• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cystatin C sebagai parameter alternatif uji fungsi ginjal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cystatin C sebagai parameter alternatif uji fungsi ginjal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Cystatin C sebagai parameter alternatif uji fungsi ginjal

Pusparini

Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti ABSTRAK

Standar baku emas untuk glomerular filtration rate (GFR) adalah klirens inulin, tetapi klirens inulin tidak digunakan secara luas karena kesulitan teknis. Petanda yang paling sering digunakan untuk GFR adalah kreatinin serum saja atau dengan kombinasi pengumpulan urin 24 jam, tetapi petanda ini mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adanya pengaruh usia, jenis kelamin, massa otot, asupan makanan dan kesulitan pengumpulan urin 24 jam. Cystatin C adalah suatu petanda baru yang memenuhi kriteria zat yang dapat dipakai untuk petanda endogen GFR. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari parameter alternatif uji fungsi ginjal. Telah dilakukan penelitian terhadap 56 pasien gagal ginjal kronik dan 53 orang kontrol sehat terhadap kadar kreatinin serum, klirens kreatinin dan kadar cystatin C. Rata-rata usia penderita gagal ginjal kronik berkisar besarnya 64 ± 14,54 tahun, sedangkan kelompok kontrol 37,64 ± 18,72 tahun. Hasil penelitian menunjukkan kreatinin darah dan klirens kreatinin pada kelompok kontrol dipengaruhi umur, jenis kelamin dan indeks massa tubuh (IMT), sedangkan cystatin C tidak. Nilai rujukan cystatin C didapatkan sebesar 0,85 ± 0,13 mg/dL. Pada kelompok gagal ginjal kronik didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar cystatin C dengan klirens kreatinin (p = 0,000, r = 0,69). Cystatin C meningkat lebih tinggi dibandingkan kreatinin darah pada pasien dengan klirens kreatinin yang sudah rendah. Pada kelompok kontrol dijumpai klirens kreatinin yang rendah sedangkan kadar kreatinin darah dan cystatin C menunjukkan kadar normal.

Kata kunci : Cystatin C, GFR, klirens kreatinin

Cystatin C as an alternatif parameter of renal function test

ABSTRACT

The Gold standard for the evaluation of the glomerular filtration rate (GFR) is inulin clearance, but several technical difficulties were the limitation of this method. The most commonly used marker for GFR is serum creatinine alone or in conjunction with 24 hour urine collection for determination of creatinine clearance. These marker have several limitation include following : age, sex, muscle mass on endogenous creatinine production, dietary intake and the difficulties of 24 hour urine collection. The proposed of this study was to explore an alternatif parameter of renal function test. Fifty six patient with chronic renal failure and 53 control were analyzed for serum creatinine, creatinine clearance and serum cystatin C. The mean age of chronic renal failure patient was 64 ± 14.54 years and the control group 37.64 ± 18.72 years. The result showed that in control group serum creatinine and creatinine clearance were influence with age, sex and body mass index, but serum cystatin C was not. The normal value of cystatin C was 0.85 ± 0.13 mg / dL In chronic renal failure group there were significant correlation between level of cystatin C with creatinin clearance (p = 0.000, r = 0.69). The level of cystatin C increase higher than serum creatinine in patient with low clearance creatinine. In control group we were determined low creatinine clearance in patient with normal serum creatinine and cystatin C.

(2)

PENDAHULUAN

G l o m e r u l a r f i l t r a t i o n r a t e ( G F R )

merupakan indeks terbaik untuk menentukan fungsi ginjal. Penurunan GFR atau GFR yang rendah adalah indeks yang digunakan pada penyakit ginjal kronik. Pemantauan perubahan GFR dapat menggambarkan perkembangan p e n y a k i t g i n j a l . K a d a r G F R m e r u p a k a n prediktor waktu onset gagal ginjal juga dapat digunakan untuk memantau risiko komplikasi penyakit ginjal kronik.(1-3)

GFR tidak dapat diukur secara langsung. Untuk penentuan GFR seringkali digunakan senyawa eksogen seperti inulin, senyawa bertanda radioaktif (I-Iothalamate, Cr-EDTA) dan Iohexol.(2,4-6) Pengukuran inulin klirens

digunakan secara luas sebagai baku emas ( g o l d s t a n d a rd ) p e n g u k u r a n G F R .( 7 )

Pemeriksaan klirens dengan senyawa eksogen tersebut lambat, rumit, memerlukan banyak tenaga dan mahal. Beberapa metode untuk pemeriksaan klirens dengan senyawa eksogen membutuhkan pemaparan radiasi atau dapat menyebabkan reaksi alergi.(8)

Untuk mendapatkan metode yang tidak t e r l a l u r u m i t d a n l e b i h c e p a t d i g u n a k a n penanda endogen. Penanda endogen yang saat ini lazim digunakan adalah klirens kreatinin, k l i r e n s u r e u m d a n k r e a t i n i n s e r u m .( 8 , 9 )

Pengukuran kreatinin serum merupakan cara yang murah, cepat dan mudah untuk mencari informasi mengenai GFR, tetapi penanda ini m e m p u n y a i b e b e r a p a k e t e r b a t a s a n diantaranya rendahnya sensitivitas untuk mengukur kerusakan fungsi ginjal dan tidak mampu mendeteksi perubahan GFR yang cepat. Pemeriksaan fungsi ginjal dengan k l i r e n s k r e a t i n i n m e m e r l u k a n b a h a n pemeriksaan berupa serum/plasma, urin yang ditampung selama 12 jam/24 jam, ukuran

b e r a t b a d a n d a n t i n g g i b a d a n . P r o s e s penampungan urin selama 12 jam/24 jam memerlukan ketelitian dan kesabaran dari penderita. Diperlukan pengertian yang benar t e n t a n g p e n a m p u n g a n s e p e r t i u r i n y a n g terbuang atau tidak seluruhnya tertampung. Hal ini menyebabkan data tidak akurat yang b e r a k i b a t k l i r e n s k r e a t i n i n k u r a n g mencerminkan GFR yang sesungguhnya.(8,9)

Penanda endogen yang saat ini lazim digunakan tidak memenuhi profil penanda GFR yang ideal maka perlu dicari penanda baru yang akurat, cepat, murah dan dapat memenuhi kriteria substansi yang ideal untuk G F R . P e n a n d a b a r u y a n g s a a t i n i m u l a i diperkenalkan adalah cystatin C. Cystatin C merupakan zat yang diproduksi oleh sel tubuh secara tetap, difiltrasi melalui glomerulus, tidak disekresi oleh tubuli ginjal. Zat ini tidak dipengaruhi oleh makanan, usia, massa otot s e r t a l u a s p e r m u k a a n b a d a n , s e h i n g g a diperkirakan dapat menjadi alternatif baru s e b a g a i p e n a n d a u j i f u n g s i g i n j a l .( 3 , 7 , 1 0 )

Cystatin C mempunyai karakteristik sebagai zat yang dapat mewakili fungsi ginjal sehingga ingin diketahui apakah pemeriksaan cystatin C dapat menjadi parameter alternatif uji fungsi ginjal.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar cystatin C pada berbagai kadar klirens kreatinin baik pada orang dengan fungsi ginjal normal maupun penderita dengan gagal ginjal kronik.

METODE

Rancangan penelitian

Rancangan penelitian potong lintang (cross sectional) digunakan untuk mencapai tujuan penelitian.

(3)

Subyek penelitian

Subyek penelitian terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok dengan fungsi ginjal normal dan kelompok dengan gagal ginjal kronik. Kelompok gagal ginjal kronik adalah penderita yang berobat di Bagian Ilmu Penyakit Dalam R u m a h S a k i t S w a s t a X d i J a k a r t a U t a r a dengan diagnosis gagal ginjal kronik mulai bulan September 2003 sampai dengan Maret 2004. Untuk kelompok fungsi ginjal normal diambil dari mahasiswa FK Usakti dan pasien yang memeriksakan diri di Rumah Sakit Swasta X di Jakarta Utara dengan fungsi ginjal normal yang secara sukarela bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Kelompok dengan fungsi ginjal normal digunakan untuk menentukan nilai rujukan cystatin C.

Kriteria inklusi adalah kelompok dengan fungsi ginjal normal usia 18-70 tahun (ureum d a n k r e a t i n i n d a l a m b a t a s n o r m a l ) d a n kelompok gagal ginjal kronik (pasien dengan diagnosis gagal ginjal kronik), dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Kriteria eksklusi adalah subyek penelitian yang tidak dapat menampung urin 24 jam.

Laboratorium

Sebanyak 5 ml darah vena diambil dan dimasukkan ke dalam vacutainer yang tidak mengandung antikoagulan. Darah disentrifugasi dengan kecepatan 3000 RPM selama 10 menit untuk mendapatkan serum guna pemeriksaan kreatinin darah dan cystatin C. Pasien diminta untuk menampung urin 24 jam dalam botol jerigen yang telah diberi formalin sebanyak 2 mL. Setiap kali menampung urin jerigen harus d i k o c o k . H a s i l u r i n t a m p u n g d i u k u r volumenya dan digunakan untuk pemeriksaan kreatinin urin. Pemeriksaan kreatinin serum dan kreatinin urin dikerjakan segera sesudah sampel berhasil dikumpulkan dengan metode

Jaffe (reagensia dari ST reagensia), sedangkan pemeriksaan cystatin C dikerjakan satu bulan sekali sesudah pengumpulan serum dengan metode imunonefelometer (Dade Behring). S e r u m u n t u k p e m e r i k s a a n c y s t a t i n C dibekukan pada suhu -200 C.

Batasan operasional

Klirens kreatinin sangat rendah adalah hasil pemeriksaan kurang dari 20 mL/menit. K l i r e n s k r e a t i n i n r e n d a h a d a l a h h a s i l pemeriksaan 20 mL/menit sampai kurang dari 4 0 m L / m e n i t . K l i r e n s k r e a t i n i n d i h i t u n g m e n g g u n a k a n u r i n t a m p u n g 2 4 j a m d a n b e r d a s a r k a n r u m u s C o c k c r o f t d a n G a u l t seperti di bawah ini :

darah kreatinin kadar x 72 kg dalam badan berat x umur) 140 ( − u n t u k w a n i t a h a s i l p e r h i t u n g a n d i a t a s dikoreksi dengan 0,85. Analisis data

Uji-t digunakan untuk analisis perbedaan klirens kreatinin dan cystatin C antara kedua k e l o m p o k . K o e f i s i e n k orel a s i P e a r s o n digunakan untuk mengukur hubungan antara kadar kreatinin dan cystatin C pada kedua kelompok. Semua analisis statistik dilakukan menggunakan program SPSS for Windows versi 10.0 (SPSS, Chicago Ill, USA).

HASIL

Karakteristik subyek

P a d a p e n e l i t i a n i n i t e l a h b e r h a s i l berpartisipasi sebanyak 56 penderita gagal ginjal kronik dengan umur berkisar 24 sampai

(4)

95 tahun dengan rata-rata umur 64 ± 14,5 tahun, terdiri dari 28 orang laki-laki dan 28 orang perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) rata-rata 23,9 kg/m2. Kelompok dengan

f u n g s i g i n j a l n o r m a l s e b a n y a k 5 3 o r a n g dengan umur berkisar antara 20-84 tahun. Umur rata-rata pada kelompok ini adalah 62,5 ± 18,7 tahun, terdiri dari 22 orang laki-laki dan 31 orang perempuan dengan IMT rata-rata 23,2 kg/ m2 (Tabel 1).

Pengaruh umur, jenis kelamin, dan Indeks Massa Tubuh

Pada kelompok dengan fungsi ginjal n o r m a l p e m e r i k s a a n k r e a t i n i n d a r a h dipengaruhi oleh jenis kelamin (p=0,000), umur (p=0,005) dan IMT (p=0,000) demikian j u g a p e m e r i k s a a n k l i r e n s k r e a t i n i n dipengaruhi oleh jenis kelamin (p=0,002), u m u r ( p = 0 , 0 0 0 ) , d a n I M T ( p = 0 , 0 0 0 ) . P e m e r i k s a a n k l i r e n s k r e a t i n i n d e n g a n menggunakan rumus Cockcroft dan Gault tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin (p= 0,142), umur (p=0,379) dan IMT (p=0,356) demikian juga pemeriksaan cystatin C tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin (p=0,67), umur (p=0,42) dan IMT (p=0,145). Laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan bermakna pada k a d a r k r e a t i n i n ( p = 0 , 0 0 0 ) d a n k l i r e n s kreatinin (p=0,000) sedangkan kadar cystatin C dan klirens menggunakan rumus Cockcroft d a n G a u l t t i d a k m e n u n j u k k a n p e r b e d a a n b e r m a k n a ( p = 0 , 1 4 2 d a n p = 0 , 6 7 ) . K a d a r

kreatinin dan klirens kreatinin menunjukkan perbedaan bermakna dengan bertambahnya umur (p=0,005 dan p=0,000), sedangkan k l i r e n s k r e a t i n i n m e n g g u n a k a n r u m u s C o c k c r o f t – G a u l t t i d a k m e n u n j u k k a n perbedaan bermakna (p=0,379) demikian juga k a d a r c y s t a t i n C t i d a k m e n u n j u k k a n p e r b e d a a n y a n g b e r m a k n a d e n g a n bertambahnya umur (p=0,42) (Tabel 2).

Kelompok gagal ginjal kronik kadar kreatinin darah tidak terlihat pengaruh jenis kelamin (p=0,519), umur (p= 0,093) dan IMT (p=0,913) demikian juga klirens kreatinin t i d a k d i p e n g a r u h i o l e h j e n i s k e l a m i n ( p = 0 , 1 8 5 ) , u m u r ( p = 0 , 7 8 9 ) , d a n I M T (p=0,765). Pemeriksaan klirens kreatinin dengan menggunakan perhitungan rumus m e n u r u t C o c k c r o f t - G a u l t j u g a t i d a k dipengaruhi oleh jenis kelamin (p=0,101), umur (p=0,271) dan IMT (p=0,099) demikian juga pemeriksaan cystatin C tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin (p=0,376), umur (p=0,161) dan IMT (p=0,854). Laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar kreatinin (p=0,55), klirens kreatinin (p=0,12), cystatin C (p=0,386) dan klirens kreatinin m e n g g u n a k a n r u m u s C o c k c r o f t - G a u l t ( p = 0 , 0 9 2 ) . Ti d a k t e r l i h a t p e n g a r u h b e r t a m b a h n y a u s i a p a d a k a d a r k r e a t i n i n (p=0,093), klirens kreatinin (p=0,789), klirens kreatinin menggunakan rumus Cockcroft-G a u l t ( p = 0 , 2 7 1 ) d a n k a d a r c y s t a t i n C (p=0,161) (Tabel 2).

(5)

Tabel 2. Perbedaan nilai rata-rata kreatinin, klirens kreatinin, klirens kreatinin dengan rumus Cockcroft Gault dan cystatin C antara kedua kelompok menurut jenis kelamin, kelompok

umur dan IMT

* p < 0,05 menunjukkan perbedaan bermakna

Kelompok I : kelompok dengan fungsi ginjal normal

Kelompok II : kelompok dengan gagal ginjal kronik

(6)

Nilai rujukan cystatin C

Hasil pemeriksaan kadar cystatin C pada 5 3 o r a n g d e n g a n 2 2 l a k i - l a k i d a n 3 1 perempuan menunjukkan distribusi normal. Nilai rata-rata Cystatin C besarnya 0,85 ±

0,13 mg/dL dan rentang nilai rujukan yang diperoleh adalah (0,59 - 1,11) mg/dL pada

confidence interval 5%. Nilai rujukan cystatin

C didapat dari kelompok dengan fungsi ginjal normal.

Gambar 2. Korelasi kadar cystatin C dengan klirens kreatinin pada kelompok fungsi ginjal normal

Gambar 1. Korelasi kadar cystatin C dengan kadar kreatinin serum pada kelompok fungsi ginjal normal

(7)

K o re l a s i c y s t a t i n C d e n g a n k re a t i n i n , klirens kreatinin dan klirens kreatinin menggunakan rumus Cokroft-Gault

Pada kelompok dengan fungsi ginjal normal antara kadar cystatin C dan kadar kreatinin tidak didapatkan korelasi yang

bermakna (r=0,034, p=0,345, Gambar 1), juga a n t a r a k a d a r c y s t a t i n C d e n g a n k l i r e n s kreatinin (r=0,14, p=0,265, Gambar 2) serta a n t a r a k a d a r c y s t a t i n C d e n g a n k l i r e n s kreatinin menggunakan rumus Cockcroft dan Gault (r=0,14, p=0,313, Gambar 3).

Gambar 4. Korelasi kadar cystatin C dengan kadar kreatinin serum pada kelompok gagal ginjal kronik

Gambar 3. Korelasi kadar cystatin C dengan klirens kreatinin dengan rumus Cockroft-Gault pada kelompok fungsi ginjal Normal.

(8)

Gambar 5. Korelasi kadar Cystatin C dengan klirens kreatinin pada kelompok gagal ginjal kronik.

Gambar 6. Korelasi kadar cystatin C dengan klirens kreatinin menggunakan rumus Cockcroft-Gault pada kelompok gagal ginjal kronik.

P a d a k e l o m p o k g a g a l g i n j a l k r o n i k didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar cystatin C dengan kadar kreatinin (r=0,95, p=0,000, Gambar 4), kadar cystatin C dengan

klirens kreatinin (r=0,69, p=0,000, Gambar 5) dan antara kadar cystatin C dengan klirens kreatinin menggunakan rumus Cockcroft dan Gault (r=0,68, p=0,000, Gambar 6).

(9)

Pengelompokkan kadar cystatin C, kreatinin dan klirens kreatinin menggunakan rumus C o c k c ro f t - G a u l t b e r d a s a r k a n k l i re n s kreatinin

Pada pasien dengan gagal ginjal kronik peningkatan kadar cystatin C lebih tinggi dibandingkan peningkatan kadar kreatinin darah. Kadar kreatinin darah pada pasien dengan klirens kreatinin yang sudah rendah masih menunjukkan hasil normal, kecuali pasien dengan klirens kreatinin yang sangat rendah kadar kreatinin sudah menunjukkan hasil abnormal (Tabel 3).

Ta b e l 4 m e n u n j u k k a n b a h w a p a d a kelompok kontrol yang tidak mengalami gagal ginjal mempunyai kadar klirens kreatinin yang rendah, namun kadar kreatinin, cystatin C dan klirens tidak menunjukkan adanya perbedaan.

PEMBAHASAN

P e m e r i k s a a n l a n g s u n g G F R s u d a h diketahui dan diterima sebagai pemeriksaan terbaik untuk mengetahui fungsi ginjal.(4,8,18) Di

sisi lain metode yang akurat untuk mendeteksi G F R l a n g s u n g s e p e r t i k l i r e n s i n u l i n , penggunaan radioisotop atau iohexol terlalu kompleks dan menyulitkan untuk dipakai pada praktek sehari-hari.(7,8,11,12)

Pada penggunaan sehari-hari petanda f i l t r a s i e n d o g e n m e r u p a k a n h a l y a n g memungkinkan karena lebih cepat dan mudah untuk menentukan GFR. Petanda endogen untuk GFR harus memenuhi kriteria antara lain zat tersebut harus berada dalam plasma dalam kondisi konstan, difiltrasi di glomerulus, tidak direabsorbsi dan tidak disekresi oleh tubulus Tabel 3. Nilai rata-rata dan standar deviasi kadar kreatinin, cystatin C dan klirens kreatinin menggunakan rumus Cockcroft-Gault berdasarkan pengelompokkan klirens kreatinin pada

kelompok gagal ginjal.

* C-G : Rumus Cockcroft dan Gault

* C – G : rumus Cockcroft dan Gault

Tabel 4. Nilai rata-rata dan deviasi standar kadar kreatinin, cystatin C dan klirens kreatinin dengan rumus Cockcroft-Gault berdasarkan pengelompokkan klirens kreatinin pada

(10)

ginjal dan tidak ada eliminasi ekstra renal. Sampai saat ini belum ditemukan zat endogen yang ideal sebagai petanda GFR.(1,3,4,6)

Petanda endogen untuk estimasi GFR y a n g p a l i n g s e r i n g d a n p a l i n g l u a s penggunaannya adalah pengukuran kreatinin serum saja atau dengan pengumpulan urin 24 jam untuk mendapatkan klirens kreatinin.

Pada penelitian ini pada kelompok dengan f u n g s i g i n j a l n o r m a l d i d a p a t k a n k a d a r k r e a t i n i n s e r u m d a n k l i r e n s k r e a t i n i n dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur dan IMT (Tabel 2). Hal ini disebabkan karena banyak f a k t o r y a n g m e m p e n g a r u h i s e n s i t i v i t a s , s p e s i f i s i t a s d a n k e t e p a t a n p e m e r i k s a a n kreatinin sebagai zat endogen untuk perkiraan GFR. Faktor tersebut antara lain pengaruh massa otot pada produksi kreatinin, sehingga p a d a o r a n g u s i a l a n j u t k a d a r k r e a t i n i n cenderung rendah karena berkurangnya massa otot dan pada perempuan IMT-nya lebih kecil d i b a n d i n g k a n l a k i - l a k i s e h i n g g a h a s i l kreatinin pada perempuan juga lebih rendah. GFR akan menurun sesuai dengan peningkatan usia seseorang. Penurunan GFR bervariasi, kira-kira 1 mL/menit/tahun. Penggunaan k r e a t i n i n d a n k l i r e n s k r e a t i n i n d a p a t menyebabkan terjadinya estimasi GFR yang berlebihan karena kadar kreatinin serum yang rendah pada usia lanjut.(8,9)

Kadar cystatin C tidak dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan IMT (Tabel 2). Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu(3) yang

menyebutkan cystatin C sebagai zat endogen di dalam tubuh yang memenuhi syarat sebagai zat endogen yang dapat digunakan untuk estimasi GFR karena produksinya konstan, tidak dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, proses inflamasi, panas dan massa tubuh. Pada kelompok dengan fungsi ginjal normal dapat dilihat bahwa makin tua umur penderita

tidak menunjukkan adanya peningkatan kadar cystatin C yang bermakna (Tabel 2). Hal ini s e d i k i t b e r b e d a d e n g a n p e n e l i t i a n y a n g mengatakan bahwa pada usia di atas 50 tahun cystatin C menunjukkan peningkatan yang bermakna. Pada penelitian ini ternyata kadar cystatin C yang normal tinggi bukan hanya terdapat pada pasien dengan usia di atas 60 tahun tetapi juga terdapat pada usia 30 dan 40 tahun.(1-4,13)

Klirens kreatinin menggunakan rumus Cockcroft dan Gault juga tidak dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin dan IMT. Hal ini mungkin disebabkan pada rumus Cokcroft dan Gault ini sudah dimasukkan parameter umur, berat badan dan pada wanita dikoreksi dengan 0,85.(1,6,8,9

Nilai rujukan cystatin C pada penelitian ini berkisar 0,59 – 1,11 mg/dl. Nilai yang didapat sedikit lebih tinggi daripada nilai rujukan yang selama ini dipakai di negara barat yaitu 0,5 – 0,96.(14)

Pada kelompok dengan fungsi ginjal normal kadar cystatin C, kreatinin dan klirens kreatinin menggunakan rumus Cockcroft-Gault menunjukkan hasil dalam nilai rujukan sedangkan klirens kreatinin menunjukkan hasil yang rendah. Hasil klirens kreatinin yang rendah pada kelompok kontrol menunjukkan b a h w a t e r d a p a t k e s a l a h a n p a d a p r o s e s penampungan urin selama 24 jam, mungkin ada urin yang terbuang, pengumpulan sulit pada wanita karena anatomi saluran genital pada wanita. Pengumpulan urin yang kurang b e n a r w a l a u p u n p a s i e n s u d a h d i b e r i t a h u mengenai prosedur penampungan yang benar menyebabkan hasil klirens kreatinin tidak mewakili perkiraan GFR.(5,15) Pada pasien

yang dirawat inap kemungkinan hasil klirens kreatinin lebih dapat menggambarkan kondisi sebenarnya. Jadi dapat dilihat bahwa pada

(11)

kelompok dengan fungsi ginjal normal yang tidak dirawat di rumah sakit kadar cystatin C lebih dapat mewakili fungsi GFR.(5,15)

Pada kelompok gagal ginjal kronik tidak terlihat pengaruh jenis kelamin, umur dan IMT pada semua parameter yaitu kreatinin, klirens kreatinin, klirens kreatinin menggunakan rumus Cockroft-Gault dan cystatin C. Hal ini disebabkan karena beratnya penyakit pada masing-masing pasien tidak sama, sehingga tidak terlihat pengaruh jenis kelamin, umur dan IMT seperti pada dkelompok dengan fungsi ginjal normal.

Pada Tabel 3 pada pasien gagal ginjal kronik peningkatan cystatin C lebih tinggi dibandingkan peningkatan kreatinin darah. K a d a r k r e a t i n i n d a r a h p a d a 3 8 % p a s i e n dengan klirens kreatinin yang sudah rendah masih menunjukkan hasil normal. Hal ini disebabkan karena kreatinin dipengaruhi oleh massa otot dan usia.(5,15) Jadi cystatin C dapat

digunakan sebagai parameter alternatif uji fungsi ginjal yang lebih menggambarkan GFR d a r i p a d a p e n g g u n a a n k l i r e n s k r e a t i n i n , k r e a t i n i n s e r u m d a n p e n g g u n a a n r u m u s Cockcroft-Gault untuk menghitung GFR.

Penggunaan rumus Cockcroft dan Gault untuk menghitung klirens kreatinin pada pasien dengan fungsi ginjal yang rendah yaitu kurang dari 20 mL/menit dan antara 20-40 mL/menit hasilnya mendekati nilai klirens kreatinin dengan pengukuran, sedangkan pada pasien dengan fungsi ginjal >40 mL/menit p e n g g u n a a n r u m u s C o c k c r o f t d a n G a u l t menunjukkan hasil klirens yang lebih rendah d i b a n d i n g k a n k l i r e n s k r e a t i n i n h a s i l pengukuran (Tabel 3). Hal ini menunjukkan k l i r e n s k r e a t i n i n m e n g g u n a k a n r u m u s Cockcroft-Gault lebih mendekati hasil klirens kreatinin pada kondisi fungsi ginjal yang sudah sangat rendah .

Pada kelompok dengan fungsi ginjal normal, tidak didapat korelasi antara cystatin C dengan kreatinin, klirens kreatinin dan k l i r e n s k r e a t i n i n m e n g g u n a k a n r u m u s Cockcroft-Gault, sedangkan pada kelompok gagal ginjal kronik didapat korelasi yang bermakna natara cystatin dan ketiga parameter lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa pada populasi gagal ginjal kronik cystatin C baik dan dapat menggantikan pemeriksaan yang lain, sedangkan pada populasi normal cystatin C lebih unggul tidak dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin dan IMT serta faktor k e s a l a h a n p e n a m p u n g a n u r i n m e n g i n g a t p r o s e d u r p r e a n a l i t i k y a n g a m a t m u d a h .

KESIMPULAN

Penggunaan kreatinin serum saja atau dengan klirens kreatinin sebagai penanda GFR k u r a n g d a p a t m e n g g a m b a r f u n g s i g i n j a l karena sangat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, IMT. Rumus Cockcroft dan Gault untuk menghitung klirens kreatinin kurang dapat menggambarkan GFR karena walaupun tidak memerlukan penampungan urin 24 jam tetapi masih tetap dipengaruhi oleh kadar kreatinin yang diperiksa.

C y s t a t i n C d a p a t d i g u n a k a n s e b a g a i parameter alternatif uji fungsi ginjal karena zat ini memenuhi syarat yang dianjurkan sebagai uji baku emas zat endogen. Nilai rujukan cystatin C pada penelitian ini adalah 0,59 – 1,11 mg/dL.

SARAN

Perlunya sosialisasi mengenai parameter cystatin C sebagai alternatif uji fungsi ginjal d i k a l a n g a n k l i n i s i s e h i n g g a d a p a t menghasilkan pemeriksaan yang cepat, tepat dan akurat serta tidak menyulitkan pasien.

(12)

Daftar Pustaka

1. Goldberg TH, Finkelstein MS. Difficulties in estimating glomerular filtration rate in the elderly. Arch Intern Med 1987; 147: 1430-3. 2. Dharnidharka VR, Kwon C, Stevens G. Serum

Cystatin C is superior to serum creatinine as a marker of kidney function: A meta analysis. Am J Kidney Dis 2002; 40: 221-6.

3. Swa SK. The search continues – an ideal marker of GFR. Clin Chem 1997; 43: 913-4. 4. Bostom AG, Dworkin LD. Cystatin C

measurement: improvement detection of mild decrements in glomerular filtration rate versus creatinine based estimates? Am J Kidney Dis 2000; 36: 205-7.

5. Oddozze C, Morange S, Portugal H, Berland Y, Dussol B. Cystatin C is not more sensitive than creatinine for detecting early renal impairment in patient with diabetes. Am J Kidney Dis 2001; 38: 310-6.

6. Deinum J, Derkx FHM. Cystatin for estimation of glomerular filtration rate? Lancet 2000; 356: 1624-5.

7. Woitas RP, Wagner BS, Flommersfeld S, Poege U, Schiedermaier P, Klehr HU. Correlation of serum concentration of cystatin C and creatinine to inulin clearence in liver cirrhosis. Clin Chem 2000; 46: 712-5.

8. Levey AS, Bosch JP, Lewis JB, Greene T, Rogers N, Roth D, et al. A more accurate method to estimate glomerular filtration rate from serum creatinine: a new prediction equation. Ann Intern Med 1999; 130: 461-70.

9. Coresh J, Astor BC, Quillan G, Kusek J, Greene T, Lente FV, et al. Calibration and random variation of the serum creatinine assay as critical elements of using equations to estimate glomerular filtration rate. Am J Kidney Dis 2002; 39: 920-9.

10. Keevil BG, Kilpatrick ES, Nichols SP, Maylor PW. Biological variation of cystatin C: implications for the assessment of glomerular filtration rate. Clin Chem 1998; 44: 1535-9. 11. Finney H, Newman DJ, Gruber W, Merle P,

Price CP. Initial evaluation of cystatin c measurement by particle enhanced immunonephelometry on the Behring nephelometer systems. Clin Chem 1997; 43: 1016-22.

12. Stabuc B, Vrhovec L, Silih MS, Cizej TE. Improved prediction of decreased creatinine clearence by serum cystatin c: use in cancer patients before and during chemotherapy. Clin Chem 2000; 46: 193-7.

13. Andersen JK, Schmidt C, Nordin G, Anderson B, Ehle PN, Lindstrom V, et al. Serum cystatin C, determined by a rapid, automated particle enhanced turbidimetric method, is a better than serum creatinine for glomerular filtration rate. Clin Chem 1994; 40: 1921-6.

14. Meier P, Froidevaux C, Dayer E, Blanc E. Cystatin C concentration and glomerular filtration rate. Lancet 2001; 357: 634-5. 15. Filser D, Ritzz E. Serum cystatin C

concentration as a marker of renal dysfunction in the elderly. Am J Kidney Dis 2001; 37: 79-83.

Gambar

Tabel 1. Distribusi umur, sex dan indeks massa tubuh pada kedua kelompok
Tabel 2. Perbedaan nilai rata-rata kreatinin, klirens kreatinin, klirens kreatinin dengan rumus Cockcroft Gault dan cystatin C antara kedua kelompok menurut jenis kelamin, kelompok
Gambar 2. Korelasi kadar cystatin C dengan klirens kreatinin pada kelompok fungsi ginjal normal
Gambar 4. Korelasi kadar cystatin C dengan kadar kreatinin serum pada kelompok gagal ginjal kronik
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perhitungan statistik analisa variansi dua arah diketahui bahwa terjadi penurunan klirens kreatinin dan ratio berat ginjal mencit setelah pemberian

Pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal, maka akan terjadi penurunan klirens kreatinin atau kenaikan kadar serum kreatinin karena adanya gangguan

Tujuan Untuk membandingkan kreatinin dan cystatin C sebagai penanda estimasi LFG dan menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan perbedaan tersebut.. Serum

18 Penelitian mengenai cystatin C sebagai penanda fungsi ginjal pada pasien anak dengan PGK. belum pernah dilakukan di RS H.Adam

Pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal, maka akan terjadi penurunan klirens kreatinin atau kenaikan kadar serum kreatinin karena adanya gangguan

Tujuan penelitian untuk mengetahui toksisitas akut ekstrak etanol Eusideroxylon zwageri terhadap fungsi ginjal mencit putih betina yang dinilai dengan kadar kreatinin serum

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui sensitivitas dan spesifisitas cystatin C dan kreatinin serum dalam mendiagnosis cedera ginjal akut pada pasien sepsis yang dirawat di

Gagal ginjal akut adalah kondisi di mana fungsi ginjal menurun secara tiba-tiba dan ditandai dengan peningkatan kadar BUN dan kreatinin