Practice guideline for diagnosis and management of migraine headaches in children and adolescent: part one. J Pediatrics Health Care.2007;21:327-32

8. Bianchi A, Salomone S, Caraci F, Pizza V, Bernardini, Colucci CD. Role of magnesium, coenzyme Q10, riboflavin and vitamin B12 in migraine prophylaxis. Vitamins and Hormones.2004;69:297-312

9. Millichap JG. Practice guidelines for management of migraine in children and adolescents. AAP Grand Rounds.2005;13:40-1

10. Cady R. Pathophysiology of migraine. The Pain Praktioner.2007;17:6-10 11. Mathew NT. Pathophysiology, epidemiology and impact of migraine.

Clinical Cornerstone.2001;4:1-17

12. Yonker M. Abotive therapy for migraine. Dalam: Maria Bl, penyunting. Current management in chid neurology. Edisi ke-3. Hamilton:BC Denker Inc.2005.h.49-52

13. Van DB, Amery WK, Waelkens J. Trigger factor in migraine: A study conducted by the belgian migraine Society. Headache.1987;27:191-6 14. Robbins L. Precipitating factors in migraine: a retrospective review of

494 patients. Headache.1994;34:214-6

15. Savi l, Raineroi, Valfre W, Gentile S, Giudice LR, Pinessi L. Food and headache attacks. A comparioson of patients with migraine and tension-type headache. Panminerva Med.2002;44:27-31

16. Leira R, Rodriguez R. Diet and migraine. Rev Neurol.1996;24:534-8 17. Millichap JG. The role of diet in migraine headaches. Pediatric

Neurolagist. 2004; 27:1-9

38

(56)

39

18. Hanington E. The role of tyramine in the etiology of migraine and related studies on the cerebral and extracerebral circulation. Headache.1986;8:84-97

19. Gibb CM, Davies PT, Glover V, Clifford Rose F, Sandler M. Chocolate is a migraine-provoking agent. Cephalalgia.1991;11:93-5

20. Eegger J, Carter CM, Soothill JF, Wilson J. Oligoantigenic diet treatment of chilldren with epilepsy and migraine. J Pediatr.1989;114:51-8

21. Fact sheet. Migraine triggers. The migraine trust. Diunduh dari:

www.migrainetrust.org. Diakses Juli 2009

22. Fist aid and emergencies. Migraine headache in chlidren treatment. Diunduh dari: www.eMedicineHealth.com. Diakses Juli 2009

23. Peatfield RC. Relationships between food, wine and beer-precipitated migrainous headache. Headache.1995;35:355-7

24. Bird Nigel, Macgregor A, Wilkinson MIR. Ice cream headache-site, duration, and relationship to migraine. Headache.1991;32:35-8

25. Galland leo, McEween LM. A role for food intolerance in childhood migraine. Diunduh dari: www.mdheal.org./childhoo.htm. Diakses juli 2009

26. Madiyono S, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Pururwanto H. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto.2008.h.310-330

27. Nancy pardede. Masa remaja Dalam: Narendra MB, Sularyo TS, soetjiningsih, Suyitno H, Ranuh G N, penyunting. Tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi ke-1. Jakarta: Sagung Seto.2002.h.139-70 28. Gilroy MD. Headache. Dalam: Gilroy MD, penyunting. Basic Neurology.

Edisi ke 3. Michigan: McGraw-Hill Companies.2000.h.943-64

29. Tozer BS, Boatwright EA, David PS, Verma DP, Blair JE, Mayer AP et al. Prevention of migraine in women throughout the life span. Mayo Clin Proc.2006;81(8):1086-92

30. Bren Linda. Managing migraines. Diunduh dari:

www.migraines.org/vpr1/FDAConsumer. Diakses juni 2010

31. Thomson. Diseasedex emergency medicine migraine headache. Diunduh dari: www.micromedex.com/dsdxemergmigraine. Diakses juni 2010

32. Kelman L. Migraine changes with age: impact on migraine classification. Headache.2006;46:1161-71

33. Goadsby PJ, Lipton RB, Ferrari MD.Migraine-current understanding and treatment. N Engl J Med.2002;346:257-61

34. Rossi LN, Cortinovis I, Menegazzo L, Brunelli G, Bossi A, Macchi M. Classification criteria and distinction between migraine and tension-type headache in children. Dev Med & Child Neurol.2001;43:45-51

(57)

40

35. Wober C, Holzhammer J, Zeitlhofer J, Wessely P. Trigger factors of migraine and tension-type headache: experience and knowledge of the patients. J Headache Pain.2006;7:188-95

36. Kunkel RS. Clinical manifestations of migraine. Medical Inc.2001;4:18-25

37. Fukui PT, Goncalves TRT, Stabelli CG, Lucchino NMF, Matos FC, Santos JPM, dkk. Trigger factor in migraine patients. Arq Neuropsiquiatr.2008; 66: 494-9

38. Martin PR. Managing headache triggers: think ′coping′ not ′avoidance′. Cephalalgia.2010;30:634-7

39. Martin PR, Macleod C. Behavioral management of headache triggers: avoidance of triggers is an inadequate strategy. Clin Psychol Rev. 2009;29:483-95

40. Lewis DW. Preventive therapi for migraine. Curr Management in child Neurology.2005;3:53-7

41. Harle DE, Shepherd AJ, Evans BJW. Visual stimuli are common trigger of migraine and are associated with pattern glare. Headache.2006;46:1431-40

42. Kelman L. The triggers or precipitants of the acute migraine attack. Cephalalgia.2007;27:394-402

43. Alpay K, Ertas M, Orhan EK, Ustay DK, Lieners, Baykan B. Diet restriction in migraine, based on IgG against foods: a clinical double-blind, randomised, cross-over trial. Cephalalgia.2010;10:1177-85

44. Edelsten SC, Mauskop. Food and supplement in the management of migraine headache. ClinJ Pain.2009;25:446-52

45. Loj J, Solomon GD. Migraine prophylaxis: who, why, and how. Cleveland Clinic J of Medicine.2006;73:793-816

46. Taylor FR. Lifestyle changes, dietary restrictions, and nutraceuticals in migraine prevention. Techniques in Regional anesthesia and Pain Management.2009;13:28-36

47. Sinclair S. Migraine headaches: nutritional, botanical and other alternative approaches. Alterm Med Rev.1999;4:86-95

48. Marcus DA, Scharff L, Turk D, Gourly LM. A double-blind provocative study chocolate as a trigger of headache. Cephalalgia.1997;17:855-62

(58)

Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur : LK/PR

Pekerjaan :

Alamat : Hp:

Orang tua dari :

Telah menerima dan mengerti penjelasan dokter tentang penelitan

”Hubungan makanan terhadap migren pada remaja”. Dengan kesadaran

serta kerelaan sendiri saya bersedia menjadi peserta penelitian tersebut.

Demikianlah surat persetujuan ini saya perbuat tanpa paksaan siapapun.

Medan, ………

(59)

Lampiran 2.

Divisi Neurologi Dep. Ilmu Kesehatan Anak FKUSU-RSHAM, Medan

Kepada Yth Bapak/ Ibu ....…...

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri nama saya dokter Magda

Bouhairet, bertugas di Divisi Neorologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK

USU/RSU H. Adam Malik / RSUD dr.Pirngadi Medan. Saat ini, kami sedang

melaksanakan penelitian/surve tentang hubungan makanan tertentu terhadap

serangan sakit kepala sebelah atau yang disebut dengan migren pada

remaja. Karena nyeri kepala migren sering terjadi pada remaja serta

penyebab umum ketidak hadiran anak di sekolah. Hal ini juga berdampak

pada perkembangan emosional dan kemampuan belajar anak.

Untuk itu, kami berencana untuk mengobati anak Bapak/Ibu dengan

pengobatan pencegahan terhadap makanan tertentu sebagai pencetus

serangan sakit kepala migren. Guna meningkatkan kewaspadaan dalam

mendeteksi dini serangan migren.

Jika Bapak/Ibu bersedia maka kami mengharapkan bapak/ibu

menanda tangani lembaran persetujuan. Semua data penellitian akan

diperlakukan secara rahasia, sehingga tidak memungkinkan orang lain

mengetahui data penderita. Semua biaya penelitian akan ditanggung oleh

peneliti. Bapak/ibu dapat menghubungi kami bila ingin menanyakan masalah

kesehatan putra/putrinya atau masalah penelitian yang belum jelas melalui:

Nama : Dr. Magda Bouhairet

Alamat : Divisi Neurologi Dep. Ilmu Kesehatan Anak FKUSU

RSU H. Adam Malik. Jl. Bunga Lau No: 17 Medan.

Telp. 8365663 atau Tasbih Blok VV No: 45 Tanjung

Sari Medan.

Demikian yang dapat kami sampaikan atas perhatian Bapak/Ibu, kami

ucapkan terima kasih

(60)

Lampiran 3

Divisi Neurologi No. urut Dep. Ilmu Kesehatan Anak FKUSU-RSHAM, Medan

KUESIONER PENELITIAN

5. Urutan anak dalam keluarga :

(61)

YA TIDAK 19. Sebelum nyeri, tidak tahan cahaya terang [ ] [ ]

atau suara yang keras

20. Nyeri perut berulang [ ] [ ]

21. Nyeri membaik dengan tidur sejenak [ ] [ ]

22. Pernah berobat, dokter menyebut migren [ ] [ ]

23. Nyeri kapala sebelah 2 kali atau lebih per bulan [ ] [ ]

24. Mendapat obat migren tapi tidak sembuh [ ] [ ]

25. Mendapat obat migren lebih dari dua kali [ ] [ ]

perminggu

26. Mengalami migren disertai nyeri perut hebat [ ] [ ]

27. Mengalami migren disertai kelemahan pada [ ] [ ]

sebelah tangan atau kaki

28. Nyeri kepala setiap hari [ ] [ ]

29. Sudah pernah dirawat di rumah sakit karena [ ] [ ]

kelainan saraf atau masalah kejiwaan

30. Pernah berat badan berlebih (kegemukan) [ ] [ ]

31. Sering nyeri kepala kiri dan kanan [ ] [ ]

32. Dikeluarga ada nyeri kepala sebelah saja [ ] [ ]

33. Dicetuskan oleh stres [ ] [ ]

34. Dicetuskan oleh mestruasi [ ] [ ]

35. Dicetuskan oleh makanan [ ] [ ]

Bila jawaban YA lanjutkan dibawah ini, jika TIDAK kosongkan.

YA TIDAK

Buah-buahan:

1. Durian [ ] [ ]

(62)
(63)

21. Makanan snack (kentang, chiki, [ ] [ ] kripik, roti, dll)

Lampiran 4 : Persetujuan Komite Etik

(64)

Gambar

Gambar 2.1. Neuron trigeminovaskular yang respon terhadap berbagai pemicu mengakibatkan pelepasan menyebabkan respon nyeri pada migren berlebihan seperti pada aktivitas yang berbeda dari biasanya, dimana struktur anatomi yang terlibat vasodilatasi, perubah
Tabel 2.2. Jenis kimiawi dan makanan pencetus migren 2,16,17
Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian
Tabel  4.2. Faktor sekunder pencetus migren
+2

Referensi

Dokumen terkait

dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “ Hubungan Frekuensi Kekambuhan terhadap Perkembangan Perilaku pada Anak Penderita Asma ”.. Skripsi ini disusun sebagai

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAFTAR BAHAN MAKANAN PENUKAR TERHADAP ASUPAN MAKAN DAN KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II RAWAT INAP DI RS PKU MUHAMMADIYAH

Maka dari itu, konsumsi rokok merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya serangan stroke, dan untuk penderita stroke serangan pertama diharapkan

Sebagian besar responden penderita asma bronkial yang beresiko terhadap Faktor Makanan sebanyak 75 (78,9%) responden penderita asma bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas Olak

Penyusunan makanan bagi penderita DM mencakup karbohidrat, lemak, protein, buah-buahan, dan sayuran (Tjokroprawiro,2012).. Secara alamiah, makanan diolah dalam tubuh

Supriatmo, Sp.A(K),yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.. Munar Lubis,

Sebagian besar responden penderita asma bronkial yang beresiko terhadap Faktor Makanan sebanyak 75 (78,9%) responden penderita asma bronkial di Wilayah Kerja Puskesmas Olak

Hubungan Mengonsumsi Makanan Manis dengan Kejadian Infeksi Flour Albus Sumber : Data Primer 2022 Tabel 3 Hubungan Mengonsumsi makanan manis dengan kejadian infeksi Flour Albus