BAB V
PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1
Umum
Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya
orthogonal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat
menjadi satu kesatuan yang monilit dengan menyatukan pangkal tiang yang
terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi.
Jika tiang dipasang melalui tanah lunak ke dalam pasir padat, maka ujung
tiang akan memindahkan dan memadatkan pasir. Hambatan lekat (Skin Friction)
tiang ini lebih besar daripada tiang bor karena proses pelaksanaan tiang bor tidak
memadatkan pasir, tetapi justru memberi kesempatan untuk mengembang.
Sementara tidak jarang struktur tanah mengandung pecahan batu yang kurang
lapuk atau kerikil yang sulit ditembus. Dalam proses pemancangan untuk
mencapai lapisan tanah keras hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan atau
pembengkokan pada tiang, padahal pecahan ini dapat dengan mudah digali dan
diangkat dalam pembuatan lubang bor. Oleh sebab itu pondasi tiang bor lebih
cenderung berperan sebagai tiang tahanan ujung dan dapat dipakai pada hampir
semua jenis tiang.
Ditinjau dari segi pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis
sistem, yaitu :
a) Sistem Augering
: Diterapkan pada kondisi tanah yang mudah runtuh
dengan menggunakan casing (Bentonite Slury)
sebagai penahan longsor. Pemakaian slury tidak
disarankan
pada
kondisi
tanah
yang
permeabilitynya besar.
b) Sistem Grabbing
: Diterapkan pada kondisi tanah yang sulit ditembus
dengan
menggunakan
Continous
Semirotary
Motion Casing yang dimasukkan kedalam tanah
dengan cara ditekan sambil diputar.
c) Sistem Wash Boring : Diterapkan pada kondisi tanah yang mengandung
pasir lepas dengan menggunakan casing dan
pompa
sirkulasi
air
untuk
memudahkan
pengeboran.
5.1.1 Beberapa Alasan Menggunakan Pondasi Bored Pile Pada Konstruksi
a) Peralatan pengeboran mudah dipindah-pindah sehingga waktu pelaksanaan
relatif lebih cepat.
b) Dari contoh tanah selama pengeboran dapat diketahui apakah kondisi
tanah sesuai dengan keadaan tanah dari hasil boring yang dilakukan pada
waktu penyelidikan tanah atau tidak.
c) Suara dan getaran yang ditimbulkan oleh alat drilling relatif lebih kecil
dibandingkan dengan alat pilling ring pada tiang pancang sehingga sangat
cocok untuk digunakan di daerah yang padat penduduk serta tidak
mengganggu bangunan-bangunan atau perkantoran yang ada di sekitar
proyek.
d) Dapat digunakan untuk segala macam kondisi tanah, misalnya menembus
tanah lapisan keras, lapisan kerikil (Boulder), batu-batuan lapuk dan
lensa-lensa tanah yang tidak dapat ditembus oleh tiang pancang.
e) Karena pada pelaksanaan tiang bor (Replacement Pile) tidak perlu untuk
memindahkan volume, maka gangguan tanah pada sekelilingnya akibat
operasi drilling relatif sangat kecil sehingga dapat mengurangi proses
remoulding tanah.
f) Diameter dan kedalaman lubang bor dapat divariasikan sehingga lebih
ekonomis untuk beban-beban kolom yang besar dan dapat menahan
momen lentur pada kepala tiang (High Bearing Piles), serta tidak
diperlukan sambungan untuk tiang-tiang yang dalam. Oleh sebab itu,
sangat cocok terutama untuk pondasi bangunan bertingkat banyak karena
dapat menggantikan suatu kelompok tiang pancang.
g) Dalam pelaksanaan penulangan sangat ekonomis karena diameter tiang
bor relatif besar dan tidak adanya masalah “Driving Stress and Pitching
Starin” selama pelaksanaan seperti tiang pancang.
h) Ketahanannya terhadap korosi dapat lebih baik dari pada tiang pancang
karena ketebalan selimut betonnya mudah disesuaikan.
5.1.2 Beberapa Kelemahan dari Pondasi Bored Pile
a) Kurang dapat diandalkan untuk daya dukung tahanan geser karena proses
pelaksanaanya tidak sekaligus memadatkan tanah tetapi justru mengurangi
massa tanah.
b) Proses pelaksanaan kadang-kadang sangat sensitif terhadap kondisi tanah
yang dijumpai dan pengaruh cuaca.
c) Prosedur pelaksanaannya sangat kritis terhadap daya dukung tiang bor,
karena cara pengeboran dan pengecorannya sangat mempengaruhi mutu
beton yang dihasilkan sedangkan pemeriksaan kualitas hanya dapat
dilakukan secara tidak langsung sehingga memerlukan pengawasan yang
lebih ketat dan teliti selama pelaksanaan.
d) Meskipun penetrasi sampai ke lapisan pendukung dianggap telah
terpenuhi, kadang-kadang masih terjadi penurunan yang berlebihan karena
keadaan geologis lapisan tanah yang tidak sama. Hal ini juga dapat
mengurangi daya dukung pondasi.
e) Kondisi lapangan lebih kotor atau berlumpur dibandingkan dengan
pondasi tiang pancang, sehingga harus dipersiapkan cara-cara untuk
menangani tanah galian agar tidak menghambat pekerjaan dan mengurangi
mutu.
f) Sebagai Cast In Place Pile, maka pelaksanaannya memerlukan lebih
banyak peralatan berat maupun ringan sebagai penunjang.
g) Semakin besar diameter bored pile semakin besar pula daya dukungnya
tetapi biaya untuk keperluan loading test lebih tinggi.
5.2 Tempat Kerja Praktek
Kami melaksanakan Kerja Praktek pada pihak Owner, yaitu PT.
Supermall Karawaci. PT. Supermall Karawaci sebagai developer mengembangkan
apartemen dikawasan karawaci tanggerang yang bernama apartemen U Residence.
Sebelumnya PT. Supermall Karawaci hanya membuat 1 Tower saja, namun
Akibat tingginya minat konsumen terhadap apartemen tersebut membuat PT.
Supermall Karawaci membuat apartemen U Residence tower 3 atau tempat
penulis melakukan kerja praktek.
Gambar 5.1 Site office U Residence
5.2.1. Pelaksanaan Kerja Praktek
Dalam pelaksanaan KP, yang saya tinjau dan amati di lapangan antara
lain adalah :.
1.
Mencatat waktu pelaksanaan bored pile dari mulai pengeboran,
2.
Melakukan pengecekan secara acak pada setiap rangkaian tulangan yang
akan dimasukan ke lubang bor. Yang saya cek adalah jarak antar sengkang
pada pembesian tiang bor dan type pembesian yang sudah dibuat dan akan
dipasang nantinya. Ada empat type pembesian tiang bor yang dipasang
pada proyek ini.
3.
Melakukan tes slump pada setiap truk mixer yang akan melakukan
pengecoran. .
4.
Mengikuti kegiatan meeting mingguan yang diadakan pihak owner dengan
pihak konsultan dan kontraktor agar mengetahui bagaimana cara
penyelesaian masalah yang berada dilapangan.
5.3.
Pekerjaan Fondasi Tiang Bor
5.3.1. Definisi dan Fungsi Fondasi Tiang Bor
Tahap pertama pembangunan suatu konstruksi adalah pekerjaan pondasi
baru kemudian melaksanakn pekerjaan struktur atas. Secara umum pondasi
sebagai bagian dari struktur yang menuruskan beban yang berasal dari berat
bangunan itu sendiri, beban hidup dan beban dari luar bangunan tersebut (angin,
hujan dan gempa).
Tiang bor merupakan pondasi dalam yang masih satu tipe dengan tiang
pancang, yang membedakan adalah cara pembuatan. Secara garis besar
pengerjaan tiang bor adalah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, lalu
dimasukan besi tulangan yang sudah dirakit sebelumnya, kemudian dimasukan
adukan beton atau pengecoran setempat. Fondasi tiang bor adalah alternatif lain
apabila dalam pelaksanaan lokasinya sangat sulit atau beresiko apabila
menggunakan tiang pancang. Seperti, masalah mobilisasi peralatan dan tiang
pancang itu sendiri, dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan sekitar
(getaran, kebisingan, kebersihan lingkungan sekitar) dan kondisi lain yang dapat
mempengaruhi kegiatan pekerjaan tersebut.
5.3.2 Tahapan Pekerjaan
5.3.3 Metode Pelaksanaan
5.3.3.1 Proses pernentuan Titik (Surveying)
Setelah lokasi tiang bor yang akan dibuat ditentukan dan disetujui oleh
direksi lapangan maka pekerjaan pembuatan tiang bor dapat dimulai. Sebelum
pekerjaan ini dimulai kontraktor sudah harus menyiapkan drilling record yang
bentuk dan isinya sudah disetujui oleh Direksi Lapangan.
Gambar 5.3 Proses penentuan titik pengeboran yang dilakukan oleh tim Survey
5.3.3.2 Proses Pengeboran (Drilling)
Tahap pertama adalah pekerjaan pengeboran. Pekerjaan pengeboran
harus dilakukan dengan menggunakan rotary drilling machine dengan dilengkapi
buckets dan augers yang sudah memperoleh persetujuan dari Direksi Lapangan.
Gambar 5.4 Pengeboran titik dengan menggunakan Auger atau bor gali
Minimun harus disediakan 1 set alat bor cadangan, serta peralatan casing
sementara (apabila diperlukan). Alat-alat ini harus dapat dipergunakan untuk
melakukan pengeboran menembus air, lapisan keras, batu besar,
serpihan-serpihan cadas, tanah liat yang keras, kerikil dan pasir. Bila kekuatan dinding
lubang bor diperkirakan tidak cukup kuat menahan longsor, perlu dipergunakan
steel casing sementara dengan ukuran panjang yang sesuai dengan
kebutuhan.Sambungam dari casing harus kedap air.
Kondisi lapisan tanah untuk proyek ini dapat dilihat pada Hasil
penyelidikan tanah.Dari kondisi tanah yang ada kontraktor harus sudah
mempertimbangkan dalam mengajukan penawaran bahwa kemungkinan besar
perlu atau tidak digunakannya steel casing sementara sedalam lubang bor.
5.3.3.3 Proses Pembersihan Lubang (Cleaning)
Setelah pengeboran selesai harus dicatat kedalaman yang dicapai. Tahapan
kedua adalah pekerjaan pembersihan dasar lubang bor dari longsoran dan lumpur
yang terjadi pada dasar lubang bor. Pekerjaan ini mutlak harus dilakukan oleh
Kontraktor karena longsoran dan lumpur tersebut dapat mempengaruhi daya
dukung serta perilaku dari tiang bor. Pekerjaan pembersihan ini baru dapat
dihentikan setelah mendapat persetujuan dari Direksi Lapangan. Lama
pembersihan dan kedalaman dari lubang bor setelah pembersihan dilakukan harus
dicatat.
5.3.3.4 Proses Pemasangan Tulangan (Reinforcement)
Tahap selanjutnya adalah penyetelan/pemasangan tulangan dari tiang bor.
Tulangan dari tiang bor harus sudah siap dimasukkan kadalam lubang bor setelah
pekerjaan pembersihan selesai dilakukan.Apabila ternyata tulangan tersebut
belum siap maka pekerjaan pembersihan lubang bor harus dilakukan kembali
sampai tulangan tersebut siap untuk dimasukkan.Apabila ternyata diperlukan
penyambungan tulangan maka di tempat pekerjaan harus disediakan mesin las
yang dapat digunakan setiap saat untuk men-las tulangan.Pada sisi luar tulangan
harus diberi beton tahu atau decking berjari-jari 75 mm pada beberapa tempat
untuk mendapatkan selimut beton yang baik pada semua bagian tiang bor.
Gambar 5.6 Proses pemasangan tulangan ke dalam lubang bor
Gambar 5.7 Proses penyambungan tulangan dengan mesin las
Setelah tulangan tiang bor terpasang dilakukan kembali pengukuran
kedalaman lubang bor yang dilakukan oleh Kontraktor dan diketahui oleh Direksi
Lapangan.Apabila terjadi pengurangan kedalaman lubang bor dibandingkan
dengan kedalaman pada saat pembersihan selesai dilakukan, maka tulangan
terpasang tersebut harus dikeluarkan kembali dan harus dilakukan pekerjaan
pembersihan kembali.Tidak diperkenankan melanjutkan ke tahap pekerjaan
selanjutnya sebelum tahapan ini disetujui oleh Direksi Lapangan.
5.3.3.5 Proses Pengecoran Beton (Concreting)
Tahapan selanjutnya adalah pekerjaan pengecoran beton dalam lubang bor.
Setelah pekerjaan pemasangan tulangan selesai dilakukan, maka adukan beton
yang akan dilakukan sudah harus siap ditempat pekerjaan Pengecoran langsung
dilakukan setelah pekerjaan pemasangan tulangan disejutui oleh Direksi
Lapangan. Pengecoran dilakukan sampai selesai dan tidak boleh ada penundaan.
Gambar 5.8 Proses pengecoran dengan menggunakan corong tremie
Apabila pengecoran ini tidak selesai karena sesuatu alasan maka tiang bor
ini dianggap tidak memenuhi syarat lagi dan Kontraktor harus mengganti tiang
tersebut dengan tiang bor dengan tiang bor baru yang letaknya berdekatan dengan
tiang bor yang gagal tersebut.Semua resiko akibat hal ini adalah tanggungan
Kontraktor. Untuk mencegah hal tersebut maka Kontraktor tersebut harus dapat
memperkirakan jumlah/volume adukan beton yang akan digunakan pada lubang
bor yang sudah disiapkan. Harus diadakan pencacatan volume yang diperkirakan
akan digunakan dengan volume adukan yang terpakai sesungguhnya. Waktu dan
lama pengecoran harus dicatat.
Ada hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan
tiang bor ini, yaitu apabila tahapan pertama sudah dimulai maka pekerjaan ini
harus diselesaikan sampai tahap yang terakhir dan tidak boleh ada penundaan
waktu diantara tahap-tahap pekerjaan.
5.4 Pelaksanaan Fondasi Tiang Bor
5.4.1 Pendahuluan
Kontraktor harus melampirkan metode pelaksanaan yang akan
digunakan dalam proyek ini dengan memperhatikan kondisi lapisan tanah yang
ada. Dalam metode peleksanaan ini antara lain harus dijelaskan bagaimana cara
mengatasi kondisi tanah pada proyek ini dan peralatan apa yang dibutuhkan untuk
itu.
Kontraktor bertanggung jawab untuk melaksanakan pembuatan tiang bor
dengan jumlah, ukuran dan letak seperti yang terlihat dalam gambar denah tiang
fondasi yang tercantum pada gambar pelaksanaan.
Tiang-tiang fondasi bor harus dibuat sesuai dengan rencana yang dibuat
oleh Konsultan Perencana seperti terlihat dalam gambar rencana.
Dalam melaksanakan pekerjaan tiang bor ini Kontraktor diwajibkan untuk
mengambil dan menyimpan contoh tanah dari :
Dasar dari lubang bor
½ meter diatas dasar lubang bor
1 meter diatas dasar lubang bor
1 ½ meter diatas dasar lubang bor
Setiap perubahan lapisan tanah yang dijumpai pada saat pengeboran
5.4.2 Peralatan dan Metode Konstruksi yang Digunakan
5.4.2.1 Penentuan Titik
Alat : Nikon DTM-352 jenis total station (1 unit)
Tripod (1 set)
Penentuan titik untuk pelaksanaan pengeboran setiap harinya ditentukan
oleh engineer sesuai dengan koordinat dan elevasi yang telah disetujui oleh
pengawas.
Data yang diambil untuk pelaksanaan pengeboran adalah:
Koordinat titik (x,y)
Elevasi top casing
Elevasi muka tanah
Dari data tersebut maka akan didapat kedalaman pengeboran dan panjang
gantungan pembesian.
5.4.2.2 Pengeboran
Alat
: Mesin bor
Auger
Bucket Auger
Cleanning Bucket
Casing
Pengeboran awal memakai auger sedalam 8-9 m agar dapat
melaksanakan pemasangan casing sementara. Setelah pemasangan casing maka
dilakukan pengecekan pergeseran posisi titik bor dengan menggunakan alat total
station yang selanjutnya data tersebut akan dipakai untuk membuat as built
drawing. Setelah itu pelaksanaan pengeboran dilanjutkan sampai dengan
kedalaman yang telah ditentukan. Pengeboran lanjutan ini dilakukan dengan
selalu menjaga muka air max 1,5 m dari top casing.Sampel tanah hasil
pengeboran di ambil tiap perubahan jenis tanah dan dicatat kedalamannya.
Jarak antara pengeboran dilakukan dengan jarak minimal 3 kali diameter
lubang bor. Jika pengeboran telah selesai maka lubang dibersihkan dengan
cleaning bucket.
Pengecekan kedalaman lubang dapat digunakan meteran ataupun alat
monitoring untuk pengecekan kedalaman yang terpasang didalam kabin operator
mesin bor. Sedangkan untuk pengecekan verticality dapat dilakukan langsung
oleh alat monitoring yang berada didalam kabin operator.
Lumpur/tanah bekas bor yang masih basah akan dilokalisir sementara
didalam area proyek yang tidak mengganggu pekerjaan dan setelah agak kering
5.4.2.3 Pembesian
Alat
: Alat Las
Material: Besi Ulir BJTD 40, diameter 10, 13, 22 dan 25 mm
Kawat Bendrat.
Penempatan stok besi yang belum dirangkai diletakan diatas blok beton
dan ditutup dengan terpal. Stok besi pada pelaksanaanya akan berpindah pindah
sesuai lokasi pengeboran.
Gambar 5.9 Penempatan stok besi yang belum dirangkai diletakan diatas blok beton
Pembesian bor pile dilaksanakan sesuai dengan shop drawing yang telah
disetujui. Rangkaian pembesian yang telah selesai di install, harus dilaksanakan
pengecekan oleh pengawas sebelum dimasukkan ke dalam lubang bor.
Gambar 5.10 Alat las yang diguakan untuk memotong besi tulangan
Panjang penyaluran sesuai dengan tabel dari konsultan struktur. Dalam
satu rangkaian besi terdapat 2 level beton spacer, pada COL dan ½ L, dalam satu
elevasi terdapat 4 buah beton spacer.
Bila panjang rangkaian besi bor pile lebih dari 20 meter maka rangkaian
tersebut harus disambung dan penyambungan dilaksanakan didalam lubang.
Untuk penyambungan rangkaian besi, kami memakai cara pengelasan pada daerah
penyaluran saja dan bendrat.
Gambar 5.11 Proses penyambungan tulangan dengan menggunakan cara dilas