• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan FIB-4 Index Dengan Derajat Fibrosis Hati Pada Hepatitis B Kronik Berdasarkan Fibroscan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan FIB-4 Index Dengan Derajat Fibrosis Hati Pada Hepatitis B Kronik Berdasarkan Fibroscan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit hati kronik merupakan masalah global pada saat ini karena sering berlanjut pada sirosis hati dan hepatocellular carcinoma (HCC) yang diawali dengan proses fibrosis di hati. Fibrosis hati didefinisikan sebagai jaringan parut yang terbentuk karena akumulasi protein matriks ekstraselular (MES) yang berlebihan akibat jejas hati akut maupun kronik. Proses fibrosis berkepanjangan akan menyebabkan kerusakan arsitektur hati, gangguan fungsi hati, dan pembentukan nodul regeneratif dengan proses akhir sirosis hati. Penyebab utama fibrosis hati antara lain adalah infeksi kronis dari virus hepatitis B dan C, peminum alkohol, dan non alcoholic steatohepatitis (NASH). Sejak diketahui bahwa fibrosis sebagai problem utama yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada penyakit hati kronik, penentuan derajat fibrosis sangat diperlukan untuk memberikan pengobatan dini dan benar (Bataller, 2005), (Friedman, 2003), (Gressner, 2006), (Pinzani, 2006).

Biopsi hati sebagai metode invasif untuk menilai, mendeteksi dan memonitoring fibrosis hati, masih merupakan baku emas dalam menegakkan diagnosis derajat fibrosis. Namun, kesulitan yang dihadapi adalah gambaran klinis tidak selalu sesuai dengan gambaran derajat fibrosis dan tidak semua penderita bersedia untuk dibiopsi. Selain itu, keterbatasan pada biopsi dapat dijumpai dengan adanya variasi hasil biopsi intra- dan inter-observer serta adanya kemungkinan untuk terjadinya kesalahan dalam pengambilan sampel (sampling error) (Pichard, 2007), (Poynard, 2008).

Karena begitu banyak hambatan - hambatan yang dialami dengan metode invasif ini, maka banyak penelitian yang mencoba mendiagnosis derajat fibrosis dengan metode non invasif. Banyak studi yang kuat menunjukkan bahwa akibat keterbatasan dan resiko dari biopsi hati, biomarker non invasif telah memberikan kemajuan dalam diagnosis. Arthur dkk melaporkan bahwa penggunaan biomarker

(2)

non invasif (APRI, Forns skor, FIB-4 index) dapat menghindari tindakan biopsi hati hingga 56 – 76 % pada pasien dengan prediksi fibrosis berat hingga sirosis. Tural dkk melaporkan bahwa kombinasi FibroScan dengan FIB-4 index dalam menilai fibrosis hati derajat lanjut dapat menghindari tindakan biopsi hati pada separuh pasien (Arthur, 2008), (Tural, 2008).

Saat ini telah ditemukan alat untuk menilai derajat fibrosis hati dengan teknik non invasif. Teknik ini dikenal dengan nama Ultrasound Elastography, yang secara komersil dikenal sebagai FibroScan. Teknik imaging terbaru

FibroScan telah menunjukkan keunggulannya dalam menentukan derajat fibrosis hati dengan akurasi yang tinggi. Namun, biaya pemeriksaan dengan alat tersebut cukup mahal dan sulit dijangkau sebagai tes rutin pada kebanyakan unit klinik terutama di negara – negara berkembang. Alat ini mampu untuk menentukan stadium fibrosis hati lebih sensitif dengan mengukur rerata kekakuan hati dihubungkan terhadap derajat fibrosis dalam kiloPascals (kPa). Fibrosis hati diukur oleh FibroScan secara signifikan, sesuai dengan derajat biopsi hati. Ketelitian diagnostik FibroScan lebih tinggi dibandingkan dengan penanda biokimia untuk menilai derajat fibrosis hati. Keuntungan FibroScan adalah cepat, tidak ada rasa sakit dan kesalahan interpretasi lebih sedikit dibandingkan dengan biopsi hati (Kwang, 2010).

FIB-4 index merupakan salah satu biomarker non invasif yang berdasarkan 4 variabel yang umum dijumpai di klinik meliputi umur, AST, ALT dan jumlah trombosit. Mulanya diperkenalkan dalam APRICOT Study (AIDS Pegasys Ribavirin International Coinfection Trial) yaitu sebuah penelitian yang mengevaluasi efikasi terapi pegylated interferon dan ribavirin pada pasien koinfeksi HIV dan Hepatitis C kronik. FIB-4 index memberikan nilai prediktif yang baik dalam menentukan derajat fibrosis. Demikian pula pada penelitian terhadap monoinfeksi Hepatitis C kronik. Namun masih sedikit data yang ada tentang performa diagnostik FIB-4 index pada Hepatitis B kronik (Torriani, 2004), (Pichard, 2007), (Mallet, 2009).

Pada penelitian ini peneliti bermaksud untuk menilai hubungan fibrosis hati berdasarkan petanda biokimia non invasif yaitu FIB-4 index yang relatif murah dan pemeriksaannya dapat dilakukan hampir di seluruh laboratorium di

(3)

daerah, dengan FibroScan yang masih relatif mahal dan hanya tersedia pada sentra pelayanan tertentu, dalam memprediksi fibrosis hati pada pasien hepatitis B kronik. Sehingga diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam hal pengenalan model prediktif non invasif dalam manajemen klinikal pada pasien dengan infeksi kronik virus Hepatitis B. Belum ada penelitian mengenai hubungan FIB-4 index dengan derajat fibrosis hati yang ditentukan dengan

FibroScan pada penderita penyakit hati kronik sepengetahuan penulis selama ini di

1.2 Perumusan masalah

Indonesia. Oleh karena itu penulis ingin meneliti hubungan tersebut.

Apakah ada hubungan FIB-4 index dengan derajat fibrosis hati pada hepatitis B kronik berdasarkan FibroScan.

1.3 Hipotesis

Ada hubungan FIB-4 index dengan derajat fibrosis hati pada hepatitis B kronik berdasarkan FibroScan.

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan FIB-4 index dengan derajat fibrosis hati pada Hepatitis B kronik berdasarkan FibroScan.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Untuk mengurangi kebutuhan biopsi hati sebagai metode invasif dan penggunaan alat FibroScan sebagai metode non invasif dalam menentukan fibrosis hati pada hepatitis B kronik serta mengurangi pengeluaran biaya ekstra.

b. Menjadikan FIB-4 index sebagai alternatif diagnostik untuk menentukan derajat fibrosis hati pada hepatitis B kronik.

(4)

1.6 Kerangka Konseptual

FIB-4 Index

Fibrosis ringan-sedang F0 - F2

Fibroscan

(mild-moderate fibrosis) (F0-F2)

Fibrosis berat F3 - F4

(severe fibrosis) (F3-F4)

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Hepatitis B Kronik

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ilmiah ini membahas sebuah program aplikasi yang dapat digunakan sebagai model matematika yang berguna untuk mendapatkan solusi yang optimal dengan memanfaatkan sumber

Bidang Penjaminan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal mempunyai tugas melaksanakan penyusunan bahan kebijakan teknis dan program, penjaminan mutu pendidikan,

Pembuatan sistem penilaian ini didasarkan pada pengalaman seorang ibu salah satu guru di SDN 03 Pagi Papanggo Jakarta Utara, yang melihat adanya kendala dalam mengolah nilai.

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan yaitu memiliki Surat Ijin Penyalur Alat Kesehatan (PAK)/ Sub Penyalur Alat

Dengan ini kami beritahukan bahwa Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Pengadaan Barang/Jasa Pekerjaan Pembangunan Sarana Pengelolaan Taman Hutan Raya Ngargoyoso (Persemaian,

Pejabat Pengadaan Barang / Jasa Bidang Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM Kabupaten

Proses pelelangan Pengadaan Buku Perpustakaan Fakultas Tarbiyah Kampus II IAIN Walisongo Semarang Tahun 2011 telah kami laksanakan, hasilnya sebagaimana tertuang dalam Berita