• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simulasi Throughput WiFi menggunakan Model Lapisan HT-PHY IEEE n pada NS-3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Simulasi Throughput WiFi menggunakan Model Lapisan HT-PHY IEEE n pada NS-3"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Simulasi Throughput WiFi menggunakan Model

Lapisan HT-PHY IEEE 802.11n pada NS-3

1)

Teuku Yuliar Arif,

2)

Rizal Munadi,

3)

Fardian

1,2,3)Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia 1,2)Magister Teknik Elektro, Pasca Sarjana, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Indonesia

1)

yuliar@unsyiah.ac.id, 2)rizal.munadi@unsyiah.ac.id, 3)fardian@ unsyiah.ac.id

Abstrak—Teknologi jaringan Wireless LAN yang lazimnya

dikenal sebagai WiFi saat ini telah berkembang dengan pesat. Pada standar WiFi IEEE 802.11n telah diperkenalkan lapisan

physical baru yang disebut High Throughput PHY (HT-PHY).

Pada lapisan HT-PHY dapat digunakan bandwidth 40 MHz,

Guard Interval 400 ns dan transmisi sampai dengan 4 spatial stream. Pada NS-3 saat ini sudah tersedia model lapisan

HT-PHY, namun hanya mendukung transmisi 1 spatial stream. Di dalam paper ini dilakukan simulasi untuk menginvestigasi

throughput WiFi menggunakan lapisan HT-PHY pada NS-3.

Hasil simulasi memperlihatkan penggunaan bandwidth 40 MHz menghasilkan throughput 37,7 Mbps atau 9,1 Mbps lebih tinggi dibandingkan penggunaan bandwidth 20 MHz. Penggunaan

Guard Interval 400 ns menghasilkan throughput 39,4 Mbps atau

1,7 Mbps lebih tinggi dibandingkan penggunaan Guard Interval 800 ns. Penelitian lanjutan dari hasil penelitian ini adalah melakukan pengembangan model HT-PHY pada NS-3 untuk mendukung transmisi dengan 2, 3, dan 4 spatial stream.

Kata kunci—Bandwidth ; Guard Interval; HT-PHY; NS-3; Throughput.

I. PENDAHULUAN

Teknologi jaringan komputer dan telekomunikasi khususnya yang berbasis jaringan wireless telah berkembang begitu cepat. Perkembangan jaringan wireless tersebut ditandai dengan kemunculan standar baru jaringan Wireless LAN IEEE 802.11 (WiFi), jaringan WiMAX IEEE 802.16, dan jaringan selular 4G LTE. Disisi lain, di perguruan tinggi khususnya pada program studi komputer dan telekomunikasi memiliki peran untuk mengajarkan dan mendidik mahasiswa agar dapat mempelajari dan memahami berbagai perkembangan jaringan

wireless. Dosen pengampu juga memiliki peran untuk

melakukan penelitian dan pengembangan teknologi jaringan

wireless agar dapat dihasilkan temuan dan inovasi baru

dibidang jaringan komputer dan telekomunikasi.

Ketika melaksanakan pengajaran dan penelitian jaringan komputer dan telekomunikasi, baik mahasiswa maupun dosen pengampu menghadapi banyak masalah dan tantangan. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi antara lain yaitu pada laboratoritum tidak tersedia alat, perangkat ataupun testbed jaringan wireless sesuai perkembangan dan penelitian jaringan wireless terkini. Akibatnya mahasiswa sulit mempelajari dan memahami teknologi jaringan wireless terkini, hanya dapat mempelajari teknologi jaringan wireless dengan membaca dari buku dan artikel tanpa bisa memahami

teknologi tersebut secara mendalam. Selain itu, dengan ketidaktersediaan alat atau perangkat laboratoirum yang mendukung pengajaran dan penelitian jaringan wireless, dosen pengampu juga mengalami hambatan dalam melakukan pengajaran dan penelitian teknologi jaringan wireless terkini.

Untuk mengatasi dan menghindari permasalahan tersebut terus terjadi, mahasiswa dan dosen dapat menggunakan

Network Simulator NS-3 sebagai media pembelajaran dan

penelitian jaringan wireless. Network Simulator NS-3 adalah sebuah simulator jaringan baru berbasis open source yang dapat memodelkan berbagai teknologi jaringan wireless terkini. Pada NS-3 tersedia modul-modul jaringan yang dapat memodelkan jaringan WiFi IEEE 802.11, model jaringan WiMAX dan model jaringan 4G LTE.

Berdasarkan penjelasan standar IEEE 802.11n, pada lapisan MAC dan PHY WiFi telah dilakukan beberapa pengembangan baru yang tidak terdapat pada standar sebelumnya. Pengembangan pada lapisan MAC berupa penyediaan skema

Aggregate MAC Service Data Unit (A-MSDU), Aggregate MAC Protocol Data Unit (A-MPDU) dan Block ACK.

Pengembangan pada lapisan PHY berupa penyediaan lapisan

High Throughput (HT) PHY. Pada lapisan HT-PHY

diperkenalkan preamble baru Physical Layer Convergence

Procedure (PLCP) yaitu HT-Mixed dan HT-Greenfield, pilihan bandwidth 20 atau 40 MHz, pilihan Guard Interval (800 ns)

atau Short Guard Interval (400 ns), dan penggunaan

transceiver Multipe Input Multiple Output (MIMO) [1].

Sesuai permasalahan yang telah dikemukanan diatas, NS-3 dapat digunakan sebagai media pengajaran dan penelitian jaringan WiFi menggunakan simulasi. Berbeda dengan [2] dan [3], pada paper ini dilakukan simulasi model jaringan WiFi IEEE 802.11n pada NS-3 untuk menginvestigasi throughput maksimum yang dapat dihasilkan oleh lapisan HT-PHY.

Throughput WiFi diukur berdasarkan penggunaan bandwidth

20 dan 40 Mhz dan berdasarkan penggunaan Guard Interval 800 ns dan 400 ns.

Bagian selanjutnya dari paper ini disusun sebagai berikut. Pada bagian 2 diuraikan bagaimana pengiriman bit-bit informasi melalui lapisan HT-PHY dan juga dijelaskan model HT-PHY yang tersedia pada NS-3. Pada bagian 3 dijelaskan metode dan skenario penelitian. Pada bagian 4 dijelaskan hasil simulasi throughput WiFi menggunakan HT-PHY pada NS-3 dan pembahasan hasil simulasi. Pada bagian 5 disampaikan kesimpulan dan rencana penelitian lanjutan.

Penelitian ini didanai oleh Hibah Bersaing Penelitian Desentralisasi Universitas Syiah Kuala dengan nomor kontrak:102/UN11.2/LT/SP3/2014.

(2)

PSDU (Data) HT-Mixed / HT-Greenfield OFDM BPSK/QPSK Rate 1/2 OFDM, MCS PPDU

Gambar 1. PPDU pada lapisan HT-PHY

II. PEMODELAN HT-PHY PADA NS-3

A. High Throughput PHY

Lapisan HT-PHY IEEE 802.11n merupakan hasil pengembangan dari lapisan PHY standar 802.11a dan 802.11g. Sama seperti pada kedua standar tersebut, pada HT-PHY terdapat sublapisan PLCP dan Physical Medium Dependent (PMD). Namun pada HT-PHY, kedua sublapisan tersebut telah dilakukan beberapa pengembangan baru.

Pengembangan baru pada sublapisan PLCP yaitu adanya pilihan preamble HT-Mixed dan HT-Greenfield. Kedua

preamble ini berfungsi untuk membawa informasi yang

dibutuhkan oleh receiver agar Physical Protocol Data Unit (PPDU) yang diterima dapat didekodekan dengan benar. Perbedaan antara kedua preamble tersebut yaitu HT-Mixed menyediakan kompatibilitas dengan standar lama (802.11b/g/a) sedangankan HT-Greenfield tidak menyediakan kompatibilitas. Jadi preamble HT-Greenfield hanya dapat digunakan oleh STA 802.11n saja [1].

Sublapisan PMD berfungsi mentransmisikan bit-bit dalam PPDU melalui kanal wireless. Pengembangan baru pada sublapisan PMD yaitu: 1) pilihan transmisi menggunakan

bandwidth 20 atau 40 MHz; 2) pilihan transmisi menggunakan Guard Interval 800 ns atau 400 ns; dan 3) transmisi

menggunakan MIMO dengan pilihan 1, 2, 3 atau 4 spatial

stream. Dengan berbagai pengembangan ini, HT-PHY dapat

menyediakan data rate hingga 600 Mbps.

Transmisi PPDU oleh lapisan HT-PHY dilakukan sebagai berikut. Bandwidth 20 atau 40 MHz pada HT-PHY terlebih dahulu dimultiplek menjadi 56 atau 114 subcarrier OFDM. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1, bit-bit pada bagian

preamble HT-Mixed dan HT-Greenfield dimodulasikan pada subcarrier OFDM menggunakan Binary Phase Shift Keying

(BPSK) atau Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) dengan

coding rate 1/2. Bit-bit pada bagian PSDU dimodulasikan pada subcarrier OFDM menggunakan BPSK, QPSK,

16-Quadrature Amplitude Modulation (16-QAM) atau 64-QAM

dengan coding rate 1/2, 2/3, 3/4, atau 5/6. Antar simbol OFDM disisipkan Guard Interval (GI) 800 ns atau Short Guard

Interval (SGI) 400 ns. Simbol OFDM yang membawa bit-bit

PPDU kemudian ditransmisikan menggunakan transceiver MIMO dengan 1, 2, 3 atau 4 spatial stream. Penggunaan ukuran bandwidth , coding rate (R), jenis modulasi, ukuran

Guard Interval (GI/SGI) dan jumlah spatial stream (NSS) pada HT-PHY dibedakan berdasarkan indek Modulation and Coding

Scheme (MCS) seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1.

TABEL I. INDEKS MCS PADA HT-PHY M C S Modulasi R NSS Data rate (Mbps) 20 MHz 40 MHz GI SGI GI SGI 0 BPSK 1/2 1 6.5 7.2 13.5 15.0 1 QPSK 1/2 1 13.0 14.4 27.0 30.0 2 QPSK 3/4 1 19.5 21.7 40.5 45.0 3 16-QAM 1/2 1 26.0 28.9 54.0 60.0 4 16-QAM 3/4 1 39.0 43.3 81.0 90.0 5 64-QAM 2/3 1 52.0 57.8 108.0 120.0 6 64-QAM 3/4 1 58.5 65.0 121.5 135.0 7 64-QAM 5/6 1 65.0 72.2 135.0 150.0 8 BPSK 1/2 2 13.0 14.4 27.0 30.0 9 QPSK 1/2 2 26.0 28.9 54.0 60.0 10 QPSK 3/4 2 39.0 43.3 81.0 90.0 11 16-QAM 1/2 2 52.0 57.8 108.0 120.0 12 16-QAM 3/4 2 78.0 87.7 162.0 180.0 13 64-QAM 2/3 2 104.0 115.6 216.0 240.0 14 64-QAM 3/4 2 117.0 130.0 243.0 270.0 15 64-QAM 5/6 2 130.0 114.4 270.0 300.0 16 BPSK 1/2 3 19.5 21.7 40.5 45.0 17 QPSK 1/2 3 39.0 43.3 81.0 90.0 18 QPSK 3/4 3 58.5 65.0 121.5 135.0 19 16-QAM 1/2 3 78.0 86.7 162.0 180.0 20 16-QAM 3/4 3 117.0 130.0 243.0 270.0 21 64-QAM 2/3 3 156.0 173.3 324.0 360.0 22 64-QAM 3/4 3 175.5 195.0 364.5 405.0 23 64-QAM 5/6 3 195.0 216.7 405.0 450.0 24 BPSK 1/2 4 26.0 28.9 54.0 60.0 25 QPSK 1/2 4 6.5 7.2 108.0 120.0 26 QPSK 3/4 4 13.0 14.4 162.0 180.0 27 16-QAM 1/2 4 19.5 21.7 216.0 240.0 28 16-QAM 3/4 4 26.0 28.9 324.0 360.0 29 64-QAM 2/3 4 39.0 43.3 432.0 480.0 30 64-QAM 3/4 4 52.0 57.8 486.0 540.0 31 64-QAM 5/6 4 58.5 65.0 540.0 600.0

B. Model HT-PHY pada NS-3

NS-3 merupakan simulator jaringan yang dapat digunakan untuk mensimulasikan jaringan komputer dan telekomunikasi. NS-3 bersifat open source dan dikembangkan menggunakan bahasa C++. Versi stabil NS-3 pertama sekali diperkenalkan pada tahun 2008. Versi terakhir NS-3 saat paper ini ditulis adalah NS-3.20 [4]. NS-3 banyak digunakan sebagai media pengajaran dan penenelitian protokol jaringan. Modul-modul pada NS-3 dikembangkan menggunakan pendekatan lapisan protokol TCP/IP. Beberapa model jaringan wireless modern yang saat ini tersedia pada NS-3 yaitu WiFi, Mesh, WiMAX dan LTE.

Beberapa peneliti telah berkontribusi dalam melakukan pengembangan model jaringan WiFi pada NS-3. Pengembangan awal model WiFi pada NS-3 dilakukan oleh Mathieu Lacage dan Thomas R. Henderson yang mengembangkan model lapisan MAC dan PHY IEEE 802.11b/a/g [5]. Untuk menyediakan model lapisan MAC WiFi yang mendukung QoS pada NS-3, Mirco Banchi kemudian mengembangkan model lapisan MAC EDCA IEEE 802.11e. Mirco Banchi juga mengembangkan model lapisan MAC IEEE 802.11n khususnya untuk menyediakan model Aggregate MAC

Service Data Unit (A-MSDU) dan model Block ACK [6].

Pada versi NS-3.19 yang direlease pada Desember 2013 yang lalu, telah tersedia model lapisan PHY. Model

(3)

HT-PHY tersebut dikembangkan oleh Ghada Badawy dengan melakukan pengembangan source code model PHY WiFi pada NS-3 [7]. Model HT-PHY yang tersedia saat ini sudah mendukung penggunaan preamble Mixed dan

HT-Greenfield, penggunaan pilihan bandwidth 20 dan 40 MHz,

dan pilihan penggunaan Guard Interval 800 ns dan 400 ns. Namun sejauh ini model HT-PHY yang tersedia hanya mendukung transmisi menggunakan data rate dengan indeks MCS 0 s/d 7 ( transmisi dengan 1 spatial stream). Untuk data

rate dengan indeks MCS 8 s/d 31 (jumlah spatial stream 2,3,

dan 4) saat ini belum tersedia pada model HT-PHY.

Implementasi secara lebih mendetil model lapisan HT-PHY pada source code NS-3 dapat dilihat pada file sebagai berikut :

 ns-3.20\src\wifi\model\wifi-phy. {cc, h}

 ns-3.20\src\wifi\model\yans-wifi-phy. {cc, h} III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan eksperimen menggunakan simulator jaringan NS-3. Pada simulasi dijalankan skenario dimana pada jaringan WiFi terdapat satu buah Access Point (AP) dan satu buah station (STA) yang suport standar WiFi IEEE 802.11n seperti diperlihatkan pada Gambar 2. Jarak antara AP dan STA diset 10 m. Posisi AP dan STA adalah tetap (non-mobile). Pada node AP terdapat aplikasi UDP

Server dan pada node STA terdapat aplikasi UDP Client. UDP Server disimulasikan secara terus menerus mengirimkan paket

ke UDP Client. Ukuran paket minimum yang diuji adalah 100

byte dan maksimum 1500 byte dengan kenaikan 100 byte pada

setiap pengujian. Protocol stack yang digunakan pada simulasi adalah transport UDP dan pengalamatan IPv4. Setiap paket yang telah diberikan header UDP, IP dan MAC kemudian diserahkan pada lapisan HT-PHY AP untuk ditambahkan

preamble PLCP. Preamble PLCP yang digunakan pada

simulasi adalah preamble HT-Mixed atau HT-Greenfield. Parameter yang digunakan pada simulasi NS-3 diperlihatkan pada Tabel 2. Pada simulasi jaringan WiFi, model loss propagasi pada kanal wireless diset menggunakan LogDistancePropagationLossModel dan model

delay propagasi diset menggunakan

ConstantSpeed-PropagationDelayModel. Untuk mengaktifkan lapisan HT-PHY pada NS-3, model lapisan PHY diset menggunakan WIFI_PHY_STANDARD_80211n_5GHZ dan model lapisan MAC menggunakan HtWifiMac. Agar data rate lapisan PHY konstan selama proses simulasi, maka RemoteStation-Manager diset menggunakan ConstantRateWifi-Manager. Oleh karena model HT-PHY saat ini hanya mendukung data rate tertinggi dengan indeks MCS 7, maka pada simulasi digunakan data rate OfdmRate65MbpsBW20-MHz, OfdmRate72_2MbpsBW20OfdmRate65MbpsBW20-MHz, OfdmRate135-MbpsBW40MHz dan OfdmRate150OfdmRate135-MbpsBW40MHz. Selama proses simulasi, paket yang dikirimkan tidak difragmentasikan dan paket dikirim tidak menggunakan mode RTS/CTS. Untuk itu nilai FragmentationThreshold dan RtsCts-Threshold diset selalu lebih besar dari ukuran paket yang dikirim. Selama proses simulasi, posisi AP dan STA adalah tidak bergerak, diset menggunakan model mobility

ConstantPositionMobilityModel.

Untuk mengetahui throughput maksimum yang dapat dihasilkan oleh lapisan HT-PHY, simulasi dijalankan menggunakan empat skenario menggunakan parameter pada Tabel 2. Skenario pertama dilakukan dengan mengirimkan paket UDP dengan ukuran 100 – 1500 byte dari AP ke STA, menggunakan preamble HT-Mixed dan HT-Greenfield,

bandwidth 20 MHz, menggunakan Guard Interval 800 ns dan

data rate 65 Mbps. Skenario kedua dilakukan sama dengan skenario pertama tetapi dengan ukuran bandwidth 40 MHz dan data rate 135 Mbps. Skenario ketiga dijalankan dengan mengulang skenario pertama tetapi menggunakan Guard

Interval 400 ns dan data rate 72,2 Mbps. Skenario keempat

dijalankan dengan mengulang skenario kedua dengan

bandwidth 40 Mbps dan data rate 150 Mbps. Durasi simulasi

dijalankan selama 120 detik.

WiFi AP Node Application UdpServer Protocol Stack InternetStack Ipv4Address Ipv4Interface NetDevice - ApWifiMac - HtWifiMac - Manager - 80211n_5GHZ - YansWifiPhy ConstantPosition-MobilityModel Channel - YansWifi- Channel - LossModel - Model

WiFi STA Node Application UdpClient Protocol Stack InternetStack Ipv4Address Ipv4Interface NetDevice - StaWifiMac - HtWifiMac - Manager - 80211n_5GHZ - YansWifiPhy ConstantPosition-MobilityModel

Gambar 2. Model simulasi WiFi IEEE 802.11n

TABEL II. PARAMETER SIMULASI HT-PHY PADA NS-3 Propagation loss model LogDistancePropagationLossModel Propagation delay model ConstantSpeedPropagationDelayModel PLCP preamble HT-Mixed / HT-Greenfield

WiFi Standard WIFI_PHY_STANDARD_80211n_5GHZ

MAC HtWifiMac RemoteStationManager ConstantRateWifiManager MobilityModel ConstantPositionMobilityModel Skenario-1 Bandwidth : 20 MHz Guard Interval : 800 ns Data rate : 65 Mbps Skenario-2 Bandwidth : 40 MHz Guard Interval : 800 ns Data rate : 135 Mbps Skenario-3 Bandwidth :20 MHz Guard Interval : 400 ns Data rate : 72,2 Mbps Skenario-4 Bandwidth : 40 MHz Guard Interval : 400 ns Data rate : 150 Mbps

(4)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil simulasi skenario pertama dan kedua diperlihatkan pada Gambar 3. Pada skenario pertama, throughput maksimum yang dihasilkan oleh lapisan HT-PHY menggunakan preamble HT-Mixed, bandwidth 20 MHz dan Guard Interval 800 ns dengan ukuran paket 100 byte adalah 3,2 Mbps. Pada transmisi menggunakan preamble HT-Greenfield dan parameter yang sama juga dihasilkan throughput yang sama yaitu 3,2 Mbps. Ketika ukuran paket ditingkatkan menjadi 1500 byte,

throughput maksimum yang dihasilkan lapisan HT-PHY

adalah 28,4 Mbps untuk preamble HT-Mixed dan 28,6 Mbps untuk preamble HT-Greenfield. Secara umum hasil simulasi memperlihatkan throughput maksimum yang dihasilkan oleh penggunaan preamble HT-Mixed dan HT-Greenfield tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan. Namun penggunaan ukuran paket yang lebih besar menghasilkan

throughput maksimum yang lebih besar pula untuk kedua tipe preamble.

Pada skenario kedua, throughput maksimum yang dihasilkan oleh lapisan PHY menggunakan preamble

HT-Mixed, bandwidth 40 MHz dan Guard Interval 800 ns dengan

ukuran paket 100 byte adalah 3,3 Mbps. Pada transmisi menggunakan preamble HT-Greenfield dan parameter yang sama dihasilkan throughput 3,4 Mbps. Ketika ukuran paket ditingkatkan menjadi 1500 byte, throughput maksimum yang dihasilkan lapisan HT-PHY adalah 37,3 Mbps untuk preamble HT-Mixed dan 37,7 Mbps untuk preamble HT-Greenfield. Pada ukuran paket 1500 byte tersebut, throughput maksimum pada bandwidth 40 MHz lebih besar 9,1 Mbps dibandingkan

throughput maksimum yang dihasilkan pada bandwidth 20

MHz.

Hasil simulasi skenario ketiga dan keempat diperlihatkan pada Gambar 4. Pada skenario ketiga, throughput maksimum yang dihasilkan oleh lapisan HT-PHY menggunakan preamble HT-Mixed, bandwidth 20 MHz dan Guard Interval 400 ns dengan ukuran paket 100 byte adalah 3,2 Mbps. Pada transmisi menggunakan preamble HT-Greenfield dan parameter yang sama dihasilkan throughput 3,3 Mbps. Ketika ukuran paket ditingkatkan menjadi 1500 byte, throughput maksimum yang dihasilkan lapisan HT-PHY adalah 30,0 Mbps untuk preamble HT-Mixed dan 30,3 untuk preamble HT-Greenfield. Secara umum hasil simulasi memperlihatkan throughput maksimum yang dihasilkan oleh penggunaan Guard Interval 400 ns dan ukuran paket 1500 byte dapat meningkatkan throughput hingga 1,7 Mbps dibandingkan menggunakan Guard Interval 800 ns.

Pada skenario keempat, throughput maksimum yang dihasilkan oleh lapisan PHY menggunakan preamble

HT-Mixed, bandwidth 40 MHz dan Guard Interval 800 ns dengan

ukuran paket 100 byte adalah 3,4 Mbps. Pada transmisi menggunakan preamble HT-Greenfield dan parameter yang sama dihasilkan throughput 3,5 Mbps. Ketika ukuran paket ditingkatkan menjadi 1500 byte, throughput maksimum yang dihasilkan lapisan HT-PHY adalah 38,8 Mbps untuk preamble HT-Mixed dan 39,4 Mbps untuk preamble HT-Greenfield. Pada ukuran paket 1500 byte tersebut, throughput maksimum pada Guard Interval 400 ns lebih besar sekitar 1,7 Mbps dibandingkan throughput maksimum yang dihasilkan pada

bandwidth 40 MHz dan Guard Interval 800 ns.

Gambar 3. Throughput WiFi menggunakan bandwidth 20 dan 40 MHz

Gambar 4. Throughput WiFi menggunakan Guard Interval 400 ns

V. KESIMPULAN

Simulator NS-3 dapat digunakan sebagai media pembelajaran dan penelitian protokol jaringan wireless. Didalam paper ini telah dilakukan simulasi untuk menginvestigasi throughput maksimum yang dapat dihasilkan oleh lapisan HT-PHY jaringan WiFi menggunakan simulator NS-3. Hasil simulasi memperlihatkan penggunaan data rate dengan indeks MCS 7 dan bandwidth 40 MHz pada HT-PHY dapat meningkatkan throughput menjadi 37,7 Mbps atau lebih tinggi 9,1 Mbps dibandingkan menggunakan bandwidth 20 MHz. Penambahan penggunaan Guard Interval 400 ns pada HT-PHY dapat meningkatkan throughput WiFi menjadi 39,4 Mbps atau 1,7 Mbps lebih tinggi jika menggunaka Guard

Interval 800 ns.

Saat ini simulasi throughput WiFi menggunakan data rate yang dihasilkan dari penggunaan spatial stream 2, 3 dan 4 pada HT-PHY (MCS 8 s/d 31) belum dapat dilakukan karena belum didukung oleh model HT-PHY yang sudah ada tersebut. Oleh karena itu, penelitian lanjutan dari hasil penelitian ini adalah akan dilakukan pengembangan model HT-PHY pada NS-3

(5)

agar dapat mendukung penggunaan data rate dengan indeks MCS 8 s/d 31 dengan menggunakan 2, 3, dan 4 spatial stream pada bandwidth 20 MHz dan 40 MHz dan menggunakan

Guard Interval 800 ns dan 400 ns.

DAFTAR PUSTAKA

[1] "IEEE Standard for Information technology-- Local and metropolitan area networks-- Specific requirements-- Part 11: Wireless LAN Medium Access Control (MAC)and Physical Layer (PHY) Specifications Amendment 5: Enhancements for Higher Throughput," IEEE Std 802.11n-2009 (Amendment to IEEE Std 802.11-2007 as amended by IEEE Std 802.11k-2008, IEEE Std 802.11r-2008, IEEE Std 802.11y-2008, and IEEE Std 802.11w-2009) , vol., no., pp.1-565, Oct. 29 2009. [2] Teuku Yuliar Arif, “Pengaruh Preamble HT-mixed dan HT-greenfield

Terhadap Throughput MAC DCF pada IEEE 802.11n“, Seminar

Nasional & Expo Teknik Elektro (SNETE) ke-3 tahun 2013, ISSN 2088-9984, halaman: 92-99, 26 Agustus 2013, Banda Aceh.

[3] Teuku Yuliar Arif, “Simulasi Throughput Skema A-MSDU dan Block ACK pada Jaringan WiFi menggunakan NS-3“, Seminar Nasional Sistem Informasi Indonesia (SESINDO) 2013, 12-14 Desember 2013, Denpasar, Bali.

[4] Network Simulator NS-3, NS-3 Tutorial Release 3.20, NS-3 Project, June 2014.

[5] Mathieu Lacage , Thomas R. Henderson, Yet another network simulator, Proceeding from the 2006 workshop on ns-2: the IP network simulator, October 10-10, 2006, Pisa, Italy

[6] M. Banchi, S. Bracciali, T. Pecorella., Realization of 802.11n and 802.11e models, NS3 Workshop, Rome, March 2, 2009.

[7] Network Simulator NS-3, NS-3 Tutorial Release 3.19, NS-3 Project, December 20, 2013.

Gambar

Gambar 1. PPDU pada lapisan HT-PHY
Gambar 2. Model simulasi WiFi IEEE 802.11n
Gambar 3. Throughput WiFi menggunakan bandwidth  20 dan 40 MHz

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini karena pemberian kapur 1,0 x Al- dd pada gambut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi sehingga apabila dicampur dengan Inceptisol akan terjadi perubahan

Oleh karena itu, diduga bahwa terdapat perbedaan dalam hal karakteristik keluarga (usia, lama pendidikan, jenis pekerjaan, besar keluarga, dan pendapatan), konsep diri (kekuatan,

Setelah melakukan beberapa perbaikan yaitu perbaikan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II. Peneliti menyadari betul kekurangan – kekurangan pada proses pembelajaran

Use case diagram dalam perancangan sistem pakar diagnosa penyakit kandungan pada ibu hamil sebagai berikut

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi di bidang Ilmu Komunikasi khususnya bidang Jurnalistik tentang kekerasan verbal dan nonverbal agar

Di penelitian ini, difokuskan untuk membantu para pengguna untuk mencari orang yang benar-benar mempunyai kualitas dan pengalaman di industri pariwisata, sehingga wisatawan

Menurut Juntika Nurihsan bimbingan karier adalah bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan, dan penyelesaian masalah-masalah karier, seperti