• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mendidik Anak Usia Dini dengan Permainan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mendidik Anak Usia Dini dengan Permainan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Mendidik Anak Usia Dini dengan Permainan

Pendidikan Anak Usia Dini yang Selaras dengan Tumbuh Kembang

Sebagai bahan Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pendidikan Anak Usia Dini Dosen Pengampu : Unita Werdi Rahajeng, S.Psi.,M.Psi

Oleh :

Elvin Yuniarmaningtyas (125120301111026)

A. LATAR BELAKANG

Anak merupakan anugerah terbesar yang diberikan Tuhan. Sejak dalam kandungan Tuhan telah memberikan otak dan strukturnya secara lengkap akan tetapi struktur dan otak tersebut akan mengalami kematangan setelah anak tersebut lahir dan mengenal dunia. Otak merupakan control dari segala tindakan yang dilakukan. Dalam otak terdapat sel yang saling menambung satu dengan lainnya. Sambungan pada otak inilah yang akan menentukan kecerdasan seseorang. Untuk membentuk sambungan otak diperlukan rangsangan dari luar. Rangsangan yang diberikan akan diserap melalui indera yang dimiliki. Secara harafiah manusia memiliki lima panca indera yang dapat diaktifkan sehari-hari yaitu mata, telinga,hidung, mulut dan kulit.

Rangsangan yang diterima dimulai ketika anak memasuki masa perkembangan awal yang seringkali disebut usia dini. Anak usia dini dimulai sejak fase bayi yaitu 0 bulan hingga masa anak pertengahan yaitu 6 tahun. Pada masa-masa ini, anak akan banyak menerima rangsangan untuk mengasah otaknya. Perkembangan anak pada usia dini akan menentukan perkembangan anak pada masa selanjutnya. Pemberian rangsangan, pembelajaran awal, pengenalan dunia pada umumnya diketahui dan dipelajari anak dari lingkungan sekitarnya terutama orangtua. Seringkali orangtua yang sibuk dengan urusan pekerjaan tidak sempat memperhatikan perkembangan anaknya. Tidak jarang ditemui orangtua yang menyerahkan perkembangan anaknya kepada pihak lain dalam artian seperti tempat untuk Pendidikan Anak Usia Dini atau sering kali disebut PAUD.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak anak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbungan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

(2)

pendidikan yang lebih lanjut. Usia dini anak merupakan golden years karena pada masa ini akan mulai terbentuk dasar dari anak ketika akan tumbuh pada tahap selanjutnya. Pada usia dini anak akan mempelajari banyak hal dan menyerap banyak pengetahuan. Kemampuan motorik anak akan berkembang pesat, tentunya dengan rangsangan atau stimulus yang dibutuhkan anak. Tak jarang dijumpai beberapa tempat pendidikan usia dini sudah mengajarkan pada anak tentang berbagai macam hal misalnya angka seperti perhitungan, bahasa seperti bahasa asing dan lain sebagainya. Semua yang bisa diajarkan pada anak seakan harus diajarkan pada saat itu karena mengingat konsep golden years. Banyak yang beranggapan bahwa golden years ini anak mampu menyerap dengan baik semua yang ada bahkan diluar kapasitas kemampuannya. Seperti kutipan artikel berikut :

Pemerintah dinilai memiliki andil dalam menambah tingkat stres pada anak termasuk anak usia di bawah lima tahun atau balita. "Untuk masuk sekolah dasar (SD) harus bisa baca, tulis, dan hitung. Jadi syarat itu harus sudah terpenuhi di Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)," kata Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) Arist Merdeka Sirait dalam diskusi dengan wartawan di Gedung Citi Bank, Jakarta

Menurut Arist, kurikulum PAUD harusnya mendesain belajar sebagai sosialisasi kepada anak-anak usia dini dan bukan berbentuk pemaksaan. Namun syarat yang mengharuskan anak-anak bisa membaca dan menulis untuk masuk SD, program PAUD ini membuat semua pihak memasang target tertentu yang harus dicapai.(Munawwaroh)

Lazimnya pendidikan anak usia dini harus sesuai dengan kapasitas kemampuan anak pada usia ini. Karena pendidikan untuk anak usia dini harus disesuaikan dengan kemampuan anak dan kapasitas yang anak miliki. Dalam sistem pendidikan anak usia dini sangat penting memperhatikan scaffolding yang ada pada diri anak sehingga pendidik dalam arti orang tua dan guru di PAUD dapat memantau perkembangan anak. Dalam pendidikan untuk mengembangan potensi dan kemampuan anak dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan permainan. Pada usia dini dunia anak adalah dunia dimana setiap hari adalah bermain. Oleh karena itu permainan anak harus dikondisikan agar dapat membantu mendidik dan menambah wawasan serta mengasah kemampuan anak.

Pada artikel ini akan membahas tentang bagaimana mendidik anak usia dini dengan permainan yang sesuai dengan tumbuh kembang anak pada masanya. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk membantu orangtua mengenali masa pertumbuhan dan perkembangan anaknya serta mengajarkan permainan yang sesuai

(3)

dengan masa perkembangan anak sebagai stimulus yang merangsang perkembangan yang lebih optimal.

B. KAJIAN TEORITIS

1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan untuk anak sejak anak lahir sampai berusia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbungan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut.

2. Aspek-aspek Perkembangan pada Masa Usia Dini a. Aspek Perkembangan Kognitif

Piaget menyatakan bahwa anak secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia melalui tahap perkembangannya. Prosesnya dengan adaptasi dan organisasi. Untuk memahami dunia individu mengorganisasikan pengalaman-pengalaman yang individu miliki. Piaget (1954) percaya bahwa individu beradaptasi dengan asimilasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi bila anak menggabungkan informasi ke dalam pengetahuan yang telah mereka miliki. Akomodasi terjadi bila anak menyesuaikan pengetahuan mereka agar cocok dengan informasi dan pengalaman baru. Dalam proses antara asimilasi dan akomodasi ada equilibrasi. Equilibrasi merupakan penyeimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Pada anak dengan masa pendidikan anak usia dini termasuk dalam dua tahap pertama dari Paiget yaitu sensorimotor untuk lahir hingga berusia 2 tahun dan praoperasional untuk dua hingga tujuh tahun.  Sensorimotor (Lahir – 2 Tahun)

Dalam tahap ini, anak membangun pemahaman mengenai dunia ini dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris seperti melihat, mendengar, meraba atau menyentuh objek dengan tindakan fisik dan motorik. Anak yang baru lahir masih menerapkan pola-pola refleksif untuk dapat melakukan sesuatu. Pada akhir tahap ini anak mulai mengenal simbol-simbol sederhana.

(4)

 Praoperasional (2 – 7 Tahun)

Pada tahap ini anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata, gambar, dan lukisan. Meskipun demikian, menurut Piaget, anak prasekolah masih kurang mampu melakukan tindakan mental yang diinternalisasikan. Mungkin saja anak sudah melakukan tindakan mental dalam artian memikirkan banyak hal akan tetapi masih belum bisa terrealisasikan secara fisik. Dalam tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia mereka dengan kata-kata, bayangan dan gambar-gambar. Pemikiran-pemikiran simbolik berjalan melampaui koneksi-koneksi sederhana dari informasi sensorik dan tindakan fisik. Anak mulai memunculkan egosentrisme dalam kehidupannya. Egosentrisme adalah ketidakmampuan membedakan perspektif diri sendiri dan perspektif diri orang lain. Anak-anak pada tahap ini seringkali mengambil sudut pandang dari diri mereka sendiri karena menurut mereka pusat dunia adalah dirinya.

Menurut Muhammad Surya (Rahman, 2009) teori perkembangan kognitif Piaget memberikan pandangan dalam pengajaran anak usia dini yaitu:

 Memberikan peluang kepada anak agar anak bias belajar sesuai dengan tahap perkembangannya.

 Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa oleh karena itu dalam mengajar, guru hendaknya menggunakan bahasa yang sesuai dengan kemampuan cara berfikir anak.

 Bahan yang dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.  Anak-anak akan lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan

dengan baik, artinya guru harus membantu agar anak dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya.

b. Aspek Perkembangan Psikososial

Menurut Erikson motivasi utama manusia bersifat sosial dan mencerminakan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Begitu pula anak usia dini, melihat dari kemampuannya anak usia dini tergolong individu yang masih membutuhkan orang lain dalam membantu proses

(5)

perkembangannya. Tahapan psikososial Eriskon yang sesuai dengan pendidikan anak usia dini adalah tiga tahapan pertama yaitu :

 Trust vs Mistrust (Kepercayaan vs Ketidakpercayaan)

Merupakan tahapan pertama yang terjadi ketika masa bayi. Rasa percaya melibatkan rasa nyaman secara fisik dan tidak ada rasa takut atau kecemasan akan masa depan. Rasa percaya yang dirasakan bayi akan menjadi pondasi kepercayaan sepanjang hidupnya bahwa dunia akan menjadi tempat yang baik dan menyenangkan ditinggali.

 Autonomy vs Doubt and Shame (Otonomi vs Malu dan Ragu-ragu) Berlangsung ketika anak berusia 1 – 3 tahun. Setelah mendapat rasa percaya pada lingkungannya anak mulai mengenali perilaku yang anak miliki. Anak mulai menyatakan kemandirian yang disebut dengan otonomi. Anak menyadari akan keinginan mereka. Jika anak terlalu dibatasi akan akan memunculkan sikap ragu-ragu dan rasa malu.

 Initiative vs Guilt (Inisiatif vs Rasa Bersalah)

Terjadi ketika anak berusia 3 – 5 tahun (prasekolah). Ketika anak memasuki dunia sosial yang lebih luas, anak menghadapi tantangan yang lebih banyak daripada tahap sebelumnya. Perilaku yang aktif dan memiliki tujuan diperlukan untuk menghadapi tantangan ini. anak diminta untuk memikirkan tanggungjawab terhadap tubuh, perilaku, mainan bahkan hewan peliharaan. Rasa tanggungjawab yang mereka kembangkan akan meningkatkan inisiatif. Meskipun demikian, rasa bersalah akan muncul ketika anak tidak bertanggungjawab atas dirinya dan sekitarnya.

c. Aspek Perkembangan Fisik-Motorik

Perkembangan fisik antara anak satu dengan lainnya tidak selalu sama. Ada yang perkembangan fisiknya cepat dan ada pulang yang perkembangan fisiknya lambat. Pada anak usia dini perkembangan fisik seperti tinggi dan berat badan relatif seimbang. Sedangkan perkembangan motorik anak pada tahap ini dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus.

Perkembangan motorik kasar pada anak usia dini dimulai dari gerakan reflek pada saat bayi, belajar berjalan hingga dapat menarik mainan. Ini terjadi ketika anak berusia kurang dari 18 bulan. Ketika anak sudah memasuki tahun

(6)

kedua anak akan belajar berjalan cepat hingga berlari, memegang dan melempar bola, dan menjaga keseimbangan kaki.

Saat berusia 3 tahun, anak menikmati gerakan sederhana seperti meloncat-loncat, melompat dan berlari kesana-kemari. Saat berusia 4 tahun, anak masih menikmati aktivitas yang sama, tetapi anak mejadi lebih suka menjelajah dan mengeksplorasi sekitarnya. Seringkali mereka memanjat dengan tangkas. Bahkan anak sudah mulai belajar menuruni tangga dengan cara yang sama ketika anak memanjat tangga. Saat anak berusia 5 tahun, anak semakin menyukai petualangan bahkan dengan percaya diri melakukan hal-hal yang menantang (permainan seperti memanjat) dengan melakukan perlombaan dengan teman sebayanya ataupun orangtuanya.

Perkembangan motoric halus anak dapat dilihat sejak anak amsih lahir seperti menggenggam objek yang dilakukan ketika anak amsih bayi. Pada usia 3 tahun kemampuan anak meningkat dalam memegang dan menangkap benda-benda. Koordinasi antara motorik kasar dan motorik halus sudah mulai terjalin. Pada usia 4 tahun koordinasi tersebut semakin meningkat dan menjadi lebih tepat misalnya dalam bermain menyusun balok. Pada usia 5 tahun koordinasi antara mata, tangan, dan anggota gerak tubuh lainnya mulai seimbang.

Hal ini yang mendasari anak usia dini selali ingin melakukan aktivitas gerak dan bermain. Sebab dunia anak usia dini adalah dunia bermain yang merupakan proses belajar.

3. Bermain dari Sudut Pandang Ahli

Menurut Piaget (Mutiah, 2010) mengemukakan bahwa saat bermain anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapi mereka belajar mempraktikkan dan mengonsolidasikan keterampilan yang baru diperoleh. Bermain memberikan sumbangan pending dalam perkembangan kognisi anak. Perkembangan bermain berhubungan dengan perkembangan kecerdasar seseorang, maka taraf kecerdasan seorang anak akan mempengaruhi kegiatan bermainnya. Sedangkan menurut Vygotsky bermain merupakan cara berpikir anak dan cara anak memecahkan masalah.

(7)

4. Permainan untuk Anak Usia Dini

Permainan mempunyai arti sendiri bagi anak yaitu sebagai sarana yang membawa anak ke alam masyarakat. Permainan juga sebagai sarana untuk mengukurkemampuan dan potensi diri anak. Anak akan menguasai berbagai macam benda, memahami sifat-sifatnya maupun peristiwa yang berlangsung di dalam lingkungnnya. Permainan mempunyai fungsi untuk mengembangan sensori motorik, baik motorik kasar maupun motorik halus anak.

C. PEMBAHASAN

Pertimbangan yang dapat digunakan orangtua untuk menitipkan anaknya ditempat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yaitu tentang kebutuhan anak. Apakah anak membutuhkan atau tidak. Misalnya anak yang pendiam atau dilingkungannya tidak ada teman sebaya orangtua memasukkan anak di PAUD dengan tujuan agar anak lebih mengenal dunia luar dan membantunya bersosialisasi. Akan tetapi jika orangtua merasa dapat mendidik anaknya dirumah hal itu tentunya lebih baik karena anak akan lebih lekat dengan orangtua dan dalam komunikasi anak dengan orangtua akan lebih terjalin. Selain itu orangtua jadi lebih mengetahui sejauh mana anaknya telah tumbuh dan berkembang. Orangtua lebih mengenal kemampuan anak dan dapat disesuaikan dengan bahan belajar pada saat bermain.

Dalam pendidikan anak usia dini yang optimal dan tidak memberatkan anak maka harus disesuaikan dengan tumbuh kembang anak. Dunia anak usia dini adalah dunia bermain. Pembelajaran efektif yang dapat diberikan yaitu dengan melalui permainan. Permainan yang diberikan juga harus mengandung unsur pembelajaran. Macam-macam jenis permainan yang bisa digunakan sesuai dengan tumbuh kembang anak diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Bermain Peran

Bermain peran dapat dilakukan dengan bermain simbolis, berpura-pura, membuat fantasi bersama anak, menciptakan imajinasi atau bermain drama. Permainan-permainan ini sangat penting untuk perkembangan kognisi, sosial dan emosi anak. Dengan bermain peran anak dapat melatih rasa tanggung jawab dan melemahkan sisi egosentrisme yangs sedang berkembang pada dirinya karena dengan bermain peran anak tidak akan lagi memandang sesuatu dari sudut dirinya karena anak telah memainkan peran orang lain dalam permainan. Anak akan diajarkan untuk memahami nilai dan tujuan dari permainan. Selain itu anak juga

(8)

bersosialisasi dengan teman sebayanya, melakukan kerjasama dalam bermain peran.

b. Bermain Pembangunan

Bermain pembangunan ini dilakukan dengan menggunakan materi seperti balok, pensil warna, kertas, pasir dan sebagainya. Anak akan dilatih menggunakan motorik kasar dan motorik halusnya secara seimbang. Misalkan saja anak diajak bermain menyusun balok. Tentu anak akan menyeimbangan antara pikiran dan gerakan menyusun balok agar balok yang anak susun bisa seimbang dan tidak roboh. Selain itu permainan menyusun balok juga mengatur regulasi emosi anak. Anak harus bersabar dalam menyusun agar susunannya bisa benar dan seimbang. Anak diajarkan menyusun dengan hati-hati agar anak dapat menahan emosi ketika anak mulai merasa kesal dengan permainannya. Selain itu menggambar juga dapat meningkatkan kreativitas anak. Dari cara memegang pensil, menggoreskan pensil dan menggerak-gerakkannya akan meningkatkan kognitif mereka.

Pengajaran angka dan huruf sebaiknya hanya sebatas pengenalan saja. Karena pada anak usia dini mengenal dan memahami angka dan huruf sebagai simbol. Pengenalan simbol ini dapat dilakukan pada Pendidikan Anak Usia Dini hanya sebatas misalnya mengenalkan angka 1,2,3 dst maupun huruf A, B, C dst. Pengenalan simbol ini juga dapat dilakukan dengan mengenalkan warna. Tidak selalu harus berbentuk tulisan dibuku pengenalan ini bisa menjadi lebih eksploratif misalnya dengan permainan. Angka atau huruf di balok misalnya atau dengan permainan menemukan simbol yang dikoordinasi oleh guru.

Kegiatan bermain yang mendidik ini tidak hanya dilakukan dalam kondisi formal (pendidikan). Orangtua juga dapat melakukannya dengan anaknya pada saat anak dirumah. Karena dunia anak adalah dunia bermain maka anak akan bermain setiap waktu. Orangtua yang wajib menemani dan membimbing permainan anak agar lebih optimal. Hal ini tidak terlepas dari ciri anak yang selalu bergerak dan selalu ingin bermain, karena bermain merupakan proses pembelajaran untuk anak. Mulai dari anak bangun dari tidur hingga tidur kembali kegiatannya dilalui dengan bergerak. Aktivitas anak lebih melibatkan kemampuan motoriknya.

Selain kemampuan motorik dalam psikososial anak usia dini mulai dikenalkan dengan tanggungjawab. Misalnya saja ketika berada di tempat pendidikan, anak diberikan tugas untuk mengantri pada saat mencuci tangan. Hal tersebut akan melatih anak untuk lebih bertanggungjawab, tertib dan sabar. Hal tersebut juga dapat

(9)

dilakukan dirumah dengan cara berbeda yaitu orangtua mengajarkan anak agar bertanggungjawab dengan cara anak ditugaskan untuk merapikan mainan milikinya setelah bermain. Hal-hal ini dapat diterapkan pada anak dengan bimbingan dari orang yang lebih dewasa agar anak dapat bermain sekaligus belajar sesuai dengan taraf kemampuan dan tahapan berkembangannya. Memberikan penugasan kepada anak dengan membuang sampah pada tempatnya dimanapun anak berada adalah tanggungjawab dan pelatihan bagi anak untuk menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungannya. Dengan begitu anak berasa harus bertanggungjawab dengan apa yang anak lakukan, dan jika anak tidak melakukan tanggungjawabnya maka akan berkembang rasa bersalah pada diri anak.

Anak merupakan individu yang dapat berkembang kesegala arah, oleh karena itu perlu dibimbing bukan dipaksa melakukan kegiatan atau pembelajaran seperti orang dewasa. Karena anak mempunyai batasan-batasan tertentu dalam kemampuannya diberbagai bidang. Anak bukan merupakan miniature orang dewasa yang bisa dipaksa untuk mengerti dan mempelajari sesuatu diluar batas kemampuannya. Maka pembelajaran untuk anak seharusnya tidaklah memberatkan karena anak dapat mengalami tekanan jika diharuskan untuk bisa diluar batas kemampuannya. Anak yang tertekan dapat menjadi stress karena belajar dan akibatnya anak bisa malas pergi kesekolah atau melakukan pemogokan belajar. Kurikulum untuk Pendidikan Anak Usia Dini harusnya diserahkan kepada tempat pendidikan masing-masing karena guru tempat pendidikan akan lebih memahami tumbuh kembang anak usia dini. Selain itu untuk keharusan calistung (baca,tulis,hitung) ketika memasuki Sekolah Dasar hal itu sedikit memberatkan untuk anak usia dini. Oleh karena itu pemerintah sebaiknya mengkaji ulang kurikulum yang ada agar bisa disesuaikan dengan kemampuan tumbuh kembang anak.

D. KESIMPULAN

Anak merupakan individu yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Dunia anak khususnya anak usia dini yang berusia 0 – 6 tahun adalah dunia bermain. Dunia bermain merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tahap perkembangan selanjutnya. Pada masa anak usia dini merupakan masa keemasan dimana individu dapat menyerap berbagai informasi baru dalam hidupnya. Untuk itu perlu adanya kebijakan orang disekitar anak seperti tempat pendidikan anak usia dini maupun orangtua dalam memberikan porsi pembelajaran

(10)

untuk anak. Proses pembelajaran yang diberikan kepada anak salah satunya dapat dilakukan dengan metode bermain. Karena sebagian besar aktivitas anak adalah bergerak dan bermain.

Permainan yang dapat digunakan untuk belajar dan mengasah kemampuan adalah permainan-permainan yang dapat meningkatkan kemampuan motorik, kognitif dan menyangkut psikososialnya. Seperti bermain simbol, lempar tangkap bola, bermain peran dsb. Selain itu olah fisik juga penting untuk kesehatan anak dan kelenturan tubuh anak.

Dalam proses belajar sebaiknya tidak memberatkan anak, karena jika anak merasa berat dengan aktivitas belajarnya anak akan rentan mengalami tekanan dan stress selain itu anak juga anak bosan dan merasa malas untuk pergi ke tempat pendidikan anak usia dini. Oleh karena itu kembali lagi pada kebutuhan anak akan pendidikan anak usia dini di tempat lembaga pendidik atau bisa dilakukan dirumah dengan bimbingan penuh dari orangtua. Karena orangtualah yang mengetahui dengan baik sejauh mana anak berkembang sehingga dapat menyesuaikan kemampuan anak dengan pembelajaran yang anak diberikan.

E. REFERENSI

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Retang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga

Munnawwaroh, 2012. PAUD Bikin Anak Balita Stres. Jakarta : Tempo.co http://www.tempo.co/read/news/2012/03/20/079391570/Komnas-Anak PAUD-Bikin-Anak-Balita-Stres (Diakses pada 18 April 2015)

Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta:Kencana Prenada Media Group

Piaget,Jean. 2010. Psikologi Anak, The Psychology of the child. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Rahman, Ulfiani. 2009. Karakteristik Perkembangan Anak Usia Dini. Lentera Pendidikan Vol. 12 No 1 2009 : 46-57. 17 April 2015

Referensi

Dokumen terkait

- Warna hijau keunguan - Tekstur agak halus - Pola tidak teratur - Biasanya terletak di.. daerah pantai dan muara

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh proses dua siklus autoclaving-cooling terhadap kadar pati resisten tepung dan bihun beras yang

[r]

Director yang dipilih harus yang dianggap mampu menghidupkan ide cerita yang udah disetujui klien, yang secara style sesuai dengan tone and manner yang kita mau capai,

masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi komunikasi pemasaran terpadu yang dilakukan Nico Batik dalam kewirausahaan batik tulis Probolinggo.

Kelompok Kerja (POKJA) VII pada Kantor Layanan Pengadaan Kabupaten Musi Banyuasin telah membuat Berita Acara Lelang Gagal untuk paket pekerjaan sebagai berikut

Berdasarkan hasil percobaan tersebut dengan melakukan perhitungan baik manual maupun sistem dapat dibandingkan bahwa hasil akhir atau output dari sistem yang berupa

Hasil kegiatan ini menghasilkan peningkatan mitra dalam pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan mempraktekkan hasil olahannya sesuai dengan spesifikasi yang